Anda di halaman 1dari 25

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING

MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM PADA MATERI


IKATAN KIMIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI
SMA NEGERI 2 BANDAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar


Untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Program
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Nama : Menni Emelia Simanjuntak


NPM : 1901090006
Program Studi : Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
PEMATANGSIANTAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses timbal balik ataupun


interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru merupakan salah
satu faktor keberhasilan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, karena dalam
proses pembelajaran guru dapat mempengaruhi dan membina siswa untuk dapat
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Pada kurikulum 2013, siswa
didorong untuk menjadi lebih aktif yaitu dimulai dari mengamati, menemukan
sendiri, dan menyimpulkan sendiri dari suatu kegiatan ataupun pengalaman yang
telah dilakukan. Sehingga dalam penerapan kurikulum 2013, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator dan motivator, namun pada akhir pembelajaran guru
menyempurnakan penjelasan dari kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran dapat juga dikatakan sebagai proses internal antara guru dengan
siswa.
Salah satu inovasi pembelajaran yang bisa dilakukan adalah dengan
menerapkan model Discovery Learning menggunakan Google Classroom. Model
pembelajaran discovery learning merupakan salah satu model yang sesuai dengan
kurikulum 2013. Menurut Nurudin (2016) discovery learning merupakan model
pebelajaran yang melibatkan beberapa proses mental siswa untuk menemukan
suatu pengetahuan (konsep dan prinsip) dengan cara mengasimilasi berbagai
pengetahuan (konsep dan prinsip) yang dimiliki siswa. Dalam pembelajaran
discovery, siswa didorong untuk aktif belajar dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong mereka untuk memiliki pengalaman-pengalaman
tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri.
Model Discovery Learning menuntun peserta didik agar membangun
konsep secara mandiri dan kreatif, sedangkan Google Classroom membantu dan
mempermudah peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran daring. Ada dua
alasan dipilihnya model Discovery Learning dalam penelitian tindakan ini.
Pertama, model ini menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Kedua, model Discovery Learning mempunyai keunggulan antara lain a) melatih
siswa belajar mandiri, sangat sesuai dengan kondisi Pandemi Covid-19 saat ini, b)
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, c)siswa bisa memperoleh
pengetahuan mandiri sehingga lebih melekat di memorinya, d) mudah
dilaksanakan dalam pembelajaran, sintaknya jelas. Ada juga Kelebihan model
pembelajaran ini menurut Menurut Eggen dan Kauchak (2012:211) adalah apabila
model pembelajaran ini dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan
pemahaman konsep yang mendalam pada peserta didik dan menghasilkan
penyimpanan jangka panjang yang baik, serta mendorong peserta didik berpikir
kritis.
Melalui model discovery learning siswa menjadi lebih dekat dengan apa
yang menjadi sumber belajarnya, rasa percaya diri siswa akan meningkat karena
dia merasa apa yang telah dipahaminya ditemukan oleh dirinya sendiri, kerjasama
dengan temannya pun akan meningkat, serta tentunya menambah pengalaman
siswa (Putrayasa, 2014). Dan dengan ini model pembelajaran discovery learning
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa
Jadi, Penggunaan media aplikasi Google Classroom dalam model
pembelajaran discovery learning dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
jarak jauh untuk membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Desain dari Google Classroom sudah tidak asing lagi bagi siswa karena mereka
sudah menggunakan beberapa produk dari Google Via akun Google Apps.
Kelebihan aplikasi Google Classroom dibandingan dengan aplikasi lain yaitu
aplikasi Google Classroom dapat digunakan untuk membuat dan mengelola kelas,
tugas, nilai serta memberikan masukan secara langsung. Melalalui Google
Classroom siswa dapat memantau materi dan tugas kelas, berbagi materi dan
berinteraksi dalam kelas atau melalui email, mengirim tugas dan mendapatkan
masukan nilai secara langsung. Pembelajaran dengan penggunaan Google
Classroom ini memiliki kelebihan untuk mempermudah siswa dalam belajar
(Darmawan, 2019).
Materi diberikan dalam bentuk power point, video singkat, dan bahan
bacaan. Evalusi diperlukan untuk perbaikan dengan penelitian dalam pelaksanaan
pembelajaran secara daring. Berdasarkan latar belakang Peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul ”IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING
MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM PADA MATERI IKATAN
HIDROGEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2
BANDAR”

1.2 Identifikasi Masalah


Dengan landasan keterangan dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
ada beberapa jumlah identifikasi masalah yang digunakan sebagai bahan
penelitian:
1. Apa itu model pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana hasil penelitian menggunakan bantuan google classroom?
3. Bagaimana hasil penelitian bila menggunakan model pembelajaran
discovery learning?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan dan mengingat
keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka batasan masalah dalam penelitian
ini:
1. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan google
classroom.
2. Keefektifan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery
learning.
3. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah ikatan kimia.
4. Penelitian ini dilakukan di kelas X MIPA 2 SMA Negeri 2 Bandar
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana keefektifan hubungan model pembelajaran discovery learning
dengan google classroom terhadap hasil belajar kimia siswa di SMA
Negeri 2 Bandar?
3. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran discovery learning
melalui media google classroom pada materi ikatan kimia?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran discovery learning?
2. Untuk mengetahui Bagaimana keefektifan hubungan model pembelajaran
discovery learning dengan google classroom terhadap hasil belajar kimia
siswa di SMA Negeri 2 Bandar?
3. Untuk mengetahui Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran
discovery learning melalui media google classroom pada materi ikatan
kimia?
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru Sebagai bahan proses belajar mengajar agar menjadi efektif dan
mencapai kualitas hasil belajar yang baik.
2. Bagi siswa sebagai motivasi, meningkatkan aktivitas siswa, dan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara efektif.
3. Bagi peneliti Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan serta sebagai
pedoman yang dapat diterapkan ketika menjadi tenaga pengajar dikemudian hari.
4. Bagi sekolah Menjadi alternatif kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran
yang lain sebagai supaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap dari seseorang.
Seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan bahwa pada dirinya terjadi
proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsurangsur
dan memakan waktu cukup lama. Perubahan tersebut akan semakin tampak bila
ada usaha dari pihak yang terlibat. Tanpa adanya usaha, walaupun terjadi proses
perubahan tingkah laku, tidak dapat diartikan sebagai belajar. Ini dapat diartikan
bahwa pencapaian tujuan pembelajaran sangat bergantung pada proses belajar
yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Berikut ini adalah pengertian belajar
menurut pendapat para ahli pendidikan: Menurut Slameto menyebutkan bahwa
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Menurut Oemar
Hamalik mendeskripsikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli pendidikan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa indikator dan tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku akan terjadi apabila ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya yang didalamnya terjadi serangkaian pengalaman belajar

2.1.1.2 Pengertian pembelajaran


Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi
komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya.3 Pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus.
Pembelajaran merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari serta
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara
mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.4 Menurut
Aunurrahman, pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik berisi serangakaian peristiwa yang di
rancang, di susun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhui
terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.5 Menurut Omar
Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, serta prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.6 Berdasarkan pengertian
pembelajaran diatas, maka pembelajaran merupakan suatu proses dimana
terjadinya interaksi antara guru dan siswa untuk membentuk perilaku yang
diinginkan dengan cara membentuk kelompok antar siswa sehingga dapat terjadi
proses belajar mengajar yang baik.
2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penilaian yang dimaksudkan untuk melihat pencapaian
target pembelajaran, kemudian untuk menentukan seberapa jauh target
pembelajaran yang sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang
telah dirumuskan dalam tahap perencanaan pembelajaran.7
Hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana
tersebut diatas tidak dilihat secara pragmentaris atau terpisah, tetapi secara
konfrehensif
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang
terdapat dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang terdiri dari luar siswa
(faktor eksternal).
a. Faktor Internal
1. Kecerdasan atau intelegensi Kecerdasan merupakan salah satu aspek
yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau
seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka
secara potensi yang tinggi. Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada tingkat intelegensi rendah. Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk meraih sukses.
2. Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya
dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-
kesanggupan tertentu. Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensi yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebenarnya
setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan demikian
bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar pada
bidangbidang studi tertentu. Oleh karena itu hal yang tidak bijaksana apabila
orang tua memaksa kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya
itu.
3. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang. Minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar individu itu sendiri,
bukan dari dirinya sendiri, dimana seorang anak baru melakukan sesuatu kegiatan
apabila ada motivasi dari luar sehingga dapat mempengaruhi seorang siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang baik. Faktor eksternal terdiri dari:
1. Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana bahwa
keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat
besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman
itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa
aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah
motivasi untuk belajar.
2. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Guru dituntut untuk menguasai bahan
pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat untuk
diajarkan.
3.Lingkungan Masyarakat
Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

2.2 Model Pembelajaran Discovery Learning


Discovery learning adalah salah satu model dalam pengajaran teori
kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar
yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Model pembelajaran
discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa,
pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar menemukan, anak juga bisa berfikir analisis dan
mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Discovery Learning
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan disekolah-
sekolah yang sudah maju adalah model pembelajaran discovery learning. Hal ini
disebabkan karena model ini: a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif. b. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep
yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam kegiatan dan
tidak mudah dilupakan siswa. c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betulbetul dikuasai dan mudah digunakan untuk transfer dalam
situasi lain. d. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai
salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri e. Siswa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan masalah yang dihadapi sendiri.

2. Kelebihan dan Kelemahan Discovery


a. Kelebihan
1. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan
serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi/individual sehingga
dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4. Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang.
b. Kekurangan
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar menggunakan teknik ini akan kurang berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sempat kecewa bila diganti dengan teknik ini.
2.3 Google Classroom
2.3.1 Pengertian Google Classroom
Google classroom yakni aplikasi khusus bagi media belajar daring yang
mempermudah guru membuat, membagikan, mengelompokkan tiap tugas dengan
tidak memakai kertas (Soni et al., 2018). Menurut Nurfalah, “google classroom
adalah layanan disediakan oleh Google sebagai sebuah sistem e-learning berbasis
virtual class sebagai bentuk pembelajaran jarak jauh di dunia maya (Nurfalah,
2019).”
2.3.2 Fitur-fitur Google Classroom
Assignment, grading, time-cost, communication, privacy, aechive course,
dan mobile application adalah beberapa fitur yang dapat digunakan oleh guru
(Gunawan & Sunarman, 2017). Selain itu Google classroom punya beberapa fitur
lain yang bisa digunakan guru serta siswa yaitu (Nurfalah, 2019):
1) Forum, digunakan untuk melakukan interaksi guru dengan siswa.
Pemberitahuan di forum akan muncul ketika guru memberikan bahan ajar, tugas,
maupun pertanyaan.
2) Anggota, pemilik akun bisa melihat jumlah anggota kelas, serta guru bisa
menambahkan anggota dengan memasukkan username email siswa.
3) Google calendar, fitur ini bisa digunakan untuk menyusun schedule time.
4) Folder drive kelas, file yang telah diunggah tersimpan di google drive.
5) Tugas, fitur ini digunakan guna membagi tugas, dapat berupa Microsoft word,
power point, dll.
6) Tugas kuis, Fitur ini disertai batas waktu pengerjaan, jika siswa telah
mengerjakan, sistem bakal mencatat waktu mengerjakan dengan otomatis.
Sehingga guru bisa menggunakan fitur ini untuk membuat kuis memakai bantuan
google form, yakni pilihan ganda atau uraian.
7) Pertanyaan, pada fitur ini guru dapat mengajukan pertanyaan dan mendapat
respon siswa pada kolom jawaban.
8) Bahan ajar, guru bisa membagi bahan ajar ke siswa. Berdasarkan paparan
tersebut, fitur yang cukup lengkap tersebut dapat digunakan guru maupun siswa
guna melakukan proses pembelajaran yang mudah, terorganisir dan aman karena
semua data yang terupload nantinya akan langsung tersimpan di google drive.
2.1. 3Kelebihan dan Kekurangan Google Classroom
Kelebihan memakai google classroom bisa memudahkan guru mengelola
pembelajaran serta memberikan informasi dengan tepat serta akurat kepada siswa
(Maharani & Kartini, 2019). Selain itu kelebihan penggunaan google classroom
lainnya yaitu (Utami, 2019):
1) Kemudahan dalam persiapan penggunaan google classroom, cukup dengan
menggunakan kode kelas guru dapat menambahkan siswa.
2) Dapat menghemat waktu, karena dilakukan tanpa menggunakan kertas, alur
pengumpulan tugas jadi sederhana yang memungkinkan guru memeriksa serta
menilai tugas secara cepat.
3) Bisa meningkatkan pengorganisasian, dengan otomatis siswa bisa mengetahui
seluruh tugas serta materi yang tersimpan di di google drive.
4) Meningkatkan komunikasi, karena memungkinkan guru menyampaikan
pengumuman serta mengawali diskusi di platform itu.
5) Hemat biaya, google classroom tak ada iklan di dalamnya dan bersifat gratis.
Menurut Shampa, ada beberapa kelebihan dalam menggunakan google
classroom diantaranya (Iftakhar, 2016):
1) Easy to use, karena desain google classroom sederhana dipakai maka
memudahkan dalam memberi serta mengirim tugas, komunikasi, maupun
memberi pengumuman.
2) Cloud-based, untuk digunakan di lingkungan belajar google classroom
menghadirkan teknologi yang profesional.
3) Saves time, dirancang menghemat waktu belajar, pembagian materi ajar, serta
penilaian.
4) Free, sebab untuk mengaksesnya hanya perlu mendaftar memakai akun google
dan tidak ada pungutan biaya maupun iklan berbayar.
5) Flexible, penggunaan gampang diakses serta dipakai siapapun di lingkungan
belajar virtual.
6) Mobile-friendly, dapat diakses menggunakan perangkat seluler.
Pendapat Ernawati selain kelebihan pemakaian google classroom pada
pembelajaran, ada juga kekurangan pemakaian google classroom, yakni
(Ernawati, 2018):
1) Google classroom mengharuskan penggunanya terhubung dengan jaringan
internet agar bisa mengaksesnya.
2) Mengurangi pembelajaran sosial siswa, karena pembelajaran dengan
menggunakan google classroom secara individual.
3) Kurang kritisnya siswa dapat menyebabkan kesalahan materi bakal
memberikan dampak ke pengetahuan yang dimiliki.
4) Dalam pemakaiannya memerlukan hardware, software serta internet.

2.4 Materi Ikatan Kimia


Atom pada umunya tidak berdiri sendiri, melainkan tergabung dengan
atom lain membentuk molekul atau ion. Keadaan normal (tekanan dan suhu
kamar), hanya gas mulia saja terdapat dalam bentuk atom-atom bebas. Gaya yang
mengukuhkan atom-atom dalam waktu atau gabungan ion-ion itu, disebut dengan
ikatan kimia. Ikatan kimia merupakan senyawa-senyawa yang mempunyai sifat
yang berbeda-beda, ada yang titik lelehnya tinggi, ada yang rendah ada yang dapat
mengahtarkan arus listrik, adan tidak dapat menghantarkan arus listrik, hal ini
disebabkan karena perbedaan cara bergabung antara unsur-unsur pembentuknya,
dapat melalui ikatan ion atau kovalen.
1. Kondisi Stabil Atom Unsur
Unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil. Tidak ditemukan satu pun
senyawa alami sari gas mulia. Semua unsur gas mulia terdapat di alam sebagai gas
monoatomik (atom-atom berdiri sendiri). G.N Lewis dan W. Kosel mengkaitkan
kestabilan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi elektronnya. Gas mulia
mempunyai konfigurasi penuh, yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8 elektron
pada kulit luar, kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit
terluar), berikut adalah konvigurasi elektron Gas Mulia.

Tabel : 2.1 Konvigurasi Elektron gas Mulia


Unsur Gas Mulia Nomor Atom (Z) Jumlah Elektron Konfigurasi
Pada Kulit Atom Elektron

K L M N O
P
He 2 2 2
Ne 10 2 8 2 8
Ar 18 2 8 8 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8 2 8 18 32 18 8

Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan jalan


membentuk ikatan. Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi
elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan aturan oktet.
Konfigurasi oktet dapat dicapai dengan cara serah terima atau pemasangan
elektron. Contoh : 10Ne : 2, 8 11Na : 2, 8, 1 dengan melepas 1 elektron akan
menyerupai Neon (Ne) 17Cl : 2, 8, 7 dengan menangkap 1 elektron kan
menyerupai argon (Ar) 18Ar : 2, 8, 8 Serah terima elektron menghasilkan
ikatan ion, sedangkan pemasangan elekton menghasilkan ikatan kovalen.
2. Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom disertai dengan valensinya.
Lambang Lewis dari suatu unsur dinyatakan oleh lambang unsur dikelingi
oleh sejumlah tanda titik (●) atau tanda lainnya seperti tanda silang (X). Tanda
tersebut menyatakan jumlah elektron valensi dari unsur tersebut.

Tabel 2.2 Lambang Lewis Unsur-Unsur Periode 2 dan 3

Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi yang


terbagi dalam 4 pasangan. Lambang lewis unsur dari golongan lain
menunjukkan adanya elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan).

3. Ikatan Ion
Ikatan Ion disebut juga ikatan elektrokovalen. Ikatan ion terbentuk
akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepaskan elektron agar
memiliki konvigurasi elektron seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion juga dapat
terbentuk jika unsur-unsur yang direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik
elektron (keelektronegatifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron
yang cukup besar memungkinkan terjadinya serah terima elektron. Ikatan ion
umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan non-logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsur logam untuk melepaskan elektron membentuk
ion positif, dan kecenderungan
atom unsur non-logam untuk menerima elektron membentuk ion negatif.
Contoh : Li2O, AlF3, NaCl, MgO, CaF2 dan lain.
Contoh : pembentukan ikatan ion pada senyawa NaCl
Na = 2, 8, 1  Na+ (2, 8 ) + e+
Cl = 2, 8, 7 + e+  Cl- ( 2, 8, 8 )
Na + + Cl-  NaCL

supaya mencapai konfigurasi oktet Na harus melepas 1 elektron, sedangkan


Cl menangkap 1 elektron. Atom Na berubah menjadi ion Na+ , sedangkan Cl
menjadi Cl+ . Penggunaan lambang Lewis untuk mengambarkan ikatan ion NaCl
dapat disimak pada contoh berikut :

pembentukan ikatan ion pada senyawa MgCl


Mg = 2, 8, 2  Mg2+ (2, 8) + 2e
Cl = 2, 8, 7 + e-  Cl- (2, 8, 8)
Mg2+ + Cl-  MgCl2

Supaya mencapai konfigurasi oktet, Mg harus melepas 2 elektron,


dengankan Cl menangkap 1 elektron. Atom Mg berubah menjadi ion Mg2+,
sedangkan atom Cl menjadi Cl- . Sifat- sifat senyawa ion a. Pada suhu kamar
berwujud padat b. Struktur kristalnya keras tetapi rapuh c. Mempunyai titik
didih dan titik leleh tinggi d. Larut dalam pelarut air tettapi tidak larut dalam
pelarut organik e. Tidak menghantarkan listrik pada fase padat, tetapi pada
fase cair (lelehan) dan larutannya mengahantarkan listrik.
4. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terbentuk sebagai aikbat
penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom. Ikatan kovalen
terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk menggunakan elektron
bersama agar memiliki konvigurasi elektron seperti gas mulia terdekat
sehingga mengalami serah terima elektron. Atom-atom yang berikatan secara
kovalen umunya adalah atom-atom non logam. Ikatan kovalen dibagi menjadi
3 yaitu, ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap 2 dan ikatan kovalen
rangkap 3.

a) Ikatan Kovalen Tunggal (-)


Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan elektron oleh
dua atom yang berikatan. Contoh : Pembentukan ikatan Kovalen pada senyawa
H2O
H = 1 (memerlukan 1 elektron agar stabil)
O = 2, 6 (memerlukan 2 elektron agar stabil)

Ikatan kovalen tunggal ditunjukkan dengan garis tunggal (-)yang artinya ada 1
pasangan elekron ikatan
Rumus Struktur

b) Ikatan Kovalen Rangkap 2 (=)


Ikatan kovalen rangkap 2 terbentuk jika terjadi pengunaan bersama 2
pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain terdapat 2
pasang elektron yang berikatan.
Contoh : pembentukan ikatan kovalen pada senyawa O2
O = 2, 6 (memerlukan 2 elektron agar stabil )
O = 2, 6 (memerlukan 2 elektron agar stabil )
O=O

Ikatan kovalen rangkap 2 ditunjukkan oleh garis rangkap
2 (=), yang artinya ada 2 Pasangan elektron ikatan.
Gambar 2.3:Pembentukan struktur Lewis (Rachmawati, 2006).

Ikatan kovalen rangkap 3 terbentuk jika terjadi penggunaan bersama 3


pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain terdapat 3
pasang elektron yang berikatan. Contoh : pembentukan ikatan kovalen pada
senyawa N2
N = 2, 5 (memerlukan 3 elektron agar stabil )
N = 2, 5 (memerlukan 3 elektron agar stabil )

Sifat-sifat senyawa kovalen:


1. Pada suhu kamar ada yang berwujud gas, cair, ataupun padatan
2. Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik
antarmolekulnya lemah meskipun ikatan antar atomnya kuat
3. Larut dalam pelarut nonpolar
4. Larutanya dalam air ada yang menghantarkan arus listrik, tetapi sebagia besar
tidak dapat mengantarkan arus listrik.

5. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan
bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
Pasangan Elektron Bebas (PEB), sedangkan atom yang lain hanya menerima
pasangan elektron yang digunakan bersama. Pasangan elektron ikatan (PEI) yang
menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang
arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.

Contoh : Pembentukan Ion Hidronium


Ion hidronium, H3O+,dibentuk dari molekul air yang mengikat ion hidrogen
melalui reaksi: H2O + H+ → H3O+

Gambar 2.5 : Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi (Rachmawati, 2006)


BAB III
METODE PENELITIAN

a. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan diteliti maka jenis
sampel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu (quasi eksperimental design) dengan menggunakan dua kelas, kelas
pertama menggunakan model discovery learning dengan media google
classroom dan kelas kedua menggukan model discovery learning tanpa
menggunakan media apa pun pada materi yang sama dengan menggunakan tes.
Penelitian semu ini melakukan satu kali pengukuran didepan (pre-test)
sebelum adanya perlakuan (treatment), setelah itu melakukan pengukuran lagi
(post-test). Untuk lebih jelas dapat diperhatikan tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1. Two group pretest-posttest design


Group Pre test Treatment Post test
Eksperimen Y1 X1 Z1
Kontrol Y2 X2 Z2
(Sumber: Sugiono : 2013)

Keterangan:
Y1 = Pemberian tes awal kelas discovery dengan media Google classroom
Y2 = Pemberian tes awal kelas discovery tanpa penggunaan media google
classroom
X1 = Perlakuan kelas media Google Classroom
X2 = Perlakuan kelas Tanpa penggunaan media google classroom
Z1 = Pemberian evaluasi akhir kelas discovery dengan media Google Classroom
Z2 = Pemberian evaluasi akhir kelas discovery tanpa penggunaan media google
classroom.

B. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA SMA Negeri 2 Bandar tahun
ajaran 2021/2022 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah siswa 128 orang.
Untuk lebih jelasnya, distribusinya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2. Data siswa kelas X MIPA Negeri 2 Bandar
No Kelas jumlah
1 X MIPA 1 32
2 X MIPA 2 32
3 X MIPA 3 32
4 X MIPA 4 32
JUMLAH 128

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik


purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
pertimbangan setelah didiskusikan dengan guru kimia disekolah tersebut.
Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas X-MIPA3 sebagai
kelas eksperimen sedangkan kelas X-MIPA1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan
pertimbangan guru kimia yang bersangkutan, siswa kelas X-MIPA3 dan kelas
X-MIPA1 memiliki kemampuan yang hampir sama dan dapat dijadikan sebagai
sampel.
Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini yakni dua kelas, satu
sebagai kelas eksperimen dan satu sebagai kelas kontrol dari empat kelas yang
tersedia di SMA NEGERI 2 BANDAR yaitu kelas XMIPA3 dengan jumlah 32
orang siswa, dan kelas XMIPA1 dengan jumlah siswa 32 orang.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur variabel penelitian . Keberhasilan penelitian banyak ditemukan oleh
instrumen penelitian yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk
menjawab pertanyaan peneliti berasal dari penelitian tersebut. Adapun intrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang diterapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Ruang lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri dari satu indikator atau beberapa indikator untuk
satu kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan uraian tersebut RPP merupakan
komponen penting bagi guru yang harus disiapkan atau disusun dengan baik, agar
proses belajar dan mengajar terorganisasi dengan tepat dan efesien.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan suatu media ajar cetak berupa
lembaran berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas. Adapun rancangan LKS dalam penelitian ini yaitu:
a. Pemberian LKS pada kelas pertama, pemberian LKS ini merupakan
LKS yang didalamnya berisi soal-soal yang didesain dalam bentuk word square.
Pemberian LKS ini bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.
b. Pemberian LKS pada kelas kedua sistemnya sama seperti kelas pertama,
yang mana hasil evaluasi pertandingan dari LKS pada kelas pertama dan LKS
kelas kedua akan menunjukkan keberhasilan dari masing-masing media yang
digunakan dalam masing-masing kelas.
Adapun yang menjadi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Tes
Tes adalah alat ukut yang memiliki standar yang objektif, tes digunakan
untuk mengukur dan keadaan spikis atau tingkah laku individu. Berdasarkan
uraian tersebut tes dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil
belajar siswa dari kedua kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
a. Soal Pree Test
Tes awal yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum dimulai kegiatan
belajar mengajar. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahuI pengetahuan awal
siswa pada kedua kelas sampel.
b. Soal Post Test
Tes akhir yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah berlangsung
proses pembelajaran. Test akhir pada penelitian ini terdiri dari 10 soal pilihan
ganda. Post-test ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa setelah
diberi perlakuan yang seimbang, dimana nantinya akan menunjukkan
keberhasilan dari salah satu media yang digunakan pada masing-masing kelas.
2. Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran
Angket adalah sejumlah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
dengan menggunakan skala likert tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).5 Angket dalam penelitian ini
berupa angket respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Tujuan dari angket respon siswa ini yaitu untuk melihat keefektifan dari proses
pembelajaran terhadap perlakuan yang diberikan peneliti saat melaksanakan
proses belajar mengajar.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ini harus sesuai dengan instrumen yang
digunakan penulis dalam memperoleh data oleh karena itu teknik yang
digunakan penulis tersebut adalah:
1. Observasi
Observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa.
Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran dilaksanakan.
Untuk membatasi pengamatan, observasi ini dilakukan dengan menggunakan
lembar pengamatan. Lembar pengamatan ini memuat aktivitas yang akan
diamati serta kolom-kolom yang menunjukkan tingkat dari setiap aktivitas yang
diamati. Pengisian lembar pengamatan dilakukan dengan membubuhkan tanda
checklist dalam kolom yang telah disediakan sesuai dengan gambaran yang
diamati.
2. Tes
Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (pree-test) dan tes akhir
(post-test.
a. Tes awal (pree – test)
Tes awal adalah tes yang diberikan kepada kedua kelas sebelum diberikannya
perlakuan tes awal terdiri dari 10 soal pilihan ganda yang bertujuan untuk
melihat kemampuan siswa dan sebagai pembanding dari tes terakhir.
b. Tes terakhir (post – test )
Tes akhir adalah tes yang diberikan setelah perlakuan selesai. Tujuan
dari tes ini untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan
terhadap kedua kelas yang diambil sampel dalam penelitian ini.
3. Angket Respon Siswa
Angket adalah sejumlah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
dengan menggunakan skala likert tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).6 Angket dalam penelitian ini
berupa angket respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Tujuan dari angket respon siswa ini yaitu untuk melihat keefektifan dari
proses pembelajaran terhadap perlakuan yang diberikan peneliti saat
melaksanakan proses belajar mengajar.

E. Teknik Analisis Data


Setelah keseluruhan data terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap
pengolahan data. Tahap ini penting karena pada tahap inilah hasil penelitian
dirumuskan. Data tersebut diolah menggunakan program SPSS Versi 20,0.
Adapun teknik analisis data hasil belajar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Uji normalitas
Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji one sample kormogorov-smirnov dengan bantuan program
komputer SPSS Versi 20,0. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai
berikut:
H0 : Data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : Data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Pada pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak
H0berdasarkan P-Value atau significance (Sig) adalah sebagai berikut : Jika Sig
< 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal Jika Sig ≥ 0,05,
maka H0 diterima atau data berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan uji F atau levene statistic dengan bantuan
bantuan program komputer SPSS Versi 20,0. Bentuk hipotesis untuk uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Kelompok data memiliki varian yang sama (homogen)
H1 : Kelompok data tidak memiliki varian yang sama (Tidak homogeny)
Pada pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0
berdasarkan P-Value atau significance (Sig) adalah sebagai berikut:
Jika Sig < 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak homogen
Jika Sig ≥ 0,05, maka H0 diterima atau data homogeny

3. Uji t Berpasangan (Paired-sampel t test)


Uji t berpasangan merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel
berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang
berbeda. Uji t berpasangan ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
perbedaan rerata untuk dua sampel bebas yang berpasangan. Bentuk hipotesis
untuk uji t berpasangan (Paired-sampel t test) adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak adanya pengaruh penerapan model discovery learning melalui
media word square terhadap hasil belajar siswa pada materi elektrolit dan
nonelektrolit dikelas X MIPA SMA Negeri 2 Bandar
H1 : Adanya pengaruh penerapan model discovery learning melalui media
word square terhadap hasil belajar siswa pada materi elektrolit dan
nonelektrolit dikelas X MIPA SMA Negeri 2 Bandar
Pada pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0
berdasarkan P-Value atau significance (Sig) adalah sebagai berikut:
Jika Sig < 0,05, maka H0 ditolak
Jika Sig ≥ 0,05, maka H0 diterima

4. Analisis Data Aktivitas Siswa dan Respon Siswa


Teknik analisis data dibutuhkan untuk merumuskan hasil-hasil
penelitian. Data yang diperoleh dari tes serta pengamatan (observasi) aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung diolah dengan menggunakan
program SPSS Versi 20.0
a. Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswa yang diamati oleh dua orang pengamat
dianalisis dengan menggunakan rumus:
Nilai= skor pengamat 1 + skor pengamat 2 X
Total Skor maksimal
Adapun kriteria penilaian observasi siswa dapat disajikan pada tabel 3.4
dibawah ini:

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Observasi Siswa


NO Nilai Kriteria Penilaian
1 76 -100 % Sangat Tinggi
2 51 – 75 % Tinggi
3 26 -50 % Rendah
4 0 - < 25 % Sangat rendah
(Sumber: Trianto, 2011.)

b. Respon Siswa
Selain tes hasil belajar, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana respon
siswa terhadap penggunaan media word square dalam proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Adapun persentase respon siswa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P =  x 100%
n

Keterangan :
P = persentase respon siswa
f = banyaknya siswa yang menjawab suatu pilihan
n = jumlah siswa yang memberi tanggapan (responden)

Adapun kriteria persentase respon siswa adalah sebagai berikut

Tabel 3.4 Kriteria Persentase Respon Siswa


No Angka Katagori
1 0-10% Tidak tertarik
2 11-40% Sedikit tertarik
3 41-60% Cukup tertarik
4 61-90% Tertarik
5 91-100% Sangat tertarik
(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2013.)

Anda mungkin juga menyukai