Anda di halaman 1dari 6

SOSIOLOGI LINGKUNGAN

“SOSIOLOGI LINGKUNGAN SEBAGAI PARADIGMA BARU”


Bencana Alam Yang Di Timbulkan Oleh Kegiatan Manusia

DOSEN MATA KULIAH


Adilita Pramanti, S.sos.,M.Si

NELLA AGUSTIANI
163112350350024
FISIP/SOSIOLOGI
Nellazkhh03@gmail.com

“SOSIOLOGI LINGKUNGAN SEBAGAI PARADIGMA BARU”


Bencana Alam Yang Di Timbulkan Oleh Kegiatan Manusia

Abstrak

Berbagai bencana alam akhir akhir ini sering terjadi baik di berbagai belahan dunia
tanpa terkecuali di negara kita Indonesia. Kita dapat mengetahui beragam bencana yang
terjadi ini baik dari berbagai media elektronik maupun media masa setiap harinya. Bencana
itu mulai dari banjir, tanah longsor, degradasi tanah, dan lain sebagainya. Dan kesemua
bencana ini menjadi persoalan bagi kehidupan manusia karna memberikan dampak yang
sangat merugikan. Tidak terkecuali bagi negara indonesia yang memiliki beragam
sumberdaya alam, seperti hutan dan sungai. Kelimapahan dan kekayaan alam yang dimiliki
Indonesia ini seharusnya Indonesia menikmati beragam keuntungan dan jauh dari bencana
alam. Bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Wasior, Aceh,
Medan dan Jawa dll seharusnya tidak terjadi karena Indonesia memiliki sumberdaya hutan
yang luas membentang di sepanjang kawasan Nusantara ini. Namun yang terjadi adalah
sebaliknya, untuk keperluan beragam kepentingan hutan ditebang dan kawasannya
digunduli serta lingkungan menjadi rusak sehingga mengemukalah banjir dan tanah longsor
( Pahrudin HM, M.A. ).

KAJIAN TEORI

A. SOSIOLOGI LINGKUNGAN

Sosiologi lingkungan yang merupakan suatu kajian ilmu pengetahuan


hubungan manusia dengan lingkungan , dituntut untuk bisa dan mampu
menganalisis dan memahami permasalahan yang dihadapi manusia dalam
kehidupannya dengan aspek lingkungannya. Perhatian para ilmuan sosial terhadap
permasalahan lingkungan dari aspek sosiologi ini dapat dikatakan terlambat
dibandingkan dengan lainnya. Karena beberapa pakar menilai bahwa keterlambatan
ini disebabkan oleh kungkungan dan kekangan defenisi sosiologi yang dikemukakan
oleh para ahli dan dijadikan acuan oleh banyak kalangan dalam melakukan kajian.
Beragam defenisi sosiologi yang dikemukakan oleh beragam ahli selama ini
memperlihatkan bahwa ilmu ini ‘hanya’ mengkaji hubungan antar manusia tanpa
memasukkan unsur lingkungan. Kenyataan ini dapat dimengerti karena sosiologi
hadir dan dirumuskan di saat perspektif antroposentrisme (manusia sebagai pusat
atau penentu alam) masih sangat dominan.( Pahrudin HM, M.A. ).
Perkembangan pandangan sosiologi dari antroposentrisme menjadi
ekosentrisme (lingkungan atau alam sebagai pusat kajian) baru mengemuka pada
tahun 1978 yang dilakukan oleh Riley Dunlap dan William Catton dalam jurnalnya
yang berjudul “ Environmental Sosiology : A New Paradigm” dalam buku “The
American Sosiologist, 1978, Vol 13 (February) 41-49”.
Dimana praktek sosiologi untuk masa yang akan datang  harus melihat
hubungan antara manusia/masyarakat dan lingkungan biofisik, di jurnal ini dibahas
anjuran untuk suatu paradigma baru bagi hubungan antara manusia/masyarakat
dengan lingkungannya sehingga disiplin ilmu ini tidak lagi mengabaikan hubungan
masyarakat dengan lingkungan biofisiknya

PEMBAHASAN
Menurut Dunlop dan Catton, sebagaimana dikutip Rachmad, sosiologi lingkungan dibangun
dari beberapa konsep yang saling berkaitan, yaitu:
1. Persoalan-persoalan lingkungan dan ketidakmampuan sosiologi konvensional untuk
membicarakan persoalan-persoalan tersebut merupakan cabang dari pandangan
dunia yang gagal menjawab dasar-dasar biofisik struktur sosial dan kehidupan sosial.
2. Masyarakat modern tidak berkelanjutan (unsustainable) karena mereka hidup pada
sumberdaya yang sangat terbatas dan penggunaan di atas pelayanan ekosistem jauh
lebih cepat jika dibandingkan kemampuan ekosistem memperbaharui dirinya. Dan
dalam tataran global, proses ini diperparah lagi dengan pertumbuhan populasi yang
pesat.
3. Masyarakat menuju tingkatan lebih besar atau lebih kurang berhadapan dengan
kondisi yang rentan ekologis.
4. Ilmu lingkungan modern telah mendokumentasikan kepelikan persoalan lingkungan
tersebut dan menimbulkan kebutuhan akan penyelesaian besar-besaran jika krisis
lingkungan ingin dihindari.
5. Pengenalan dimensi-dimensi krisis lingkungan yang menyumbang pada ‘pergeseran
paradigma’ dalam masyarakat secara umum, seperti yang terjadi dalam sosiologi
berupa penolakan terhadap pandangan dunia Barat yang dominan dan penerimaan
sebuah paradigma ekologi baru.
6. Perbaikan dan reformasi lingkungan akan dilahirkan melalui perluasan paradigma
ekologi baru di antara publik, massa dan akan dipercepat oleh pergeseran paradigma
yang dapat dibandingkan antara ilmuan sosial dan ilmuan alam.

Lebih lanjut, dalam kajian sosiologi lingkungan, beragam perilaku sosial seperti konflik dan
integrasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi lingkungan, adaptasi terhadap
perubahan lingkungan atau adanya pergeseran nilai-nilai sosial yang merupakan efek dari
perubahan lingkungan harus dapat dikontrol. Hal ini dilakukan agar kemunculan pengaruh-
pengaruh berupa faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan kondisi lingkungan (eksogen)
dapat terdeteksi atau dikenali dengan jelas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
sosiologi lingkungan adalah cabang sosiologi yang mengkaji aspek-aspek lingkungan, seperti
pemanfaatan sumberdaya alam serta pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
dilakukan oleh manusia dengan beragam alasan sebagai dampak ikutannya.
1. INTERAKSI ANTARA MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Sosiologi lingkungan didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antara
masyarakat manusia dan lingkungan fisik mereka atau, lebih sederhana,''sosial-
lingkungan interaksi'' (Dunlap dan Catton 1979).
Interaksi tersebut termasuk cara-cara di mana manusia mempengaruhi
lingkungannya serta cara-cara di mana kondisi lingkungan (sering dimodifikasi oleh
tindakan manusia) mempengaruhi urusan manusia, ditambah dengan cara di mana
interaksi sosial tersebut ditafsirkan dan ditindaklanjuti.
Relevansi dari interaksi ini untuk sosiologi berasal dari fakta bahwa populasi manusia
tergantung pada lingkungan biofisik untuk kelangsungan hidup, dan ini pada
gilirannya memerlukan melihat lebih dekat pada fungsi-fungsi yang melayani
lingkungan bagi manusia.
Tiga fungsi dasar lingkungan hidup bagi kehidupan manusia , yaitu :
1. Lingkungan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk hidup, mulai
dari udara dan air untuk makanan untuk bahan yang dibutuhkan untuk
tempat tinggal, transportasi, dan berbagai macam barang ekonomis.
2. Lingkungan berfungsi sebagai penyerap limbah. Untuk repositori limbah
ini, baik menyerap atau daur ulang, lingkungan berfungsi  menyerap zat
berbahaya zat (seperti ketika pohon menyerap karbon dioksida kemudian
oksigen kembali ke udara).
3. Manusia, seperti spesies lainnya, juga harus memiliki tempat untuk
betahan hidup, dan lingkungan menyediakan rumah-di mana manusia
dqapat hidup, bekerja, bermain, perjalanan, dan menghabiskan hidup kita.

Jadi, ketiga fungsi lingkungan hidup adalah untuk memberikan kehidupan ruang atau
habitat bagi populasi manusia.Tapi ketika manusia/masyarakat berlebihan dalam
memanfaatkan ketiga fungsi lingkungan maka akan terjadi permasalahan. Masalah
lingkungan dalam bentuk polusi, kelangkaan sumber daya, dan kepadatan penduduk dan /
atau kelebihan penduduk. Dampak dari terganggunya satu fungsi lingkungan berakibat pula
pada fungsi lainnya sehingga permasalahan lingkungan inipun bisa semakin kompleks.
Sebagai contoh suata area/daerah yang fungsi lingkungannya dialihkan untuh TPA sapah
atau limbah berbahaya, membuat fungsi kawasan lingkungan ini tidak layak huni, karna
bahan berbahaya/limbah ini mencemari tanah, air, dan udara. Daerah ini tidak bisa lagi
berfungsi sebagai depot pasokan untuk air minum atau untuk produk pertanian tumbuh.
Akhirnya, konversi lahan pertanian atau hutan menjadi subdivisi perumahan menciptakan
ruang yang lebih hidup untuk manusia, tetapi itu berarti bahwa tanah tidak lagi dapat
berfungsi sebagai depot pasokan untuk makanan atau kayu (atau sebagai habitat satwa
liar).
Masalah lingkungan baru terus muncul sebagai hasil dari kegiatan manusia. Contoh issue
global adalah pemanasan global, hal ini terjadi akibat dari peningkatan pesat karbon
dioksida di atmosfer bumi yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia-terutama
pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas, dan minyak), kayu, dan lahan hutan. Sehingga
meningkatkan suhu atmosfer bumi. perubahan fungsi lingkungan ini yang membuat planet
bumi  kita kurang cocok sebagai ruang hidup (tidak hanya bagi manusia, tetapi terutama
untuk bentuk-bentuk lain dari kehidupan).Penipisan ozon, misalnya, berasal dari
kemampuan terbatas melebihi atmosfer untuk menyerap chlorofluorocarbons (CFC) dan
polutan lainnya.  Munculnya masalah seperti penipisan ozon, perubahan iklim, kepunahan
spesies, dan perusakan hutan hujan adalah indikasi bahwa masyarakat modern mengubah
lingkungan mereka dan cara-cara di mana perubahan tersebut akhirnya menciptakan
kondisi bermasalah bagi masyarakat.

KESIMPULAN
.
PANDANGAN actual saya terhadap permasalahan lingkungan di indonesi khususnya
bencana alam yang dikarenakan oleh kegiatan manusia itu sendiri, dikarenakan begitu
banyaknya bencana alam yang ditimbukan sebagaimana ulah dari kegiatan manusia untuk itu
diperlukan/diharuskannya perubahan pardigama baru bagi masyarakat pada umumnya dan
ilmuan sosial khususnya . Untuk keberlagsungan  kehidupan manusia/masyarakat dimasa
yang akan datang, yaitu Human Expetionalism Paradigm (HEP) yaitu paradigma yang
beraliran antroposentism ( manusia sebagai pusat atau penentu alam ) ke paradigma baru
yang lebih mengacu pada lingkungan yaitu New Environmental Paradigm (NEP) tentang
hubungan antara manusia dengan lingkungan ekologisnya, dengan demikian diharapakan
adanya kestabilan di fungsi lingkungan bagi kehidupan manusia.

REFERENSI
1. BUKU SOSIOLOGI LINGKUNGAN
Sosiologi Lingkungan/Rachmad K. Dwi Susilo, Jakarta : Rajawali Pers, 2014.
2. https://nasional.sindonews.com/read/1302781/15/10-problem-besar-lingkungan-di-
indonesia-1525347778
3. http://www.bonarsitumorang.com/2016/03/sosiologi-lingkungan-sebagai-paradigma.html
4. http://www.mongabay.co.id/2014/06/24/survei-walhi-status-lingkungan-indonesia-dalam-
bahaya/

Anda mungkin juga menyukai