Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMPONEN TUJUAN, JENIS DAN FAKTOR-FAKTORNYA


Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Pengantar Kurikulum

Disusun oleh :
Muhammad Fat-han Mubina (2120202086)
Aisyah Syahida (2120202088)
Muhammad Rifa'i (2120202100)

Dosen pengampu :
Muhammad Robbani, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim
Puji Syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan Rahmat, Taufik,
Hidayah serta Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul komponen tujuan,jenis, dan faktor-faktor nya. Maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
komponen nilai dalam mata kuliah pengantar kurikulum. Penulis Merasa Bahwa
Dalam Penyusun Makalah ini Masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan,
sehingga makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Oleh karena itu Sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah pengantar
kurikulum serta semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Akhir kata, mudah-mudahan Allah Swt. senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulisan
dalam Menyusun makalah ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Palembang, Oktober 2022

Penulis
BAB I
A. Latar Belakang
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai
dengan dewasa ini. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada
waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidkan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh kurikulum siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah
pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh
kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana seorang pelari telah
menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya
mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan
dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang namanya kurikulum pendidikan


guna membantu tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Terdapat berbagai
jenis dalam pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintahan
Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi
pekerti luhur. Hal ini perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat,
administrator, kepala kantor wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan
guru dalam pendidikan.

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.


Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil
yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan
pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan yang
sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi.
Model pengembangan dalam kurikulum yang bersifat subjek akademis
berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pengertian kurikulum Pendidikan ?
2. Apa saja komponen dari kurikulum pendidikan ?
3. Apa saja jenis-jenis kurikulum pendidikan ?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kurikulum pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum dan Pendidikan


a. Pengertian Kurikulum
Para akhli pendidikan yang konsen terhadap perkembangan
kurikulum, sangat beragam dalam memberikan pengertian kurikuilum,
misalnya J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam bukunya
Curriculum Planning to better Teaching and Learning mengatakan bahwa
kurikulum ialah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar,
apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk
kurikulum. Pendapat lain yaitu Harold B. Alberty‟s, dalam Reorganizing
The High School Curriculum mengemukakan bahwa kurikulum ialah :
Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi
kegiatan-kegiatan lain di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah
tanggung jawab sekolah.1 Pendapat ini memperkuat bahwa ruang lingkup
kajian kurikulum itu bersipat luas, artinya bukan hanya terbatas pada
kumpulan mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas akan tetapi
kegiatan-kegiatan di luar kelas yang dapat dipertanggung jawabkan baik
oleh sekolah maupun guru.

Selain itu pendapat B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan


Shores mengemukakan bahwa kurikulum ialah : sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar
mereka dapa berfikir dan berbuat sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakat.2 Pendapat ini memberikan pemikiran kepada
kita bahwa kurikulum itu harus menggambarkan semua pengalaman siswa

1
DR. R. Masykur, M.Pd, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, (Bandar
Lampung: Aura, 2019), hlm. 7.
2
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fak. Ilmu pendidikan UPI, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2011) hlm. 10.
yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap siswa
mempunyai bekal sebagai hasil pengamalaman belajar yang dibutuhkan
ketika meraka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat.

Atas dasar beberapa pengertian di atas, maka kurikulum dapat


diartikan sejumlah pengalaman siswa yang direncanakan, diarahkan,
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah atau guru. Oleh
karena itu seyogiannya yang merancang, melaksanakan dan
mempertanggung jawabkan kurikulum itu adalah sekolah atau guru
sebagai ujung tombak dilapangan yang lebih mengetahui dan memahami
kondisi peserta didik sesuai dengan latar belakangnya. Dengan demikian
perubahan kurikulum semestinya berangkat dari kondisi di lapangan yang
diketemukan, kemudian diusulkan ke diknas untuk mendapatkan
pengakuan dan kelayakan atas perubahan kurikulum tersebut. Jadi
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa pada
hakekatnya adalah kurikulum.3

b. Pengertian pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan dapat diartikan sebagai proses
bimbingan terhadap berbagai potensi yang dimiliki manusia sampai
terbentuknya kepribadian yang utuh baik jasmani maupun rohani sehingga
dapat terwujud kehidupan yang harmonis, bahagia, adil dan makmur baik
di kehidupan dunia maupun akhirat.4 Dengan demikian pendidikan itu
adalah upaya mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan
kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki
kemampuan dan kesiapan untuk terjun ketengah lingkungan masyarakat,

3
DR. R. Masykur, M.Pd,. Op. Cit, hlm. 9
4
Koento Wibisono, Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Aktualisasinya Dalam Upaya
{encapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan, (Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana
UGM, 1984), hlm. 27.
sehingga (manusia) bermanfaat adanya bagi kepentingan dan kemaslatan
dirinya dan orang lain. Pandangan lain dapat dikemukakan bahwa
pendidikan itu adalah segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau
lembaga untuk menanamkan nilai-nilai budaya pada diri sejumlah peserta
didik, atau keseluruhan kegiatan proses pewarisan yang mendasarkan
segenap program dan kegiatannya atas pandangan dan nilai-nilai yang
diambil dari hasil cipta karsa orang dewasa yang ditanamkan pada peserta
didik (orang yang belum dewasa) untuk mencapai perkembangan yang
optimal, baik aspek jasmani maupun ruhani. Pendidikan adalah suatu
proses perubahan tingkah laku manusia baik terkait dengan aspek sikap,
keterampilan maupun pengetahuan. Perubahan ini menjadi bukti bahwa
manusia telah mengalami proses pendidikan, sehingga dengan kata lain
kalau pendidikan itu tidak malahirkan perubahan tingkhah laku berarti
pendidikan itu gagal atau tidak berhasil. Selain itu juga pendidikan
merupakan proses pewarisan budaya dari orang dewasa kepada orang yang
belum dewasa. Proses pewarisan budaya ini dilakukan oleh orang dewasa
yang mempunyai ilmu pengatahuan, baik ilmu yang terkait dengan
keahliannya maupun ilmu lain yang mendukung terhadap keahliannya itu.
5

Atas dasar pengertian di atas, maka Penididikan merupakan sebuah


rangkaian proses pemberdayaan manusia menjuju kedewasaan, baik secara
akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang
diemban sebagai seorang hamba dihadapan KhaliqNya dan juga sebagai
Khalifatu fil ardh (pemelihara) pada alam semesta ini. Dengan kata kain
pendidikan itu adalah proses pewarisan budaya dari orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa sehingga terjadi perubahan tingkah laku baik
aspek pengetahuan, sikap mapun keterampilan.

B. Komponen-komponen Pengantar Kurikulum

5
Suriasumantri Jujun, Filsafah Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1982), hlm. 35.
Kurikulum merupakan jantungnya pendidikan karena kurikulum
menentukan jenis dan kualitas pendidikan. Oleh karena itu kurikulum
harus disusun dan disempurnakan dengan perkembangan zaman. Hal ini
sejalan dengan Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 35 dan 36 yang menenkankan perlunya peningkatan standar nasional
pendidikan sebagai acuan kurikulum serta berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Atas dasar itu pula di
Indonesia sudah beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum. Dan
sekarang ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan kurikulum
terbaru yaitu “Kurikulum 2013” yang pada 15 Juli 2013 siap untuk
diimplementasikan.6

Komponen merupakan bagian-bagian yang saling bekerja sama


sehingga tercipta suatu sistem yang utuh. Komponen adalah bagian dari
suatu sistem yang mempunyai peran penting dalam keseluruhan aspek
yang berlangsung dalam suatu proses untuk pencapaian tujuan. Suatu
kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian meliputi
dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar
komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, proses, isi dan
evaluasi.
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki
bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya secara baik.
Bagian-bagian ini disebut komponen kurikulum. Kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok yang saling
berkaitan, berinteraksi dalam rangka mendukung tercapainya tujuan.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen kurikulum.
Ada yang mengemukakan lima komponen kurikulum dan ada yang
mengemukakan empat komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat

6
DR. R. Masykur, M.Pd. Loc. Op. Cit.
para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah,
mengemukakan ada lima komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen
tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan
prasarana); (4) komponen strategi; dan (5) komponen proses belajar
mengajar. Sementara Soemanto mengemukakan ada empat komponen
kurikulum, yaitu: (1) tujuan (objectives); (2) isi atau materi (knowledges);
(3) interaksi belajar mengajar di sekolah (school learning experiences); dan
(4) penilain (evaluation). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution,
Fuaduddin dan Karya, serta Nana Sudjana. Walaupun istilah komponen
yang dikemukakan berbeda-beda, namun pada intinya komponen
kurikulum terdiri dari (1) Tujuan; (2) Isi dan Struktur Kurikulum; (3)
Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan (4) Evaluasi.7
Namun, pada makalah ini kami hanya membahas Komponen Tujuan
Kurikulum. Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi
target atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan kurikulum.
Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan pembelajan
umum yaitu, berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester, atau tujuan
pembelajan khusus yang menjadi target pada setiap kali tatap muka.
Menurut Nana Sudjana, tujuan kurikulum pada hakekatnya bertujuan dari
setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik.
Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.8 Tujuan
kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan
yang akan diberikan kepada siswa atau peserta didik. Mengingat
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan
kurikulum harus dijabarkan dan sesuaikan dengan tujuan pendidikan
Nasional. Tujuan kurikulum dapat dibagi menjadi lima yaitu:
1. Tujuan pendidikan nasional

7
Ibid. 23.
8
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fak. Ilmu pendidikan UPI. Loc. Cit.
Sesuai dengan garis-garis Besar Haluan Negara, dasar pendidikan
Nasional adalah Falsafah Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Tujuan Pendidikan Nasional yaitu sebagaimana dikehendaki
oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah “Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Oleh karena itu,
tujuan kurikulum pada setiap satuan pendidikan, harus mengacu pada
pencapaian tujuan pendidikan Nasional tersebut.9
2. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
isntitusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan. Tujuan
institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk
mencapai tujuan umum yang dirumuskan, berupa kompetensi lulusan
setiap jenjang pendidikan, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
kejuruan, dan pendidikan tinggi.10
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu
program studi, bidang studi atau mata pelajaran, yang disusun
mengacu atau berdasarkan tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional. Atau dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi
tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Mata pelajaran yang disusun
atau disajikan pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah
(SD/MI/MTS/SMP/SMA/MA) dikelompokan kedalam beberapa
matapelajaran utama yakni, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, seni dan budaya, pendidikan jasman dan olah raga, dan muatan
9
Anonim, Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Pengelolaan Kurikulum di Tingkat
Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 33.
10
Ibid.
lokal. Dari setiap mata pelajaran sebagaimana disebutkan di atas,
tentunya memiliki karakteristik dan tujuan tersendiri dan berbeda
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh mata ajaran yang lainnya.
Tujuan mata ajaran merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.11

4. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional merupakan suatu tujuan pendidikan yang
sesuai dengan pokok bahasan, materi dan bidang studi. Tujuan
instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya sebab
yang langsung berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional
berkenaan dengan tujuan setiap pertemuan. Artinya,
kemampuankemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah ia
menyelesaikan pengalaman belajar suatu pertemuan. Tujuan
instruksional di bedakan ke dalam dua jenis yakni tujuan instruksional
umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan TIU
dan TIK terdapat dalam hal perumusannya, TIU dirumuskan dengan
kata-kata tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan TIK
menggunakan kata-kata tingkah laku yang bersifat khusus, artinya
dapat diukur setelah pelajaran itu selesai.12
5. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Tujuan pembelajaran
merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
Sementara itu tujuan pendidikan merupakan landasan bagi pemilihan
materi serta strategi penyampaian materi terseburt. Tujuan akan
mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen
11
Ibid. 34.
12
Ibid
lainnya. Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat operasional ini
lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak
dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran.13

C. Jenis-jenis Pengantar Kurikulum

a. Separated Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran
yang terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah
berarti kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang
terpisahpisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata
pelajaran lainnya. Pembelajaran bentuk kurikulum ini cenderung
kurang memerhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting
adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran
dapat diterima dan dihafal oleh siswa.14
b. Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah mata
pelajaran dihubungkan antara yang satu dan yang lain sehingga ruang
lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Kurikulum ini
memungkinkan substansi pembelajaran bisa lebih bermakna dan
mendalam dibandingkan dengan mata pelajaran yang terpisah – pisah.
Sebagai contoh, pada mata pelajaran fiqih dapat dihubungkan dengan
mata pelajaran AlQuran dan Hadis.15
c. Broad Fields Curriculum
Kurikulum Board Field kadang-kadang disebut kurikulum
fusi. Taylor dan Alexander menyebutkan dengan sebutan The Board
Field of Subject Matter. Board Fields menghapuskan batas-batas dan
menyatukan pelajaran yang berhubungan dengan erat. Ini memiliki
keunggulan di antaranya adalah mata pelajaran akan semakin
dirasakan kegunaanya, sehingga memungkinkan pengadaan mayta

13
Ibid. 35.
14
Nana Sayodih, Penerapan Kurikulum, (Bandung: PPs IKIP Bandung, 1995), hlm. 45.
pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar
generalisasi. Ada pun kelemahannya adalah hanya memberikan
pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata
pelajaran. Sebagai contoh, sejarah, geografi, ilum ekonomi dan ilmu
politik menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

d. Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha
pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran.
Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah
tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari
berbagai disiplin ata mata pelajaran. Kurikulum ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara
individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagi sumber balajar,
memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat
melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengantar Kurikulum


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum sekolah
mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat,
terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.

1. Perguruan tinggi kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari


perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari
pengembangan ilmu kependidikan dan keguruan serta penyiapan guruguru
di perguruan tinggi keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan). Kurikulum Lembaga Pendidkan Tenaga Kependidikan
juga mempengaruhi pengembangan kuirkulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan lemampuan keguruan dari guru-guru yang
dihasilkannya.15

15
Mohammad Ansyar, Dasar-Dasar Pengembagan Kurikulum, (Jakarta: P2LPTK, Dirjen
Dikti, Depdikbud 1989), hlm. 55.
2. Masyarakat sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan
mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan
agen masyarakat, sekolah, sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat
dimana sekolah tersebut berada. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi
yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat
adalah dunia usaha. Perkembengan dunia usaha yang ada di masyarakat
mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab bekerja dan berusaha.
Jenis pekerjaan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut
persiapannya disekolah.

3. Sistem nilai masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat


memiliki kelompok-kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok
intelek, kelompok social, spiritual dan sebagaiannya yang tiap kelompok
sering memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat
aspek-aspek social, ekonomi, politik, fisika, estetika, etika, religius, dan
sebagaianya.

Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.


Ada beberapa hal yang diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai:
(1) guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada
dalam masyarakat,
(2) guru hendaknya berpegang pada perinsip demokrasi, etis, dan moral,
(3) guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru,
(4) guru menghargai nilai-nilai kelompok lain,
(5) memahami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.16

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

16
A. Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 31.
Kurikulum dapat diartikan sejumlah pengalaman siswa yang
direncanakan, diarahkan, dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh
sekolah atau guru. Oleh karena itu, yang merancang, melaksanakan dan
mempertanggung jawabkan kurikulum itu adalah sekolah atau guru sebagai
ujung tombak dilapangan yang lebih mengetahui dan memahami kondisi
peserta didik sesuai dengan latar belakangnya. Dengan demikian perubahan
kurikulum semestinya berangkat dari kondisi di lapangan yang diketemukan,
kemudian diusulkan ke diknas untuk mendapatkan pengakuan dan kelayakan
atas perubahan kurikulum tersebut. Jadi kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Semua
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa
pada hakekatnya adalah kurikulum.
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki
bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya secara baik.
Bagian-bagian ini disebut komponen kurikulum. Kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok yang saling
berkaitan, berinteraksi dalam rangka mendukung tercapainya tujuan.
Pada hakikatnya, Komponen kurikulum terdiri dari 5 komponen utama,
yakni :(1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media
(sarana dan prasarana); (4) komponen strategi; dan (5) komponen proses
belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Pengelolaan
Kurikulum di Tingkat Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. 2014. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Jujun, Suriasumantri. (1982). Filsafah Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan.
Masykur. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung:
Aura.
Mohammad Ansyar, Dasar-Dasar Pengembagan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK,
Dirjen Dikti, Depdikbud.
Mustari, Mohammad. 2015. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers,
Sayodih, Nana. (1995). Penerapan Kurikulum. Bandung: PPs IKIP Bandung.
Sukmadinata, Syaodih Nana. 2015. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2015.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fak. Ilmu pendidikan UPI. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Tim Pengembangan MKPD Kurikulum dan Pengembangan. 2016. Kurikulum dan
Pengembangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Wibisono, Koento. (1984). Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Aktualisasinya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan.
Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana UGM.
.

Anda mungkin juga menyukai