Anda di halaman 1dari 11

RESUME PERKULIAHAN PERTEMUAN 1

(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Pengembangan


Kurikulum SD Berbasis Pendekatan Holistik)

Dosen Pengampu :
Dr. Otib Satibi Hidayat, M. Pd

Disusun oleh

AM. Mega Purnamatati 1113822038


Semester / Kelas : 118/ B

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
Pertemuan Satu
Hari/Tanggal: Kamis, 02 Februari 2023
Langkah Kegiatan
1. Perkenalan
2. Perkenalan Materi
2.1. PENGERTIAN KURIKULUM
Disajikan ilustrasi dan gambar yang dimaksud kurikulum secara
etimologis bahwa kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu, istilah tersebut berasal
dari dunia olahraga (Romawi Kuno) di Yunani, yang mengandung pengertian
suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish.
Sujana dalam (Fauzan, 2017) menyatakan kurikulum dalam pendidikan
diartikan ‘sejumlah’ mata pelajaran yang harus ditempuh/diselesaikan anak
didik untuk memperoleh ijazah, lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) dijelaskan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
Propinsi untuk pendidikan menengah, berdasarkan Standar Kompetensi
Lulusan dan Capaian Pembelajaran dan berpedoman pada Panduan
Penyusunan KOSP.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum
merupakan suatu pedoman dan acuan pembelajaran atau tempat berpacu untuk
pendidik merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksankan
berdasar ilustrasi yang disajikan kurikulum akan memandu seorang pendidik
untuk melaksanakan pembelajaran dimulai dari start (perencanaan), proses
( pelari berlari dalam pacuan), finish ( kompetensi yang telah tercapai oleh

1
peserta didik) dan pada akhirnya memperoleh ijazah pada satuan pendidikan,
berikut penjelaasan dari ilustrasi:
a) Start awal yaitu berupa perencanaan: kurikulum yang baik harus dapat
berpusat pada peserta didik, konstektual, esesnsial, akuntabel dan
melibatkan berbagai pemangku jabatan
Kurikulum nasional yang berlaku dikembangkan sesuai dengan
karakteristik sekolah masing-masing dibuat dan di sepakati bersama di
sekolah, berdasarkan kurikulum tersebut pendidik merencanakan proses
pembelajarannya dengan melihat standar proses dalam kurikulum dan
memperhatikan proses berfikir dalam merencanakan pembelajaran
diantaranya:
1. Memahami capaian pembelajaran
2. Merumuskan tujuan pembeajaran
3. Menyusun alur tujuan pembelajaran
4. Merancang pembelajaran ( membuat RPP atau modul ajar)

b) Proses (di ilustrasikan pelari yang berlari dalam pacuan): untuk


memberikan pembelajaran yang efektif dengan pada prosesnya pendidik
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan peserta didik di
dunia nyata serta menggugah rasa ingin tahu peserta didik untuk belajar
lebih lagi, dalam hal ini pendidik mempertimbangkan:
1. Kebutuhan capaian peserta didik saat ini yaitu kebutuhan belajar
dan perkembangannya/kemampuan peserta didik
2. Membangun kapasitas belajar peserta didikmenjadi pembelajaran
sepanjang hayat
3. Mendukung perkembangan kognitif dan karakter
4. Menyesuaikan konteks kehidupan peserta didik
5. Mengarah pada masa depan yang berkelanjutan
Selain itu pembelajaran dan assesmen merupakan bagian yang
sebainya tidak dipisahkanoleh sebab itu pendidik perlu memahami
kompetensi yang dituju tersebut sehingga perencanaan, proses dan

2
evaluasi diupayakan oleh pendidik guna mencapai kompetensi tersebut,
dan prinsip pembelajaran dapat dimaknai secara utuh bersamaan dengan
prinsip asesmen yang merupakan satu kesatuan siklus yang akan
membantu keberhasilan peserta didik disalam kelas.
Pelaksanaan assesmen diharapkan lebih berorientasi kepada
keseluruhan proses belajar peserta didik melalui 3 pendekatan assesmen
yakni assesmen diagnostic, assesmen formatif dan assesmen sumatif.
c) Finish (akhir dari pacuan) salah satu tujuan assesmen untuk mendapat
informasi apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik serta
strategi apa yang dapat dilaksanakan untuk menjadikannya lebih baik lagi,
tujuan pembelajaran berkaitan dengan kompetensi yang diharapkan dalam
kurikulum, berdasar kan hal tersebut apabila peserta didik telah mencapai
kompetensi yang diharapkan maka pembelajaran yang telah dilaksanakan
berhasil dengan baik meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan dengan melalui tahap perkembangan setiap kelas yang
sekarang disebut sebagai fase untuk sekolah dasar terdiri atas fase 1, 2, dan
tiga sampai peserta didik memperoleh ijazah dan keterampilan yang
diperlukan sesuai capaian pembelajaran pada setiap fase.
Untuk selanjutnya seorang pendidik harus dapat mengetahui
bagaimana cara menyajikan pembelajaran bermakna yang dikenal dengan
istilah kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu beserta alasan
mengapa pembelajaran dalam kurikulum harus memperhatikan
perkembangan dan tingkat berfikir anak usia sekolah dasar , landasan
kurikulum mengenai kapan kurikulum harus dibuat, landasan filsafat,
psikologi dan landasan praktis.

2.2. LANDASAN FILOSOFIS KURIKULUM


Disajikan Ilustrasi landasan filosofis kurikulum “ curriculum is
product of time, curriculum respond to and is change by social forces,
philoshopical positions, psychological principles, accumullating
knowledge, and educational leadership at its moment in history” bahwa

3
kurikulum adalah produk saat ini dengan mempertimbangkan bahwa
kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadopsi sesuai
dengan konteks dan karakteristik peserta didik demi membangun
kompetensi sesuai kebutuhan masa kini dan masa depan artinya juga
kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai zamannya yang
disesuaikan dengan kebutuhan setiap satuan pendidikan serta peka
terhadap perubahan social, yang berlandaskan
1) Filsafat (kebenaran hakiki): pentingnya aspek filsafat dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu, bahkan landasan filsafat ini
menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya.
Perumusan tujuan/kompetensi dan isi/materi pembelajaran terpadu
pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan
filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi
dan mendorong pelaksanaan pembelajaran terpadu yang berbeda
pula ,
2) Prinsip psikologi berkaitan dengan psikologi perkembangan
peserta didik dan psikologi/teori belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran
terpadu yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran terpadu tersebut disampaikan
kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus
mempelajarinya, dengan kata lain berkenaan dengan penentuan
cara/metode pembelajaran ,
3) landasan praktis berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang
pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini,
sehingga harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu. berupa kumpulan pengetahuan dan sejarah
pendidikan masa lampau sebagai pengalaman bermakna dalam
menentukan kebijakan kurikulum yang akan dibuat.

4
2.3. PRINSIP- PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN BAGI ANAK SD
1. Holistik (Utuh): menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna bagi
kehidupan peserta didik di dunia nyata serta menggugah rasa ingin tahu
peserta didik untuk belajar lebih dengan memfasilitasi sesuai dengan
keadaan lingkungan dan potensi diataranya potensi social, intelektual,
emosional, moral (karakter), kreatifitas dan spiritual yang menurut Ki
Hajar Dewantara (Olah karsa, olah karya, olah raga) sehingga peserta
didik dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan.
Sejalan dengan penjelasan diatas Menurut Depdikbud
(1996:3) ,pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
a) Holistik. Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa
bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-
kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti,
hal ini akan membuat peserta didik lebih arif dan bijak di dalam
menyikapi atau mengahadapi kejadian yang ada di depan mereka.
b) Bermakna. Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti
yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut
skemata . Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi
yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang
diperoleh ,dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan
menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal
ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional.peserta
didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.

5
c) Otentik. Pembelajaran terpadu memungkinkan  peserta didik
memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar
pemberitahuan pendidik. Informasi dan pengetahuan yang
diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan
cahaya diperoleh peserta didik melalui eksperimen. Pendidik lebih
banyak berperan sebagai fasilitator dan katalisator,sedang peserta
didik bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.
d) Aktif. Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran,baik secara fisik,mental,intelektual,maupun
emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat ,minat dan kemampuan peserta didik
sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.Dengan
demikaian pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang
aktivitas-aktivitas dari masing -masing mata pelajran yang saling
terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja dikembanagkan dari suatu
tema yang disepakati bersma dengan melirik aspek-aspek
kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui
pengembangan tema tersebut.

2. Integrated Learning/ pembelajaran tematik terpadu:


Integrated learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik berkembang baik secara individual maupun
kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan konsep serta
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Atas dasar
beberapa alasan model integrated learning sangat cocok dengan peserta
didik SD/MI, di antaranya adalah pendidikan di SD/MI harus
memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD/MI melihat dunia sekitarnya secara

6
menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang
satu dengan yang lain (Zubaidillah, 2018).
3. Keterpaduan dalam 3 aspek penting
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga
kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan
pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu
kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day),
dan pembelajaran terpadu (integrated learning).
a) Integrated curriculum
Kurikulum terpadu merupakan kegiatan menata keterpaduan berbagai
materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai
bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada.
b) Integrated Day
Hari terpadu berupa perancangan kegiatan peserta didik dari sesuatu
kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai
kegiatan sesuai dengan minat mereka.
c) Integrated learning
Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema
tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core /
center of interest)(Zubaidillah, 2018)
4. Hiden Curricullum & tex Curriculum
Kurikulum dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kurikulum tertulis (writen
curriculum) dan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum).
a) Kurikulum Tertulis merupakan dokumen kurikulum yang berisi aturan,
pedoman atau garis-garis program pembelajaran yang sudah ditetapkan
sekolah/madrasah dan pemerintah (daerah maupun pusat) untuk
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum tertulis ini
biasanya berisi pedoman baku disepakati di wilayah tertentu atau
berlaku secara nasional sehingga menjadi ketetapan dan standar baku

7
di sebuah wilayah/negara., kurikulum tertulis dapat diterjemahkan
sebagai sebuah dokumen kurikulum yang given sudah dipersiapkan
pemerintah ataupun kurikulum yang menjadi pengembangan atau
distingsi sekolah/madrasah contohnya kurikulum yang brelaku saat ini
seperti kurikulum merdeka dan kurikulum 2013 karena ada beberapa
sekolah yang sudah menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum
merdeka namun adapula sekolah yang belum menerapkannya.
b) Kurikulum tersembunyi merupakan pengalaman yang tidak
direncanakan/diprogramkan, seperti mematuhi peraturan-peraturan
sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, mematuhi peraturan-
peraturan lainnya. Razali (Wahidmurni, 2009: 2) menyebut kurikulum
tersembunyi “karena aktivitas yang terlibat di dalam kurikulum ini
tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak dirancang. Kebanyakan
aktifitas kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar
seperti pusat sukan, asrama, kantin, perpustakaan. Kurikulum
tersembunyi ini dikenali sebagai soft skils atau kemahiran insaniah.
Elemen-elemen di dalam kurikulum ini dizahirkan dan mempunyai
suatu sistem dan struktur yang sistematis dan professional. Antara
nilai atau kualiti yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di
sini adalah kualiti kepemimpinan, kualiti pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah, kualiti daya pembelajaran, kualiti diri murni
(tepat masa, hadir ke kelas, hantar tugasan tepat janji dan lain-lain) dan
kualiti kerja berpasukan”(Fauzan, 2017) sebagai contoh di sekolah ada
peraturan-peraturan seperti membuang sampah pada tempatnya,
hormati pendidik dan sayangi teman dll yang dapat menumbuhkan
keterampilan-keterampilan sikap yang baik di sekolah.
5. Nurturrant effect
Dalam kegiatan pembelajaran bisa terjadi lebih dari satu dampak
pengiring, antara lain dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap,
motivasi, kesadaran, ketrampilan sosial, dan perilaku. Dampak pengiring
pada suatu proses pembelajaran bisa menjadi dampak intruksional dari

8
proses pembelajaran, oleh karena itu dalam mencapai perilaku dampak
instruksional dan pengiring menjadi suatu keterpaduan. Kondisi ini
merupakan gambaran perilaku afektif dari proses perkembangan peserta
didik.Pembelajaran afektif adalah pembelajaran yang tidak hanya
memberikan dampak instruksional (instructional effects), tetapi juga
memberikan dampak pengiring(nurturant effect). Contoh yang dapat saya
sampaikan yaitu dalam pembelajaran yang mempunyai tujuan
pembelajaran memahami peraturan perundang-undangan, pendidik dapat
memberi penugasan kelompok dengan berkelompok para peserta didik
dapat belajar sikap diantaranya menghormati pendapat orang lain,
kerjasama, kekompakan.

2.4. TIPE PERTANYAAN ANAK SD


Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat
segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat
kesulitan bagi peserta didik Kemampuan berfikir Anak usia SD menurut
Piaget berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret dan
operasional formal , anak menunjukkan perilaku belajar yang memandang
dunia secara objektif bergeser dari suatu apek situasi ke aspek lain secara
reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak mulai membentuk
dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, primsip ilmiah
sederhana dan menggunakan sebab akibat.dengan demikian anak SD
memiliki kecenderungan belajar dengan ciri-ciri:
1. Konkrit, yaitu belajar melaui hal-hal yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dibaui dan diotak-atik.
2. Integrative/holistic yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan atau belum mampu meilah-milah konsep dari berbagai
disiplin ilmu, cara berfikir anak deduktif yakni dari hal umum ke
bagian demi bagian.

9
3. Hirarkies yaitu memandang belajar yang berkembang secara bertahap
mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Dengan kecenderungan belajar demikian maka, peserta didik
usia SD akan lebih mudah belajar melaui pendekatan pembelajaran
terpadu yang menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan bagi
anak, disamping itu didalam pembelajaran tematik terpadu
diperhatikan aspek emosi, minat dan bakat anak sehingga dapat
menumbuhkan sikap positif anak salah satunya yang pertanyaan anak
SD, sesuai dengan konsep yang ada pada kurikulum merdeka yakni
teaching at the righ level atau mengajar pada tahapan pembelajaran
yang disesuaikan dengan tingkat capaian atau kemampuan awalnya.
dipaparkan dalam slide yaitu menumbhkan rasa ingin tahu
Pertanyaan anak SD seperti apa, dimana, mengapa, bagaimana
menunjukan bahwa rasa ingin tahu mereka yang cukup tinggi dan
memandang dunianya secara utuh dan menyeluruh, oleh sebab itu
pendidik harus dapat memfasilitasi pembelajaran demi memenuhi rasa
ingin tahu peserta didik dengan menyelenggarakan pembelajaran
bermakna yang menganut teori konstuktivisme yang membangun
pengetahuan baru dan dilakukan sendiri oleh peserta didik,
pengetahuan baru ini dibangun dari kemampuan awal, pengalaman
belajar dan interaksi sosial yang dimiliki peserta didik.

REFERENSI
Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPTK
MTK 2009

Fauzan, D. (2017). KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN.

Zubaidillah, M. H. (2018). MODEL INTEGRATED LEARNING DI TINGKAT


SD/MI. DARRIS: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 1(2).
https://doi.org/10.47732/darris.v1i2.76

10

Anda mungkin juga menyukai