Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Materi ajar geografi meliputi gejala dan peristiwa yang ada di bumi dan hubungan
timbal baliknya dengan makhluk hidup yang ada di dalamnya . Dengan pengusaan ilmu
geografi diharapkan dapat menunjang dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Hasil
kajian ilmu geografi bermanfaat untuk program, proses, dan keberhasilan pembangunan
yang berkelanjutan. Pendidikan geografi bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan
kepribadian siswa melalui pengembangan wawasan yang lebih luas untuk mengenal alam
semesta dan isinya serta fenomena yang terjadi di dalamnya. Dengan demikian diharapkan
kelak siswa lebih peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Materi ajar geografi yang cukup luas selain menguntungkan karena akan membuka
wawasan siswa, sekaligus juga menyulitkan bagi siswa karena banyak kosa kata dan istilah
baru yang baru diketahui oleh siswa. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembelajaran
geografi adalah kurang kontekstualnya materi yang dipelajari siswa dengan kondisi
lingkungan sekitar siswa. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan
menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
permasalahan tersebut menyebabkan daya serap siswa terhadap materi geografi menjadi
rendah.
Rendahnya daya serap materi pelajaran oleh siswa mengakibatkan banyak siswa
yang mendapatkan nilai di bawah kriteria minimal. Hal ini tentu akan merugikan bagi siswa
jika terjadi terus menerus. Apalagi dengan penguasaan materi geografi diharapkan perubahan
cara pandang siswa terhadap lingkungan alam, yang pada akhirnya diharapkan ada
perubahan perilaku yang lebih positif dalam memperlakukan lingkungan alam sekitarnya.
Salah satu materi yang selama ini kurang dikuasai oleh siswa dengan baik,
dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 2 Kandangan
adalah KD 3.1 Memahami konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Materi tersebut dianggap sulit selain karena
luasnya materi yang harus dikuasai dan sifatnya yang teoritis sehingga dianggap
membosankan oleh siswa.
Dengan kondisi yang ada seperti itu, dirasakan perlu ada perbaikan dalam proses
pembelajaran yang akan dilakukan sehingga siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam
mempelajari materi tersebut. Pembelajaran perlu dirancang lebih inovatif, menarik dan
bermakna bagi siswa. Apalagi setelah dua tahun siswa belajar secara daring karena pandemi

1
Covid 19. Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi peserta didik
adalah discovery learning. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu cara
untuk mengembangkan belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang akan diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan
siswa.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, maka dapat meningkatkan
hasil dan partisipasi Peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan lebih aktif
dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dalam
mencapai suatu kompetensi. Dengan tercapainya kompetensi, maka akan berakibat pada
peningkatan prestasi belajar peserta didik pada proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Geografi Melalui Model
Pembelajaran discovery learning Pada Materi Dinamika Kependudukan di Kelas XII Ilmu
Sosial SMAN 2 Kandangan Tahun 2022”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah
yang akan menjadi focus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagaimana model pembelajaran Discovery Learning pada materi dinamika
kependudukan dilaksanakan di kelas XII Ilmu Sosial SMAN 2 Kandangan Tahun 2022?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi dinamika kependudukan di kelas
XII Ilmu Sosial SMAN 2 Kandangan Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui:
1. Penggunaan model pembelajaran discovery learning pada materi dinamika
kependudukan di kelas XII Ilmu Sosial SMAN 2 Kandangan Tahun 2022.
2. Peningkatan hasil belajar geografi dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning pada materi dinamika kependudukan di kelas XII Ilmu Sosial SMAN 2
Kandangan Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam mempelajari geografi

2
2. Bagi guru penelitian ini jadi bahan masukan dan informasi dalam merencanakan
pembelajaran geografi khususnya materi dinamika kepedudukan
3. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk
melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efesien dengan menerapkan model-
model pembelajaran yang lebih bervarasi

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Peningkatan Hasil Belajar


Dalam setiap proses pembelajaran selalu diakhiri dengan evluasi untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dilakukan. Ketercapaian tujuan pembelakaran
menunjukkan hasil belajar peserta didik yang umumnya diwakili dengan skor/nilai. Hasil
belajar yang bagus menunjukkan proses belajar berhasil, sedangkan hasil belajar yang
rendah menunjukkan perlunya perbaikan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
Menurut Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajar perubahan perilaku yang
bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat
dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
Sedangkan menuruti Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri sseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengemangan yang lebih baik sebelumnya dari yang tidak tahu menjadi tahu. \
Dari kedua pengertian hasil belajar menurut ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan implementasi dari belajar. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah proses pembelajaran dan harus memiliki grafik yang meningkat untuk dikatakan
berhasil jika dibandingkan dengan sebelum proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar tidak
hanya di aspek pengetahuan yang dinilai dari tes saja, tetapi juga aspek pengetahuan dan
keterampilan siswa. yang kemudian hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka
atau huruf.
Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaiakn Dimiati dan Mujiono (2006)
bahwa nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam
menerima materi pelajaran.
Kegiatan pemebelajaran berupaya merumuskan cara terbaik agar individu dapat
belajar dengan mudah. Pendidikan bukan hanya berfungsi memberikan materi saja,
melainkan memanfaatkan segala potensi lingkungan belajar. Menurut Bruce Weil prinsip
yang harus menjadi acuan agar kegiatan pembelajaran tersebut berhasil adalah proses
pembelajaran membentuk kreasi lingkungan yang dapat mengubah struktur kognitif siswa.
Kedua berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang dipelajari dan ketiga proses
pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial.

4
B. Model Pembelajaran
Model merupakan suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang
sesungguhnya. Model juga diartikan sebagai pola. Hal ini sesuai pendapat Suprijono
(2012: 46) yang menyatakan “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan oleh guru
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Trianto (2012: 53), yang berpendapat bahwa
model pembelajaran sebagai suatu kerangka konseptual yang tersusun secara sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar dan berfungsi
sebagai pedoman oleh guru dalam merancang dan melakukan proses pembelajaran.
Oleh karena itu, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
(Gunawan, 2014: 63). Model pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran
siswa yang didesain, diterapkan dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan (Komara, 2014: 106).
Ciri-ciri model pembelajaran menurut Rusman (2012: 136) adalah sebagai
berikut.
(1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu;
(2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu;
(3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas;
(4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan syntax, adanya prinsip-prinsip
reaksi, sistem sosial, serta sistem pendukung;
(5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak-dampak
tersebut meliputi dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan
dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.

C. Discovery Learning
Discovery Based Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis shingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafi, Suhana 2009:77).
Oemar Hamalik (2012:29) discovery adalah proses pembelajaran yang
menitikberatan pada mental intelektual peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan

5
yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di
lapangan. Strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Burner ini
menitikberatkan pada kemampuan anak didik dalam menemukan sesuatu melalui proses
inquiry (penelitian) secara terstruktur dan terorganisisr dengan baik.
Discovery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori
pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran (Mulyasa, 2015:10), dengan kata lain
proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hanya sekedar hasil akhir yang terlihat,
proses pembelajaran discovery tidak menekankan agar peserta didik sepenuhnya menguasai
materi melainkan lebih menekankan pada pemahaman mereka.
Fungsi pembelajaran Discovery Based Learning yaitu sebagai berikut.
a) Mengembangkan komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan
dengan ketertiban, kesungguhn dan loyalitas dalam mencari dan menemukan susuatu
dalam proses pembelajaran.
b) Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
c) Membangun sikap percaya diri (Self Confidence) dan terbuka (Openess) terhadap
hasil temuannya (Suhana dan Hanafi, 2009:78).
Adapun tahap-tahap penerapan pembelajaran discovery learning adalah sebagai
berikut:
1) Stimulus (pemberian perangsang)
Guru mulai bertanya mengajukan persoalan, atau menyuruh peserta didik membaca atau
mendengarkan uraian yang memusat permasalahan. Pada pembelajaran di kelas
eksperimen, siswa diberi pertanyaan mengenai penataan ruang di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.
2) Problem statement (Mengidentifikasi masalah)
Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak
mungkin memilihnya yang dipandang lebih menarik dan fleksibel untuk dipecahkan.
Pada tahap in, siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi atau menemukan
permasalahan mengenai penataan ruang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
3) Data Collection (Mengumpulkan data)
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
mengenai penataan ruang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan permasalahan yang

6
timbul akibat penataan ruang dengan membaca buku pegangan geografi, LKS, dan
internet, mengamati objek melalui film atau video tentang penataan ruang.
4) Data Prossesing (pengolahan data)
Pada tahap ini, siswa mengolah data berupa pengklasifikasian penyebab permasalahan
dalam penataan ruang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, peraturan daerah yang terkait
dengan permasalahan penataan ruang, dampak yang ditimbulkan dari permasalahan
dalam penataan ruang dan upaya untuk mengurangi damak yang ditimbulkan.
5) Verification (pembuktian)
Tahap pembuktian ini melibatkan siswa kelas eksperimen untuk membuktikan hasil
penemuannya atau hasil dari jawaban mereka terhadap permasalahan penataan ruang di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil lembar kerja siswa di cocokan atau dibuktikan
dengan buku-buku atau sumber-sumber pendukung lainnya. Pada tahap pembuktian ini,
semua jawaban siswa akan diketahui kebenarannya.
6) Generalisasi (menarik kesimpulan)
Pada tahap akhir, siswa bersama guru menarik kesimpulan terhadap hasil kerja siswa
mengenai permasalahan dalam penataan ruang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

D. Wilayah dan Tata Ruang


1) Konsep Wilayah
Wilayah secara umum dapat diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang dapat
dibedakan dalam hal-hal tertentu dari daerah sekitarnya. Defenisi tentang wilayah dapat
dibuat berdasarkan gejala kemanusian (human phenomena), gejala alamiah (natural
phenomena) dan berdasarkan gejala-gejala geografis (geographical phenomena). “Wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya,
yang dibatasi oleh lingkup pengamatan tertentu”. “Kawasan adalah wilayah yang
teritorialnya didasarkan pada pengertian dan batasan fungsional (fungsi spesifik), misalnya
kawasan pusat kota, kawasan perdagangan, kawasan hutan, kawasan rawan bencana,
pertambangan dan sebagainya”. “Daerah adalah suatu teritorial dimana makna dan batasan
serta perwatakannya didasarkan pada kewenangan administrasi pemerintah (Propinsi,
Kabupaten, Kota, Kecamatan, dan Desa)”. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya dutentukan
berdasarkan aspek administratif dan aspek fungsional. (Undang-undang Nomor 27 Tahun
2007 dan PP Nomor 26 Tahun 2008).
Berdasarkan batasan tersebut terdapat beberapa kata kunci diantaranya :

7
a) Ruang yaitu wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup lainnya hidup dan melaukan
kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Unsur ruang meliputi lokasi, jarak,
bentuk dan ukuran.
b) Kesatuan geografis yaitu dimensi geometri dan referensi geografis mengacu kepada
wujud fisik wilayah.
c) Unsur wilayah, meliputi komponen alam fisik dan biotik, komponen manusia (soial
ekonomi dan budaya), komponen buatan hasil cipta manusia, teknologi.
d) Dibatasi lingkup pengematan tertentu, baik yang berdimensi homogenitas, fungsional,
maupun admintratif.
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah merupakan suatu
kesatuan area di permukaan bumi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu yang terjadi karena
hubungan yang kompleks antara unsure tanah, air, tanaman, binatang dan manusia.
2) Konsep Perwilayahan
Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan bagian-
bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian wilayah menurut iklim,
ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya.
Tujuan perwilayahan sebagai berikut. a) Untuk meratakan pembangunan di semua
wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain. b) Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah. c)
Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur pemerintah dan
masyarakat serta para pengusaha.
3) Tata Ruang dan Penataan Ruang
Pengertian Ruang dan Penataan Ruang Penataan ruang mengandung makna proses
menata ruang. UU No. 26 Tahun 2007 memberikan pemahaman tentang tata ruang sebagai
wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola
ruang merupakan distribusi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
Ruang sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Wadah
mengandung makna sebagai tempat dari adanya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang
memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi (economic opportunities) yang berbeda.

8
Ruang juga dimaknai sebagai sebuah sumberdaya dan media pendukung
perikehidupan dalam ekosistem, sehingga setiap aktivitas penggunaan ruang dapat
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan lain (externalities), atau
dengan kata lain ruang memiliki potensi untuk menimbulkan ketidaksepahaman (konflik)
antara kegiatan satu dengan lainnya. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Tata ruang yang dituju dengan
penataan ruang adalah tata ruang yang direncanakan. Sedangkan tata ruang yang tidak
direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alamiah seperti wilayah aliran sungai,
danau, suaka alam, gua, gunung, dan sebagainya.
4) Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Sasaran dalam proses perancanaan tata ruang yang telah tersusun dengan berbagai
aspek pertimbangan normatif maupun teknis adalah dalam rangka mewujudkan konsep
pengembangan wilayah yang didalamnya memuat tujuan dan sasaran yang bersifat
kewilayahan Indonesia, oleh karena itu ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri
dari 3 proses utama, yakni:
1. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang
wilayah (RTRW). Disamping sebagai “guidance of future actions” RTRW pada
dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi
manusia/makhluk hidup dengan lingkunganya dapat berjalan serasi, selaras,
seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian
lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (development sustainibility).
2. Peroses pemanfaatan ruang, merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang
atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
3. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan
penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan
tujuan penataan ruang wilayahnya.
Lingkup penataan ruang mencakup penyelanggaraan penataan raung yang meliputi
kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang atau disingkat TURBINLAKWAS yang tahapnya terbagi atas :
1. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang yang dilakukan melalui
penetapan peraturan perundang-undangan termasuk pedoman bidang penataan ruang
sebagai acuan penyelenggaraan penataan ruang.

9
2. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang
yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarkat dengan
fokus kegiatan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang.
3. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang yang
mencakup perencanaan tata ruang. Pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan:
a) Perencanaan tata ruang wilayah adalah suatu proses yang menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
b) Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan renacana ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
c) Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
4. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang mencakup
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, pelaksanaan penataan ruang,
termasuk pengawasan terhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang melalui kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

E. Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif
termasuk di dalamnya model pembelajaran Discovery based learning. Pertama, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Tri Feriana (2016) “Komparasi Model Pempelajaran
Discovery Learnig Dan Problem Solving Ditinjau Dari Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas
III SD Di Gugus Diponegoro–Tangerang”, berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh
kesimpulan bahwa model discovery learning lebih meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan group investigation. Hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik
daripada hasil belajar kognitif kelas kontrol
Kedua, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siti Handayani, Pargito, Trisnaningsih
(2014) dengan hasil penelitiannya yaitu “Peningkatan Aktivitas Dan Kreativitas Belajar
Geografi Dengan Menggunakan Model Discovery Learning.”. Berdasarkan hasil
penelitiannya diperoleh hasil bahwa model discovery learning meningkatkan aktivitas dan
kreativitas dalam belajar geografi.

10
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
secara umum model pembelajaran Discovery Learning merupakan model yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa melalui kegiatan kerjasama dan berpengaruh positif
terhadap motivasi serta hasil belajar siswa. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang
telah dilaksanakan berkaitan dengan model pembelajaran Discovery Learning maka
digunakan sebagai landasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian.
F. Kerangka Berpikir

Guru belum Hasil belajar siswa kelas


menggunakan XII IPS 4 untuk mata
metode Discovery pelajaran geografi masih
Pra PTK rendah
Learning dalam
proses pembelajar
Geografi di kelas
XII IPS 4

Siklus I:
Guru merancang bahan ajar
Guru menggunakan model
menggunakan Discovery Learning
Tindakan model Discovery Guru melaksanakan tindakan
Learning dalam pembelajaran dengan model
proses belajar Discovery Learning
geografi
Siklus II.
Guru merancangcang bahan
ajar menggunakan
multimedia .
Guru memberikan Post test.

Indikator
Keberhasilan
Aktifitas siswa
kelas XII IPS 4
80% Proses pembelajaran
Dengan standar Geografi dengan model
nilai minimal 75 Discovery Learning di
Hasil Akhir
kelas XII IPS 4 mengalami
peningkatan

11
G. Hipotesis
Dari uraian teori dan kerangka berfikir yang telah disusun, hipotesis penelitian ini
adalah adanya peningkatan hasil belajar geografi melalui model pembelajaran Discovery
Learning pada materi wilayah dan tata ruang di kelas XII Ilmu Sosial SMAN 2 Kandangan
Tahun 2022.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada siswa kelas XII IPS 4 SMAN Negeri 2
Kandangan. Waktu pelaksanaanya adalah pada semester 1 Tahun Ajaran 2022/2023

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak yang dijadikan sampel dalam sebuah penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 4 yang
berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Sedangkan
objek penelitian adalah hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian tindakan
kelas ini yaitu Model Discovry Learning, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII IPS 4
SMA Negeri 2 Kandangan pada mata pelajaran geografi.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS 4 SMA
Negeri 2 Kandangan, guru dan pengamatan dari peneliti. Data aktivitas belajar siswa
dikumpulkan dengan lembar observasi. Aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi
antusias siswa dalam pembelajaran, aktivitas selama proses pembelajaran, aktivitas dalam
memecahkan masalah, dan interaksi siswa saat proses pembelajaran. Selain itu, catatan di
lapangan digunakan untuk mengetahui segala fenomena penting yang terjadi selama
penerapan model pembelajaran discovery learning yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Pencatatan lapangan dilakukan oleh peneliti sekaligus guru.
Data hasil belajar Geografi dikumpulkan melalui tes objektif berbentuk pilihan
ganda biasa. Penggunaan tes pilihan ganda dimaksudkan untuk dapat mencakup keseluruhan
indikator dalam standar kompetensi. Selain itu, penggunaan tes pilihan ganda digunakan
untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data dan memeriksa.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data


Pengumpulan data diilakukan melaui tes tertulis, observasi dan dokumnetasi Tes
tertulis dilaksanakan setelah siklus I dan II untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan.
Metode observasi digunakan untuk mengamati partisipasi siswa dalam
pembelajaran selama proses penerapan model discovery learning. Observasi dilakukan

13
pada saat pelaksanaan tindakan baik pada siklus I dan siklus II. Sedangkan dokumentasi
digunakan untuk memperoleh informasi pendukung dari sumber lain misalnya dari guru
matapelajaran lain.
Untuk kelancaran pengumpulan data diperlukan alat pengumpulan data. Dalam
penelitian ini, alat pengumpulan data berupa tes tertulis dan lembar ceklist observasi.

E. Validasi Data
Untuk kesahihan penelitian ini perlu dilakukan trianggulasi data agar data valid.
Trianggulasi data penelitian ini meliputi data observsi, data hasil studi dokumentasi dan data
hasil belajar siswa.

F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap instrumen dikumpulkan kemudian di analisis.
Kegiatan analisis data ini berupa display data dan klasifikasi data, kemudian melakukan
refleksi yang disertai perbaikan tindakan. Kemudian dalam pelaksanaannya akan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan data yang diperoleh
Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dengan menampilkan data
dalam bentuk grafik dan tabel untuk membandingkan hasil siklus 1 dan siklus 2.

G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dari penelitian ini dilihat dari keberhasilan siswa dalam
belajar. Standar nilai minimal siswa adalah 75. Sedangkan siswa yang diharapkan dapat
mencapai standar nilai minimal di kelas XII IPS 4 adalah 80 % atau 20 siswa.

H. Prosedur Penelitian
Tabel 3.1
Prosedur Penelitian
No. Siklus Tahap Waktu Pelaksana
Pelaksanaan
1. I 1. Perencanaan Agustus 2022 Peneliti
 Membuat Perangkat Agustus 2022
Pembelajaran (RPP)
2. Pelaksanaan Tindakan Agustus 2022 Peneliti
 Pretes
 Menginformasikan tugas
mandiri
 Menginformasikan KKM
 Mengoreksi pretes
 Melaksanakan
pembelajaran

14
No. Siklus Tahap Waktu Pelaksana
Pelaksanaan
 Memberikan ulangan
harian
3. Analisis Tindakan
 Menganalisis hasil Agustus 2022 Peneliti
ulangan harian
 Menganalisis hasil
observasi Siklus I
4. Refleksi
 Merencanakan tindakan Agustus 2022 Peneliti
penelitian untuk
memperbaiki hasil analisis
siklus I untuk perbaikan
pada siklus II
2. II 1. Perencanaan September 2022 Peneliti
 Membuat perangkat
pembelajaran (RPP)
2. Pelaksanaan Tindakan September 2022 Peneliti
 Pretes
 Melaksanakan
pembelajaran
 Memberikan kontrak
belajar
 Memberikan latihan/ uji
kompetensi
 Memberikan ulangan
harian
3. Analisis Tindakan Peneliti
September 2022
 Menganalisis hasil
ulangan harian I
 Menganalisis hasil
observasi siklus II
Peneliti
4. Refleksi
 Merencanakan tindakan September 2022
penelitian untuk
memperbaiki hasil analisis
siklus II untuk perbaikan
pada siklus III.
3. Pelaporan November 2022 Peneliti

15

Anda mungkin juga menyukai