Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN


SERTA PENERAPANNYA

Disusun Oleh :
Muhammad Rosyid S (K1312047)
Rini Budi Astuti (K1312061)
Veronica Amalia NR (K1312075)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKATA
2012

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Kami menyusun makalah ini guna memberi penjelasan mengenai landasan dan asas-asas pendidikan
serta penerapannya dan untuk lebih jelasnya kami akan menjabarkannya dalam makalah ini
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada
umumnya.
Surakarta, September 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud
sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu
yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkatkemanusiaannya
secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang
sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai
harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya
pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah
proses pendidikan berlangsung.
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan
usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan, dalam
rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiridi dalam
masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai
operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun
komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem
pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu
bangsa.
Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses
pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.Upaya pendidikan sebagai suatu
sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam
proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak yang
melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum
menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan kultural, (4)
landasan psikologis, dan(5) landasan ilmiah dan teknologis.
Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamen (dasar)
yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut rumusan
KPPN tersebut di atas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan yang dibahas
secara khusus di sini, adalah: asas tut wuri handayani, dan asas pendidikanseumur hidup
yang berintikan belajar seumur hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Landasan Pendidikan?
2. Bagaimana Asas Pendidikan?
3. Bagaimanan penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah?

III. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Landasan Pendidikan.
2. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan.
3. Menjelaskan penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah/

BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan memiliki landasan. Landasan adalah sesuatu yang mendasari atau yang
menjadi dasar, alas untuk berdirinya suatu bangunan. Misalnya, suatu rumah memerlukan suatu
pondasi agar kuat. Begitu juga pendidikan.
Macam Landasan Pendidikan di Indonesia :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha mempelajari masalah masalah pokok seperti : arti pendidikan ,
manfaat pendidikan, tujuan pendidikan dan lain lainnya. Landasan filosofis bersifat filsafat
( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya mencintai dan
sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat mempelajari sesuatu secara menyeluruh yang
menghasilkan teori-teori kehidupan dan dunia yang bersumber dari dua faktor :
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya.
a. Pengertian tentang Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Landasan filosofis pendidikan erat kaitannya dengan filsafat. Berikut beberapa contoh
yang menjelaskan bahwa fislafat dapat melandasari pendidikan :
Metafisika membicarakan kebenaran mendalam hal hal yang ads dibalik bendanya atau
dibalik dunia fisik, ini akan memberikan dasar-dasar pemikiran cita-cita pendidikan.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiologis

a. Pengertian Landasan Sosiologis


Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan polapola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan kemanusiaan.

Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.


Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan
perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal
Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3.

Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan
dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma
baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut
transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhatihati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar
pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk
mengadopsi teknologi dari berbagai bidang teknologi ke
dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah
mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang
sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang
berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat

BAB III
ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia,
terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang
Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang perintis kemerdekaan dan
pendidikan nasional.
Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari
belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan
sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90).
Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan
kemerdekaan.Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas
pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24).
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan
ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) dari pendidik (Karya
Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar
Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau
tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut asas tut wuri handayani :
Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among,
ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan
agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.Momong
mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong
berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan
pada saat anak membutuhkan.
Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede)
Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di
atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik)

Asas ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan
dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodho
: jika di depan memberi contoh
Ing Madyo Mangun Karso : jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat
Tut Wuri Handayani
: jika di belakang memberi dorongan
2.

Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang

dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi
kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94).
Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai
suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya
merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan.
Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras,
serasi, dan seimbang.Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan dan
keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi:
a. Jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan
rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani
b. Material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang
memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan
yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah
c. Individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan
memenuhi tuntutan masyarakatnya
d. Dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
sesuai dengan keyakinan agama masing-masing, dan
e. Spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuankemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan
khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya
b.

Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang


ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal,
non formal

c. Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan


kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia
Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan

d. Mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989.

3.

Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur
tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama
sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

BAB IV
PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Pandangan tentang hakikat
manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu
dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri.
Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat tergantung pada orang
lain (orang tuanya, terutama ibu) namun memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk
dikembangkan. Bayi itu melalui pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang
dapat merancang dan membuat pesawat angkasa luar yang dapat menjelajah ruang angkasa, dan
mampu merekayasa genetika yang memicu revolusi hijau dengan berbagai bibit unggul, ataupun
sebaliknya mampu membuat bom yang dapat menghancurkan manusia dan kebudayaannya.
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada tiga asas utama yang menjadi
acuan pelaksanaan pendidikan, yakni: Asas Tut Wuri Handayani , Asas Belajar Sepanjang Hayat,
dan Asas Kemandirian dalam Belajar.
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan: keadaan yang ditemui sekarang, permasalahan yang ada, dan pengembangan
penerapan asas-asas pendidikan.
1. Keadaan yang Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:

Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.


Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat
ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai
jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi.

Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara
proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di
seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri
maupun diluar negeri.

Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan.

Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.

Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
yang bertujuan untuk:
o Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat
secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
o Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.

Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan


ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.

Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai
macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di
bidang olahraga

Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan


kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental.

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat
dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang
menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui sekarang, yakni:

Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri,

Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya
agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya.

Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki
program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.

Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.

Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan


dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

2. Permasalahan Yang Ada


a. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan
kebijaksanaan pemerataan pendidikan.Karena peningkatan kualitas pendidikan harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber
daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,
antara lain:

Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan,

Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi,

Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,

Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa.

Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi
masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga
kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya
bangsa.
b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya
dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan
pembangunan manusia Indonesia yang multidimensional.
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan
pendidikan yang efektif dan efisien

Meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusatdaerah, daerah


daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancer

Desiminasiinovasi pendidikan: kelembagaan sumber daya manusia, sarana dan


prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan

Peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan


relevansi pendidikan.

Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam upaya
meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya:

Usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik yang beragam

Usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan


pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan

Usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan,
dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.

3. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan


a. Pengembangan penerapan asas Tut Wuri Handayani
Fungsi guru tidak lagi berfungsi menggurui atau sebagai pusat kegiatan atau
perhatian siswa, melainkan siswalah yang menjadi penentu keberhasilan studinya,
sehingga guru berfungsi sebagai fasilitator saja yang membantu siswa atau anak
untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal.
Dengan kata lain guru harus dapat mengusahakan iklim pendidikan yang dapat
menunjang keberhasilan siswa secara efektif misalnya menciptakan kondisi yang
hangat, bersemangat, penuh gairah, memberikan tugas yang menantang, memberikan
kebebasan berpikir, menyelesaikan tugas, mengontrol disiplin, mengevaluasi, dan lain
lain.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat (Pendidikan Seumur Hidup)
Pendidikan seumur hidup sama atau sejalan dengan pendidikan manusia
Indonesia seutuhnya.untuk mencapai keutuhan manusia tidak dapat dikembangkan
pada suatu saat saja, tetapi perlu pengembangan yang berkelanjutan terus menerus.
Hal ini didasarkan bahwa potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang
terus menerus ini tercermin didalam kebutuhan-kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan
jasmaniah dan rohaniahnya.
Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia inilah yang mrupakan isi pendidikan
seumur hidup. Pelaksanaan pndidikan ini tidak terpancang adanya batasan waktu,
umur, dan tempat, sehingga tidak ada istilah terlambat atau terlalu dini dan dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja
Berdasarkan uraian di atas inilah yang merupakan penerapan dan pengembangan
asas pendidikan khususnya pendidikan seumur hidup.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung
erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin di kembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru
selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang
hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik
mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang
belajar sepanjang hayatnya apabila selau tergantung dari bantuan guru ataupun orang
lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebaga fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain: Informator,
organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan

mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik


berinterkasi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar
itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogyanya dimulai dalam kegiatan
intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan
kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam
kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur
dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi
membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar,
yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentukbentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko- dan ekstrakurikuler itu.
Terdapat berbagai strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar
yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar. Cara belajar
siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu,
karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu
dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping
itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam
mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket
belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat
terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah,
didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti diketahui,
PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping
bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar
(tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas-asas
kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://makhulmathic.blogspot.com/2011/06/makalah-asas-asas-pendidikan.html
http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/landasan-azas-azas-pendidikan-danpenerapannya/
http://mahendracollage.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html
http://ikaput.blogspot.com/2012/06/makalah-pengantar-ilmu-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai