anak pria dan wanita, mempersiapkan diri untuk jabatan dan lain
sebagainya
Di perguruan tinggi topic-topik yang dapat dibicarakan antara lain
mengenai cara belajar mandiri, mempersiapkan diri unuk kehidupan
setelah lulus, membentuk integritas pribadi, dan sebagainya.
Pendekatan humanistik dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a) Sisiwa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya
dikembangkan sepenuhnya.
b) Siswa yang turut disertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya
c) Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi
oleh rasa saling mempercayai, slaing membantu, saling peduli dan
bebas dari ketegangan yang berlebihan.
d) Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung
jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap
positif terhadap menapa dan bagaimana mereka belajar.
e) Kepedulian siswa akan belajar memgang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
f) Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk
rasa haraga diri.
Kurikulum humanistic didasarkan atas psiklogihumanisik yang erat
hubungannya dengan psikologi lapangan (field psychology) dan teori
kepribadian. Seorang humanis dapat menganut salah satu dari keempat
falsafah pendidikan utama. Pendekatan humanistik tampak terutama dalam
proses interaksi dalam kelas, suasana belajar, dalam cara penyajian belajar,
jadi bukan dalam orientasi falsafahnya.
6) Pendekatan Accountability
Akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang baru, pendekatan ini mulai
mendominasi kurikulum dalam seperempat abad akhir-akhir ini. Gerakan
akuntabilitas dalam 1960-an menyebar dengan pesat dan mendesak sistem
pendidikan di seluruh dunia agar lebih memperhatikan pengukuran
efektivitas pendidikan berdasarkan standar akademis yang ditetapkan lebih
dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia.
Suatu sistem yang accountable menentukan standar dan tujuan spesifik
yang jelas serta mengukur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan
siswa mencapai standar itu.
Dalam
usaha
mengembangkan
standar
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, pendekatan kurikulum beralih kearah apa yang
disebut system yang tertutup atau model latihan.
Gerakan ini mulai dirasakan di perguruan tinggi di Amerika serikat
dituntut agar universitas memperlihatkan dan membuktikan
keberhasilannya yang berstandar tinggi. Agar memenuhi tuntutan itu para
belajar
dirumu
b)
c)
d)
Sistem Terbuka
a)
b)
c)
terhadap
perubahan
artinya
sangat
membatasi
inisiatif
local, misalnya guru
untuk mengubahnya
System
ini
mudah
disalah gunakan oleh
mereka
yang
mengontrol pendidikan
Sukar
menyesuaikan
pelajaran
dengan
kebutuhan, kemampuan,
dan minat siswa secara
individual
Sukar
untuk
mengembangkan
segi
kognitif dan afektif
tingkat tinggi.
Dengan hasil belajar
tidak
selalu
dapat
dirumuskan
dalam
bentuk
yang
dapat
diukur oleh sebab itu
tidak dapat diperoleh
gambaran yang jelas
tentang kemajuan siswa
maupun
taraf
pendidikan umumnya.
System
penilaiannya
sangat
sukar
jika
pengajaran didasarkan
atas metode pemecahan
masalah, Karen asering
tidak ada jawaban yang
tepat.
Karena
itu
penilaian
berorientasi
pada proses produk
yang sering bersifat
subjektif
Sering kali sulit bagi
siswa dan bagi uru
untuk menyesuaikan diri
dengan dengan system
1. Pendidikan Kewarganegaraan
Berorintasi pada system politik Negara yang menentukan peranan, hak
dan kewajiban tiap warganegara.
Menurut R. Freeman Butts dalam The Rivival of Civic Learning
mengemukakan daftar sepuluh konsep yang menuru endapatnya dapat
dijadikan asas kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yakni:
a. Keadilan (justice)
b. Kemerdekaan (freedom)
c. Kesamaan (equality)
d. Keragaman (diversity)
e. Otoritas (authority)
f. Privacy
g. Proses hokum (due process)
h. Partisipasi (participation)
i. Kewajiban pribadi bag kesejahtraan umum (personal obligation for
the public good)
j. Hak asasi manusia internasional (international human rights)
Selain konsep-konsep diatas, kebanyakan program Pendidikan
Kewarganegaraan juga mengajarkan berbagai ketrampilan seperti
kepemimpinan, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan sebagainya
serta sikap yyang dituntut dari tiap warganegara yang baik.
2. Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yag
diperlukan untuk memenuhi kubutuhan pembangunan. Untuk itu harus
diadakan proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Para pakar
tenaga kerja harus memperhitungkan dengan eksak jumlah guru, ahli
kimia, insinyur pertanian, ahli bedah, dan sebagainya yang diperlukan
tiap tahun. System pendidikan diatur sedemikian rupa sehingga
mampu menghasilkan tenaga kerja menurut spesifikai yang telah
diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan negara. Para
pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang
sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki. Suatu system
testing yang komprehensif harus disusun untuk menjaring mereka yang
memperlihatkan bakat yang sesuai dengan program tertentu.
3. Pendidikan Ketrampilan untuk Kehidupan Praktis
Ketrampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak ketramilanakan
tetapi juga mengandungaspek pengetahuan dan sikap, yakni:
- Ketrampilan untuk mencari nafkah dan rangka system ekonomi
suatu negara
- Ketrampilan untuk mengembangkan masyarakat
- Ketrampilan sebagai warga negara yang baik
- Ketrampilan untuk menyumbang kepada kesejahtraan umum
pendidikan