Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN-PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Para ahli/pengembang kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah


pendekatan umum dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan yang dimaksud
disini adalah cara kerja dengan menerapkan srategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik.
1) Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum , misalnya matematika, saint, sejarah , georafi atau
IPA, IPS, dan sebagainya seperti yang lazim kita dapati dalam sistem
pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas.
Di sini dapat dibedakan macro-organiser organizer dan microorganizer misalnya:
Macro Organizer
:Matematika
Organizer
:Aljabar, Geometri, Kalkulus
Micro Organizer
:Aljabar I, Aljabar II, dan sebagainya
Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi secara teliti pokok-pokok
bahasan yang akan dibahas, kemudian pokok-pokok bahasan tersebut
diperinci menjadi bahan-bahan pelajaran yang harus dikuasai, dan akhirnya
mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar dan ketrampilanketrampilan prerequisite yang harus dilakukan oleh anak didik
(Soemantrie,1993:27). Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah
penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Pendekatan ini
paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya karena disipin ilmu
telah jelas batasannya dan juga mudah untuk dipertanggungjawabkan.
2) Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan yang berorientasi tujuan ini menempatkan rumusan atau
penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Tujuan
Matematika misalnya, sama dengan konsep dasar dan disiplin ilmu
Matematika. Prioritas pendekatan ini adalah penalaran pengetahuan.
Kelebihan dari pendekatan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum
b. Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam
menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di
dalam
mengadakan
perbaikan-perbaikan
yang
diperlukan
(Soebandijah,1993:56)
3) Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan

Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan Subject matter


curriculum, Correlated curriculum, dan Integrated curriculum.
a. Pendekatan pola Subject matter curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran secara
terpish-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung, dan
sebagainya. Dimana mata pelajaran ini tidak terhubung satu sama lain.
b. Pendekatan Pola Correlated curriculum
Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola pengelompokan
beberapa matapelajaran yang berhubungan misalnya bidang studi IPA,
IPS, dan lain sebagainya.
Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek (segi) yaitu:
1. Pendekatan struktur
Contonya IPS, bidang studi ini terdiri atas Sejarah,Ekonomi,
dan Sosioogi.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasarkan pada masalah kehidupan seharihari
3. Pendekatan tempat atau daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraan
c. Pendekatan pola Integrated curriculum.
Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai
arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kumpulan dari
bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Misalnya: pohon;
sebatang pohon ini bukan merupakan sejumlah bagian-bagian ohon
yang terkumpul, akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti
tertentu yang utuh, yaitu pohon. Dalam hal ini, tidak hanya melalui
mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu
keutuhan yang meniadakan batas tertentu dari masing-masing bahan
pelajaran.
4) Pendekatan Rekonstuksionisme
Pendekatan ini disebut juga rekonstuksi sosial karena memfokuskan
kurikulum pada masalah-masalah penting yang dipahami dalam
masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, interdependensi global,
kemiskinan, dampak negative kemajuan teknologi, erang dan damai,
keadilan sosial, hak asasi manusia dan lain-lain.
Dalam gerakan rekonstuksionisme ini terdapat dua kelompok yang
berbeda pandangannya tentang kurikulum yakni :
1. Rekonstruksionisme Konservatif
Kelompok ini menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada
peningkatan mutu kehidupan individu ataupun masyarakat dengan
mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak
yang dihadapi mayarakat.

Peranan guru adalah sebagai orang yang menganjurkan perubahan


(agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam
proses perbaikan masyarakat
2. Rekonstruksionalisme Radikal
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan
pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang
merupakan mayoritas masyarakat. Golongan yang berkuasa seperti
golongan milite, industri, politik, dan lain sebagainya mengadakan
tekanan terhadap massa melalui sistem pendidikan yang diatur
demi tujuan tersebut.
Golongan radikal ini menganjurkan agar pendidik formal maupun
non-formal mengabdikan diri demi tercapainya tatanan sosial baru
berdasarkan pembagian kekuasan dan kekayaan yang lebih adil
dan merata. Kelompok ini ingin menggunakan pendidikan untuk
merombak tata sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada dan
membangun struktur sosial yang baru (Nasution, 1993:48)
Kedua kelompok ini memiliki kesamaan yaitu masing-masing
berpendirian bahwa misi
sekolah adalah untuk mengubah dan
memperbaiki masyarakat.
Perbedaan terletak dalam definisimasing-masing tentang perbaikan dan
cara pendekatan terhadap masalah itu. Golongan konservatif bekerja dalam
rangka struktur yang ada untuk memperbaiki kualitas hidup. Mereka
berasumsi bahwa masalah-masalah sosial adalah hasil ciptaan manusia dan
karena itu dapat diatasi oleh manusia. Sebaliknya golongan radikal ingin
merombak tatasosial yang ada dan menciptakan tatasosial yang baru untuk
memperbaiki mutu hidup.
5) Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa student-centered dan mengutamakan
perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat proses belajar. Para
pendidik humanis meyakinkan bahwa kesejahtraan mental dan emosional
sisswa harus diperhatikan dalam kurikulum agar belajar memberikan hasil
maksimal. Perioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada
tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak (Soemantrie, 1993 :
28).
Kurikulum ini memfokuskan kepada kebutuhan siswa baik sosial maupun
personal. Murid-murid Sekolah Dasar misalnya diajarkan cara bergaul,
saling bertukar pengalaman, berkelakuan sopan-santun, mengembangkan
rasa percaya akan kemampuan diri dan konsep diri yang sehat, dan
sebagainya.
Di sekolah menengah dibicarakan topik-topik seperti mengembangkan
sistem nilai, memelihara persahabatan, memupuk hubungan erat anatara

anak pria dan wanita, mempersiapkan diri untuk jabatan dan lain
sebagainya
Di perguruan tinggi topic-topik yang dapat dibicarakan antara lain
mengenai cara belajar mandiri, mempersiapkan diri unuk kehidupan
setelah lulus, membentuk integritas pribadi, dan sebagainya.
Pendekatan humanistik dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a) Sisiwa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya
dikembangkan sepenuhnya.
b) Siswa yang turut disertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya
c) Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi
oleh rasa saling mempercayai, slaing membantu, saling peduli dan
bebas dari ketegangan yang berlebihan.
d) Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung
jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap
positif terhadap menapa dan bagaimana mereka belajar.
e) Kepedulian siswa akan belajar memgang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
f) Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk
rasa haraga diri.
Kurikulum humanistic didasarkan atas psiklogihumanisik yang erat
hubungannya dengan psikologi lapangan (field psychology) dan teori
kepribadian. Seorang humanis dapat menganut salah satu dari keempat
falsafah pendidikan utama. Pendekatan humanistik tampak terutama dalam
proses interaksi dalam kelas, suasana belajar, dalam cara penyajian belajar,
jadi bukan dalam orientasi falsafahnya.
6) Pendekatan Accountability
Akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang baru, pendekatan ini mulai
mendominasi kurikulum dalam seperempat abad akhir-akhir ini. Gerakan
akuntabilitas dalam 1960-an menyebar dengan pesat dan mendesak sistem
pendidikan di seluruh dunia agar lebih memperhatikan pengukuran
efektivitas pendidikan berdasarkan standar akademis yang ditetapkan lebih
dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia.
Suatu sistem yang accountable menentukan standar dan tujuan spesifik
yang jelas serta mengukur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan
siswa mencapai standar itu.
Dalam
usaha
mengembangkan
standar
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, pendekatan kurikulum beralih kearah apa yang
disebut system yang tertutup atau model latihan.
Gerakan ini mulai dirasakan di perguruan tinggi di Amerika serikat
dituntut agar universitas memperlihatkan dan membuktikan
keberhasilannya yang berstandar tinggi. Agar memenuhi tuntutan itu para

pengembang kurikulum menspesifikkan tujuan pelajar agar dapat


mengukur prestasi belajar. Dalam banyak hal gerakan ini menuju kepada
ujian akademis yang ketat sebagai syarat memasuki universitas.
Dibawah ini adalah perbandingan system yang accountable yang bersifat
tertutup dan system yang lebih terbuka.
Sistem Tertutup- Latihan
Sistem Terbuka-Pendidikan
Tujuan
Hasil belajar lebih dahulu Siswa belajar tentang
ditentukan berdasarkan standar belajar,
cara
memcah
yang
dirumuskan
secara masalah kompleks, menga
spesifik,
siswa
dilatih keputusan secara mandiri
berkelakuan sesuai dengan memberi penilaian etism
yang ditetapkan sekolah
seara pribadi
Membantu
siswa Membantu siswa berpartisi
menyesuaikan diri dengan dalam proses pngemban
dunia sebagaimana adanya
dunia, mecari kebenaran b
dan membangun dunia y
lebih baik dari sekaang
Proses
Mentransmisi informasi dan Menjalankan proses peneli
keterampilan melalui latihan, menggunakan
me
ulangan, hafalan berdasarkan penemuan,
mengaju
teori stimulus-respons
hipotesis untuk mengungkap
realitas baru
Peranan Guru
Orang yang berkedudukan Orang yang turut belajar me
otoriter yang menyampaikan pngetahuan, kebenaran
pengetahuan dan keterampilan keadilan universal yang baru
Motivasi
Ekstrinsik,
dengan Intrinsik, dengan memu
mengguanakan angka-angka, hasrat
belajar,
men
pujian, hukuman, tekanan , dan menemukan pengetahuan b
paksaan
melahirkan ide dan
berpikir baru
Metode utama
Direktif: ceramah, demonstrasi, Interaktif-eksperimental
latihan, praktek
Domain Tingkatan
Kognitif, psikomotor, tingkat Kognitif, afektif, psikom
rendah
tingkat tinggi
Hasil Belajar afektif
Siswa kaku, tidak mudah Siswa mempunyai kebeb
berubah atau menyesuaikan batin dan kemampuan u
diri dengan ide atau situasi berubah
bila
mengha
baru, terikat dan tidak bebas informasi,
kenyataan
untuk berubah
situasi baru
Kelemahan dan Keuntungan dari sistem Terbuka dan Tertutup
Kelemahan
Keuntungan
Sistem Tertutup
a) Sistem
ini
kebal
a. Hasil

belajar

dirumu

b)

c)

d)

Sistem Terbuka

a)

b)

c)

terhadap
perubahan
artinya
sangat
membatasi
inisiatif
local, misalnya guru
untuk mengubahnya
System
ini
mudah
disalah gunakan oleh
mereka
yang
mengontrol pendidikan
Sukar
menyesuaikan
pelajaran
dengan
kebutuhan, kemampuan,
dan minat siswa secara
individual
Sukar
untuk
mengembangkan
segi
kognitif dan afektif
tingkat tinggi.
Dengan hasil belajar
tidak
selalu
dapat
dirumuskan
dalam
bentuk
yang
dapat
diukur oleh sebab itu
tidak dapat diperoleh
gambaran yang jelas
tentang kemajuan siswa
maupun
taraf
pendidikan umumnya.
System
penilaiannya
sangat
sukar
jika
pengajaran didasarkan
atas metode pemecahan
masalah, Karen asering
tidak ada jawaban yang
tepat.
Karena
itu
penilaian
berorientasi
pada proses produk
yang sering bersifat
subjektif
Sering kali sulit bagi
siswa dan bagi uru
untuk menyesuaikan diri
dengan dengan system

dengan jelas dan keberhas


belajar siswa dapat diu
dengan mudah
b. Guru, siswa dan orang
jelas mengetahui apa y
diharapkan dari sekolah
dengan
demikian
d
menghindari
kerag
frustasi,
dan
perbed
tafsiran.
c. Ada kemungkinan mem
penguasaan
tuntas
keteramilan
po
pengetahuan
keterampilan mekanis-te
bagi semua siswa

a. Dengan system ini s


belajar
tentang
belajar
b. System
mengutamakan
pengembangan
ketrampilan
berp
pemikiran
kritis
analitis dan kreativ
pada tingkat lebih ting
c. System
ini
mu
menyerap pengetah
teknologi dan ide
yang terus muncul da
dunia dinamis ini
d. Interaksi dalam k
mengikuti
pr
demokratis
e. System
ini
cu
fleksibel
u
menyesuaikan diri den
kebutuhan, minat
hasrat
siswa
se
individual

terbuka bila terbiasa


dengan system tertutup
yang memandang guru
sebagai sumber satusatunya
yang
mempunyai
otoritas
tentang apa yang benar
dan yang salah.
Intinya jika diinginkan pertanggungjawaban tentang hasil pendidikan,
maka kurikulum tertutup akan lebih serasi. Akan tetapi jika diinginka
kurikulum yang dinamis, yang lebih relevan dengan masalah-masalah
sosial yang memerlukan ketrampilan pemecahan masalah, maka pilihan
akan cenderung jatuh pada kurikulum terbuka.
7) Pendekatan Interdisipliner
Banyak usaaha yang telah dilakukan untuk memisahan antara berbagai
matapelajaran atau disiplin ilmu yang terdapat dalam pendekatan bidang
studi. Masalah-masalah dalam kehidupan tidak hanya melibatkan satu
disiplin, akan tetapi memerlukan berbagai ilmu secara interdisiliner.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa pendekatan interdisipliner dalam
pengembangan kurikulum.
a. Pendekatan Broad-Field
Pendekatan ini mengintegrasikan beberapa disiplin atau matapelajaran
yang saling berkaitan agar sisa memahami ilmu pengetahuan tidak
berada dalam vakum atau kehampaan melainkan dengan bagian integral
kehidupan manusia
Misalkan sekolah dasar mengajarkan IPS yang mengajarkan tentang
lingkungan rumah atau orang yang berjasa di rumah. Untuk itu
guru bisa membicarakan tentang:
- Letak rumah(dibuat peta)
- Tukang pos yang mengantar surat
- Ibu yang setiap hari mengurus rumah
- Biaya rumah tangga tiap hari untuk macam-macam
pengeluaran
- Dan lain-lain
Dalam pelajaran itu telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti
geografi (lokasi rumah), ekonomi ( biaya rumah tangga), matematika
(banyaknya pengeluaran) behitung (menghitung belanja), sejarah
(dimana ayah dan ibu tinggal), sains (bagaimana rumah melindungi
manusia terhadap pengaruh cuaca) dan sebagainya.
Konsep kurikulum yang sama dapat dipergunakan pada tingkat
menengah, atas dan perguruan tinggi

Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa memahami


hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia, misalnya
antara perang Vietnam dan Korea dengan kebangkitan ekonomi jepang
atau antara perang Iran-Irak dengan harga minyak bumi di Indonesia
dan lain-lain. Pendekatan ini cenderung menganut idealisme tetapi
lebih banyak mengandung unsur realisme.
b. Pendekatan kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field karena juga
menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum diberikan
berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan
masalah digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu guna
memecahakan yang berkaitan dengan masalah itu.
c. Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan tinggi
Istilah inti (core) juga dgunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi.
Dengan coredimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil
dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan
dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang
terdidik dan terpelajar. Pengetahuan umum ini layak dimiliki tiap
mahasiswa lepas dari jurusan yang dipilihnya.
Universitas Harvard pada tahun 1982 menentukan lima bidang sebagai
inti termasuk ketrampilan computer, yakni :
- Kesusastraan, mengarang, dan kesenian
- Sejarah
- Analisis sosial dan penalaran moral
- Sains dan matematika
- Kebudayaan asing
Mahasiswa tidak diwajibkan untuk mengikuti mata kuliah tertentu, akan
tetapi memilih sesuai dengan minat dan bakatnya.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini menfusikan atau menyatukan dua (atau lebih) disiplin
tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya:
Geografi + geologi + botani + arkeologi menjadi earth sciences
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut diadakannnya fusi
antara beberapa disiplin tradisional, misalnya:
Biologi + fisika menjadi biofisika
Biologi + kima mnjadi biokimia atau biogenitika
Semua pendekatan interdisipliner ini mempunyai tujuan yang sama
yakni agar belajar mengajar lebih relevan dan bermakana serta lebih
mudah dipahami dalam konteks kehidupan kita.
8) Pendekatan Pembangunan Nasional
Hingga batas tertentu kurikulum ini terdapat disemua sekolah. Pendekatan
ini mengandung tiga unsur yaitu pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
sebagai alat pembangunan nasional, pendidikan ketrampilan praktis bagi
kehidupan sehari-hari.

1. Pendidikan Kewarganegaraan
Berorintasi pada system politik Negara yang menentukan peranan, hak
dan kewajiban tiap warganegara.
Menurut R. Freeman Butts dalam The Rivival of Civic Learning
mengemukakan daftar sepuluh konsep yang menuru endapatnya dapat
dijadikan asas kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yakni:
a. Keadilan (justice)
b. Kemerdekaan (freedom)
c. Kesamaan (equality)
d. Keragaman (diversity)
e. Otoritas (authority)
f. Privacy
g. Proses hokum (due process)
h. Partisipasi (participation)
i. Kewajiban pribadi bag kesejahtraan umum (personal obligation for
the public good)
j. Hak asasi manusia internasional (international human rights)
Selain konsep-konsep diatas, kebanyakan program Pendidikan
Kewarganegaraan juga mengajarkan berbagai ketrampilan seperti
kepemimpinan, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan sebagainya
serta sikap yyang dituntut dari tiap warganegara yang baik.
2. Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yag
diperlukan untuk memenuhi kubutuhan pembangunan. Untuk itu harus
diadakan proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Para pakar
tenaga kerja harus memperhitungkan dengan eksak jumlah guru, ahli
kimia, insinyur pertanian, ahli bedah, dan sebagainya yang diperlukan
tiap tahun. System pendidikan diatur sedemikian rupa sehingga
mampu menghasilkan tenaga kerja menurut spesifikai yang telah
diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan negara. Para
pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang
sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki. Suatu system
testing yang komprehensif harus disusun untuk menjaring mereka yang
memperlihatkan bakat yang sesuai dengan program tertentu.
3. Pendidikan Ketrampilan untuk Kehidupan Praktis
Ketrampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak ketramilanakan
tetapi juga mengandungaspek pengetahuan dan sikap, yakni:
- Ketrampilan untuk mencari nafkah dan rangka system ekonomi
suatu negara
- Ketrampilan untuk mengembangkan masyarakat
- Ketrampilan sebagai warga negara yang baik
- Ketrampilan untuk menyumbang kepada kesejahtraan umum

Pendekatan ini membangun humanisme dengan


kewarganegaraan dan pendidikan pembangun nasional.

pendidikan

Anda mungkin juga menyukai