Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NANTIVISME DAN EXISTENSIALISME


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Kurikulum
PGPAUD
Dosen: Ade Juanto, M.Pd

Disusun Oleh :
Sri Murtafikoh
Ratu Rifaati Hanifah
Prodi : PG PAUD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kenikmatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke
alam terang benderang yang penuh dengan kerahmatan.
Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini terjadi karena dengan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut
membantu terselesainya makalah ini. Dan kami mohon atas kritik dan sarannya
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terima kasih.

Pandeglang, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Aliran Navitisme ........................................................................................3
B. Aliran Esensialisme....................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dimanapun dan kapanpun menyelenggarakan usaha pendidikan.
Tidak hanya itu, manusia terutama para ahlinya juga memikirkan berbagai hal
yang menyangkut usaha pendidikan itu sehingga terungkaplah pemikiran-
pemikiran tentang factor-faktor yang mendasari perkembangan manusia
(individu) dalam kaitannya dengan usaha pendidikan serta dasar-dasar
penyelenggaraan pendidikan yang lebih praktis dan metodologis. Di Indonesia,
penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah
dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan, karenanya banyak teori yang
dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran
pendidikan. Adapun Aliran-aliran pendidikan itu terdiri dari aliran Konvensional
dan Aliran baru yang kini sedang berkembang.
Di Indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan
tertentu telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan. Penyelenggaraan dan
pemikiran tentang pendidikan ini banyak yang secara langsung menerima
pengaruh dari pemikiran-pemikiran tersebut diatas, khususnya pemikiran yang
“baru: dan “maju” dari luar negeri. Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia terus
menerus mengusahakan sistem pendidikan atas dasar Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah manusia dan keindahan adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian aliran Navitisme ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan manusia dalam
teori Navitisme ?
3. Apa Tujuan teori navitisme dalam pendidikan ?
4. Apa latar belakang munculnya aliran filsafat essensialisme?
5. Bagaimana peranan aliran filsafat essensialisme dalam pendidikan?
6. Apa fungsi aliran filsafat essensialisme dalam pendidikan?

1
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aliran Navitisme
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia dalam teori Navitisme
3. Untuk mengetahui ujuan teori navitisme dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat esensialisme.
5. Untuk mengetahui peranan aliran filsafat esensialisme.
6. Untuk mengetahui fungsi aliran filsafat essensialisme terhadap pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Aliran Nativisme


1.    Pengertian Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini
muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat
idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak
ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.
Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman
yang hidup tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkungan sendiri
dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Pada
hakekatnya aliran Nativisme bersumber dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi
yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil
perkambangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua
orang tua.
Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan
bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang
adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-
daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar
lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia.Ada yang tumbuh dan
berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang
hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari
orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang
mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada
setengah kemampuan orangtuanya.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak
mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat
pembawaan genetika itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan

3
perkembangan anak, tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui
kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jatidiri).
Adapun aliran Nativisme, secara umum sangat dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan dari aliran Idealisme, terlihat dari konsepsi dasarnya
tentang hakikat manusia itu sendiri. Menurut aliran Nativisme ini, manusia
mempunyai potensi yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan dalam
proses penerimaan pengetahuan. Potensi tersebut merupakan "gabungan" dari
hereditas orang tuanya maupun "bakat/pembawaan" yang berasal dari dirinya
sendiri. Kontribusi lingkungan baginya tidaklah membawa konsekuensi apa-apa
terhadap pengetahuan manusia. 
Bahkan Schopenhaur (1778-1860) tokoh Nativisme mengatakan bahwa
potensi/bakat manusia merupakan nasib malang manusia karena posisinya yang
vital dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan manusia.
Potensi manusia yang terwujud dalam bakat/pembawaan itulah yang merupakan
hakikat dari manusia dan ia tidaklah dapat dirubah oleh pengaruh lingkungan.
Dengan potensi ini, faktor lingkungan tidaklah berpengaruh pada proses
penerimaan pengetahuan dan pendidikan manusia. Schopenhour
mengkristalisasikan gagasannya dari konsep umum, bahwa alam semesta
termasuk manusia, berjalan dan ditentukan oleh faktor "kemauan" yang ia anggap
sebagai hakikat sesuatu.

2.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dalam


Teori Navitisme
Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia yaitu :
a)      Faktor Genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan
bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan
keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh

4
yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki
bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
b)      Faktor Kemampuan Anak
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang
dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya
tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk
menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk
mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya
bakat yang dimilikinya.
c)      Faktor Pertumbuhan Anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak,
bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu
didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan
bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.
Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta
kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu
pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik.
Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam
teori nativisme, dimana dengan  faktor-faktor yang telah disampaikan dapat
menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus.

3.  Tujuan Teori Nativisme dalam Pendidikan


Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu
manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori Arthur
Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan
pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia
diharapkan :
1)   Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat
yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang
besar baginya.

5
2)   Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif
dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi
dan bisa berkompetensi dengan orang lain.
3)   Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap
bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan
bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.
4)   Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki,
diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif
dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak
dikembangkan secara aktif.
5)   Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat
yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang
dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya
sehingga bisa lebih optimal.

B.    Pengertian Aliran Essensialisme


1.    Pengertian Essensialisme
Secara etimologi essensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti
atau pokok dari sesuatu) dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut
Brameld bahwa essensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran
dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini menginginkan munculnya
kembali kejaaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut the
dark middle age (zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan,
kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani). Zaman renaissance timbul ingin
menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Aliran Esensialisme

6
bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan
keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai
pendukung Essensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-
nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Artinya, nilai-nilai itu menjadi
sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman
Renaissance. Menurut essensialisme pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai
yang telah teruji ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang masa sehingga
nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya atau sosial adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan
susah payah selama beratus tahun.
2.    Sejarah Munculnya Aliran Essensialisme
Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang
pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan
Isac L Kandel. Pada tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut
"The esensialist commite for the advanced of American Education" Bagley
sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college"
Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan
warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Kesalahan dari kebudayaan
sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada kecenderungan bahkan gejala-
gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan
warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak diingini kita sekarang,
hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu
kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis
terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia.
Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai pandangan yang
sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada, dan juga didukung oleh

7
Realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung ada apa dan
bagaimana keadaannya apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya
tergantung pola pada subjek tersebut.

3. Peranan dan Fungsi Aliran Essensialisme


Karena prinsip utama dan watak dari essensialisme ialah semangat ingin
kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung dan ideal. Maka
pendidikan baginya ialah sebagai pemeliharaan kebudayaan yang ada.
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa
lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam
banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan
manusia dan kebudayaan, harus diusahakan melalui pendidikan.
Secara sadar essensialisme memelihara kebudayaan warisan secara bijaksana
dan dengan efektif melalui dua cara:
1.      Percaya pada praktek-praktek, kebiasaan-kebiasaan, dan lembaga-lembaga
yang telah terbina dan terpuji.
2.      Mengembangkan kesadaran atas dalil-dalil, kebenaran-kebenaran, hukum-
hukum, dan asas yang ada di bawah praktek, kebiasaan dan lembaga-lembaga
yang telah ada dan terbina.
4.    Tokoh-Tokoh Aliran Essensialisme
1.      Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel Hegel mengemukakan adanya sintesa
antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang
menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan
contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan
bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang
sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari
berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai
pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti
spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi
berpikir juga merupakan gerak.

8
2.      George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme
dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat
ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun
idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap
mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu
atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan).
3.      Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)
Johan Frieddrich Herbart mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya
penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan
pendidikan itu oleh Herbart disebut pengajaran.
4.      William T. Harris (1835-1909)
Menurut William tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas
berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan
spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun
temurun dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.

9
BAB III
KESIMPULAN

A.      Kesimpulan
Dengan demikian, menurut aliran Nativisme, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. nativisme berpendapat, jika anak memiliki
bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki
bakat baik, maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan
bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Tetapi, teori ini juga tidak bisa dipungkiri dari kenyataan bahwa hasil
perkembangan anak ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari
kedua orangtuanya.
Walaupun dalam kenyataan sehari – hari sering ditemukan secara fisik
anak mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orang tuanya, tetapi
bakat pembawaan genetika itu bukan satu – satunya factor yang menentukan
perkembangan anak, tetapi masih ada factor lain yang mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui
kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri ( jati diri ).
Aliran filsafat Essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran
Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar
pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan
kurang stabil. Dasar dari aliran ini adalah pandangan humanisme yang merupakan
reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, selain itu juga diwarnai
oleh pandangan konsep-konsep idealisme dan realisme.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan
segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah
bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran

10
kenyataan, kebenaran dan kegunaan.  Pandangan esensialisme dalam pendidikan
meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum, peranan sekolah,
penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme yang
semuanya saling berkaitan.

B.   Saran
Kita sebagai generasi seharusnya lebih mengembangkan lagi
perkembangan dalam diri kita, tidak hanya mengandalakaan pembentukan dari
sejak lahir saja.
Demikianlah makalah kami. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami sadar makalah kami jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kritik dan
saran dari pembaca kami tunngu demi penyempurnaan makalah berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001.
Burhanuddin, Salam. (1988). Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan Kanisius
http://rimmu.wordpress.com/2010/02/08/Aliran Aliran pendidikan
M, Y, Q. 25 Januri 2009, Aliran – Aliran Klasik Dalam Pendidikan (Online) Alamat:
(www.aliran-aliran-dalam-pendidikan) diakses 12 Maret 2016.
Nata, Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Suwarno, Wiji, Dasar–dasar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.

12

Anda mungkin juga menyukai