USULAN
JUDUL PENELITIAN
TIM PENGUSUL
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian)
Objek penelitian yang akan diteliti adalah fokus pada rumah panggung pada Arsitektur
Sunda yang dapat dimanfaatkan, baik bentuk, struktur, konstruksi, maupun
materialnya sebagai model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bencana banjir.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : 2018
Berakhir : 2019
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun
rencana perolehan atau penyelesaiannya
Hasil penelitian ini memiliki peluang yang sangat besar untuk didaftarkan
mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa paten untuk model desain
rumah yang ramah terhadap bencana banjir (prototype patent). Hasil penelitian juga
dapat disarikan/dimasukkan ke dalam konten buku ajar pada matakuliah Arsitektur
Nusantara, Arsitektur Wisata, dan Arsitektur Vernakular pada Program Studi Teknik
Arsitektur (S1) dan Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur (S1) khususnya pada
Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia
untuk pembelajaran mahasiswa tentang kearifan lokal (local wisdom/local genius).
Rencana-rencana luaran tersebut akan diupayakan segera diusulkan dan diharapkan
selesai pada tahun 2019.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... 1
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM...................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
RINGKASAN............................................................................................................ 4
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang...................................................................................... 5
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 6
3. Asumsi................................................................................................. 6
4. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
5. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
6. Hasil Penelitian yang dijanjikan.......................................................... 8
7. Urgensi Penelitian............................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN 73
RINGKASAN
1. Latar Belakang
Fenomena banjir di Indonesia telah menjadi isu nasional, bahkan menjadi salah
satu prioritas dalam program rencana strategis nasional yang dicanangkan oleh
Pemerintahan Joko Widodo dalam program mitigasi bencana nasional. Program ini telah
disosialosasikan kepada para kepala daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota se-
Indonesia. Banjir telah banyak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat di perkotaan
dan perdesaan. Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan, mendirikan
permukiman di bantaran sungai, serta eksploitasi alam secara besar-besaran menjadi
faktor utama penyebab terjadinya banjir. Permasalahan yang muncul antar lain: rumah-
rumah penduduk terendam, banyak rumah-rumah yang rusak, bahkan ada diantaranya
yang terbawa hanyut oleh air sungai yang sangat deras.
Banjir sampai saat ini belum dapat ditangani secara permanen, baik oleh
pemerintah pusat, daerah, maupun kota. Penanganan hanya bersifat sementara, itupun
dilakukan oleh masyarakat di daerah yang rawan banjir secara swadaya, misalnya bagi
yang mampu rumahnya dibuat dua lantai, bagi yang kurang mampu mereka pindah ke
rumah saudaranya atau tetangganya yang dekat, atau hanya mampu bertahan di rumahnya
yang terendam. Belum pernah ada rumah yang didesain dengan konsep ramah banjir,
yang mampu mengantisipasi agar air tidak merendam bagian inti rumah. Padahal secara
arsitektural, konsep rumah banjir tersebut dapat dibuat untuk masyarakat. Hal inilah yang
menjadi latar belakang dilakukannya penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung
Arsitektur Sunda sebagai model desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi
kasus di Kampung Cieunteung-Baleendah, Kabupaten Bandung bagian Selatan.
Kearifan lokal Arsitektur Sunda (local wisdom/local genius) dijadikan sebagai
potensi/kekayaan yang sangat besar untuk mencari solusi terbaik sebagai salah satu upaya
antisipasi bencana banjir yang banyak merugikan masyarakat. Kearifan lokal tersebut
banyak memiliki nilai-nilai arsitektural sangat kaya dan unik, seperti rumah panggung,
bentuk, material, struktur, konstruksi serta model atapnya. Kearifan lokal ini menjadi
salah satu fokus tema penelitian yang akan dilakukan dengan cara menggali potensi
rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model (prototype) rumah yang ramah
terhadap bencana banjir di daerah-daerah rawan banjir lainnya di Jawa Barat.
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini adalah tahap ke-1 yang fokusnya hanya kepada konsep perencanaan
dan perancangan rumah ramah banjir. Sedangkan model desainnya (prototype) akan
dilanjutkan dan diusulkan pada penelitian tahap ke-2;
b. Konsep perencanaan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan rumah
yang ramah terhadap banjir, termasuk elaborasi ide-gagasannya;
c. Konsep perancangan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan bentuk
rumah panggung yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan yang secara
arsitektural mampu dijadikan sebagai konsep perencanaan dan perancangan rumah
ramah banjir;
d. Arsitektur Tradisional Sunda yang menjadi studi banding dan pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir, adalah: (1) Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya; (2) Kampung Baduy Kajeroan di Kabupaten Lebak-Banten.
Dari kedua kampung tersebut akan diperoleh bentuk imah panggung, pola
perletakkan massa bangunan, model-model atap termasuk bentuk dan materialnya;
e. Lokasi dibatasi hanya di Kampung Cieunteung, Kecamatan Baleendah Kabupaten
Bandung bagian Selatan. Alasan pembatasan lokasi, karena kampung tersebut
sebagai salah satu daerah yang sangat parah terkena bencana banjir. Kampung
Cieunteung akan dijadikan model daerah yang memiliki rumah ramah banjir bagi
daerah-daerah lainnya.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Merumuskan konsep perencanaan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung
Kecamatan Baleendah dengan pendekatan Arsitektur Sunda;
b. Merumuskan konsep perancangan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung,
yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan dengan pendekatan Arsitektur
Sunda;
c. Mengimplementasikan konsep perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir di
Kampung Cieunteung untuk dapat diusulkan kepada pemerintah daerah Kabupaten
Bandung (Selatan) sebagai kawasan wisata mitigasi bencana.
5. Hasil Penelitian yang dijanjikan
Penelitian ini akan menghasilkan beberapa hal penting yaitu:
a. Rekomendasi tentang rumusan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang
ramah terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung yang meliputi elaborasi ide-
gagasan perencanaannya;
b. Rekomendasi dalam bentuk maping (pemetaan) rumah-rumah di kawasan Kampung
Cieunteung yang rawan terendam banjir sebagai objek rumah yang akan diteliti,
kemudian rumah inilah yang menjadi model dan fokus penelitian;
c. Artikel ilmiah tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir dengan pendekatan arsitektur Tradisional Sunda yang akan
dikirim pada seminar/jurnal nasional atau internasional dengan topik lokalitas;
d. Hasil penelitian ini juga berpotensi besar dapat diusulkan untuk memperoleh Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) berupa usulan HKI untuk model percontohan (prototype)
rumah ramah banjir yang dapat diterapkan pada daerah-daerah rawan banjir di Jawa
Barat.
6. Urgensi Penelitian
Penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model
desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi kasus di Kampung Cieunteung-
Baleendah, Kabupaten Bandung belum (pernah) dilakukan. Urgensi penelitian ini
memiliki posisi daya tawar (bargaining position) yang baik dengan pemerintah daerah
Kabupaten Bandung yang sedang menggalakkan program mitigasi bencana, sehingga
dapat diusulkan kepada pemda. Urgensi secara umum, yaitu untuk menjembatani
program pemerintah pusat dengan realisasinya oleh pemda provinsi/kabupaten/kota,
melalui rekomendasi konsep perencanaan, perancangan, dan model rumah ramah banjir.
Sedangkan urgensi secara khusus, penelitian ini penting dilakukan karena:
a. Adanya otonomi daerah semakin memberikan keleluasaan bagi setiap daerah untuk
membuat kebijakan tentang mitigasi bencana, termasuk konsep rumah ramah banjir;
b. Pemda (tidak) melihat otonomi daerah tersebut sebagai peluang untuk menggali
potensinya sebagai ide-gagasan rumah ramah banjir berbasis arsitektur tradisional;
c. Berkaitan dengan regulasi (peraturan) dan policy (kebijakan) pemda, tentang
mitigasi bencana yang masuk ke dalam program rencana strategis nasional
Pemerintahan Joko Widodo sampai tahun 2025 bahwa Indonesia bebas banjir.
A. Roadmap Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
1. Peta Jalan Aktivitas Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sebagai bagian dari Bidang Unggulan
Perguruan Tinggi yang ada di UPI, yaitu Penelitian Pengembangan Kelompok Bidang
Keilmuan (PPKBK), dengan topik unggulan Perguruan Tinggi pada Penelitian berbasis
Roadmap Rumpun Keilmuan Program Studi yang ada di UPI. Bidang kajian penelitian
UPI meliputi disiplin ilmu sosial, ekonomi, eksakta, budaya, tradisi, termasuk teknik.
Dalam hal disiplin ilmu teknik, penelitian ini berkaitan dengan teknologi kearifan lokal
rumah panggung Arsitektur Sunda yang ramah terhadap bahaya banjir dengan lokasi di
Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Selatan) dengan
pendekatan Arsitektur Sunda. Roadmap penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
I. Banjir
g. Pengertian Banjir
Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang.
(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa
alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula
menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan
kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya
deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya
tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan definisi
banjir terdiri dari beberapa kriteria, yaitu (1) Berdasarkan kata kerjanya banjir adalah [v]
berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-
menerus, sungai itu menjadi banijr; (2) Berdasarkan kata bendanya banjir adalah [n] air
yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda, atau
Geo peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat;
(4) Berdasarkan kata sifatnya banjir juga mengandung arti datang (ada) banyak sekali,
misalnya pada kalimat menjelang Lebaran di pasar banjir petasan.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan banjir adalah suatu
keadaan atau kondisi pada saat musim hujan yang mengakibatkan sungai atau tempat
penampungan air secara massal tidak mampu lagi menampung jumlah air, karena
terhambatnya aliran air dalam saluran penampungan air, sehingga air naik melebihi batas
permukaan normalnya.
Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya adalah: (1) Banjir
dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung mengalir;
(2) Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit; (3) Pola banjirnya
musiman; (4) Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di
daerah depresi; (5) Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan
sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan
diperlukan evakuasi penduduk.
h. Penyebab Banjir
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab
terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan
oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang
termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:
(a) Curah hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim
yaitu musim hujan yang umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret,
dan musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada
musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan
apabila banjir tersebut melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau
genangan;
(b) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah
pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai
dll. merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir;
(c) Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungai-sungai di
Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul
genangan dan banjir di sungai;
(d) Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan
yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan
penggunaan lahan yang tidak tepat;
(e) Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang
tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di
musim hujan;
(f) Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar
karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh terjadi di Kota Semarang dan Jakarta.
Genangan ini terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim
kemarau.
II. Sungai
a. Pengertian Sungai
Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-
tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat
gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas
permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai, dan
perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai. Definisi di atas
merupakan definisi sungai yang ilmiah alami, sedangkan undang-undang persungaian
Jepang menjelaskan mengenai daerah sungai sebagai berikut: (1) Suatu daerah yang di
dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus; (2) Suatu daerah yang kondisi
topografinya, keadaan tanamannya, dan keadaan lainnya mirip dengan daerah yang di
dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus (termasuk tanggul sungai,
tetapi tidak termasuk bagian daerah yang hanya secara sementara memenuhi keadaan
tersebut diatas, yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya). Jadi sungai
adalah salah satu dari sumberdaya alam yang bersifat mengalir (flowing resources),
sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir (opportunity
value), pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir (externality effect) dan
pelestarian di hulu akan memberikan manfaat di hilir.
Suatu daerah yang tertimpa hujan dan kemudian air hujan ini menuju sebuah
sungai, sehingga berperan sebagai sumber air sungai tersebut dinamakan daerah
pengaliran sungai dan batas antara dua daerah pengaliran sungai yang berdampingan
disebut batas daerah pengaliran. Wilayah sungai itu sendiri merupakan satu kesatuan
wilayah pengembangan sungai Mulai dari mata airnya di bagian paling hulu di daerah
pegunungan dalam perjalanannya ke hilir di daerah dataran, aliran sungai secara
berangsur-angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh
sungai menjadi semakin besar. Kadang – kadang sungai yang bermuara di danau atau di
pantai laut terdiri dari beberapa cabang. Apabila sungai semacam ini mempunyai lebih
dari 2 (dua) cabang, maka sungai yang paling penting, yakni sungai yang daerah
pengalirannya, panjangnya, dan volume airnya paling besar disebut main river (sungai
utama), sedang cabang – cabangnya disebut tributary (anak sungai). Kadang – kadang
sebelum alirannya berakhir di sebuah danau atau pantai laut, sungai membentuk beberapa
buah cabang yang disebut enffluent (cabang sungai). (Suyono Sosrodarsono,”Perbaikan
dan Pengaturan Sungai”).
b. Morfologi Sungai
Menurut letak geografis, karakteristik alur sungai terdiri atas: (1) Bagian hulu, yaitu
ditandai adanya penggerusan dasar sungai, kemiringan dasar sungai yang curam, material
dasar sungai berupa pasir, boulder, aliran deras, penampang sempit dan curam; (2)
Bagian tengah, yaitu ditandai dengan penggerusan tebing, alur bermeander, material
lempung pasir, kemiringan dasar sungai relative; (3) Bagian hilir, yaitu ditandai dengan
adanya sedimentasi di dasar sungai, tipe alur braided dan terjadi pembentukan delta,
kemiringan dasar sungai landai, lebar sungai besar, penampang lebar dan landai.
c. Perilaku Sungai
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi di
samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir di
dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuklah lembah - lembah sungai. Volume sedimen yang sangat
besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing - tebing sungai di daerah pegunungan dan
tertimbun di daerah sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh aliran sungai. Karena di
daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar.
Tetapi setelah aliran sungai mencapai daratan, maka gaya tariknya sangat menurun.
Dengan demikian beban yang terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur diendapkan.
Karena itu ukuran butiran sedimen yang mengendap di bagian hulu sungai lebih besar
daripada di bagian hilirnya. Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak
pada saat alur sungai ke luar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran
yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif
yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan tersebut apa yang disebut
dengan kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sungai bertambah lebar dan dangkal,
erosi dasar sungai tidak lagi dapat terjadi, bahkan sebaliknya terjadi pengendapan yang
sangat intensif.
Dasar sungai secara terus menerus naik, dan sedimen yang hanyut terbawa arus
banjir, bersama dengan luapan air banjir tersebar dan mengendap secara luas membentuk
dataran alluvial. Pada daerah dataran yang rata alur sungai tidak stabil dan apabila sungai
mulai membelok, maka terjadilah erosi pada tebing belokan luar yang berlangsung secara
intensif,sehingga terbentuklah meander. Meander semacam ini umumnya terjadi pada
ruas - ruas sungai di dataran rendah dan apabila proses meander berlangsung terus, maka
pada akhirnya terjadi sudetan alam pada dua belokan luar yang sudah sangat dekat dan
terbentuklah sebuah danau.(Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”).
d. Peranan Sungai
Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban
manusia, yakni dengan menyediakan daerah - daerah subur yang umumnya terletak di
lembah-lembah sungai dan sumber air bagi sumber kehidupan yang paling utama bagi
kemanusiaan. Demikian pula sungai menyediakan dirinya sebagai sarana transportasi
guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia. Di daerah pegunungan air
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan juga memegang peranan utama sebagai
sumber air untuk kebutuhan irigasi, penyediaan air minum, kebutuhan industri, dan lain-
lain. Selain itu sungai berguna pula sebagai tempat yang ideal untuk pariwisata,
pengembangan perikanan, dan sarana lalu lintas sungai. Ruas - ruas sungai yang melintasi
daerah permukiman yang padat biasanya dipelihara dengan sebaik-baiknya dan
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai ruang terbuka. Sungai-sungai berfungsi sebagai
saluran pembuang untuk menampung air selokan kota dan air buangan dari areal - areal
pertanian. (Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”)
1. Site plan Kampung Naga (perletakkan masa bangunan) 3. Rumah adat di Kampung Naga
Gambar dan foto 1. : Site plan dan Perletakkan masa bangunan di Kampung Naga
Sumber: Nuryanto, 2017.
Daerah Kampung Naga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) Daerah
perumahan (daerah bersih) yang hanya terdapat rumah-rumah penduduk, tajug dengan
fasilitas wudlu (tidak boleh buang air atau mandi), bale adat, Leuit (lumbung padi), ruang
terbuka untuk kegiatan upacara, pertemuan atau tempat bermain dan olahraga; (2) Daerah
yang bukan perumahan, yaitu daerah yang dianggap dapat mengotori lingkungan, seperti:
MCK, kolam ikan, saung lisung, kandang ternak, makam, sawah, dan kebun. Pembagian
kedua daerah tersebut terjadi akibat pemisahan oleh pembatas buatan berupa pagar
kampung.
4. Golodog sbg. pemisah lantai 5. Ritual adat Hajat Sasih 6. Tangga ke kampung
Foto 2. : Bangunan adat dan fasilitas penunjang yang ada di Kampung Naga
Sumber: Nuryanto, 2017.
Jawa Barat yang mayoritas masyarakatnya Berbahasa Sunda sangat kaya akan
arsitektur tradisionalnya. Salah satu kekayaan tersebut adalah rumah panggung dengan
berbagai bentuk atapnya yang sangat khas. Dalam penelitian ini tidak membahas
kekuatan struktur rumah panggung, karena harus dilakukan penelitian berikutnya dengan
fokus menghitung struktur panggung secara ilmu mekanika atau statika serta uji lab
struktur. Penelitian ini hanya membahas model atau bentuk arsitektur rumah panggung
yang dapat dikembangkan menjadi desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa
bumi. Model tersebut meliputi: denah, tampak, bentuk atap, dan material yang dipakai.
Denah berkaitan dengan perletakkan titik-titik pondasi umpak berdasarkan grid atau
modul ukuran ruang. Tampak berhubungan dengan penampilan (performance), sehingga
rumah terlihat indah.
Banyak model-model atap dalam Arsitektur Tradisional Sunda, yaitu: badak heuay
yaitu atap yang menyerupai badak yang sedang menguap, sulah nyanda artinya atap
pelana dengan tambahan tritisan ke arah depan, julang ngapak yaitu atap yang
menyerupai burung julang sedang mengepakkan sayapnya, jangga wirangga adalah atap
mansarg atau perisai buntung, tagog anjing artinya atap yang mirip seperti anjing yang
sedang duduk, dan jolopong yaitu atap pelana. Di bawah ini contoh model desain atap
imah panggung yang dapat dijadikan sebagai inspirasi konsep perencanaan rumah ramah
banjir pada lokasi rawan banjir di Kampung Cieunteung Kabupaten Bandung (Selatan).
Foto 3. : Bentuk imah panggung pada Arsitektur Tradisional Sunda di Kampung Naga.
Sumber: Nuryanto, 2017.
b. Kampung Baduy Kajeroan-Kabupaten Lebak, Banten
Baduy adalah sebutan populer untuk Masyarakat Kanekes di Banten. Kanekes atau
Baduy terletak di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bagian
Selatan. Wilayah Baduy merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng (900 m dpal).
Secara geografis lokasinya terletak pada 6º27’27”-6º30’ LU dan 108º3’9”-106º4’55” BT.
Luas kawasan daerahnya kurang lebih 5.101,85 Ha (Iskandar 1992). Baduy merupakan
salah satu bentuk kampung Tradisional Sunda yang paling tua. Arsitektur bangunannya
dapat digolongkan dalam tipologi arsitektur tradisional rakyat, karena dibangun dari,
oleh, dan untuk Rakyat Baduy berdasarkan kekuatan adat, tradisi serta budaya yang
agung dari leluhurnya (Nuryanto, 2015).
Pada masa Islam berkembang di Kerajaan Banten terdapat sebagian masyarakat
yang tidak bersedia masuk Islam atau sepenuhnya masuk Islam. Mereka adalah orang
Ciparahyang. Banten yang menurut informasi sejarah adalah bekas pelarian Kerajaan
Hindu-Padjadjaran pada saat terjadi perang antara kerajaan, di bawah kekuasaan Prabu
Siliwangi melawan pemberontakan yang dipimpin oleh Kian Santang yang kemudian
menandai keruntuhan Kerajaan Sunda tersebut. Akibat terus menerus terdesak, maka
Masyarakat Ciparahyang yang tidak bersedia di Islamkan, melarikan diri ke Pamarayan,
Rangkasbitung hingga sampai ke Leuwidamar, di daerah Cisimeut. Secara umum,
Masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kajeroan atau tangtu,
panamping, dan dangka. Tangtu dan panamping berada di wilayah Desa Kanekes,
sedangkan dangka terdapat di luar Desa Kanekes. Bila dilihat berdasarkan kesucian dan
ketaatannya kepada adat, tangtu lebih tinggi dibanding panamping, dan panamping lebih
tinggi dibanding dangka. Meski demikian pengelompokan yang sering digunakan adalah
tangtu merujuk pada masyarakat Baduy Dalam (kampung sakral), misalnya Kampung
Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana, sedangkan panamping dan dangka merujuk pada
masyarakat Baduy Luar (kampung profan), seperti Kampung Cisadane dan Gajeboh
(Nuryanto, 2015).
Nuryanto (2015) dalam bukunya yang berjudul “Arsitektur Kampung dan Rumah
Panggung Masyarakat Sunda”, menjelaskan bahwa Masyarakat Baduy merupakan
penganut Sunda Wiwitan yang sangat kuat, karena mengikuti leluhurnya yang berasal
dari Kerajaan Padjadjaran. Salah satu ajarannya adalah hidup rukun dengan alam.
Keyakinan dalam kehidupan yang menghargai alam sebagai pelindung kehidupan
mereka, memunculkan banyak ritual-ritual serta aturan-aturan untuk menjaga kelestarian
alam. Mereka berpendapat kerusakan pada alam berarti kerusakan pada manusia yang ada
di dalamnya. Bencanaalam hanya akan muncul ketika manusia mulai mengusik
ketenangan alam. Ketakutan mereka pada bencana-bencana alam yang muncul justru
semakin mendekatkan mereka pada alam dan menghindari dari kerusakan-kerusakan.
Dikatakan oleh pemimpin mereka bahwa alam bukanlah sumber daya yang harus
dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi alam merupakan
titipan dari Tuhan untuk dijaga manusia untuk generasi yang akan datang. Dengan
filosofi seperti itu mereka menjaga kelestarian lingkungan di Desa Kanekes-Baduy secara
turun temurun. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan, bahwa mereka tercipta di bumi
sebagai kelompok penjaga alam baik hutan dan air di lingkungannya. Mereka
beranggapan bahwa Desa Kanekes merupakan titik pusat alam di dunia, sehingga jika
titik pusat tersebut rusak karena ulah manusia, maka Pulau Jawa akan terjadi bencana dan
kehancuran.
Pola kampung Masyarakat Baduy Kajeroan seperti pada Kampung Cikartawana,
Cikeusik, dan Cibeo secara umum memiliki karakteristik yang sama, yaitu mengelilingi
lapangan terbuka dengan memusat pada rumah puun yang berada pada orientasi Utara-
Selatan. Rumah puun terletak di ujung Selatan dari lapangan terbuka berdekatan dengan
Salaka Domas atau Sasaka Domas, yaitu tempat suci atau kabuyutan Masyarakat Baduy
yang posisinya di Selatan. Dalam aturan adatnya, arah bubungan rumah-rumah harus
berada pada orientasi Utara-Selatan, karena sama artinya menghormati leluhur mereka,
sedangkan bubungan bangunan lainnya mengikuti kontur tanah atau disesuaikan kondisi;
boleh Utara-Selatan atau Barat-Timur. Arah Selatan selain diyakini sebagai letak Salaka
Domas, juga sebagai letak Karaton Suradipati, yaitu tempat tinggal Raja Pakuan
Padjadjaran yang harus disembah dan dihormati, karena dianggap sebagai wakil dewa
atau leluhur. Suradipati berasal dari kata ‘Sura’ artinya tempat, dan ‘Adipati’ artinya raja
atau ratu. Posisi rumah puun sangat tinggi, karena dianggap sebagai tempat tinggal orang
yang dianggap mewakili dewa atau leluhur mereka. Dalam konteks kehidupan sehari-
hari, puun memiliki kekuasaan yang sangat penuh, dan posisinya sama seperti ‘raja’,
sedangkan masyarakatnya adalah rakyat yang tunduk dan patuh kepada ‘raja’.
1. Site plan Kampung Cikartawana 2. Site plan Kampung Cibeo
8 7
4 3 2
1
9
11 6 5
10
b. Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi penting dari studi banding yang telah dilakukan
pada arsitektur tradisional Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, antara lain yaitu:
1. Penggunaan bentuk panggung pada rumah tinggal sebagai inspirasi bagi konsep
perencanaan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir;
2. Pemanfaatan material-material yang bersumber dari alam atau kombinasi dengan
fabrikasi yang dapat digunakan pada pondasi, dinding, dan atap rumah;
3. Penggunaan bentuk-bentuk atap khas rumah pada arsitektur Tradisional Sunda di
Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, seperti: capit gunting, julang ngapak, atau
jolopong sebagai konsep perancangan tampak rumah;
4. Pemanfaatan kontur tanah sebagai potensi tapak (adaptasi).
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
pendekatan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan
(menggambarkan/menceritakan) kembali secara tertulis dari hasil survey lapangan tentang
kondisi daerah yang terdampak banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung (Selatan). Berdasarkan cara memperoleh datanya, maka penelitian ini
termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field research), karena peneliti langsung
terlibat dengan masyarakat dan mendalami permasalahan yang terjadi di masyarakat,
khususnya tentang banjir. Data diperoleh melalui: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
MITIGASI BENCANA:
RUMAH RAMAH BANJIR
TAHAP INPUT
KAMPUNG CIEUNTEUNG LOKAL WISDOM
TAHUN KE-2
PERANCANGAN PROTOTYPE
2. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga cara. Pertama;
persiapan, yaitu kegiatan pemeriksaan terhadap masing-masing informasi dengan memilih
dan memilahnya menjadi beberapa kategori, yaitu data fisik dan non fisik. Hanya
informasi yang valid saja yang akan dipergunakan pada proses berikutnya; Kedua;
pengolahan, yakni menyajikan data secara lebih sistematis dan informatif, sehingga
mudah pada tahap analisis; Ketiga; Penarikan kesimpulan, yakni proses pengolahan data
tahap akhir melalui penarikan kesimpulan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat
dilanjutkan pada tahap analisis.
3. Analisis Data
Data penelitian tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten
Bandung (Selatan) ini berupa fisik dan non fisik. Data fisik diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi di lapangan berupa data rumah-rumah masyarakat yang
rusak parah akibat banjir. Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
Kategorisasi, adalah proses memilih dan memilah data yang valid atau terukur (tangible)
untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan konsep rumah ramah
banjir, yaitu arsitektur Tradisional Sunda, misalnya: penggunaan pondasi lajur (dangkal)
pada rumah selanjutnya dianalisis dengan bentuk pondasi umpak pada rumah panggung
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya; (2) Tabulasi, adalah penyajian data-data
dalam bentuk tabel. Data-data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabel, dikelompokkan dengan baik, misalnya: data kondisi masyarakat Kampung
Cieunteung (jenis kelamin, usia, mata pencaharian, pendidikan, dll). Hal ini penting,
karena berhubungan dengan kemampuan membangun rumah dan perilaku terhadap
lingkungan di sekitarnya.
Selanjutnya, data-data fisik tersebut dianalisis dengan menggunakan teori
tentang arsitektur Tradisional Sunda, khususnya tentang rumah panggung dengan tujuan
untuk mengetahui ide-gagasan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir. Sedangkan data-data non fisik, seperti aturan tidak tertulis, sistem
kepercayaan, adat kebiasaan, larangan-larangan, dan sistem sosial kemasyarakatan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan personal melalui penelusuran dengan tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh agama, untuk dijadikan masukan dalam proses pembuatan
konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir.
BAB 5
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
b. Justifikasi Pembiayaan
1. GAJI dan UPAH
No Honor Honor/Jam Waktu Minggu Honor per
(Rp) (jam/minggu) Tahun
1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000
2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000
3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000
4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000
Sub Total 67,840,000
2. PERALATAN PENUNJANG
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Roll Meter Pengukuran fisik lapangan objek 5 125,000 625,000
100 m peneiitian (untuk 5 kali
pengukuran)
2 Drawing Kit Perekaman data visual objek 12 150,000 1,800,000
kajian/teliti secara
manual/freehanded/sketsa.
3 Memory card Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000
@ 16GB
4 Literatur dan Perumusan standar dan konsep 1 1,500,000 1,500,000
Jurnal dasar dan implementasi disain
Sub Total 4,225,000
3. BAHAN HABIS PAKAI
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 ATK Penyusunan model, perangkat, 5 200,000 1,000,000
instrument penelitian dan draft
laporan awal
2 Konsumsi Pengembangan instrumen 12 75,000 900,000
penelitian (3 orang, 4 hari)
3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3 24 50,000 1,200,000
lokasi penjaringan data) @ 8 eks
4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi 240 75,000 18,000,000
Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40
unit.
5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji 8 75,000 600,000
Banding tentang Kampung Adat
6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi 360 75,000 27,000,000
Penelitian (3 orang, 3 hari) 40
unit
7 Konsumsi Pengolahan Data tentang 18 75,000 1,350,000
Kampung Adat (3 orang, 3 hari)
2 Desa
8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000
10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tapak (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1 6 500,000 3,000,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
12 Reproduksi dan Konsep Tapak 12 40,000 480,000
Print
13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000
16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Denah (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
18 Reproduksi dan Konsep Denah 12 40,000 480,000
Print
19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000
22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
24 Reproduksi dan Konsep Tampak 12 40,000 480,000
Print
25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000
28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
30 Reproduksi dan Konsep Potongan 12 40,000 480,000
Print
31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft 90 75,000 6,750,000
Laporan Akhir (3 orang, 5 orang
pembantu peneliti, 6 hari)
33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri 36 75,000 2,700,000
Penelitian (3 orang, 12 hari)
Sub Total 79,660,000
4. PERJALANAN
No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa 24 300,000 7,200,000
Cieunteung Baleendah (3 orang,
1 hari) 8 kali kunjungan
lapangan
2 Kab. Penjaringan Data tentang 6 500,000 3,000,000
Tasikmalaya Kampung Naga (3 orang, 2
hari).
3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung 9 800,000 7,200,000
Adat Baduy (3 orang, 3 hari)
Sub Total 17,400,000
5. LAIN-LAIN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan 8,700 5,000 43,500,000
Lokasi
Kampung Cieunteung
2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000
3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000
4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000
5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000
6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000
7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000
Sub Total 80,900,000
REKAPITULASI
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000
4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000
5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000
100.00% 250,025,000
Uraian Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4-5 Bulan 6-7 Bulan 8-9 Bulan 10-11 Bulan 12
No.
Kegiatan Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan:
a. Pengumpulan data awal lokasi penelitian
melalui internet, buku, media elektronik
b. Elaborasi literatur (buku sumber)
2. Tahap penyusunan desain:
a. Pembuatan pedoman wawancara, secara
terstruktur, maupun tidak terstruktur
b. Pembuatan titik-titik potensi daerah rawan
banjir di Kecamatan Baleendah, khususnya
Kampung Cieunteung (lokasi penelitian)
3. Tahap pengumpulan data di lapangan:
a. Wawancara (interview)
b. Observasi (observation)
c. Dokumentasi (documentation)
4. Tahap Pengolahan data:
a. Pemeriksaan data fisik dan non fisik
b. Analisis data fisik dan non fisik
5. Tahap rancangan awal laporan
a. Pembuatan awal laporan
b. Revisi-revisi laporan
6. Tahap Seminar laporan
7. Tahap finalisasi laporan dan produksi
8. Tahap penulisan dan pengiriman
artikel ilmiah
F. Daftar Pustaka
d. Justifikasi Pembiayaan
1. GAJI dan UPAH
No Honor Honor/Jam Waktu Minggu Honor per
(Rp) (jam/minggu) Tahun
1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000
2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000
3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000
4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000
Sub Total 67,840,000
2. PERALATAN PENUNJANG
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Roll Meter Pengukuran fisik lapangan objek 5 125,000 625,000
100 m peneiitian (untuk 5 kali
pengukuran)
2 Drawing Kit Perekaman data visual objek 12 150,000 1,800,000
kajian/teliti secara
manual/freehanded/sketsa.
3 Memory card Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000
@ 16GB
4 Literatur dan Perumusan standar dan konsep 1 1,500,000 1,500,000
Jurnal dasar dan implementasi disain
Sub Total 4,225,000
3. BAHAN HABIS PAKAI
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 ATK Penyusunan model, perangkat, 5 200,000 1,000,000
instrument penelitian dan draft
laporan awal
2 Konsumsi Pengembangan instrumen 12 75,000 900,000
penelitian (3 orang, 4 hari)
3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3 24 50,000 1,200,000
lokasi penjaringan data) @ 8 eks
4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi 240 75,000 18,000,000
Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40
unit.
5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji 8 75,000 600,000
Banding tentang Kampung Adat
6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi 360 75,000 27,000,000
Penelitian (3 orang, 3 hari) 40
unit
7 Konsumsi Pengolahan Data tentang 18 75,000 1,350,000
Kampung Adat (3 orang, 3 hari)
2 Desa
8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000
10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tapak (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1 6 500,000 3,000,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
12 Reproduksi dan Konsep Tapak 12 40,000 480,000
Print
13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000
16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Denah (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
18 Reproduksi dan Konsep Denah 12 40,000 480,000
Print
19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000
22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
24 Reproduksi dan Konsep Tampak 12 40,000 480,000
Print
25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000
28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
30 Reproduksi dan Konsep Potongan 12 40,000 480,000
Print
31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft 90 75,000 6,750,000
Laporan Akhir (3 orang, 5 orang
pembantu peneliti, 6 hari)
33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri 36 75,000 2,700,000
Penelitian (3 orang, 12 hari)
Sub Total 79,660,000
4. PERJALANAN
No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa 24 300,000 7,200,000
Cieunteung Baleendah (3 orang,
1 hari) 8 kali kunjungan
lapangan
2 Kab. Penjaringan Data tentang 6 500,000 3,000,000
Tasikmalaya Kampung Naga (3 orang, 2
hari).
3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung 9 800,000 7,200,000
Adat Baduy (3 orang, 3 hari)
Sub Total 17,400,000
5. LAIN-LAIN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan 8,700 5,000 43,500,000
Lokasi
Kampung Cieunteung
2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000
3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000
4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000
5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000
6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000
7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000
Sub Total 80,900,000
REKAPITULASI
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000
4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000
5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000
100.00% 250,025,000
LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI
A. Identitas Pribadi
1. Nama lengkap Nuryanto, S.Pd., M.T.
2. Tempat, tanggal lahir Kuningan, 13 Mei 1976
3. NIP 19760513 200604 1010
4. NIDN 0013057606
5. Pangkat/Golongan/Jabatan III-C/Lektor
6. Fakultas/Jurusan FPTK/Pendidikan Teknik Arsitektur
7. Alamat rumah Jl. Padaringan No. 145-B RT. 07/02, KPAD Kec.
Sukasari, Kota Bandung, 40154, Jawa Barat
8. Nomor telepon Kantor: 022-2013163, HP. 08157151243-
081320321915
9. E-mail nuryanto_adhi@upi.edu
http://nuryanto.staf.upi.edu/
B. Riwayat Pendidikan
C. Identitas Kepakaran
A. Identitas Pribadi
1 Nama lengkap Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A.
2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor Kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)
3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur
4 Alamat Rumah Jl. Marga Asri IVB, No 185B, Gempolsari
Bandung-40215, Jawa Barat
5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08122184539
6 e-mail dadangahdiat@yahoo.co.id
B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun
1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-FKIT 1979
IKIP Bandung
2 S-2 Magister Teknik Arsitektur-Sekolah Pasca Sarjana (SPS) 1994
Institut Teknologi Bandung (ITB)
C. Identitas Kepakaran
1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
Perencanaan Tapak Perumahan
Perumahan dan Permukiman
Struktur dan Konstruksi Bangunan.
B. Identitas Pribadi
1 Nama lengkap Drs. Irawan Surasetja, M.T.
2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)
3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur
4 Alamat Rumah Jl. Taman Cibunut No. 13 Bandung 40112
5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08156153636
6 e-mail irawan_surasetja@yahoo.co.id
B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun
1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-IKIP Bandung 1986
2 S-2 Magister Rekayasa Infrastruktur-UNDIP 2005
C. Identitas Kepakaran
1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur;
Rekayasa Infrastruktur
Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur;
Struktur dan Konstruksi Bangunan.
5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah nasional tak terakreditasi
dalam lima tahun terakhir.
Judul Artikel Tahun Nama Jurnal
Arsitektur dalam Paradigma Pasar, Antara
TERAS, Prodi Pendidikan
Pasar Paradigma vs Paradigma Pasar. 2002
Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Journal
Kajian Potensi dan Kapasitas Lahan
TERAS, Prodi Pendidikan
Kawasan Pusat Bisnis Jalan Merdeka 2005
Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Bandung. Thesis
Fungsi dan Makna Pawon pada Arsitektur TERAS, Prodi Pendidikan
2009
Rumah Tradisional Masyarakat Sunda Teknik Arsitektur-FPTK UPI