NIM : 20053006
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum
Pertemuan : 3
Ada empat model konsep kurikulum, diantaranya: Kurikulum subjek akademis, Kurikulum humanistik,
Kurikulum rekonstruksi sosial dan Kurikulum teknologi.
Model konsep kurikulum yang berasal dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis,
Kurikulum humanistik berasal dari pendidikan pribadi, kurikulum yang berasal dari teknologi pendidikan
disebut kurikulum teknologis dan yang terakhir kurikulum rekonstruksi sosial yang berasal dari
pendidikan instraksionis.
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis ini memiliki sumber dari pendidikan klasik (esensialisme dan
perenialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan adalah untuk memelihara dan
mewariskan hasil budaya dari masa lalu. Kurikulum lebih mengutamakan tentang isi dari
pendidikan yang dapat diambil dari setiap disiplin ilmu yang ada. Sesuai dengan bidangnya para
ahli masing-masing, setiap para ahli telah mengembangkan ilmu secara logis, solid dan
sistematis.
Ciri-Ciri Kurikulum Subjek Akademis :
Yang menjadi tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan solid dan
melatih para siswa dalam menggunakan ide-ide nya untuk proses penelitian yang akan dilakukan.
Dengan memiliki pengetahuan yang luas, seorang siswa diharapkan memiliki konsep dan cara
yang dapat dikembangkan dalam masyarakat luas. Sekolah harus bisa menjadi fasilitator agar
siswa dapat merealisasikan kemampuan yang mereka miliki untuk menguasahi warisan budaya.
Metode yang digunakan oleh model kurikulum subjek akademis ini adalah metode inkuiri dan
ekspositori. Ide-ide yang telah diberikan oleh guru akan dilaksanakan oleh siswa sampai mereka
menguasainya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut. Untuk memperkaya
pengetahuan yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku standart.Ada
beberapa pola organisasi isi kurikulum subjek akademis. Pola organisasi yang terpenting
diantaranya:
• Correlated Curriculum
Correlated Curriculum adalah salah satu bentuk kurikulum yang menggabungkan antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, sehingga bahan pembahasan
semakin luas.
Dalam bentuk kurikulum korelasi ini, ada 3 bentuk korelasi,diantaranya:
1) Korelasi Okasional atau Insidental: kurikulum yang dilaksankan secara tiba-
tiba. Misalkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dihubungkan
dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
2) Korelasi Etis: korelasi yang bertujuan untuk mendidik budi pekerti siswa,
misalkan di dalam mata pelajaran agama dibahas juga cara bagaimana
menghormati tamu, orang tua, teman, dll.
3) Korelasi Sistematis: kurikulum ini biasanya direncanakan oleh guru, misalkan
cara bercocok tanam pagi dimasukkan atau disinggung dengan mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial.
• Unified atau Concentrated Curriculum adalah pola organisasi yang terdiri dari bahan
pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencangkup materi
dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
• Integrated Curriculum adalah salah satu jenis kurikulum yang memberikan kesempatan
yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan
dijadikan sebagai sumber media pembelajaran, perbedaan individual anak sangat
diperhatikan, dan mengikut sertakan siswa dalam membuat perencanan pelajaran.
• Problem Solving Curriculum adalah pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah
sosial yang telah dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran.
Pemilihan Disiplin Ilmu
Ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam proses pemilihan disiplin ilmu dari model
kurikulum subjek akademis, diantaranya:
✓ Comprehensiveness (mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh)
✓ Social Utility (mengutamakan kebutuhan masyarakat)
✓ Prerequisite (menekankan pengetahuan dasar).
Penyesuaian Mata Pelajaran dengan Perkembangan Anak
Penyusunan bahan secara logis dan sistematis lebih diutamakan oleh para pengembang kurikulum
subjek akademis. Pada umumnya mereka kurang memperhatikan bagaimana situasi siswa dalam
proses belajar dan lebih perhatian kepada isi atau bahan yang diajarkan. Mereka menganggap
materi yang diberikan bersifat universal, dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan
masyarakat setempat.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik ini didasarkan pada konsep aliran pendidikan pribadi (Personalized
Education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J Rousseau (Romantic Education)
semua aliran ini memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka mempunyai kepercayaan
bahwa siswa adalah subjek utama dalam pendidikan (pusat kegiatan pendidikan). Mereka percaya
bahwa setiap individu (siswa) memiliki kemampuan atau potensi yang bisa dikembangkan.
Pendidikan tidak hanya mengarahkan atau membina manusia dari segi fisik dan intelektual saja
melainkan juga dari segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Karakteristik Kurikulum Humanistik
Menurut pandangan para humanis, kurikulum berfungsi untuk menyediakan pengalaman berharga
untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi seorang murid. Kurikulum humanistik
menuntut hubungan emosioanal yang baik antara guru dan murid, seorang guru harus mampu
menberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya satu sama lain. Sesuai dengan
prinsip yang telah dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku,
bukan hanya yang bersifat intelektual melainkan juga yang bersifat emosional dan tindakan.
Dalam proses evaluasi, kurikulum humanistik memiliki model yang berbeda dari kurikulum lain,
kurikulum humanistik tidak mempunyai kriteria pencapaian sebagaimana kurikulum subjek
akademis. Sasaran mereka terletak pada perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih
terbuka, mampu berdiri sendiri.
4. Kurikulum Teknologi
Di dunia pendidikan, teknologi mempunyai peran yang sangat besar, teknologi sudah dikenal
dalam bentuk pembelajaran yang berbasis komputer, kaset atau video pembelajaran. Ada
beberapa pihak yang belum menyadari tentang pentingnya teknologi. Keberadaan teknologi
sangat membantu dalam menganalisis masalah kurikulum, mulai dari pembuatan, implementasi,
evaluasi, dan pengelolaan instruksional. Bukti teknologi memengaruhi kurikulum adalah dengan
dua cara, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi adalah suatu rencana penggunaan beragam alat dan media pembelajaran
(tahapan basis intruksi). Sedangkan yang dimaksud sebagai teori adalah teknologi digunakan
dalam proses pengembangan dan evaluasi mengenahi materi kurikulum dan instruksional.
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat
teknologis yang digunakan untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulum
yang berisi rencana rencana penggunaan berbagai alat dan media dalam proses pembelajarannya.
Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan video/film,
pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan
komputer.
Inti dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa meteri kurikulum yang akan digunakan
oleh peserta didik sebaiknya dapat menghasilkan kompetensi khusus. Terdapat tiga permasalahan
yang belum terpecahkan dalam kurikulum teknologi, yaitu:
1) Kesalahan hierarki dalam standart pemisahan dari penguasaan belajar
2) Penerapan yang tidak tepat dalam menghadapi sesuatu yang tidak pasti
3) Keterbatasan konsep individualisasi.
Peran teknologi dalam proses peningkatan kualitas kurikulum dengan cara memberikan
kontribusi mengenahi keefektifan instruksional, tahapan instruksional serta memantau
perkembangan peserta didik.
Kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi menjadi salah satu bentuk kelemahan
kurikulum teknologi. Model teknologi seperti ini hanya menekankan pada pengembangan
efektifitas produk saja, sedangkan linkungan yang lebih luas seperti organisasi sekolah, sikap
guru, cara pandang masyarakat sangat kurang perhatian.
Ciri-Ciri Kurikulum Teknologis
Kurikulum yang dikembangkan berasal dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa ciri
khusus, diantaranya:
a) Tujuan (lebih diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk
perilaku)
b) Metode (pengajaran bersifat individual, setiap siswa akan menghadapi berbagai tugas
yang harus diselesaikan dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing)
c) Organisasi Bahan Ajar (banyak diambil dari disiplin ilmu yang telah mengalami
modifikasi sehingga mampu mendukung penguasaan sesuatu kompetensi).
d) Evaluasi (dilakukan setiap saat, akhir pelajaran ataupun akhir semester, umumnya
berbentuk tes objektif).