Anda di halaman 1dari 83

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa
adalah keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa mempunyai empat
komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills), (2) keterampilan
berbicara (speacking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), (4)
keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 2008:1). Pembelajaran menulis
sangatlah penting dalam pendidikan, melalui menulis siswa meningkatkan
kecerdasan siswa karena dapat melatih dan mengembangkan proses berpikir
kreatif dalam menuangkan ide atau gagasan. Keterampilan menulis dapat menjadi
wadah siswa untuk menuangkan ide dan gagasannya. Menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang paling rumit karena melibatkan keterampilan
lainnya (Alkhadiah, 1997:2).Keterampilan menulis juga menuntut siswa untuk
berpikir kreatif. Oleh karena itu keterampilan menulis dapat melatih kecerdasan
siswa, akan tetapi keterampilan menulis tidak mudah untuk dilakukan sehingga
perlu proses belajar dan latihan.
Keterampilan menulis dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif yang
berkaitan langsung dengan proses penalaran menjadi gagasan-gagasan. Menulis
mempunyai maksud tertentuk tentang apa yang akan dicapai, dikomunikasikan,
dan gagasan yang hendak disampaikan. Menulis merupakan suatu proses kreatif
memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan (Semi, 2007:14).
Keterampilan menulis dapat menjadi wadah untuk siswa berekspresi sebagai
wujud keaktifan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2008:3)
menyatakan keterampilan menulis dapat diartikan sebagai salah satu keterampilan
berbahasa yang produktif dan ekspresif yang diperlukan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.
Semi (2007:14—22) menyatakan bahwa tujuan menulis adalah untuk
menceritakan sesuatu, untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, untuk
menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum. Menurut Tarigan
2

(2008:25) ada tujuh tujuan menulis, yaitu tujuan penugasan, tujuan altruistik,
tujuan persuasif, tujuan informasional, tujuan peryataan diri, tujuan kreatif, dan
tujuan pemecahan masalah.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah
dilakukan, karena keterampilan menulis membutuhkan proses belajar dan latihan
serta bimbingan dari guru. Menurut Tarigan (2008:4) “Keterampilan menulis
tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan
teratur”. Menulis puisi merupakan salah satu pembelajaran menulis, berkaitan
dengan itu, kegiatan ini juga dapat melatih siswa menjadi seorang sastrawan yang
baik. Tujuan utama kegiatan pembelajaran menulis puisi ini bukan untuk
menciptakan sastrawan, tetapi pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi dan
membantu siswa berpikir kreatif dan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan.
Pembelajaran menulis puisi terdapat di kelas VIII semester satu (semester
ganjil) kurikulum 2013. Kompetensi Dasar (KD) tersebut terdapat pada 3.8
menelaah unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan, lingkungan hidup,
kondisi sosial, dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca dan 4.8
menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam teks puisi secara tulis atau lisan
dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi.
Pradopo (2007: 315) menyatakan puisi adalah karya seni sastra.
Keterampilan menulis puisi merupakan menulis karya sastra berdasarkan gagasan
dan perasaan yang dituangkan mempunyai nilai estetika. Puisi yang ditulis harus
mempunyai unsur-unsur estetika sebuah puisi. Dalam menulis puisi, penting
menggunakan gaya bahasa yang baik, meliputi penggunaan bahasa secara khusus
untuk mendapat efek tertentu, yaitu efek kepuitisannya dan estetikannya. Menulis
puisi bermanfaat bagi siswa, memperbanyak kosa kata, meningkatkan kreativitas
siswa, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 13 Palembang (Umi Rodiah, S.Pd) pada 22 Januari
2017, bahwa guru dalam proses pembelajaran sudah menerapkan Pendekatan
Saintifik, pada saat proses pembelajaran menulis puisi guru memberikan tugas
3

kepada siswa untuk menulis puisi secara mandiri sehingga siswa hanya menulis
berdasarkan hasil ide dan gagasan masing-masing, yang membuat siswa kurang
produktif dalam menghasilkan ide untuk dituangkan menjadi sebuah puisi. Untuk
mengatasi masalah ini, salah satu solusi yaitu model pembelajaran Brain
Writing.
Brokop dan Bill Persal (2009: 9) yang menyatakan bahwa Brain
Writing merupakan cara yang memungkinkan setiap individu untuk berbagi
ide yang ditulis di atas kertas. Hal ini sejalan dengan pendapat Paulus dan
Nijstad (2003: 129) menjelaskan bahwa Brain Writing dilakukan untuk
menghasilkan gagasan yang beranekaragam tentang suatu halatau topik
pembicaraan. Brain Writingbertujuan untuk membentuk atau menumbuhkan
ide-ide secara tertulis. Ada beberapa siswa yang terkadang tidak dapat
menyampaikan idenya secara lisan. Oleh karena itu, dengan adanyamodel
pembelajaranBrain Writing dapat membantu siswa yang mengalami kendala
dalam mengungkapkan idenya secara lisan. Dengan menerapkan pembelajaran
dengan model pembelajaran Brain Writing, siswa akan berpikir kreatif dan
menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan dengan guru yang berperan sebagai
fasilitator pada saat pembelajaran berlangsung.
. Di dalam curah gagasan secara diskusi, orang-orang menyampaikan ide
satu demi satu dan secara lisan. Ini merupakan pengolahan informasi secara serial.
Model pembelajaran Brain Writing, sebaliknya mengizinkan berbagai ide untuk
diusulkan pada waktu yang sama. Ini merupakan pengolahan informasi secara
paralel. Jika suatu kelompok mempunyai 10 anggota, maka ada 10 ide yang akan
dihasilkan dalam satu sesi curah gagasansecara tertulis menggunakan lembar
kertas kerja Brain Writing.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Brain Writingmengutamakan proses menuangkan ide kreatif secara spontan, dan
menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Modelpembelajaran Brain Writing
memiliki keunggulan dari model yang lain karena mudah dilaksanakan dari segi
teoritis dan praktis.
4

Alasan peneliti memilih SMP Negeri 13 Palembang sebagai objek


penelitian, karena dari hasil wawancara diketahui bahwa proses menulis masih
dilakukan secara mandiri, pada saat proses pembelajaran menulis puisi.
Selanjutnya, peneliti memilih SMP ini karena sekolah tersebut belum pernah
menerapkan model pembelajaran Brain Writing dalam kemampuan menulis puisi.
Selain itu, SMP Negeri 13 Palembang merupakan sekolah yang telah mendapat
akreditasi A (Amat baik).
Penelitian yang sama sudah pernah dilakukan. Dian Pertiwi, mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ,FKIP Universitas
Sriwijaya Inderalaya tahun 2012, dengan judul skripsi “Pengaruh Model Somatic
Auditory Visualization Intelectualy (SAVI) terhadap Kemampuan Menulis Puisi
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Palembang”. Hasil penelitian yang dilakukan
Dian bahwa penerapan model SAVI mampu meningkatkan kemampuan menulis
puisi. Berdasarkan hasil observasi, model ini mampu menggabungkan gerakan
fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh
pada hasil pembelajaran.
Selain itu, penelitian serupa yang juga pernah dilakukan oleh Fathrin
Oktariana Chan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, FKIP Universitas Sriwijaya Inderalaya tahun 2013, dengan judul
skripsi “ Pengaruh Teknik Brainwriting dalam Kemampuan Menulis Karangan
Argumentasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri Talang Kelapa”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh dan perbedaan kemampuan menulis teks berita
siswa kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan teknik Brainwriting
dengan siswa kelompok kontrol yang menggunakan teknik ceramah. Dilihat dari
hasil tes yang diperoleh siswa, penelitian ini dapat dikategorikan berhasil, serta
penerapan model ini dapat menciptakan pola pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
inovatif dengan memusatkan curah gagasan sebagai umpan balik siswa untuk
saling menuangkan ide secara bergilir padasaat menulis teks argumentasi.
Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan dua penelitian
sebelumnya ialah penelitian ini sama-sama menggunakan metode eksperimen.
Selain itu, penelitian ini menggunakan Brain Writing sama dengan penelitian
5

yang dilakukan oleh Fathrin Oktariana Chan (2013) akan tetapi peneliti
menerapkan sebagai model pembelajaran bukan teknik, sedangkan penelitian oleh
Dian Pertiwi (2012) persamaannya terletak pada materi menulis puisi. Selain
persamaan, penelitian ini terdapat juga perbedaan dengan dua penelitian
sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian Fathrin Oktariana Chan terletak pada
materi, sedangkan pada penelitian Dian Pertiwi perbedaannya terletak pada teknik
atau model yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada pengaruh model
pembelajaran Brain Writing terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas
VIII SMP 13 Palembang.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh modelBrain Writing terhadap kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP 13 Palembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manaat baik secara
teoretis maupun secara praktis.
1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan sumber
ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat khususnya pada pembelajaran menulis
puisi, serta memberikan sumbangan teori pembelajaran berupa teori model
pembelajaran Brain Writing.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa untuk
menulis puisi, serta memberi kemudahan dalam menyampaikan gagasan dalam
sebuah tulisan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis
puisi.
6

b. Bagi Guru
1)Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan wawasan bagi guru
mengenai teknik pembelajaran dalam mengajar.
2)Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai upaya memotivasi siswa
dalam keterampilan menulis puisi sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memotivasi guru-guru untuk
menerapkan teknik pembelajaran yang kreatif dalam mengajar.
2)Hasil penelitian ini diharapkan bermanaat meningkatkan keterampilan menulis
puisi dan prestasi siswa sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.
d. Bagi Peneliti
1)Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
terutama selama menguji adanya pengaruh model pembelajaran Brain Writing
terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menulis
Untuk menjadi seorang penulis yang baik diperlukan latihan dengan giat,
karena keterampilan menulis tidak didapatkan secara mudah. Menulis atau
mengarang boleh dikatakan keterampilan yang paling sukar bila dibandingkan
dengan keterampilan berbahasa lainnya (Subana dan Sumarti, 2000:231).
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan
sebagai sarana komunikasi secara tidak langsung, atau tidak bertatap muka secara
langsung dengan orang lain. Selain itu, menulis juga adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Menurut Suhendra
dkk(1993:143), Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang
siatnya produktif, menghasilkan, memberi, atau menyampaikan. Produktif dalam
artian, kegiatan menulis pasti akan menghasilkan suatu karya tulis yang
merupankan ungkapan gagasan seseorang. Memberi atau menyampaikan yaitu
bersifat mampu memberikan ungkapan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal senada
diungkapkan oleh Tarigan (2008:3), “Menulis juga bisa dikatakan suatu kegiatan
yang bersifat produktif dan ekspresif. Produktif maksudnya dalam kegiatan
menulis akan menghasilkan suatu karya tulis sedangkan ekspresif mampu
mengungkapkan secara tepat ide gagasan dalam bentuk tuisan.
Kegiatan menulis dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi suatu
gagasan yang menghasilkan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan
pengungkapan gagasan secara tertulis, yang berbeda dengan pengungkapan secara
lisan (Suhendra dkk., 1993:110).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan memerlukan latihan yang terus-menerus,
agar dapat menulis dengan sistemik dan mengungkapkannya secara tersurat.
Selain itu, kegiatan menulis merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan.
8

2.2 Tujuan Menulis


Ketika seseorang menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan yang ingin
disampaikan.Hugo Hartig dikutip Tarigan (2008:25) mengungkapkan secara
umum, tujuan seseorang melakukan kegiatan menulis yaitu:
1) Assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak memiliki tujuan karena orang yang
melakukan kegiatan menulis atas dasar tugas yang diberikan kepadanya.
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan
pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan
penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyannya itu.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4) Informasional purpose ( tujuan inormasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada
para pembaca.
5)Sel-expressvepurpose(tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
6) Creative Purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan bertujuan
mencapi nilai-nilai kesenian.
7) Problem-solving purpose ( tujuan pemecahan masalah)
Penulis bertujuan ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-
pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti oleh para pembaca.
Sedangkan menurut Tarigan (2008:24—25) tujuan menulis yang hendak
dicapai dalam menghasilkan suatu karya sastra ialah sebagai berikut:
9

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana


inormatie (informative discourse).
2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana
persuasif (persuasif discourse).
3) Tulisan yag bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer wacana kesastraan atau (literary
discourse).
4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api
disebut dengan wacana ekspresif (expresisivediscourse).
Kegiatan menulis tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca ,
tetapi dengan kegiatan menulis juga dapat dijadikan sarana mengekspresikan
perasaan. Selain itu bertujuan menghibur atau menyenangkan yang mengandung
estetik. Penulis menyampaikan informasi/pikiran/perasaan kepada orang lain
(pembaca), penulis sebagai komunikator dan pembaca sebagai komunikan
(Suhendar dkk., 1993:142).

2.3 Fungsi dan Manfaat Menulis


Tarigan (dikutip Windasari, 2008:22—23) menyatakan bahwa fungsi
utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung dan dapat
memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam
daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah yang kita hadapi, serta
menyusun urutan bagi pengalaman.
Graves (dalam Alkhadiah dkk., 1998:1—4) berkaitan dengan manfaat
menulis mengemukakan sebagai berikut:
1) Menulis Menyumbang Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang komplek. Kompleksitas menulis
terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek
itu meliputi (1) pengetahuan topik yang akan dituliskan, (2) penuangan
pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan
corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan
konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampaipada kesanggupan seperti itu,
10

seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan


mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam
berbagai level berikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2) Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan kreativitas
Dalam menulis , seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri
segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) Unsur mekanik tulisan yang benar
seperti pungtuasi, ejaan, diksi , pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik,
dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannys sendiri.
Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut,
jelas dan menarik.
3) Menulis menumbuhkan keberanian
Keteika menulis, seseorang harus berani menampilkan kediriannya,
termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersiafat positif maupun negatif.
4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan
Informasi
Seseorang melakukan kegiatan menulis karena mempunyai ide, gagasan,
pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui
orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu.
Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak haldengan memuaskan tanpa
memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan
dituliskannya. Kecuali, jika memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi akan memacu seseorang untuk mencari , mengumpulkan, dan menyerap
inormasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca,
menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan
inormasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik,
serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasinya,
dia akan berusaha menjaga sumber inormasi itu, serta memelihara dan
mengorganisasikannya sebaik mungkin.
11

Menulis banyak memberikan manfaat, diantaranya (1) wawasan tentang


topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang
topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar , berpikir, bernalar tentang sesuatu
misalnya menjaring inormasi, menghubung-hubungkan, menarik simpulan, (3)
dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha
menuangkan gagasan keatas kertas walaupun gagasan yang tertulis
memungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif,
dan (6) menulis yang terencana akan membiasakan berfikir secara tertib dan
sistematis.

2.4 Langkah-langkah Menulis


Pada saat meakukan aktivitas menulis pasti ada tahap-tahap yang yang
perlu dilalukan. Dalman (2012:15—19) mengungkapkan tiga tahapan dalam
menulis secara terperinci, sehingga tergambar secara menyeluruh proses menulis,
mulai dari tahap prapenulisan, tahap penulisan dan pasca penulisan.
1) Tahap prapenulisan (persiapan)
Tahap prapenulisan merupakan tahap pertama. Tahap persiapan atau
prapenlisan dalam ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi,
menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi,
membaca, mengamati dan lain lainyang memperkaya masukan kognitifnya yang
akan diproses selanjutnya. Padatahap ini terdapat aktivitas memilih topik,
menetapkan tujuan dan sarana, mengumpulkan bahan dan inormasi yang
diperlukan dan mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka
karangan.
(a) Menentukan Topik
Topik adalah pokokpersoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan.
(b) Menentukan Tujuan
Untuk membantu kita merumuskan tujuan, kita dapat bertanya kepada diri kita
sendiri. “Apakah tujuan menulis karangan ini?” ketika merumuskan tujuan kita
harus berhati-hati jangan sampai bertukar dengan harapan kita sebagai penulis
atau manaat yang dapat diperoleh pembaca melalui tulisan kita.
12

(c) Memerhatikan sasaran karangan


Dalam hal ini, kita harus memerhatikan dan menyesuaikan tulisan kita dengan
level sosial, tingkat pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan
pembaca.
(d) Mengumpulkan Informasi Pendukung
Ketika akan menulis kita harus memiliki bahan dan informasi yang lengkap.
Itulah sebabnya sebelum menulis perlu mencari, mengumpulkan dan memilih
informasi yang dapat mendukung, memperluas dan memperkaya isi tulisan kita.
(e) Mengorganisasikan ide dan informasi
Setelah kita mempertimbangkan kemampuan membaca, maka langkah selanjutnya
adalah mengorganisasikan atau menata ide karangan agar saling bertaut dan padu.
(f) Menyusun kerangka karangan
Kerangka karangan merupakan beberapa urutan kalimat kunci yang diurutkan
secara runtun sehingga proses penulisannya menjadi lancar. Kerangka karangan
yang baik adalah kerang yang urut dan logis. Kerangka inilah yang akan menjadi
acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam
memaparkan atau menganalisis masalah.
2) Tahap penulisan
Pada tahap ini, kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau inormasi yang telah
kita pilih dan kita kumpulkan. Seperti yang kita ketahui, struktur karangan terdiri
atas bagian awal, isi dan akhir. Awal karangan berunsi untuk memperkenalkan
sekaligus mengiring pembaca terhadap pokok tulisan kita.
3) Tahap pasca penulisan
Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang
kita hasilkan. Kegiatan terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).
Penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti
ejaan, diksi, perkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan dan
konveksi penulisan lainnya.
13

2.5Puisi
Sugono (2003:111) mengemukakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
sering mendengar istilah sastra atau karya sastra, termasuk puisi. Melalui karya
sastra, khususnya puisi dapat diperoleh “sesuatu” yang dapat memperkaya
wawasan dan miningkatkan harkat hidup.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian puisi, sebagai berikut
1) Menurut Kosasih (2012:97) puisi adalah bentuk karya sastra yang
menggunakan kata-kata indah dan kaya maknanya.
2) Menurut Tarigan (dalam Djojo Suroto, 2005:10), kata puisi berasal dari
bahasa Yunani “poesis” yang artinya penciptaan karya sastra. Dalam bahasa
Inggris puisi disebut poetry yang berarti “Puisi”, poet yang berarti “penyair”,
poem yang berarti “syair, sajak”.
3) Menurut Dunton (dikutip Pradopo, 2007:6) puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
4) Herman J. Waluyo (2003:1), menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra
dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi
yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan puisi


merupakan sebuah uangkapan perasaan, pemikiran, pengetahuan, yang diciptakan
dan dituangkan melalui kata-kata yang indah dan penuh makna secara konkret dan
artistik. Oleh karena itu seorang pengarang dapat menciptakan puisi yang baik
melalui latihan yang terus menerus. Seorang penulis dituntut untuk bisa
melukiskan semuanya dengan kata-kata yang beragam, agar tidak monoton dan
membosankan. Dan semua itu bisa dilakukan jika kita selalu latihan. Jangan hanya
setiap hari tetapi setiap waktu (Hamid, 2009:16). Selain itu, Leonhart (2005:22)
menyatakan berdasarkan penelitian bahwa anak yang sering dibacakan puisi baik
oleh orang tua maupun orang terdekatnya lebih awal mendapatkan rasa irama dan
kecintaan pada bahasa figuratif, dan sudah maju dalam bidang penulisan. Dengan
kata lain, puisi juga mempunyai manfaat bagi perkembangan anak.

2.6 Unsur-unsur Puisi


Puisi dapat diartikan salah satu bentuk karya sastra atau ungkapan
perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Selain itu, Pradopo (2007:55)
mengemukakan bahwa seorang penyair dalam menulis puisi haruslah memilih
14

diksi yang tepat, sehingga mampu mengekspresikannya kepada pembaca ekspresi


yang dapat dialami pengalaman jiwanya. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi
estetiknya dominan dan di dalamnya ada unsur-unsur estetik (Keindahan). Unsur-
unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya (1)
persajakan, (2) diksi (pilihan kata),(3) irama, dan(4) gaya bahasanya. Jenis-jenis
gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan
wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu dan
semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan. Puisi yang baik terdiri
atas unsur-unsur pembangunnya. Unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam,
yakni struktur fisik dan struktur batin Waluyo (1991:71—130).
2.6.1 Struktur Fisik
Struktur fisik pada puisi yaitu meliputi, diksi (pemilihan kata),
pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi (rima, ritma,
dan metrum), tata wajah (tipografi).
a) Diksi (Pemilihan Kata)
Pemilihan kata sangatlah berpengaruh pada makna dan estetik sebuah
tulisan. Oleh karena itu, seseorang harus memilah dengan baik kata yang akan
pakai pada saat kegiatan menulis. .Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam puisi. Katakata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-
kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-
kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang memunyai efek keindahan,
bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya
(Waluyo, 1987:106). Sedangkan menurut Pradopo (2007:54) mengungkapkan
diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya
untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik.
1) Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah
mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan,
imajinasi, dan sebagainya. Kata-kata dalam puisi banyak menggunakan makna
konotatif atau kiasan terkadang ada yang merupakan suatu perbandingan.
2) Kata – Kata Berlambang
15

Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti lambang, tanda, ataupun kata yang
menyatakan maksud tertentu, sering digunakan penyair dalam puisinya contoh,
puisi “Hujan Bulan Juni” didalamnnya terdapat lambang-lambang itu, misalnya
dinyatakan dengan kata hujan dan bunga. Hujan merupakan perlambangan bagi
“kebaikan‟ atau “kesuburan‟. Sementara itu, bunga bermakna “keindahan‟.
b)Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah
merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan
kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:
1) mendengar suara (imajinasi auditif)
2) melihat benda-benda (imajinatif visual), atau
3) meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil)
Sebagai contoh perhatikan puisi berikut:

Kehilangan Mestika
Karya: Aoh Kartahadimadja
Sepoi berhembus angin menyejuk diri
Kelana termenung
Merenung air
Lincah bermain ditimpah sinar
Hanya sebuah bintang
Kelap kemilau
Tercampak di langit
Tidak berteman

Hatiku, hatiku
Belum juga sejuk dibuat bayu
Girang berteriak mencontoh air
Atau laksana bintang biarpun sunyi
Tetap bersinar berbinar-binar
16

Petunjuk nelayan di samudera lautan

Dari puisi di atas kata-kata yang dipakai menggambarkan gerak alam


sehingga pembaca seolah melihat secara langsung suasana alam yang dituliskan.
Kata-kata yang sangat berperan menggambarkan suasana pada puisi tersebut
adalah angin, permainan air, bintang bersinar.
c) Kata Konkret
Kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas, jika penyair mahir
memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau
merasa apa yang dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan, setiap penyair berusaha mengonkretkan
hal yang ingin dikemukakan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup
apa yang dimaksudnya. Cara yang digunakan oleh setiap penyair berbeda dari
cara yang digunakan oleh penyair lainnya. Pengonkretan kata ini erat
hubungannya dengan pengimajian, pelambangan dan pengiasan. Ketiga hal itu
juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.
d) Bahasa Figuratif ( Majas)
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura
sehingga disebut bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Majas (figurative
language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau
mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda
yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan keadaan
ombak, penyair menggunkan majas personifikasi.
Sebagai contoh cuplikan puisi sebagai berikut.
Risik risau ombak memecah
Di pantai landai
Buih berderai
17

Puisi di atas menggambarkan seolah-olah manusia yang bisa berbisik


meiliki keluh kesah yang dialami.
Majas menjadikan suatu puisi lebih indah. Bahasa figuratif dipandang
lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena: (1) bahasa
figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;(2) bahasa figuratif adalah
cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi
konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca; (3) bahasa figuratif adalah cara
menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap
penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang
hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas
dengan bahasa yang singkat (Perrine dalam Waluyo, 1987:115).
e) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah
persajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan
pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk
keseluruhan baris dan bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi
frasa yang berulangulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu. Ritma
puisi berbeda dari metrum (matra), metrum berupa pengulangan tekanan kata
yang tetap dan bersifat statis.
Sebagai contoh puisi berikut:

Bersandar pada tari berwarna pelangi


Kau depanku tertudung sutera senja
Di hitam mataku kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senja

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakangerakan air
yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus). Situmorang
(1983:22), ritma ialah iramasedangkan rima adalah sajak (persamaan bunyi).
Peranan irama dan rima dalam puisi sangat penting dan sangat erat hubungannya
18

dengan tema, rasa, nada, dan amanat. Dalam kepustakaan indonesia, ritma atau
irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah
persamaan bunyi (Tarigan, 1991:34 35).
f) Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf,
namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke
tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum
tentu terpenuhi tulisan, hal ini tidak berlaku untuk tulisan berbentuk prosa. Baris-
baris prosa dapat saja disusun seperti tipografi puisi, namun makna prosa tersebut
akan berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi.
Sebaliknya, jika tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak
berlaku.
Cara sebuah teks ditulis sebagai lariklarik yang khas menciptakan makna
tambahan yang diperkuat oleh penyajian tipografi puisi. Dalam puisi-puisi
kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang
begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.
Sebagai contoh cuplikan puisi berikut:

Tragedi Winka dan Sihka


kawin
          kawin
                     kawin
                                kawin
                                           kawin
                                                      ka

2.6.2 Struktur Batin


Ada empat unsur batin puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair
(feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention)
(Waluyo, 1991:180—181).
19

1) Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam
puisinya.berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah
yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya
tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur puisi itu tidak lepas dari ungkapan-
ungkapan atas eksistensi Tuhan. Demikian halnya jika yang dominan adalah
dorongan cinta dan kasih sayang, maka yang ungkapanungkapan asmaralah yang
akan lahir dalam puisinya itu.
Secara umum, tema-tema di dalam puisi dikelompokan sebagai berikut.
a) Tema Ketuhanan
Puisi-puisi dengan tema “Ketuhanan” biasanya akan menunjukkan religious
experience atau pengalaman religi penyair.
b) Tema Kemanusiaan
Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia
dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan
martabat yang sama.
c) Tema Patriotisme/ Kebangsaan
Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan
tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para pahlawan dalam
merebut kemerdekaan.
d) Tema Kedaulatan Rakyat
Dalam puisinya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk
memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang-wenangan
pihak yang berkuasa.
e) Tema Keadilan Sosial
Puisi yang bertema keadilan sosial menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau
kesengsaraan rakyat. Puisi- puisi demonstrasi yang terbit sekitar tahun 1966
banyak yang menyuarakan keadilan sosial.
2) Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan
penyair. Ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan
20

kepada kekasih, kepada alam, atau sang Khalik. Jika penyair hendak
mengagungkan keindahan alam, maka sebagai sarana ekspresinya ia akan
memanfaatkan majas serta diksi yang mewakili dan memancarkan makna
keindahan alam. Jika ekspresinya merupakan kegelisahan dan kerinduan kepada
sang Khalik, maka bahasa yang digunakan cenderung bersifat perenungan akan
eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan.
Tentang bagaimana seorang penyair mengekspresikan bentuk perasaannya
itu antara lain, dapat dilihat dalam penggalan puisi berikut:

Hanyut aku Tuhanku


Dalam lautan kasih-mu
Tuhan, bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani

Larik-larik di atas diambil dari puisi yang berjudul “Tuhan” karya Bahrum
Rangkuti. Puisi tersebut merupakan wujud kerinduan dan kegelisahan penyair
untuk bertemu sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahan itu diekspresikannya
melalui kata hanyut, kasih, meninggi, dan langit ruhani.
3) Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penulis memunyai sikap tertentu terhadap pembaca:
apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau
bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair
kepada pembaca ini disebut nada puisi.Suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi itu. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu
terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan dan
menimbulkan suasana tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan
penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca, nada kritik yang diberikan
penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca, nada
religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.
21

4) Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-
kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang
hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran
penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan
mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi
merupakan kebutuhan untuk berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi dan
disetiap karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi pembaca.
Tema berbeda dengan amanat, tema berhubungan dengan arti karya sastra,
sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan
significance). Arti karya sastra bersifat lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan
makna karya sastra bersifat kias, subyektif dan umum. Makna berhubungan
dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situasi dimana penyair
mengimajinasikan karyanya.
Sebagai contoh adalah puisi Wijdi Thukul yang berjudul “Lawan”, yang
mempunyai makna sangat lugas. Puisi yang ditulis penyair pada masa era tahun
1998 ini mempunyai makna tentang sikap rakyat terhadap pemerintah yang
dianggap sudah melampaui batas. Oleh karena itu amanat puisi ini sangat mudah
ditangkap oleh pembaca.

2.7 Jenis-jenis Puisi


Menurut Waluyo (1991:135—144), puisi dibagi menjadi sepuluh
kelompok besar, yaitu:
1) Puisi Naratif, Lirik, Deskriptif
a)Puisi Naratif
Puisi naratifmengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang
sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif,
misalnya: epik, romansa, balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-
orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian.
22

Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi
kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria.
b) Puisi lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia
tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, sernda. Elegi adalah puisi
yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani
yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota jakarta. Serenada adalah
sajak percintaan yang dinyanyikan. Misalnya serenada dalam empat kumpulan
sajak karya Rendra. De adalah puisi yang berisi pujian terhadap sesorang, sesuatu
hal atau sesuatu keadaan. Misalnya, “Diponegoro” karya Chairil Anwar, “Teratai”
karya Sanusi Pane.
2) Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Puisi Kamar adalah puisi yang cocok dibaca sindiran. Misalnya, kumpulan
puisi Hukla karya Leon Agustina. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk
dibaca di auditorium yang jumlah pendengarnya ratusan orang. Misalnya , puisi-
puisi kumpulan Rendra.
3) Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa
adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Puisi-puisi naratif,
balada, puisi yang bersifat impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya
merupakan puisi fisikal. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-
hal yang bersifat spritual atau kejiwaan. Puisi-puisi religius merupakan contoh
puisi platonik. Puisi metafisikal adalah puisiyang bersifat filosofis dan mengajak
pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Misalnya “Syair
Perahu” karya Hamzah Fanzuri.
4) Puisi Subjektif dan Puisi Obyektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair.
Misalnya, puisi ekspresionis dapat diklasiikasikan sebagai puisi subjektif karena
mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Puisi obyektif berarti puisi yang
mengungkapkan hal-hal di luar dari diri penyair itu sendiri. Puisi naratif dan
23

deskriptif merupakan contoh puisi objektif, meskipun juga ada beberapa yang
subjektif.
5)Puisi konkret
Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual yang dapat dihayati
keindahan bentuk dari sudut penglihatan (Poem or the eye). Misalnya puisi karya
Sutardji Calzoom Bachri yang menunjukan pengimajian kata lewat bentuk grafis.
6) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi diaan adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian,
kata konkret, dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-
hari. Misalnya, puisi anak-anak. Puisi gelapadalah puisi yang terlalu banyak majas
sehingga makna puisi tersebut sukar untuk di tafsir. Puisi prismatis adalah puisi
yang mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, veriikasi, diksi, dan
pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menasirkan
makna puisi, namun tidak terlalu gelap. Misalnya, puisi karya Chairil Anwar dan
Amir Hamzah.
7) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan
dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mooddalam jiwa penyair.
Misalnya “Potret Pembangunan dalam Puisi” karya Rendra yang banyak berlatar
belakang teori ekonomi dan sosiologi. Puisi inspirati diciptakan berdasarkan
moodatau passion. Misalnya puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” karya Chairil
Anwar.
8) Stansa
Stansa artinya puisi yang terdiri dari delapan baris. Misalnya karya Rendra
yang berjudul “Empat Kumpulan Sajak”.
9) Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi
misalnya “Mimbar” karya Taufiq Ismail. Puisi pamflet adalah puisi yang
mengungkapkan protes sosial. Kata-katanya mengungkapkan rasa yang tidak puas
kepada keadaan misalnya, ”Sajak Sebatang Lisong” Karya Rendra.
10) Alegori
24

Alegori adalah puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan


memberi nasihat misalnya puisi” Teratai” karya sanusi pane yang menggunakan
kisah bunga teratai itu untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh
pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi nasihat
kepada generasi muda agar mencontoh teladan teratai itu.

2.8 Pembelajaran Menulis Puisi di Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses timbal balik atau interaksi
antara guru dengan peserta didik yang berfungsi menjadi sarana pemerolehan ilmu
pengetahuan (kognitif), maupun perkembangan anak meliputi sikap, nilai, estetika
dan kesenian (karakter). Arikunto (1993:12) mengemukakan pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Tujuan dan fungsi
pembelajaran akan tercapai, apabila interaksi guru dan peserta didik pada saat
proses belajar terjalin dengan baik.Gerlach dan Ely (Uno, 2009:2)
mengungkapkan teknik merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan oleh
guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.
Jadi teknik merupakan tindakan nyata yang berupa usaha yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajran.
Mata pelajaran pendidikan Bahasa Indonesia mencakup empat aspek
kemampuan berbahasa yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Setiap aspek kemampuan berbahasa memuat beberapa materi poko
yang harus diajarkan pada kelas VIII. Pembelajaran menulis puisi merupakan
materi pelajaran kelas VIII pada semester 1, Kurikulum 2013 yaitu dengan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 1
KOMPETENSI DASAR
3.8 menelaah unsur-unsur pembangun 4.8 menyajikan gagasan, perasaan,
teks puisi (perjuangan, lingkungan pendapat dalam teks puisi secara tulis
hidup, kondisi sosial, dan lain-lain) atau lisan dengan memperhatikan
yang diperdengarkan atau dibaca. unsur-unsur pembangun puisi.
2.9 Model PembelajaranBrain Writing
2.9.1 Pengertian Brain Writing
25

Model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan
inovatif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Brain Writing. Brokop dan Bill
Persal (2009: 9) yang menyatakan bahwa Brain Writingmerupakan cara yang
memungkinkan setiap individu untuk berbagi ide yang ditulis di atas kertas.
Hal ini sejalan dengan pendapat, Paulus dan Nijstad (2003: 129)
mengemukakan bahwa Brain Writingdapat dijadikan sebagai alternatif untuk
mencurahkan ide atau pendapat secara lisan. Paulus dan Nijstad (2003: 129)
menjelaskan bahwa Brain Writingdilakukan untuk menghasilkan gagasan
yang beranekaragam tentang suatu halatau topik pembicaraan. Brain Writing
bertujuan untuk membentuk atau menumbuhkan ide-ide secara tertulis. Ada
beberapa siswa yang terkadang tidak dapat menyampaikan idenya secara lisan.
Oleh karena itu, dengan adanya Brain Writing dapat membantu siswa yang
mengalami kendala dalam mengungkapkan idenya secara lisan.
Brain Writingmerupakan satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu puisi.Brain Writing bermula dari
Richard Feynman seorang pekerja di Los Alamos untuk bom atom pertama, alih-
alih memikirkan cara–cara yang lebih efisien untuk memecahkan masalah secara
paralel dan spontan (Michalko, 2010: 270). Kemudian dikembangkan Hors
Geschka dan rekannya di Batelle di rankurt, jerman, mengembangkan Brain
Writingsebagai cara berpikir kreatif berkelompok yang dirancang untuk
memproses masalah secara paralel, secara spontan.
Brain Writing atau curah gagasan merupakan cara berpikir kreatif
kelompok. Curah gagasan kelompok mengharuskan peserta didik untuk
menyampaikan ide dengan suara keras sedangkan Brain Writing mengharuskan
peserta didik mencatat ide dengan diam dan tidak bersuara. Didalam curah
gagasan kelompok tradisional, orang-orang menyampaikan ide satu demi satu. Ini
merupakan pengolahan informasi secara paralel. Jika suatu kelompok Brain
Writing mempunyai 10 anggota , maka ada 10 ide yang akan dihasilkan untuk ide
yang dihasilkan dalam satu sesi curah gagasan khas dengan 10 anggota. Brain
Writing meningkatkan produksi ide secara dramatis.
26

Brain Writing merupakan pengembangan dari Brainstorming. Menurut


Russel (http://ezinearticles.com/?Brain-Writing,-A-More-Perect-Brainsto
rm&id=3203055) (online). Diakses tanggal 4 Februari 2017 menyatakan bahwa:

...Teknik Brainstorming adalah sebuah cara yang sangat baik dan cepat
dalam memecahkan sebuah masalah . Namun, cara tersebut pun sangat
rapuh karena sangat ampuh digunakan pada sekelompok orang yang
mampu berani berbicara baik tetapi, sulit diterapkan apabila orang
tersebut pemalu dan kurang mampu berbicara dengan baik didepan
umum.

Dari pernyatan diatas Brain Writing menjadi solusi bagi kelemahan


Brainstorming. Mengingat peserta didik mempunyai bermacam-macam
karakteristik, ada yang berani dan juga pemalu berbicara di depan kelas. Oleh
karena itu, dengan implementasi model ini akan membantu dan memberikan
kesempatan yang sama bagi peserta didik.
2.9.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Brain Writing
(1) Siswa dan guru mendiskusikan tema tulisan yang akan dituliskan.
(2) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan proses pra-penulisan secara
individu atau kelompok, baik di kelas maupun di luar kelas. (3) Siswa diberi
kesempatan untuk menulis secara mandiri. (4) Setelah selesai menulis draft,
tulisan siswa ditukarkan dengan siswa lain, berpasangan/acak, masing-masing
siswa melakukan tahap pasca-menulis. Para siswa melakukan Brain Writing
dalam menyunting tulisan teman lainnya. (5) Siswa diminta memberi saran,
komentar, gagasan dan sebagainya atas tulisan teman yang dibacanya secara
tertulis dalam lembar/kartu gagasan. (6) Setelah tulisan dikembalikanbeserta
kartu gagasan, para siswa memperbaiki tulisannya kembali. (7) Beberapa siswa
diminta menyajikan tulisannya secara lisan. (8) Guru dan siswa merefleksi
tulisan teman yang disajikan. (9) tulisan dikumpulkan dan dievaluasi oleh
guru (Asih, 2016: 150).

2.9.3 Prinsip-Prinsip ModelPembelajaran Brain Writing


27

Adapun prinsip-prinsipBrain Writingmenurut Michalko (2010:271) antara


lain sebagai berikut:
1) Ide dihasilkan dengan diam/ tidak bersuara melalui tulisan.
2) Ide-ide dihasilkan secara spontan secara paralel
2.9.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Brain Writing
Setiap model pembelajran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing ketika penerapan dalam pembelajran kelas, begitu jugaBrain
Writing.Wison(http://dux.typepad.com/dux/2011/01/method-2-o-100-brain writin-
brainwriting-isan-ideation-method-or-quickly-generating-ideas-by-asking-people-
to-write-thei.html)diakses tanggal 4 Februari 2017Brahm dan Kleiner (1996)
mengungkapkan bahwa:
Brain Writing adalah suatu konsep untuk cepat menghasilkan ide-ide dengan
meminta orang untuk menulis ide-ide mereka di atas kertas secara langsung dari
pada mereka berteriak karena mereka akan berada dalam kelompok curah
pendapat (Wison, 2011).
Menurut Wilson (dikutip Ferismanda, 2013:48) Brain Writing yang
digunakan dalam pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan. Adapun
kelebihan dan kelemahan Model pembelajaranBrain Writing yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan Model PembelajaranBrain Writing
(1) Dapat menghasilkan ide-ide lebih banyak dibandingkan dengan curah
pendapat kelompok tradisional.
(2)Mengurangi konflik antar anggota dalam kelompok perdebatan.
(3) Membantu anggota-anggota yang pendiam dan kurang percaya diri dalam
mengutarakan pendapatnya secara lisan dalam sebuah kelompok curah pendapat.
(4) Mengurangi kemungkinan ketakutan apabila pendapatnya tidak diterima
anggota yang lain.
(5) Mengurangi kecemasan ketika seseorang bekerja dalam budaya (atau dengan
kelompok multi-budaya), peserta mungkin malu untuk mengungkapkan ide-
idenya karena tidak terbiasa melakukan curah pendapat secara tatap muka.
28

(6) Dapat dikombinasikan dengan teknik kreativitas lainnya untuk


meningkatkanjumlah ide yang dihasilkan pada topik tertentu atau masalah
tertentu.
Selain itu, Wilson (dikutip Ferismanda, 2013:48) mengungkapkan Brain
Writing memiliki kelebihan akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu sebagai
berikut:
2) Kelemahan Model PembelajaranBrain Writing
(1) Model ini kurang dikenal dibandingkan dengan Braistorming.
(2) Kurangnya interaksi sosial antar peserta karena setiap peserta menuliskan ide-
ide mereka tanpa berbicara dengan peserta lainnya.
(3) Peserta mungkin merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya
mengekspresikan ide-ide mereka secara tertulis.
(4) Tulisan tangan bisa menjadi sedikit sulit untuk menguraikan dan
menginterpretasikan hasil dari menuliskan ide maupun gagasan
2.9.5 Langkah-langkah Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Brain
Writing
Mengamati
1. Siswa mengamati carta yang berisi puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah
dan unsur pembangun puisi yang di tampilkan oleh guru.
2. Siswa menerima penjelasan materi unsur-unsur pembangun puisi guru melalui
carta.
Menanya
1. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru untuk memahami unsur-unsur
pembangun puisi dari segi lahir dan batin.
Mengumpulkan Informasi
1. Siswa mencari informasi tambahan tentang jenis-jenis puisi dari buku
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII
Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman 105-110.
Mengasosiasi
1. Siswa dengan teman satu meja mengidentifikasi unsur pembangun dari segi
lahir dan segi batin pada contoh puisi.
29

2. Siswa dan guru menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi dari segi lahir dan
batin.
Proses Brain Writing
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang siswa.
2. Guru membagikan lembar kertas kerja Brain Writing pada setiap siswa yang
berisi 2 kolom, kolom pertama untuk menuliskan puisi dan kolom kedua untuk
menuliskan ide gagasan.
3. Guru dan siswa mendiskusikan tema yang akan dijadikan objek menulis puisi.
4. Seluruh siswa menuliskan judul puisi berdasarkan tema “Ibu” yang telah
ditentukan pada lembar kertas kerja masing-masing.
5. Masing-masing siswa menuliskan satu bait puisinya dikolom pertama dalam
waktu 5 menit sebagai kartu “stimulasi” sebagai inspirasi teman untuk
memberikan ide dan gagasan.
Mengomunikasikan
1. Siswa menukarkan lembar kerja kepada teman yang ada disampingnya sesuai
arah jarum jam.
2. Siswa melakukan proses penukaran sesuai dengan jumlah anggota kelompok,
siswa memberikan ide atau gagasan berupa saran penggunaan kata dan 2 baris
lanjutan puisi pada kolom kedua dalam waktu 3 menit satu kali penukaran.
3. Siswa melanjutkan puisi sampai selesai dengan ide dan gagasan dari teman
yang terdapat pada kolom kedua, setelah proses penukaran selesai dan lembar
kerja telah kembali ke masing-masing pemiliknya.
4. Siswa merevisi kembali hasil teks puisi dengan mengecek dan memindahkan ke
lembar kertas yang baru serta memastikan puisi yang ditulis sudah memenuhi
unsur-unsur pembangun puisi.
5. Siswa mengumpulkan tugas kepada guru.
30

2.10 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Konvensional yang


digunakan oleh Guru
Model yang digunakan oleh guru adalah model konvensional, yang akan
diterapkan pada siswa kelompok kelas kontrol. Model pembelajaran konvensional
merupakan model Discovery Learning yang sudah menggunakan pendekatan
Saintifik.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran konvensional
yang digunakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 13
Palembang kelas VIII, adalah sebagai berikut:
Mengamati
1.Siswa mengamati carta yang berisi puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah
dan unsur pembangun puisi yang di tampilkan oleh guru.
2. Siswa membaca teks puisi.
3. Siswa mengamati penjelasan guru tentang teks puisi unsur pembangun puisi
pada carta dan buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VIII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 pada halaman 111 -
114.
4. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas yang harus dikerjakan.
Menanya
1. Siswa secara berkelompok, bertanya jawab untuk merumuskan unsur-unsur
pembangun puisi.
2. Siswa secara berkelompok, mendiskusikan unsur pembangun puisi yang
terdapat dalam teks puisi yang diamati pada carta.
3. Siswa secara berkelompok, menyusun laporan hasil kerja kelompok.
Mengumpulkan Informasi
1. Siswa secara berkelompok, mencari informasi tambahan tentang jenis-jenis
puisi dari buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VIII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman
105-110.
31

Mengasosiasikan
1. Siswa secara berkelompok mencari contoh teks puisi lain dari buku
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII
Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman 102.
2. Siswa secara berkelompok, mendiskusikan unsur pembangun puisi dalam teks
puisi yang ditemukannya.
3. Siswa secara mandiri, menulis puisi berdasarkan tema “Ibu” dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi yang sudah dipelajari berdasarkan
tema yang sudah ditentukan oleh guru.
Mengomunikasikan
1. Siswa saling menukarkan lembar kerja dengan teman satu kelompok secara
acak.
2. Siswa memberikan komentar terhadap hasil kerja teman.
3. Siswa mengumpulkan tugas kepada guru.
4. Guru memberikan penegasan terhadap hasil pembelajaran siswa.

2.11 Hipotesis
Menurut Arikunto (2010:10) hipotesis merupakan jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Sedangkan menurut Sugiyono (2014:59) hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan penelitian masalah yang didasarkan atas teori yang
relevan. Dalam penelitian terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis nol dan
hipotesis alternatif. Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan “tidak ada”,
tidak ada perbedaan, tidak ada hubungan, tidak ada pengaruh. Sedangkan
hipotesis alternatif adalah kebalikan hipotesis nol yang menyatakan “ada”, ada
perbedaan, ada hubungan, dan ada pengaruh.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh Model
PembelajaranBrain Writing terhadap kemampuan menuis puisi, untuk menguji
hipotesis itu digunakan uju beda. Secara operasional, hipotesis yang digunakan
dalam penelitian adalah hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nol (Ho).
32

1) Ha: ada perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan Model PembelajaranBrain Writing dan siswa yang
diajarkan dengan Model Konvensional (yang biasa digunakan oleh guru).
2) Ho: tidak ada perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan Model Pembelajaran Brain Writing dan siswa yang
diajarkan dengan Model Konvensional (yang biasa digunakan oleh guru).

2.12 Kriteria Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
program SPSS 20, dengan menganalisis perbedaan nilai rata-rata uji-t. Hipotesis
nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak jika tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
(Mx) dan nilai rata-rata kelompok kontrol (My) yaitu Mx=My. Hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima jika ada perbedaan yang signifikan
antara nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen (Mx) dan nilai rata-rata
kelompok kontrol (My) yaitu Mx>My dalam hitung >t tabel.
33

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Eksperimen


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu
atau lebih variable terhadap variable lain (Sukmadinata, 2010:57—58).
Eksperimen yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan eksperimen semu.
Menurut Emzir (2012:102), eksperimen semu adalah metode yang dilakukan
dengan menggunakan kelas yang sudah tersedia yang dianggap sama kondisinya.
Selain itu, Emzir 2010:63—64) menyatakann bahwa metode eksperimental
merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar
hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat). Hal senada diungkapkan
Sukmadinata (2010:59) yang mendinisikan bahwa eksperimen semu
dikelompokan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Dalam suatu penelitian metode eksperimen semu ini bertujuan untuk
menguji hipotesis. Metode ini dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai, yaitu menguji penerapan Model pembelajaranBrain Writing terhadap
kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palembang. Dalam
penelitian ini dilakukan didua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen peneliti menerapkan ModelBrain Writing dalam pembelajaran
menulis puisi sedangkan kelas kontrol menggunakan Model Konvensional.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan (Sukmadinata, 2010:287). Desain penelitian secara sempit dapat
diartikan sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antarvariabel,
pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik
peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang
bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa
yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian
(Sukardi, 2011: 184). Tabel desain penelitian sebagai berikut:
34

Tabel 2
Desain Penelitian (Pretest-Posttest Control Group Design)
Kelompok Pengukuran Perlakuan Pengukuran
E O1 X O2
K O3 04

Keterangan:
E= kelompok eksperimen
K= kelompok kontrol (Model Pembelajaran Konvensional)
X= perlakuan kelompok eksperimen (Model Pembelajaran Brain Writing)
O1= pretes keompok eksperimen
O2= postes kelompok eksperimen
O3= pretes kelompok kontrol
O4= postes kelompok kontrol
(Arikunto, 2010:86)

3.3 Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variable terikat. Arikunto
(2006:201) menyatakan bahwa variabel yang memengaruhi disebut variabel bebas
(X), sedangkan variabel akibat disebut variabel terikat (Y). Hal senada
diungkapkan Sugiyono (2013:61) bahwa variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Brain
Writing dan Model Pembelajaran Konvensional yang diberi simbol (X) untuk
diterapkan pada kelompok eksperimen. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa
berupa keterampilan menulis puisi, diberi simbol (Y) setelah mengikuti perlakuan
pembelajaran.

3.4 Definisi Operasional


35

Deinisi operasional yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang dideinisikan


yang dapat diamati dan di observasi (Suryabrata, 1992:76). Adapun beberapa hal
yang dapat dideinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Model pembelajaran Brain Writing atau curah gagasan yang dilakukan secara
kelompok. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari guru menjelaskan materi
pelajaran yang berkaitan dengan contoh puisi, selanjutnya siswa diberikan
tugas oleh guru menulis puisi secara berkelompok. Guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok, guru membagikan kertas Brain Writingpada
masing-masing siswa, siswa menuliskan judul berdasarkan tema yang
ditentukan, siswa menulis puisi masing-masing minimal 1 bait puisi, siswa
menukarkan lembar kerja sesuai arah jarum jam, siswa mengisi kolom ide dan
gagasan dengan 2 baris lanjutan puisi teman dan saran misalnya mengenai
pengunaan kata yang lebih tepat, lembar kerja ditukar sampai puisi kembali ke
pemilik masing-masing, siswa merevisi puisi berdasarkan ide dan gagasan dari
teman.Diakhiri guru dan siswa bersama menyimpulkan pelajran yang diajarkan
oleh guru.
2) Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
digunakanguru dalam pembelajaran menulis puisi yang sudah menerapkan
pendekatan saintifik. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari guru menjelaskan
materi pelajaran yang berkaitan dengan contoh puisi, selanjutnya siswa
diberikan tugas oleh guru menulis puisi secara mandiri. Diakhiri guru dan
siswa bersama menyimpulkan pelajran yang diajarkan oleh guru.
3) Kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah suatu hasil kegiatan
menulis puisi yang dinyatakan melalui skor atau hasil yang diperoleh dari tes
yang dinilai melalui rubrik penilaian. Apabila nilai siswa tinggi artinya siswa
memiliki kemampuan menulis puisi yang baik. Sebaliknya artinya jika siswa
mempunyai kemampuan menulis rendah, artinya siswa belum memiliki
kemampuan menulis puisi yang baik dan nilai akhir.

3.5 Populasi
36

Populasi adalah keseuruhan subjek atau objek yang akan diteliti dalam
penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:62).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Palembang tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 10 kelas yaitu VIII.1, VIII.2,
VIII.3, VIII.4, VIII.5, VIII.6, VIII.7, VIII.8, VIII.9, dan VIII.10.
Tabel 3
Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Palembang
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
. Keseluruhan
1 VIII.1 18 22 40
2 VIII.2 16 25 41
3 VIII.3 15 25 40
4 VIII.4 15 26 41
5 VIII.5 16 24 40
6 VIII.6 17 24 41
7 VIII.7 14 19 33
8 VIII.8 16 18 34
9 VIII.9 20 13 34
10 VIII.10 26 16 33
Jumlah 377

3.6 Sampel
Sampel merupakan bagian dari seluruh populasi yang dianggap sudah dan
mampu mewakili dari populasi. Menurut Arikunto (2006:131) menyatakan
sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal senada
diungkapkan Sugiyono (2013:118—120) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling, dikatakan simple (sederhana)
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel
merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan
besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian (Sukmadinata
2010:252).
37

3.6.1 Pengambilan Sampel


Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu sebagai berikut.
1) Mendata seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 13 Palembang yang menjadi
populasi.
2) Menuliskan nomor kelas pada kertas ukuran kecil, kemudian kertas digulung.
3) Kertas yang digulung dimasukan kedalam botol kemudian digoncang.
4) Mengeluarkan dua gulungan kertas dari botol, gulungan kertas pertama untuk
memperoleh kelas eksperimen dan gulungan kertas kedua untuk mendapatkan
kelas kontrol.
Dari teknik simple random sampling ini kemudian diperoleh dua kelas
sebagai sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII.2 dan VIII.5 SMP Negeri 13
Palembang. Dengan jumlahVIII.2 sebanyak 41 siswa dan VIII.5 sebanyak 40
siswa. Kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan
ModelBrain Writing dan kelas VIII.5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang
menggunakan Model Pembelajaran Konvensional.

Tabel 4
Distribusi Sampel Penelitian
No. Kelas Perlakuan Jumlah Siswa
1 VIII.2 Eksperimen 41
2 VIII.5 Kontrol 40
Jumlah 81

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
mendapatkan keterangan data yang akan diteliti. Menurut Arikunto (2006:150)
teknis tes adalah serentetan pertannyaan atau latihan serta alat yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang dilakukan yaitu tes menulis puisi,
siswa menulis puisi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Tujuan dari tes ini
adalah untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa sekaligus sebagai
pembanding pada hasil penelitian dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
38

eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan dengan Model Pembelajaran


BrainWriting dan kelas kontrol menggunakan ModelPembelajaran Konvensional.
Dalam penelitian ini ada dua tes yang dilakukan yaitu tes awal (pretes) dan
tes akhir (postes).Pretes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa di kedua kelompok tersebutdalam menulis puisi, sedangkan
pada posttest dilakukan setelah kelas eksperimen diberi perlakuan dengan teknik
Pembelajaran Brain Writingdan kelas kontrol dengan Model Konvensional yang
biasa digunakan oleh guru. Teknik tes ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan kemampuan kedua kelompok setelah mendapat perlakuan dengan
model yang berbeda.
Tema puisi yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan kompetensi
dasar (KD). Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tema dan
materi yang sama. Materi pada tes ini yaitu hal yang harus diperhatikan dalam
menulis puisi. Hal yang harus diperhatikan meliputi gaya bahas, suasana puisi,
dan diksi (pemilihan kata).
Adapun persamaan dan perbedaan pengajaran pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam penelitian ini yaitu,
1)Persamaan: pembelajaran dengan ModelBrain Writing dan Model
Konvensional yang dilakukan masing-masing 8 kali pertemuan sekaligus pretes
dan postes, materi, waktu, dan guru serta peneliti yang sama.
2) Perbedaan: pembelajaran di kelas eksperimen diberi perlakuan dengan Model
Pembelajaran Brain Writing sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan
dengan Model Pembelajaran Konvensional.
Tema yang akan disampaikan pada setiap pertemuan di kelas eksperimen
dan kelas kontrol yaitu sebagai berikut:
Tabel 5
Tema pada setiap Pertemuan pada kelas Kontrol dan Eksperimen
No Pertemuan Tema
.
1 Tes awal Alam
2 Pertama Ibu
3 Kedua Ayah
39

4 Ketiga Persahabatan
5 Keempat Tuhan
6 Kelima Guru
7 Keenam Pahlawan
8 Tes akhir Alam

Berikut adalah contoh instrumen yang akan digunakan pada saat kegiatan
pretes dan postes di kelas eksperimen maupun kontrol, yaitu sebagai berikut:
1. Buatlah sebuah puisi berdasarkan ketentuan berikut:
a. Tulislah sebuah puisi berdasarkan tema “Alam”!

3.8 Format Penilaian Menulis Puisi


Menurut Tuckman (dikutip Nurgiyantoro (2013:6) menyatakan penilaian
adalah suatu proses untuk mengetahui atau menguji apakah suatu kegiatan atau
proses kegiatan dan sebuah program yang telah sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Dengan kata lain, penilaian merupakan pedoman sebagai alat ukur
dalam menilai sebuah objek. Sedangakan menurut Nurgiyantoro, (2013:6)
penilaian adalah proses untuk mengetahui atau menguji apakah suatu kegiatan
atau suatu proses kegiatan dan sebuah program telah sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Penilaian disesuaikan dengan kemampuan siswaditingkat SMP
khususnya pada kelas VIII. Penilaian ini mempunyai tujuan untuk melihat tingkat
keberhasilan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Palembang. Pedoman penilaian menulis puisi yaitu sebagai berikut:
Tabel 6
Pedoman Format Penilaian Menulis Puisi

Aspek Skor Kriteria


Diksi (pilihan kata) Sangat baik: pemilihan kata tepat,
30-27 menggunakan kata konkret, bahasa yang
digunakan tidak bersifat keseharian.
Baik: pemilihan kata tepat, cukup
26-22 menggunakan kata konkret, bahasa yang
digunakan tidak bersifat keseharian.
21-17 Cukup: pemilihan kata cukup tepat,
menggunakan kata konkret, bahasa yang
digunakan bersifat keseharian.
40

Kurang: pemilihan kata kurang tepat,


16-13 menggunakan kata tidak konkret, bahasa yang
digunakan bersifat keseharian.
Majas Sangat baik: menggunakan minimal lima gaya
(Gaya Bahasa) 20-18 bahasa yang ekspresif.

Baik: menggunakan minimal tiga gaya bahasa


17-14
yang ekspresif.
Cukup: menggunakan minimal satu gaya
13-10
bahasa yang ekspresif.
Kurang: tidak menggunakan minimal gaya
9-7
bahasa yang ekspresif.
Imaji/Citraan Sangat baik: menggunakan kata-kata yang
20-18 tepat kreatif memunculkan imajinasi dan
mengesankan.
Baik: menggunakan kata-kata yang tepat,
17-14 kreatif memunculkan imajinasi dan
mengesankan.
Cukup: menggunakan kata-kata yang tepat
13-10 cukup kreatif, memunculkan imajinasi dan
cukup mengesankan.
Kurang: penggunaan kata-kata tidak tepat,
9-7 tidak memunculkan imajinasi, kurang kreatif
dsn kurang mengesankan.
Versifikasi Sangat baik: rima yang digunakan tepat,
20-18
bervariasi dan sangat menimbulkan keindahan.
Baik: rima yang digunakan baik dan bervariasi,
17-14 menimbulkan keindahan.
Cukup: rima yang digunakan belum bervariasi,
13-10 cukup menimbulkan keindahan

Kurang: tidak menggunakan rima yang tepat


9-7
dan tidak menimbulkan keindahan.
Kesesuaian isi Sangat baik: isi puisi sesuai dengan judul dan
5
dengan judul dan tema, terdapat unsur perasaan yang sangat kuat.
tema Baik: isi puisi sesuai dengan judul dan tema,
4
terdapat unsur perasaan yang cukup kuat.
Cukup: isi puisi kurang sesuai dengan judul
3 dan tema, terdapat unsur perasaan yang cukup
kuat.
Kurang: isi puisi tidak sesuai dengan judul dan
2 tema, tidak terdapat unsur perasaan.
41

Amanat Sangat baik: terdapat penyampaian amanat


5 jelas dan dapat dimengerti.

Baik: terdapat penyampaian amanat, kurang


4 jelas dan kurang dapat dimengerti.

Cukup: terdapat penyampaian amanat, tidak


3 jelas dan tidak dapat dimengerti.

Kurang: tidak terdapat penyampaian amanat


2 baik tersirat maupun tersurat.
(Diadaptasi dari Nurgiyantoro, 2013:487 dan Nurhayati,2008:250)

3.9 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Brain Writing


Langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan Model Pembelajran
Brain Writing yaitu sebagai berikut:
Awal: 10 menit
1. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdo’a
2. Guru mengecek daftar hadir siswa
3. Guru menjelaskan tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi pelajaran teks puisi.
4. Guru mengarahkan siswa agar pembelajaran teks puisi dapat mengembangkan
rasa ingin tahu, teliti, dan terbuka melalui kegiatan belajar teks puisi.

Inti: 70 menit
Mengamati
1. Siswa mengamati carta yang berisi puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah
dan unsur pembangun puisi yang di tampilkan oleh guru.
2. Siswa menerima penjelasan materi unsur-unsur pembangun puisi guru melalui
carta.
Menanya
1. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru untuk memahami unsur-unsur
pembangun puisi dari segi lahir dan batin.
Mengumpulkan Informasi
42

1. Siswa mencari informasi tambahan tentang jenis-jenis puisi dari buku


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII
Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman 105-110.
Mengasosiasi
1. Siswa dengan teman satu meja mengidentifikasi unsur pembangun dari segi
lahir dan segi batin pada contoh puisi.
2. Siswa dan guru menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi dari segi lahir dan
batin.
Proses Brain Writing
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 orang siswa.
2. Guru membagikan lembar kertas kerja Brain Writing pada setiap siswa yang
berisi 2 kolom, kolom pertama untuk menuliskan puisi dan kolom kedua untuk
menuliskan ide gagasan.
3. Guru dan siswa mendiskusikan tema yang akan dijadikan objek menulis puisi.
4. Seluruh siswa menuliskan judul puisi berdasarkan tema yang ditentukan
yang telah ditentukan pada lembar kertas kerja masing-masing.
5. Masing-masing siswa menuliskan satu bait puisinya dikolom pertama dalam
waktu 5 menit sebagai kartu “stimulasi” sebagai inspirasi teman untuk
memberikan ide dan gagasan.

Mengomunikasikan
1. Siswa menukarkan lembar kerja kepada teman yang ada disampingnya sesuai
arah jarum jam.
2. Siswa melakukan proses penukaran sesuai dengan jumlah anggota kelompok,
siswa memberikan ide atau gagasan berupa saran penggunaan kata dan 2 baris
lanjutan puisi pada kolom kedua dalam waktu 3 menit satu kali penukaran.
3. Siswa melanjutkan puisi sampai selesai dengan ide dan gagasan dari teman
yang terdapat pada kolom kedua, setelah proses penukaran selesai dan lembar
kerja telah kembali ke masing-masing pemiliknya.
43

4. Siswa merevisi kembali hasil teks puisi dengan mengecek dan memindahkan ke
lembar kertas yang baru serta memastikan puisi yang ditulis sudah memenuhi
unsur-unsur pembangun puisi.
5. Siswa mengumpulkan tugas kepada guru.
Akhir: 10 Menit
1. Siswa bersama guru merangkum materi dan menyimpulkan hasil belajar pada
hari ini.
2. Siswa dan guru berdo’a untuk menutup pembelajaran.

3.10 Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan


Model Pembelajaran Konvensional
Langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan Model Pembelajran
Konvensional yaitu sebagai berikut:
Awal: 10 menit
1. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdo’a
2. Guru mengecek daftar hadir siswa
3. Guru menjelaskan tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi pelajaran teks puisi.
4. Guru mengarahkan siswa agar pembelajaran teks puisi dapat mengembangkan
rasa ingin tahu, teliti, dan terbuka melalui kegiatan belajar teks puisi.

Inti: 70 menit
Mengamati
1.Siswa mengamati carta yang berisi puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah
dan unsur pembangun puisi yang di tampilkan oleh guru.
2. Siswa membaca teks puisi.
3. Siswa mengamati penjelasan guru tentang teks puisi unsur pembangun puisi
pada carta dan buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VIII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 pada halaman 111 -
114.
44

4. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas yang harus dikerjakan.


Menanya
1. Siswa secara berkelompok, bertanya jawab untuk merumuskan unsur-unsur
pembangun puisi.
2. Siswa secara berkelompok, mendiskusikan unsur pembangun puisi yang
terdapat dalam teks puisi yang diamati pada carta.
3. Siswa secara berkelompok, menyusun laporan hasil kerja kelompok.
Mengumpulkan Informasi
1. Siswa secara berkelompok, mencari informasi tambahan tentang jenis-jenis
puisi dari buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VIII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman
105-110.
Mengasosiasikan
1. Siswa secara berkelompok mencari contoh teks puisi lain dari buku
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII
Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 siswa pada halaman 102.
2. Siswa secara berkelompok, mendiskusikan unsur pembangun puisi dalam teks
puisi yang ditemukannya.
3. Siswa secara mandiri, menulis puisi berdasarkan tema yang ditentukan dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi yang sudah dipelajari berdasarkan
tema yang sudah ditentukan oleh guru.

Mengomunikasikan
1. Siswa saling menukarkan lembar kerja dengan teman satu kelompok secara
acak.
2. Siswa memberikan komentar terhadap hasil kerja teman.
3. Siswa mengumpulkan tugas kepada guru.
4. Guru memberikan penegasan terhadap hasil pembelajaran siswa.
Akhir:10 menit
1. Siswa bersama guru merangkum materi dan menyimpulkan hasil belajar yang
diperoleh pada hari ini.
45

3. Siswa dan guru berdo’a untuk menutup pembelajaran.

3.11Teknik Analisis Data


Sugiyono (2013:333) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kuantitatif,
teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.
Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode
statistik yang sudah tersedia.
Setelah diperoleh data hasil penelitian, data tersebut dianalisis dengan uji
“t” menggunakan program SPSS 22 dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan data nilai tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Mendeskripsikan data nilai tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3) Menguji perbedaan kedua data yang berhubungan, yaitu data tes awal dan tes
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji paired sampel “t” yang
terdapat pada program SPSS 22.
4) Menguji perbedaan kedua data yang berhubungan, yaitu data tes akhir kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan independent sampel test yang
terdapat pada program SPSS 22.
5) Mencocokkan hasil perhitungan dengan tabel nilai titik t.
6) Menginterpretasi data dan menyimpulkan hasil penelitian.

3.12Teknik Pengelolaan Data


Setelah data didapatkan dan di nilai, kemudian data diolah. Pengelolahan
data dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan postest, untuk kelas
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan rumus kolomogorof smirnov
dengan bantuan program komputer SPSS (Statistic Product and Servise Solution)
merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak (software) statistika yang paling
popular dan paling banyak digunakan di dunia penelitian.
46

Uji normalitas adalah salah satu sifat data. Uji normalitas dalam penelitian
ini bertujuan untuk menguji asumsi bahwa data yang diambil berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik grafik P-Plot dan Chi-Square Distribution atau uji
keselarasan (Godnes Of Fit Test). Uji keselarasan adalah perbandingan antara
rekuensi observasi dan rekuensi harapan. God of Fit test melakukan pengujian
apakah distribusi rekuensi pengamatan (obeservasi) sesuai dengan distribusi
rekuensi tertentu atau tidak.
2) Uji Homogenitas
Mengukur homogenitas pada dasarnya adalah memperhitungkan dua
sumber kesalahan yang muncul pada tes yang direncanakan (Sukardi, 2011:132).
Cara yang digunakan untuk mengetahui uji homogenitas adalah dengan bantuan
program komputer SPSS 22. Uji homogenitas dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah data sampel penelitian diperoleh dari populasi homogen
atau tidak. Uji homogenitas sampel pada penelitian ini menggunakan uji Chi
Kuadrat ( Chi Square Distribution atau uji keselarasan). Data yang diuji adalah
skor siswa dalam tes awal (pretest).
Suatu populasi dapat dikatakan homogen atau berasal dari populasi yang
mempunyai variasi yang sama apabila harga Chi Kuadrat (X) perhitungan kurang
dari Chi Kuadrat dari tabel kritik pada taraf signifikasi 95%. Apabila varian yang
dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel
tersebut cukup homogen. Apabila sampel dikatakan berdistribusi normal jika
jumlah Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari padaChi Kuadrat tabel(X hitungX
tabel).
3) Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh oleh Model Pembelajaran Brain Writing terhadap kemampuan menulis
puisi. Data yang dianalisis menggunkan uji t pada taraf signifikasi 95% (α=0,025).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program pengolahan SPSS 22.
47

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Data
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Palembang. ada dua kelas yang digunakan pada saat penelitian, yaitu kelas VIII.2
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.5 sebagai kelas kontrol atau pembanding.
Kedua kelas diupayakan proses pembelajaran dan pengajaran yang relatif sama.
48

Hal ini dilakukan peneliti agar kedua kelompok belajar dapat benar-benar
menghasilkan data yang mencerminkan hasil belajarnya pada saat proses
penelitian.
Kelas eksperimen merupakan kelompok belajar yang mendapat pengajaran
kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Brain
Writing. Sebaliknya kelas kontrol adalah kelompok belajar dengan pengajaran
keterampilan menggunakan model konvensional yaitu dengan model yang sering
digunakan guru pada saat mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi,
kedua kelompok belajar tersebut masing-masing mendapat enam kali pertemuan
sesuai dengan model pembelajaran yang ditetapkan pada kedua kelompok belajar.
Selain itu, dilakukan tahap perlakuan sebelum dilaksanakan posttes.

4.1.2 Pembelajaran Menulis Puisi dengan menggunakan Model Brain


Writing
Pada tahap awal penelitian sebelum melaksanakan proses pembelajaran
dengan model Brain Writing, peneliti melakukan pretes, yaitu dengan cara peneliti
memberikan tugas siswa untuk menulis puisi dengan tema “Alam”.

Tabel 7
Kegiatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perlakua Perlakua Perlakuan Perlakua Perlakua Perlakuan
Pretes n n 3 n n 6 Posttes
1 2 4 5
E K E K E K E K E K E K E K E K
Tema Tema Tema Tema Tema Tema Tema Tema
“Alam” “Ibu” "Ayah” “Persahabatan” “Tuhan” “Guru” “Pahlawan” “Alam”
49

Model pembelajaran Brain Writing diterapkan dikelas VIII.2 sebagai kelas


eksperimen. Waktu yang digunakan untuk satu kali pertemuan adalah 2x40 menit
dengan jumlah keseluruhan 8 kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran menulis teks puisi
menggunakan model Brain Writing siswa diberikan tugas membaca puisi yang
ditampilkan oleh guru. Kemudian siswa mendapatkan penjelasan materi mengenai
unsur-unsur pembangun yang ditampilkan pada carta. Selanjutnya, siswa diminta
untuk mengidentifikasi unsur-unsur pembangun pada puisi yang dicontohkan
guru. Setelah selesai guru dan siswa membahas unsur-unsur pembangun puisi
yang di contohkan. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah anggota 5
orang setiap kelompoknya. Guru menjelaskan tata cara proses model
pembelajaran Brain Writing. Guru membagikan lembar kerja Brain Writing siswa
yang berisi dua kolom, yang terdiri dari 2 kolom. Kolom pertama puisi dan kolom
kedua ide dan gagasan. Guru memberikan tema “Ibu” kepada siswa sebagai ruang
lingkup judul penulisan puisi. Selanjutnya siswa diberikan penejelasan oleh guru
mengenai mekanisme model Brain writing. Cara pelaksanaannya yaitu siswa
menuliskan puisinya masing-masing pada kolom pertama. Siswa melakukan
penukaran dengan teman satu kelompoknya secara paralel dan sesuai arah jarum
jam. Setiap penukaran guru memberikan waktu selama 5 menit. Siswa
memberikan ide dan gagasan pada kolom kedua. Ide dan gagasan dapat berupa
dua baris lanjutan puisi teman sesuai tema yang telah ditentukan. Proses
penukaran dilakukan sampai puisi kembali ke pemiliknya masing-masing. Setelah
selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing berdasarkan ide dan
gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing. Kemudian guru dan siswa
membahas bersama puisi yang dibuat. Siswa diberikan tugas mencari contoh puisi
dari buku, internet, dengan tema “Ibu” yang akan digunakan sebagai bahan ajar
pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan kedua, pembelajaran menulis teks puisi menggunakan model
Brain Writing, sama seperti pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu
membahas puisi. Puisi yang dibahas adalah tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu puisi “Ayah”. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah
50

anggota 5 orang setiap kelompoknya. Siswa melaksanakan proses Brain


Writing.Setelah selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing
berdasarkan ide dan gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama puisi yang dibuat. Siswa diberikan
tugas mencari contoh puisi dari buku, internet, dengan tema “Persahabatan” yang
akan digunakan sebagai bahan ajar pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ketiga, pembelajaran menulis teks puisi menggunakan model
Brain Writing, sama seperti pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu
membahas puisi. Puisi yang dibahas adalah tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu puisi “Persahabatan”. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan
jumlah anggota 5 orang setiap kelompoknya. Siswa melaksanakan proses Brain
Writing.Setelah selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing
berdasarkan ide dan gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama puisi yang dibuat. Siswa diberikan
tugas mencari contoh puisi dari buku, internet, dengan tema “Tuhan” yang akan
digunakan sebagai bahan ajar pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keempat, pembelajaran menulis teks puisi menggunakan model
Brain Writing, sama seperti pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu
membahas puisi. Puisi yang dibahas adalah tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu puisi “Tuhan”. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan
jumlah anggota 5 orang setiap kelompoknya. Siswa melaksanakan proses Brain
Writing.Setelah selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing
berdasarkan ide dan gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama puisi yang dibuat. Siswa diberikan
tugas mencari contoh puisi dari buku, internet, dengan tema “Persahabatan” yang
akan digunakan sebagai bahan ajar pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan kelima, pembelajaran menulis teks puisi menggunakan model
Brain Writing, sama seperti pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu
membahas puisi. Puisi yang dibahas adalah tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu puisi “Guru”. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah
anggota 5 orang setiap kelompoknya. Siswa melaksanakan proses Brain
51

Writing.Setelah selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing


berdasarkan ide dan gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama puisi yang dibuat. Siswa diberikan
tugas mencari contoh puisi dari buku, internet, dengan tema “Pahlawan” yang
akan digunakan sebagai bahan ajar pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan keenam, pembelajaran menulis teks puisi menggunakan model
Brain Writing, sama seperti pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu
membahas puisi. Puisi yang dibahas adalah tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu puisi “Ayah”. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah
anggota 5 orang setiap kelompoknya. Siswa melaksanakan proses Brain
Writing.Setelah selesai siswa melanjutkan dan merevisi puisi masing-masing
berdasarkan ide dan gagasan yang didapatkan dari proses Brain Writing.
Kemudian guru dan siswa membahas bersama puisi yang dibuat.
Setelah peneliti melaksanakan proses perlakuan selama enam kali
pertemuan, peneliti mengadakan posttes. Peneliti memberikan soal yang sama
pada saat pretes, yaitu membuat sebuah puisi dengan tema yang telah ditentukan
yaitu “Alam”.

4.1.3Deskripsi Hasil Uji Prasyarat Analisis Data


Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas
sampel dan pengujian homogenitas populasi. Uji normalitas dan homogenitas
sampel menggunakan teknik grafik P-P Plot dan Chi Kuadrat ((Chi-SquareTest
atau uji keselarasan (Goodness of Fit Test) dengan program komputer SPSS 22.
4.1.4 Uji Normalitas dan Homogenitas Sampel
Analisis uji normalitas dan uji homogenitas dalam penelitian ini bertujuan
menguji asumsi bahwa data yang diambil dan digunakan pada penelitian ini
52

sifatnya bervariasi atau homogen. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian
ini adalah menggunakan teknik grafik p-p Plot dan distribusi Chi Kuadrat (Chi
Square Distribution) atau uji keselarasan (Goodness Of Fit Test) dengan program
Komputer SPSS 22.
Uji keselarasan (goodness Of Fit Test) adalah perbandingan antara
frekuensi serasi dengan frekuensi harapan (Expected Frequencies). Semua
pengujian yang menggunakan distribusi Chi Kuadrat (Chi Square Distribution)
termasuk dalam persoalan Goodness of Fit Test. Goodness of Fit Test melakukan
pengujian apakah distribusi frekuensi hasil pengamatan (observasi) sesuai dengan
distribusi teori tertentu atau tidak.
Nilai yang diuji adalah nilai tes awal hasilnya dapat dikatakan lurus atau
hampir lurus. Jika garis hubung merupakan garis lurus atau hampir lurus, maka
sampel dikatakan berdistribusi normal atau membentuk kurva normal jika jumlah
Chi Kuadrat (chi-Square) hitung lebih kecil daripada Chi Kuadrat (Chi-Square)
tabel (X2-hitung<X2-tabel).
4.1.4.1 Uji Normalitas dan Homogenitas Tes Awal Sampel Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil tes awal yang diperoleh peneliti, dapat diketahui skor
siswa kelas eksperimen. Berikut ini tabel deskripsi statistik nilai tes awal kelas
eksperimen dalam bentuk tabel yang menggambarkan jumlah sampel (N), rerata
skor (mean), simpangan baku (std. deviation), nilai terendah (minimum), dan nilai
tertinggi (maximum)

Tabel 8
Deskripsi Statistik Tes Awal Kelas Eksperimen
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tes Awal Eskperimen 41 37 57 44.83 5.735
Valid N (listwise)
41

Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk kelas eksperimen
sebanyak 41 orang. Rata-rata skor yang didapat 44,83. Simpangan baku adalah
5,735. Nilai terendah 37 dan nilai tertinggi adalah 57.
53

Tabel 9
Nilai Tes Awal KelasEksperimen
Observed N Expected N Residual
37 2 2.4 -.4
38 2 2.4 -.4
39 6 2.4 3.6
40 2 2.4 -.4
41 3 2.4 .6
42 2 2.4 -.4
43 2 2.4 -.4
44 4 2.4 1.6
45 4 2.4 1.6
46 1 2.4 -1.4
49 2 2.4 -.4
50 1 2.4 -1.4
51 3 2.4 .6
52 1 2.4 -1.4
53 1 2.4 -1.4
54 4 2.4 1.6
57 1 2.4 -1.4
Total 41

Tabel 9 di atas merupakan frekuensi nilai tes awal kelas eksperimen. Tabel
ini ialah tabel deskripsi statistik. Dari tabel dapat dibaca bahwa jumlah total
sampel yang diteliti pada kelas eksperimen adalah 41 siswa. Diketahui bahwa dari
17 sel skor/nilai (100%) yang didapat dari hasil tes menulis puisi siswa kelas
VIII.2, dapat diperoleh frekuensi harapan yang muncul kurang dari 5. Minimal
frekuensi harapan (expected frekuencies) yang muncul pada masing-masing
skor/nilai yang timbul sebanyak 2,4.
Berdasarkan dari tabel 9 diketahui dari 41 siswa sampel pada kelas
eksperimen, frekuensi observasi yang muncul yaitu 2 siswa mendapatkan nilai 37,
2 siswa mendapatkan nilai 38, 6 siswa mendapatkan nilai 39, 2siswa mendapatkan
nilai 40, 3 siswa mendapatkan nilai 41, 2siswa mendapatkan nilai 42, 2 siswa
mendapatkan nilai 43, 4 siswa mendapatkan nilai 44, 4 siswa mendapatkan nilai
45, 1 siswa mendapatkan nilai 46, 2 siswa mendapatkan nilai 49, 1siswa
mendapatkan nilai 50, 3 siswa mendapatkan nilai 51, 1siswa mendapatkan nilai
54

52, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 4 siswa mendapatkan nilai 54, 1 siswa
mendapatkan nilai 57.
Tabel10
Tes Statistik Kelas Eksperimen

Nilai Tes Awal Kelas


Eskperimen
Chi-Square 13.317a
Df 16
Asymp. Sig. .649

Tabel 10 merupakan tabel tes statistik. Diketahui pada kelas eksperimen


statistik Chi Squere hitung= 13,317 dengan derajat bebas α = (n-1= 16). Probabilitas
(Asympototic. Sig)=0,649.
Tabel 11
Keterangan Hasil Kelas Eksperimen
Kelas Chi Square Chi Square Status
hitung tabel
Eksperimen 13,647 (df16) 26,2 X2-hitung ˂ Data
X2-tabel →H0 berdistribusi
diterima normal dan
homogen

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa Chi Kuadrat hitung< Chi Kuadrat tabel
(Chi Square hitung< Chi Square tabel) maka H0 diterima, artinya sampel pada tes
awal eksperimen homogen. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil
perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil Chi Kuadrat hitung< Chi Kuadrat
tabel (Chi Square tabel 13,647<26,2).
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dengan menggunakan teknik P-Plot,
merupakan tampilan grafik yang digunakan untuk mengetahui dalam sebuah
model regresi residual berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk tes
awal kelas eksperimen dilakukan uji normalitas dengan teknik P-Plot, maka grafik
yang muncul adalah sebagai berikut.
55

Grafik 1
Normal P-Plot Regression Standarized Residual
Dependent Variabel: Pretest Eksperimen

Dari grafik 1 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik data yang menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian data
berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa data sampel pada tes awal eksperimen berdistribusi
normal.

4.1.4.2 Uji Normalitas dan Homogenitas Tes Awal Sampel Kelas Kontrol

Berdasarkan data tes awal yang diperoleh peneliti, telah diketahui skor
siswa kelas eksperimen sebelum mendapat perlakuan dengan model Brain
Writing dalam menulis puisi. Berikut ini tabel deskripsi statistik data tes awal
kelas kontrol dalam bentuk tabel yang menggambarkan jumlah sampel (N), rerata
56

skor (mean), simpangan baku (std. deviation), nilai terendah (minimum), dan nilai
tertinggi (maximum).

Tabel 12
Deskripsi Statistik Tes Awal Kelas Kontrol

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tes Awal Kontrol 40 34 61 46.90 7.041


Valid N (listwise) 40

Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk kelompok


kontrol sebanyak 40 siswa. Rata-rata skor yang didapat adalah 46,90 dan
simpangan baku adalah 7,041 diketahui pula nilai terendah adalah 34 dan nilai
tertinggi 61.

Selain itu, peneliti juga menyajikan rentangan nilai tes awal yang
diperoleh siswa kelas kontrol dalam tabel berikut.

Tabel 13
Nilai Tes Awal Kelas Kontrol

Observed N Expected N Residual


34 3 2.2 .8
38 3 2.2 .8
39 3 2.2 .8
42 1 2.2 -1.2
43 2 2.2 -.2
44 2 2.2 -.2
45 2 2.2 -.2
46 6 2.2 3.8
48 1 2.2 -1.2
50 2 2.2 -.2
51 1 2.2 -1.2
57

52 4 2.2 1.8
53 2 2.2 -.2
54 3 2.2 .8
55 2 2.2 -.2
56 1 2.2 -1.2
59 1 2.2 -1.2
61 1 2.2 -1.2
Total 40

Tabel 13 merupakan frekuensi nilai tes awal kelas kontrol. Tabel ini
adalah deskripsi statistik. Dari tabel dapat dibaca bahwa jumlah total sampel yang
diteliti pada kelas kontrol adalah 40 siswa. Diketahui bahwa dari 18 sel skor /nilai
(100%) yang didapat dari hasil tes menulis puisi siswa, dapat diperoleh frekuensi
harapan yang muncul kurang dari 5. Minimal frekuensi harapan (expected
frekuencies) yang muncul pada masing-masing skor/nilai yang timbul sebanyak
2,2.
Berdasarkan dari tabel 13 diketahuidari 40 siswa sampel pada kelas
eksperimen, frekuensi observasi yang muncul yaitu 3 siswa mendapatkan nilai 34,
3 siswa mendapatkan nilai 39, 1 siswa mendapatkan nilai 42, 2 siswa
mendapatkan nilai 43, 2 siswa mendapatkan nilai 44, 2 siswa mendapatkan nilai
45, 6 siswa mendapatkan nilai 46, 1 siswa mendapatkan nilai 48, 2 siswa
mendapatkan nilai 50, 1 siswa mendapatkan nilai 51, 4 siswa mendapatkan nilai
52, 2 siswa mendapatkan nilai 53, 3siswa mendapatkan nilai 54, 2 siswa
mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 56,1 siswa mendapatkan nilai
59,1 siswa mendapatkan nilai 61.
Tabel 14

Tes Statistik Kelas Kontrol


Tes Awal Kontrol

Chi-Square 13.100a
df 17
Asymp. Sig. .729
58

Tabel 14 merupakan tabel tes statistik. Diketahui pada kelas kontrol


statistik Chi Squere hitung= 13,100 dengan derajat bebas α = (n-1= 17). Probabilitas
(Asympototic. Sig)=0,729.

Tabel 15
Keterangan Hasil Kelas Kontrol

Kelas Chi Square Chi Square Status


hitung table
Kontrol 13,100 (df17) 27,58 X2-hitung ˂ Data
X2-tabel →H0 berdistribusi
diterima normal dan
homogen

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa Chi Kuadrat hitung< Chi Kuadrat tabel
(Chi Square hitung< Chi Square tabel) maka H0 diterima, artinya sampel pada tes
awal kelas kontrol homogen. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil
perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil Chi Kuadrat hitung< Chi Kuadrat
tabel (Chi Square tabel 13,100<27,58).
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dengan menggunakan teknik P-Plot,
merupakan tampilan grafik yang digunakan untuk mengetahui dalam sebuah
model regresi residual berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk tes
awal kelas kontrol dilakukan uji normalitas dengan teknik P-Plot, maka grafik
yang muncul adalah sebagai berikut.

Grafik 2
Normal P-Plot Regression Standarized Residual
Dependent Variabel: Pretest Kontrol
59

Dari grafik 2 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik data yang menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian data
berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Oleh karena
itu, dapat dikatakan data sampel pada tes awal kontrol berdistribusi normal.

4.1.4.3 UjiNormalitas dan Homogenitas Tes Akhir Sampel Kelas Eksperimen


Berdasarkan hasil tes akhir yang diperoleh peneliti, telah diketahui skor
siswa kelas eksperimen. Berikut ini tabel deskripsi statistik nilai tes akhir kelas
eksperimen dalam bentuk tabel yang menggambarkan jumlah sampel (N), rerata
skor (mean), simpangan baku (std. deviation), nilai terendah (minimum), dan nilai
tertinggi (maximum).
Tabel 16
Deskripsi Statistik Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation

Tes Akhir Eksperimen 41 75 91 84.51 3.702


Valid N (listwise) 41
60

Pada tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk kelas


eksperimen sebanyak 41 Siswa. Mean (rerata skor) yang didapat adalah 84,51.
Simpangan baku adalah 3,702. Nilai terendah (minimum) adalah 75 dan nilai
tertinggi (maximum) adalah 91.

Tabel 17
Nilai Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen

Observed N Expected N Residual


75 1 3.4 -2.4
77 2 3.4 -1.4
79 1 3.4 -2.4
80 1 3.4 -2.4
82 10 3.4 6.6
83 2 3.4 -1.4
85 4 3.4 .6
86 6 3.4 2.6
87 6 3.4 2.6
88 1 3.4 -2.4
89 6 3.4 2.6
91 1 3.4 -2.4
Total 41
Tabel 17 merupakan tabel deskripsi statistik yang menjelaskan secara
ringkas nilai tes akhir kelas eksperimen. Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah
total sampel yang diteliti pada kelas eksperimen adalah 41 siswa. Diketahui
bahwa dari 12 sel skor/nilai (100%) yang didapat dari hasil tes akhir menulis puisi
siswa, diperoleh frekuensi nilai harapan yang muncul kurang dari 5. Minimal
frekuensi harapan (expected frequencies) yang muncul pada masing-masing
skor/nilai yang muncul adalah sebesar 3,4.
Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa dari 41 siswa sampel pada kelas
eksperimen, frekuensi observasi yang muncul yaitu 1 siswa mendapatkan nilai 75,
2 siswa mendapatkan nilai 77, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 1 siswa
mendapatkan nilai 80, 10 siswa mendapatkan nilai 82, 2siswa mendapatkan nilai
83, 4 siswa mendapatkan nilai 85, 6 siswa mendapatkan nilai 86, 6 siswa
61

mendapatkan nilai 87, 1 siswa mendapatkan nilai 88, 6siswa mendapatkan nilai
89, 1 siswa mendapatkan nilai 91.
Tabel 18
Tes Statistik Kelas Eksperimen

Tes_Akhir_Eksperimen
Chi-Square 28.366a
Df 11
Asymp. Sig.
.003

Tabel 18 merupakan tabel tes statistik. Diketahui pada kelas eksperimen


statistik Chi Squere hitung= 28,366 dengan derajat bebas α = (n-1= 11). Probabilitas
(Asympototic. Sig)=0,003.
Tabel 19
Keterangan Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen
Kelas Chi Square Chi Square Status
hitung tabel
Eksperimen 28,366 X2-hitung > Data berdistribusi
(df11) 19,67
X2-tabel →H0 normal dan
ditolak homogen
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa Chi Kuadrat hitung> Chi Kuadrat tabel
(Chi Square hitung> Chi Square tabel) maka H0 di tolak artinya terdapat perbedaan
yang signifikan pada nilai tes akhir kelas eksperimen. Pada tabel di atas dapat
diketahui bahwa hasil perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil Chi Kuadrat
hitung> Chi Kuadrat tabel (Chi Square tabel 28,366>19,67).
Uji normalitas data dengan menggunakan teknik P-Plot, merupakan
tampilan grafik yang digunakan untuk mengetahui dalam sebuah model regresi
residual berdistribusi normal atau tidak.

Grafik 3
Normal P-Plot Regression Standarized Residual
Dependent Variabel: Posttes Eksperimen
62

Dari grafik 3 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik data yang menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian data
berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Oleh karena
itu, dapat dikatakan data sampel pada tes akhir eksperimen berdistribusi normal.

4.1.4.4 UjiNormalitas dan Homogenitas Tes Akhir Sampel Kelas Kontrol


Berdasarkan data tes akhir yang diperoleh peneliti, telah diketahui skor
siswa kelas eksperimen sebelum mendapat perlakuan dengan model Brain
Writing dalam menulis puisi. Berikut ini tabel deskripsi statistik data tes akhir
kelas kontrol dalam bentuk tabel yang menggambarkan jumlah sampel (N), rerata
skor (mean), simpangan baku (std. deviation), nilai terendah (minimum), dan nilai
tertinggi (maximum).
Tabel 20
63

Deskripsi Statistik Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Tes Akhir Kontrol 40 60 85 72.12 5.698
Valid N (listwise)
40

Tabel 20 dapat diketahui bahwa jumlah sampel untuk kelas kontrol


sebanyak 40 siswa. Mean (rerata skor) yang didapat adalah 72,12. Simpangan
baku adalah 5,698. Nilai terendah (minimum) adalah 60 dan nilai tertinggi
(maximum) adalah 85.
Selain itu, peneliti juga menyajikan rentangan nilai tes akhir yang
diperoleh siswa kelas kontrol dalam tabel berikut.

Tabel 21
Nilai Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol

Observed N Expected N Residual


60 1 2.7 -1.7
65 5 2.7 2.3
66 3 2.7 .3
67 2 2.7 -.7
69 1 2.7 -1.7
70 7 2.7 4.3
71 2 2.7 -.7
72 1 2.7 -1.7
75 7 2.7 4.3
77 4 2.7 1.3
78 2 2.7 -.7
79 1 2.7 -1.7
80 2 2.7 -.7
82 1 2.7 -1.7
64

85 1 2.7 -1.7
Total 40

Tabel 21 merupakan tabel deskripsi statistik yang menjelaskan secara


ringkas nilai tes akhir kelas kontrol. Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah
total sampel yang diteliti pada kelas kontrol adalah 40 siswa. Diketahui bahwa
dari 15 sel skor/nilai (100%) yang didapat dari hasil tes akhir menulis puisi siswa,
diperoleh frekuensi nilai harapan yang muncul kurang dari 5. Minimal frekuensi
harapan (expected frequencies) yang muncul pada masing-masing skor/nilai yang
muncul adalah sebesar 2,7.
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa dari 40 siswa sampel pada kelas
kontrol, frekuensi observasi yang muncul yaitu, 1 siswa mendapatkan nilai 60, 5
siswa mendapatkan nilai 65, 3 siswa mendapatkan nilai 66, 2 siswa mendapatkan
nilai 67, 1 siswa mendapatkan nilai 69, 7 siswa mendapatkan nilai 70, 2 siswa
mendapatkan nilai 71, 1 siswa mendapatkan nilai 72, 7 siswa mendapatkan nilai
75, 4 siswa mendapatkan nilai 77, 2 siswa mendapatkan nilai 78, 1 siswa
mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 80, 1 siswa mendapatkan nilai
82, 1siswa mendapatkan nilai 85.
Tabel 22
Tes Statistik Kelas Kontrol
Tes Akhir Kontrol
Chi-Square 23.750a
Df 14
Asymp. Sig. .049

Tabel 22 merupakan tabel tes statistik. Diketahui pada kelas kontrol


statistik Chi Squere hitung= 23,750 dengan derajat bebas α = (n-1= 14).
Probabilitas (Asympototic. Sig)=0,049.
Tabel 19
Keterangan Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol
Kelas Chi Square Chi Square Status
hitung tabel
Kontrol 23, 750 (df14) 23,685 X2-hitung > Data
65

X2-tabel →H0 berdistribusi


ditolak normal,
homogen

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa Chi Kuadrat hitung> Chi Kuadrat tabel
(Chi Square hitung> Chi Square tabel) maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan
yang signifikan pada nilai tes akhir kelas kontrol. Pada tabel di atas dapat
diketahui bahwa hasil perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil Chi Kuadrat
hitung> Chi Kuadrat tabel (Chi Square tabel 23, 750> 23, 685).
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dengan menggunakan teknik P-Plot,
merupakan tampilan grafik yang digunakan untuk mengetahui dalam sebuah
model regresi residual berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk tes
awal kelas kontrol dilakukan uji normalitas dengan teknik P-Plot, maka grafik
yang muncul adalah sebagai berikut.

Grafik 4
Normal P-Plot Regression Standarized Residual
Dependent Variabel: Posttes kontrol
66

Dari grafik 4 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik data yang menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian data
berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Oleh karena
itu, dapat dikatakan data sampel pada tes akhir eksperimen berdistribusi normal.
4.1.5 Uji Perbandingan Perbedaan Hasil Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen
dan Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen
Sebelum perhitungan dengan uji-t data terlebih dahulu dihitung
berdasarkan perbandingan dan perbedaan antara nilai tes awal dan akhir pada
kelas eksperimen. Uji perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui rata-rataskor
dan nilai tes akhir kelas eksperimen dan nilai tes awal kelas eksperimen, mencari
simpangan baku dan rata-rat tingkat kesalahan. Hasil pengujian ini dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 23
Statistik Perbandingan Sampel Berpasangan Kelas Eksperimen
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Tes Akhir Eksperimen 84.51 41 3.702 .578
Tes Awal Eskperimen 44.83 41 5.735 .896

Pada tabel 23 merupakan tabel statistik perbandingan sampel


berpasangan.Dari tabel ini dapat diketahui bahwa rata-rata tes awal kelas
eksperimen adalah 44,83 sedangkan rata-rata tes akhir adalah 84,51. Simpangan
baku yang diperoleh dari tes awal kelas eksperimen adalah 5,735, sedangkan tes
akhir adalah 3,702. Rata-rata tingkat kesalahan nilai tes akhir kelas eksperimen
adalah 0,578 sedangkan rata-rata tingkat kesalahan nilai tes awal kelas eksperimen
adalah 0,896.
Selanjutnya perhitungan uji-t, data terlebih dahulu dihitung berdasarkan
67

Perbandingan dan perbedaan nilai awal dan nilai akhir pada kelas kontrol. Uji
perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata skor dari nilai tes akhir
kelas kontrol dan nilai tes awal kelas kontrol, dengan mencari simpangan baku
dan juga rata-rata tingkat kesalahan (std eror mean). Hasil pengujian tersebut
dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24
Statistik Perbandingan Sampel Berpasangan Kelas Kontrol

Std. Std. Error


Mean N Deviation Mean
Pair 1 Tes Akhir Kontrol 72.13 40 5.698 .901
Tes Awal Kontrol 46.90 40 7.041 1.113

Pada tabel 24 merupakan tabel statistik perbandingan sampel berpasangan.


Dari tabel ini dapat diketahui bahwa rata-rata tes awal kelas kontrol adalah 46.90
sedangkan rata-rata tes akhir adalah 72,13. Simpangan baku yang diperoleh dari
tes awal kelas eksperimen adalah 7,041, sedangkan tes akhir adalah 5,698. Rata-
rata tingkat kesalahan nilai tes akhir kelas eksperimen adalah 0,901 sedangkan
rata-rata tingkat kesalahan nilai tes awal kelas eksperimen adalah 1,113.

4.1.6 Signiikansi Nilai Awal dan Akhir Kelas Eksperimen


Tabel 25
Uji Perbandingan Sampel Berpasangan Perbedaan Nilai Awal dan Nilai
Akhir Kelompok Eksperimen

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
68

Tes Akhir
Pair Eksperimen
39.683 6.593 1.030 37.602 41.764 38.538 40 .000
1 Tes Awal
Eskperimen

Pada tabel 25 diketahui bahwa perhitungan uji-t rata-rata 39,683 artinya


perbedaan nilai akhir kelas eksperimen dan nilai awal kelas eksperimen adalah
sebesar 39,683. Perbedaan tertinggi adalah 41,764 dan perbedaan terendah adalah
37,602. Dari tabel tersebut, diketahui pula nilai t hitungadalah 38, 538 dengan
tingkat signifikansi (2 sisi) yaitu 0,000 serta perhitungan t tabel(df 40)=(0,025:40)=
2,021.
Berdasarkan pertanyaan tersebut, kriteria pengujian dari penelitian ini
adalah bila maka t hitung> t tabel H0 ditolak, diketahui pula dari data terdapat
perbedaan yang signifikan. Namun, bila t hitung< t tabel maka H0 diterima.
Selanjutnya diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan dari nilai t hitung(38, 538) > t tabel(2,021). Maka H0 ditolak
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai awal dengan nilai akhir
pada kelas eksperimen.

4.1.7 Signiikansi Nilai Awal dan Akhir Kelas Kontrol


Tabel 26
Uji Perbandingan Sampel Berpasangan Perbedaan Nilai Awal dan Nilai
Akhir Kelas Kontrol

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig.
Mean Deviation Mean Lower Upper T df taile
69

Tes Akhir
Pair Kontrol
25.225 9.272 1.466 22.260 28.190 17.206 39
1 Tes Awal
Kontrol

Pada tabel 26 dketahui bahwa perhitungan uji-t rata-rata 25,225 artinya


perbedaan nilai akhir kelas kontrol dan nilai awal kelas kontrol adalah sebesar
25,225. Perbedaan tertinggi adalah 28.190 dan perbedaan terendah adalah 22.260.
Dari tabel tersebut, diketahui pula nilai t hitungadalah 17,206 dengan tingkat
signifikansi (2 sisi) yaitu 0,000 serta perhitungan t tabel(df 39)=(0,025:39)= 2,023.

Berdasarkan kriteria pengujian dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat


perbedaan yang signifikan. Dapat dilihat dari nilai t hitung (17,206) > t tabel
(2,023) maka artinya terdapat perbedaan antara nilai awal dan akhir yang
menunjukkan hasil uji signifikansi (2 sisi) yaitu 0,000.

4.1.8 Perbandingan Perbedaan antara Nilai Akhir Kelas Kontrol dan Nilai
Akhir Kelas Eksperimen
Tabel 27
Uji Perbandingan Nilai Akhir Kelas Kontrol dan Nilai Akhir Kelas
Eksperimen

Paired Samples Test


Sig. (2-
Paired Differences T df tailed)
Mean Std. Std. 95% Confidence
Deviation Error Interval of the
Mean Difference
70

Lower Upper
Tes Akhir
Pair Eksperimen
12.350 7.547 1.193 9.936 14,764 10.350 39 .000
1 Tes Akhir
Kontrol

Pada tabel 27 dapat diketahui bahwa selisih nilai tes akhir kelas
eksperimen dikurang dengan tes akhir kelas kontrol adalah 12,350. Artinya
perbedaan nilai akhir kelas eksperimen dengan nilai akhir kelas kontrol sebesar
12,350. Perbedaan nilai tertinggi adalah 14,764 perbedaan nilai terendah adalah
9, 936. Nilai t hitungadalah 10,350 dan tabel(df 39)=(0,025:39)= 2,023 atau t hitung> t
tabel. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai akhir
kelompok eksperimen dengan niali akhir kelompok kontrol.
Berikut merupakan gambaran kemampuan menulis puisi kedua kelas,
dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir pada grafik berikut:
Tabel 28
Nilai Rata-rata Tes Awal, Tes akhir, dan Gain Skor.
Kelas Rata-rata Tes Rata-rata Tes Gain Skore
Awal Akhir
Eksperimen 44.83 84.51 39,68
Kontrol 46.90 72.13 25,23
Grafik 5
GrafikNilai Tes Awal, Tes akhir, dan Gain Skor.
71

90

80

70

60
Kelas Eksperimen
50
Kelas Kontrol
40

30

20

10

0
Rata-rata Tes Rata-rata Tes Gain Score
Awal Akhir
72

4.1.9 Pengujian Hipotesis


Setelah uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
langkah selanjutnya ialah pengujian data untuk menjawab hipotesis. Data analisis
dengan uji-t.
Berapa besar kemungkinan dari hasil uji-t dinyatakan bahwa ada
perbedaan antara dua variabel penelitian, atau berapa besar ketidakmungkinan
hipotesis nol ditolak atau diterima. Penolakan atau penerimaan hipotesis nol
berdasarkan taraf signifikan yang diterapkan. Pengujian hipotesis pada penelitian
ini menggunakan tara signifikan yang diterapkan. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan tara signifikan 95% α = 0,025. Taraf signifikan
iniditerapkan sebagai tara yang digunakan untuk melakukan penolakan atau
penerimaan hipotesis. Dalam penelitian ini yang hendak dibuktikan adalah
sebagai berikut:

1. Ha: Ada perbedaan kemampuan siswa dalam menulis puisi antara siswa
yang di ajarkan dengan model Brain Writing dengan siswa yang diajarkan
dengan model Konvensional. (µ1≠µ2).
2. H0: Tidak ada perbedaankemampuan siswa dalam menulis puisi antara
siswa yang di ajarkan dengan model Brain Writing dengan siswa yang
diajarkan dengan model Konvensional. (µ1≠µ2).
73

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


signifikan pengaruh model Brain Writingterhadap kemampuan menulis puisi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palembang. Data yang diperoleh analis dengan
menggunakan uji-t pada tara signifikansi 95%. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 22.

Tabel 29
Statistik Kelas

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Tes Akhir Eksperimen
41 84.51 3.702 .578
Tes Akhir Kontrol 40 72.13 5.698 .901

Pada tabel 29 diketahui bahwa kelas eksperimen dengan jumlah sampel


(N) 41 siswa memiliki rata-rata nilai tes akhir sebesar 84,51 dengan simpangan
baku 0,578 dan rata-rata tingkat kesalahan 3,702. Sementara itu, untuk kelas
kontrol dengan jumlah sampel (N) 40 siswa memiliki rata-rata nilai akhir sebesar
72,13 dengan simpangan baku 0,901 dan rata-rata tingkat kesalahan 5,698.
Tabel 30
Uji Perbandingan Sampel Independen
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Sig. Std. Interval of the
(2- Mean Error Difference
taile Differe Differe
F Sig. t Df d) nce nce Lower Upper
Equal
variances 10.223 .002 11.630 79 .000 12.387 1.065 10.267 14.507
Nilai assumed
74

Tes Equal
Akhir variances
11.571 66.705 .000 12.387 1.071 10.250 14.524
not
assumed

Keterangan:
1. Equal variances assumed : Diasumsikan varian sama
2. Equal variances not assumed : Diasumsikan varian berbeda
3. Levene's Test for Equality of Variances : Tes levene untuk derajat varian
4. t-test for Equality of Means : Uji-t untuk derajat
kemaknaan
5. Sig. (2-tailed) : Kemaknaan dua sisi
6. Mean Difference : Rata-rata perbedaan
7. Std. Error Difference : Perbedaan tingkat kesalahan
8. 95% Confidence Interval of the Difference : Interval perbedaan pada tingkat
kepercayaan 95%
9. Lower : Nilai terendah
10. Upper : Nilai tertinggi

Tabel 30 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas


eksperimen untuk tes awal sebesar 44,83 dan tes akhir pada kelas eksperimen
84,51 sehingga rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 39,68. Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol untuk tes
awal sebesar 46,90 dan rata-rata tes akhir adalah 72,13 sehingga mengalami
penurunan 25,23. Dari hasil selisih tersebut dihitung dengan uji-t pada taraf
signifikan 95% dan (df=n2=n1-2) apabila t hitung> t tabel maka H0 ditolak. Dari hasil
perhitungan diperoleh t hitung sebesar 11,630 sedangkan t tabel (df 79) sebesar 1,990.
Diperoleh t hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar siswa pada pada kelas eksperiemen dan kelas
kontrol. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima sehingga, dapat dilihat
terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa yang diberikan
pengajaran menggunakan dengan model Brain Writing dalam menulis puisi
75

dengan siswa yang diberikan pengajaran menggunakan model konvensional atau


yang biasa dipakai oleh guru. Hal ini menunjukan bahwa model Brain
Writinglebih efektif dalam pembelajaran menulis puisi yang dibuktikan t hitung>t

tabel=11,630>1,990.

4.2 Pembahasan
Keberhasilan dalam peningkatan kemampuan menulis puisi diperlukan
model yang tepat untuk diterapkan, salah satunya yaitu model Brain Writing.
Proses penulisan puisi yang dilakukan dengan curah gagasan secara paralel dan
berkelompok dapat menghasilkan ide dan gagasan secara produktif. Siswa dapat
menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk puisi serta memberikan saran kepada
teman dengan penerapan model yang diterapkan. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada saat perlakuan terbukti hasil belajar siswa dikelas eksperimen
dengan menggunakan model Brain Writingmemiliki perbedaan dibandingkan
dengan kelas yang menggunakan model kovensional atau yang sering digunakan
oleh guru.
Berawal dari tes awal kelas eksperimen, diketahui skor terendah kelas
eksperimen adalah 37 dan nilai teringgi 57 dengan skor rata-rata 44,83. Pada kelas
kontrol, nilai tes awal terendah adalah 34 dan nilai tertinggi 61 dengan skor rata-
rata 46,90.untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, peneliti menguji nilai
tes awal dan tes akhir secara normalitas dan homogenitas. Setelah diuji normalitas
menggunakan program komputer SPSS 22, diperoleh X2hitung< X2tabel maka H0
diterima sehingga data normal. Hal itu dibuktikan dari uji grafik P-P Plot yang
dilakukan data berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian model Brain
Writingterbukti lebih berpengaruh. Dari hasil penelitian bahwa memang terlihat
kelas eksperimen dengan menggunakan model Brain Writing pada tes akhir
berbeda dengan nilai rata-rata 84,51 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
dikelas kontrol adalah 72,13.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi
yang telah diberikan perlakuan dalam kurun waktu tertentu telah mengalami
peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata-rata nilai kelas
76

eksperimen pada tes awal 44,83 menjadi 84,51 pada rata-rata tes akhir.
Peningkatan rata-rata kelas eksperimen antara tes awal dan tes akhir sebesar
39,68. Berbeda dengan kelas kontrol yang hanya mengalami peningkatan sebesar
25,23 dengan rata-rata tes awal 46,90 dan rata-rata tes akhir 72,13.
Dari hasil pengujian uji-t kedua kelas yang menjadi objek penelitian, dapat
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor rata-rata pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol, sebab setelah diselaraskan dengan t tabel ternyata perbedaan tersebut
cukup signifikan. Hal itu dapat diketahui dari pengujian uji-t yang menunjukan
bahwa t hitung>t tabel atau 11,630>1,990 dengan df=79 pada tingkat signifikansi 95%
(α=0,025).
Pada penelitian ini peneliti melampirkan lembar hasil kerja siswa mulai
dari pretest dan postestkelas eksperimen maupun kontrol. Nilai yang dilampirkan
yaitu nilai terendah, tengah, dan tertinggi dari setiap kelas. Pada pretest kelas
kontrol diperoleh nilai terendah M. Zaky Alzahran dengan skor 34, nilai tengah
M. Surya Nugraha dengan skor 50, dan Deska Yulianti Mendrofa dengan skor 61.
Sedangkan pada postestkelas kontrol yang mengalami peningkatan dapat terlihat
pada hasil siswa yaitu diperoleh nilai terendah Dea Ramanda Fadilah dari skor 54
menjadi 60, nilai tengah M.Danny Martha dari 46 menjadi 70, dan nilai tertinggi
Meurah Indah Bagus K dari skor 50 menjadi 85.
Berbeda dengan kelas eksperimen yang menunjukkan peningkatan lebih
signifikan. Pada pretest kelas eksperimen diperoleh nilai terendah Maris Saputra
dengan skor 37, nilai tengah Amanda Berliana dengan skor 45, dan Nafizha
Sadrina dengan skor 57. Sedangkan pada postestkelas kontrol yang mengalami
peningkatan dapat terlihat pada hasil siswa yaitu diperoleh nilai terendah Ade
Putra dari skor 38 menjadi 75, nilai tengah Dicky Fajar Syaifullah dari 41 menjadi
86, dan nilai tertinggi Meisya Dwi Putriani dari skor 42 menjadi 91.
Keberhasilan peningkatan kemampuan menulis puisi pada kelas
eksperimendipengaruhi oleh langkah-langkah model pembelajaran Brain
Writingpada tahap mengasosiasi, siswa menulis puisi dengan cara saling bercurah
gagasan di dalam sebuah kelompok. Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan
model Konvensional atau yang biasa digunakan guru di kurikulum 2013 yaitu,
77

model pembelajaranDiscovery Learning, akan tetapi langkah-langkah


pembelajaran dibuat oleh guru, pada tahap mengasosiasi siswa menulis puisi
secara individu.
Model Discovery Learning merupakan model yang sudah terbukti baik,
akan tetapi pada penelitian ini,pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol
adalah langkah-langkah dibuat guru, sehingga masih terdapat kekurangan yaitu,
pada tahap mengasosiasi, siswa masih secara mandiri menulis puisi sehingga
siswa dalam menulis puisi hanya beracuan pada ide dan gagasannya masing-
masing. Berbeda dengan model pembelajaran Brain Writingyang diterapkan guru,
memungkinkan siswa menulis puisi secara berkelompok dengan saling memberi
ide akan tetapi tetap diakhir menghasilkan puisi secara individu. Oleh karena itu,
ada pengaruh yang berarti terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi. Hal
ini terbukti dari hasil analisis yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Skor rata-rata siswa dikelas eksperimen yang mendapat pengajaran
menulis puisi dengan menggunakan model Brain Writing lebih besar
dibandingkan dengan skor rata-rata siswa dikelas kontrol yang mendapat
pengajaran menulis puisi dengan model konvensional.
Selain itu, keberhasilan ini ditunjang oleh langkah-langkah model
pembelajaran Brain Writing sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Asih
(2016) yang telah dimodifikasi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model
Brain Writing adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. (2) Guru
membagikan lembar kertas kerja Brain Writing pada setiap siswa yang berisi 2
kolom, kolom pertama untuk menuliskan puisi dan kolom kedua untuk
menuliskan ide gagasan. (3) Guru dan siswa mendiskusikan tema yang akan
dijadikan objek menulis puisi. (4) Seluruh siswa menuliskan judul puisi
berdasarkan tema yang telah ditentukan pada lembar kertas kerja masing-
masing. (5) Masing-masing siswa menuliskan satu bait puisinya dikolom pertama
dalam waktu 5 menit sebagai kartu “stimulasi” sebagai inspirasi teman untuk
memberikan ide dan gagasan. (6) Siswa menukarkan lembar kerja kepada teman
yang ada disampingnya sesuai arah jarum jam. (7) Siswa melakukan proses
78

penukaran sesuai dengan jumlah anggota kelompok, siswa memberikan ide atau
gagasan berupa saran penggunaan kata dan 2 baris lanjutan puisi pada kolom
kedua dalam waktu 3 menit satu kali penukaran. (8) Siswa melanjutkan puisi
sampai selesai dengan ide dan gagasan dari teman yang terdapat pada kolom
kedua, setelah proses penukaran selesai dan lembar kerja telah kembali ke
masing-masing pemiliknya. (9) Siswa merevisi kembali hasil teks puisi dengan
mengecek dan memindahkan ke lembar kertas yang baru serta memastikan puisi
yang ditulis sudah memenuhi unsur-unsur pembangun puisi (10) Puisi
dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru.
Pembelajaran dengan model pembelajaran model Brain Writing siswa
memudahkan siswa dalam mencurahkan dan mendapatkan ide dan gagasan.
Kelebihan dalam model Brain Writingdalam menulis puisi adalah model
pembelajaran yang mampu meningkatkan produktivitas siswa dalam menuangkan
ide. Selain itu, model ini membantu siswa, karena ide dan gagasan yang biasanya
dipikirkan secara mandiri melalui model ini siswa mendapatkan ide dan gagasan
dari teman anggota kelompoknya, siswa yang cenderung malu mengungkapkan
ide ketika diskusi pada saat menggunakan model Brain Writing lebih berani
menyampaikan ide dan gagasannya karena model ini pengungkapan ide dilakukan
secara tertulis.
Brokop dan Bill Persal (2009: 9) yang menyatakan bahwa Brain
Writing merupakan cara yang memungkinkan setiap individu untuk berbagi
ide yang ditulis di atas kertas. Hal ini sejalan dengan pendapat Paulus dan
Nijstad (2003: 129) bahwa Brain Writingdapat dijadikan sebagai alternatif
untuk mencurahkan ide atau pendapat secara lisan. Selain itu, Paulus dan
Nijstad (2003: 129) menjelaskan bahwa Brain Writing dilakukan untuk
menghasilkan gagasan yang beranekaragam tentang suatu halatau topik
pembicaraan. Brain Writingbertujuan untuk membentuk atau menumbuhkan
ide-ide secara tertulis.
Kelemahan dalam model Brain Writing adalah siswa yang cenderung
melakukan diskusi atau Brainstorming sulit dalam mengungkapkan ide dan
gagasan dalam tulisan. Selain itu ide dan gagasan yang dihasilkan terkadang ada
79

yang sama. Model ini juga mengharuskan suasana yang kondusif dan tenang pada
saat proses Brain Writing berlangsung.
Berdasarkan dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini telah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa untuk menunjang
keterampilan dalam menulis puisi. Terdapat hasil yang berbeda antara kelas
eksperimen yang menerima perlakuan dengan model Brain Writing dan kelas
kontrol dengan pengajaran model konvensional atau yang biasa digunakan oleh
guru. Adanya perbedaan kemampuan kedua kelas tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model Brain Writingberpengaruh pada pembelajaran
kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palembang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Brain Writinglebih berpengaruh dibanding dengan model
konvensional terhadap kemampuan menulis puisi siswa SMP Negeri 13
Palembang. Hal ini dapat dilihat dari adanya hasil rata-rata pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen untuk tes awal sebesar
44,83 dan tes akhir pada kelas eksperimen 84,51 sehingga rata-rata hasil belajar
siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 39,68. Rata-rata hasil
belajar siswa kelas kontrol untuk tes awal sebesar 46,90 dan rata-rata tes akhir
adalah 72,13 sehingga mengalami penurunan 25,23. Dari hasil selisih tersebut
dihitung dengan uji-t pada taraf signifikan 95% dan (df=n2=n1-2) apabila t hitung> t
tabel maka H0 ditolak. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 11,630
sedangkan t tabel (df 79) sebesar 1,990.
80

Diperoleh t hitung >ttabel maka dapat disimpulkan bahwa ada


perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dengan menggunakan model Brain Writing dan siswa kelas kontrol yang
diajarkan dengan model konvensional. Terbukti bahwa model Brain Writing lebih
berpengaruh dalam kemampuan menulis puisi pada siswa. Dengan demikian,
hipotesis yang berbunyi bahwa “ Model Brain Writing lebih berpengaruh
dibandingkan dengan model konvensional terhadap kemampuan menulis puisi
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palembang” terbukti kebenarannya. Oleh
karena itu, Ha berbunyi “Ada perbedaan kemampuan menulis puisi yang diajarkan
dengan menggunakan model Brain Writingdengan siswa yang diajarkan dengan
model konvensional” (µ≠µ2) diterima, H0 berbunyi “ Tidak ada perbedaan
kemampuan menulis puisi antara siswa yang diajarkan dengan model Brain
Writingdengan siswa yang diajarkan dengan model konvensional” (µ≠µ2) ditolak.
Dengan diterimannya Ha, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model
Brain Writing lebih berpengaruh digunakan untuk pembelajaran menulis puisi.
Oleh sebab itu, model Brain Writing ini patut untuk dijadikan salah satu alternatif
dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam menulis puisi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, penulis
memberikan saran bahwa model pembelajaran Brain Writing dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran menulis puisi. Dengan kata lain, model pembelajaran
menulis puisi dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi.
Selain itu, untuk penelitian selanjutnya model Brain Writing dapat
dikembangkan lagi dengan meneliti kemampuan menulis yang lain, misalnya
untuk diterapkan pada kemampuan menulis teks argumentasi.
81

DAFTAR PUSTAKA

Alkhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis: Jakarta:


Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asih. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Brokop, Flo and Bill Persall. 2009. Writing Strategies for Learners who are
Deaf. Edmonton: NorQuest College.

Chan, Okatriana F. 2012. Pengaruh Teknik Brainwriting dalam Kemampuan


Menulis Karangan Argumentasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri Talang
Kelapa. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung
Angkasa.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Balai Pustaka.
82

Ferismanda, Berliyan Arya. 2016. Studi Komparasi penggunaan Strategi


Brainwriting dan Strategi Double Entry Jornal dalam Pembelajaran
Menulis Cerpen Kelas X SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul.
eprints.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017.
Pertiwi, Dian. 2012. Pengaruh Model Somatic Auditory Visualization Intelectualy
(SAVI) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri
1 Palembang. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Jingga. 2012. Yuk Menulis Yuk Diary, Cerpen, Puisi dan Naskah Drama.
Yogjakarta:Araska.

Khosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV. Yrama


Widya.
Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis.
Diterjemahkan oleh Eva Y. Nukman. Bandung: Kaifa.
Michalko, Michael. Cracking Creativity. Diterjemahkan oleh Dwi Prabantini,
2010. Yogjakarta:Andi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Palembang: Unsri.
Paulus and Nijstad. 2003. Group Creativity. New York: Oxford University
Press.

Pertiwi, Dian. 2012. Pengaruh Model Somatic Auditory Visualization Intelectualy


(SAVI) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri
1 Palembang. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Russel, M. 2005. Brainwriting, A More Perfect Braistorm.
(http://ezinearticles.com/?Brain-Writing,-A-More-Perect-Brainstorm&id
=3203055) (online). Diakses pada tanggal 4 Februari 2017.

Semi, Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa


Bandung.
Subana dan Sumarti. 2011. Strategi belajar mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
83

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. CaraMudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung:
Alfabeta.
Sugono, Dendi 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suhendar dan Pien Suoinah. 1993. Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia.
Bandung Pionir jaya.
Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodelogi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali
Tarigan, Hendry G. 2008. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa Bandung.
Tarigan, Hendry G. 1991. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung:Angkasa.
Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Sriwijaya.
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, J. Herman. 2003. Apresiasi Puisi Panduan Untuk Pelajar dan
Mahapeserta Didik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wison, C. 2011. Method 2 Of 100:Brainwriting.


(http://dux.typepad.com/dux/2011/01/method-2-o-100-brainwritin-
brainwriting-isan-ideation-method-or-quickly-generating-ideas-by-asking-
people-to-write-thei.html). Diakses pada tanggal 4 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai