ILMU LINGKUNGAN
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.Makalah ini berisikan penjelasan tentang
“permasalahan lingkungan local ”.Saya menyadari bahwa Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian permasalahan Lingkungan Lokal.
Permasalahan lingkungan lokal merupakan hal yang sangat mudah dilihat
bahwa Indonesia masih mempunyai kesadaran yang rendah terhadap isu
lingkungan terutama masyarakatnya yang kebanyakan masih terlalu terfokus pada
usaha untuk bertahan hidup dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak secara
ekonomi sehingga mereka melakukan segala upaya untuk mendapatkan uang lebih
meskipun hal ini berarti mereka harus mengancam lingkungan dan alam.
Kegiatan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan kini masyarakat
mulai merasakan imbas atas apa yang mereka lakukan terhadap alam. Berbagai
macam isu lingkungan muncul di berbagai wilayah di Indonesia dan tentu saja
banyak masyarakat yang merasakan derita baik secara langsung maupun tidak
langsung atas kerusakan alam yang terjadi di wilayah mereka. Boleh saja kita
tidak memberikan tanggapan serius terhadap isu lingkungan global seperti
kerusakan lapisan ozon karena pada dasarnya daerah yang terimbas pertama kali
bukan Indonesia melainkan kutub bumi meskipun kemudian tentu ada imbas besar
yang akan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Kini, banyak peristiwa yang
membawa derita yang harus dialami oleh banyak orang di daerah asalnya masing-
masing dan hal ini terjadi bukan tanpa sebab yang berkaitan dengan ulah manusia
terhadap alam.
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana
telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus
menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan itu tidak ada atau
menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak
akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain:
penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu,
pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es
yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa
kehancurannya saja.
4
Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para
ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai
dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk
berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.
2.1 Contoh Dan Dampak permasalahan Lingkungan Lokal.
Ada banyak berita mengenai dampak lingkungan yang terjadi di berbagai
wilayah di Indonesia salah satunya Aceh yang terkenal dengan potensi alam dan
potensi wisata alam kini keadaanya sangat memprihatinkan. Kerusakan
lingkungan sudah menjadi pemandangan biasa dimana-mana. Eksploitasi tambang
yang berlebihan, perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit,
kebakaran hutan serta sejumlah isu lingkungan lainnya dituding menjadi penyebab
utama. Aceh sendiri tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan tersebut. Berikut
beberapa isu lingkungan di Aceh :
a. Kebakaran Hutan Di Aceh
Proses kebakaran hutan dapat terjadi karena proses alami atau ulah dari
manusia. Kebakaran oleh ulah manusia biasanya bermaksud untuk pembukaan
lahan untuk perkebunan. Manusia dengan sengaja membakar hutan supaya
memudahkan proses clearing. Di Aceh selama beberapa tahun terakhir sering
terjadi kebakaran hutan, Lokasi kebakaran lahan berada di Aceh. Kejadian ini
berlangsung sporadis dan dalam waktu yang hampir bersamaan di setiap lokasi.
Pemicu kebakaran diduga berasal dari aktivitas pembukaan lahan pertanian.
Dampak kebakaran hutan.
Dampak dari pembakaran hutan adalah memberikan kontribusi CO2
diudara, hilangnya keanekaragaman hayati, ekonomi hasil hutan dan Asap. Asap
yang dihasilkan dapat menganggu kesehatan (system pernafasan) dan dapat
mengganggu aktivitas lainnya seperti penerbangan. Dampak asap ini tidak hanya
bersifat local akan tetapi bisa berdampak pada Negara lain.Contoh kebakaran
hutan asapnya sampai ke Negara singapura dan Malaysia.
5
b. Sampah di Perkotaan dan di Pemukiman.
Sampah - sampah di perkotaan dan di pemukiman sudah sangat meresahkan
warga dikarenakan tempat pembuangannya yang belum juga tertata rapi dengan
bau yang sangat menggangu serta masih kurang nya kesadaran masyrakat akan
sampah, membuat masyrakat membuang sampah tidak pada tempatnya, contoh :
sungai, parit, tepi jalan.
Dampak negatif sampah :
Dampak terhadap Kesehatan.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjadi
sumber penyebaran penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah
bertebaran dimana-mana. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat
menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum
seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga
dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya
biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah
kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan.
Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
6
c. Kekeringan
Kekeringan adalah kekurang air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia atau mahluk hidup lainnya.
Dampak kekeringan :
Dampak dari kekeringan bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan,
keterancaman pangan.
d. Banjir
Di Aceh tiga kabupaten yaitu aceh selatan, aceh singkil dan simeuleu
terendam banjir sedalam 2,5 m. penyebab banjir didaerah tersebut karena adanya
tekanan rendah disebelah barat laut Aceh disekitar Samudera Hindia yang
menyebabkan cuaca ekstrim di Aceh.Banjir merupakan fenomena alam ketika
sungai tidak dapat menampung limpaan air hujan karena proses infiltrasi
mengalmi penurunan.Hal tersebut terjadi karena daerah hijau sebagai penahan
larian air hujan berkurang.
Dampak banjir :
Dampak dari banjir menyebabkan gangguan kesehatan, keterkendalaan
kegiatan aktivitas manusia, penurunan produktivitas. Dampak banjir merupakan
dampak lokal, akan tetapi bisa juga menjadi skala nasional seperti banjir dijakarta
yang menghambat aktivitas nasional karena bandara terisolasi.
e. Longsor
Longsor yang terjadi di Aceh tengah menyebabkan terkurungnya ribuan warga
kecamatan Rusip Antara. Longsor adalah terkikisnya daratan oleh air lairan (run
off) karena penahan air larian (daerah hijau) berkurang.
Dampak longsor :
Dampak dari longsor bisa berdampak terjadinya kerusakan tempat tinggal atau
tempat kegiatan aktivitas seperti ladang, sawah dan juga bisa menganggu
transportasi kegiatan perekonomian. Dampaknya sangat dirasakan bagi daerah
lokal dan ada kemungkinan berantai kedaerah lainnya.
7
f. Erosi Pantai ( Abrasi ).
Erosi di kawasan Ujong Mangki Kecamatan Bakongan dan Ujong Pulo Rayek
kecamatan Bakongan Timur Kabupaten aceh selatan kian meluas, bahkan rumah
warga yang berada di pesisir pantai mulai terkikis ombak.Erosi adalah terkikisnya
lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Erosi ini terjadi karena kurangnya
vegetasi seperti bakau yang biasa tumbuh di bibir pantai. Kurangnya vegetasi ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kelestarian pantai.
Dampak erosi pantai :
Dampak erosi pantai berdampak lokal dan dapat menyebabkan kerusakan
tempat tinggal, dan hilang potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
g. Intrusi Air Laut
Masuknya air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah akibat air tanah telah
banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan intrusi air laut seperti
kawasan mangrove.
Dampak intrusi air laut :
Dampak dari intrusi air laut adalah terjadinya kekurangan stok air tawar,
menganggu kesehatan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab dan dampak
lingkungan lokal :
• Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber
air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup
yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman
pangan.
• Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung
limpahan air hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua
dapat terjadi karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak:
ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat,
penurunan produktifitas pangan, dll.
• Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air
berkurang. Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah,
mengganggu perekonomian dan kegiatan transportasi
• Erosi pantai : terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut.
Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi
ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
• Instrusi Air Laut : air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak
digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti
kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan
mengganggu kesehatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Basahona sumanto, 2010. 10 isu lingkungan. http://sumanto basahona .blogspot.
com/2010/12/10-isu- lingkungan .html diakses 26 Mei 2012 http:// humairah
world.word press. Com /2011 /02 /12 /isu-lingkungan/, diakses 26 Mei 2012
kamil ridwan, 2012.Isu lingkungan lokal. http://juju bandung.wordpress. com
/2012/10/18/isu-lingkungan-lokal/ diakses 26 Mei 2012
Sutrisno adi, 2013.Identifikasi Penyebab Dan Dampak Permasalahan Lingkungan
baik Lokal, Nasional, Maupun Global. http://bidang keilmuan fisika.
Wordpress .com /2013 /03 /04 / adisutrisno budak ketapang / diakses 26 Mei
2012
Kamil ridwan, 2012. Isu lingkungan lokal. http://juju bandung. Wordpress .com
/2012/10/18/ isu-lingkungan-lokal/ diakses 26 Mei 2012
10
Study kasus tentang permasalahan lingkungan local : kekeringan
STUDI PENDAHULUAN TENTANG PENERAPAN METODE AMBANG
BERTINGKAT UNTUK ANALISIS KEKERINGAN HIDROLOGI
PADA 15 DAS DI WILAYAH JAWA TIMUR
Application of Threshlod Level Method for Hydarulogical Drougth Analysis:
Preleminarty
Study at 15 Watershed in Eastern Part of East Java
Pendahuluan
Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang sering muncul ketika
musim kemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia mengalami masalah kekurangan
air atau defisit air atau kekeringan. Dari perspektif kebencanaan kekeringan
didefinisikan sebagai kekurangan curah hujan dalam periode waktu tertentu
(umum-nya dalam satu musim atau lebih) yang menyebabkan kekurangan air
untuk berbagai kebutuhan (UN-ISDR, 2009). Kekurangan air tersebut
berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan pada suatu DAS. Pada
umumnya bencana kekeringan tidak dapat diketahui mulainya, namun dapat
dikatakan bahwa kekeringan terjadi saat air yang ada sudah tidak lagi mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari. Kerusakan lahan dan dampak kerugian yang
diakibatkan oleh kejadian kekeringan sangat luas dan nilai ekonomi kerugian
cukup besar. Secara umum kejadian kekeringan dapat ditinjau dari aspek:
hidrometeorologi, pertanian, dan hidrologi (Wilhite, 2010).
Dari aspek hidrometeorologi kekeringan timbul dan disebabkan oleh
berkurangnya curah hujan selama periode tertentu. Dari aspek pertanian
dinyatakan kekeringan jika lengas tanah berkurang sehingga tanaman kekurangan
air. Lengas tanah (soil moisture) merupakan parameter yang menentukan potensi
produksi tanaman. Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis
yang silih berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan adalah ketersediaan air yang
jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
dan lingkungan
11
Metode penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Hasil dan pembahasan
Kekeringan menimpa seluruh wilayah (kota/desa). Pengecualiaan wilayah
lembah sepanjang aliran sungai/dataran rendah/rawa/pesisir pantai, tetapi
memiliki permasalahan penurunan kualitas, sehingga tidak layak sebagai air
minum tanpa perlakuan khusus. Wilayah perkotaan mengalami kekeringan lebih
parah dari pedesaan. Peta Indeks Risiko Bencana Kekeringan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (BNPB, 2010), menunjukkan hampir semua kabupaten/kota
mempunyai resiko tinggi, pengecualian Kabupaten Bangka Selatan dengan resiko
sedang. Kekeringan menyebabkan sektor perkebunan (sayuran dan lada),
perikanan tawar mengalami kerugian. Kekurangan air dipenuhi dari sumber lain,
seperti kolong bekas tambang, air sungai, penggalian sumur baru pada wilyah
pesisir/hutan/sungai/kebun.Sebagian kecil penduduk membeli air.
Faktor penyebab kekeringan
Faktor geogenik (alami) merupakan penyebab utama kekeringan. Pemukiman
di Bangka umumnya tidak dibangun pada cekungan air tanah (CAT), dan juga
diakibatkan faktor musim kemarau yang panjang. Pembukaan lahan untuk
pertambangan dan perkebunan menjadi penyebab lain (antropogenik).
Risiko Bencana Kekeringan
Berdasarkan hasil perhitungan risiko kekeringan, beberapa daerah yang
memiliki tingkat risiko tinggi adalah Kecamatan Cidaun dengan luas 2640,3 ha,
Kecamatan Karangtengah dengan luas 1606 ha, Kecamatan Cilaku dengan luas
1295,9 ha, dan Kecamatan Cianjur dengan luas 1274,6 ha. Berdasarkan luas
wilayah risiko kekeringan, Kecamatan Cidaun menjadi daerah yang paling luas,
hal ini tidak terlepas dari wilayahnya yang memang cukup besar di banding
kecamatan-kecamatan yang berapa di daerah utara.
12
Upaya penanggulangan kekeringan
Mitigasi masyarakat Terhadap Bahaya Kekeringan kabupaten Grobogan
Mitigasi yang dilakukan untuk menghadapi kekeringan dalam memenuhi air
untuk kebutuhan sehari-hari di Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan
cara:
Pembuatan sumur bor
Upaya mitigasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan dengan cara
pembuatan sumur bor. Sumur bor dibuat dengan sumber air yang sangat dalam
sehingga diharapkan ketika musim kemarau panjang berlangsung, sumur tersebut tidak
mengalami kekeringan.
13
Pembangunan tampungan air
Di Kabupaten Grobogan, telah dilaksanakan pembangunan tampungan air
dari program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat) dari PU Cipta Karya.
Masyarakat juga ikut membantu dalam pembuatan tampungan air yang diadakan
PU Cipta Karya. Sebagian warga masyarakat juga mempunyai tandon air pribadi
untuk menghadapi kekeringan di musim kemarau.
14
Reboisasi
Berdasarkan informasi dari BPBD, upaya pengurangan dampak dari
kekeringan selain dengan pembuatan embung, sumur resapan dan sumur bor, juga
dilakukan dengan reboisasi. Reboisasi dilakukan pemerintah agar hutan tidak
gundul sehingga akar tanaman dapat menyerap dan menyimpan air. Dengan
demikian, kekeringan dapat menjadi berkurang karena ada akar tanaman yang
mampu menyerap dan menyimpan air.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari beberapa referensi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang
sering muncul ketika musim kemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia
mengalami masalah kekurangan air atau defisit air atau kekeringan. Dari
perspektif kebencanaan kekeringan didefinisikan sebagai kekurangan curah hujan
dalam periode waktu tertentu,dan Faktor geogenik (alami) merupakan penyebab
utama kekeringan. Pemukiman di Bangka umumnya tidak dibangun pada
cekungan air tanah (CAT), dan juga diakibatkan faktor musim kemarau yang
panjang. Pembukaan lahan untuk pertambangan dan perkebunan menjadi
penyebab lain (antropogenik). Kerusakan lahan dan dampak kerugian yang
diakibatkan oleh kejadian kekeringan sangat luas dan nilai ekonomi kerugian
cukup besar. Secara umum kejadian kekeringan dapat ditinjau dari aspek:
hidrometeorologi, pertanian, dan hidrologi dan Mitigasi masyarakat Terhadap
Bahaya Kekeringan kabupaten Grobogan Mitigasi yang dilakukan untuk
menghadapi kekeringan dalam memenuhi air untuk kebutuhan sehari-hari di
Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan cara: pembuatan sumur bor,
reboisasi, dan sosialisasi atau penyuluhan mitigasi kekeringan.
15
Lampiran jurnal referensi
16
Jurnal Promine, Desember 2015, Vol. 3 (2), hal. 1 - 9
Abstract
The study area is a tin mining region in hundred years, located in Bangka Island, Bangka Belitung
Archipelago Province. Identifying geo-disaster potential, in order that to know the the type, spatial
distribution of geo-disaster that caused by geogenic or antropogenic factor. The research is done by
observing all of geo-disaster potential, with geological and geomophological additional condition. Geo-
disaster potential is ilustratrated in a map as result of work using geographic information system (GIS)
software that is supported from Landsat TM7 analysis. Erosion, sedimentation, lanslide and
abration disaster mainly caused by antropogenic factors from tin mining activities and landfarming, but
for dryness, flood, hurricane and earthquake caused by geogenic factors. For flood and dryness also
influenced by antropogenic factor. Dryness, erosion and sedimentation has the large spatial
distribution in Bangka Island.
Keywords: Antrophogenic, Geo-Disaster, Geogenic
1
Jurnal Promine, Desember 2015, Vol. 3 (2), hal. 1 - 9
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan sebaran umum bencana alam (geo-disaster)
Gambar 2. Foto lahan tererosi dan tersedimentasi tinggi: (A) Sungai Selan, Kab. Bangka
Tengah, (B) Gn. Muda Belinyu, Kab. Bangka
Trubus Kec. Lubuk Besar. Kec. Lubuk 5. Frekuensi banjir di Kabupaten Bangka
Besar memiliki potensi bencana banjir Selatan setiap tahun terjadi di Desa Rawa
paling banyak dengan dampak kerugian Bangun, Suka Damai dan Air Lingga, Kec.
harta paling besar. Toboali. Desa Rawa Bangun sering
ditimpa banjir karena datarannya rendah.
Luas (ha)
Lokasi Lama kejadian Frekuensi
perkiraan
Kabupaten Bangka Barat
Pal 6 Muntok 1 hari 44,98? 1x dalam 2 tahun
Kp. Tanjung, Muntok 5-12 jam 13,86 setiap tahun
Kp.Baru, Parit Tiga 2-6 jam 23,51 setiap tahun berapa x
Sungai Buluh, Jebus 1 hari 28,69 setiap tahun
Mayang, Simpang Teritip mak 7 jam 4,19 setiap tahun
Pasar, Parit Tiga 1 hari ? setiap tahun
Kabupaten Bangka
Kp. Nelayan, Sungailiat 1- 2 hari 17,64 setiap tahun
Kp. Rambak, Sungailiat 1-3 hari 7,48 1x dalam 3-4 tahun
Aik Anyut, Sungailiat 2 jam - 3 hari ? 1-3 x setahun
Gedong Desa Lumut, Belinyu 1-3 hari 25,87 1x dalam setahun
Kota Pangkalpinang
Bukit Intan, Pangkalpinang Sehari 29,22? 6-7x dalam setahun
Jalan Balai, Pangkalpinang Mak 5 hari 40,88? setiap tahun
Kabupaten Bangka Tengah
Alisamit, Koba Mak 3 hari 20,86 1x dalam 2-3 tahun
Sinar Mulia, Koba 2-3 hari Idem 1x dalam 2 tahun
Lubuk Lingkuk, Lubuk Besar Mak 3 hari 16,42 setiap tahun
Smansa, Lubuk Besar Mak 3 hari 14,33 setiap tahun
Pabrik, Lubuk Besar Mak 3 hari 41,54 setiap tahun
Belingai, Lubuk Besar 1 hari - setiap tahun
Sungai Trubus Mak 3 hari 17,96 setiap tahun
Sungai di Air Nibung Mak 2 hari 21,52 setiap tahun
Gang Beta, Koba 2 hari 51,23? 1x pada tahun 2015
Kabupaten Bangka Selatan
Rawa Bangun, Taboali Mak 3 jam- 1 hari 5,14 3x dalam setahun
Sukadamai, Taboali Mak 3 hari 60,5 setiap setahun ?x
Air Lingga, Taboali 4-5 jam 2,14 setiap tahun
Jalan raya Toboali - Koba berhari-hari ? setiap tahun
geogenik (alam) lain yang berperan tetapi kekeringan. Pemahaman dan kesadaran
tidak siknifikan terhadap bencana banjir penduduk untuk menjaga kelestarian hutan
adalah keadaan lokasi banjir umumnya disepanjang aliran sungai masih rendah,
memiliki geomorfologi dataran rendah yang serta manajemen pengelolaan sumberdaya
datar/peneplain, sehingga air hujan sangat air belum diimplementasikan dengan baik.
mudah untuk tergenangkan dan lambat
mengalir. Abrasi Pantai
Penanggulangan bencana banjir tidak
Abrasi pantai terjadi secara luas di Pulau
dilakukan dengan baik. Pada beberapa Bangka. Sekitar sebesar 86 % dari
lokasi dilakukan pengerukan sedimen sungai keseluruhan panjang garis patai mengalami
dan normalisasi aliran sungai, akan tetapi
abrasi pada tingkat tinggi-sedang (kualitatif),
pada beberapa upaya penanggulangan dan hanya sekitar 14 % yang mengalami
semakin memperparah bencana banjir. abrasi tingkat rendah/tidak terabrasi.
Bantuan diberikan secara insidensial pada Wilayah pesisir yang mengalami tingkat
saat kejadian bencana oleh pihak
abrasi tinggi-sedang umumnya memiliki ciri
pemerintah daerah. berforfologi pantai bersudut kearah lautan,
memiliki area pertambangan timah laut
Bencana Kekeringan
disekitarnya atau daerah pesisir tanpa hutan
Kekeringan menimpa seluruh wilayah bakau. Tingkat abrasi rendah/tanpa abrasi
(kota/desa). Pengecualiaan wilayah lembah terdapat pada wilayah pesisir yang masih
sepanjang aliran sungai/dataran rimbun/banyak tumbuhan bakaunya.
rendah/rawa/pesisir pantai, tetapi memiliki Faktor antropogenik merupakan
permasalahan penurunan kualitas, sehingga penyebab utama abrasi. Penambangan
tidak layak sebagai air minum tanpa timah secara serampangan pada daerah
perlakuan khusus. Wilayah perkotaan pesisir pantai mengakibatkan kerusakan
mengalami kekeringan lebih parah dari pantai dan bakau, bahkan terjadi penyusutan
pedesaan. Peta Indeks Risiko Bencana garis pantai ke arah daratan. Berdasarkan
Kekeringan Provinsi Kepulauan Bangka penelitian yang dilakukan Irvani dan Tono
Belitung (BNPB, 2010), menunjukkan hampir (2014) terhadap abrasi di Kecamatan Jebus
semua kabupaten/kota mempunyai resiko dan Parit Tiga, diperkirakan keseimbangan
tinggi, pengecualian Kabupaten Bangka sedimentasi menjadi terganggu oleh aktivitas
Selatan dengan resiko sedang. penambangan timah di lepas pantai. Adapun
Kekeringan menyebabkan sektor faktor geogenik diperkirakan berasal dari
perkebunan (sayuran dan lada), perikanan kenaikan muka laut secara global.
tawar mengalami kerugian. Kekurangan air Penanggulangan abrasi secara parsial
dipenuhi dari sumber lain, seperti kolong telah dilakukan pemerintah, PT Timah
bekas tambang, air sungai, penggalian (Persero) Tbk, PT Kobtin (Persero) Tbk,
sumur baru pada wilyah LSM dan masyarakat dengan pembuatan
pesisir/hutan/sungai/kebun. Sebagian kecil konstruksi penahan ombak di tepi pantai.
penduduk membeli air. Cara lain yang diusahan dengan penanaman
Faktor geogenik (alami) merupakan pohon bakau, akan tetapi skalanya masih
penyebab utama kekeringan. Pemukiman di kecil dan tidak berkesinambungan.
Bangka umumnya tidak dibangun pada
cekungan air tanah (CAT), dan juga Gempa Bumi
diakibatkan faktor musim kemarau yang Pada tahun 2007 yang lalu pada daerah
panjang. Pembukaan lahan untuk
penelitian terjadi peristiwa gempa bumi.
pertambangan dan perkebunan menjadi Berdasarkan arsip rekaman USGS (US
penyebab lain (antropogenik). Geology Survey) (2007), kejadian gempa di
Penanggulangan bencana kekeringan
Kec. Jebus pada tanggal 1 Desember 2007
belum dilakukan. Pemerintah daerah, memiliki magnitude sebesar 4,1 Skala
perusahaan air minum (PDAM) dan Richter pada kedalaman 10 km, dengan
masyarakat sebatas melakukan koordinat 1,626 LS dan 105,577 BT. Tidak
penanggulangan jangka pendek dengan
tercatat adanya korban jiwa saat kejadian.
usaha menyedikan air bersih saat
Berdasarkan data BMG Pusat dan Tg. Adapun penanggulangan longsoran tidak
Pandan, episenter diperkirakan berada di dilakukan dengan baik dikarenakan
perairan Jebus bagian barat, tepatnya kesadaran rendah penambang terhadap
disekitar zona patahan naik yang melalui keselamatan kerja.
Pantai Bembang, Kec. Jebus Kab. Bangka
Barat. Berdasarkan Analisis stereografi Angin Puting Beliung
kekar pada Stasiun Pantai Bembang dan Daerah pesisir Bangka memiliki potensi
Masjid Sungai Buluh, menunjukkan pola
angin puting beliung sangat besar. Tercatat
arah tegasan utama relatif timurlaut- cukup banyak kejadiannya di seluruh
baratdaya. kabupaten dan kota. Kabupaten Bangka
Barat memiliki kejadian angin puting beliung
Longsoran
di Kel. Tg. Kec. Muntok, Kel. Kelapa dan
Pulau Bangka memiliki potensi Desa Kacung Kec. Kelapa. Kab. Bangka
kelongsoran alamiah rendah. Sebagian mempunyai kejadian angin puting beliung di
besar daratan memiliki kemiringan lereng Desa Maras Senang Kec. Bakam, Kampung
kecil dan rendah. Disusun Satuan Bantam Kecamatan Belinyu dan wilayah
Geomorfologi Dataran (peneplain), Pelempang, Desa Air Buluh Kec. Mendo
Geomorfologi Pedataran Agak Landai dan Barat.
Bergelombang, sebagian kecil berupa bukit Kota Pangkalpinang merupakan wilayah
bersatuan Geomorfologi Perbukitan Agak yang relatif jarang dilanda angin puting
Landai - Agak Curam. Formasi batuan beliung, tercatat dua lokasi yang pernah
memiliki daya tahan tinggi terhadap mengalami kejadian angin putting beliung
longsoran. Bukit-bukit disusun oleh batuan yaitu Kel. Temberan dan Air Itam. Kab.
formasi tua terkompaksikan baik (Mangga Bangka Tengah merupakan wilayah paling
dan Djamal, 1994 dan Margono dkk, 1995). sering dilanda angin puting beliung. Menurut
Peta Indeks Risiko Bencana Gerakan data BNPB dari tahun 2007-2015
Tanah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dibi.bnpb.com) terjadi bencana angin puting
menunjukkan tingkat risiko rendah terhadap beliung sebanyak delapan kali diantaranya di
longsoran tanah (BNPB, 2010). Pada sisi Kel. Padang Mulya dan Desa Penyak Kec.
lain tidak ada data pencatatan kejadian Koba, Desa Keretak dan Keretak Atas Kec.
longsoran yang baik, mengakibatkan sulit Sungaiselan. Kab. Bangka Selatan
menelusuri kerugian/korban yang mempunyai kejadian bencana angin puting
ditimbulkan, karena pada kenyataannya beliung di Kampung Ketapang dan Desa
potensi longsoran membentang luas Suka Damai Kec. Toboali. Kejadiannya
(daratan/lautan) pada lokasi penambangan menimbulkan banyak kerugian berupa
timah, seperti di Kec. Jebus Kab. Bangka kerusakan rumah (ringan - berat) namun
Barat, Kec. Belinyu Kab. Bangka, Kec. tanpa korban jiwa.
Lubuk Kab. Bangka Tengah dan Kec. Air Tabel 2 merupakan rekapitulasi bencana
Gegas Kab. Bangka Selatan. angin puting beliung di Pulau Bangka yang
Aktivitas penambangan timah, kadang- diperoleh berdasarkan survei lapangan dan
kadang menimbulkan korban jiwa catatan berbagai sumber referensi data
penambangnya (tidak tercatat) karena (dibi.bnpb.com, bangkapost, skalanews).
tertimbun tanah di lubang tambang “camui”. Kerugian yang ditimbulkan berupa harta
Penambangan timah laut (TI apung) memiliki benda berupa kerusakan infrastruktur
kontribusi resiko paling tinggi terhadap berupa rumah dan fasilitas umum lainnya
longsoran. Penambangan timah membentuk dengan tingkat kerusakan ringan sampai
lubang bukaan dalam dan terjal pada berat. Tidak tercatat adanya korban jiwa
horizon tanah dan batuan yang belum yang ditimbulkan oleh kejadian angin puting
terkompaksikan, menyebabkan longsoran beliung.
tanah terutama pada musim penghujan.
Gambar 3. Foto kejadian bencana : (A) Kekeringan sungai di Muntok Bangka Barat, (B)
Abrasi pantai di Jebus Bangka Barat, (B) Angin puting beliung (Bangka Post),
(D) Potensi longsoran di Belinyu Bangka.
*E-mail: galih@unmus.ac.id
Received: 09 10 2018 / Accepted: 11 12 2018 / Published online: 17 01 2019
ABSTRAK
Kejadian kekeringan merupakan masalah rutin di Kabupaten Cianjur yang perlu di
tanggulangi melalui persiapan dan perencanaan. Penanggulangan kekeringan dapat
diumlai dengan kajian risiko bencana, sehingga dapat mengurangi tingginya dampak
kerugian. Kajian risiko bencana merupakan penilaian (assessment) pra bencana yang
dilakukan dengan metode analisis keruangan melalui pemberian skor pada setiap
parameter berdasarkan pada kontribusi relatif terhadap kekeringan. Parameter yang
dipergunakan adalah curah hujan, ketersediaan sumber air, penggunaan lahan, jenis
tanah dan kemiringan lereng. Hasil analisis menunjukkan wilayah dengan kelas bahaya
tinggi seluas 23.263,4 ha, dan wilayah dengan tingkat bahaya sedang seluas 314.145,6
ha. Kekeringan umumnya terjadi di wilayah bagian selatan dan tenggara Kabupaten
Cianjur yang lebih dekat ke arah laut. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah
topografi wilayah yang tidak terjangkau pasokan air dari pegunungan, dan curah hujan
yang lebih rendah dari wilayah utara. Wilayah yang memiliki kerentanan tinggi adalah
Kecamatan Cidaun, Kecamatan Takokak, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Naringgul.
Keterpaparan menurut jarak dari ibukota kabupaten Cianjur adalah wilayah Karang Tanah
sebagai yang terluas, disusul oleh Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cibeber.
ABSTRACT
Drought is a routine problem in Cianjur Regency that needs to be addressed through
preparation and planning. Counter measures begin with disaster risk assessment, so as
to reduce the impact of losses that are too severe. Disaster risk assessment is a pre-
disaster assessment carried out using spatial methods through weighted overlays and
scoring of parameters based on contributions relative to drought. The results of the
analysis show areas with hazard class highest covering an area of 23,263.4 ha and
areas with moderate hazard levels covering an area of 314,145.6 ha. Drought is
generally in the south and southeast of Cianjur Regency which is closer to the sea.
Some of the factors that affect it are the topography of the area that is not affordable,
the water supply from the mountains and lower rainfall from the northern region. Areas
with high vulnerability are Cidaun Subdistrict, Takokak District, Sukaresmi District,
and Naringgul District. Exposure according to distance from the town center of Cianjur
34
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
district is the Karang Tanah area as the widest, followed by the Pacet District and
Cibeber District.
35
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
36
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
37
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
38
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
39
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
40
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
41
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
Berdasarkan Gambar 6,
kerentanan tertinggi berada pada wilayah
Kecamatan Cidaun dengan luas wilayah
9384 ha, Kecamatan Takokak seluas
6647,3 ha, Kecamatan Sukaresmi seluas
5786 ha dan Kecamatan Naringgul
dengan luas 4454,8 ha. Apabila dicermati,
pembobotan kerentanan sangat
dipengaruhi oleh kerentanan ekonomi
dengan parameter Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan perkebunan Pertanian
lahan kering dan sawah Pertanian lahan
kering campuran. Area-area ini umumnya
sangat luas hingga hampir mencakup Gambar 7. Peta Keterpaparan di Kabupaten
seluruh wilayah Cianjur, berbeda dengan Cianjur
kerentanan sosial yang hanya terfokus Wilayah dengan keterpaparan
pada wilayah-wilayah pemukiman. terluas adalah Kecamatan Karang Tengah
Keterpaparan seluas 1645,9 ha, Kecamatan Pacet seluas
Seperti yang telah dikemukakan 1541,6 ha, dan Kecamatan Cibeber seluas
dalam metodologi, keterpaparan pada 1378,6 ha.
dasarnya dihasilkan dari aspek politis Risiko Bencana Kekeringan
yang mengutamakan kepentingan satu
daerah atas daerah lainnya berdasarkan Berdasarkan hasil perhitungan
situs, fasilitas berharga, pusat risiko kekeringan, beberapa daerah yang
administrasi, ataupun hal penting lainnya. memiliki tingkat risiko tinggi adalah
Adanya keterbatasan data terhadap situs Kecamatan Cidaun dengan luas 2640,3
maupun fasilitas penting, analisis ha, Kecamatan Karangtengah dengan luas
keterpaparan hanya dilakukan dengan 1606 ha, Kecamatan Cilaku dengan luas
pendekatan wilayah administrasi 1295,9 ha, dan Kecamatan Cianjur
terpenting yaitu Ibukota Kabupaten dengan luas 1274,6 ha. Berdasarkan luas
wilayah risiko kekeringan, Kecamatan
42
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
Cidaun menjadi daerah yang paling luas, Tabel 7. Risiko kekeringan pada masing-
hal ini tidak terlepas dari wilayahnya yang masing kecamatan di Kabupaten Cianjur
memang cukup besar di banding No Kecamatan kelas 1 kelas 2 kelas 3
kecamatan-kecamatan yang berapa di 1 Agrabinta 1623.3 18032.2
daerah utara. Pada wilayah utara wilayah 2 Bojongpicung 90.0 7644.1 1071.0
administrasi relatif lebih kecil, namun 3 Campaka 1286.2 12999.2 3.7
demikian sebaran risiko sebenarnya lebih
4 Campakamulya 151.3 7243.6
tinggi dari wilayah tenggara (Gambar 8).
5 Cianjur 11.4 1322.6 1274.6
6 Cibeber 194.3 12235.8 0.2
7 Cibinong 386.7 23095.0 1.6
8 Cidaun 6941.8 20255.7 2640.3
9 Cijati 89.0 4763.3
10 Cikadu 3819.1 14972.1 28.2
11 Cikalongkulon 2500.0 10181.8 793.1
12 Cilaku 7.5 3937.8 1295.9
13 Cipanas 1666.7 3805.7 1211.2
14 Ciranjang 59.5 1980.9 1082.6
15 Cugenang 887.7 6701.2 3.3
16 Gekbrong 833.7 4192.5 0.2
17 Haurwangi 582.5 3889.7 0.6
18 Kadupandak 518.9 9875.7 37.7
19 Karangtengah 9.6 3225.6 1606.2
20 Leles 1037.7 10365.5
43
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 1, Januari 2019:34-44
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
DOI: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2991
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel
kekeringan tinggi. Hasil dari analisis Darojati, N.W. 2015. Pemantauan Bahaya
weighted overlay menunjukkan wilayah Kekeringan dan Analisis Risiko
yang masuk ke kelas rawan 3 (tertinggi) Kekeringan di Kabupaten
seluas 23.263,4 ha dan wilayah dengan Indramayu. Tesis. Institut
tingkat rawan sedang seluas 314.145,6 ha. Pertanian Bogor (ID). Bogor
Kekeringan umumnya berada di wilayah
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar.
selatan dan tenggara Cianjur yang lebih
Jakarta (ID): Pustaka Jaya.
dekat ke arah laut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi adalah topografi wilayah Husein Z. 2014. Analisis Kerentanan dan
yang tidak terjangkau pasokan air dari Risiko Banjir Terhadap Pertanian
pegunungan dan curah hujan yang lebih di Kabupaten Gorontalo. Tesis
rendah dari wilayah utara. Institut Pertanian Bogor (ID).
Bogor
Pada peta kerentanan, hasil yang
diperoleh didominasi oleh kerentanan Suprtono D. 2016 Pendugaan Potensi
ekonomi dengan PDRB pertanian sebagai Kekeringan Meteorologis Terha-
parameternya. Wilayah yang memiliki dap Kebakaran Hutan dan Lahan
kerentanan tinggi adalah Kecamatan dengan Metode Indeks Presi-
Cidaun, Kecamatan Takokak, Kecamatan pitasi Terstandarisasi di Kabu-
Sukaresmi, dan Kecamatan Naringgul. paten Banjar, Enviro Scienteae
Peta keterpaparan hanya dinilai Vol. 12 No. 3, Nopember 2016
dari 1 parameter yaitu jarak dari ibukota p.194-206 Universitas lambung
kabupaten Cianjur. Berdasarkan penilaian mangkurat (ID). Kalimantan
ini wilayah Karang Tanah menjadi Selatan.
wilayah dengan keterpaparan terluas,
disusul oleh Kecamatan Pacet dan World Meteorological Organization
Kecamatan Cibeber. (WMO). (2012). International
Glossary of Hydrology, WMO
no.385. Secretariat of the World
Meteorological Organization.
DAFTAR PUSTAKA
World Meteorological Orga-
Arifin Z. 2010. Pola Spasial Kerentanan nization. (2012). Standardized
Bencana Alam (Studi Kasus Precipitation Index User Guide.
Kabupaten Cianjur). Universitas WMO-No.090. Geneva, (iD).
Indonesia (ID). Jakarta Yudarwati. 2016. Perubahan Penggunaan
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Lahan dan Arahan Pen-
Bencana. 2012. Pedoman Umum gendaliannya di Kabupaten
Pengkajian Risiko Bencana. Bogor dan Cianjur. Insttitut
Jakarta (ID): BNPB Pertanian Bogor. Bogor
44
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 47-57
MITIGASI, KESIAPSIAGAAN, DAN ADAPTASI MASYARAKAT
TERHADAP BAHAYA KEKERINGAN, KABUPATEN GROBOGAN
(Implementasi Sebagai Modul Konstektual Pembelajaran Geografi SMA
Kelas X Pokok Bahasan Mitigasi Bencana)
ABSTRACT
Mitigation, preparedness, and public adaptation for drought hazard in Grobogan regency
(implementation as a contextual learning module of High School Geography Class X in the disaster
mitigation subject). Postgraduate thesis. Supervisor I: Dr. Sarwono, M.Pd, II: Prof. Dr. Chatarina Muryani,
M.Si. Graduate Program in Population and Environmental Education. Sebelas Maret University Surakarta.
The goals of this study are to determine: (1) public mitigation for drought hazard (2) public preparedness for
drought hazard (3) public adaptation for drought hazard in Grobogan regency (4) the implementation of
public mitigation, preparedness, and adaptation in Grobogan regency as supplement of contextual learning
module on disaster mitigation material in class X Social Science Program.This research is descriptive
qualitative. The subject of this research was the residents of Grobogan which experience drought and the
government (BPBD). The sample was collected using cluster random sampling technique.The sample for this
research was 120 respondens of 5 districts.The result of this research reveals: (1) drought mitigation in
Grobogan resident is done by residents and government by constructing retention basins, creating drilled
wells, building water tank, reforesting, and improving irrigation channels. The government also conducting
socialization of drought mitigation and implementing community sanitation program (Pamsimas) (2) public
preparedness to face drought is done by residents by creating personal water tank, deepening their well, and
preparing reserve fund before the drought. The socialization of preparedness to face the drought is also done
by the government. (3) the adaptations which are done to face the drought are: cropping pattern adaptation,
efficient water usage, provision of allocation of funds to purchase clean water from private, and maintaining
health and providing medicine to face the disease due to drought. (4) the implementation in education, this
research is then implemented as contextual learning modules of mitigation and drought adaptation strategy
which is can be used in disaster mitigation material in class X second semester in 2013 curriculum. In the
tried out of the module which is conducted for second semester students of class X SMA N 1 Wirosari,
Grobogan regency. The responses given by a team of experts, geography teachers and the students were
good.
47
*1 Mahasiswa S2 PKLH FKIP UNS
*2,3 Staff Mengajar Prodi S2 PKLH FKIP UNS
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
Kekeringan merupakan salah satu Fenomena kekeringan juga terjadi di
bencana hidrometeorologis yang silih berganti Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah.
terjadi di Indonesia. Kekeringan adalah Berdasarkan pemberitaan RRI online tanggal
ketersediaan air yang jauh di bawah 24 September 2014 (www.rri.co.id) sebanyak
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, 67 Desa yang tersebar di 19 Kecamatan se-
pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan Kabupaten Grobogan mengalami bahaya
(http://www.bnpb.go.id/pengetahuan- kekeringan, akibatnya sebanyak 71.000
bencana). Bahaya kekeringan adalah dampak kepala keluarga (KK) mengalami kesulitan air
dari perubahan iklim global El Nino dan La bersih. Dari Pemberitaan media online
Nina. El Nino sebagai penyimpangan iklim kedaulatan rakyat tanggal 22 September 2014
yang mengakibatkan kemarau panjang, (http://krjogja.com/ read/231289/grobogan-
sedangkan La Nina yang menyebabkan darurat-kekeringan.kr) disebutkan bahwa dari
musim penghujan panjang. Keduanya 19 kecamatan, hanya 4 kecamatan yang relatif
merupakan fenomena alam yang bersifat aman dari bencana alam tahunan tersebut,
normal dan selalu terulang pada pola tertentu yaitu Kecamatan Godong, Gubug, Klambu
(Kodoatie: 2011). dan Tegowanu. Sedangkan kecamatan yang
Kekeringan tidak dapat dielakkan dan mengalami kekeringan adalah Gabus,
secara perlahan berlangsung lama hingga Kradenan, Ngaringan, Wirosari,
musim hujan tiba. Berdasarkan penyebabnya, Tawangharjo, Pulokulon, Purwodadi,
bahaya kekeringan termasuk kedalam kategori Grobogan, Brati, Toroh, Geyer, Penawangan,
bahaya yang disebabkan oleh alam. Karangrayung, Tanggungharjo dan
Karakteristik bahaya kekeringan cukup Kedungjati.
berbeda dari bahaya yang lain, karena Bahaya kekeringan telah
datangnya yang tidak tiba-tiba namun timbul menimbulkan banyak kerugian-kerugian dan
secara perlahan dan mudah diabaikan. penderitaan yang cukup berat. Untuk itu
Dampaknya akan terasa ketika lahan-lahan diperlukan upaya-upaya yang dapat
produktif seperti pertanian tiba-tiba menanggulangi bahaya kekeringan. Kegiatan
mengalami kegagalan panen maupun penanggulangan bahaya kekeringan terdiri
penurunan kualitas. Akibat yang lebih ekstrim atas kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini,
lagi adalah rusaknya sistem tanah yang tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
berujung tidak termanfaatkannya guna lahan (LIPI: 2006). Mitigasi dilakukan untuk
yang optimal, kelaparan, dan rusaknya sistem mengurangi risiko/ dampak yang ditimbulkan
sektor pertanian. oleh bahaya khususnya bagi penduduk,seperti
korban jiwa, kerugian ekonomi,dan kerusakan
48
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
sumberdaya alam. Dengan mitigasi bahaya pembelajaran geografi pada materi mitigasi
kekeringan diharapkan dampak dari bencana di kelas X SMA dengan kurikulum
kekeringan di Kabupaten Grobogan dapat 2013. Modul kontekstual pembelajaran
berkurang sehingga dapat memperkecil geografi merupakan suatu bahan
kerugian akibat kekeringan. pembelajaran geografi yang sesuai dengan
Kesiapsiagaan merupakan bagian dari situasi nyata di dalam kehidupan sehari-hari
strategi pengurangan resiko bencana yang sehingga mendorong siswa menjadi antusias
mendahulukan aspek pencegahan terhadap dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
dampak dari bencana. Untuk dapat hari.
mengurangi potensi bencana yang akan terjadi Tujuan penelitian ini adalah untuk
disekitar tempat tinggal rawan bencana maka mengetahui tindakan mitigasi, kesiapsiagaan,
perlu dilakukan peningkatan kesiapsiagaan. dan adapatsi masyarakat terhadap bahaya
Kesiapsiagaan merupakan usaha yang dapat kekeringan di Kabupaten Grobogan.
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya Penelitian ini kemudian diiplementasikan
bencana. Selain dilakukan penanggulangan dalam modul pembelajaran berupa modul
prabencana dengan mitigasi dan pembelajaran kontekstual mitigasi dan
kesiapsiagaan bahaya kekeringan, perlu juga strategi adaptasi kekeringan yang dapat
dilakukan penanggulangan pada saat terjadi digunakan dalam pembelajaran materi
bahaya kekeringan dengan cara adaptasi mitigasi bencana di kelas X semester 2
terhadap bahaya kekeringan. Adaptasi kurikulum 2013.
bencana merupakan upaya untuk
METODE PENELITIAN
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
Penelitian ini merupakan jenis
melakukan perubahan yang mengarah pada
penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
peningkatan daya tahan terhadap perubahan.
pengumpulan data dilakukan dengan angket,
Pembelajaran geografi di sekolah,
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
sebagian besar guru geografi hanya
Teknik sampling yang digunakan adalah
menggunakan buku teks yang kemudian
cluster random sampling (sampel acak
diajarkan dengan pembejaran konvensional.
kelompok). Cluster pertama, dari 14
Siswa menjadi bosan dengan buku teks yang
Kecamatan yang mengalami kekeringan,
dipelajarinya. Dalam implementasi dari
diambil 5 kecamatan dengan cara
penelitian mitigasi, kesiapsiagaan, dan
Proportional sampling. Cluster kedua, dari 5
adaptasi masyarakat terhadap bahaya
kecamatan, masing-masing kecamatan
kekeringan, dapat dibuat sebuah sumber
diambil dua desa dengan cara Proportional
belajar yang berupa modul kontekstual
49
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
sampling. Jumlah sampel setipa kecamatan tinggi
Sangat
16.993 53.244 67.866 78,45
5 Gabus tinggi
sebanyak 2 desa. Cluster ketiga, masing 6 Geyer 3.001 9.304 60.194 15,46 Rendah
7 Wirosari 7.972 26.025 85.807 30,33 Sedang
masing desa diambil 2 dusun dengan cara 8 Purwodadi 3.751 14.143 134.354 10,53 Rendah
9 Ngaringan 2.246 7.700 66.242 11,62 Rendah
acak (random). Jumlah dusun yang menjadi 10 Karangrayung 2.263 7.825 89.700 8,72 Rendah
11 Tawangharjo 2.283 8.822 54.507 16,19 Rendah
sampel pada masing-masing kecamatan 12 Penawangan 2.070 7.999 58.784 13,61 Rendah
13 Tegowanu 260 772 53.271 1,45 Rendah
sebanyak 4 dusun. Cluster keempat, masing- 14 Kedungjati 1.152 4.391 39.821 11,03 Rendah
15 Klambu 0 0 0 0 Rendah
masing dusun diambil 1 RW dengan cara acak 16 Brati 0 0 0 0 Rendah
17 Gubug 0 0 0 0 Rendah
(random). jumlah RW yang menjadi sampel Tanggungharj
0 0 0 0
Rendah
18 o
pada masing-masing kecamatan sebanyak 4 19 Godong 0 0 0 0 Rendah
335.4 1.068.23 Sedang
100.954 31,40
RW. Cluster kelima, masing-masing RW Jumlah 57 4
Sumber: BNPB Kabupaten Grobogan Tahun 2015 yang
diambil 2 RT dengan cara acak (random). dianalisis
50
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
Sumur bor dibuat dengan sumber air
yang sangat dalam sehingga diharapkan
ketika musim kemarau panjang
berlangsung, sumur tersebut tidak
mengalami kekeringan.
pada saat terjadi hujan. Masyarakat mitigasi dengan pembuatan tandon air
kekeringan, masyarakat menyedot air dari ketika mendapat bantuan air bersih dari
ke dalam sumur resapan tersebut agar membeli air bersih dari pihak swasta.
kemudian mengalir ke sumur melalui Selain itu upaya pembuatan tandon air
tanah. Saat sumber air sudah mengering, dilakukan untuk menampung air hujan
masyarakat membeli air dari pihak swasta saat terjadi kekeringan. Pada musim
dan kemudian mengalirkannya ke sumur kemarau panjang dan terjadi hujan, maka
51
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
tersebut untuk memenuhi kebutuhan bantuan air bersih kepada desa-desa
sehari-hari. tersebut.
f. Reboisasi
Berdasarkan informasi dari
BPBD, upaya pengurangan dampak dari
kekeringan selain dengan pembuatan
embung, sumur resapan dan sumur bor,
Gambar 4. Air Hujan Ditampung di Tampungan air juga dilakukan dengan reboisasi.
Milik Warga
Reboisasi dilakukan pemerintah agar
d. Sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi
hutan tidak gundul sehingga akar
kekeringan
tanaman dapat menyerap dan menyimpan
Sosialisasi tentang mitigasi
air. Dengan demikian, kekeringan dapat
kekeringan pernah dilakukan di
menjadi berkurang karena ada akar
Kabupaten Grobogan. Sebagian besar
tanaman yang mampu menyerap dan
warga masyarakat telah mengikuti
menyimpan air.
sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi
kekeringan. Sosialisasi dilakukan oleh Mitigasi yang dilakukan untuk
belum ada perkumpulan rutin untuk antara lain dilakukan dengan cara:
air bersih dengan truk-truk tangki air. Grobogan, tetapi upaya tersebut masih
PDAM. Pihak BPBD memberikan daftar embung mengering, sehingga tidak dapat
52
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
embung tidak terjadi dan cadangan air
dalam waduk/ embung menjadi lebih
banyak.
53
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
bencana-bencana alam lain yang bahwa kekeringan datangnya perlahan-
dampaknya sangat besar dan langsung lahan dan baru terasa saat sumber air
seketika dirasakan masyarakat seperti mengering. Banyak masyarakat yang
gunung meletus, gempa bumi, dan mengabaikan kekeringan karena
tsunami. Sosialisasi tentang tanggap dianggap sebagai kejadian yang
kekeringan sudah pernah dilakukan di dampaknya tidak berbahaya dan tidak
sebagian wilayah di Kabupaten begitu mengancam jiwa manusia.
Grobogan.
d. Mobilisasi sumberdaya
Pos yang menyediakan air bersih Pemerintah membuat kebijakan-
bagi masyarakat di sebagian besar kebijakan untuk kesiapsiagaan
wilayah di Kabupaten Grobogan belum kekeringan dan untuk mengurangi
ada. Bantuan air bersih dari pemerintah dampak kekeringan. Salah satu
biasanya lokasinya tidak sama setiap kebijakannya yaitu dengan pemberian
periodenya walaupun masih dalam satu bantuan air bersih untuk daerah-daerah
desa. yang mengalami kekeringan melalui
BNPB. Perhatian pemerintah terhadap
bahaya kekeringan tergolong belum
cukup memuaskan. Masyarakat sebagian
besar menganggap belum memuaskan
karena bantuan air dari masyarakat hanya
sedikit dan jangka waktunya lama
sehingga saat persediaan air habis
bantuan dari pemerintah belum datang
Gambar 6. Pemberian Bantuan Air Bersih Kepada
Masyarakat di Desa Putatsari sehingga harus membeli air bersih sendiri
Dalam bidang pertanian, dari pihak swasta.
berdasarkan informasi dari masyarakat
Masyarakat menjelaskan bahwa
terdapat organisasi yang mengelola
hubungan antara masyarakat pemerintah
pertanian yaitu kelompok tani dan
belum cukup transparan. Masyarakat
gabungan kelompok tani (Gapoktan).
sebagian besar tidak mengetahui
c. Peringatan dini kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
Peringatan dini terhadap bahaya pemerintah dalam menghadapi bahaya
kekeringan belum ada di Kabupaten kekeringan. Masyarakat sebagian besar
Grobogan. Masyarakat menjelaskan juga tidak mengetahui jadwal rutin
54
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
pemberian bantuan air bersih dari
pemerintah.
dengan adaptasi pola tanam. Pola tanam bidang ekonomi yaitu dengan cara
kekeringan yaitu pola tanam padi, menghadapi kekeringan. Pada saat terjadi
kemudian palawija, dan setelah itu bera. puncak kekeringan, bantuan air dari
pemerintah masih belum dapat
mencukupi kebutuhan seluruh
masyarakat sehingga masyarakat
membeli air sendiri untuk keperluan
sehari-hari. Masyarakat membeli air
55
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
setiap satu tangki mobil seharga Rp. modul ini dapat melangkah ke tahap yang
200.000,00. selanjutnya. Berdasarkan hasil penskoran
validasi tim ahli modul mitigasi dan strategi
d. Adaptasi dalam bidang kesehatan
adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori
Dalam bidang kesehatan adaptasi
layak. Berdasarkan hasil penskoran validasi
dilakukan dengan menjaga kesehatan
dari uji kelompok besar di kelas X IPS 2,
dengan penyediaan obat-obatan karena
modul mitigasi dan strategi adaptasi
masyarakat mudah terserang penyakit
kekeringan termasuk dalam kategori layak.
seperti panas dalam dan penyakit yang
Dengan demikian, modul ini dapat digunakan
lain yang dapat mengganggu aktivitas
dalam pembelajaran geografi.
sehari-hari.
KESIMPULAN
Implementasi dari Mitigasi, Kesiapsiagaan,
1. Mitigasi kekeringan di Kabupaten
dan Adaptasi Masyarakat di Kabupaten
Grobogan dilakukan masyarakat dan
Grobogan Sebagai Suplemen Kontekstual
pemerintah dengan embung, sumur
Modul Pembelajaran pada Materi Mitigasi
resapan, sumur bor, pembuatan tandon
Bencana di Kelas X Program IPS
air, reboisasi, serta perbaikan saluran
Setelah dilakukan penelitian terhadap irigasi. Pemerintah juga melakukan
Mitigasi, Kesiapsiagaan, dan Adaptasi penyuluhan tentang mitigasi kekeringan
Masyarakat Terhadap Bahaya Kekeringan serta pelaksanaan program sanitasi
Kabupaten Grobogan, maka untuk masyarakat (Pamsimas).
memberikan dukungan di bidang pendidikan, 2. Kesiapsiagaan dalam menghadapi
hasil penelitian ini diimplikasikan sebagai kekeringan dilakukan masyarakat dengan
modul pembelajaran kontekstual berupa membuat tandon air pribadi untuk
modul Mitigasi dan Strategi adaptasi menampung air saat musim kemarau,
kekeringan. memperdalam sumur, serta menyiapkan
Langkah yang dilakukan dalam dana khusus untuk menghadapi
mengimplementasikan modul ini adalah kekeringan. Pemerintah melakukan
dengan validasi modul ini dengan tim ahli, kesiapsiagaan dengan mengalokasikan
validasi dengan praktisi (guru mata pelajaran), dana untuk pemberian bantuan air bersih
dan validasi dengan siswa. Berdasarkan hasil kepada masyarakat saat terjadi
penskoran validasi tim ahli modul mitigasi kekeringan. Pemerintah juga melakukan
dan strategi adaptasi kekeringan termasuk sosialisasi kesiapsiagaan dalam
dalam kategori layak. Dengan demikian, menghadapi kekeringan.
56
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 3, No. 1 (Januari 2017) Hal. 46-56
3. Adaptasi yang dilakukan dalam Carter WN. 1991. Disaster Management. A
disaster Manager’s Handbook.
menghadapi kekeringan yaitu dengan
National Library of The
adaptasi pola tanam, penggunaan air Philiphines CIP Data: Asian
Development Bank
secara efisien, penyediaan alokasi dana
Departemen Pendidikan Nasional. 2002.
untuk membeli air bersih dari swasta, Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan
serta menjaga kesehatan dan
Menengah.
menyediakan obat untuk menghadapi
Dewan Nasional Perubahan Ilkim (DNPI).
penyakit akibat musim kemarau 2012. Rencana Aksi Nasional Adaptasi
(kekeringan). Perubahan Iklim Indonesia. Jakarta:
Bappenas.
4. Sebagai implementasi dalam bidang
Hidayati. 2009. Kesiapsiagaan Masyarakat
pendidikan, penelitian ini kemudian
Menghadapi Bencana Gempa Bumi
diimplementasikan dalam modul dan Tsunami. Jakarta: Prosiding.
pembelajaran berupa modul pembelajaran Hisdal, H Tallaksen. 2000. Drought Even
kontekstual mitigasi dan strategi adaptasi Definition. Oslo: Technical Report
Number 6 ARIDE (Assesment of the
kekeringan yang dapat digunakan dalam Regional Impact of Drought in
pembelajaran materi mitigasi bencana di Europe).
57
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
ABSTRACT
112
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
Ambang batas
TLM = 90% FDC
(m3/s)
Debit
Surplus Air
Defisit Volume
Defisit Air
X
Waktu
(Tahun)
Peristiwa Kekeringan Defisit Maksimum
Awal Akhir
Gambar 1. Ilustrasi cara kerja metode TLM (Sumber: adaptasi dari Gregor, 2010)
113
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
ambang batas disebut sebagai deficit air mengalir tidak terus menerus sepanjang
yang berpotensi menghasilkan kekeringan. tahun. Umumnya, aliran air sungai= 0
Debit harian yang berada di bawah ketika musim kemarau, maka dapat
ambang-batas, dinyatakan sebagai kondisi digunakan persentil 70 (Q70) digunakan
kekurangan debit. Kekurangan debit dapat sebagai penentu nilai ambang batas
mengakibatkan kejadian kekeringan untuk mengetahui indeks
(drought event) saat periode kekurangan kekeringannya.
airnya berlangsung cukup lama. Nilai Metode TLM sangat penting
ambang batas dapat diatur dalam waktu digunakan untuk menentukan kondisi awal
yang tetap sepanjang tahun (konstan), dan akhir musim kemarau. Metode TLM
musiman (1-4 musim), bulanan, N-hari
sangat efektif dalam operasi penyimpanan
dan setiap hari. Pada kasus nilai ambang air pada suatu DAS. Penyimpanan air
yang konstan, Threshold atau nilai ambang dimaksud-kan sebagai upaya alokasi air
batas untuk menyatakan kekeringan dapat yang sesuai dengan kebutuhan dan
ditentukan menggunakan nilai persentil menghindari kejadian defisit air untuk
dari input data debit. periode waktu tertentu pada suatu DAS.
Tallaksen et al., (2004) membedakan Adanya ambang-batas debit, maka nilai
nilai ambang berdasarkan jenis sungainya, debit harian pada suatu DAS dapat
yaitu: dikondisikan agar tidak sampai berada di
1. Pada sungai abadi (perennial), dimana bawah nilai ambang-batas tersebut. Modul
pada sungai tersebut selalu ada debit TLM sudah termuat dalam paket aplikasi
setiap harinya (berair sepanjang tahun). HidrOffice (Gregor, 2010). Aplikasi
Nilai ambang ditentukan menggunakan metode ini misalnya dijumpai dalam
persentil 70% (Q70) sd Persentil 95 % tulisan Hisdal & Tallaksen (2000) yang
(Q95). menggunakan TLM untuk mengkaji
2. Pada sungai periodik (intermittent), periode atau lamanya kekurangan air yang
dimana ada saat tertentu air di sungai dapat dianggap sebagai kejadian
tersebut kering atau sungai yang airnya kekeringan di wilayah Amerika Serikat
Gambar 2. Grafik TLM-drought assessment (Sumber: Hasil analisis): = debit, = defisit air,
= Threshold (ambang batas)
114
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
115
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
116
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
117
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
Tabel 1. Luas, Q-min, Q-max, Q-rata-rata 15 DAS yang digunakan sebagai sampel pengujian
Debit (m3/s)
Luas DAS
No. DAS
(km2) Qmin Qmax
Qrrt
1. Rawatamtu 783 0.1 588 35.25
2. Mayang 219 0.01 70.45 4.99
3. Wonorejo 215 2.07 196.06 17.94
4. Mujur 183 0.2 51.5 4.77
5. Sanenrejo 291 0.03 184 10.16
6. Bomo Bawah 138 0.07 89.62 3.93
7. Bomo Atas 38 0.02 99 2.31
8. Karangdoro 479 0.07 205.35 17.73
9. Kloposawit 686 1.29 242.78 10.39
10. Setail 219 0.11 498 9.24
11. Kadalpang 206 0.04 69.04 2.91
12. Welang 387 0.25 32.55 3.89
13. Kramat 178 0.11 193.03 2.63
14. Pekalen 166 3.35 94.3 10.95
15. Rondodingo 136 0.25 101 5.03
Gambar 5. Distribusi spasial nilai debit rerata dan maksimum DAS-DAS di Jawa Timur
118
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
Gambar 7. Distribusi spasial rerata frekuensi kejadian defisit air (kekeringan) > 7 hari
119
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
Gambar 8. Distribusi spasial rerata tahunan durasi kejadian defisit air (kekeringan)
Durasi tiap kejadian (defisit air atau hidrologi, potensi kejadain banjir dan
kekeringan ) dapat dinyatakan dalam rerata kekeringan di Jawa Timur.
lama kejadian defisit air per tahun
(Gambar 8). Durasi atau lama tiap DAFTAR PUSTAKA
kejadian deficit dapat berlangsung antara 5 Gibbs, W. J. and J. V. Maher, 1967. Rainfall
sd 46 hari. deciles as drought indicators. Bureau of
Meteorology Bulletin, No. 48,
KESIMPULAN Commonwealth of Australia,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Melbourne.
dengan meneggunakan ambang batas debit Golnaraghi, M., A WMO Fachtsheet 2013.
pada kuantile 90%, kejadian deficit air WMO Disaster Risk Reduction
pada DAS – DAS yang diteliti, terjadi Programme. http://www.wmo.int.
antar 1 sd 3 kali dalam setahun dengan Gregor, M. 2010. User Manual TLM 2.1.
durasi bervariasi antara 5 sd 46 hari per Department of Hydrogeology - Faculty
kejadaian. Metode TLM dapat digunakan of Natural Science - Comenius.
untuk menyatakan potensi kejadain University of Slovakia.
kekeringan, namun demikian hasilnya Hisdal, H and Tallaksen, L. M. 2000. Jurnal :
akan lebih valid jika data lebih panjang Assessment of the Regional Impact of
periode nya. Hasil penelitian juga perlu Droughts in Europe: Drought Event
dicek dengan indicator yang dipakai di Definition. Department of Geophysics,
lapangan untuk menyatakan kekeringan. University of Oslo, Norwegia.
Secara umum, database dan peta-peta Karl, T. R. and R. W. Knight, 1985. Atlas of
tematik yang dihasilkan dapat bermanfaat Monthly Palmer Hydrological Drought
untuk menyatakan variabiitas spasial data Indices (1931-1983) for the Contiguous
120
Studi Pendahuluan tentang Penerapan Metode Ambang Bertingkat…
Jurnal Agroteknologi, Vol. 08 No. 02 (2014)
121