Anda di halaman 1dari 30

KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN KURIKULUM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Pengembangan Kurikulum

Disusun Oleh:

1. Mukh. Nasihin F52319326

2. Asykur F52319333

3. Husnul Khotimah F52319334

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum beresal dari bahasa Inggris “Curriculum” berarti Rencana
Pelajaran. Secara istilah kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dari pengertian tersebut kurikulum sangat besar pengaruhnya
dalam proses belajar mengajar di sekolah, yang merupakan jembatan untuk
tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. Pada perkembangan dan perubahan
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia tidak terlapas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara terus menerus
menuntut perlunya karakteristik pengembangan kurikulum yang tepat, untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan memiliki ketahanan dalam
persaingan global. Penulisan makalah ini mempunyai alasan yaitu
mengidentifikasi karakteristik atu target kurikulum yang tepat, untuk memilih
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan selanjutnya proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Pada akhirnya seluruh rangkaian tadi demi
mewujudkan tercapainya target Pendidikan Nasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Target (Karakteristik yang sedang dibangun) dalam Pengembangan
Kurikulum?
2. Apa Saja Bahan Ajar yang sesuai dengan karakteristik yang sedang
dibangun?
3. Bagaimana Proses Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
tersebut?
4. Bagaimana Model Evaluasi Kurikulum yang sesuai dengan karakteristik
tersebut?

C. Tujuan
1. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam memenuhi tugas Study
Pengembangan Kurikulum program S-2 Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
2. Menggali dan memperdalam pengetahuan kurikulum khususnya
karakteristik pengembangan kurikulum
3. Mengetahui Karakteristik, Bahan Ajar, Proses, dan Evaluasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pengembangan kurikulum


1. Teori-Teori Pendidikan
Dalam rangka untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan
pendidikan, kami kemukakan beberapa teori pendidikan menurut para ahli
pendidikan1, antara lain :
a. Pendidikan Klasik (classical education)
Menurut para ahli teori pendidikan ini adalah yang tertua, teori ini
berangkat dari sebuah asumsi bahwa seluruh warisan budaya berupa
pengetahuan, ide-ide dan nilai-nilai telah ditemukan oleh pemikir
terdahulu. Pendidikan pada zaman ini memiliki fungsi untuk
memelihara dan meneruskan kepada generasi selanjutnya. Teori
pendidikan ini lebih menekankan kepada isi dari pada proses
pendidikan atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan itu sendiri
diambil dari bua pemikiran dari para ahli zaman dulu.
Karena pendidikan ini lebih menekankan kepada isi dari pada
prosesnya, sehingga dalam penyusunan kurikulumnya hanya dilakukan
oleh para ahli tanpa mengikutsertakan para guru apalagi siswa. Isi
disusun secara logis, sistematis, dan terstruktur, dengan terpusatkan
pada segi intelektual dan mengesampingkan segi sosial atau psikologis
peserta didik. Guru lebih aktif karena memiliki peran yang sangat
besar ketika pembelajaran mulai dari menentukan isi, metode dan
evaluasi.
b. Pendidikan Pribadi (Personalized education)
Berbeda dengan teori pendidikan klasik, teori pendidikan ini lebih
mengutamakan peran para siswa. Konsep pendidikan ini berangkat dari
anggapan dasar bahwa setiap manusia telah memiliki potensi sejak dia

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 7.
terlahir ke dunia. Potensi-potensi itu meliputi potensi untuk berpikir,
berbuat, memecahkan masalah, atau potensi untuk belajar dan
berkembang sendiri.
Kurikulum pendidikan ini lebih menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa. Materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa, adapun pengembangan kurikulum dilakukan penuh
oleh para guru dengan melibatkan para siswa. Dalam teori ini tidak ada
standar baku, yang ada adalah kurikulum minimal yang dalam
prakteknya berkembang sesuai dengan perkembangan siswa.
Perkembangan tersebut berpengaruh juga pada perubahan isi dan
proses pembelajaran.
c. Teknologi Pendidikan
Teori yang bertolak dari sebuah pemikiran bahwa pendidikan selalu
berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok akan lebih baik dari
hari ini, memiliki pengertian bahwa pendidikan adalah ilmu dan bukan
seni, pendidikan merupakan cabang dari teknologi ilmiah.
Pengembangan program-program dalam konsep pendidikan ini sering
dilakukan untuk menjadikan pendidikan lebih efisien. Dalam
pengembangan program melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-
alat pandang-dengar (audio-visual) dan media elektronika.
Dalam penyusunan kurikulum banyak yang dilibatkan, mulai dari para
ahli dan guru-guru yang memiliki kemampuan mengembangkan
kurikulum. Perangkat kurikulum disusun secara lengkap mulai dari
struktur sampai bahan ajar yang terperinci dalam bentuk satuan
pelajaran, paket belajar, modul, paket program audio, video ataupun
komputer.
d. Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran bahwa manusia sebagai
makhluk sosial. Dalam konsep ini mengedepankan konsep interaksi
dan kerjasama sebagai kunci untuk memecahkan setiap pemasalahan.
Kalau dalam teori-teori sebelumnya terjadi interaksi sepihak dari guru
kepada siswa, berbeda dengan teori ini yang mana interaksi bisa terjadi
dari dua pihak, dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru.

2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum


Diatas telah dijelaskan tentang empat aliran pendidikan yang kesemuanya
memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda 2,
Antara lain :
a. Kurikulum Subjek Akademis, model kurikulum ini berasal dari aliran
pendidikan klasik.
b. Kurikulum Humanistik, model kurikulum ini berasal dari aliran
pendidikan pribadi.
c. Teknologi dan Kurikulum, model ini berasal dari aliran teknologi
pendidikan.
d. Kurikulum Rekonstruksi Sosial, model ini berasal dari aliran
pendidikan Interaksionis
3. Landasan-Landasan dalam pengembangan kurikulum
Sebagaimana yang sudah bisa dirasakan bersama, pendidikan tidak hanya
untuk pendidikan, melainkan juga bertujuan untuk memberi bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja, dan
berinovasi di tengah masyarakat.
Dengan adanya pendidikan, kita tidak mengharapkan adanya model
manusia yang berbeda dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia
yang mampu mewarnai dan membangun masyarakat dengan mutu
pendidikan yang telah dimiliki. Oleh karena itu tujuan dan isi dari
kurikulum harus dilandaskan kepada kondisi, karakteristik, kekayaan, dan
perkembangan masyarakat. Adapun landasan-landasan tersebut antara
lain3 :
a. Pendidikan dan Masyarakat

2
Ibid., 81.
3
Ibid., 58.
Sebagai generasi penerus, para pemuda perlu mengenal dan memahami
apa yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini lembaga pendidikan
memiliki peran penting untuk mencetak generasi tersebut, dengan cara
memasukkan nilai-nilai kemasyarakatan tersebut dalam isi kurikulum
dan dipraktekan dalam proses pembelajaran.
b. Perkembangan Masyarakat
Dengan wilayah yang terbentang dari sabang sampai merauke dan
berbentuk pulau-pulau, menjadikan perkembangan masyarakat yang
beranekaragam. Dalam beberapa wilayah ada yang berkembang
dengan sangat cepat, tetapi ada pula yang berkembang dengan sangat
lambat.
Hal itu sangat berpengaruh pada model kurikulum pendidikan di
daerah-daerah yang menuntut untuk selalu sejalan dan seimbang
dengan perkembangan lingkungannya. Sehingga konsep kurikulum
yang tepat di daerah tersebut diharapkan bisa melahirkan calon penerus
yang unggul dan bisa mengembangkan daerahnya masing-masing.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
mempengaruhi terhadap model pendidikan itu sendiri. Mulai dahulu
ilmu pengetahuan selalu berkembang dengan caranya sendiri. Ilmu
pengetahuan selalu memilih orang-orang terbaik disetiap zaman
sebagai pemangkunya, sehingga para ilmuan pun bermunculan dari
berbagai bangsa yang berbeda-beda.
Para ilmuan yunani menguasi pengetahuan pada era sebelum masehi
sampai permulaan abad sesudah masehi. Hal ini dapat dibuktikan
banyaknya para pemikir dari negara tersebut seperti Thales,
Pythagoras, Leucipos, Demokritos, Socrates, Plato, Aristoteles, dan
lain sebagainya.
Selama beberapa abad sampai abad ke-13, pengembangan ilmu
pengetahuan didominasi oleh ilmuan muslim seperti Al-Kindi, Musa
Al-Khawarizmi, ibnu sina, Al-Razi, dan Ibn Yunus yang telah
menemukan teleskop jauh sebelum Galileo. Baru mulai abad
pertengahan setelah terjadi perang antara negara Arab dan Eropa
banyak menimbulkan percampuran dan pertukaran kebudayaan dan
ilmu pengetahuan antara Barat dan Timur. Mulai abad pertengahan
inilah banyak muncul ilmuan dari wilayah Eropa seperti Pascal,
Newton, dan Einstein.
d. Perkembangan Teknologi
Sebenarnya sejak dahulu, teknologi sudah ada. Kalau manusia pada
zaman dulu bepergian dengan sepeda, sesungguhnya mereka sudah
menggunakan teknologi. Seiring berjalannya waktu ilmu pengetahuan
berkembang dan meningkatkan perkembangan teknologi dari model
sederhana hingga menjadi alat yang canggih.
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi membawa
percepatan pula dalam proses pendidikan sehingga menuntut adanya
konsep pendidikan yang memiliki program-program efektif dan
efisien. Hal itu berarti memaksimalkan waktu yang sedikit dan fasilitas
terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Target yang dibangun dalam pengembangan kurikulum
Penyusunan kurikulum disebuah lembaga pendidikan oleh para ahli atau
tim yang memiliki kompetensi sudah barang tentu selain harus mengacu
kepada salah satu teori di atas, juga harus berlandaskan kepada Undang-
Undang Dasar 1945.
Karakteristik atau Target sebuah lembaga pendidikan yang dituangkan
dalam isi kurikulum paling tidak sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara4.
Dalam beberapa kurun terakhir pendidikan indonesia mulai mengalami
perubahan berupa peningkatan kualitas pendidikan, hal ini bisa kita lihat
dari beberapa model visi lembaga pendidikannya yang mana pada masa
awal kemerdekaan banyak memakai teori pendidikan klasik, sekarang
sudah mulai menjawab tantangan dan kebutuhan di masyarakat dengan
mencoba mengembangkan Kurikulum Pribadi, Kurikulum Teknologi, Dan
Kurikulum Interaksional, namun tanpa meninggalkan hal dasar yang sudah
menjadi kesepakan bersama yaitu tetap menyertakan pendidikan karakter
dalam setiap pengembangannya dalam rangka menjaga warisan budaya
(Teori Pendidikan Klasik).
Di bawah ini kami tampilkan beberapa contoh visi dari beberapa lembaga
sebagai bahan pertimbangan sebelum menentukan target atau karakteristik
dari kurikulum.
 Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Tinggi dalam
keimanan dan ketakwaan, menguasai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta mampu mengaktualisasikannya di masyarakat (Visi
MAN IC Serpong)5
 Terwujudnya generasi emas yang berakhlak mulia, berakal cerdas,
berwawasan global, dan berakar budaya Indonesia serta mampu
mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat (Visi SMA
Pribadi Bilingual Bandung). 6

4
Lembaga Ristekdikti, “Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003”, https://kelembagaan.ristekdikti.
go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf; diakses tanggal 29 September 2019
5
Laksito Hedi, “Visi , Misi, dan Target Insan Cendekia Serpong”, https://laksitohdn.wordpress.
com/2009/01/04/visi-misi-n-target-insan-cendekia; diakses tanggal 28 September 2019.
6
WordPress, “SD-SMP_SMA Pribadi Bilingual Boarding School”, http://pribadibandung.sch.id
/vision-and-mission/; diakses tanggal 28 September 2019.
 Menghasilkan lulusan yang kompeten dalam Iptek dan Imtaq, serta
mampu bersaing pada tingkat nasional dan global (Visi SMK Taruna
Bhakti)7
 Membentuk Tamatan yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berdaya saing tinggi, dan
berwawasan lingkungan (Visi SMK Negeri Purwosari Pasuruan)8
 Students of sekolah Ciputra are proud of their national identity,
embrace the spirit of entrepreneurship, celebrate cultural diversity and
posses the skills, integrity and resilience to participate in a changing
global society9.
 Terwujudnya Generasi Muslim Yang Beriman, Bertaqwa Dan
Menguasai Ilmu Pengetahuan & Teknologi (Visi MAN 2
Bojonegoro)10
Dapat kita amati bahwa karakteristik pengembangan kurikulum yang
tampak dari contoh visi-visi diatas adalah Pendidikan karaktek dan
Kewirausahaan atau entrepreneurship. Pendidikan karaktek dapat kita
temukan dari beberapa kata seperti Beriman, Bertaqwa, Berbudi pekerti
luhur, Berwawasan Lingkungan. Adapun entrepreneurship dapat dilihat
dari visi yang mencantumkan semangat kewirausahaan (spirit of
entrepreneurship).
Selanjutnya, untuk mempermudah arah pembahasan dan menfokuskan
arah pemikiran, kita perkecil sudut pembahasan makalah ini kepada target
pengembangan kurikulum Pendidikan Karakter.

7
WordPress, “SMK Taruna Bhakti”, http://smktarunabhakti.site/whytarbak/visi-dan-misi-smk-
taruna-bhakti/; diakses tanggal 28 September 2019.
8
Lilis Novitasari, “SMK Negeri 1 Purwosai”, http://liliscnet1.blogspot.com/2015/08/visi-dan-
misi.html; diakses tanggal 28 September 2019.
9
Sekolah Ciputra, “Our Vision and Mission”, https://www.sekolahciputra.sch.id/our-vision-and-
mission/; diakses tanggal 28 September 2019.
10
Sinarweb, “MAN 2 Bojonegoro”, https://man2bojonegoro.sch.id/profil-madrasah/#; diakses
tanggal 28 September 2019.
B. Bahan Ajar
1. Pengetian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara global terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap11. dilihat dari aspek standar
kompetensi , materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Aspek kognitif berhubungan dengan pengusaan intelektual atau
12
pengetahuan . Aspek afektif berkenaan dengan penguasaan sikap, minat,
dan nilai-nilai. Adapun aspek Psikomotorik berkenaan dengan penguasaan
keterampilan-keterampilan. Bloom, membagi aspek kognitif atas enam
tingkatan , yaitu : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Untuk aspek afektif Krathwohl dan teman-temannya
mengelompokan menjadi lima tingkatan, yaitu : menerima, merespon,
menilai, mengorganisasi nilai, dan karakterisasi nilai-nilai. Adapun untuk
aspek psikomotorik anita Harrow membagi menjadi enam jenjang, yaitu :
gerakan refleks, gerakan-gerakan dasar, kecakapan mengamati, kecakapan
jasmaniah, gerakan-gerakan keterampilan dan komunikasi yang
berkesinambungan.13
Apabila diperinci, materi pembelajaran dapat dibagi menjadi enam, dari
aspek kognitif empat bagian14, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Kemudian ditambah satu bagian dari aspek afektif yaitu nilai dan satu
bagian dari psikomotorik berupa keterampilan15.
1. Materi berupa Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi, bisa berupa
nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa
sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
Contoh : nama presidan RI yang pertama adalah Ir. Soekarno.

11
Syafruddin Nurdin, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016),
102.
12
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 86.
13
Ibid., 104.
14
Nurdin, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 102.
15
Tim pengembang MKDP, kurikulum dan pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), 152.
2. Materi konsep adalah suatu ide, gagasan, pengertian, atau sistem
pernyataan yang menjelaskan serangkaian fakta yang mana harus
bersifat memadukan, universal dan menggambarkan masa akan datang.
Contoh materi yang mengandung pengertian, definisi, identifikasi atau
ciri-ciri khusus.
3. Materi jenis prinsip adalah suatu aturan atau kaidah yang berisi dalil,
rumus, dan teorema. Contoh: Hukum permintaan (ketika harga baranga
mengalami penurunan, maka permintaan akan naik dan ketika harga
barang mengalami kenaikan maka permintaan akan menurun)
4. Materi jenis prosedur adalah materi yang berupa langkah-langkah
mengerjakan sesuatu secara runtut, misalnya langkah-langkah merakit
komputer, langkah-langkah menjumlahkan pecahan, dan lain
sebagainya.
5. Materi nilai adalah suatu pola atau ukuran norma. Materi ini selalu akan
berhubungan dengan pengetahuan atas kebenaran umum.
6. Materi keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu,
baik dalam pengerian fisik maupun mental.
2. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Dalam pemilihan baha ajar ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan16, antara lain :
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan.
2. Prinsip konsistensi artinya tetap atau berkesesuaian.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya memadai
dan bisa membantu siswa menguasai kompetensi.
3. Sumber Bahan Ajar
Menurut para ahli, tempat dimana bahan ajar dapat diperoleh disebut
dengan sumber bahan ajar17. Adapun sumber-sumber yang dimaksud
yaitu :
1. Buku Teks

16
Nurdin, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 108.
17
Ibid., 110.
2. Laporan Hasil Penelitian
3. Jurnal (Penerbitan Hasil Penelitian dan Pemikiran Ilmiah)
4. Pakar Bidang Studi
5. Profesional
6. Buku Kurikulum
7. Penerbitan Berkala seperti Harian, Mingguan, dan Bulanan
8. Internet
9. Media Audio Visual
10. Lingkungan

4. Media Pembelajaran
Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai jenis alat-alat
teknologi pendidikan, seperti Nasution dan Anderson (1976) 18. Adapun
median pembelajaran menurut mereka berdua antara lain :
1. Media papan tulis
2. Media komputer
3. Media Audio
4. Media Cetak
5. Media Audio-Cetak
6. Media Proyeksi Visual Diam
7. Media Proyeksi Audio Visual Diam
8. Media Visual Gerak
9. Media Objek Fisik
10. Media Manusia dan Lingkungan.

C. PROSES PEMBELAJARAN

Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, pembelajaran


merupakan suatu proses belajar agar seseorang dapat melakukan kegiatan
belajar. Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena

18
Ibid., 121.
interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman.19
Adapun pengertian proses pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.20 Sebagaimana yang terdapat dalam UU RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan
bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Miarso (dikutip
oleh Eveline Siregar danHartini Nara), pembelajaran adalah usaha pendidikan
yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.21

Pembelajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa. Dalam


interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan
mengajar dan belajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi
bersatu, dua hal yang menyatukan adalah interaksi tersebut.

Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi.


Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat
mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas
yang aktif dengan yang pasif, kelas yang berdisiplin dengan kelas yang
kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru,

19
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 10
20
Oemar hamalik, manajemen pengembangan kurikulum, (bandung, PT remaja rosdakarya,2006),
hlm.127
21
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm.12
tetapi antara siswa dengan manusia sumber (yaitu orang yang bisa memberi
informasi), antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media pembelajaran.22

Pembelajaran merupakan proses, tentu dalam sebuah proses terdapat


komponen-komponen yang saling terkait. Komponen-komponen pokok
dalam pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, pendidik, peserta didik,
kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. hubungan antara komponen-komponen pembelajaran tersebut
salah satunya akan membentuk suatu kegiatan yang bernama proses
pembelajaran.23
Proses pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang dirancang
untuk membelajarkan peserta didik. Pada satuan pendidikan, proses
pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.24
Di Indonesia Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah diatur dalam standar proses.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah, bahwa standar proses berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.25 Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan hasil pembelajaran untuk
terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien dia antaranya adalah :

22
R ibrahim, perencanaan pengajaran, ( Jakarta: rineka cipta, 1995), hlm,31
23
Teguh Triwijayanto,manajemen kurikulum dan pembelajaran, ( jakarta, PT Bumi Aksara )
hlm,152
24
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm.14
25
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses
a. Perencanan proses Pembelajaran

Perencanaan yang artinya pengambilan keputusan tentang apa yang


harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Maka dari itu, perencanaan harus
dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.26

Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai


proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran,
penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran serta penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. 7 Perencanaan proses pembelajaran
yang baik tentu akan berdampak pada proses pembelajaran yang baik pula.
Oleh sebab itu, dalam penyusunan perencanaan dibutuhkan pedoman
sehingga perencanaan proses pembelajaran berfungsi sebagaimana
mestinya. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan silabus
dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), namun pada permendiknas
tersebut perencanaan lebih ditekankan pada silabus dan RPP.
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 27
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. RPP disusun untuk setiap
KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
26
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008),
hlm. 23
27
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007, menyebutkan
bahwa komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK),
kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Sebelum membuat RPP, terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan. Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
tentang standar proses untuk satuan pendidikan Dasar dan
menengah, bahwa prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP yaitu : 28
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
b) Mendorong Partisipasi aktif peserta didik
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e) Keterkaitan dan keterpaduan
f) Menerapkan teknologi dan informasi

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen yang sangat


penting dalam mewujudkan kualitas out put pendidikan. Oleh karena
itu, pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat
ideal dan prosporsional.29 Dengan demikian, guru harus mampu
mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran
ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya.

Guru Harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang


komplek karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis
secara bersamaan. Pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan
bermakna dapat di rancang oleh setiap guru, dengan prosedur sebagai

28
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
29
R ibrahim, perencanaan pengajaran, ( Jakarta: rineka cipta, 1995), hlm,101
berikut :30
1. Pemanasan dan Apersepsi
Guru dapat melaksanakan pemanasan dan apersepsi ini dengan
prosedur sebagi berikut:
a. Pembelajaran di mulai dengan hal-hal yang yang di ketahui
dan di pahami peserta didik.
b. Perserta didik di motivasi dengan bahan ajar yang menarik
c. Peserta didik di gerakkan agar tertatirk untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
2. Eksplorasi
Eksplorasi dapat di lakukan dengan mengenalkan bahan dan
mengaitkan dengan pengetahuan yang telah di milik peserta
didik. Hal tersebut bisa di tempuh dengan prosedur sebagi
berikut.
a. Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang
harus di milik peserta didik.
b. Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.
c. Pilih metode yang paling tepat, dan gunakan secara
bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik
terhadap materi standar dan kompetensi baru.
3. Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta
didik dalam bentuk kompetensi dan karakter, serta
menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Adapun
prosedurnya sebagai berikut:
a. Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan
memahami materi dan kompetensi baru;
b. Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan

30
.E.mulyasa, pengembangan dan implementasi kurikulu 2013, ( Bandung PT Remaja
Rosdakarya, 2013 ) hlm.100
masalah;
c. Letakkan penekanan pada kaitan struktural antara materi
standar dan kompetensi baru dengan kegiatan dan
kehidupan dalam lingkungan masyarakat.
d. Pilih metode yang paing tepat sehingga materi standar
dapat di proses menjadi kompetensi dan karakter.
4. Pembentukan sikap, Kompetensi, dan Karakter
Prosedurnya dapat di lakukan sebagaimana berikut :
a. Mendorong pesrta didik untuk menerapkan konsep,
pengertian kompetensi, dan karakter yang di pelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari;
b. Mempraktekkan pembelajarn secara langsung agar peserta
didik dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter
baru dalam kehidupan sehari-hari.berdasarkan pengertian
yang di pelajari;
c. Mengunakan metode yang paling tepat agar terjadi
perubahan sikap, kompetensi dan karakter.
5. Penilaian Formatif
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang
pelaksanaannya dapat di lakukan sesuai prosedur sebagai
berikut :
a. Mengembangkan cara-cara untuk menialai hasil
pembelajaran peserta didik;
b. Menggunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis
kelemahan atau kekurangan peserta didik.
c. Memilih metodologi, yang paing tepat sesuai dengan
kompetensi yang inin di capai.

Prosedur pembelajarn efektif dan bermakna sebagaimana di uraikan di


atas, dapat di gambarkan sebagi berikut.
ALOKASI WAKTU

PEMANASAN APERSEPSI
Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman 5 – 10 %

EKSPLORASI
Memperoleh/mencari informasi baru 25 – 30 %

KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
Negoisasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru 35 – 40 %

PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU


Pengetahuan di proses menjadi nilai, sikap dan perilaku 10 %

PENILAIAN FORMATIF 10 %

D. EVALUASI KURIKULUM
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi menurut Joint Commite memiliki pengertian, penelitian
yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa
objek. Purwanto dan Atwi Suparman mendefinisikan evaluasi adalah
proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid
dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program.31 Jadi
evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematik untuk menilai
keberhasilan dalam implementasi dan efektifitas suatu rancangan.
Kurikulum dalam pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan Pendidikan tertentu.

31
https://zulharman79-wordpress-com.cdn.ampproject.org
Evaluasi kurikulum akan menjawab tentang tercapainya tujuan dan
pembelajaran atau tidak, karena evaluasi merefleksi penilaian kurikulum
dan desain instruksional yang telah dilaksanakan.
Menurut Parkay Evaluasi kurikulum identik dengan pemberian
pertimbangan sistematik tentang kualitas atau program Pendidikan di
sekolah dan mengembangkan strategi unuk meningkatkan program
tersebut. Evaluasi kurikulum berkaitan dengan proses untuk mengetahui
nilai dan efektivitas tingkat pencapaian tujuan, baik pada tingkat nasional,
regional atau sekolah dan juga di tingkat kelas dan mata pelajaran. 32
2. Konsep Evaluasi
Evaluasi adalah bagian integral kurikulum dan perubahan konsep
kurikulum mengakibatkan perubahan teori dan praktik evaluasi kurikulum
yang telah mengalami beberapa tahap perubahan selama abad ke-20.
1. Pengukuran dan penilaian
Pada era pertama, yang berasal dari Bobbit dan Charter, evaluasi
kurikulum terpusat pada pengukuran prestasi belajar siswa. Tipe
pengukuran prestasi belajar siswa yang bermuara pada pemberian nilai
atau angka kepada siswa dianggap sebagai konsep evaluasi yang
sempit oleh Taba, karena apa saja kemajuan atau hasil belajar yang
telah dicapai siswa selama proses pembelajaran berlangsung direduksi
menjadi satu angka saja.
Nilai atau angka hasil belajar siswa itu mungkin saja didasarkan
pada norma atau kriteria yang ditetapkan. Tetapi keyataannya
menunjukkan pertimbangan guru berperan sangat dominan dalam
penetapan nilai hasil belajar siswa, walaupun hal ini sering kali tidak
ditonjolkan.
Pengaruh makna evaluasi ini kemudian membuat psikolog
Prerancis Alfred Binet dan Theodore Simon mengembangkan skala

32
Mohamad ansyar, Kurikulum hakikat, fondasi, desain dan pengembangan, (Jakarta,
Prenadamedia group, 2015).450
intelegensi pada tahun 1905, serta Frances Galton melakukan tes
intelegensi. Tipe evaluasi ini mengadalkan teori-teori psikologi yang
dominan saat itu, yaitu ilmu psikologi behavioristic (tingkah laku).
Untuk mengukur hasil belajar siswa secara tepat, diperlukan
instrument yaitu tes psikologi dan tes intelegensi (IQ Test) yang
diajukan Binnet dan Simon bukan hanya untuk mengukur kecerdasan
siswa tapi juga untuk mendapatkan informasi kesulitan belajar yang
dialami siswa. Jika siswa gagal mencapai tujuan pembelajaran
tertentu, kesalahan biasanya ditimpakan kepada siswa, bukan pada
guru, kurikulum, pembelajaran atau yang lain.
Evaluasi efektivitas, evaluasi produk atau evaluasi hasil belajar
menurut the technical model mencakup tiga tujuan:
a) Memberi informasi tentang arah perbaikan program
b) Menetapkan apakah suatu program akan diteruskan atau
dihentikan
c) Memberi justifikasi tentang perlunya suatu program latihan
dilanjutkan atau dihentikan.
Evaluasi produk menurut Zais adalah bagian evaluasi kurikulum,
tetapi evaluasi untuk memberi nilai rapor bukan evaluasi kurikulum.
Karena evaluasi kurikulum bukan hanya mencakup evaluasi produk
tapi juga evaluasi kecocokan antara tujuan yang direncanakan
(intended outcomes) dan tujuan yang dicapai (realized outcomes).
2. Evaluasi kognitif tingkat tinggi
Era kedua evaluasi kurikulum mulai tahun 1940-an ketika muncul
karya komisi Hubungan sekolah dan Perguruan Tinggi (the eight year
studi). Dalam studi ini mengembangkan filsafat evaluasi, yaitu
mengukur hasil pencapaian tujuan kognitif dan afektif tingkat tinggi,
seperti berpikir kritis, sensitivitas social, apresiasi minat dan
kemampuan penyesuaian personal dan social siswa. Menurut Smith
dan Tyler tingkat pencapaian tujuan tersebut dapat diukur, sehingga
konsep evaluasi pada tahap ini menjangkau lebih luas dari evaluasi
hasil belajar kognitif saja.
Evaluasi merupakan instrument untuk memperoleh masukan bagi
perbaikan atas kelemahan kurikulum. Jadi konsep evaluasi pada tahap
ini mulai bergeser dari evaluasi efektifitas menjadi evaluasi
diagnostic, yaitu menemukan kelemahan kurikulum sehingga dapat
ditetapkan strategi perbaikan kurikulum secara keseluruhan.
3. Evaluasi reformasi kurikulum
Era ketiga evaluasi dipicu peluncuran Sputnik Rusia pada tahun
1957. Keberhasilan Sputnik tersebut menimbulkan suara keras di
Amerika Serikat agar konten kurikulum, terutama konten matematika
dan sains, direformasi. Selain konten, direformasi juga system
presentasi atau metode mengajar dan isi buku teks. Waktu itu
ditemukan bahwa buku teks matematika dan sains lebih focus kepada
pemberian informasi dan fakta-fakta untuk dihapalkan anak bukan
membantu pengembangan kemampuan intelektual siswa sehingga
tidak berkontribusi pada kemampuan pemecahan masalah.
Akibat reformasi tersebut timbul ide-ide baru tentang kurikulum
seperti, belajar penemuan (inquiry learning), pendekatan penemuan
(discovery approach), keterampilan pemecahan masalah (problem
solving skills) dan pendekatan baru kurikulum dan pengajaran.
3. Fungsi Evaluasi
Wiles mengidentifikasi empat funsi umum evaluasi kurikulum di
sekolah yaitu:
1) Menyatakan secara eksplisit filsafat dan rasional desain
instruksional
2) Mengumpulkan data bagi pengambilan keputusan tentang
efektivitas kurikulum
3) Menetapkan keputusan instruksonal sehari-hari
4) Memberikan perubahan kurikulum yang mungkin dilakukan dan
diimplementasikan oleh sekolah.33
Evaluasi juga berfungsi untuk menstrukturisasi cara-cara yang akan
ditempuh untuk mendeteksi keberhasilan atau kegagalan pembelajaran
siswa disekolah. Pada tingkat yang lebih praktis, proses evaluasi berfungsi
sebagai pemberi kontribusi pada pengambilan keputusan dan bahkan dapat
menstruktur diskusi tentang kurikulum.
4. Prinsip Evaluasi
Prinsip asesmen dan evaluasi menurut Brady dan Kennedy harus
memilki prinsip berikut:
1) Berkelanjutan, merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar sehingga memberikan umpan balik pada siswa tentang
kemajuan belajar mereka
2) Bervariasi, sehingga memberikan peluang pada siswa untuk
menunjukkan apa saja yang telah mereka kuasai
3) Valid, agar evaluasi mengakses secara akurat tujuan yang akan
dicapai kurikulum
4) Melibatkan siswa, asesmen efektif perlu mengembangkan
hubungan demokratik antara siswa dan guru
5) Diagnostic, strategi evaluasi harus menunjukkan bukan hanya
hasil, tetapi juga proses, yang membawa siswa mencapai hasil itu
6) Pertimbangan guru, sebab guru sangat kaya dengan pemahaman
tentang siswa mereka
7) Refleksi, yang akan ditemui siswa diluar sekolah (dunia nyata)
8) Penguasaan keseluruhan, pengetahuan atau kompetensi daripada
hanya elemen pengetahuan atau kompetensi yang terpisah-pisah
9) Dimaknai sama, semua stakeholders Pendidikan (siswa, guru dan
orang tua)

33
Muhamad Ansyar, Kurikulum hakikat, fondasi, desain & pengembangan, (Jakarta, prenada
media grup, 2015). 464
5. Proses Evaluasi
Menurut Stufflebeam & Shienfield, esensi dari evaluasi proses
adalah: mengecek pelaksanaan suatu rencana/program. Tujuannya adalah
untuk memberikan feedback bagi manajer dan staf tentang aktivitas
program yang berjalan sesuai dengan jadwal dan menggunakan sumber-
sumber yang tersedia secara efisien, memberikan bimbingan untuk
memodifikasi rencana agar sesuai dengan yang dibutuhkan, mengevaluasi
secara berkala terhadap yang terlibat dalam aktivitas program yang dapat
menerima dan melaksanakan peran dan tugasnya.
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi , menyediakan informasi
untuk keputusan program, dan sebagai rekaman atau arsip prossedur yang
telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi dta penilaian yang telah
ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.34

6. Tipe Evaluasi Kurikulum


1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilakukan ketika kurikulum dalam proses
perencanaan atau ketika kurikulum (baru) sedang diuji coba sehingga
perbaikan dapat langsung dilakukan ketika ditemukan kelemahan.
Implikasinya adalah sebelum rancangan kurikulum diimplementasi,
dilakukan evaluasi formatif beberapa kali sampai kita yakin bahwa
kurikulum itu sudah baik, layak dan siap untuk diimplementasikn
dalam pembelajaran.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan setelah kurikulum dilaksanakan
berdasarkan hasil asesmen prestasi belajar siswa. Hasilnya bisa
menggambarkan postur kurikulum secara keseluruhan. Evaluasi

34
https://media.neliti.com/media/publications/135691-ID-model-evaluasi-program-
pendidikan.pdf
sumatif tidak mendeteksi penyebab suatu yang ditemui dalam
program. Evaluasi sumatif hanya melihat kegunaan program secara
menyeluruh, hasil akhir dari program yang sudah selesai, baik yang
diperoleh dari dalam maupun luar sekolah.
3. Evaluasi produk
Evaluasi hasil belajar (product evaluation) adalah tipe evaluasi
yang paling umum di dunia Pendidikan, namun evaluasi ini hanya
focus kepada tingkat ketercapaian tujuan kurikulum saja.
Menurut Ornstein dan Hunkins evaluasi produk menyediakan
informasi yang membuka jalan kepada evaluator untuk menetapkan
apakah akan meneruskan, mengehentikan atau memodifikasi
kurikulum . misalnya, evaluasi produk menunjukkan bahwa siswa
telah mencapai tujuan program. Ini memberikan sinyal kepada
pendidik bahwa program itu siap diimplementasikan di sekolah lain
dalam system Pendidikan yang sama.
7. Model Evaluasi
Secara umum model-model evaluasi kurikulum yang dikembangkan
selama ini ada lima model evaluasi yaitu:35
1. Measurement
Untuk memperoleh data yang akurat, measurement atau
pengukuran merupakan alternatifyang mungkin dianggap paling tepat
dibandingkan dengan jenis lainnya. Hasil belajar siswa yang
dituangkan dalam bentuk angka lebih banyak dilakukan melalui
measurement. Contoh lain dari kegiatan pengukuran misalnya untuk
seleksi siswa, membandingkan dua jenis metode mengajar terhadap
hasil belajar siswa, dan lain sebagainya.
2. Congruence
Model evaluasi congruence bertitik tolak pada upaya mencari
kesesuaian antara tujuan program Pendidikan dengan hasil belajar yang

35
http://munabarakati.blogspot.com/2015/09/model-model-evaluasi-kurikulum
diperoleh peserta didik. Hasil dari evaluasi model congruence bias
dijadikan masukan (in-put) untuk perbaikan program pengembangan
kurikulum selanjutnya, misalnya penyempurnaan dalam kegiatan
pembelajaran, bimbingan terhadap peserta didik, dan lain sebagainya.
3. Illumination
Evaluasi melalui model illumination didasarkan pada upaya
mencari data terhadap pelaksanaan program. Selama program
dilaksanakan mungkin terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
pelaksanaan program, seperti factor lingkungan. Melalui kegiatan
evaluasi ini pula semestinya diperoleh data mengenai kelebihan dan
kelemahan program, yang pada akhirnya akan dijadikan masukan
untuk memperbaiki program-program berikutnya.
4. Model educational system evaluation
Konsep ini memperlihatkan banyak segi positif untuk kepentingan
proses pengembangan kurikulum. Ditekankan pada peranan kriteria
absolut maupun relative dalam proses evaluasi sangat penting artinya
dalam memberikan ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Objek evaluasi
mencakup input bahan, rencana dan peralatan, proses dan hasil yang
baik. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data objektif.
5. Model CIPP (context, input, proses and product)
Model evaluasi CIPP memandang evaluasi sebagai proses
berkelanjutan, model ini menetapkan, tujuan, metode dan saling kaitan
antara tiap-tiap evaluasi dan pengambilan keputusan dalam konteks
perubahan untuk meningkatkan efektifitas kurikulum melalui beberapa
tipe keputusan kurikulum.36

36
Mohamad Ansyar, Kurikulum hakikat, fondasi, desain & pengembangan, (Jakarta, Prenamedia
group, 2015). 486
Indended Actual

Planning Decisions Recycling decisions

(menetapkan tujuan) (menimbang &


ENDS
merespons pencapaian
Evaluasi konteks
tujuan)
(Tujuan)
Evaluasi produk

Structuring decisions Implementing decisions


MEANS
(mendesain prosedur) (melaksanakan,
mengontrol &
(Cara) Evaluasi input menyempurnakan
prosedur)

Evaluasi produk

Diagram 1. Tipe keputusan & evaluasi CIPP (Orstein & Hunkins,


1988:262)

Pada diagram 1 terlihat empat tipe keputusan kurikulum dalam model


ini:
1) Keputusan perencanaan (planning decisions)
2) Keputusan strukturisasi (structuring decisions)
3) Keputusan implementasi (implementing decisions)
4) Keputusan daur ulang (recycling decisions)

8. Instrumen Evaluasi
Model-model evalusi diatas membutuhkan instrument untuk
pengumpulan data sebagai dasar evaluasi kurikulum. Adapun instrument-
instrumennya adalah sebagai berikut:
1. Tes
1) Tes pilihan ganda
2) Tes benar salah
3) Tes jawaban pendek
4) Tes pencocokan
5) Close test
6) Peta konsep
7) Pertanyaan esai
8) Tes subjektif
9) Asesmen diri
2. Non tes
1) Kuesioner
2) Interview
3) Diari dan log
4) Skala peringkat
5) Daftar cek
6) Observasi
7) Analisis karya siswa
8) Diskusi
9) Asesmen performa
10) Asesmen autentik
11) Portofolio
12) Proyek. 37

37
Mohamad ansyar, Kurikulum hakikat, fondasi, desain & pengembangan, (Jakarta, prenada
media, 2015). 492-503
BAB III
PENUTUP

Ada dua karakteristik pengembangan kurikulum dalam pembahasan


makalah ini, kurikulum Pendidikan karakter dan kurikulum berbasis wirausaha.
Bahan ajar yang digunakan beranekaragam, mulai dari media cetak sampai
media teknologi. Setelah memahami tujuan pendidikan melalui visinya dan
menentukan bahan ajar, maka dalam proses pembelajaran dilaksanakan
perencanaan dengan baik untuk memudahkan dalam pelaksaannya.
Proses pembelajaran yang bisa diterapkan dalam karakteristik pendidikan
karakter adalah pemelajaran yang efektif dan menyenangkan, dengan prosedur
pembelajaran :
1. Pemanasan dan Apersepsi
2. Eksplorasi
3. Konsolidasi Pembelajaran
4. Pembentukan sikap, Kompetensi, dan Karakter
5. Penilaian Formatif
Adapun evaluasi dalam karakteristik pengembangan kurikulum ini
menggunakan beberapa tipe, antara
1. Evaluasi formatif
2. Evaluasi sumatif
3. Evaluasi produk

Anda mungkin juga menyukai