Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DAN TEORI KURIKULUM

DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum


Dosen Pengampu : Dr.Yusni Arni,SE.,M.pd
Disusun Oleh :
1. Eko Ardi Ananda ( 2281131332 )
2. Darmawati ( 2281131333 )
3. Sukmawati ( 2281131334 )
4. Eli Satriawan ( 2281131338 )
5. Abdul Aziz ( 2281131341)

PROGRAM STUDI ( PJJ PAI )


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2023
KONSEP DAN TEORI KURIKULUM
DALAM DUNIA PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami
sebelum membahas pengembangan kurikulum.Sebab, dengan pemahaman yang
jelas terhadap kedua konsep tersebut, diharapkan para penanggung jawab
pendidikan, khususnya penanggung jawab pelaksanaan program, mampu
menjalankan misinya dengan sebaik-baiknya.Kurikulum dan pendidikan ibarat
dua mata uang yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Pada hakikatnya manusia sejak lahir mempunyai potensi dasar (fitrah)
yang perlu dikembangkan agar mampu mengabdi pada kehidupan di masa depan.
Untuk itu, upaya sadar dan sadar dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan
potensi tersebut guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Pendidikan sebagai usaha dan kegiatan orang dewasa menuju belum dewasa
bertujuan untuk menemukan potensi-potensi tersebut agar menjadi nyata dan
dapat berkembang.
Dengan demikian, pendidikan merupakan alat yang menciptakan
rangsangan agar potensi manusia berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut maka manusia akan menjadi
manusia yang sesungguhnya.Disini, pendidikan seringkali dipahami sebagai
upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Agar mereka dapat menunaikan
tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berguna bagi negara
dan masyarakat.
Pendidikan dapat terjadi melalui interaksi manusia dengan lingkungannya,
baik fisik maupun sosial.Proses interaktif ini akan berlangsung dan dialami oleh
manusia sepanjang hidupnya.Interaksi manusia dalam lingkungan sosial
memposisikan manusia sebagai makhluk sosial. Secara khusus makhluk hidup
saling membutuhkan, saling bergantung dan saling membutuhkan, termasuk
dalam hal pendidikan.Lebih jauh lagi, manusia sebagai makhluk sosial terikat
pada sistem sosial yang lebih besar. Sistem ini didukung oleh nilai dan norma
yang dimiliki dan diyakini oleh masyarakat terkait.Keterikatan ini mendekatkan
manusia pada nilai-nilai universal.Oleh karena itu, manusia dapat dianggap
sebagai makhluk yang mempunyai kesadaran moral dan agama.
Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang tidak
dapat dipisahkan dari sistem kehidupan sosial yang lebih luas.Artinya sekolah
harus mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakat Indonesia.Dalam pendidikan umum, pelaksanaan pengajaran
diselenggarakan secara bertahap atau pada tingkatan tertentu. Dalam sistem
pendidikan nasional, jenjang pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Setiap jenjang mempunyai tujuan
yang disebut tujuan kelembagaan atau institusional goal, yaitu tujuan yang harus
dicapai oleh setiap jenjang lembaga pendidikan umum. Semua organisasi tersebut
bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
B. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang seiring dengan berkembangnya teori dan
praktek pendidikan dan juga berubah tergantung pada sekolah pendidikan atau
teori yang diterapkan.Yang perlu dijelaskan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum.Ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum: kurikulum sebagai isi,
sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
Konsep pertama, kurikulum adalah isi.Kurikulum dianggap sebagai
rencana kegiatan belajar siswa di sekolah atau serangkaian tujuan yang ingin
dicapai.Kurikulum juga dapat merujuk pada suatu dokumen yang memuat
rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal waktu dan
penilaian.Kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis yang
dihasilkan atas kesepakatan bersama antara penulis kurikulum, pengambil
kebijakan pendidikan, dan masyarakat.Suatu program juga dapat mencakup
wilayah tertentu, sekolah, kabupaten, provinsi, atau seluruh negara.
Konsep kedua memandang kurikulum sebagai suatu sistem, khususnya
sistem kurikulum.Sistem pengajaran merupakan bagian dari sistem sekolah,
sistem pendidikan,bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup
struktur staf dan proses kerja tentang bagaimana kurikulum dikembangkan,
diterapkan,dievaluasi, dan disempurnakan. Hasil dari sistem kurikulum adalah
struktur kurikulum dan fungsi sistem kurikulum adalah bagaimana menjaga
kurikulum agar tetap dinamis.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai bidang studi, adalah bidang penelitian
kurikulum.Ini adalah bidang studi bagi spesialis kurikulum dan spesialis
pendidikan dan pengajaran.Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah
untuk mengembangkan pengetahuan tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar
kurikulum.Melalui studi literatur serta berbagai kegiatan penelitian dan
pengalaman, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi program.
Menurut pandangan lama, program pelatihan adalah seperangkat mata
pelajaran yang harus diajarkan oleh guru atau harus dipelajari oleh siswa. Teori
ini sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Di beberapa lingkungan atau hubungan,
perspektif ini masih digunakan sampai sekarang, khususnya kurikulum seperti
“mata pelajaran yang perlu dikuasai”. Disarankan agar program ini:“suatu
program studi, seperti program studi yang tetap dan spesifik, seperti di sekolah
atau universitas, misalnya program diploma”.Banyak orang tua bahkan guru
ketika ditanya tentang program akan memberikan jawaban berdasarkan bidang
studi atau mata pelajaran. Secara lebih spesifik, kurikulum dapat dipahami secara
sederhana sebagai isi pelajaran.
Dalam hal ini al-Shayban yang dikutip oleh Hasan Langgulung
mengatakan:Program belajar adalah kegiatan pengalaman pendidikan, budaya,
sosial, olah raga dan seni yang diberikan oleh sekolah kepada siswa di dalam dan
di luar sekolah untuk membantu mereka berkembang secara menyeluruh dalam
segala aspek dan mengubah perilaku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Mauritz Johnson menentang konsep kurikulum yang sangat luas.Menurut
Johnson, pengalaman hanya akan muncul jika ada interaksi antara siswa dan
lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan merupakan masalah kurikulum tetapi
pengajaran.Program hanya menggambarkan atau memperkirakan hasil pengajaran.
Johnson membuat perbedaan yang jelas antara kurikulum dan pengajaran.Segala
sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan,seperti
perencanaan isi,kegiatan belajar mengajar, penilaian, termasuk pengajaran.
Sedangkan program hanya mementingkan hasil belajar yang ingin dicapai siswa.
Menurut Johnson, program ini merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang direncanakan.
Terlepas dari pro dan kontra pandangan Mauritz Johnson, beberapa ahli
memandang program ini sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah
satunya adalah Mac Donald.Menurutnya, sistem sekolah terdiri dari empat
subsistem: pengajaran, pembelajaran, pelatihan kejuruan dan kurikulum.
Mengajar adalah suatu kegiatan profesional atau metode terapeutik yang
dilakukan oleh seorang guru. Belajar adalah kegiatan dan usaha siswa dalam
menyikapi kegiatan pendidikan yang diusulkan oleh guru. Serangkaian kegiatan
yang memungkinkan dan melibatkan interaksi belajar mengajar disebut
pembelajaran (instruksional).Kurikulum merupakan suatu rencana yang
dimaksudkan untuk memberi petunjuk atau pedoman selama kegiatan belajar
mengajar.
Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dan
kurikulum fungsional. Menurut Beauchamp “Kurikulum adalah suatu dokumen
tertulis yang dapat memuat banyak komponen, namun pada hakikatnya
merupakan rencana untuk mendidik siswa ketika mereka terdaftar di sekolah
tertentu.”Beauchamp menekankan bahwa kurikulum adalah suatu proyek
pendidikan atau pedagogi. Implementasi rencana tersebut sudah termasuk dalam
bidang pendidikan. Lebih lanjut Zais menjelaskan bahwa kualitas suatu program
tidak dapat dinilai hanya berdasarkan materi tertulis tetapi harus dievaluasi selama
difungsikan di dalam kelas.Kurikulumnya tidak hanya itu saja rencana pengajaran
tertulis melainkan sesuatu yang berfungsi di dalam kelas, memberikan bimbingan
dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana
tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document atau inert
curriculum), sedangkan kurikulum yang dilaksanakan di kelas adalah kurikulum
fungsional.(program eksekutif, langsung atau aktif).
Hilda Taba punya pendapat berbeda.Menurutnya, perbedaan kurikulum
dan pengajaran bukan terletak pada pelaksanaannya melainkan pada ruang
lingkupnya. Kurikulum berfokus pada cakupan isi dan tujuan metodologis yang
lebih luas atau lebih umum, sedangkan tugas pengajaran lebih sempit dan spesifik.
Menurut Taba,keduanya membentuk satu kesatuan.Kurikulum terletak pada ujung
yang lain dari tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran
terletak pada ujung yang lain, yaitu tujuan yang khusus atau lebih proksimal.
Untuk lebih memahaminya, lihat gambar di bawah ini .

Menurut George A. Beauchamp, kurikulum sebagai suatu bidang studi


membentuk suatu teori yang disebut teori kurikulum. Beauchamp mendefinisikan
teori kurikulum sebagai seperangkat pernyataan terkait yang memberi makna pada
kurikulum dengan menunjukkan hubungan antar elemen dan dengan memandu
pengembangan, penggunaan program, dan evaluasi.
C. Teori Kurikulum
Teori adalah seperangkat pernyataan yang saling terkait yang disusun
sedemikian rupa sehingga memberikan makna fungsional pada serangkaian
peristiwa.Pernyataan-pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi
deskriptif atau fungsional, struktur fungsional, hipotesis, generalisasi, hukum,
atau terminologi. Isi rumusan tersebut ditentukan oleh ruang lingkup rangkaian
peristiwa yang dimaksud, banyaknya pengetahuan empiris yang tersedia, serta
keluasan dan kedalaman teori serta penelitian seputar peristiwa tersebut.
Apabila konsep-konsep tersebut diterapkan dalam kurikulum sekolah
maka dapat dirumuskan suatu teori kurikulum, khususnya sebagai seperangkat
pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah. Makna tersebut
dijelaskan dalam pedoman pengembangan, penggunaan, dan evaluasi kurikulum.
Teori Kurikulum mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, penggunaan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan sebagainya.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum sederhana saja, yaitu kehidupan
manusia.Kehidupan manusia itu berbeda-beda namun pada hakikatnya sama,
dibentuk oleh sejumlah keterampilan kejuruan.Pendidikan berupaya
mempersiapkan keterampilan tersebut secara cermat dan sempurna.Keterampilan
yang perlu anda kuasai untuk melanjutkan hidup sangat bervariasi tergantung
pada tingkat dan jenis lingkungan.Setiap tingkatan dan lingkungan hidup
memerlukan penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, dan
penilaian tertentu. Inilah tujuan dari program ini.Untuk mencapai hal tersebut, ada
serangkaian eksperimen yang harus dikuasai anak. Semua tujuan dan pengalaman
tersebut merupakan bahan penting bagi kajian teori kurikulum.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dilakukan oleh Hollis Caswell.
Sebagai kepala pengembangan program di beberapa negara bagian AS (Tennessee,
Alabama, Florida dan Virginia), ia mengembangkan konsep program berbasis
komunitas atau kerja.Oleh karena itu Caswell mengembangkan program
interaktif.Dalam pengembangan program, Caswell menekankan pada partisipasi
guru, berpartisipasi dalam menentukan program, menentukan struktur organisasi
program, membangun makna program, menetapkan tujuan, dan memilih konten,
mengidentifikasi kegiatan pembelajaran, merancang program, mengevaluasi hasil
dan sebagianya.
Ralph W. Tylor (1949), yang dikutip oleh Sukmadanata, menekankan
empat pertanyaan kunci yang menjadi inti penelitian kurikulum:
1) Tujuan pendidikan apa yang ingin dicapai sekolah?
2) Pengalaman pendidikan apa yang harus diberikan untuk mencapai tujuan
tersebut?
3) Bagaimana mengatur pengalaman pendidikan secara efektif?
4) Bagaimana kita menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai?
Beauchamp merangkum perkembangan teori kurikulum pada tahun 1960
hingga 1965.Ia mengidentifikasi enam komponen kurikulum sebagai bidang
kajian, yaitu: landasan program, isi program, desain program, teknik program,
evaluasi dan penelitian, serta pengembangan teori.Thomas L. Faix (1966)
menggunakan analisis struktural-fungsional yang berakar pada biologi, sosiologi,
dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi suatu program
digambarkan sebagai proses pemeliharaan dan pengembangan strukturnya.
Banyak pertanyaan yang muncul dalam analisis struktur-fungsi ini. Topik
dan subtopik pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan fenomena dalam
kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan ini berhubungan dengan: (1) pertanyaan umum
tentang fenomena kurikulum, (2) sistem kurikulum, (3) satuan analisis dan
komponennya, (4) struktur sistem kurikulum pengajaran, (5) fungsi sistem
kurikulum, (6) proses pembelajaran, dan (7) prosedur analisis struktural-
fungsional.
Alizabeth S.Maccia yang dikutip Sukamadanata dari hasil analisisnya
menyimpulkan ada empat teori kurikulum, yaitu: (1) teori kurikulum, (2) teori
kurikulum formal, (3) teori kurikulum penilaian, dan (4) teori kurikulum praktis.
Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dan
pengembangan kurikulum.Kurikulum merupakan hasil sistem pengembangan
kurikulum, namun sistem pengembangan itu bukanlah kurikulum.Menurut
Johnson, kurikulum adalah seperangkat tujuan pembelajaran yang terstruktur.
Oleh karena itu, kurikulum berfokus pada tujuan, bukan aktivitas. Berdasarkan
konstruksi kurikulum, pengalaman belajar anak menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses pengajaran.
Sukmadanata menekankan tiga unsur dasar pertunjukan, yaitu pelaku,
artefak, dan melakukan.Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
program.Artefak merupakan konten dan desain program.Implementasi merupakan
proses interaktif antar aktor yang terlibat dalam artefak. Penelitian program
Frymier mencakup tiga fase: perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin (Yunani), tepatnya cucere yang
digantikan dengan kata benda curriculum.Kurikulum, jamak kurikulum,
digunakan pertama kali dalam dunia olahraga.Dalam dunia olahraga,kurikulum
diartikan sebagai arena pacuan kuda tempat anda mengendarai kereta.Jarak yang
harus ditempuh seorang atlet.Sedangkan pada zaman dahulu,kereta kuda dipahami
sebagai salah satu jenis kereta kuda, yaitu alat untuk mengangkut orang dari awal
hingga akhir.
Dalam perkembangan selanjutnya, program ini juga digunakan dalam
dunia pendidikan.Dalam dunia pendidikan,kurikulum mempunyai arti sebagai
berikut:
a. Memiliki. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional
Dalam pengertian sempit atau tradisional, kurikulum dianggap sebagai
suatu program studi, suatu program yang tetap dan spesifik, seperti di sekolah atau
universitas, seperti program gelar.Dalam pengertian ini,kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran tertentu di sekolah atau universitas yang harus
diselesaikan agar dapat memperoleh ijazah atau lolos ke jenjang yang lebih tinggi.
Carter V. Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah sekelompok
mata kuliah atau mata pelajaran yang sistematis yang diperlukan untuk kelulusan
suatu bidang studi utama.Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran atau
urutan sistematis yang diperlukan untuk menyelesaikan gelar dalam bidang studi
utama tertentu.Robert Zaiz berpendapat bahwa kurikulum merupakan sumber bagi
siswa untuk menguasai mata pelajaran. Kurikulum merupakan serangkaian mata
pelajaran yang harus dikuasai.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat mata pelajaran yang diperkenalkan guru kepada peserta didik untuk
memperoleh gelar atau lolos ke jenjang yang lebih tinggi. Definisi kurikulum saat
ini sama dengan “rencana pembelajaran sekolah yang disampaikan guru kepada
siswa”. Arieh Levy berpendapat bahwa program jenis ini tidak lebih dari daftar
singkat tujuan dan isi pendidikan yang akan diajarkan di sekolah atau dalam
kurikulum suatu program, mata pelajaran yang akan diajarkan.
Mengenai permasalahan ini, Paul Langrand mengatakan bahwa kurikulum
di atas mempunyai sedikit relevansi dengan kehidupan, terlepas dari kenyataan
konkritnya, sehingga terdapat kesenjangan antara pengalaman dan pendidikan,
dan pada saat yang sama tidak mempunyai bentuk setting pertanyaan atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran. proses pendidikan. kemajuan.

b. Kurikulum dalam arti luas atau modern

Dalam pengertian ini, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran


tertentu saja melainkan mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Dengan
kata lain, ada sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan.

Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan pemahaman terhadap program di


atas, antara lain:

1) Ronald Doll berpendapat bahwa kurikulum...semua pengalaman yang


diberikan kepada peserta didik di bawah naungan atau arahan sekolah.
Program ini mencakup semua pengalaman yang disajikan kepada siswa di
bawah dukungan atau arahan sekolah.

2) William B. Ragan mendefinisikan kurikulum...seluruh pengalaman anak-anak


yang menjadi tanggung jawab sekolah. Kurikulum menyatukan semua
pengalaman siswa yang menjadi tanggung jawab sekolah.

3) Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty mendefinisikan kurikulum sebagai


seluruh kegiatan yang ditawarkan sekolah kepada siswa yang merupakan
program sekolah. Program tersebut mencakup seluruh kegiatan yang
dilakukan sekolah untuk siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum


mencakup keseluruhan pengalaman, aktivitas, dan pengetahuan siswa yang berada
di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Pemahaman
kurikulum ini berimplikasi pada program sekolah, yaitu seluruh kegiatan yang
dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar.Kegiatan ini mungkin
termasuk kegiatan kelas. Misalnya kegiatan dalam proses belajar mengajar (tatap
muka), pelatihan keterampilan, dan lain-lain,atau kegiatan di luar kelas, seperti
pramuka, perjalanan bisnis, kunjungan ke tempat wisata/sejarah, perayaan hari
besar nasional dan keagamaan.Padahal, setiap kegiatan selalu dikaitkan dengan
interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa satu sama lain, antara siswa
dengan pejabat sekolah serta dengan pengalaman hidup siswa. Sebenarnya
pengertian kurikulum ini luas, karena mencakup seluruh aktivitas siswa,
pengalaman, dan segala pengaruh, baik fisik maupun non fisik, terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Kurikulum dalam arti rencana pembelajaran bertepatan dengan pengajaran.


Artinya kurikulum banyak kaitannya dengan rencana dan cita-cita yang ingin
diwujudkan, sedangkan pengajaran terletak pada mewujudkan atau melaksanakan
rencana tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum identik dengan pengembangan pengajaran. Perbedaan antara kurikulum
dan pengajaran bukan terletak pada pelaksanaannya tetapi pada cakupannya.
Kurikulum berfokus pada tujuan, isi, dan metode yang lebih luas, sedangkan
tujuan, isi, dan metode yang lebih sempit adalah tugas pengajaran. Dengan kata
lain, kurikulum terikat pada apa yang ingin dicapai (tujuan), sedangkan
pengajaran terikat pada bagaimana tujuan tersebut ingin dicapai (proses).
Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan pendekatan yang berbeda terhadap
permasalahan keduanya. Persoalan kurikulum dapat diatasi berdasarkan nilai-
nilai, sedangkan persoalan pedagogis dapat diatasi melalui pendekatan
empiris.Olivia juga menekankan kemungkinan hubungan antara kurikulum dan
pengajaran sebgai berikutnya:
1. Model dualistik menggambarkan kurikulum dan pengajaran yang terpisah.
Ketidakharmonisan perencanaan dan pelaksanaan dapat digambarkan pada
tabel berikut:

Kurikulum Pengajaran
2. Model yang relevan menggambarkan komponen integrasi yang penting.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Kurikulum Pengajaran

3. Model konsentris menggambarkan kurikulum sebagai sesuatu yang terkait


dengan pengajaran, dengan kemungkinan bahwa kurikulum berada di dalam
pengajaran atau pengajaran di dalam kurikulum, yang satu merupakan
subsistem dari yang lain, atau 'yang satu bergantung pada yang lain.

Kurikulum Pengajaran
Pengajaran Kurikulum

4. Model siklus menggambarkan keterkaitan antara kurikulum dan pengajaran yang saling
mempengaruhi. Keputusan kurikulum mendahului keputusan pedagogis. Pada gilirannya,
keputusan pendidikan akan mempengaruhi perbaikan program (setelah evaluasi).
Hubungan antara keduanya dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

Kurikulum Pengajaran

Bagaimanapun ragamnya pengertian kurikulum, sebagaimana telah


dijelaskan di atas, kurikulum pada hakikatnya adalah alat/sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan. Hal ini, sebagaimana dikemukakan oleh John S.
Brubacher, apapun namanya, menggambarkan jalan yang harus ditempuh siswa
dan guru untuk mencapai tujuan pendidikan.
D. Sumber Pengembangan Kurikulum
Dengan mempelajari sejarah kurikulum, kita akan mengetahui beberapa
hal yang menjadi sumber utama atau landasan penyusunan kurikulum.
Perkembangan pertama program berawal dari kehidupan dan karya orang dewasa.
Karena sekolah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, maka kurikulum,
terutama isinya, diambil dari kehidupan orang dewasa.
Pengembang program mendasarkan programnya pada hasil analisis
pekerjaan dan kehidupan orang dewasa. Seiring dengan kemajuan pembangunan,
sumber ini menjadi lebih luas hingga mencakup seluruh elemen budaya. Manusia
adalah makhluk berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya dan berkontribusi
dalam menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya,
masyarakat harus mempelajari budaya, sehingga budaya menjadi sumber muatan
utama kurikulum. Kebudayaan ini meliputi segala ilmu yang ditemukan dan
dikembangkan oleh para ahli, nilai-nilai adat, tingkah laku,benda, dan lain-lain.
Anak-anak adalah sumber persiapan lain untuk program sekolah. Dalam
pendidikan atau pengajaran, pembelajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran
bukan tentang memberikan sesuatu kepada anak tetapi tentang membina potensi
yang ada pada diri anak. Anak menjadi sumber kegiatan pendidikan, menjadi
sumber kurikulum sekolah. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber
kurikulum, yaitu kebutuhan, perkembangan, dan minat siswa. Oleh karena itu,
kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa, tingkat perkembangan
siswa, dan hal-hal yang menarik minat siswa.
Pada akhirnya, sumber keputusan program adalah kekuatan sosiopolitik.
Di Amerika Serikat, orang yang mempunyai kekuasaan sosial dan politik untuk
menentukan kebijakan kurikulum adalah dewan pendidikan lokal yang mewakili
negara bagian.Di Indonesia, otoritas sosial politik dalam penetapan kurikulum
adalah Menteri Pendidikan Nasional, yang pelaksanaannya diserahkan kepada
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktur Jenderal
Pendidikan, Direktur Pendidikan Tinggi berkoordinasi dengan Balitbang Diknas
atau Indonesia Otoritas Pendidikan Tinggi.Kementerian Agama dalam
pelaksanaannya dipercayakan kepada Direktur Pendidikan Madrasah dan Ditperta
atau Direktur Jenderal Pendidikan Islam yang bertanggung jawab langsung
kepada Menteri Agama. Dengan adanya desentralisasi, disinilah setiap fasilitas
atau daerah mempunyai kewenangan untuk menyiapkan programnya.

E. Model-model Konsep Kurikulum

Dalam kurikulum, John D. Neil menyoroti empat jenis konsep, yaitu:


kurikulum akademis, humanistis, rekonstruksi sosial dan teknolog

1. Konsep Kurikulum Akademik

Program akademik ini merupakan model yang pertama dan tertua. Sejak
berdirinya sekolah, programnya tetap sama. Walaupun jenis lain telah
berkembang, namun pada umumnya sekolah tidak bisa meninggalkan jenis ini. .
Oleh karena itu sangat praktis, mudah disusun dan mudah dipadukan dengan jenis
lainnya.

Program akademik bersumber dari metode pengajaran klasik (perenialisme


dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu dan nilai
ditemukan oleh para pemikir kuno. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskan capaian kebudayaan masa lalu. Program ini mengutamakan konten
pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu pengetahuan sebanyak-
banyaknya. Seseorang yang berhasil dalam belajar adalah seseorang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar muatan pendidikan yang disediakan atau
disiapkan oleh guru.

Konten pendidikan diambil dari semua disiplin ilmu. Sesuai dengan


bidang keahlian para ahlinya masing-masing telah mengembangkan ilmunya
secara sistematis, logis dan benar. Guru dan pengembang kurikulum tidak perlu
mengeluarkan tenaga untuk menyusun dan mengembangkan materi mereka
sendiri. Mereka hanya perlu menyeleksi materi ilmiah yang dikembangkan oleh
para ahli di bidang ilmu tersebut, kemudian menyusunnya kembali secara
sistematis, tergantung pada tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta
didik yang akan mempelajarinya.Guru sebagai penyampai materi pendidikan
memegang peranan penting. Mereka harus menguasai seluruh ilmu program. Ia
harus ahli dalam bidang studi yang diajarkan. Selain itu, guru tidak hanya harus
menguasai bahan ajar tetapi juga menjadi teladan bagi siswa untuk ditiru. Apa
dan bagaimana penyampaiannya harus menjadi bagian dari kepribadian guru.
Guru adalah orang yang dikagumi dan ditiru (diikuti dan ditiru).

Karena program akademik mengutamakan ilmu, maka program


pendidikan lebih bersifat intelektual. Program studi tidak hanya menekankan pada
materi yang disampaikan, namun seiring berkembangnya secara bertahap
memperhatikan proses belajar siswa. Proses pembelajaran yang dipilih sangat
bergantung pada aspek-aspek yang ditekankan dalam mata pelajaran tersebut.

Jérôme Bruner dalam The Educational Process yang dikutip S. Nasution


mengemukakan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan pada struktur
mata pelajaran keilmuan. Lebih lanjut beliau menekankan bahwa kurikulum suatu
mata pelajaran harus didasarkan pada pemahaman mendasar yang dapat diperoleh
dari prinsip-prinsip yang melandasi mata pelajaran tersebut dan struktur suatu
disiplin ilmu.

Setidaknya ada tiga pendekatan untuk mengembangkan program


akademik:Pertama, ada pendekatan struktur pengetahuan. Siswa belajar menyerap
dan mengkaji fakta, bukan sekadar menghafalkannya.Kedua, merupakan kajian
terpadu. Pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat
yang memerlukan model pengetahuan yang lebih lengkap dan terintegrasi.
Pelajaran terdiri dari unit-unit kursus, dalam unit-unit kursus ini batas-batas
pengetahuan hilang. Penyelenggaraan topik pendidikan didasarkan pada fenomena
alam, proses kerja ilmiah dan permasalahan yang ada.Ketiga, pendekatan yang
dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar
berdasarkan mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Kurikulum humanistik

Dilihat dari sudut pandang humanistik, kurikulum sekolah merupakan


sesuatu yang dapat menunjang perkembangan anak dalam aspek kepribadian
tertentu.Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu proses yang mampu memenuhi
kebutuhan individu untuk mencapai keterpaduan perkembangan menuju
aktualisasi diri (prestasi).

Penganut aliran ini antara lain pendidikan pertemuan, kritik radikal,


mistisisme baru.Pendidikan confluence merupakan pendidikan yang memandang
anak sebagai manusia seutuhnya. Kritik radikal adalah pendidikan yang sejalan
dengan naturalisme atau romantisme, yang menekankan upaya pendidikan untuk
membantu anak mengidentifikasi dan mengembangkan seluruh potensi dirinya
serta menciptakan situasi yang memungkinkan mereka berkembang secara
optimal.Mistisisme modern adalah aliran pemikiran menekankan pelatihan dan
kepekaan, perasaan dan karakter mulia, atau menemukan nilai dalam pelatihan
kepekaan, meditasi, atau teknik transformasi pribadi lainnya.

Kurikulum humanistik dimulai dari premis bahwa anak-anak adalah yang


terdidik.Anak merupakan objek sentral dalam kegiatan pendidikan.Anak
mempunyai potensi, kemampuan dan kelebihan tertentu untuk dapat berkembang
sendiri.Pendidik humanistik juga menganut konsep Gestalt.Artinya anak itu satu
solidaritas global. Pendidikan bertujuan untuk pengembangan secara menyeluruh,
tidak hanya secara fisik atau intelektual tetapi juga dari segi emosional (emosi,
perasaan, nilai, dan lain-lain).

Berdasarkan asumsi di atas, maka kurikulum humanis menekankan pada


pendidikan yang terpadu (holistik) antara aspek afektif (emosi, sikap dan nilai)
dan aspek kognitif (pengetahuan dan keterampilan intelektual).Dengan kata lain,
program ini menambahkan dimensi emosional pada kurikulum berbasis mata
pelajaran.

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum Rekonstruksi sosial lebih fokus pada permasalahan yang


dihadapi siswa di masyarakat.Konsepsi kurikulum ini menegaskan bahwa
pendidikan bukanlah usaha individu melainkan kegiatan komunal, interaksi dan
kerjasama. Interaksi atau kolaborasi dapat terjadi antara siswa dengan guru, siswa
dengan siswa, serta siswa dengan orang-orang di lingkungannya. Dengan
kolaborasi seperti ini, siswa berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapi
di masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik.

Pendidikan, sebagaimana digagas oleh Kurikulum Rekonstruksi sosial,


mempengaruhi, mengubah dan memperkenalkan paradigma baru bagi masyarakat
dan kebudayaan.
4. Kurikulum Teknologi
Dari sudut pandang teknologi, pemrograman adalah proses teknologi yang
memungkinkan menciptakan kebutuhan akan personel pengambil keputusan.
Penerapan teknologi dalam pendidikan khususnya dalam kurikulum mencakup
dua bentuk, yaitu: bentuk perangkat lunak dan perangkat keras.Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan disebut teknologi alat (teknologi
Tulls).Sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga dengan
teknologi sistem.
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi instrumental menekankan pada
penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efektivitas dan efisiensi
pendidikan.Program tersebut memuat rencana penggunaan berbagai alat dan
media serta model pengajaran terkait penggunaan alat tersebut.Contoh model
pengajaran adalah pengajaran berbasis kurikulum, pengajaran otomatis,
pengajaran berbasis modul, pengajaran menggunakan alat IT dan pengajaran
dengan pendekatan sistem.
Dalam pengertian teknologi sebagai suatu sistem, teknologi pendidikan
menekankan pada penyusunan kurikulum atau rencana pembelajaran dengan
menggunakan suatu sistem. Suatu program pengajaran dapat hanya berupa suatu
sistem, dapat juga berupa suatu program yang sistematis yang didukung oleh alat
dan perlengkapan media, dan juga program sistem yang dipadukan dengan alat
dan media pendidikan. Dalam bentuknya yang pertama, pengajaran tidak
memerlukan alat dan sarana yang rumit. Sedangkan pada bentuk kedua,
pengajaran tetap berjalan meskipun tanpa alat dan bahan yang rumit, namun akan
lebih baik jika alat dan bahan tersebut disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak
dapat dilakukan tanpa alat dan dukungan yang canggih.Oleh karena itu, alat dan
fasilitas merupakan persyaratan bawaan dalam program.
Dengan teknologi, diupayakan agar proses belajar mengajar, khususnya
teknik mengajar, dapat dikuasai secara utuh untuk menjamin hasil yang sama.
Teknologi pendidikan memberikan dasar ilmiah dan eksperimental untuk proses
belajar mengajar.Penerapan teknologi telah diakui dalam Kurikulum 1975, setiap
guru harus menggunakan Proses Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSI),
pengajaran modular, dan penilaian pembelajaran di akhir (EBTANAS) dan sistem
penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU), pendidikan internet. dan belajar dan
sebagainya.
F. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan
Pendidikan didasarkan pada interaksi antara pendidik dan siswa dengan
tujuan membantu siswa menguasai tujuan pendidikannya.Interaksi pendidikan
dapat berlangsung di keluarga, sekolah atau masyarakat.Dalam lingkungan
keluarga terjadi interaksi pendidikan antara orang tua sebagai pendidik dan anak
sebagai peserta didik. Interaksi ini terjadi tanpa rencana tertulis.Seringkali orang
tua tidak memiliki rencana yang jelas dan rinci mengenai ke mana anaknya akan
disekolahkan, bagaimana mereka akan dididik, dan apa isi pendidikannya.Orang
tua sering kali mempunyai ekspektasi tertentu terhadap anak-anaknya.Saya
berharap dia akan menjadi orang yang saleh, sehat, cerdas, dan lain-lain, tetapi
tidak jelas rincian kualitas-kualitas ini.Selain itu, mereka juga belum mengetahui
apa dan bagaimana memberi agar anaknya dapat memiliki sifat-sifat tersebut.
Pendidikan sekolah lebih formal.Guru adalah pendidik di sekolah yang
telah mendapat pelatihan formal di fasilitas pelatihan guru. Ia mempelajari ilmu
pengetahuan, keterampilan dan seni menjadi seorang guru.Ia juga dilatih untuk
memiliki kepribadian seorang pendidik. Selanjutnya, mereka dicalonkan dan
disahkan sebagai guru oleh masyarakat tidak hanya berdasarkan keputusan
pejabat yang berwenang tetapi juga diakui dan dihargai tinggi oleh masyarakat.
Guru menjalankan fungsinya Pendidik merencanakan dan mempersiapkannya
dengan matang.Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, materi disusun secara
sistematis dan rinci, dengan metode dan alat yang dipilih dan dirancang secara
cermat.Di sekolah, guru melakukan interaksi edukatif terencana dan sadar.Di
lingkungan sekolah, terdapat program formal yang tertulis.Guru menjalankan
fungsi pendidikan formal, oleh karena itu pendidikan yang berlangsung di sekolah
disebut pendidikan formal.
Dalam lingkungan masyarakat, berbagai bentuk interaksi pendidikan
terjadi, dari yang lebih formal, seperti pengajaran di sekolah dalam format kelas,
hingga yang kurang formal, seperti ceramah dan seminar.Guru juga berbeda
dilatih secara khusus sebagai guru, sampai pada tahap implementasi
Pendidik beroperasi melalui pengalamannya.Programnya juga bermacam-macam,
dari yang ada Kurikulum formal dan tertulis untuk rencana pelajaran hanya ada
dalam pikiran pembicara atau moderator diskusi atau pemimpin ide yang patut
dicontoh.Interaksi pendidikan berlangsung di masyarakat,dirancang dan
dilaksanakan.Secara formal sebenarnya bisa masuk dalam kategori pendidikan
formal. Interaksi desain dan implementasi yang kurang formal dapat dianggap
sebagai pendidikan yang kurang formal (tidak terlalu formal).Karena perbedaan
ini, para profesional pendidikan publik menjadi lebih bahagia menggunakan
istilah pendidikan luar sekolah untuk merujuk pada interaksi pendidikan yang
terjadi di dalam komunitas ini.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengambil beberapa wawasan tentang
pendidikan formal.Pertama, pendidikan formal mencakup rencana pendidikan
terstruktur atau kurikulum tertulis secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua,
dilakukan secara formal,terencana,memantau dan mengevaluasi.Ketiga,
disampaikan oleh pendidik atau guru yang berilmu dan terampil.Keahlian khusus
di bidang pendidikan.Keempat, terjadi interaksi edukatif dalam lingkungan
tertentu, dengan sarana dan alat tertentu serta aturan main tertentu.Keterkaitan
antara interaksi lingkungan dengan proses belajar-mengajar, pendidik–peserta
didik,kurikulum pendidikan, saling mempengaruhi dan sangat menentukan
terhadap hasil pendidikan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel gambar berikut
ini.
Gambar
Interaksi Kurikulum dengan Lingkungan Pendidikan

Religi

Sosial Ekonomi

Pendidik

Tujuan
Lingkungan Pendidikan Isi Hasil Pendidikan
Proses
Evaluasi

Peserta didik

Politik Budaya

Alam

Kurikulum menempati tempat sentral dalam keseluruhan proses


pendidikan.Kurikulum memandu segala bentuk kegiatan pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson, kurikulum “meresepkan
(atau setidaknya memprediksi) hasil pengajaran.”Kurikulum juga merupakan
suatu rencana pendidikan, yang memberikan petunjuk dan bimbingan mengenai
jenis, ruang lingkup, dan urutan isi serta proses pendidikan. Selain kedua fungsi
tersebut, kurikulum juga merupakan suatu bidang kajian yang dipelajari oleh para
ahli atau ahli kurikulum, yang merupakan sumber konsep atau memberikan
landasan teori dalam pengajaran, pengembangan program di berbagai lembaga
pendidikan.
G. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk meneliti kembali, apakah suatu
proses atau kegiatan yang terdapat dalam kurikulum itu telah dan dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang diharapkan.Wright sebagaimana
dikutip oleh Sukmadanata mengemukakan bahwa curriculum evaluation may be
defined as the estimation of the growth and progress of students toward objectives
or values of the curriculum.Dengan evaluasi kurikulum dimaksudkan suatu
estimasi atau perkiraan tentang pertumbuhan dan kemajuan para siswa ke arah
pencapaian tujuan-tujuan dan nilai-nilai kurikulum.Luas dan sempitnya program
evaluasi kurikulum,sebenarnya ditentukan oleh tujuannya.Apakah evaluasi
tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan komponen-komponen dalam
sistem kurikulum atau hanya komponen-komponen tertentu dalam sistem
kurikulum tersebut.
Dalam konteks evaluasi kurikulum, kegiatan evaluasi dilakukan pada
semua komponen, yang meliputi:
1) Evaluasi penjajakan kebutuhan dan kelayakan kurikulum,
2) Evaluasi pengembangan kurikulum,
3) Evaluasi proses belajar-mengajar,
4) Evaluasi bahan pembelajaran,
5) Evaluasi keberhasilan (produk) kurikulum, dan
6) Penelitian kurikulum atau riset evaluasi kurikulum.Suatu evaluasi kurikulum,
minimal berkenaan dengan tiga hal, yakni evaluasi sebagai moral judgment,
evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi dan kosensus nilai.
Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi kurikulum merupakan usaha
untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apakah kesempatan belajar, program, pelajaran, dan kegiatan yang
direncanakan dan diorganisasikan itu dapat mencapai tujuan yang diharapkan?
b. Apakah kurikulum yang dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya?
Saylor dan Alexander berpendapat bahwa evaluasi adalah proses
mengumpulkan dan menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan
keputusan tentang suatu program pendidikan.
Berdasarkan pengertian evaluasi di atas, evaluasi mempunyai tiga unsur:
Mengumpulkan informasi, mempertimbangkan dan mengambil keputusan.Ketiga
komponen penilaian ini saling terkait. Jadi, dalam proses evaluasi, ketiga
komponen tersebut harus dipahami dengan jelas.
Elemen informasi adalah elemen data mendasar yang berguna untuk
membuat penilaian. Informasi dapat mencakup data kuantitatif dan kualitatif,
umum dan spesifik, yang berkaitan dengan orang, peralatan, program atau proses.
Dengan informasi yang jelas, pertimbangan dan keputusan yang akurat dapat
diambil.
Komponen pengambilan keputusan merupakan hasil penting dari kegiatan
evaluasi.Keakuratan pertimbangan tergantung pada keakuratan informasi yang
diperoleh, sehingga dalam menyampaikan informasi juga harus didasarkan pada
rencana pertimbangan yang akan diambil.Pertimbangan merupakan interpretasi
terhadap kondisi saat ini atau prediksi (prakiraan) di masa depan.Refleksi tidak
selalu disertai dengan tindakan.Komponen pengambilan keputusan merupakan
tujuan akhir dari evaluasi.Sebuah keputusan membutuhkan tindakan yang harus
diikuti.Jadi misalnya tim pengembangan program memutuskan bahwa suatu
program sudah baik dan patut dilaksanakan, maka program tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan keputusan tersebut.

H. Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan yang disusun
untuk memberikan makna fungsional pada rangkaian peristiwa. Ruang
lingkup teori kurikulum meliputi:
2. Konsep kurikulum, identifikasi kurikulum, pengembangan kurikulum, desain
kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulum.
3. Teori Kurikulum adalah seperangkat pernyataan yang memberi makna pada
kurikulum, makna ini muncul sebagai pedoman dalam penyusunan,
penggunaan, dan evaluasi kurikulum. Teori Kurikulum mempelajari literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi
kurikulum.
4. Ada tiga konsep kurikulum, yaitu: kurikulum sebagai isi, sistem dan bidang
kajian. a).Merupakan suatu zat, khususnya:Rencana kegiatan belajar seorang
siswa di sekolah atau serangkaian tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum juga
dapat merujuk pada suatu dokumen yang memuat rumusan tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar mengajar, jadwal waktu dan penilaian. Kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis yang dihasilkan atas kesepakatan
bersama antara penulis kurikulum, pengambil kebijakan pendidikan, dan
masyarakat. Suatu program juga dapat mencakup wilayah tertentu, sekolah,
kabupaten, provinsi atau seluruh negara. b). Sebagai suatu sistem, artinya
sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan,
bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur staf dan
proses kerja tentang bagaimana kurikulum dikembangkan, diterapkan,
dievaluasi, dan disempurnakan. Outcome sistem kurikulum merupakan
komponen-komponen kurikulum dan fungsi sistem kurikulum adalah
bagaimana menjaga kurikulum agar bersifat dinamis. c). Sebagai wilayah
penelitian lapangan. Ini adalah bidang studi bagi spesialis kurikulum dan
spesialis pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang
studi adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang kurikulum dan
sistem kurikulum.Kurikulum adalah seperangkat aturan yang harus diikuti,
dialami, dilakukan siswa, dan pengetahuannya di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau guru untuk mencapai jenjang (diploma) tertentu.
Kurikulum juga merupakan rencana pendidikan, petunjuk dan pedoman
mengenai jenis, ruang lingkup dan urutan isi serta proses pendidikan.
5. Empat jenis model konsep program adalah: kurikulum akademik, humanik,
rekonstruksisosial dan teknologik.
6. Evaluasi program harus mencakup tiga unsur: keluaran, hasil dan dampak.
Produk tersebut dinyatakan dalam bentuk hasil belajar yang dilakukan siswa.
Efek adalah perubahan perilaku pada tingkat yang lebih tinggi.Dampak
merupakan pengaruh program terhadap perkembangan lembaga pendidikan
dan masyarakat.
Daftar P u s t a k a

Ahid, Nur. Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga. Tesis, Yogyakarta: IAIN Sunan
KalijagaYogyakarta, 1993.

Alberty, Harold B and Elsie J. AlBerty. Reorganizing the High School Curriculum, 3rd
ed. t.tp.:The Macmllan Company, 1952.
Azia, Robert S. Curriculum Principes and Foundation. t.tp.: Harper & Row Publisher,
1976. Azra, Azzumardi. Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu,
1998.
Beauchamp, George A. Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: The KAGG Press, 1975

Brubacher, John S. Modern Philosophies of Education, 4th ed. t.tp.: Tata McGraw Hill
Publishing
Company, 1978.
Carter V. Good. Dictionary of Education. t.tp.: McGraw-Hill a Book Company, 1959.
Doll, Ronald C. Curriculum Improvement : Decision Making and Process. Boston:
Allyn andBacon, Inc., 1974.
Franklin, Babbit. The Curriculum. Boston: Hounghton Mifflin,
1918. Hamalik, Oema. Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Mandar Maju, 1991.
Johnson, Mauritz. Intentionality in Education. New York: Center for Curriculum
Research andServices, 1977.
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologik dan Pendidikan.
Jakarta:Pustaka al-Husna, 1989.
Langrand, Paul. An Introduction to Life Long Education, ter. Jakarta: Gunung Agung,
1981.Lavy, Arief. Planing the School Curriculum, ter. Bandung: Bharata Karya Aksara,
1983.
MacDonald, James B. Educational Models for Instruction. Washington DC: The
Association forSupervision and Curriculum Development, 1965.
Nasution, S. Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemmars, 1982.
Neil, John D. Curriculum A Comprehensive Introduction. A Division of Scott
Foresman andCompany, 1980.
Popham, W. James and Eva L. Baker . Estabilishing Instructional Goals, ter. Yogyakarta:
Kanisius,1984.
Sukmadanata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
RemajaRosdakarya, 2000.
Syarif, A. Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu, 1996.
Taba, Hilda, Curriculum Development: Theory and Practices. New York: Harcourt, Brace and
World,Inc., 1962.
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Armas
Duta Jaya, 1990.
Webster, Webster’s New Dictionary of American Language . t.tp.: The World Publisshing
Company,1964.
Webster. Webster’s New International Dictionary. t.tp.: GG Merriam Company, 1953

Anda mungkin juga menyukai