Anda di halaman 1dari 14

Sekolah

Islam
Terpadu
pada
hakekatnya
adalah
sekolah
yang
mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan AlQuran dan As
Sunnah. Konsep operasional SIT merupakan akumulasi dari proses
pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan
peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah Terpadu dalam SIT
dimaksudkan sebagai penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah
Islam yang utuh menyeluruh, Integral, bukan parsial, syumuliah bukan juziyah.
Hal ini menjadi semangat utama dalam gerak dawah dibidang pendidikan ini
sebagai perlawanan terhadap pemahaman sekuler, dikotomi, juziyah.

Dalam aplikasinya SIT diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan


penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama
menjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran
dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai
Islam. Tidak ada dikotomi, tidak ada keterpisahan, tidak ada sekularisasi
dimana pelajaran dan semua bahasan lepas dari nilai dan ajaran Islam, ataupun
sakralisasi dimana Islam diajarkan terlepas dari konteks kemaslahatan
kehidupan masa kini dan masa deepan. Pelajaran umum, seperti matematika,
IPA,IPS, bahasa, jasmani/kesehatan, keterampilan dibingkai dengan pijakan,
pedoman dan panduan Islam. Sementara dipelajaran agama, kurikulum
diperkaya dengan pendekatan konteks kekinian dan kemanfaatan, dan
kemaslahatan.

SIT juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat


mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konotif. Implikasi dari keterpaduan ini
menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif
dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes. Metode
pembelajaran menekankan penggunaan dan pendekatan yang memicu dan
memacu optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Dengan
pengertian ini, seharusnya pembelajaran di SIT dilaksanakan dengan pendekatan
berbasis (a) problem solving yang melatih peserta didik berfikir kritis, sistematis,
logis dan solutif (b) berbasis kreativitas yang melatih peserta didik untuk berfikir
orsinal, luwes (fleksibel) dan lancer fan imajinatif. Keterampilan melakukan
berbagai kegiatan yang bermanfaat dan penuh maslahat bagi diri dan
lingkungannya.

SIT juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah. Artinya, SIT
berupaya mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang kemampuan
akal dan intelektualnya,meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada
Allah SWT, terbina akhlak mulia, dan juga memiliki kesehatan, kebugaran dan
keterampilan dalam kehidupannya sehari hari.

SIT memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu:


sekolah, rumah dan masyarakat. SIT berupaya untuk mengoptimalkan dan
sinkronisasi peran guru, orang tua dan masyarakat dalam proses pengelolaan
sekolah dan pembelajaran sehingga terjadi sinergi yang konstruktif dalam

membangun kompetensi dan karakter peserta didik . orang tua dilibatkan secara
aktif untuk memperkaya dan memberi perhatian yang memadai dalam proses
pendidikan putra putri mereka. Sementara itu, kegiatan kunjungan ataupun
interaksi keluar sekolah merupakan upaya untuk mendekatkan peserta didik
terhadap dunia nyata yang ada ditengah masyarakat.

Dengan sejumlah pengertian diatas, dapatlah ditarik suatu pengertian umum


yang komprehensif bahwa SIT adalah Sekolah Islam yang diselenggarakan
dengan memadukan secara Integratif nilai dan ajaran Islam dalam bangunan
kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang
optimal dan koperatif antara guru dan orangtua, serta masyarakat untuk
membina karakter dan kompetensi peserta didik.

Demikian pengertian Sekolah Islam Terpadu menurut Kebijakan Standar Konsep


Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Hal ini kami paparkan agar orang tua
mengetahui sejak awal konsep yang kami terapkan, dan mempersiapkan diri dan
siswa dengan konsekwensi-konsekwensi yang ada. Misalkan nantinya siswa
diwajibkan menambah hafalan Al Quran, mengikuti mukhoyam/perkemahan,
mabit, atau kegiatan sekolah lain. Ataupun juga konsekwensi bagi orang tua,
yang tidak melepas kewajiban secara mutlak pendidikan kepada sekolah, akan
tetapi merupakan keterpaduan dan kerjasama yang saling membangun dalam
mendidik putra/putrinya.

PENDAHULUAN

Format pendidikan nasional yang sudah bergulir puluhan tahun, ternyata belum
juga mampu melahirkan manusia-manusia Indonesia yang bertanggung jawab,
jujur, dan memiliki integritas yang tinggi. Yang terjadi justeru sebaliknya, moral
bangsa semakin terperosok ke dalam kubangan lumpur yang menjijikan.
Indonesia kini telah menjadi bangsa yang dikenal sebagai negara dengan tingkat
korupsi, tingkat kerusakan lingkungan, tingkat kriminalitas, penggunaan narkoba
dan penghutang tinggi di dunia. Semua itu terjadi karena format pendidikan
yang diterapkan di negeri kita telah mengalami ketimpangan kurikulum. Pada
sector pendidikan umum terjadi "sekularisasi pendidikan", yang memisahkan
pendidikan umum dari pendidikan agama yang sesungguhnya sarat dengan
pesan-pesan moral. Sementara di sector pendidikan agama yang banyak
diselenggarakan dalam institusi madrasah atau pesantren terjadi "sakralisasi"
yakni, muatan-muatan agama yang seolah "tidak peduli" dengan apa yang
terjadi dan berkembang di dunia. Jadilah mereka murid-murid yang mengetahui
ilmu agama, tetapi gagap dalam beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari yang
sarat dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Dengan kondisi rapuhnya kualitas SDM (HDI tahun 2002 berada pada peringkat
117), Indonesia kemudian berhadapan dengan global competition yang sangat
ketat. Tahun tahun ke depan, batas-batas negara semakin kabur. Setiap Negara
mau tidak mau harus bekerjasama dan sekaligus bersaing dengan negara lain
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraannya.
Tahun 2003 ini perjanjian AFTA telah menunjukkan riak dan konsekwensinya.
Indonesia harus bersaing ketat dengan Malaysia, Thailand, Singapura, dan
Negara ASEAN lainnya dalam berbagai hal. Sementara, lima belas tahun ke
depan, Indonesia harus siap pula dalam menghadapi kompetisi dengan negaranegara seluruh dunia dalam perjanjian WTO.
Mengejar kualitas pendidikan merupakan salah satu syarat dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan di atas. Pemerintah dan masyarakat hendaknya
berusaha memberdayakan warga negara untuk menjadi manusia yang
berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menerapkan nilainilai moral dan demokratis dalam kehidupan masyarakatnya, yang sadar akan
hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara. Pendidikan berkualitas
bukan hanya menghasilkan kader pemimpin bangsa tetapi juga menghasilkan
kader pemimpin yang menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya.
Dalam konteks itulah format Sekolah Islam Terpadu mencoba meretas jalan
membangun pendidikan berkualitas dengan berupaya mengintegrasikan
berbagai komponen dan kekuatan yang diharapkan mampu membentuk
bangunan pendidikan yang kokoh dan efektif.

Warisan Pendidikan Islam


Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas
tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah
manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat
memfungsikan dirinya sebagai hamba (QS AsSyams:8, Adz Dzariyat: 56), yang
siap menjalankan risalah yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah di muka
bumi (QS 2:30/ 33: 72 ) Oleh karena itu pendidikan berarti merupakan suatu
proses membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan
bertaqwa, berfikir, dan berkarya untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.
Tujuan Pendidikan seharusnya mengajarkan, mengasuh, melatih, mengarahkan,
membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam rangka
menyiapkan mereka merealisasikan fungsi dan risalah kemanusiaannya di
hadapan Allah SWT: yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dan
menjalankan misi kekhilafahnnya di muka bumi sebagai makhluk yang berupaya
memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama dengan aman, damai
dan sejahtera. Oleh karena itu pendidikan seharusnya diarahkan kepada upaya
ma'rifah terhadap Allah SWT dalam upaya mengokohkan tali hubungan
denganNya sebagai Rob, Pencipta, Pemelihara dan Penguasa alam raya, dan
kemampuannya meningkatkan kualaitas hubungan dengan sesama makhluk di
alam fana ini guna bersama merealisasikan dan menigimplementasikan nilai-nilai
ilahiyah sehingga tercipta kedamaian dan kesejahteraan bagi sesama dan
semua.
Dengan landasan filosofis seperti itulah, dalam kesejaharannya Islam telah
membuktikan diri sebagai ummat yang memiliki peradaban gemilang dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan mengungguli kejayaan Eropa
pada zamannya, sekitar abad VIII, IX dan X M. Islam telah mewariskan ilmu dan
pengetahuan yang mengagumkan dengan tokoh-tokoh ilmuwannya yang besar
seperti: Al Jabir ahli Kimia dan Metalurgi pada abad ke 8, Al Khawarizmi seorang
ahli matematika dan astronomi pada abad ke 9, Ar Razi seorang Parsi ahli di
bidang kedokteran pada abad 9 M, Al Mas'udi seorang pengembara dan ahli
sejarah Arab pada abad X. Al Biruni seorang ahli matematika, astronomi,
kedokteran yang hidup di awal abad XI M , Ibnu Sina, IbnuRusyd, Al Kindi, Ibnu
Haystsam dan puluhan ilmuwan Islam lainnya yang diakui oleh dunia.
Dalam pada itu, ternyata kelembagaan pendidikan mendapat perhatian yang
luar biasa dari para pejabat pemerintahan . Bermula dari mesjid sebagai
lembaga pendidikan tertua, tersebutlah beberapa mesjid yang terkenal seperti
Jami' Ahmad bin Thoulon yang selesai dibangun pada tahun 256 H, mesjid Al
Azhar di Mesir, Masjid Al Manshur di Bagdad pada zaman Harun Al Rasyid, Masjid
Al Umayyah di Damaskus yang didirikan oleh Walid Abdul Malik sampai lembaga
pendidikan sekolah (madrasah). Madrasah-madrasah tumbuh dan berkembang
dengan dukungan dan kebijakan penuh para penguasa saat itu, seperti Madrasah
An Nizhomiyah yang didirikan oleh Nizamul Mulk di Baghdad pada tahun 459H,
memiliki perpustakaan besar dengan system catalog, Madrasah An Nuriyah di
Damaskus yang didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki yang dilengkapi dengan
aneka fasilitas seperti perpustakaan, asrama, rumah para guru.

Madrasah Al Muntashiriyah di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Al Muntashir


pada abad XII M, dianggap sebagai madrasah terbesar di zamannya. Madrasah
ini dilengkapi dengan perpustakaan lengkap dari berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Seluruh siswa dan guru tinggal di dalam asrama yang di penuhi
segala kebutuhan makan, minum dan alat-alat belajarnya secara gratis, bahkan
murid mendapat uang saku sebesar satu dinar emas setiap bulannya. Madrasah
An-Nashiriyah di Mesir didirikan oleh Sultan Al Adil Zainuddin Katbaga Al
Manshuri sekitar tahun 703 H, sebuah madrasah yang bangunannya sangat
indah dengan aneka fasilitas dan ruangan untuk mempelajari empat mazhab
fiqih dalam Islam.
Perhatian Islam akan pendidikan juga tercermin melalui banyaknya perpustakaan
yang dibangun (dawarul kutub). Di Andalusia, misalnya terdapat sekitar 20
perpustakaan umum. Pada sekitar abad X Masehi, perpustakaan itu mempenyai
lebih dari 400.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Mesir yang didirikan
oleh Hakim bi Amrillah pada tahun 395 H memiliki 2 juta jilid buku. Perpustakaan
Tripoli di Syiria yang dibumihanguskan oleh tentara Salib mempunyai buku
sekitar tiga juta jilid. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia menyimpan bukubukunya di dalam 40 kamar, dan setiap kamar berisi 18.000 jilid. Demikian pula
perpustakaan yang didirikan oleh Abud Daulah di sebuah kota besar di sebelaha
Selatan Persia memenuhi 360 kamar yang dikelilingi taman-taman yang indah.

FORMAT PENDIDIKAN SEKOLAH TERPADU


Format Visi dan Misi
Format
pendidikan
haruslah
memperhatikan
konsekwensi
logis
dari
perkembangan era global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perubahan dan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat serta harapan
tentang masyarakat dunia masa depan. "Komisi Internasional Untuk Pendidikan
Abad Dua Puluh Satu" dalam laporannya ke UNESCO, mengajukan rumusan
tentang empat pilar pendidikan yaitu:

1. Learning ti live together: belajar untuk memahami dan menghargai orang lain,
sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya.
2. Learning to know: penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu
tertentu, termasuk di dalamnya learning to how
3. Learning to do: belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerjasama dalam team,
belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi.
4. Learning to be: belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung
jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.

Keempat pilar pendidikan masa depan itu kemudian diterjemahkan ke dalam


format sekolah yang diharapkan mampu membantu siswa-siswi mereka untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupan di masa depan, yaitu:
kompetensi keagamaan, kompetensi akademik, kompetensi ekonomi, dan

kompetensi social pribadi. Format pendidikan yang berkualitas semestinya juga


harus memperhatikan azas-azas psikologi, psikometri dan pedagogi. Semua
aktivitas belajar selayaknya berlandaskan kepada pencapaian tugas-tugas
perkembangan dan prinsip-prinsip belajar yang meliputi hal-hal yang terkait
dengan kerja kognitif, individual differences, motivasi, bakat dan kecenderungan,
serta tata hubungan antar individu. Semua itu kemudian akan mempengaruhi
pola dan model instruksional, class management, class assessment, media
belajar dan sebagainya.
Format sekolah yang menjanjikan perbaikan masa depan adalah sekolah yang
memiliki paradigma pendidikan yang maju dan visioner. Pendidikan haruslah
mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah peserta didik yang
memiliki sederet keunggulan kompetitif guna menghadapi segala tantangan ke
depan. Pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki
karakter dan kemampuan sebagai berikut:

1. Memiliki pemahaman yang benar terhadap ajaran agamanya dan landasan


keimanan dan ketaqwaan yang kokoh sebagai wujud dari kefahaman tersebut
2. Kemampuan riset dan teknologi yang tinggi
3. Penguasaan bahasa international yang cakap
4. Motivasi berprestasi dan Keterampilan belajar yang tinggi
5. Kepemimpinan yang kuat
6. Kesehatan yang prima
7. Keterampilan hidup (life skill)
8. Memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi
9. Kepedulian terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara"
10. Rasa percaya diri
kepemimpinan Isalam.

yang

kuat,

dan

kebanggaan

terhadap

sejarah

Format Pembelajaran Sekolah Terpadu


Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan
kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian peserta didik. Dan
kepribadian seseorang itu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman
belajarnya. Dengan demikian kegiatan pendidikan yang baik menuntut
konsekwensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area)
belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan
belajar mengajar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan memunculkan
gairah belajar yang tinggi pada diri peserta didik sehingga dapat membentuk
pengetauan, sikap dan keterampilan yang ditargetkan. Untuk membangun
sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar
mestilah dibangun secara integratif, stimulatif, fasilitatif dan motivatif

1. Integratif (Terpadu)
Sekolah yang baik hendaknya menjadikan sistem dan pola penyelenggaraannya
terpadu dalam aspek:
* Kurikulum, yakni mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan agama,
baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti
memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara
pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan
perspektif agama, dan pendidikan agama diperkaya dengan pendidikan umum.
Dengan memadukan kurikulum umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan
belajar mengajar, maka diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu
dalam perspektif yang utuh. Mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan
maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang
luas.
* Kegiatan belajar mengajar, yakni memadukan secara utuh ranah kognitif,
afektif dan konatif dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekwensinya, seluruh
kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan menggunakan
berbagai pendekatan (metode dan sarana) belajar. Belajar tidak boleh lagi hanya
terpaku pada pembahasan-pembahasan konsep dan teori belaka. Setiap pokok
bahasan harus berupaya menarik minat anak terhadap pokok bahasan serta
membimbing mereka untuk masuk pada dunia aplikasinya. Belajar melalui
pengalaman (experential learning) menjadi suatu pendekatan yang sangat perlu
mendapat perhatian dari pengelola sekolah. Dengan pendekatan langsung pada
praktek yang memberikan pengalaman nyata kepada anak didik tentang pokok
bahasan, experential learning juga akan menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar yang tinggi, karena suasana menyenangkan dan menantang akan selalu
mereka dapatkan. Proses pembelajaran juga semestinya melibatkan semua
inteligensi (multiple intelligences).
Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam mengoptimalkan pendekatan
belajar mestilah berbasis student active learning. Siswa mesti dirangsang untuk
aktif terlibat dalam setiaaktivitas dan guru lebih kepada fungsi fasilitator dan
motivator. Beberapa pendekatan yang dapat dikembangkan untuk memacu
seluruh sisi inteligensi antara lain dengan menggunakan model: case study,
project, service learning, thematic learning, dan performance learning.
* Peran serta, yakni melibatkan fihak orangtua dan kalangan eksternal
(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator pendidikan para
peserta didik. Orangtua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan
bantuan baik secara individual kepada putera-puterinya maupun kesertaan
mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang sistematis.
Keterlibatan orangtua memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam
meningkatkan performance sekolah. Berdasarkan survey riset yang dilakukan
oleh ISREP , hubungan yang kuat antara sekolah dan orangtua merupakan salah
satu cirri dari sekolah-sekolah efektif di dunia. Beberapa program kerjasama
dengan orangtua yang dapat dikembangkan antara lain dalam hal
pengembangan kurikulum, pengayaan program kelas, peningkatan sumber daya
pendanaan, pemantauan bersama kinerja siswa, proyek ekshibisi, perayaan,
peningkatan kesejahteraan guru , pengembangan organisasi dan manajemen.

Sedangkan elemen masyarakat dalam konteks sekolah terpadu harus dipandang


sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bingkai pembelajaran. Sekolah
yang baik seharusnya menjadikan segala apa yang ada di tengah masyarakat
sebagai sumber belajar yang kaya dan nyata. Siswa dapat melihat langsung
berbagai fenomena sosiologis, industri dan ekonomi, budaya, penerapan hukum,
model pemerintahan, kelembagaan, bahkan sampai pada dunia kriminalitas dan
mempelajarinya secara seksama. Dalam beberapa program instruksional, siswa
juga dapat terjun langsung berinteraksi dengan bagian-bagian masyarakat
tertentu untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepdulian akan nasib
mereka.
* Iklim sekolah, yakni lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku dan
segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam yang syar'I
maupun yang kauni. Nilai Islam yang syar'I melandasi segala aspek perilaku dan
peraturan yang mencerminkan akhlak karimah. Sedangkan nilai Islam yang kauni
mewujud dalam pola penataan lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum
alam, seperti penataan kebersihan, kerapihan, keteraturan, keefektifan,
kemudahan, kesehatan, kelogisan, keharmonisan, keseimbangan dan lain
sebagainya.

2. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang
optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal sebaiknya
menyesuaikan diri dengan bagaimana sifat-sifat dan gaya kognitif bekerja.
Dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti
dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam konteks
belajar. Riding (2002) memaparkan bahwa strategi belajar hendaknya
mempertimbangkan bagaimana memory bekerja (working memory) dan
bagaimana gaya kognitif seseorang (cognitive style). Working memory sangat
mempengaruhi performance seorang anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang melibatkan kemampuan problem solving, reasoning, penyerapan
perbendaharaan kata baru, dan reading comprehension . Sweller (1998)
melakukan riset yang mendalam bagaimana sebaiknya proses belajar
(instructional process) memperhatikan masalah cognitive load dengan rekayasa
media belajar yang efektif. Ia menyimpulkan bahwa belajar akan mendapatkan
hasilnya yang optimal apabila proses instruksional memperhatikan split attention
effect, redundancy effect, worked examples, dan penggunaan multimedia.
Sementara itu, gaya kognitif setiap orang berbeda. Riding dan Cheema (1991)
dan Riding dan Rayner (1998) menyimpulkan bahwa gaya setiap orang berfikir
terbagi atas dua gaya fundamental yaitu: the wholist-analytic yaitu dimensi gaya
berfikir yang cenderung mengelola sesuatu dalam keseluruhan atau dalam
bagian-bagian, dan the verbal-imagery; dimensi gaya berfikir yang cenderung
menampilkan proses berfikirnya secara verbal atau dalam bentu mental pictures.
Dengan dua dimensi cognitive-style tersebut muncullah berbagai kombinasi
gaya kognitif siswa, seperti:analytic verbaliser, analytic bimodal, analytic imager,
intermediate verbaliser, intermediate bimodal, intermediate imager, wholist
verbaliser, wholoist bimodal, wholist imager. Sementara itu Lauren Bradway &

Barbara Albers Hill (1993) mengemukakan tiga jenis gaya anak dalam konteks
bagaimana ia menyerap pelajaran, yaitu: Litsener, Looker dan Mover.
Kiwari, pendekatan quantum learning mencoba menerapkan prinsip-prinsip
psikologi pendidikan ke dalam ruang kelas sedemikian rupa sehingga kegiatan
belajar diarahkan untuk dapat menstimulasi seluruh indria anak melalui
serangkaian kegiatan yang menggunakan multimedia. Inti dari quantum learning
adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan,
memompa motivasi belajar dan efektif.

3. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya sumber
dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber
belajar tradisional. Sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak hanya di
lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan alam sekitar, masyarakat,
instansi/lembaga, keluarga, mesjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya. Berbagai
kegiatan informal juga dapat dijadikan media bagi proses belajar mereka,
seperti: dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah,
aktivitas kebersihan, aktivitas sosial. Dengan memperluas sumber dan media
belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman yang membentuk
kepribadian.

4. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi
pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need of achievement pada setiap siswa,
maka ia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi.
Untuk dapat membangkitkan kebutuhan untuk selalu meraih prestasi, maka
setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai sesuatu
pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menantang.
Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi
proses yang interaktif antara peserta didik dengan sumber dan media belajar. Di
sinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan cara belajar
dengan menggunakan berbagai pendekatan yang atraktif, yang pada dasarnya
adalah merangsang seluruh indera peserta didik dan memanipulasi ranah
kognitif, afektif serta konatif sekaligus.
Berbagai pendekatan yang atraktif antara lain: simulasi, role playing,
eksperimen, eksplorasi, observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek,
brainstorming, diskusi dan seminar, lokakarya. Semuan metode dapat diterapkan
dengan menggunakan problem solving based learning, research based learning,
dan small group based leraning, . Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar yang
hanya mengandalkan stimulasi kognitif cenderung akan membosankan, dan
potensial mengancam runtuhnya need of achievement pada peserta didik.
Apalagi bila muatan kurikulum terasa berat, sehingga belajar menjadi suatu
beban yang melelahkan dan menjemukan.

Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim sekolah yang
sehat yang ditandai dengan pola interaksi dan pergaulan yang hangat
bersahabat diantara seluruh tenaga pendidikan dengan anak didik tanpa
kehilangan ketegasan dan kewibawaan mereka.

Format Manajemen Sekolah Terpadu


Lembaga pendidikan, yang dalam penyelenggaraannya melibatkan banyak
orang, merupakan suatu organisasi yang berupaya mencapai tujuan pendidikan
yang dicanangkan. Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi
sistem sosial dan kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu
yang mempunyai aktivitas-aktivitas dalam upaya mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sekolah dapat dipandang sebagai sebuah organisasi . Sekolah merupakan
sebuah wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia, yang melakukan interaksi
dan koordinasi secara sadar dalam melaksanakan proses pendidikan sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Sekolah juga melakukan interaksi
dan bergantung pada pihak-pihak luar di lingkungan lembaga seperti masyarakat
dan orang tua murid. Oleh karena itu, sekolah bisa dikatakan sebagai organisasi,
sebuah sistem terbuka. Sekolah merupakan sistem sosial dan dibentuk atas
dasar kepentingan bersama untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan pendidikan.
Sebagai sebuah sistem, Sekolah juga mempunyai komponen-komponen input,
proses output, lingkungan dan umpan balik. Input sekolah biasanya terdiri dari
siswa, tenaga pendidikan, pembiayaan sekolah, regulasi pemerintah. Proses
tranformasi meliputi antara lain kurikulum, proses belajar mengajar, motivasi,
iklim, dan budaya sekolah. Output sekolah akan menghasilkan antara lain
prestasi dan perkembangan siswa, kepuasan siswa dan wali siswa, kinerja dan
kepuasan kerja tenaga kependidikan . Sedangkan umpan balik dalam sistem ini,
merupakan informasi mengenai output atau proses yang akan berguna dan
berpengaruh pada seleksi input pada masa datang, agar input sekolah dapat
lebih baik kualitas maupun kuantintasnya. Untuk mendapatkan proses yang
mengantarkan pada pencapaian tujuan, diperlukan suatu rekayasa manajemen
organisasi yang efektif, dengan memperhatikan sifat-sifat dari proses itu sendiri.
Di bawah ini disampaikan suatu bagan sistem manajemen sekolah yang
berorientasi pada sistem penyelenggaraan terpadu.

Bagian pengembangan kurikulum bertanggung jawab untuk mengembangkan


kurikulum pendidikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Bagian inilah yang
selalu memantau sejauhmana efektivitas kurikulum yang sedang berjalan, dan
dengan kapasitasnya terus melakukan study dan riset yang intensif guna
menemukan perkembangan-perkembangan inovatif bagi pengembangan
kurikulum ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, kurikulum sekolah
berkualitas selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan.
Bagian Pengembangan SDM bertugas merekrut dan mengembangkan seluruh
tenaga kependidikan dan staff sekolah menjadi tenaga-tenaga yang produktif.
Bagian SDM bertanggung jawab penuh dalam untuk menumbuhkan motivasi

kerja (motivation to work) yang dibarengi dengan tumbuhnya perasaan rasa


memiliki (sense of belongingness), rasa kebersamaan (sense of togetherness),
dan rasa saling percaya (sense of trustworthyness) terhadap sekolah. Bagian
SDM
juga
bertugas
mengembangakn
kemampuan
professional
dan
kompetensional seluruh guru.
Bagian Pengembangan Sarana bertugas menyiapkan segala sarana dan fasilitas
demi berlangsungnya kegiatan pendidikan dengan baik. Bersama unit-unit
sekolah, bagian ini juga ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan,
kenyamanan dan keamanan lingkungan sekolah. Tugas-tugas pemeliharaan,
perbaikan dan pengadaan segala sarana dan fasilitas sekolah menjadi kegiatan
rutin bagian ini.
Bagian Keuangan bertugas merencanakan anggaran dan belanja seluruh
kegiatan sekolah, melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran dan arus
keuangan baik masuk maupun keluar. Bagian ini juga bertanggung jawab
merumuskan besaran kewajiban orangtua dalam memberikan kontribusi
finansialnya kepada sekolah.
Bagian Sistem Informasi dan Administrasi mendukung tertibnya segala proses
manajemen sekolah baik dalam sisi administrasi akademik maupun non
akademik. Dengan sisitem informasi yang baik, pimpinan manajemen, para
kepala sekolah, guru, murid bahkan orangtua akan mendapatkan data dan
informasi yang bermanfaat untuk menentukan sikap ataupun pengambilan
kebijakan.
Pengelolaan manajemen sekolah seharusnya memperhatikan nilai-nilai
keefektifan pengelolaan dalam rangka menuju sekolah yang bermutu. Oleh
karena itu pengelolaan organisasi sekolah seharusnya berpegang pada prinsipprinsip total quality management. continuous improvement, dan quality
assurance. Ketiga prinsip manajemen ini akan mengantarkan sekolah Islam
menjadi sekolah yang efektif dan bermutu baik dalam aspek pengelolaan dan
pelayanan maupun dalam penyelenggaraan kbm, yang semuanya diharapkan
bermuara kepada kemaslahatan siswa, terbentuknhya karakter dan kompetensi
yang ditargetkan.

PENUTUP
Sesungguhnya sekolah terpadu adalah sekolah yang berupaya mewujudkan
suatu institusi pendidikan yang berbasiskan pada pandangan manusia secara
holistic. Manusia yang menjadi subyek didik adalah makhluk yang kompleks,
yang di dalamnya tersusun sejumlah aspek yang kemudian bermuara pada satu
eksistensi. Oleh karena itu, proses pembelajaran hendaknya menyesuaikan diri
dengan sifat-sifat dan kecenderungan manusia baik sebagai individu mapun
sebagai makhluk social.
Pada sisi lain, sekolah terpadu adalah upaya untuk memunculkan solusi (jalan
keluar) dari keterpurukan model dan pola pendidikan yang selama ini diterapkan
di tengah-tengah kita, yang terbukti tidak mampu melahirkan manusia-manusia
Indonesia yang kompetitif dan sekaligus memiliki integritas dan moralitas yang
tinggi.

Akhirnya, kita dapatkan suatu kejelasan bahwa sesungguhnya sekolah terpadu


adalah sekolah yang dibangun dengan pendekatan criteria sekolah efektif, yang
dengan criteria itu sekolah-sekolah terbaik di seluruh dunia telah membuktikan
dirinya menjadi lembaga pendidikan yang mampu melahirkan lulusan-lulusan
terbaik untuk mereka sumbangkan bagi kemajuan Negara dan bangsa mereka.

IMPLEMENTASI STANDAR KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU

A. KONSEP FILOSOFI- IDEOLOGIS


1 VISI SEKOLAH/MADRASAH
VISI JSIT INDONESIA ADALAH:
Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya sekolah islam terpadu di
indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu.
Bebrapa standar yang penting diperhatikan dalam menetapkan visinya,
yaitu:
a. Visi SIT dirumuskan dan ditetapkan dengan merujuk pada visi JSIT

IMPLEMENTASI STANDAR KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU

A. `Konsep filosofis-ideologis, mencakup:


1. Visi
Visi JSIT: menjadi pusat penggerak dan pemberdaya sekolah islam terpadu
di indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu.
2. Misi
Standar misi SIT:
a. Misi SIT diarahkan untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu.
b. Ditekankan pada pelayanan pendidikan.
c. Diarahkan untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang
membentuk generasi islam.
d. Mengutamakan budaya profesional dan akuntabel dalam lembaga
pendidikan.
e. Diupayakan dapat memberdayakan peran serta masyarakat.
3. Landasan SIT
a. Landasan ideologis
b. Landasan konstitusional
c. Landasan opersional
B. Konsep strategis, yang meliputi:
1. Prinsip SIT
a. Prinsip umum: prinsip demokratis, keadilan, integratif, inovativ,
keteladanan, pembudayaan, dan permberdayaan peserta didik.
b. Prinsip islamisasi: nilai-nilai keislaman yang bersifat robbaniyah
c. Prinsip managemen: nirlaba, independen, profesional dan akuntabel.
d. Prinsip operasional pembelajaran: yang diperkaya dengan nilai-nilai
keislaman.
2. Tujuan
Tujuan umum pendidikan SIT adalah : membina peserta didik untuk
menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki
keterampilan yang memberi mandaat dan maslahat bagi umat manusia,
dengan rincian karakter sebagai berikut:
1. Aqidah yang bersih (Salimul Aqidah)
2. Ibadah yang benar (Shahihul Ibadah)

3. Pribadi yang matang (Matinul Khuluq)


4. Mandiri (Qadirun Alal Kasbi)
5. Cerdas dan berpengetahuan (Mutsaqqaful Fikri)
6. Sehat dan Kuat (Qawiyul Jismi)
7. Bersungguh-sungguh dan Disiplin (Mujahidun Linafsihi)
8. Tertib dan Cermat (Munazhzhom Fi Syuunihi)
9. Efisien (Harisun Ala waqtihi)
10.Bermanfaat (Nafiun Lighoirihi)
3. Kedudukan SIT
a. Sekolah memiliki kedudukan yang jelas secara administratif.
b. Memiliki status kepemilikan yang jelas.

C. Konsep operasional, meliputi:


1. Legalitas
2. Perangkat lembaga SIT
3. Tugas-tugas SIT
D. Tata nilai SIT
1. Nilai dasar SDM.
2. Nilai dasar Kepemimpinan dan Managemen.
3. Nilai-nilai Proses Penyelenggaraan SIT

Anda mungkin juga menyukai