Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Landasan pembangunan SDM suatu bangsa terletak pada pendidikan.
Sejatinya pendidikan menjadi harapan negara untuk menghasilkan SDM unggul,
mampu, independen, juga mendukung dan mengubah negeri kita menjadi lebih baik.
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dijelaskan di Pasal 1 Ayat 1 UU Republik
Indonesia Thn 2003 No. 20.

Dengan waktu terus berjalan dan perkembangan zaman, harapan pada UU


tersebut tidak lagi sepenuhnya terlaksanakan, baik pada pelaksanaan, perbaikan,
maupun perubahannya. Banyak pemangku kepentingan masih bekerja untuk
memastikan bahwa tujuan pendidikan yang direncanakan terpenuhi. Kurikulum yang
dianut di sekolah-sekolah di Indonesia berkaitan dengan kurikulum 2013 yang sering
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi saat ini sedang digunakan.
Kompetensi afektif, kognitif, dan kemampuan yang seharusnya siswa mampi
merumuskan di dalamnya secara terpadu. Selain itu dikembangkan prosedur
pembelajaran serta penilaian yang dibutuhkan siswa untuk mencapai standar yang
ditetapkan.

Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran harus ditingkatkan, yang tidak
terlepas dari seberapa baik proses yang dilaksanakn oleh pengajar dan siswa di dalam
dan di luar kelas. Ilmu Pengetahuan Alam, atau yang sering dikenal dengan IPA,
merupakan salah satu komponen pengajaran yang biasanya diberikan oleh guru kelas.
Diharapkan pendidikan sains di sekolah dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Diharapkan siwa bisa mengembangkan sikap dan keterampilan yang
berharga bagi diri sendiri, masyarakat, makhluk hidup lain, dan lingkungan dalam
rangka belajar IPA, yang lebih dari sekedar menghafal konsep. Menurut Fajar dkk.
(2018 :2) IPA lebih menekankan di inkuiri ilmiah, yaitu memberikan kesempatan
belajar langsung melalui penerapan keterampilan proses dan sikap ilmiah yang
dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam lingkungan belajar untuk
menemukan sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran Mata Pelajaran IPA lebih menekankan pada inkuiri ilmiah, yaitu
memberikan kesempatan belajar langsung melalui penerapan keterampilan proses dan
sikap ilmiah yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam lingkungan
belajar untuk menemukan pengetahuannya masing-masing. Pengajaran ini diharapkan
dapat membuat dan meningkatkan kualitas kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Karenanya, siswa harus mampu mengintegrasikan apa yang telah dimilikinya dalam
struktur pemikirannya berupa konsepsi-konsepsi tentang sains dengan tantangan-
tantangan yang dihadapinya dalam mempelajari sains, sehingga mereka harus diberi
lebih banyak kesempatan untuk menciptakan hubungan-hubungan tersebut.

Kenyataannya, keadaan yang disebutkan di atas tidak seperti yang diharapkan.


Hal itu diketahui setelah dilakukan observasi calon peneliti dilakukan penelaahan data
dokumentasi raport hasil belajar saintifik. Hal ini dilakukan dengan asumsi nilai KKM
terendah adalah 50 dan nilai terbaik adalah 70. Diketahui bahwa hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA ada tiga kategori. Hasil belajar siswa yang buruk dalam sains
menghadirkan tantangan bagi calon peneliti.

B. Identifikasi Masalah
Banyak masalah pembelajaran dengan tema perubahan wujud benda muncul
sebagai akibat dari fenomena yang berkembang ini, termasuk yang berikut:

1. Pencapaian KKM yang masih di bawah rata-rata dengan skor yang telah
ditetapkan tidak menunjukkan bahwa KKM telah mencapai tujuannya.
2. Perencanaan pembelajaran masih dalam tahap awal, yang mempengaruhi
bagaimana siswa belajar.
3. Guru masih mendominasi kelas.
4. Guru menggunakan model pembelajaran kurang tepat.
5. Siswa masih ragu untuk bertanya terkait materi yang relevan dengan kelas.
6. Beberapa anak tidak mengikuti peraturan sekolah secara tertulis.
7. Siswa juga ragu untuk mengajukan ide orisinal tentang suatu topik.
8. Guru hanya melihat produk jadi hasil karya siswa; proses pekerjaan tersembunyi
dari pandangan.
9. Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menarik karena proses pembelajaran
yang membosankan.
C. Fokus Penelitian
Calon peneliti membatasi kesulitan dalam penelitian ini yang didasarkan
pengidentifikasian masalah, penelitian melihat skill, fasilitas, dan passion
pengembangan pendidikan dari sekian banyak masalah yang ditemukan calon peneliti,
yaitu:.

1. Pengaplikasiann modell pembelajaran Discovery Learning pada penelitian ini


2. Dari sekian banyak mata pelajaran pada pembelajaran tematik ini penelitian kali
ini hanya akan menganalisis atau mengkaji pembelajaran pada pelajaran IPA
dengan materi Perubahan Wujud Benda
3. Tujuan penelitian untuk meningkatkann hasil belajar siswa terkait materi
perubahan wujud benda.

D. Pertanyaan Penelitian
Dari identifikasi masalah dan latar bbelakang permasalahan di atas, penelitian ini
menemukan pertanyaan penelitian dengan:

1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V pada materi Perubahan Bentuk Benda
dapat ditingkatkan dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan model
Discovery Learning?
2. Bagaimana prestasi beelajar siswa kelas V pada materi Perubahan Bentuk Benda
dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning?
3. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Discovery Learning dikelas V pada materi Perubahan Bentuk
Benda?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa Semester II di SDN 45 Duri Kosambi Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta
Tahun Pelajaran 2022/2023, sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan
di atas. Sedangkan tujuan khususnya ialah:
a. Untuk lebih memahami strategi Discovery Learning dalam perencanaan
pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V
Semester 2
b. Untuk mengetahui bagaimana model Discovery Learning digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V semester 2.
c. Untuk mengetahui apakah siswa kelas V Semester 2 yang mempelajari
perubahan wujud benda mengalami peningkatan prestasi akademik..

F. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat berikut diantisipasi dari penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning untuk mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda:

1. Manfaat Teoritis
a) Bagi kalangan akademisi/instansi, diharapkan para guru dan peneliti sekolah
dasar mendapatkan informasi dan pemahaman tentang model-model
pembelajaran dari hasil penelitian ini.
b) Discovery Learning dalam meningkatkan hasil pendidikan ilmiah bagi siswa.
c) Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dan pembelajaran lebih lanjut
tentang penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran saintifik.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi para pendidik diharapkan dapat mengimplementasikan model Discovery
Learning secara langsung di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam sesi ilmiah dan meningkatkan standar pembelajaran secara
umum.
b) Memberi peserta didik akses ke metode belajar sains yang lebih efisien, yang
akan membantu mereka memahami pelajaran yang diajarkan guru mereka.
c) Bagi sekolah, dalam upaya menaikkan standar pendidikan, yang akan
meningkatkan standar lembaga.
d) Bagi para peneliti, memberikan keahlian, pengetahuan, dan kemampuan
mereka, terutama yang berkaitan dengan individu yang menggunakan model
Discovery Learning pendidikan ilmiah
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deksripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah struktur dengan fungsi membantu
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Model pembelajaran membantu dalam
mengantarkan kepada tujuan dari pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Pendidik harus memahami pemilihan model, yang umumnya merupakan salah
satu aspek terpenting dari proses pembelajaran. Karakteristik siswa juga menjadi
faktor penting untuk diperhatikan disebabkan pembelajaran adalah sitem
komunikasi atau transfer pengetahuan diantara guru dan siswa. Hal ini terutama
berlaku dalam kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan awal peserta didik,
minat mereka, cara belajar mereka, dan progress mereka.
Strategi pengajaran harus didasarkan pada sejumlah faktor dan disesuaikan
dengan keadaan, lingkungan, dan gaya belajar siswa. Bruce J. & Weil pada
Darmawan dan Wahyudin (2018) memberikan pemahaman bahwa model
pembelajaran merupakan planning atau polaa yang digunakan dalam pembuatan
kurikulum, perancangan bahan ajar, dan pembiming pelajaran dalam kelas atau
yang lain.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Hakekat Model Pembelajarann Discovery Learning
Pendekatan saintifik digunakan dalam pengaplikasian model
pembelajaran yang dikenal dengan Discovery Learning. Dalam kurikulum
2013, pendekatan saintifik dan model pembelajaran penemuan merupakan
metode dan model pembelajaran wajib yang harus dimanfaatkan. Pendekatan
saintifik merupakan gagasan fundamental yang mewujudkan, memotivasi,
menyokong, dan melandasi pemikiran tentang bagaimana teori-teori tertentu
digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran. Menurut Kemendikbud
(2013), pendekatan saintifik (scientific approach to learning) terdiri dari
komponen-komponen berikut: mengamati, mengajukan pertanyaan,
merenungkan, mencoba, mencipta, menyajikan, dan mengomunikasikan Salah
satu model pembelajaran yang menjadikannya yang mudah dipraktikkan
adalah model pembelajaran penemuan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Jenis mmodel pembelajaran yang dikenal dengan Discovery, atau
Penemuan, didasarkan pada konstruktivisme. Diiscovery learning diartikan
sebagai “suatu progress pembelajaran yang ada ketika siswa diharapkan untuk
mengatur dirinya sendiri”, Kurniasih dan Sani (2014: 64) menyatakan
Penemuan adalah menemukan suatu konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan,” kata Sani
(2014, hlm. 97). Model penemuan merupakan cara pendidikan yang
mengikutsertakan siswa dengan aktif dalam proses pembelajaran dan
menekankan pada pengalaman langsung serta pentingnya memahami konsep
dasar atau struktur suatu bidang keilmuan. Pertanyaan atau masalah yang perlu
dipecahkan disajikan dalam bahan ajar. Oleh karena itu, daripada menerima
pemberitahuan, siswa mempelajari informasi baru melalui penemuan diri.
Menurut Bruner dari Kemendikbud (2013, hlm. 4), apanbila seorang pendidik
memberikan kepercayaan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka temui dalam
kehidupan mereka, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. dan
kreatif”. sampai penemuan, dimana siswa secara mandiri menemukan
informasi, “Dalam menerapkan model pembelajaran discovery, guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, guru harus mampu membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. ,” ujar Sardiman dalam
Kemendikbud (2013, hlm. 4). Peneliti sampai pada kesimpulan discovery
learrning adalah proses pembelajaran di mana guru menmberikan materinya
kurang lengkap sehingga menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
menemukan mandiri suatu konsep atau prinsip yang belum diketahuinya.
c. Kekuatan Model Discovery Learning
Pertimbangan memperoleh manfaat atau keuntungan harus menyertai
pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan.
1Hosnan (2014), hlm. Berikut beberapa keunggulan model pembelajaran
discovery:
1) membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan dan proses
kognitifnya.
2) Karena meningkatkan pemahaman, retensi, dan transfer, pengetahuan
model ini sangat personal dan kuat.
3) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
4) membantu siswa dalam meningkatkan konsep diri sehingga dapat
bekerja sama dengan orang lain dengan percaya diri.
5) mendorong partisipasi siswa.
6) mendorong siswa untuk mengembangkan hipotesis mereka sendiri dan
berpikir secara intuitif.
7) Mendorong siswa untuk belajar sendiri.
8) Karena berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan
hasil akhir, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain manfaat yang telah disebutkan sebelumnya, model pembelajaran


Discover masih memiliki keunggulan sebagai berikut, menurut Marzano
dalam Hosnan (2014, hlm. 288):

1) Menumbuhkan dan menanamkan pola pikir yang didorong oleh rasa


ingin tahu.
2) Ilmu mudah diingat dan bertahan lama.
3) Efek transfer hasil belajar discovery lebih baik.
4) Meningkatkan kapasitas siswa untuk berpikir bebas dan bernalar.
5) Mengembangkan kemampuan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah sendiri.

d. Kelemahan Model Discovery Learning


Hosnan (2014) Model pembelajaran discovery mengalami beberapa
kekurangan, yang diantaranya adalah memakan banyak jam karena tuntutan
guru untuk mengubah kebiasaan mengajar yang biasanya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing. Lalu siswa memiliki
kemampuan rasionalitas yang terbatas dan tidak semua peserta didik dapat
mengikuti pelajaran dengan cara tersebut. Peneliti sampai pada kesimpulan
bahwa model pembelajaran discovery learning memiliki kelebihan yaitu dapat
melatih siswa untuk belajar mandiri, melatih kemampuan penalaran siswa, dan
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu
mereka menemukan diri sendiri dan memecahkan masalah sendiri. Model
pembelajaran penemuan memiliki beberapa kelemahan, yang paling signifikan
adalah membutuhkan waktu lebih banyak karena mengubah metode
pembelajaran yang biasa. Tetapi, kelemahan tersebut dapat ditekan dengan
merencanakan kegiatan pembelajaran sistematis, memfasilitasi peserta didik
dalam 11 kegiatan penemuan, dan membangun wawasan awal siswa untuk
memastikan bahwa pembelajaran berlangsung selancar mungkin.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Aspek yang paling penting dari pembelajaran adalah hasil. Sudjana
Nana (2009:3) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam arti luas
yang meliputi bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik inilah yang pada
hakekatnya menentukan hasil belajar siswa. Dimyati dan Mudjiono Selain itu,
dikemukakan bahwa interaksi antara belajar mengajar menghasilkan hasil
belajar. Dari sudut pandang guru, evaluasi hasil belajar menandai berakhirnya
proses pengajaran. Hasil belajar merupakan puncak pengajaran dari puncak
proses pembelajaran bagi siswa. Menurut Mulyasa (2008) dikatakan bahwa
“Hasil belajar didefinisikan sebagai prestasi belajar siswaq secara keseluruhan
yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang
bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa harus dinyatakan
sedemikian rupa agar bisa dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung”
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah keterampilan yang
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Kesimpulan ini
didukung oleh pengertian hasil belajar yang diberikan di atas. Aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor termasuk dalam kemampuan tersebut.
Kegiatan peninjauan ulang yang bertujuan untuk memperoleh data
bukti yang akan mempresentasikan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran dapat digunakan untuk melihat hasil belajar. Hasil belajar
kognitif IPA (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3) merupakan tiga
tingkatan hasil belajar yang dianalisis dalam penelitian ini. Tes merupakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa
b. Factor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar itu sendiri tidak
lepas dari hasil belajar sebagai ukuran keberhasilan kelas. Sugihartono, dkk
2007: 76-77), membahas aspek-aspek hasil belajar sebagai berikut:
1) Individu yang belajar dipengaruhi oleh faktor internal. Di antara faktor
internal adalah: faktor psikologis dan fisik.
2) Faktor eksternal adalah hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang. Diantara
faktor eksternal tersebut adalah: faktor yang berkaitan dengan keluarga,
sekolah, dan masyarakat Dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning, peneliti menggunakan faktor eksternal berdasarkan
faktor-faktor tersebut diatas yang mempengaruhi hasil belajar. Siswa harus
berpartisipasi aktif dalam pendidikan sains mereka untuk mempraktekkan
model pembelajaran semacam ini.
4. IPA
a. Pengertian IPA
IPA merupakan rumpun ilmu dengan sifat menelaah fenomena alam
secara faktual (faktual), baik berupa kenyataan (reality) maupun peristiwa
(events), dan hubungan sebab akibat akibatnya. Saat ini, rumpun IPA
mencakup disiplin ilmu berikut: Biologi, Fisika, Geologi, sains, dan
astronomi/astrofisika. IPA merupakan body of knowledge yang pada awalnya
dipelajari dan dikembangkan dengan menggunakan eksperimen (induktif),
namun kemudian juga diperoleh dan dikembangkan dengan menggunakan
teori (deduktif). IPA sebagai hasil yang meliputi pengetahuan yang bersifat
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses yang
meliputi upaya ilmiah, merupakan dua hal yang saling berhubungan dan tidak
dapat dipisahkan dari IPA. Sains memiliki hubungan yang sangat luas dengan
keberadaan manusia dan merupakan ide pembelajaran yang alami. IPA
mendefinisikan pengetahuan sebagai pengetahuan yang diakui secara
universal (universal), sistematis, terorganisir secara teratur yang berbentuk
kumpulan data observasi dan eksperimen.
Mempelajari sains sangat penting untuk kemajuan teknologi dan sistem
pendidikan. Karena sains berusaha untuk menarik minat orang dan memiliki
kemampuan yang mendalam untuk mengembangkan sains dan teknologi serta
pemahaman tentang alam semesta, ada banyak fakta yang belum terungkap
dan masih dirahasiakan, memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan
alam baru dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu
dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran, salah satunya dengan
memilih pendekatan pembelajaran yang efektif. Adalah tanggung jawab guru
untuk memahami isinya, tetapi diharapkan juga dapat menyampaikannya
dengan memperhatikan bakat dan persiapan siswa dengan memanfaatkan salah
satu strategi pengajaran itu menyenangkan. Dalam sesi sains kelas V, guru
sering menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memberikan ceramah
kepada siswanya untuk menyampaikan materi. agar anak-anak hanya
mendengarkan dalam diam seperti yang dijelaskan instruktur. Siswa
menemukan jenis instruksi membosankan dan berjuang untuk memahami
pelajaran yang diajarkan. Siswa tidak mencapai hasil belajar terbaik. Penulis
mencoba menggunakan salah satu teknik pembelajaran yaitu metode
penemuan berdasarkan penjelasan tersebut.
b. Perubahan Wujud Benda
Perubahan keadaan materi adalah transisi termodinamika dari satu fase
ke fase lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas dapat menyebabkan benda-
benda ini mengambil bentuk baru. Ketika titik tertentu dicapai oleh atom atau
senyawa biasa dari zat tersebut, yang diukur dalam angka suhu, sebuah benda
berubah bentuk. Misalnya, air tidak dapat menjadi gas hingga mencapai titik
didihnya, dan tidak dapat menjadi padat hingga mencapai titik bekunya. Zat
gas, cair, atau padat tidak dapat mempertahankan bentuknya dalam kondisi
tertentu. Karena itu, ia memiliki kemampuan untuk mengalami perubahan
bentuk, seperti perubahan warna atau bentuk, serta munculnya bau atau bau
lain dari bentuk sebelumnya. Secara alami hal ini terjadi karena zat berada
pada kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh panas, suhu, kelembaban, dan
faktor lainnya. Meskipun perubahan bentuk mungkin singkat atau tidak, itu
menghasilkan pembentukan zat baru yang tidak dapat dipulihkan. Oleh karena
itu, perubahan fisika, kimia, dan biologi suatu benda berkaitan erat dengan
perubahan wujudnya, yang menjadi alasan mengapa suatu zat dapat berubah
wujud. Ada unsur yang menghasilkan panas atau membutuhkan panas untuk
berubah bentuk.
Zat gas, cair, atau padat tidak dapat mempertahankan bentuknya dalam
kondisi tertentu. Karena itu, ia memiliki kemampuan untuk mengalami
perubahan bentuk, seperti perubahan warna atau bentuk, serta munculnya
bau atau bau lain dari bentuk sebelumnya. Secara alami hal ini terjadi
karena zat berada pada kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh panas, suhu,
kelembaban, dan faktor lainnya.
1) Mencair
Transformasi zat padat menjadi cairan dikenal sebagai peleburan.
Kalor atau kalor yang mempengaruhi zat benda diperlukan untuk melebur
agar berubah bentuk. Mencair adalah nama lain dari meleleh
2) Membeku
Transformasi zat padat menjadi cairan dikenal sebagai peleburan.
Kalor atau panas yang mempengaruhi zat benda diperlukan untuk melebur
agar berubah bentuk. Mencair adalah nama lain untuk transformasi ini
dalam bentuk.
3) Menguap
Proses dimana cairan berubah menjadi gas dikenal sebagai penguapan.
Suatu perubahan keadaan yang memerlukan kalor atau pemanasan adalah
penguapan. Modifikasi ini dapat terjadi pada tubuh manusia maupun
cairan.
4) Mengembun
Suatu jenis perubahan keadaan yang mengubah gas menjadi cairan
dikenal sebagai kondensasi. Di udara dingin atau pada suhu rendah, gas
mengembun menjadi tetesan air. Karena memerlukan suhu rendah,
perubahan wujud ini termasuk dalam proses pelepasan kalor.
5) Menyublim
Sublimasi adalah proses di mana benda padat berubah menjadi bahan
gas. Agar benda padat menjadi molekul gas di udara selama proses
sublimasi, diperlukan energi kalor atau kalor
6) Mengkristal
Kristalisasi adalah proses yang mengubah bahan gas menjadi lebih
padat dengan mengubah keadaannya. Pelepasan energi panas atau panas
pada suhu yang lebih rendah dari benda menyebabkan perubahan bentuk
ini.

B. Penelitian yang Relevan


Berikut merupakan beberapa sumber penelitian yang relevan yang dijadikan
sebagai ajuan kepustakaan dan kerelevanan dalam penelitian ini

1. Sardayanti (2022) pada skripsinya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran


Discovery Learrning Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN 203
Inpres Binanga Sangkara Kecamatan Bonotoa Kabupaten Maros.
2. Wilda Farida (2018) Pengaruh model pembelajaran penemuan Discoverry
Learning terhadap hasil belajar IPA bagian tumbuhan peserta didik kelas V SDN
Inpres Bontorampa Kab gowa.
3. Nadia Ulfa (2017) Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkkan Hasil Belajar Siswa Pada Subtema Perubahan Wujud Benda
4. Penelitian oleh Ajeng Raja Azura (2019) berjudul “Pengembangan Model
Pembelelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPA dengan Materii Perubahan Wujud Benda Kelas V Di SD Al-Islah
Surabaya” Penelitian ini memiliki aplikasi pada penelitian terkini yaitu yang
mengkaji dampak model pembelajaran discovery terhadap hasil belajar perubahan
materi wujud benda..
5. Penelitian oleh Syifa Fauziah (2017) Berjudul “Penerapan Model Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Hasil Belajar Siswa Pada Tema
Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan”
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan konteks dan identifikasi masalah, kondisi guru tetap mengajar
dengan metode tradisional ceramah, diskusi, dan tanya jawab, sedangkan gaya belajar
siswa tetap tergesa-gesa dan takut melakukan kesalahan saat menyelesaikan. setiap
tugas yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa yang rendah adalah akibat
siswa tidak berhati-hati selama proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapai.

Dengan demikian, calon peneliti beranggapan bahwa dengan menggunakan


model Discovery Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar
dan sikap teliti siswa. Karena pembelajaran dengan menggunakan Discovery Learning
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri dengan sikap teliti.
Berdasarkan hal di atas, kerangka tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
D. Hipotesis Penelitian
Suharsimi Arikunto (2013, hlm. 58) menyatakan bahwa “hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Berikut hipotesis penelitian:

1. Prestasi belajar siswa akan meningkat jika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


dibuat sesuai dengan model pembelajaran Discovery Learning;
2. Prestasi belajar siswa akan meningkat jika guru menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning pada materi perubahan wujud benda;
3. Jika guru sudah menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di dalam
kelas pada materi perubahan wujud benda maka prestasi belajar siswa kelas V
SDN 45 Duri Kosambi akan meningkat
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SDN 45 Duri Kosambi yang berlokasi di Jl.
Kresek raya Kel. Duri Kosambi Kec. Cengkareng Kab. Jakarrta yang dilaksanakan
terhadap siswa kelas V SDN 45 Duri Kosambi pada tahun ajaran 2022/2023 semester
genap dan kurikulum yang di gunakan adalah kurikulum 2013.

B. Subjek Penelitian
Subjel dari penelitian ini adalah siswa kelas VA Semester 2 SDN 45 Duri
Kosambi. Dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 15 orang siswa putra dan
12 orang siswa putri.

C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh peneliti
pada kelas V SDN 45 Duri Kosambi adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III semuanya diulang secara konstan selama
tahap implementasi ini. Tiga siklus menyusun rencana pelaksanaan tindakan kelas.
Berikut adalah rencana aksinya:
a. Membuat surat penelitian untuk dipresentasikan ke sekolah adalah langkah
pertama.
b. Pertemuan dengan pihak sekolah untuk meminta izin melakukan penelitian
dan memilih kelas yang akan dijadikan objek penelitian adalah langkah kedua.
c. Berdiskusi dengan wali kelas V tentang kesulitan belajar tema dan kemudian
mintalah daftar siswa kelas V.
d. Mengawasi tantangan pembelajaran tema di kelas V
e. Bekerja sama dengan guru kelas V yang bersangkutan untuk menetapkan
jadwal penelitian..
f. Membuat alat penelitian, dalam hal ini tes evaluasi dan instrumen evaluasi
nontes, seperti lembar observasi, untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
g. Membuat RPP, melakukan penelitian terhadap LKPD (bahan ajar dalam
bentuk) dan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran.
h. meminta saran kepada dosen pembimbing tentang ide pembelajaran, LKS, dan
sumber belajar yang akan digunakan dalam penelitian.
i. pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian untuk mengukur penguasaan
materi siswa.
2. Pelaksanaan (Action)
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah bagaimana rencana yang telah
disusun oleh peneliti direalisasikan..
a. Siklus I
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP yang dibuat. Selama
melakukan penelitian, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran,
membimbing siswa dalam menggunakan pendekatan Discovery Learning
dengan meminta mereka mengikuti skenario pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya..
b. Siklus II
akan dilaksanakan dengan model dan skenario pembelajaran yang
sama dengan Siklus I, namun dalam lingkungan belajar yang baru, jika Siklus
I belum berhasil..
c. Siklus III
Jika siklus kedua tidak berhasil maka akan dilakukan siklus ketiga
dengan model skenario pembelajaran yang berbeda dan model skenario
pembelajaran yang sama.
3. Pengamatan (Observing)
Selain mengumpulkan atau mencatat data dan membuat catatan lapangan
tentang peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran, kegiatan observasi
dilakukan bersamaan dengan tindakan untuk mengetahui seberapa besar
keterlibatan siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas.
a. Tiga komponen membentuk situasi kegiatan belajar mengajar: kesenangan
siswa belajar, kemampuan mereka untuk mengikuti arahan instruktur, dan
kemampuan mereka untuk menarik kesimpulan dari penelitian mereka..
b. Kapasitas siswa untuk belajar, yang terdiri dari tiga komponen: penyelesaian
tugas tepat waktu, keterlibatan penuh dari semua siswa, dan pengetahuan
tentang materi pelajaran..
4. Refleksi (Reflecing)
Agar para peneliti dapat sepenuhnya memahami dan menawarkan umpan balik
yang berwawasan tentang proses dan hasil pembelajaran yang diantisipasi, refleksi
merupakan komponen penting dari penelitian. Refleksi digunakan untuk
mempelajari segala sesuatu dan hasilnya terwujud ketika pembelajaran terjadi
dengan cara yang dijelaskan di bawah ini:
a. analisis, sintesis, dan interpretasi dari semua data yang dikumpulkan selama
pelaksanaan tindakan..
b. Menganalisis pencapaian tujuan tindakan.
c. meningkatkan layanan pembelajaran yang sedang berlangsung dan proses
pembelajaran yang telah selesai.
Peneliti yang terlibat dalam penelitian tindakan memiliki banyak
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas siswa selama proses pembelajaran
dengan latihan refleksi seperti ini.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian
yang bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
dibutuhkan, untuk itu peneliti membuat suatu rancangan pengumpulan data untuk
memenuhi data yang peneliti butuhkan dalam penelitian tindakan kelas di kelas V
SDN 45 Duri kosambi. Adapun dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data
melalui observasi, dokumentasi, tes dan non tes.

a. Observasi
Guru mengevaluasi sikap siswa selama pelajaran dengan memperhatikan
siswa saat mereka memperhatikan objek yang ditugaskan.
b. Dokumentasi
Saat melakukan penelitian tindakan kelas, penting untuk mendokumentasikan
prosesnya dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis, visual, atau elektronik
dari arsip yang dibuat oleh peneliti serta subjek dan objek penelitiannya.
c. Angket
Peneliti tidak harus bertemu langsung dengan responden ketika menggunakan
kuesioner atau angket ketika ucapan lisan dari responden tidak lagi diperlukan,
tidak seperti ketika menggunakan alat wawancara atau observasi. Akibatnya,
kuesioner atau survei dapat diberikan kepada pihak ketiga untuk disebarluaskan
sebelum dikumpulkan setelah selesai.
d. Tes dan Non Tes
Dengan meminta siswa untuk menanggapi pertanyaan baik secara lisan
maupun tertulis selama tes, data dikumpulkan. Penyelidikan berkaitan dengan
pokok bahasan yang sedang diselidiki.

E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian disiapkan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian.
Akibatnya, peneliti dapat mengumpulkan data yang tepat dan benar dalam kaitannya
dengan masalah penelitian mereka. Lembar kerja siswa, lembar observasi, dan lembar
observasi merupakan perangkat penelitian.

1. RPP
Pengembangan pembelajaran yang merupakan satu kesatuan sistem yang
tersusun dari berbagai komponen yang saling berkomunikasi satu sama lain, dapat
disebut sebagai pelaksanaan pembelajaran. Menerapkan gagasan belajar siswa
aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses melalui implementasi.
Perencanaan pembelajaran menurut Banghart dan Trull dalam Lidya (2015, hlm.
59) adalah tindakan membuat konten dengan memanfaatkan media pembelajaran
dalam alokasi waktu yang akan dilakukan pada semester mendatang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan..
2. Tes (Pretest dan Postest) Prestasi Belajar
Mempersiapkan perangkat tes sebelum dan sesudah siswa mengikuti
pembelajaran (pretest dan posttest) merupakan salah satu cara instrumen tes dibuat
untuk menjawab pertanyaan input dan output. Soal dengan pilihan ganda dan
jawaban singkat dirancang sebagai instrumen tes.
3. Non Tes
Instrumen non tes adalah alat yang dibuat untuk menjawab pertanyaan proses,
yaitu pertanyaan tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar.
Bagaimana anak-anak belajar dapat diketahui dengan mengamati sikap dan
perilaku mereka, dan bagaimana seorang guru mengajar dapat diketahui dengan
mengamati bagaimana dia menerapkan model pembelajaran yang dipilih di kelas.
Soal-soal ini memerlukan pengembangan alat nontes, seperti wawancara,
observasi, pengukuran sikap, dan lain-lain.
F. Indicator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat memenuhi
standar baik atau minimal jika 60% siswa menguasai bahan pelajaran, dan jika 75%
atau lebih siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar..

G. Teknik Analisis Data


Analisis data penelitian ini adalah kualitatif, dan salah satu model yang
digunakan adalah metode analisis interaktif yang diciptakan oleh Miles Huberman
dalam Kunandar (2011:102) tahun 1984. Tiga langkah dalam membuat analisis
interaktif: reduksi data, visualisasi data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data
Langkah pertama dalam proses analisis adalah reduksi data, yaitu pemilihan,
penentuan fokus, penyederhanaan, sintesis, dan perubahan bentuk data mentah
dalam catatan lapangan. Pada tahap ini, peneliti memilih dan memadatkan data
yang terkumpul sesuai dengan penekanan pada kategori dan masalah tertentu yang
telah ditetapkan dan dirumuskan. Data juga diatur sesuai dengan persyaratan,
memastikan bahwa setelah reduksi data, semua data terkait telah diatur dan diatur
sesuai dengan persyaratan untuk tahap berikutnya.
2. Penyajian Data
Pada langkah ini, peneliti bekerja untuk mengumpulkan data yang
bersangkutan sehingga dapat dianalisis dan diberi interpretasi tertentu. Dengan
menyajikan data dan membangun hubungan antara variabel penelitian, apa yang
terjadi, dan apa yang harus ditindaklanjuti untuk memenuhi tujuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti dapat memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap data yang
diperoleh dari hasil reduksi dan penyajian data, dan dengan menggunakan data
tersebut, peneliti akan membuat kesimpulan penelitian dengan menjawab
permasalahan yang diangkat dari data dan bukti empiris yang telah terkumpul.
Verifikasi data diperlukan setelah menarik kesimpulan agar temuan penelitian
dapat dipercaya dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks
memperkuat dan menelusuri kembali data secara efektif, verifikasi itu sendiri
adalah pekerjaan yang berulang.

Anda mungkin juga menyukai