Anda di halaman 1dari 33

OM SWASTYASTU

MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Anak Agung Gede Agung, M.Pd.
Nama Kelompok
01 •I Gusti Ayu Intan Maharani 03 I Gusti Ayu Intan Pratiwi
(2111031325 ) (2111031076 )

02 I Kadek Ricki Krisnawan 04 Ida Bagus Mas Yoga Pratama


(2111031108) (2111031486)
1. MODEL KONSEP
KURIKULUM
Model konsep kurikulum merupakan dasar untuk
pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain,
pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas
konsep-konsep kurikulum yang ada.
Model konsep kurikulum dipengaruhi oleh teori/aliran
pendidikan Terdapat 4 teori/ aliran pendidikan memiliki
model konsep kurikulum dan praktek pendidikan yang
berbeda antara lain:
MODEL KONSEP KURIKULUM
Model konsep kurikulum merupakan dasar untuk
pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain,
pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas
konsep-konsep kurikulum yang ada.
Model konsep kurikulum dipengaruhi oleh teori/aliran
pendidikan Terdapat 4 teori/ aliran pendidikan memiliki
model konsep kurikulum dan praktek pendidikan yang
berbeda antara lain:
A. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum
yang paling tua yang banyak digunakan di berbagai negara. Oleh
karena itu, penguasaan materi sebanyak-banyaknya merupakan salah
satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru
yang menggunakan kurikulum jenis ini.
1.    Correlated currikulum. 2. Unified atau Concentrated
Kurikulum ini menekankan Currikulum.
pentingnya hubungan antara Sesuai dengan namanya,
organisasi materi atau konsep kurikulum jenis ini sangat kental
yang dipelajari dari satu pelajaran dengan disiplin ilmu. Setiap
dengan pelajaran yang lain, tanpa disiplin ilmu dibangun dari
menghilangkan perbedaan
berbagai tema pelajaran. Pola
esensia dari setiap mata pelajaran
organisasi bahan dalam suatu
pelajaran disusun dalam tema-
tema dalam pelajaran tertentu. 
3. Integrated Currikuum.
Ahmad (1998,39) mempunyai ciri-
Pola organisasi kurikulum ini cirikurikulum ini sebagai berikut.
memperhatikan warna disiplin • Unit haruslah merupakan satu kesatuan
ilmu. Bahan ajar diintegrasikan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
menjadi satu keseluruhan yang • Unit didasarkan pada kebutuhan anak,
disajikan dalam bentuk satuan unit. baik yang pribadi maupun sosial serta
Dalam satu unit terdapat hubungan yang bersifat jasmani maupun ohani.
antara pelajaran serta berbagai • Unit merupakan motifasi sehingga anak
kegiatan siswa. dapat berkreasi. Pelaksanaan unit sering
memerlukan waktu yang cukup lama. 
4. Problem Solving Currikulum.
Hal ini berisi tentang pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari
berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini guru cenderung
dimaknai sebagai seseorang yang harus “ digugu “ dan “ ditiru “. 

Sebagai contoh, dalam pengajaran pada jenjang kelas yang rendah diperlukan
alat bantu mengajar yang masih kongkret. Penyajian dilakukan berdasarkan
prasyarat. Untuk memahami suatu konsep tertentu diperlukan pemahaman
konsep lain yang telah diperoleh atau dikuasai sebelumnya. Tujuan dan sifat
mata pelajaran merupakan dua hal yang mempengaruhi model evaluasi
kurikulum subjek akademis (Sukmadinata, 2005:85).
B. Kurikulum Humanistik
Sesuai dengan namanya kurikulum humanistik lebih mengedepankan
sifat humanisme dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi
terhadap kurikulun yang terlalu mengedepankan intelektualitas. Kurikulum
model humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik,
diantaranya adalah Neal (1977).

Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan


terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini
berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur efeksi.

Penganut model kurikulum ini beranggapan bahwa siswa merupakan


subjek utama yang mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan yang
dikembangkan. Hal ini sejalan dengan teori Gestalt yang mengatakan bahwa
individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh
(Sukmadinata:2005,86).
Pendidikan yang menggunakan kurikulun ini selalu mengedepankan
peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya pendidikan dianggap
sebagai proses yang dinamis serta maerupakan upaya yang mampu
mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. 

Kurikulum humanistik merupakan kurikulun yang lebih mementingkan


proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana
memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang yang
mandiri. Sukmadinata (2005:87) mengklasifikasikan pendidikan humanistik
menjadi 3 macam yaitu:

1) Pendidikan konfluen.
2) Pendidikan kritikisme radikal.
3) Mistikisme modern.
Dari ketiga aliran tersebut akhirnya berkembang tiga macam jenis kurikulum
sesuai dengan konsep dasar yang dianut oleh aliran tersebut.

a. Ahli pendidikan konfluen berupaya menyatukan segi efektif dan kognitif


dalam kurikulum. 
b.  Aliran pendidikan kritikisme radikal memandang pendidikan sebagai
upaya untuk membantu anak dalam menemukan dan mengembangkan
sendiri segala potensi dirinya. Dengan hal ini upaya peningkatan
pengembangan dirinya bisa belajar secara optimal.
c. Aliran Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan
pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui
sensitivity training,yoga, meditasi, kontempelasi, dan lain-lain.
Langkah-langkah penyusunan urutan kegiatan dalam pengajaran yang besifat
efektif menurut Shiflett (1975 dalam sukmadinata, 1997) adalah sebagai
berikut:
1)Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sika, minat, atau perhatian
tertentu.
2) Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan.
Di dalamnya tercakup topik-topik, bahan, serta kegiatan belajar yang akan
membantu peserta dalam merumuskan apa yang akan mereka pelajari.
3) Pelaksanaan kegiatan, para peserta diberi pengalaman yang menyenangkan
baik yang berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.
4) Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai,
penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjut.
Evaluasi dalam kurikulum ini mengutamakan proses dinandingkan dengan
hasil. 
C.   Kurikulum Rekontruksi Sosial
Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan kegiatan
kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi. Kurikulum ini
dikembangkan oleh aliran interaksional.
 
Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan.
 
Dalam praktiknya, perancang kurikulum terkonstruksi sosial selalu berusaha
menyelaraskan antara tujuan nasiaonal dengan tujuan siswa.
 
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional, yang bertolak dari
pemikiran manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan sebagai salah satu bentuk
kehidupan berintikan kerjasama dan interaksi. Dengan demikian, kurikulum ini
lebih memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi masyarakat.
 
Tujuan dan isi kurikulum ini setiap tahun bisa berubah, tergantung dari perubahan
masyarakat. Dalam pemilihan metode guru berusaha membantu para siswa
menemukan minat dan kebutuhannya.
D.    Kurikulum Teknologis
Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi
yang dihasilkan.
 
Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum teknologis
dapat ditemukan pada empat bagian yaitu pada tujuan, metode, organisasi
bahan, dan evaluasi.
Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:

1) Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk


perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum
dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil yang di dalamnya terkandung
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
2) Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan
kecepatan masing-masing.
3) Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplinilmu, tetapi telah diramu
sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi.
4) Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik,
ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai
umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran
(formatif), bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang
kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya obyektif tes.
Seperti halnya model yang lain, model kurikulum ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Program pengajaran yang menggunakan alat-alat yang
berbau teknologi, khususnya teknologi terbaru, secara umum lebih
menyenangkan dan terkesan up to date.
 
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi
pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan
kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu
seperti pada pendidikan klasik. Kurikulum ini juga menekankan pada isi
kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang
lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati
atau diukur.
2. MODEL PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
sekolah.

Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan


kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya.

Secara umum pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara


menyesuaikan system pendidikan yang di anut dan model konsep yang
digunakan.Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan
oleh para ahli.

Secara singkat, model- model tersebut akan dikemukakan sebagai berikut:


 
1. The Administrative (Line Staff) Model
Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal
adalah model administrative karena model ini menggunakan prosedur "garis-staf"
atau garis komando "dari atas ke bawah" (top-down). Maksudnya inisiatif
pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian
secara stuktural dilaksanakan ditingkat bawah.
 
2. The Grass-Roots Model
Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai
pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun
dari berbagai sekolah sekaligus.
 
3. The Demonstration Model
Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam
skala kecil. Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu
sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum. Model
demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal
4. Beauchamp's System Model
Sistem yang diformulasikan oleh G.A Beauchamp mengemukakan adanya lima
langkah kritis dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum, yaitu :
 enentukan arena pengembangan kurikulum. Arena itu bisa berupa kelas,
sekolah, sistem persekolahan regional atau sistem Pendidikan nasional.
 Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum. Pengorganisasian dan
penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan
kurikulum, memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran
dan mengembangkan desain.
 Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.
 Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat dimensi: penggunaan kurikulum oleh
guru, desain kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan sistem kurikulum
 
5. Taba's Inverted Model
Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian
diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan
praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum,
sebagaimana sering terjadi apabila tanpa kegiatan eksperimen.
6. Roger's Interpersonal Relations Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa "kurikulum
diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes daan adaptif
terhadap situasi perubahan." Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan
oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.
 
7. The Systematic Action-Reasearch Model
Tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya
hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu.
 
8. Emerging Technical Model
Model teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku,
model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.
Adapun Model-model Pengembangan Kurikulum di Indonesia
 
1. Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada
siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang
selanjutnya.
Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja.
 
2. Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi
menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih
mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.

3. Kurikulum tahun 1975


Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan lingkungan yang
ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal
PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
4. Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata
pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk
jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
 
5. Kurikulum tahun 1994
Adapun pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
a) Adanya penerapan muatan lokal
b) Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara
penddikan dengan dunia kerja
c) Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.

6. Kurikulum tahun 1999


Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut
kurikulum suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap
diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
8.Kurikulum tahun 2006/2007Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan
kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru
memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.
 
 
9. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mencoba mengurangi beban guru secara adminstratif yang
kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran
 

3. PENDEKATAN PENGEMBANAN
KURIKULUM
 
Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang
dirumuskan oleh pengembang kurikulum.
 
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti
langkah- langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik
 
Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
 
Didalam teori kurikulum setidaknya terdapat empat pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum yaitu :
1. Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum disajikan dalam bagian- bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di integrasikan,
ciri- ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi

2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari
ide “Memanusiakan manusia“, penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk
menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
 
3. Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari
ide “Memanusiakan manusia“, penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk
menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.

4. Pendekatan Berbasis Kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas- tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya “Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum”, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,
antara lain sebagai berikut :
 
1. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan pola
bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.
 
2. Pendekatan Sistem (System Approach)
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling
berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)


Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan
sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan
perasaan orang lain serta aturan yang berlaku.
 
4. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum
secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi
secara global oleh pengembang kurikulum.
 
5. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang
masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam
mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan, penggunaan multi metode dan media
dalam pembelajaran, serta sistem penilaian.

6. Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)


Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan bagian dan
indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu.
Bagian tersebut menggambarkan: Hasil belajar, tahap pengembangan kurikulum, dan
program pendidikan yang ditawarkan.
SESI DISKUSI ?
KESIMPULAN
1. MODEL KONSEP KURIKULUM
Terdapat 4 teori/ aliran pendidikan memiliki model konsep kurikulum dan praktek pendidikan yang berbeda
anatara lain: 
A.    Kurikulum Subjek Akademis
1.    Correlated currikulum.
2.    Unified atau Concentrated Currikulum.
3.    Integrated Currikuum.
4.    Problem Solving Currikulum.
B.     Kurikulum Humanistik.
1) Pendidikan konfluen berupaya menyatukan segi efektif dan kognitif dalam kurikulum. 
2) Pendidikan kritikisme radikal Aliran pendidikan kritikisme radikal
3) Mistikisme modern
C.   Kurikulum Rekontruksi Sosial
Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan kegiatan kemasyarakatan yang di dalamnya
terdapat kegiatan interaksi. 
D.    Kurikulum Teknologis
Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:
1) Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi
2) Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan masing-
masing.
3) Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplinilmu
4) Evaluasi dilakukan kapan saja.
2 . Model pengembangan kurikulum 
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Secara singkat, model- model tersebut akan dikemukakan sebagai berikut:
1. The Administrative (Line Staff)
2. The Grass-Roots Model
Inisiatif
3. The Demonstration Model
4. Beauchamp's System Model
5. Taba's Inverted Model
6. Roger's Interpersonal Relations Model
7. The Systematic Action-Reasearch Model
8. Emerging Technical Model
Adapun Model-model Pengembangan Kurikulum di Indonesia:
1. Kurikulum tahun 1964
2. Kurikulum tahun 1968
3. Kurikulum tahun 1975
4. Kurikulum tahun 1984
5. Kurikulum tahun 1994
6. Kurikulum tahun 1999
7. Kurikulum tahun 2004,
8. Kurikulum tahun 2006/2007
9. Kurikulum 2013
 
3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Didalam teori kurikulum setidaknya terdapat empat pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum yaitu :
1. Pendekatan Subjek Akademis
2. Pendekatan Humanistik
3. Pendekatan Humanistik
4. Pendekatan Berbasis Kompetensi
beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut : 
1. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
2. Pendekatan Sistem (System Approach)
3. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
4. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
5. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)
6. Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)

 
OM SHANTI SHANTI
SHANTI OM

Anda mungkin juga menyukai