PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
K L M N O
P
He 2 2 2
Ne 10 2 8 2 8
Ar 18 2 8 8 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8 2 8 18 32 18 8
3. Ikatan Ion
Ikatan Ion disebut juga ikatan elektrokovalen. Ikatan ion terbentuk
akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepaskan elektron agar
memiliki konvigurasi elektron seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion juga dapat
terbentuk jika unsur-unsur yang direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik
elektron (keelektronegatifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron
yang cukup besar memungkinkan terjadinya serah terima elektron. Ikatan ion
umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan non-logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsur logam untuk melepaskan elektron membentuk
ion positif, dan kecenderungan
atom unsur non-logam untuk menerima elektron membentuk ion negatif.
Contoh : Li2O, AlF3, NaCl, MgO, CaF2 dan lain.
Contoh : pembentukan ikatan ion pada senyawa NaCl
Na = 2, 8, 1 Na+ (2, 8 ) + e+
Cl = 2, 8, 7 + e+ Cl- ( 2, 8, 8 )
Na + + Cl- NaCL
Ikatan kovalen tunggal ditunjukkan dengan garis tunggal (-)yang artinya ada 1
pasangan elekron ikatan
Rumus Struktur
Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan
bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
Pasangan Elektron Bebas (PEB), sedangkan atom yang lain hanya menerima
pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan (PEI) yang
menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang
arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
a. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan diteliti maka jenis
sampel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu (quasi eksperimental design) dengan menggunakan dua kelas, kelas
pertama menggunakan model discovery learning dengan media google
classroom dan kelas kedua menggukan model discovery learning tanpa
menggunakan media apa pun pada materi yang sama dengan menggunakan tes.
Penelitian semu ini melakukan satu kali pengukuran didepan (pre-test)
sebelum adanya perlakuan (treatment), setelah itu melakukan pengukuran lagi
(post-test). Untuk lebih jelas dapat diperhatikan tabel 3.1 dibawah ini:
Keterangan:
Y1 = Pemberian tes awal kelas discovery dengan media Google classroom
Y2 = Pemberian tes awal kelas discovery tanpa penggunaan media google
classroom
X1 = Perlakuan kelas media Google Classroom
X2 = Perlakuan kelas Tanpa penggunaan media google classroom
Z1 = Pemberian evaluasi akhir kelas discovery dengan media Google Classroom
Z2 = Pemberian evaluasi akhir kelas discovery tanpa penggunaan media google
classroom.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan uji F atau levene statistic dengan bantuan
bantuan program komputer SPSS Versi 20,0. Bentuk hipotesis untuk uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Kelompok data memiliki varian yang sama (homogen)
H1 : Kelompok data tidak memiliki varian yang sama (Tidak homogeny)
Pada pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0
berdasarkan P-Value atau significance (Sig) adalah sebagai berikut:
Jika Sig < 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak homogen
Jika Sig ≥ 0,05, maka H0 diterima atau data homogeny
b. Respon Siswa
Selain tes hasil belajar, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana respon
siswa terhadap penggunaan media word square dalam proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Adapun persentase respon siswa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
f
P = x 100%
n
Keterangan :
P = persentase respon siswa
f = banyaknya siswa yang menjawab suatu pilihan
n = jumlah siswa yang memberi tanggapan (responden)