Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum, kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sebagai berikut: 1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-

pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam, sumber/ media lainnya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi

pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa

saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui

internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif- mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model

pembelajaran pendekatan sains); 5) pola belajar sendiri menjadi belajar

kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi

pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal

menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan

potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu

pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan

1
jamak (multidisciplines); dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran

kritis.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antar

peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingungan

belajar. Indikator pencapaian kompetensi adalah: a) perilaku yang dapat diukur

atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI-3) dan

(KI-4), b) perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sevagai

pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yang kedua-duanya menjadi acuan

penilaian mata pelajaran.

Tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik

Pada Pendidikan Dasar dan Mengengah. Bahwa kurikulum 2013

mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara

paradikmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran

autentik (authentic intraction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini

diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi

kemampuan peserta didik secara holistik/menyeluruh dan valid.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.81A tentang

Implementasi Kurikulum, pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman

belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan

2
informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi dan

mengkomunikasikan sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1)

mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan,

dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di

sekolah dan masyarakat; 2) menempatkan sekolah sebagai bagian dari

masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan

masyarakat sebagai sumber belajar; 3) memberi waktu yang cukup leluasa untuk

mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 4)

mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti

kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 5)

mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam

Kompetensi Inti; 6) mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-

mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)

Hakikat belajar tematik Pembelajaran teamatik adalah model pembelajaran

terpadu yang menggunakan pedekatan tematik yang melibatkan beberapa mata

pelajaran untuk memberi pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan

bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa, akan memahami konsep-

konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

3
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami. Fokus perhatian

dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang tempuh siswa saat

berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan

yang harus dikembangkannya.

Karakteristik pembelajaran tematik

1. Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi perhatian dalam

pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi

sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak;

2. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara skema yang dimiliki

oleh siswa, yang pada gilirannya akan memberi dampak kebermaknaan

dari materi yang dipelajari;

3. Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara

langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari;

4. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasarkan pada

pendekatan diskoveri inkuiri, yaitu siswa terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses

evaluasi.

Pentingnya pembelajaran tematik untuk murid SD Model pembelajaran

tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau

mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui

pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih

untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara

4
holistik, bermakna, autentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang

dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa.

Pengalaman belajar menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual menjadi proses

pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antara mata pelajaran yang

dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan

dan kebulatan pengetahuan. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan

disekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala

sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa

dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional

Dari Latar Belakang diatas, maka penulis akhirnya mengmabil sebuah

judul penelitian “Upaya Meningkatkan Pemahaman Tema 2 Kegemaranku

Subtema 1 Gemar Berolahraga dalam Pelajaran Tematik dengan

Menerapkan Metode Pembelajaran Visual Pada Siswa Kelas I SDN

Citeureup 04 Tahun Pelajaran 2019/2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran Tematik siswa Kelas I

SDN Citeureup 04 tahun pelajaran 2019/2020?

2. Seberapa jauh tingkat penguasaan materi pelajaran Tematik yang telah

diterima siswa dalam menghadapi ujian akhir?

5
3. Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif model Metode Pembelajaran

Visual dalam mengingatkan kembali materi pelajaran Tematik yang telah

dipelajari pada siswa Kelas I SDN Citeureup 04 Tahun pelajaran

2019/2020?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran Tematik yang telah

dipelajari pada siswa Kelas I SDN Citeureup 04 tahun pelajaran

2019/2020.

2. Mengetahui pengaruh metode belajar aktif model Metode Pembelajaran

Visual pada siswa Kelas I SDN Citeureup 04 tahun pelajaran 2019/2020.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Tematik.

2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode

pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

3. Membantu siswa mengingat kembali materi pelajaran khususnya pelajaran

Tematik guna menghadapi ujian.

6
E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Motivasi belajar adalah:

Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat

melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu

tujuan.

2. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran Tematik.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas I SDN Citeureup 04

tahun pelajaran 2019/2020.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester Ganjil tahun

palajaran 2019/2020.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Tema 2 Kegemaranku

Subtema 1 Gemar Berolahraga

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PRESTASI BELAJAR

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi

Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai

pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi

dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang

dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung.

Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar

merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

8
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik

tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan

yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita

temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh

seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam

melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:

“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:

kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang

memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam Ketiga

criteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

9
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau

rendahnya prestasi belajar siswa.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan

faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal

dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat

dan sebagainya. antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri

individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor

intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

a. Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan

ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal

selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan

sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-

kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya,

sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat

kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan

sebayanya.

10
Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal

yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut

Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang

penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.

Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di

atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang

tinggi.”

Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang

tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

intelegensi yang rendah.”Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa

intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang

siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.

Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa

maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau

kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi

seorang anak dalam usaha belajar.

b. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa

yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat

dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang

11
berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan

tertentu.”

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau

kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan

melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah

Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai

kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

c. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu

pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya

sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya

prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar

terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting

dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang

guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu

yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan

anak tersebut.

d. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.

Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang

menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu

12
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya

Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah

“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus yang disertai dengan rasa sayang.”

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan

atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena

minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang

siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan

dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat

belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang

mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus

berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat

tercapai sesuai dengan keinginannya.

e. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk

13
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar

adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.

Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik

akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan

Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah

menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan

sesuatu.” Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi

ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang

bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran

sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan

motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya

dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan

segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa

kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri

siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni

pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya

dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan

belajar secara aktif.

14
2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-

pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga,

keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a. Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan

oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama

dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan

kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia. “Adanya rasa aman dalam

keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar

secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan

pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam

hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah

anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,

sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah

15
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup

keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa

pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-

lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua

dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar

anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua

harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di

rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi

sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan

waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b. Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu

lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang

lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,

hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum.

Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi

hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan

“guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan,

dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab

itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang

disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

16
c. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor

yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm

proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak,

sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul

dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono

(1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan

kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.

Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin

belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.

Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-

anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat

terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan

selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu

lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal

tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut

belajar sebagaimana temannya.

17
B. Pembelajaran Visual

Pembelajaran visual adalah model pengajaran dan pembelajaran di

mana ide-ide, konsep, data dan informasi lainnya yang berhubungan dengan

gambar dan teknik media yang disampaikan. Media pembelajaran visual

telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik

dengan peserta didik. Hal ini dapat kita fahami karena media pembelajaran

visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televise, objek tiga dimensi,

dll) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi.

Dalam pembelajaran visual ini siswa diharapkan dapat mempu dengan

mudah melihat dan menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Hingga

dapat tercipta jarring informasi di dalam otanya tentang sebuah pemahaman.

Oleh karena itu, guru hendaknya lebih banyak memberikan gambar, contoh

benda dan bentuk nyata dari sebuah media.

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari

“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu

perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.

Ada beberapa jenis jenis media pembelajaran visual yang dapat kita

temui, atara lain:

1. Media yang tidak diproyeksikan, diantaranya:

a. Media realia (benda nyata).

b. Model (benda tiruan dalam wujud tiga dimensi)

c. Media grafis. Jenis-jenis media grafis adalah:

•    gambar / foto

18
•    sketsa:

•    diagram / skema.

•    bagan / chart

•    grafik

2. Media proyeksi, diantaranya;

a. Transparansi OHP (Overhead projector / OHP).

b. Film bingkai / slide dihasilkan lebih bagus.

Media pembelajaran visual baiknya digunakan di tempat yang tepat,

sesuai dengan jenis medianya. Misalnya, media yang tidak diproyeksikan

dapat dilakukan diluar kelas. Hal itu memungkinakan untuk media

pembelajaran visual yang berupa benda nyata dan media grafis. Dalam

penggunaan media pembelajaran visual berbentuk benda nyata misalnya,

dalam pelajaran biologi kita dapat menggunakan tumbuhan diluar kelas

sebagai media pembelajaran visual. Media grafis dan model pun bisa

digunakan diluar kelas, apabila media tersebut memungkinkan untuk

digunakan diluar kelas.

Sedangkan untuk media pembelajaran yang diproyeksikan, tempat

yang tepat adalah di dalam kelas. Mengingat kebutuhannya akan alat-alat

yang cukup berat, dan dibutuhkannya aliran listrik, tentu penggunaan media

pembelajaran visual yang diproyeksikan ini lebih baik digunakan di dalam

kelas.

Melihat berbagai macam jenis media visual, dapat kita simpulkan

bahwa media pembelajaran visual dapat digunakan kapan saja saat

19
dibutuhkan. Para pendidik dapat menyesuaikan jenis media visual apa yang

dibutuhkan, dan disesuaikan dengan tempat kegiatan belajar mengajar;

apakah di dalam atau di luar ruangan.

Ada beberapa keuntungan jika guru menggunakan media

pembelajaran visual ini antara lain:

1. Menarik

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap

melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang

menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam

memahami pelajaran yang disampaikan.

Salah satu keuntungan penggunaan media pembelajaran visual adalah,

bentuknya dapat dibuat semenarik mungkin, agar anak tertarik untuk

mempelajarinya. Misalnya dalam media jenis gambar atau proyeksi,

media tersebut dapat dibuat dengan menambahkan animasi yang eye

catching, warna yang membangkitkan semangat, dan lain-lain.

Sedangkan untuk Media yang berupa model, dapat diwarnai dan

dibentuk semirip mungkin dengan yang asli sehingga mudah diingat.

2. Lebih mudah diingat

Seperti yang telah dibahas diatas, bentuk nyata, gambar, atau gambar

bergerak akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila

dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text

book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.

20
3. Variatif

Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua

jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang

variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.

Misalnya saja, dalam pelajaran Tematik saat membahas tentang

subbab bangun ruang, guru dapat menggunakan semua media

pembelajaran, mulai dari gambar (yang mungkin berupa poster, hasil

gambar pendidik sendiri, dan lain-lain), benda nyata (dengan

membawa barang yang berbentuk bangun ruang), atau dengan

membuat video gambar bergerak tentang bangun ruang.

4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya

Maksudnya disini, apabila media pembelajaran visual yang digunakan

adalah media pembelajaran non proyeksi, para peserta didik dapat

dengan langsung menyentuh dan belajar menerangkannya juga.

Misalnya, saat mempelajari anatomi tubuh dalam pelajaran biologi,

peserta didik dapat diminta maju kedepan, melihat model anatomi

lebih dekat, dan diminta untuk menunjukan satu bagian yang diminta

oleh pendidiknya.

C. Materi Pembelajaran

1. Bahasa Indonesia: Kosakata tentang cara memelihara kesehatan

2. PPkn : Aturan yang berlaku pada kehidupan sehari-hari

3. SBdP : Mengenal elemen musik melalui lagu

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian

tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung

pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat Metode Pembelajaran

Visual antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan

dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk

ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-

praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara

22
penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran

pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SDN Citeureup 04 Jl Puspanegara No 27 Puspanegara Kec.

Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor Tahun pelajaran

2019/2020.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September sampai November 2019, semester Ganjil.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis melakukan prosedur

penelitian sebagai berikut dengan jadwal sebagai berikut:

23
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

September Oktober Nopember


No Jadwal kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan awal sampai
penyusunan proposal
2 Persiapan instrument dan alat
3 Pegumpulan data
 penulis mengadakan
penelitian dengan metode
dokumentasi yaitu dengan
mencari nilai raport dan
nilai ulangan harian siswa.
 penulis mengadakan
penelitian dengan
menggunakan metode
Metode Pembelajaran Visual
yaitu siklus I
 penulis mengadakan
penelitian dengan
menggunakan metode
Metode Pembelajaran Visual
yaitu siklus II
 penulis mengadakan
penelitian dengan
menggunakan metode
Metode Pembelajaran Visual
yaitu siklus III
4 Analisis data
5 Penyusunan Laporan

24
3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas I SDN Citeureup 04

tahun pelajaran 2019/2020 pada pokok bahasan materi Tema 2

Kegemaranku Subtema 1 Gemar Berolahraga.

B. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang

hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya

langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan

adalah adanya partisipasi dan Metode Pembelajaran Visual antara peneliti

dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi

pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses

pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan

memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa

prinsip sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

25
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.

26
Puta
ran 1

Refleksi Rencana
awal/rancangan
Puta
ran 2
Tindakan/
Observasi

Rencana yang
Refleksi direvisi
Puta
ran 3
Tindakan/
Observasi

Rencana yang
Refleksi direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model

pengajaran means enad.

27
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan

seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan

akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang

fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai

bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan

apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.

Di samping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian

mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan

maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh

28
teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam

proses belajar mengajar.

D. Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,

maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan

data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-

masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang

terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas

secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara

klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara

individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama

dengan 65%.

3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran Visual dan pengamatan

aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada

setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

penglolaan pembelajaran Visual yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

penerapan metode pembelajaran Visual dalam meningkatkan prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

setelah diterapkan pembelajaran Visual.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

30
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 3 September 2018 di Kelas II dengan jumlah siswa 16

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

Penilaian Rata-
No Aspek yang diamati
P1 P2 rata
I Pengamatan KBM
A.Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 2 2
3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 2 2 3
4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok 2 2 2
belajar
B. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah metode
pembelajaran kooperatif 2 2 2
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3 3 3
3. Melatih keterampilan kooperatif 2 2 2
4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 3 3 3
5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan

31
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 3 2 3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa antusias 2 2 2
2. Guru antisias 3 2 2
Jumlah 30 29 30
Keterangan :
Nilai : Kriteria
1) : Tidak Baik
2) : Kurang Baik
3) : Cukup Baik
4) : Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan

kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan

pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek

yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan

yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk

refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Nama Keterangan
No PKn PKn BI Mat Rata2
Siswa T TT
1. Siswa 1 80 90 87 82 85 √
2. Siswa 2 87 97 94 89 92 √
3. Siswa 3 89 99 96 91 94 √
4. Siswa 4 67 77 74 69 72 √
5. Siswa 5 56 66 63 58 61 √
6. Siswa 6 78 88 85 80 83 √

32
7. Siswa 7 83 93 90 85 88 √
8. Siswa 8 82 92 89 84 87 √
9. Siswa 9 90 100 97 92 95 √
10. Siswa 10 78 88 85 80 83 √
11. Siswa 11 77 87 84 79 82 √
12. Siswa 12 62 72 69 64 67 √
13. Siswa 13 90 100 97 92 95 √
14. Siswa 14 80 90 87 82 85 √
15. Siswa 15 83 93 90 85 88 √
16. Siswa 16 81 91 88 83 86 √
17. Siswa 17 73 83 80 75 78 √
18. Siswa 18 74 84 81 76 79 √
19. Siswa 19 75 85 82 77 80 √
20. Siswa 20 80 90 87 82 85 √
21. Siswa 21 62 72 69 64 67 √
22. Siswa 22 55 65 62 57 60 √
23. Siswa 23 80 90 87 82 85 √
24. Siswa 24 62 72 69 64 67 √
25. Siswa 25 61 71 68 63 66 √
26. Siswa 26 62 72 69 64 67 √
27. Siswa 27 60 70 67 62 65 √
28. Siswa 28 60 70 67 62 65 √
Jumlah 2185 19 9
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas :9
Klasikal : Belum tuntas

33
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 78

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 10

3 Persentase ketuntasan belajar 67%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran Visual diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar

siswa adalah 78 dan ketuntasan belajar mencapai 67% atau ada 19

siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 67% lebih

kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran Visual.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

34
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 10 September 2018 di Kelas II dengan jumlah siswa 28

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata

I Pengamatan KBM
D.Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 3
3. Menghubungkan dengan pelajaran 4 3 3
sebelumnya 3 3 3
4. Mengatur siswa dalam kelompok- 3 4 4
kelompok belajar
E. Kegiatan inti

35
1. Mempresentasikan langkah-langkah 3 3 3
metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3 4 4
2. Melatih keterampilan kooperatif 4 3 4
3. Mengawasi setiap kelompok secara 3 4 4
bergiliran
4. Memberikan bantuan kepada kelompok 3 3 3
yang mengalami kesulitan
A.Penutup
1. Membimbing siswa membuat 3 3 3
rangkuman 3 4 3
2. Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa antusias 4 3 3
2. Guru antisias 4 4 4
Jumlah 50 51 50
Keterangan :
Nilai : Kriteria
1) : Tidak Baik
2) : Kurang Baik
3) : Cukup Baik
4) : Baik

Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan

menerapkan metode pembelajaran visual mendapatkan penilaian yang

cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak

terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum

merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang

36
perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan

pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi

siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan

konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan

metode pembelajarn Muhadasah diharapkan siswa dapat

menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan

pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang

telah mereka lakukan

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

Nama Keterangan
No PKn PKn BI Mat Rata2
Siswa T TT
1. Siswa 1 88 98 95 90 93 √
2. Siswa 2 87 97 94 89 92 √
3. Siswa 3 90 100 97 92 95 √
4. Siswa 4 67 77 74 69 72 √
5. Siswa 5 56 66 63 58 61 √
6. Siswa 6 78 88 85 80 83 √
7. Siswa 7 83 93 90 85 88 √
8. Siswa 8 85 95 92 87 90 √
9. Siswa 9 90 100 97 92 95 √
10. Siswa 10 84 94 91 86 89 √
11. Siswa 11 83 93 90 85 88 √
12. Siswa 12 62 72 69 64 67 √
13. Siswa 13 89 99 96 91 94 √
14. Siswa 14 88 98 95 90 93 √
15. Siswa 15 83 93 90 85 88 √

37
16. Siswa 16 90 100 97 92 95 √
17. Siswa 17 83 93 90 85 88 √
18. Siswa 18 74 84 81 76 79 √
19. Siswa 19 83 93 90 85 88 √
20. Siswa 20 80 90 87 82 85 √
21. Siswa 21 80 90 87 82 85 √
22. Siswa 22 55 65 62 57 60 √
23. Siswa 23 65 75 72 67 70
24. Siswa 24 80 90 87 82 85 √
25. Siswa 25 80 90 70 65 76 √
26. Siswa 26 62 72 69 64 67 √
27. Siswa 27 60 60 57 52 57 √
28. Siswa 28 80 90 87 82 85 √
Jumlah 2302 23 5
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 23
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 82

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23

3 Persentase ketuntasan belajar 82%

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 82 dan ketuntasan belajar mencapai 82% atau ada 23 siswa dari

38
28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap

akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga

sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru

dengan menerapkan metode pembelajaran Visual.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 18 September 2018 di Kelas II dengan

jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

39
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati P1 P2 -
rata
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 4 4 4
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
3. Menghubungkan dengan pelajaran 4 4 4
sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam kelompok- 4 4 4
kelompok belajar

B. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah 4 4 3
metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan 4 3 3
kegiatan 3 4 4
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok secara 4 3 4
bergiliran
5. Memberikan bantuan kepada 3 4 4
kelompok yang mengalami kesulitan

40
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat 4 4 4
rangkuman 4 4 4
2. Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu 4 4 4
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa antusia 4 4 4
2. Guru antisias 4 4 4
Jumlah 54 54 54
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati

pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh

guru dengan menerapkan metode pembelajaran model pembelajaran

model means-ends mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat

adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan

kesimpulan /menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model means-ends diharapkan dapat

berhasil semaksimal mungkin.

Tabel 4.8. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

Keterangan
No Nama Siswa PKn PKn BI Mat Rata2
T TT
1. Siswa 1 90 100 97 92 95 √

41
2. Siswa 2 90 100 97 92 95 √
3. Siswa 3 90 100 97 92 95 √
4. Siswa 4 80 90 87 82 85 √
5. Siswa 5 80 90 87 82 85 √
6. Siswa 6 78 88 85 80 83 √
7. Siswa 7 83 93 90 85 88 √
8. Siswa 8 90 100 97 92 95 √
9. Siswa 9 90 100 97 92 95 √
10. Siswa 10 90 100 97 92 95 √
11. Siswa 11 83 93 90 85 88 √
12. Siswa 12 80 90 87 82 85 √
13. Siswa 13 89 99 96 91 94 √
14. Siswa 14 88 98 95 90 93 √
15. Siswa 15 83 93 90 85 88 √
16. Siswa 16 99 90 87 82 90 √
17. Siswa 17 83 93 90 85 88 √
18. Siswa 18 80 90 87 82 85 √
19. Siswa 19 83 93 90 85 88 √
20. Siswa 20 90 100 97 92 95 √
21. Siswa 21 90 100 97 92 95 √
22. Siswa 22 80 90 87 82 85 √
23. Siswa 23 87 97 94 89 92 √
24. Siswa 24 90 100 97 92 95 √
25. Siswa 25 90 100 70 65 81 √
26. Siswa 26 62 72 69 64 67 √
27. Siswa 27 87 60 57 52 64 √
28. Siswa 28 92 102 99 94 97 √
Jumlah 2475 26 2

42
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 26
Jumlah siswa yang belum tuntas :2
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1 Nilai rata-rata tes formatif 88

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 26

3 Persentase ketuntasan belajar 92%

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 88 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 26 siswa dan

2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik

dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran Visual sehingga siswa menjadi lebih

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah

dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini

ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya

sampai pada siklus III.

43
c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran Visual. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran Visual

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

44
pembelajaran Visual dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

Visual memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 67%, 82%, dan 92%. Pada siklus

III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berikut

ditampilan dalam bentuk grafik:

Gambar Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

45
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Visual dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan sumber daya

alam yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan

alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langah-langkah pembelajaran Visual dengan baik. Hal ini

terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat,

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

46
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga

siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

Tematik dalam materi operasi bilangan pengurangan dan penjumlahan

2. Metode Pembelajaran Visual memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67%), siklus II

(82%), siklus III (92%).

3. Model pengajaran Metode Pembelajaran Visual dapat menjadikan siswa

merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.

4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu

mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

5. Penerapan Metode Pembelajaran Visual mempunyai pengaruh positif,

yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

47
B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar Tematik lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model pengajaran Metode Pembelajaran Visual

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan

Metode Pembelajaran Visual dalam proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN Citeureup 04 tahun pelajaran 2019/2020

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

48
DAFTAR PUSTAKA

R.Eko Indrajit & R.Djokopranoto (2006), Manajemen Perguruan Tinggi, Penerbit


Andi Yogjakarta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and


Bacon, Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses


Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa


Cipta.

Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online),


(Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

49
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri


Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung.
Remaja Rosda Karya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha


Nasional.

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil


Belajar .Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.

50

Anda mungkin juga menyukai