PENDAHULUAN
Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran harus ditingkatkan, yang tidak
terlepas dari seberapa baik proses yang dilaksanakn oleh pengajar dan siswa di dalam
dan di luar kelas. Ilmu Pengetahuan Alam, atau yang sering dikenal dengan IPA,
merupakan salah satu komponen pengajaran yang biasanya diberikan oleh guru kelas.
Diharapkan pendidikan sains di sekolah dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Diharapkan siwa bisa mengembangkan sikap dan keterampilan yang
berharga bagi diri sendiri, masyarakat, makhluk hidup lain, dan lingkungan dalam
rangka belajar IPA, yang lebih dari sekedar menghafal konsep. Menurut Fajar dkk.
(2018 :2) IPA lebih menekankan di inkuiri ilmiah, yaitu memberikan kesempatan
belajar langsung melalui penerapan keterampilan proses dan sikap ilmiah yang
dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam lingkungan belajar untuk
menemukan sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran Mata Pelajaran IPA lebih menekankan pada inkuiri ilmiah, yaitu
memberikan kesempatan belajar langsung melalui penerapan keterampilan proses dan
sikap ilmiah yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam lingkungan
belajar untuk menemukan pengetahuannya masing-masing. Pengajaran ini diharapkan
dapat membuat dan meningkatkan kualitas kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Karenanya, siswa harus mampu mengintegrasikan apa yang telah dimilikinya dalam
struktur pemikirannya berupa konsepsi-konsepsi tentang sains dengan tantangan-
tantangan yang dihadapinya dalam mempelajari sains, sehingga mereka harus diberi
lebih banyak kesempatan untuk menciptakan hubungan-hubungan tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Banyak masalah pembelajaran dengan tema perubahan wujud benda muncul
sebagai akibat dari fenomena yang berkembang ini, termasuk yang berikut:
1. Pencapaian KKM yang masih di bawah rata-rata dengan skor yang telah
ditetapkan tidak menunjukkan bahwa KKM telah mencapai tujuannya.
2. Perencanaan pembelajaran masih dalam tahap awal, yang mempengaruhi
bagaimana siswa belajar.
3. Guru masih mendominasi kelas.
4. Guru menggunakan model pembelajaran kurang tepat.
5. Siswa masih ragu untuk bertanya terkait materi yang relevan dengan kelas.
6. Beberapa anak tidak mengikuti peraturan sekolah secara tertulis.
7. Siswa juga ragu untuk mengajukan ide orisinal tentang suatu topik.
8. Guru hanya melihat produk jadi hasil karya siswa; proses pekerjaan tersembunyi
dari pandangan.
9. Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menarik karena proses pembelajaran
yang membosankan.
C. Fokus Penelitian
Calon peneliti membatasi kesulitan dalam penelitian ini yang didasarkan
pengidentifikasian masalah, penelitian melihat skill, fasilitas, dan passion
pengembangan pendidikan dari sekian banyak masalah yang ditemukan calon peneliti,
yaitu:.
D. Pertanyaan Penelitian
Dari identifikasi masalah dan latar bbelakang permasalahan di atas, penelitian ini
menemukan pertanyaan penelitian dengan:
1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V pada materi Perubahan Bentuk Benda
dapat ditingkatkan dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan model
Discovery Learning?
2. Bagaimana prestasi beelajar siswa kelas V pada materi Perubahan Bentuk Benda
dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning?
3. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Discovery Learning dikelas V pada materi Perubahan Bentuk
Benda?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa Semester II di SDN 45 Duri Kosambi Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta
Tahun Pelajaran 2022/2023, sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan
di atas. Sedangkan tujuan khususnya ialah:
a. Untuk lebih memahami strategi Discovery Learning dalam perencanaan
pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V
Semester 2
b. Untuk mengetahui bagaimana model Discovery Learning digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V semester 2.
c. Untuk mengetahui apakah siswa kelas V Semester 2 yang mempelajari
perubahan wujud benda mengalami peningkatan prestasi akademik..
F. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat berikut diantisipasi dari penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning untuk mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda:
1. Manfaat Teoritis
a) Bagi kalangan akademisi/instansi, diharapkan para guru dan peneliti sekolah
dasar mendapatkan informasi dan pemahaman tentang model-model
pembelajaran dari hasil penelitian ini.
b) Discovery Learning dalam meningkatkan hasil pendidikan ilmiah bagi siswa.
c) Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dan pembelajaran lebih lanjut
tentang penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran saintifik.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi para pendidik diharapkan dapat mengimplementasikan model Discovery
Learning secara langsung di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam sesi ilmiah dan meningkatkan standar pembelajaran secara
umum.
b) Memberi peserta didik akses ke metode belajar sains yang lebih efisien, yang
akan membantu mereka memahami pelajaran yang diajarkan guru mereka.
c) Bagi sekolah, dalam upaya menaikkan standar pendidikan, yang akan
meningkatkan standar lembaga.
d) Bagi para peneliti, memberikan keahlian, pengetahuan, dan kemampuan
mereka, terutama yang berkaitan dengan individu yang menggunakan model
Discovery Learning pendidikan ilmiah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deksripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah struktur dengan fungsi membantu
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Model pembelajaran membantu dalam
mengantarkan kepada tujuan dari pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Pendidik harus memahami pemilihan model, yang umumnya merupakan salah
satu aspek terpenting dari proses pembelajaran. Karakteristik siswa juga menjadi
faktor penting untuk diperhatikan disebabkan pembelajaran adalah sitem
komunikasi atau transfer pengetahuan diantara guru dan siswa. Hal ini terutama
berlaku dalam kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan awal peserta didik,
minat mereka, cara belajar mereka, dan progress mereka.
Strategi pengajaran harus didasarkan pada sejumlah faktor dan disesuaikan
dengan keadaan, lingkungan, dan gaya belajar siswa. Bruce J. & Weil pada
Darmawan dan Wahyudin (2018) memberikan pemahaman bahwa model
pembelajaran merupakan planning atau polaa yang digunakan dalam pembuatan
kurikulum, perancangan bahan ajar, dan pembiming pelajaran dalam kelas atau
yang lain.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Hakekat Model Pembelajarann Discovery Learning
Pendekatan saintifik digunakan dalam pengaplikasian model
pembelajaran yang dikenal dengan Discovery Learning. Dalam kurikulum
2013, pendekatan saintifik dan model pembelajaran penemuan merupakan
metode dan model pembelajaran wajib yang harus dimanfaatkan. Pendekatan
saintifik merupakan gagasan fundamental yang mewujudkan, memotivasi,
menyokong, dan melandasi pemikiran tentang bagaimana teori-teori tertentu
digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran. Menurut Kemendikbud
(2013), pendekatan saintifik (scientific approach to learning) terdiri dari
komponen-komponen berikut: mengamati, mengajukan pertanyaan,
merenungkan, mencoba, mencipta, menyajikan, dan mengomunikasikan Salah
satu model pembelajaran yang menjadikannya yang mudah dipraktikkan
adalah model pembelajaran penemuan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Jenis mmodel pembelajaran yang dikenal dengan Discovery, atau
Penemuan, didasarkan pada konstruktivisme. Diiscovery learning diartikan
sebagai “suatu progress pembelajaran yang ada ketika siswa diharapkan untuk
mengatur dirinya sendiri”, Kurniasih dan Sani (2014: 64) menyatakan
Penemuan adalah menemukan suatu konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan,” kata Sani
(2014, hlm. 97). Model penemuan merupakan cara pendidikan yang
mengikutsertakan siswa dengan aktif dalam proses pembelajaran dan
menekankan pada pengalaman langsung serta pentingnya memahami konsep
dasar atau struktur suatu bidang keilmuan. Pertanyaan atau masalah yang perlu
dipecahkan disajikan dalam bahan ajar. Oleh karena itu, daripada menerima
pemberitahuan, siswa mempelajari informasi baru melalui penemuan diri.
Menurut Bruner dari Kemendikbud (2013, hlm. 4), apanbila seorang pendidik
memberikan kepercayaan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka temui dalam
kehidupan mereka, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. dan
kreatif”. sampai penemuan, dimana siswa secara mandiri menemukan
informasi, “Dalam menerapkan model pembelajaran discovery, guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, guru harus mampu membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. ,” ujar Sardiman dalam
Kemendikbud (2013, hlm. 4). Peneliti sampai pada kesimpulan discovery
learrning adalah proses pembelajaran di mana guru menmberikan materinya
kurang lengkap sehingga menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
menemukan mandiri suatu konsep atau prinsip yang belum diketahuinya.
c. Kekuatan Model Discovery Learning
Pertimbangan memperoleh manfaat atau keuntungan harus menyertai
pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan.
1Hosnan (2014), hlm. Berikut beberapa keunggulan model pembelajaran
discovery:
1) membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan dan proses
kognitifnya.
2) Karena meningkatkan pemahaman, retensi, dan transfer, pengetahuan
model ini sangat personal dan kuat.
3) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
4) membantu siswa dalam meningkatkan konsep diri sehingga dapat
bekerja sama dengan orang lain dengan percaya diri.
5) mendorong partisipasi siswa.
6) mendorong siswa untuk mengembangkan hipotesis mereka sendiri dan
berpikir secara intuitif.
7) Mendorong siswa untuk belajar sendiri.
8) Karena berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan
hasil akhir, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjel dari penelitian ini adalah siswa kelas VA Semester 2 SDN 45 Duri
Kosambi. Dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 15 orang siswa putra dan
12 orang siswa putri.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh peneliti
pada kelas V SDN 45 Duri Kosambi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III semuanya diulang secara konstan selama
tahap implementasi ini. Tiga siklus menyusun rencana pelaksanaan tindakan kelas.
Berikut adalah rencana aksinya:
a. Membuat surat penelitian untuk dipresentasikan ke sekolah adalah langkah
pertama.
b. Pertemuan dengan pihak sekolah untuk meminta izin melakukan penelitian
dan memilih kelas yang akan dijadikan objek penelitian adalah langkah kedua.
c. Berdiskusi dengan wali kelas V tentang kesulitan belajar tema dan kemudian
mintalah daftar siswa kelas V.
d. Mengawasi tantangan pembelajaran tema di kelas V
e. Bekerja sama dengan guru kelas V yang bersangkutan untuk menetapkan
jadwal penelitian..
f. Membuat alat penelitian, dalam hal ini tes evaluasi dan instrumen evaluasi
nontes, seperti lembar observasi, untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
g. Membuat RPP, melakukan penelitian terhadap LKPD (bahan ajar dalam
bentuk) dan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran.
h. meminta saran kepada dosen pembimbing tentang ide pembelajaran, LKS, dan
sumber belajar yang akan digunakan dalam penelitian.
i. pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian untuk mengukur penguasaan
materi siswa.
2. Pelaksanaan (Action)
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah bagaimana rencana yang telah
disusun oleh peneliti direalisasikan..
a. Siklus I
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP yang dibuat. Selama
melakukan penelitian, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran,
membimbing siswa dalam menggunakan pendekatan Discovery Learning
dengan meminta mereka mengikuti skenario pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya..
b. Siklus II
akan dilaksanakan dengan model dan skenario pembelajaran yang
sama dengan Siklus I, namun dalam lingkungan belajar yang baru, jika Siklus
I belum berhasil..
c. Siklus III
Jika siklus kedua tidak berhasil maka akan dilakukan siklus ketiga
dengan model skenario pembelajaran yang berbeda dan model skenario
pembelajaran yang sama.
3. Pengamatan (Observing)
Selain mengumpulkan atau mencatat data dan membuat catatan lapangan
tentang peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran, kegiatan observasi
dilakukan bersamaan dengan tindakan untuk mengetahui seberapa besar
keterlibatan siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas.
a. Tiga komponen membentuk situasi kegiatan belajar mengajar: kesenangan
siswa belajar, kemampuan mereka untuk mengikuti arahan instruktur, dan
kemampuan mereka untuk menarik kesimpulan dari penelitian mereka..
b. Kapasitas siswa untuk belajar, yang terdiri dari tiga komponen: penyelesaian
tugas tepat waktu, keterlibatan penuh dari semua siswa, dan pengetahuan
tentang materi pelajaran..
4. Refleksi (Reflecing)
Agar para peneliti dapat sepenuhnya memahami dan menawarkan umpan balik
yang berwawasan tentang proses dan hasil pembelajaran yang diantisipasi, refleksi
merupakan komponen penting dari penelitian. Refleksi digunakan untuk
mempelajari segala sesuatu dan hasilnya terwujud ketika pembelajaran terjadi
dengan cara yang dijelaskan di bawah ini:
a. analisis, sintesis, dan interpretasi dari semua data yang dikumpulkan selama
pelaksanaan tindakan..
b. Menganalisis pencapaian tujuan tindakan.
c. meningkatkan layanan pembelajaran yang sedang berlangsung dan proses
pembelajaran yang telah selesai.
Peneliti yang terlibat dalam penelitian tindakan memiliki banyak
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas siswa selama proses pembelajaran
dengan latihan refleksi seperti ini.
a. Observasi
Guru mengevaluasi sikap siswa selama pelajaran dengan memperhatikan
siswa saat mereka memperhatikan objek yang ditugaskan.
b. Dokumentasi
Saat melakukan penelitian tindakan kelas, penting untuk mendokumentasikan
prosesnya dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis, visual, atau elektronik
dari arsip yang dibuat oleh peneliti serta subjek dan objek penelitiannya.
c. Angket
Peneliti tidak harus bertemu langsung dengan responden ketika menggunakan
kuesioner atau angket ketika ucapan lisan dari responden tidak lagi diperlukan,
tidak seperti ketika menggunakan alat wawancara atau observasi. Akibatnya,
kuesioner atau survei dapat diberikan kepada pihak ketiga untuk disebarluaskan
sebelum dikumpulkan setelah selesai.
d. Tes dan Non Tes
Dengan meminta siswa untuk menanggapi pertanyaan baik secara lisan
maupun tertulis selama tes, data dikumpulkan. Penyelidikan berkaitan dengan
pokok bahasan yang sedang diselidiki.
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian disiapkan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian.
Akibatnya, peneliti dapat mengumpulkan data yang tepat dan benar dalam kaitannya
dengan masalah penelitian mereka. Lembar kerja siswa, lembar observasi, dan lembar
observasi merupakan perangkat penelitian.
1. RPP
Pengembangan pembelajaran yang merupakan satu kesatuan sistem yang
tersusun dari berbagai komponen yang saling berkomunikasi satu sama lain, dapat
disebut sebagai pelaksanaan pembelajaran. Menerapkan gagasan belajar siswa
aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses melalui implementasi.
Perencanaan pembelajaran menurut Banghart dan Trull dalam Lidya (2015, hlm.
59) adalah tindakan membuat konten dengan memanfaatkan media pembelajaran
dalam alokasi waktu yang akan dilakukan pada semester mendatang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan..
2. Tes (Pretest dan Postest) Prestasi Belajar
Mempersiapkan perangkat tes sebelum dan sesudah siswa mengikuti
pembelajaran (pretest dan posttest) merupakan salah satu cara instrumen tes dibuat
untuk menjawab pertanyaan input dan output. Soal dengan pilihan ganda dan
jawaban singkat dirancang sebagai instrumen tes.
3. Non Tes
Instrumen non tes adalah alat yang dibuat untuk menjawab pertanyaan proses,
yaitu pertanyaan tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar.
Bagaimana anak-anak belajar dapat diketahui dengan mengamati sikap dan
perilaku mereka, dan bagaimana seorang guru mengajar dapat diketahui dengan
mengamati bagaimana dia menerapkan model pembelajaran yang dipilih di kelas.
Soal-soal ini memerlukan pengembangan alat nontes, seperti wawancara,
observasi, pengukuran sikap, dan lain-lain.
F. Indicator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat memenuhi
standar baik atau minimal jika 60% siswa menguasai bahan pelajaran, dan jika 75%
atau lebih siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar..
1. Reduksi Data
Langkah pertama dalam proses analisis adalah reduksi data, yaitu pemilihan,
penentuan fokus, penyederhanaan, sintesis, dan perubahan bentuk data mentah
dalam catatan lapangan. Pada tahap ini, peneliti memilih dan memadatkan data
yang terkumpul sesuai dengan penekanan pada kategori dan masalah tertentu yang
telah ditetapkan dan dirumuskan. Data juga diatur sesuai dengan persyaratan,
memastikan bahwa setelah reduksi data, semua data terkait telah diatur dan diatur
sesuai dengan persyaratan untuk tahap berikutnya.
2. Penyajian Data
Pada langkah ini, peneliti bekerja untuk mengumpulkan data yang
bersangkutan sehingga dapat dianalisis dan diberi interpretasi tertentu. Dengan
menyajikan data dan membangun hubungan antara variabel penelitian, apa yang
terjadi, dan apa yang harus ditindaklanjuti untuk memenuhi tujuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti dapat memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap data yang
diperoleh dari hasil reduksi dan penyajian data, dan dengan menggunakan data
tersebut, peneliti akan membuat kesimpulan penelitian dengan menjawab
permasalahan yang diangkat dari data dan bukti empiris yang telah terkumpul.
Verifikasi data diperlukan setelah menarik kesimpulan agar temuan penelitian
dapat dipercaya dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks
memperkuat dan menelusuri kembali data secara efektif, verifikasi itu sendiri
adalah pekerjaan yang berulang.