Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Desain Kurikulum


Pengertian pengembangan kurikulum atau disebut juga curriculum development atau
curriculum planning menunjuk pada kegiatan menghasilkan kurikulum, kegiatan ini lebih
bersifat konseptual daripada material, yang dimaksud dalam kegiatan pengembangan ini
adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan. Desain dapat
dirumuskan sebagai proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan dan
penyeleksian bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan. Jika telah
menyelesaikan tahap-tahap tersebut, selesailah tugas pengembangan atau desain
kurikulum. Tugas selanjutnya adalah tugas-tugas melaksanakan kurikulum tersebut di
sekolah dan memonitornya pelaksanannya pengembangan kurikulum.

1.2 Macam-Macam Desain Kurikulum


1. Desain kurikulum disiplin ilmu
Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan
struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum
subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual
siswa. Menurut Mc Neil (1990)Desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan
proses kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan
menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah.Desain model ini bukan
hanya diharapkan siswa semata-mata dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan
disiplin ilmu akan tetapi juga melatih proses berfikir melalui proses penelitian ilmiah
yang sistematis.

2. Desain kurikulum berorientasi pada masyarakat


Rancangan kurikulum yang berorientasi pada masyarakat didasari oleh asumsi bahwa
tujuan dari sekolah adalah untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan
masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum. Ada 3 perspektif
desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, yaitu: perspective status
quo (the status quo perspective), perspective reformis (the reformis perspective), dan
perspektif masa depan (the futuristik perspective).
1. Perspektive Status Quo
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya
masyarakat. Dalam perspektif ini, kurikulum merupakan perencanaan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan
menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan
dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan
masyarakat.

2. Perspektif Pembaharuan (The Reformist Perspective)


 Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkan
kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum reformis menghendaki peran serta
masyarakat secara total dalam proses pendidikan. Pendidikan dalam perspektif ini
harus berperan untuk mengubah tatanan sosial masyarakat.
Menurut pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering
digunakan untuk menindas masyarkat miskin untuk kepentingan elit yang berkuasa
atau untuk mempertahankan struktur sosial yang sudah ada. Dengan demikian,
masyarakat lemah a-an tetap berada dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu, menurut
para reformis, pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat itu. Baik
pendidikan formal maupun pendidikan non formal harus mengabdikan diri demi
tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang
lebih adil dan merata.

3.   Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)


Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial,
yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih
mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan individu. Setiap individu
harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat yang
senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut,
maka akan memungkinkan individu dapat mengembangkan masyarakatnya sendiri.

2. Desain kurikulum berorientasi pada siswa

Kurikulum ini memiliki asumsi bahwa pendidikan diselenggarakan untuk


membantu anak didik. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada
siswa sebagai sumber isi kurikulum. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada
siswa, Alice Crow (Crow & Crow, 1955) menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak;
2. isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dianggap
berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang;
3. anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha untuk belajar
sendiri, artinya siswa didorong untuk melakukan berbagai aktivitas belajar, bukan
sekedar menerima informasi guru;
3. diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan tingkat
perkembangan anak. Artinya apa yang seharusnya dipelajari bukan ditentukan dan
dipandang baik dari sudut guru atau orang lain tetapi ditentukan dari sudut anak itu
sendiri.

4. Desain kurikulum berorientasi pada tegnologis

Model desain ini difokuskan kepada efektivitas program, metode, dan bahan
bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Kurikulum teknologi banyak di pengaruhi
oleh psikologi belajar behavioristik. Dalam pandangan tentang belajar  kurikulum ini
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. belajar dipandang sebagai proses respon terhadap rangsangan


2. belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang
harus di pelajari .
3. Secara khusu siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal tertentu bisa
belajar secara kelompok.
Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :
1. Penerapan hasil- hasil teknologi
Penerapan teknologi  maksudnya menggunakan media atau alat dalam
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Dengan penerapan ini diasumsikan pembelajaran akan lebih berhasil secara
efektif dan efisien. Contohnya gunakan computer sebagai media, pengajaran
melalui radio, pelajaran bahasa inggris dengan menggunakan kaset, dimana setiap
tahapan pembelajaran sudah memiliki tujuan sampai evaluasi keberhasilannya.
2. Penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Teknologi sebagai suatu sistem menekankan kepada penyusunan program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem tujuan. Semakin tujuan itu
jelas dan spesifik, maka semakin jelas pula merancang proses pembelajaran da
menetapkan kriteria keberhasilan.

Anda mungkin juga menyukai