Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“Landasan Pendidikan, Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya”


Dosen pengampu:
Amberansyah, S.Pd, M.Pd

Kelas 1B
Disusun Oleh
Kelompok 4 :
1. Nurul Azmy (1910125120017)
2. Try Suci Sepiana (1910125220002)
3. Wulan Maulidasari (1910125220052)
4. Nada Azizah (1910125220077)
5. Wanda Azizah (1910125220107)
6. Ade Ahmadianur (1910125310087)
7. Esty Fahlupi Yurinda (1910125320027)
8. Nor Latifah (1910125320037)

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah
tentang“ Landasan & Asas-Asas Pendidikan Serta Penerapannya ”
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Amberansyah, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang
telah memberi kempatan kami belajar dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih kurang. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
ada saran yang membangun.

Banjarmasin, 10 September 2019


Tim Penyusun

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………............................................................................... ..............1

DAFTAR ISI……………………………….....……………………………… ...................2

BAB I PENDAHULUAN………………………………...…………….. ........................... 3

A. Latar Belakang………………………………….………......………... ...................3


B. Rumusan Masalah...………………..………………………….…....... ...................3
C. Tujuan …..……………………………………...... .................................................4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...... ........................... 5

A. Pengertian Landasan Pendidikan ............... .…………………………………….... 5


B. Jenis-jenis Landasan Pendidikan………………... ..................................................5
C. Pengertian Asas-Asas Pendidikan……………..…………......................................6
D. Macam-Macam Asas-Asas Pendidikan………..…………………...… ..................7
E. Penerapan Landasan Pendidikan dan Asas-Asas Pendidikan ............................... .10
F. Tujuan Pendidikan dan Fungsi Pendidikan…………..……………………..........15

BAB III PENUTUP…………………...…………………………...….... ......................... 18

A. Kesimpulan……………….……………………………………...……. ...............18
B. Saran………………………………...…………..……………………. ................19

DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………… .......................... 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi,
sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan
tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan
pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan
wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan
yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang
dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, dan
iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri
handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari landasan pendidikan ?
2. Apa saja jenis-jenis dari landasan pendidikan ?
3. Apa pengertian dari asas pendidikan ?
4. Apa saja jenis-jenis dari asas-asas pendidikan ?
5. Bagaimana cara menerapkan landasan pendidikan & asas-asas pendidikan ?
6. Apa tujuan pendidikan dan apa fungsi dari pendidikan ?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari landasan pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis dari landasan pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari asas pendidikan.
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis dari asas-asas pendidikan.
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menerapkan landasan
pendidikan & asas-asas pendidikan.
6. Untuk mengetahui dan memahami tujuan pendidikan dan fungsi dari
pendidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Pendidikan


Secara leksial, landasan berarti tumpuan, dasaratauasal, dalam bahasa Arab
disebut tal-ushu (Ar-Romli, 2004), karena itu landasan merupakan tempat bertumpu
atau titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersiat material.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi kegenerasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia
melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam
latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun
pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan
pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan
diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap
masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filosofis, sosiologi,
kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan
pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.

B. Jenis-jenis Landasan Pendidikan


Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita
dapat mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
1. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi
atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
3. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke dalam landasan
ilmiah pendidikan antara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan
sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis

5
pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai landasan
empiris pendidikan atau landasan factual pendidikan.
4. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

Fungsi Landasan Pendidikan:


Misi utama mata kuliah landasan-landasan pendidikan dalam pendidikan
tenaga kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan aspek keterampilan khusus
mengenai pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, melainkan
tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan
berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan
diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap
dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih
dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi memberikan dasar
rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan yang
dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar
pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

C. Pengertian Asas-Asas Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Di
dalam Bab I secara tersirat telah dikemukakan berbagai asas tersebut dengan
pengkajian berbagai dimensi hakikat manusia (keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan tentang hakikat manusia merupakan
tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat di didik dan dapat mendidik diri
sendiri. Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hamper tanpa daya dan sangat
tergantung pada orang lain (orang tuanya, utama nya ibu) namun memiliki potensi
yang hamper tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu melalui pendidikan dapat
dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat merancang dan membuat pesawat
angkasa luar yang dapat menjelajah ruang angkasa, yang memicu revolusi hijau

6
dengan berbagai bibit unggul, atau pun sebaliknya mampu membuat bom yang dapat
menghancurkan manusia dan kebudayaannya.

D. Macam-Macam Asas-Asas Pendidikan


1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wurihandayani, yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada
awalnya merupakan salah satu dari "Asas 1922" yakni tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Sebagai asas pertama,
tut wurihandayani merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan itu. Asas
ataupun semboyan tut wurihandayaniAsas tut wurihandayani, yang
dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari
Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsufdanahlibahasa) dengan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni IngNgarsa Sung Tulada dan
IngMadyaMangunKarsa. (Raka Joni, et. al., 1985 38; Wawasan Kependidikan
Guru, 1982: 93.)
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas,
yakni:
a. Ingngarsa sung tulada (jika di depan, menjadicontoh).
b. Ingmadyamangunkarsa (jika di tengah-tengah, membangkitkankehendak,
hasratataumotivasi), dan
c. Tut wurihandayani (jika di belakang, mengikutidenganawas)
Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari asas tut wurihandayani, perlu
dikemukakan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Seperti
diketahui Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922
berdiri di atas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi
Pemerintah Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut
yang secara singkat disebut "Asas 1922" adalah sebagai berikut:

a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum
b. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

7
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penunya lahir
maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan apapun dan dari siapa pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
Pendidikan seumur hidup merupakan a concept (P. Lengrand 1970) yang new
significance of an old idea Dave, 1973). Oleh karena itu, UNESCO Institute for
Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan
seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan
penyempurnaan secaras sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfillment)
setiap individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasuk yang formal, non-formal dan informal (Cropley 1970: 2-3; Sulo Lipu
La Sulo, 1990: 25-26). Istilah 'pendidikan hidup' erat kaitannya dan kadang-
kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah
‘belajar sepanjang hayat’. Kedua istilah ini memang tak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan. Seperti diketahui, penekanan istilah 'belajar adalah

8
perubahan perilaku (kognitif / afektif / psikomotor) yang relative tetap karena
pengaruh pengalaman, sedang isuilah ‘pendidikan’ menekankan pada usaha
sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan
pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif, dengan kata lain,

lingkungan yang membelajarkan subjek didik (Cropley, 1979: 10; Hameyer,


1979: 11; SuloLipu La Sulo, 1987: 26-27).

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsun great kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut
wurihandayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk
mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sediri
mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila
diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan
apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri
dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya
apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain:
Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitatol guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang
sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu.
Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogyanya dimulai dalam
kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam
kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi:
Dimulai dalam kegiatan pramuka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam
kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri.
Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk
konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang

9
akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-
bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler itu.

E. Penerapan Landasan Pendidikan Dan Asas-Asas Pendidikan


1. Penerapan landasan pendidikan
 Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah- masalah pokok
seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang
seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah
landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah).
Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein
berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hik- mah, arif, atau bijaksana.
Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual yang
menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehi- dupan manusia dan dunianya
pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara
keduanya: Kawasannya seluas dengan religi, namun lebih dekat dengan
ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena
mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, etal., 1992: 126-134.)
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bah- wa
segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain,
paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran
didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah,
1950: 136). John Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. al., 1992: 144), salah
seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep
pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:

1) Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi


ketegangan di dalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.

10
2) Diagnosis, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor
penyebabnya.
3) Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi
masalah,
4) Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaanberbagai hipotesis dan
membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika
dipraktekkan.
5) Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik
dilaksanakan.

 Landasan Sosiologis
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pan-
dangan tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan
yang kukuh. Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas
dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kal digunakan oleh
August Comte (1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam
realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial maka lahirlah berbagai
cabang sosilolgi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi
agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan dan lain-lain.
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang
mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan system pendidikan dan proses kontrol sisoal dan system
kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses
sosial dan perubahan kebudayaan.
d) Hubungan Pendidikan dengan kelas sosial atau system status.
e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan
ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

11
2) Hubungan kemanusiaan disekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan
kebudayaan di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.

3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:


a) Peran sosial guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) fungsi sekolah dalam sosialisasi anak.

4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah


dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya
terhadap organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem
sosial komunitas kaum tidak terpelajar.

 Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia
selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu Oleh
karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat ditegaskan bahwa
yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan
timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk,
ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan dengan
kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-
nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki
oleh semua anggota masyarakat tertentu.
12
a. Pengertian tentang landasan kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi
dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar
Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud:
a) ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya
b) kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
c) Fisik yakni benda hasil karya manusia. (Koentjaraningrat, 1975: 15-
22).

 Landasan Psikologi
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalambidang
pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikn tersebut
terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses
perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan tentang
hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan
pendidikan, yakni strategi disposisional, strategi behavioral, d strategi
phenomenologis/humanistik. Strategi disposisional, terutam pandangan
konstitusional dari Kretschmer dan Sheldon, memberi tekanan pada peranan
faktor hereditas dalam perkembangan manus Pada strategi behavioral dan
strategi phenomenologis ditekankan perana faktor belajar dalam
perkembangan tersebut, akan tetapi keduanya mempunyai pandangan yang
berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi.
Perbedaan itu terjadi karena adanya "rwo models of man (istilah dari
William D. Hitt, 1969) yang menyebabkan terjadinya "Lockean and
Leibnitzian tradition" (istilah dari G.W. Allport). Bagi tradisi ala J. Locke
(Lockean Tradition) pengetahuan berasal dari stimulasi eksternal sehingga
manusia adalah penerima dan pelanjt informasi (a receiver and transmitter of
information); sedang tradisi al G Leibnitz (Leibnitzian Tradition) berpendapat
bahwa pengetahuan dihasilkan dari dalam, manusia sebagai pembangkit atau
generator informasi (is derived from within, man is a generator of information)
Strategi behavioral yang bertolak dari "Lockean tradition” memandang
manusia terutama sebagai makhluk pasif yang lergantung pada pengaruh
13
lingkungannya; pandangan ini antara lain tampak pada B.F Skinner dengan
"A Scientific Psychology "nya. Strategi phenomenologis bertolak dari
"Leibnitzian tradition" yang memandang marusia sebagai makhluk aktif yang
mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri; pandangan ini tampak
pada "A Humanistik Psychology" dari Carl R. Rogers. Dalam kenyataannya,
manusia bukan hanya receiver and transmitter of infor mation" tetapi juga
"generator of information (SuloLipu La Sulo 1981: 40-41). Perbedaan
pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dan segi paikoedukatif tersebut
antara lain tampak dalam perbedaan pandangan tentang teori-teori belajar,
faktor-faktor penentu perkembangan manusia dan sebagainya, Perbedaan
pandangan tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang
pendidikan.
1) Maslow Mengemukakan kategori kebutuhan-kebutuhan menjadi enam
kelompok mulai dari sederhana sampai mendasar meliputi;
a) Kebutuhan fisiologis: Kebutuhan untuk mempertahankan hidup
(makan, tidur, istirahat, dan sebagainya)
b) Kebutuhan rasa aman: Kebutuhan untuk secara terus-menerus merasa
aman dan bebas dari ketakutan
c) Keburuhan akan cinta dan pengakuan Kebutuhan berkaitan denpa
kasih sayang dan cinta dalam kelompok dan dilindungi oleh orang
lain.
d) Kebutuhan harga diri (esteem needs) Kebutuhan berkaitan denpa
perolehan pengakuan oleh orang lain sebagai orang yang berkehendak
baik
e) Kebutuhan untuk aktualisasi dini. Kebutuhan untuk dapat melakuka
sesuatu dan mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki (menyataka
pendapat, perasaan, dan sebagainya).
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami: Kebutuhan yang
berkaitan dengan penguasaan iptek.

 Landasan Ilmiah dan Teknologis


Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai
kaitan yang erat. Seperti diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi
14
pengajaran; dengan kata lain, pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain, setiap perkembangan
iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang
iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi. antropologi).
Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu pendidikan juga
mengalami kemajuan yang pesat; demikian pula dengan cabang-cabang
khusus dari ilmu-ilmu perilaku yang mengkaji pendidikan seperti psikologi
pendidikan dan sosiologi pendidikan. Kemajuan cabang cabang ilmu tersebut
menyebabkan tersedianya informasi empiris yang cepat dan tepat, dan pada
gilirannya, diterjemahkan menjadi program, alat, dan atau prosedur kerja
yang akan bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan.

2. Penerapan asas-asas pendidikan


Penerapan Asas Pendidikan (di Sekolah dan Luar Sekolah) alam kaitan
penerapan asas Tut wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui, yakni:
Keadaan yang ditemui dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani,
dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan
yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam
masyarakat.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja
bidang tertentu yang diinginkannya.Peserta didik yang memiliki kelainan
(cacat fisik atau mental) memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan
dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh
menjadi manusia yang mandiri.
c. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri,

15
yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Qym,
2009, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

F. Tujuan dan Fungsi Pendidikan


1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan
pendidikan adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan
tujuan, yang diasumsikan dengan nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam
pendidikan tidak ada artinya ( More, T.W.,1974:86 ).
M.J Langeveld mengemukakanada 6 tujuan pendidikan yaitu;
1. Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal,
misalnya usia, jenis kelamin dan sebagainya.
2. Tujuan tak lengkap tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan
manusia.
3. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara
saja, sedangkan kalau tujuan sementara itu sudah tercapai, lalu ditinggalkan
dan diganti dengan tujuan yang lain.
4. Tujuan intermedier, yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
5. Tujuan incidental, yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika
dan sepontan.

Tujuan pendidikan yang disepakati secara internasional, yaitu :


1. Memperluas dan meningkatkan perawatan dan pendidikan anak usia dini yang
komprehensif, terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang
beruntung.
2. memastikan kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi
melalui akses yang adil terhadap pembelajaran yang tepat dan program
keterampilan hidup.
3. Mencapai 50% perbaikan dalam tingkat keaksaraan dewasa menjelang tahun
2015 terutama bagi perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan
berkelanjutan bagi semua orang dewasa

16
Tujuan pendidikan yang pernah diperkenalkan di Indonesia, yaitu :
1. Tujuan umum adalah tujuan akhir atau tertinggi yang berlaku disemua
lembaga dan kegiatan pendidikan.
2. Tujuan institusional adalah tujuan yang menjadi tugas suatu lembaga
pendidikan untuk mencapainya.
3. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang akan dicapai oleh mata pelajaran atau
bidang studi tertentu.
4. Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai pada waktu guru
mengajar suatu pokok bahasan tertentu.

2. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban
dan harus dilaksanakan oleh pendidikan( DirtoHadosusanto, dkk, 1995: 57 ).
Selain itu pendidikan mempunyai fungsi:
1. Menyiapkan sebagai fungsi
2. Menyiapkan tenaga kerja
3. Menyiapkan warga negara yang baik

Menurut Jeane H. Balantine fungsi pendidikan bagi masyarakat yaitu;


1. Fungsi sosialisasi
2. Fungsi seleksi, latihan dan alokasi
3. Fungsi inovasi dan perubahan social
4. Fungsi pengembangan pribadi dan sosial

Menurut Alex Inkeles fungsi dipendidikan yaitu;


1. Menindahkan nilai-nilai budaya
2. Fungsi nilai pengajaran
3. Fungsi meningkatkan mobilitas social
4. Fungsi stratifikasi
5. Fungsi latihan jabatan
6. Fungsi mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan ini
dapat bersiat material. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung
terus tak terputus dari generasi kegenerasi di mana pun di dunia ini. Adapun beberapa
macam landasan pendidikan yaitu ; Landasan religius, landasan filosofis, landasan
kultural, landasan ilmiah dan teknologi, dan landasan psikologi.
Fungsi landasan pendidikan yaitu misi utama mata kuliah landasan-landasan
pendidikan dalam pendidikan tenaga kependidikan tidak tertuju kepada
pengembangan aspek keterampilan khusus mengenai pendidikan sesuai spesialisasi
jurusan atau program pendidikan, melainkan tertuju kepada pengembangan wawasan
kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang
pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga
menjadi cara pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya.
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Asas pokok pendidikan terdiri beberapa bagian yaitu ; asas tut wuri handayani, asas
belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam belajar. Dalam asas-asas
tersebut terdapat perbedaan yang mencolok walaupun asas-asas tersebut merupakan
yang tidak dapat dipisahkan. Dalam asas Tut Wuri Handayani menekankan pada
peran pendidik dan anak didik dalam kegiatan belajar namun dalam asas belajar
sepanjang hayat menekankan pada peran anak didik dalam belajar. Anak didik dalam
asas belajar sepanjang hayat bukan berarti anak didik yang selalu membutuhkan
pendidik dalam belajar, melainkan dalam semua orang yang ingin belajar seumur
hidupnya. Sedangkan asas kemandirian dalam belajar menekankan dalam proses
belajar yang harus mandiri dan tidak selalu tergantung dengan orang lain.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan
pendidikan adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan
tujuan, yang diasumsikan dengan nilai. Fungsi pendidikan merupakan serangkaian
tugas atau misi yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan

18
B. Saran
Saran dari makalah ini adalah makalah yang kami buat ini masih perlu untuk
diperbaiki, karena pada penulisan makalah ini diperlukan ketepatan dan ketelitian
yang tinggi. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran, pendapat maupun kritikan
terhadap makalah kami ini, supaya makalah kami ini dapat disempurnakan

19
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. 2008. Dasar Dasar Pendidikan. Bandung : Pustaka Ilmu

Shudita, I Wayan R. 2014. Pengantar pendidikan. Bali : Universitas Pendidikan Ganesha


Press dan Graha Ilmu

Tirtahardja Umar dan La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Neolaka, A., & Neolaka, G.A.A. 2017. Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup. Depok : Kencana

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media

Mouxauavt. 2017. Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya. Blogspot.co.id


https://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/10/10/makalah-landasan-dan-asas-pendidikan/
Diakses pada tanggal 7 September 2019

20

Anda mungkin juga menyukai