Anda di halaman 1dari 10

REFORMASI KURIKULUM

Oleh :
Ahmad Rijal Misbah, Musyarafah, Umi Masroh, Nur Asmaul Husna, Rahmawati Rahim,
Satriani Sappe, Rosmia Puspasari, Hartarti Sitepu, Nur Afni NiMatullah, Andi Syamri Ayu,
Muh. Triadi Danial dan Dedy Afrizaldy Jufri
A. Kurikulum Dilihat Dari Asas Filosofis
Pendidikan yang merupakan suatu proses memanusiaan manusia pada hakekatnya
adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap
proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu
sebagai sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent
of change). Dalam upaya itu, setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat sistem
yang mampu mentransformasi pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan
salah satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum, dimana
ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi yang
diajarkan atau dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Filsafat merupakan asas/landasan yang paling utama dalam pengembangan
kurikulum. Filsafat sangat penting, khususnya dalam pengambilan keputusan pada setiap
aspek kurikulum, dimana setiap keputusan harus ada dasarnya (landasan filosofisnya).
Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang
mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan kurikulum yang tidak
tentu arah. Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang
cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan karena kurikulum menentukan
proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan
kurikulum

dalam

pendidikan

dan

perkembangan

kehidupan

manusia,

maka

pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang sembarangan.


B. Kurikulum Dilihat Dari Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial
hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut
juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia.
Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga
mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan
pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan
selalu berubah di dalam masyarakat.
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu
masyarakat. Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan
penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia
banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan
baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat
kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang
dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan

dalam

kurikulum.

Selain

itu,

perubahan

masyarakat

akibat

perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam


pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam
pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.
C. Kurikulum Dilihat Dari Asas Psikologis
Dalam proses pengembangan kurikulum, harus memperhatikan asas psikologis
anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-teori dan psikologis belajar sebagai
refrensi dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku tersebut harus dikembangkan.
Terdapat dua jenis asas psikologis yang harus diperhatikan, yaitu psikologis anak dan
psikologis belajar. Psikologis anak harus diperhatikan dalam proses pengembangan
kurikulum, terutama kebutuhan dan minat mereka, serta perkembangan anak yang
meliputi fisik, emosional, sosial, dan mental intelektual yang juga menjadi faktor
terpenting untuk diperhitungkan dalam proses pengembangan kurikulum. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Anak bukan miniatur orang dewasa.


Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin
berkembang sesuai dengan bakatnya, karena setiap anak mempunyai ciri-ciri
tersendiri.

Psikologis belajar merupakan suatu kajian bagaimana seseorang belajar, baik


secara individu maupun kelompok. Seseorang dikatakan belajar bila ia melakukan
kegiatan yang dapat merubah kelakuannya ke arah yang lebih baik, dan dapat melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Pentingnya penguasaan psikologi
belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
a. Seleksi dan organisasi bahan pelajaran.
b. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi.
c. Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution,
2008:57)
Dalam psikologis balajar terdapat berbagai macam teori belajar yang masingmasing mempunyai konsep belajar dan implikasi sendiri dalam menyusun kurikulum,
yaitu: Teori psikologi daya (Mental discipline), Teori mental state (Apersepsi herbart),
Teori asosiasi (Stimulus-Respon/S-R), Teori lapangan (Gestalt), dan Teori perkembangan
anak (perkembangan kognitif).
D. Kurikulum Dilihat Dari Asas Organisatoris
Suatu aktifitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu suatu bentuk pola
yang jelas tentang bahan yang akan disajikan atau diproseskan kepada peserta didik. Pola
atau bentuk bahan yang akan disajikan inilah yang dimaksud organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum sangat penting dalam pengembangan dan pembinaan kurikulum
dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk
kurikulum menentukan isi bahan pelajaran dan cara menyajikannya.
Asas organisatoris berkenaan dengan masalah dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah,
ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan dengan bidang
studi yang lain. Organisasi bahan yang dipilih harus serasi dengan tujuan dan sasaran
kurikulum, yang pada dasarnya di susun dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari
yang konkrit kepada yang abstrak, dan dari tingkat rendah ke tingkat lebih tinggi, baik
kognitif, maupun afektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan asas
organisatoris adalah:
1. Tujuan bahan pelajaran
Apakah mengajarkan keterampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan
keterampilan untuk keperluan masa depan, apakah untuk memecahkan masalah, untuk
mengembangkan nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri ilmiyah, atau memupuk jiwa
warga Negara yang baik.
2. Sasaran bahan pelajaran

Siapakah

peserta

didiknya?

Apakah

latar

belakang

pendidikan

dan

pengamalannya? Sampai manakah tingkat perkembangannya? Bagaimana profil


kepribadian dan motivasinya?
3. Pengorganisasian bahan
Bagaimana pelajaran diorganisir, apakah berdasarkan topik, konsep kronologi
atau yang lainnya? Apakah jenis organisasi kurikulum yang dipakai apakah sparated
subject curriculum, correlated curriculum, broad field curriculum atau integrated
curriculum?
E. Jenis-Jenis Kurikulum
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis
kurikulum sebagai berikut:
a. Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum = guru. Guru memiliki
kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.
b. Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan secara
pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal
melaksanakan apa adanya.
c. Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka,
setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan
tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam
kelas.
Sedangkan Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga),
yaitu:
1. Separate subject curriculum
Artinya segala bahan pelajaran yang disajikan dalam subject/mata pelajaran
yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Subject atau mata pelajaran ialah
hasil penglaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan
yang dikumpulkan oleh manusia sejak dahulu, lalu disusun secara logis dan
sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan usianya
masing-masing.
a. Keuntungan
1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis
2) Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan
3) Mudah dinilai
4) Dipakai di Perguruan Tinggi
5) Sudah menjadi tradisi
6) Memudahkan guru
7) Mudah diubah

b. Kekurangan
1) Memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas
2) Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak
sehari-hari
3) Menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampaui
4) Tujuannya terlampau terbatas
5) Kurang mengembangkan kemampuan berfikir
6) Statis dan ketinggalan zaman
2. Corelated curriculum
Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai hubungan yaitu
korelasi secara incidental hubungan yang lebih erat, satu pokok bahasan dilihat dari
berbagai sudut mata pelajaran, mata-mata pelajaran yang difusikan/disatukan, dengan
menghilang-kan batas-masing-masing. Misalnya IPS, IPA, Matematika, Kesenian
(Broad field curriculum)
a. Keuntungan
1) Murid-murid mendapat informasi yang utuh/terintegrasi
2) Minat murid bertambah
3) Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam dan luas
4) Memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional
b. Kekurangan
1) Tidak menghubungkan dengan masalah yang aktual
2) Guru sering tidak menguasai pendekatan interdisipliner
3. Integrated kurikulum
Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan
sehingga diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang terintegrated.
a. Keuntungan
1) Merupakan suatu keseluruhan yang bulat
2) Menerobos batas-batas mata pelajaran
3) Didasarkan atas kebutuhan dan minat anak
4) Life centered
5) Perlu waktu panjang
6) Anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema
7) Dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak
8) Direncanakan bersama oleh guru dan murid
b. Kekurangan
1) Guru-guru tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum seperti ini
2) Dianggap tidak mempunyai sistem organisasi yang logis sistematis
3) Memberatkan tugas guru
4) Tidak memungkinkan ujian umum
5) Alat-alat sangat kurang

F. Isi Kurikulum Bahasa

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan


emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga
membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi
dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan
memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris
diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan
mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu.
Tingkat

literasi

mencakup

performative,

functional,

informational,

dan

epistemic.Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan,


dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional,orang
mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti
membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational,orang mampu
mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat
epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran
(Wells,1987).
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat
mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari, sedangkan untuk SMA/MA diharapkan dapat
mencapai

tingkat

informational

karena

mereka

disiapkan

untuk

melanjutkan

pendidikannya ke perguruan tinggi. Tingkat literasi epistemic dianggap terlalu tinggi


untuk dapatdicapai oleh peserta didik SMA/MA karena bahasa Inggris di Indonesia
berfungsi sebagai bahasa asing.

Berbicara tentang isi dari kurikulum bahasa inggris maka kita berbicara tentang
ruang lingkup. Secara garis besar ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di
SMP/MTs meliputi:
a. Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks
lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai
tingkat literasi functional;
b. Kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan
monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report.
Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkahlangkah retorika;
c. Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan
kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan
dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi),
kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi
dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung), dan kompetensi
pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).
Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA/MA meliputi:
a.

Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau


menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu

b.

untuk mencapai tingkat literasi informational.


Kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional
pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative,
report, news item, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation,
discussion, review, public speaking. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan

c.

kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika.


Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan
tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural
(menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai
konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam
proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung), dan
kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).
Jadi secara keseluruhan, isi/ruang lingkup kurikulum bahasa inggis SMA dan

SMP tidak memliki perbedaan yang sangat signifikan.

G. Kurikulum Inti dan Kurikulum Muata Lokal


1. Kurikulum Inti
Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar mengajar di
dunia pendidikan, dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Berhasil
tidaknya suatu pendidikan, tentu akan sangat tergantung pada kurikulum. Di
Indonesia tujuan kurikulum tertera pada undang-undang sistem pendidikan nasional
tahun 1989 bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar .
1) Pengertian Kurikulum Inti
a)
Kurikulum inti merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan,
b)
Direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan,
c)
Berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi,
d)
Berdasarkan pribadi dan social,
e)
Diperuntukan bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.
Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena
kurikulum inti disusun dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
yaitu menciptakan para lulusan menjadi manusia Indonesia seutuhnya (UUSPN
No. 2 Tahun 1989, pasal 4)
Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak factor yang harus
dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun
didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan yang terdiri dari
Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori .
Kurikulum inti atau nasional didalam penyusunannya juga harus sesuai
dengan tingkatan pendidikan masing masing. Seperti kurikulum nasional pada
pendidikan dasar terdiri dari
a) Pendidikan pancasila
b) Pendidikan agama
c) Pendidikan kewarganegaraan
d) Bahasa Indonesia
e) Membaca dan menulis
f) Matematika
g) Kerajinan tangan dan kesenian
h) Menggambar
i) Pendidikan jasmani
Komponen komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti
terdiri dari tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan dalam proses belajar
mengajar), evaluasi program.
2. Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum Muatan Lokal adalah kurikulum yang disusun berdasarkan


kebutuhan daerah yang bahan kajian dan pelajarannya disesuaikan dengan
lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi serta kebutuhan pembangunan,
daerah yang diorganisasikan dalam mata pelajaran yang berdiri sendiri. Tujuan
Kurikulum Muatan Lokal Adalah :
a. Memperkenalkan peserta didik kepada lingkungannya sendiri, ikut
melestarikan budaya daerahnya termasuk kerajinan, keterampilan yang
menghasilkan nilai ekonomi di daerahnya.
b. Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan untuk hidup di
masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta
dapat menolong diri sendiri dan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Manfaat Kurikulum Muatan Lokal Pembelajaran ini memberi banyak
peluang yang alamiah untuk berbagai keterampilan Kehidupan seperti
kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan dan menilai informasi, dan
kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan suatu kebiasaan
bekerja sama yang dapat menyelaraskan antara bekerja sama yang dapat
menyelaraskan antara bekerja dengan berbagi tanggung jawab dan bekerja
mandiri. Kemampuan-kemampuan ini memberi sumbangan yang besar kepada
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dengan kegiatan
simulasi pengembangan komponen lingkup pembelajaran mahasiswa sebagai
guru dan murid SD/ serta pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan yang
sesungguhnya yang mampu menciptakan anak aktif dan kreatif. Landasan
Kurikulum Muatan Lokal Pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) mencantumkan
bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. Pasal 38 menyatakan bahwa pelaksanaan
pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku
secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta
kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

H. Subjek Pengembangan Kurikulum


Pengembangan dalam kurikulum Merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum
pada tingkat satuan pendidikan atau proses mengaitkan satu komponen dengan yang
lainnya untuk menghasilkan kurikulum. Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan
sebagai kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak C
pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan
keberadaan pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang
studi, guru, siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau
anggota masyarakat yang lainnya.
Terdapat empat pinsip pengembangan kurikulum Prinsip C prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum : a. Prinsip relevansi Adalah kedekatan
hubungan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan dengan masyarakat maka harus
memiliki keterkaitan yang erat sehingga hasil pendidikan yang diperoleh akan
berguna bagi kehidupan peserta didik di masyarakat. b. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum yang dikembangkan harus memiliki ruang gerak yang memberikan
kebebasan dalam bertindak. Dalam hal ini berkaitan dengan fleksibilitas dalam
memilih program pendidikan dan fleksibilitas dalam pengembangan program
pembelajaran. c. Prinsip effisiensi Prinsip ini terkait dengan usaha, biaya, waktu dan
tenaga yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat membuahkan proses dan
hasil belajar yang optimal. Jadi, dalam pengembangan kurikulum harus effisien. d.
Prinsip efektivitas Adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai
dengan keinginan yang telah ditentukan. Efektivitas kurikulum berkaitan dengan
proses mengajar pendidik, dan proses belajar peserta didik. e. Prinsip kesinambungan
Prinsip ini dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya keterkaitan antara
tingkat pendidikan, jenis dan program pendidikan serta bidang studi. f. Prinsip
berorientasi tujuan Prinsip menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi
pengembangan komponen C komponen lainnya dalam pengembangan kurikulum.
Untuk itu, tujua kurikulum harus jelas, artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami
dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dijabarkan menjadi tujuan lainnya
yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus komperehensif,
artinya meliputi berbagai aspek.

Anda mungkin juga menyukai