BUDAYA
GROUP 12
BELLA ANGGRINA ( 15178006 )
WIDIA SISKA (15178046)
BAB I
PENDAHULUAN
memberdayakan
potensi
manusia
untuk
mewariskan,
mengembangkan
dan
belajar siswa sudah baik, maka penanaman nilai-nilai budaya bangsa yang lainnya
akan mudah dilakukan. Dari keterkaitan antara kurikulum yang sempurna, peranan
guru yang profesional dan kebudayaan yang bersifat membangun, maka penulis
menyusun makalah ini tentang Kurikulum dan Perspektif Budaya.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini
antara lain:
1. Menjelaskan tentang hakekat kurikulum
2. Menjelaskan tentang kurikulum dalam budaya masa kini
3. Menjelaskan kurrikulum dalam perspektif budaya
4. Menjelaskan tentang peran guru dalam kurikulum
5. Menjelaskan tentang peran guru dalam perspektif budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Namun, pemahaman konsep dasar
mengenai kurikulum ini tetaplah sama. Berikut ini adalah beberapa pengertian
kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang, seperti yang ditulis Putra (2010).
a) Secara Etimologis
b.
c.
masa
lalu,
masa
sekarang,
dan
berbagai
rencana
Kurikulum
memuat
tujuan-tujuan
yang
mengandung
subject curriculum)
Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubungkan
(Correlated curriculum)
Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran
(integrated curriculum)
b.
dan efektivitas.
Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan
media dan alat pelajaran, dan pemilihan kegiatan penilaian.
Sedangkan
Abdullah
(2007)
mengemukakan
lima
prinsip
dalam
fleksibilitas
dalam
pengembangan
kurikulum
fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaianpenyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
c. Prinsip kontinuitas;
Prinsip
kontinuitas
adalah
adanya
kesinambungan
dalam
kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalamanpengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
d. Prinsip efisiensi;
Prinsip efisiensi adalah mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain
yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
e. Prinsip efektivitas;
Prinsip efektifitas adalah mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Dalam
sebuah
kebudayaan
yang
stabil,
pengetahuan
biasanya
bagaimana menilai berbagai situasi budaya pada waktu bersamaan sehingga dia
belajar teknik-teknik bagaimana mengambil keputusan.
Solusi Oleh Kaum Konservatif
Para pendidik konservatif mempertahankan bahwa dalam masa-masa
perubahan yanag cepat pendidikan harus bertindak sebagai kekuatan yang
menstabilkan. Menurut kaum konservatif, kekacauan yang ada dalam kebudayaan kita
tidak dapat menjadi alasan untuk membingungkan anak-anak. Makin cepat tingkat
perubahan, anak-anak semakin memerlukan sejumlah pengetahuan dan prinsip-prinsip
yang secara radikal tidak perlu berubah, betapa banyakpun dia ditambah atau disaring.
Menyelaraskan anak terhadap perubahan dengan menggunakan sebuah fokus
pada masalah-masalah masa kini mempunyai kelemahankelemahan antara lain hal
tersebut bersifat selektis, menguntungkan kurikulum pada keadaan kebudayaan dan
bukan para prinsip-prinsip bagi menentukan apa yang berharga dipelajari dari
kebudayaan. Dan juga mengabaikan banyak hal dalam warisan budaya yang perlu
bagi peninjauan yang matang untuk kebudayaan sekarang dan masa depan, dan
menggantinya dengan sebuah keserasian routine dengan masalah-masalah dan
ketegangan-ketegangan kehidupan modern. Akhirnya dengan menjadikan sekolah
sebagai sebuah forum bagi diskusi isu-isu masa kini, sekolah akan membuka dirinya
bagi tekanan-tekanan kelompok-kelompok kepentingan yang bersaingan.
2) Kurikulum untuk Mengajarkan Kebudayaan yang Kompleks
Di Indonesia khususnya, dengan penduduk yang banyak, kompleksitas dan
spesialisasi yang demikian besar, dan dengan peningkatan konsentrasi kekuasaan, peradaban
industri modern secara progresif dapat mengancam fungsi pendidikan dan masyarakat dengan
kekacauan. Ancaman terutama terasa akut dalam demokrasi, dimana isu-isu umum sekarang
demikian banyak dan kompleks sehingga pengalaman biasa seseorang tidak bisa menjadi
ukuran untuk menghargai/menilainya.
Karena kebudayaan itu bersifat kompleksitas dalam sebuah sistem, maka diharapkan
kurikulum yang dirancang harus lebih terspesialisasikan atau lebih khusus lagi dalam bidangbidang tertentu, tetapi bukan berarti melakukan fragmentasi terhadap sistem pendidikan.
Sekarang, menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mempersiapkan individu-individu
dengan pengertian tentang elemen-elemen penting dari kebudayaannya sebagai satu
keseluruhan (sistem) yang kompleks.
11
Siapakah yang dikatakan siswa yang miskin budaya? Mereka umumnya berasal dari
kelas bawah dan yang secara akademis terkebelakang. Orang tua mereka tidak sanggup
memberi mereka latar belakang dan persiapan yang perlu bagi pelajar formal, seperti yang
biasanya diberikan oleh orang tua anak-anak kelas menengah. Untuk itu mereka
membutuhkan kurikulum yang sesuai dengan kepribadian dan kondisi mental mereka. Siswa
yang miskin budaya memiliki merasa bahwa masyarakat secara keseluruhan hanya menaruh
sedikit perhatian terhadap mereka. Akibatnya, mereka sering mengalami kesulitan besar
dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar maupun sekolah-sekolah yang dipenuhi oleh
nilai-nilai kelas menengah.
D. Peran Guru dalam Kurikulum
Kurikulum memiliki dua fungsi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen
dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi
sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari
pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting
dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang
oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum
sebagai pedoman tidak akan efektif. Kusnandar (2007)mencatat peran guru dalam kurikulum
adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai implementers
Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya
bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada.
Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang
lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat
kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru
tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya
bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas
keseharian.
2) Guru sebagai adapters
13
Lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai
penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan
daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada
dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan
kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi
sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan
waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh
guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan
dengan peran guru sebagai implementers.
3) Guru sebagai pengembang kurikulum
Dalam hal ini guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah
kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang
disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus
dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang
kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan
karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibutuhkan siswa.
4) Guru sebagai curriculum researcher
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang
memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam
melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk
menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan
kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran
dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti
kurikulum adalah PTK.
Bagi penganut aliran progresif tugas guru adalah sebagian yang menyangkut
pemeliharaan warisan budaya, tetapi yang sebagian lagi mempertanyakan tradisi
budaya dengan menolong generasi muda berfikir secara kritis bagi diri mereka sendiri
tentang masalah-masalah dunia dewasa ini. Guru harus menjadi seorang pembimbing
yang akan menolong siswa-siswa yang sedang melakukan explorasi memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya dengan memberi nasehat kepadanya bagaimana
cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
b) Peranan Guru dalam Membangun Budaya dan Karakter Bangsa
Guru merupakan suatu profesi yang luar biasa mulia, profesi yang sangat
berperan dalam peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan suatu bangsa. Orangorang yang sukses di bidangnya masing-masing tidak mungkin bisa meraih
keberhasilan jika tanpa ada guru yang mengajar dan mendidiknya. Melalui gurulah
seorang anak mulai diperkenalkan pada huruf dan angka dari tidak bisa membaca jadi
bisa membaca dari tidak tahu berhitung jadi bisa menjadi berhitung. Guru seorang yang
mampu menginspirasi dan memotivasi siswanya, sehingga mampu berbuat sesuatu
yang baik dengan kemampuannya sendiri. Di sinilah pentingnya Guru sebagai sumber
keteladanan dan kemampuan dalam menumbuhkan motivasi. Dengan demikian peran
seorang guru begitu penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa.
Pentingnya membangun karakter bangsa didasarkan pada kenyataan adanya
permasalahan yang sedang dihadapi bangsa saat ini yaitu disorientasi dan belum
dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, keterbatasan
perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila,
bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa serta
melemahnya kemandirian bangsa.
Dan disinilah peranan guru dalam membangun budaya dan karakter bangsa
dalam lembaga pendidikan formal dengan langkah-langkah yang sistematik yang
muatan utamanya nilai-nilai luhur kebangsaan. Dimulai dari penanaman nilai yang
mulia, mengajari mereka untuk menjadi anak-anak bangsa yang berdiri tegak
berhadapan dengan anak-anak bangsa yang lain, cerdas, dan memiliki kepribadian yang
kokoh. Tanamkan kembali kebanggaan sebagai anak bangsa yang bermartabat,
berdaulat, dan berkepribadian mulia. Pendidikan agama, akhlak atau budi pekerti, dan
15
pendidikan
kewarganegaraan
dirancang-bangun
secara
lebih
sistematik
dan
komprehensif.
Guru tidak hanya dituntut melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan belajar
mengajar tetapi jaga harus melakukan kegiatan nonfisik yakni mendidik, mewariskan,
menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki kepada siswanya. Nilai-nilai luhur yang hakiki
yang disemaikan disekolahbenar-benar harus berhadapan dengan berbagai penyakit
sosial yang telah hidup dan berkembang di masyarakat. Peran pendidikan menjadi
sangat penting karena dengan pendidikan dan jadi diri bangsa dimantapkan.Guru
sebagai pendidik merupakan gerbang awal dalam membentuk kepribadian siswa. Hal
ini mengandung arti bahwa guru memberikan pengaruh yang cukup bermakna bagi
terwujudnya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Guru merupakan orang yang di tangannya terletak masa depan
bangsa. Sebab pendidikan generasi yang akan melanjutkan perjuangan bangsa ini ada
ditangannya.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar bagi siswa di bawah tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan untuk mencapai suatu tujuan lembaga pendidikan tersebut. Terdapat lima
bentuk budaya guru, yaitu : Individualism, Balkanization, Contrived Collegiality,
Collaboration, dan Moving Mosaic.
Perubahan kurikulum dalam perspektif budaya dipandang sebagai terobosan telah
dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan tetap melestarikan nilainilai budaya bangsa. Kurikulum dipandang dalam tiga hal, yaitu: kurikulum untuk suatu
kebudayaan yang berubah, kurikulum untuk kebudayaan yang kompleks dan kurikulum
untuk mendidik siswa yang kurang beruntung secara budaya.
Peranan guru dalam kurikulum antara lain: sebagai implementer, adapter,
pengembang dan peneliti kurikulum. Guru dalam pandangan budaya maksudnya guru
memiliki peranan yang menyangkut pemeliharaan warisan nilai-nilai budaya masyarakat
dan bangsa, menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa sebagai wujud
dari otoritas dan tanggung jawabnya.
17
REFERENSI
Adiwikarta, S. 1994. Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian, Kurikulum Untuk Abad
21. Jakarta: Grasindo.
Abdullah, Idi. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Maman, I. 1989. Antropologi Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Ditjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK.
Muqowim. 2006. Kurikulum dan Guru, (Online), (http://www.psb-psma.org/content/blog/5bentuk-budaya-guru.
Saodih Sukmadinata, Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:
Rosdakarya.
http://komomoolleckul.blogspot.com/2010/01/antropologisemester3.html?m
%3D1&ei=9eZXcMcL&lc=idID&s=1&m=459&host=www.google.co.id&ts=147610
4047&sig=AF9Nedk476_3FVeD9E_OIXUM4KSatq2FIQ
18