Anda di halaman 1dari 3

Asas-asas Kurikulum

a. Asas Filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang
tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa,
terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui
pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.

Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:

– filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga
yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-
citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.

– dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus
dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.

– filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.

– filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian
terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.

– tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah
tercapai.

– tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin
dicapai.

b. Asas Psikologi Anak dan Psikologi Belajar

1) Psikologi Anak

Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang
memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak
dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang
mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan
segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada
permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas
minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai
reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:

— Anak bukan miniatur orang dewasa

— Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.

— Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum

— Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.

— Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya
mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.

— Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian
dari kurikulum dapat sama bagi semua.

2) Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dnegan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dpat
dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, mengubah
sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah:
bagaimana anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan
yang bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya.

Oleh sebab belajar itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori belajar
yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada umumnya tiap teori mengandung kebenaran.
Akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan prooses belajar. Jadi, yang mencakup
segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling pelik. Dengan demikian, teori belajar
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.

Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam
hal:

– seleksi dan organisasi bahan pelajaran

– menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi

– merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)

3. Asas Sosiologis

Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ, ia
harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak
maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus
menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak
dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang
dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan
dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang
benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan
faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.

d. Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang
diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain.
Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata
pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung
memilih kurikulum terpadu.

3. Simpulan

Dari uraian di atas, ditarik bebrapa simpulan, yaitu:

a. Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

.Di dalam mengembangkan kurikulum, perlu diperhatikan asas-asas kurikulum, yang meliputi asas
filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, dan asas organisatoris.

Source:

Mulyasa, E. 2007. KurikulumTingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai