Anda di halaman 1dari 75

Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 426/Teknik Arsitektur

Bidang Fokus** : Sosial Humaniora, Seni Budaya,


Pendidikan Penelitian Lapangan
Dalam Negeri

USULAN

PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

JUDUL PENELITIAN

KAJIAN PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA:

KEARIFAN LOKAL RUMAH PANGGUNG ARSITEKTUR SUNDA


SEBAGAI MODEL DESAIN RUMAH RAMAH BANJIR DI JAWA BARAT
(Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah, Kab. Bandung)

TIM PENGUSUL

Nuryanto, S.Pd., M.T./NIDN: 001305767 (Ketua)


Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A./NIDN: 0011045303 (Anggota 1)
Drs. Rd. Irawan Surasetja, M.T./NIDN: 0005026004 (Anggota 2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


Juli, 2017
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian : Kajian Pembangunan Sosial Budaya:


Kearifan Lokal Rumah Panggung Arsitektur Sunda sebagai
Model Desain Rumah Ramah Banjir di Jawa Barat
(Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah, Kab. Bandung)
2. Tim Peneliti :
Alokasi
Instansi
No. Nama Jabatan Bidang Keahlian Waktu
Asal
(jam/minggu)
1. Nuryanto, S.Pd., Ketua  Arsitektur Vernakular Sunda Universitas 18 jam
M.T. (Tradisional Sunda) Pendidikan /minggu
 Konservasi Arsitektur Indonesia
 Arsitektur Wisata
2. Drs. Dadang Anggota  Perancangan Arsitektur Universitas 12 jam
Ahdiat, M.S.A. ke-1  Perancangan Tapak Pendidikan /minggu
 Teknologi Bangunan Indonesia
3. Drs. Rd. Irawan Anggota  Struktur dan Konstruksi Universitas 12 jam
Surasetja, M.T. ke-2  Material Bangunan Pendidikan /minggu
 Rencana Anggaran Biaya Indonesia

3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian)
Objek penelitian yang akan diteliti adalah fokus pada rumah panggung pada Arsitektur
Sunda yang dapat dimanfaatkan, baik bentuk, struktur, konstruksi, maupun
materialnya sebagai model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bencana banjir.

4. Masa Pelaksanaan
Mulai : 2018
Berakhir : 2019

5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang


 Tahun ke-1 : Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
 Tahun ke-2 : Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
 Tahun ke-3 : -

6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan)


Penelitian ini bersifat studi kasus, yaitu di Kampung Cieunteung Kecamatan
baleendah Kabupaten Bandung bagian Selatan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
bersifat lapangan, data seluruhnya dikumpulkan melalui proses penelusuran selama
lokasi. Sedangkan studi banding Arsitektur Sunda yang diteliti yaitu: Kampung Baduy
di Lebak-Banten, dan Kampung Naga di Tasikmalaya untuk mendapatkan nilai-nilai
kearifan lokal (local wisdom) berupa rumah panggung sebagai potensi untuk
dikembangkan menjadi model rumah ramah banjir.

7. Instansi lain yang terlibat


Instansi lain yang terlibat yaitu: Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya,
BNPB/BNPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Daerah), serta Dinas
Pariwisata Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung sebagai lokasi penelitian.
8. Temuan yang ditargetkan
Penelitian ini memiliki target temuan dalam bentuk desain rumah yang ramah terhadap
bahaya bencana banjir, khususnya bagi masyarakat Kampung Cieunteung di
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, umumnya bagi masyarakat luas di Jawa
Barat sekaligus untuk dijadikan model atau prototype rumah ramah banjir untuk
diterapkan pada daerah-daerah rawan bencana banjir yang ada di seluruh wilayah
Provinsi Jawa Barat.

9. Konstribusi mendasar pada suatu bidang ilmu


Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada beberapa disiplin ilmu, yaitu pada Teknik
Arsitektur yang didalamnya meliputi bentuk (form) dan estetika (aesthetic) serta
disiplin ilmu Teknik Sipil yang khusus membidangi tentang sistem kekuatan struktur
(structure) dan konstruksi (construction), serta material yang digunakan. Selain itu,
hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu lain yang
berhubungan dengan humaniora, dan sosial-budaya, seperti Antropologi dan
Sosiologi, karena kedua disiplin ilmu tersebut juga sangat beririsan dengan Arsitektur
yang didalamnya mempelajari perilaku manusia dalam hubungan sosial (social),
budaya (culture), dan tradisi (tradition) dalam kehidupan bermasyarakat.

10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran


Penelitian ini akan menghasilkan artikel yang akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah
Arsitektur TESA Universitas Katholik Soegijapranata Yogyakarta yang terakreditasi
nasional. Selain itu, terdapat jurnal ilmiah Arsitektur yang dijadikan alternatif lain
untuk mempublikasikannya, seperti Jurnal Arsitektur RUANG Universitas Udayana-
Bali.

11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun
rencana perolehan atau penyelesaiannya
Hasil penelitian ini memiliki peluang yang sangat besar untuk didaftarkan
mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa paten untuk model desain
rumah yang ramah terhadap bencana banjir (prototype patent). Hasil penelitian juga
dapat disarikan/dimasukkan ke dalam konten buku ajar pada matakuliah Arsitektur
Nusantara, Arsitektur Wisata, dan Arsitektur Vernakular pada Program Studi Teknik
Arsitektur (S1) dan Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur (S1) khususnya pada
Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia
untuk pembelajaran mahasiswa tentang kearifan lokal (local wisdom/local genius).
Rencana-rencana luaran tersebut akan diupayakan segera diusulkan dan diharapkan
selesai pada tahun 2019.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... 1
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM...................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
RINGKASAN............................................................................................................ 4

BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang...................................................................................... 5
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 6
3. Asumsi................................................................................................. 6
4. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
5. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
6. Hasil Penelitian yang dijanjikan.......................................................... 8
7. Urgensi Penelitian............................................................................... 8

BAB 2 RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIANPERGURUAN


TINGGI
1. Renstra Universitas Pendidikan Indonesia 2016-2020....................... 9
2. Peta Jalan Penelitian Bidang Unggulan.............................................. 11
3. Luaran Penelitian yang terkait dengan yang diusulkan...................... 14
4. Sinergi antara Kelompok Penelitian................................................... 17
5. Pentingnya Riset yang diusulkan dalam mendukung Renstra........... 20

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


1. Pengertian Banjir serta Komponennya................................................. 22
2. Pengertian Sungai serta Komponennya................................................ 24
3. Arsitektur Tradisional Sunda............................................................... 27
4. Studi Banding Kampung Naga-Tasikmalaya....................................... 29
5. Studi Banding Kampung Baduy-Banten............................................. 32
6. Nilai-nilai Arsitektur Tradisional Sunda............................................. 35
a. Kampung Naga-Tasikmalaya...................................................... 37
b. Kampung Baduy-Lebak, Banten................................................. 39

BAB 4 METODE PENELITIAN


1. Pendekatan Penelitian.......................................................................... 41
2. Desain dan Kerangka Penelitian........................................................... 43
3. Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian.................................................... 45
4. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data..................... 47

BAB 5 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


1. Anggaran Biaya.................................................................................... 49
2. Jadwal Penelitian.................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN 73
RINGKASAN

Program mitigasi bencana (disaster mitigation) telah ditetapkan oleh Pemerintah


Indonesia sebagai Rencana Strategi Nasional pada Kabinet Presiden Joko Widodo, salah
satunya adalah banjir yang menjadi fenomena dan isu nasional di seluruh Indonesia.
Provinsi yang rawan banjir antara lain adalah Jawa Barat, bahkan beberapa daerahnya
termasuk ke dalam wilayah darurat banjir, antara lain Kabupaten Bandung bagian Selatan
tepatnya di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah sebagai salah satu daerah
‘langganan’ banjir setiap tahunnya. Banjir terparah di daerah tersebut terjadi pada tahun
2015 dengan ketinggian air mencapai 120 cm, bahkan hampir melibihi ketinggian
manusia. Banyak rumah-rumah yang terendam dan hancur akibat banjir. Sampai saat ini
belum pernah ada rumah yang didesain dengan konsep ramah banjir, yang mampu
mengantisipasi agar air tidak merendam bagian inti rumah. Padahal Jawa Barat sangat
kaya dengan kearifan lokal salah satunya adalah teknologi lokal Arsitektur Sunda rumah
panggung yang dapat digali dan dikembangkan menjadi model rumah yang ramah
terhadap banjir. Teknologi lokal dan kearifan lokal ini memiliki nilai-nilai arsitektural
sangat kaya dan unik, dan belum diteliti seluruhnya oleh pemda Jawa Barat. Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang “Kajian Pembangunan Sosial
Budaya: Kearifan Lokal Rumah Panggung Arsitektur Sunda sebagai Model Desain
Rumah Ramah Banjir di Jawa Barat (Studi Kasus: Kampung Cieunteung-Baleendah,
Kabupaten Bandung)”. Tujuan penelitian ini untuk menjembatani program pemerintah
dalam upaya antisipasi bahaya banjir sekaligus solusi tentang model desain rumah yang
ramah terhadap banjir dengan memanfaatkan kearifan lokal dan teknologi lokal rumah
panggung pada Arsitektur Sunda Masyarakat Jawa Barat. Lokasi penelitian merupakan
studi kasus (case study) dengan fokus pada satu kampung, yaitu Kampung Cieunteung
yang berada di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung bagian Selatan di Provinsi
Jawa Barat. Alasan kuat mengapa kampung tersebut dipilih, karena merupakan kampung
terparah terdampak bencana banjir, sehingga banyak masyarakatnya yang kehilangan
rumah akibat terseret dan rusak oleh air. Sedangkan studi banding Arsitektur Sunda yang
diteliti yaitu: Kampung Baduy di Lebak-Banten, dan Kampung Naga di Tasikmalaya.
Metoda penelitian menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, dengan cara
mengobservasi dan menggali informasi tentang kondisi rumah-rumah penduduk di
Kampung Cieunteung. Informan yang akan diwawancarai yaitu: Kepala Kampung/Desa,
Camat Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan masyarakat untuk
memperoleh data fisik maupun non fisik sebagai bahan untuk membuat model desain
rumah tinggal ramah banjir yang akan menjadi prototype pada daerah rawan banjir lain di
Provinsi Jawa Barat.

Kata kunci: Pembangunan Sosial-Budaya, Kearifan Lokal, Rumah Panggung,


Arsitektur Sunda, Model Desain, Ramah Banjir.
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Fenomena banjir di Indonesia telah menjadi isu nasional, bahkan menjadi salah
satu prioritas dalam program rencana strategis nasional yang dicanangkan oleh
Pemerintahan Joko Widodo dalam program mitigasi bencana nasional. Program ini telah
disosialosasikan kepada para kepala daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota se-
Indonesia. Banjir telah banyak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat di perkotaan
dan perdesaan. Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan, mendirikan
permukiman di bantaran sungai, serta eksploitasi alam secara besar-besaran menjadi
faktor utama penyebab terjadinya banjir. Permasalahan yang muncul antar lain: rumah-
rumah penduduk terendam, banyak rumah-rumah yang rusak, bahkan ada diantaranya
yang terbawa hanyut oleh air sungai yang sangat deras.
Banjir sampai saat ini belum dapat ditangani secara permanen, baik oleh
pemerintah pusat, daerah, maupun kota. Penanganan hanya bersifat sementara, itupun
dilakukan oleh masyarakat di daerah yang rawan banjir secara swadaya, misalnya bagi
yang mampu rumahnya dibuat dua lantai, bagi yang kurang mampu mereka pindah ke
rumah saudaranya atau tetangganya yang dekat, atau hanya mampu bertahan di rumahnya
yang terendam. Belum pernah ada rumah yang didesain dengan konsep ramah banjir,
yang mampu mengantisipasi agar air tidak merendam bagian inti rumah. Padahal secara
arsitektural, konsep rumah banjir tersebut dapat dibuat untuk masyarakat. Hal inilah yang
menjadi latar belakang dilakukannya penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung
Arsitektur Sunda sebagai model desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi
kasus di Kampung Cieunteung-Baleendah, Kabupaten Bandung bagian Selatan.
Kearifan lokal Arsitektur Sunda (local wisdom/local genius) dijadikan sebagai
potensi/kekayaan yang sangat besar untuk mencari solusi terbaik sebagai salah satu upaya
antisipasi bencana banjir yang banyak merugikan masyarakat. Kearifan lokal tersebut
banyak memiliki nilai-nilai arsitektural sangat kaya dan unik, seperti rumah panggung,
bentuk, material, struktur, konstruksi serta model atapnya. Kearifan lokal ini menjadi
salah satu fokus tema penelitian yang akan dilakukan dengan cara menggali potensi
rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model (prototype) rumah yang ramah
terhadap bencana banjir di daerah-daerah rawan banjir lainnya di Jawa Barat.
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini adalah tahap ke-1 yang fokusnya hanya kepada konsep perencanaan
dan perancangan rumah ramah banjir. Sedangkan model desainnya (prototype) akan
dilanjutkan dan diusulkan pada penelitian tahap ke-2;
b. Konsep perencanaan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan rumah
yang ramah terhadap banjir, termasuk elaborasi ide-gagasannya;
c. Konsep perancangan yang dimaksud adalah pembuatan konsep rancangan bentuk
rumah panggung yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan yang secara
arsitektural mampu dijadikan sebagai konsep perencanaan dan perancangan rumah
ramah banjir;
d. Arsitektur Tradisional Sunda yang menjadi studi banding dan pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir, adalah: (1) Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya; (2) Kampung Baduy Kajeroan di Kabupaten Lebak-Banten.
Dari kedua kampung tersebut akan diperoleh bentuk imah panggung, pola
perletakkan massa bangunan, model-model atap termasuk bentuk dan materialnya;
e. Lokasi dibatasi hanya di Kampung Cieunteung, Kecamatan Baleendah Kabupaten
Bandung bagian Selatan. Alasan pembatasan lokasi, karena kampung tersebut
sebagai salah satu daerah yang sangat parah terkena bencana banjir. Kampung
Cieunteung akan dijadikan model daerah yang memiliki rumah ramah banjir bagi
daerah-daerah lainnya.

Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


a. Bagaimana konsep perencanaan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung
Kecamatan Baleendah dengan pendekatan Arsitektur Sunda?;
b. Bagaimana konsep perancangan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung
Kecamatan Baleendah, yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan dengan
pendekatan Arsitektur Sunda?;
c. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir di Kampung
Cieunteung Kecamatan Baleendah dapat diusulkan kepada pemerintah daerah
Kabupaten Bandung (Selatan) sebagai kawasan wisata mitigasi bencana?.
3. Asumsi
Banjir yang diakibatkan oleh perilaku manusia karena tidak memperhatikan
lingkungan telah menimbulkan bencana bagi manusia itu sendiri. Pemerintah pusat dan
daerah telah berusaha untuk mengantisipasinya melalui berbagai cara, tetapi hasilnya
belum maksimal. Secara infrastruktur, telah diupayakan perbaikan saluran-saluran air
dan normalisasi sungai, tetapi belum mampu mengatasi banjir. Salah satu upaya yang
belum (pernah) dilakukan oleh pemerintah adalah kajian khusus secara arsitektural
tentang konsep rumah yang ramah terhadap bahaya banjir. Pemerintah Kabupaten
Bandung pun belum pernah melakukan kajian ini, karena fokusnya hanya pada
infrastruktur. Oleh karena itu, penelitian tahap ke-1 ini sangat penting dilakukan, untuk
merumuskan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung.
Asumsi dari penelitian ini akan membawa pengaruh positif bagi masyarakat
Kampung Cieunteung khususnya untuk meningkatkan kembali kesadaran pentingnya
menggali kearifan lokal Arsitektur Sunda yang dapat dijadikan ide-gagasan konsep
rumah yang ramah banjir. Asumsi lain, apabila mereka telah memiliki rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir, maka kampungnya dapat dijadikan sebagai model percontohan
kampung mitigasi bencana banjir. Dengan demikian, Kampung Cieunteung dapat
dikembangkan dan dijadikan sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten Bandung,
sehingga mampu merubah taraf hidup masyarakat setempat dan memberikan aided value
(nilai tambah) bagi pemda setempat dalam bentuk pendapatan asli daerah (PAD).

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Merumuskan konsep perencanaan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung
Kecamatan Baleendah dengan pendekatan Arsitektur Sunda;
b. Merumuskan konsep perancangan rumah ramah banjir di Kampung Cieunteung,
yang meliputi: konsep denah, tampak, dan potongan dengan pendekatan Arsitektur
Sunda;
c. Mengimplementasikan konsep perencanaan dan perancangan rumah ramah banjir di
Kampung Cieunteung untuk dapat diusulkan kepada pemerintah daerah Kabupaten
Bandung (Selatan) sebagai kawasan wisata mitigasi bencana.
5. Hasil Penelitian yang dijanjikan
Penelitian ini akan menghasilkan beberapa hal penting yaitu:
a. Rekomendasi tentang rumusan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang
ramah terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung yang meliputi elaborasi ide-
gagasan perencanaannya;
b. Rekomendasi dalam bentuk maping (pemetaan) rumah-rumah di kawasan Kampung
Cieunteung yang rawan terendam banjir sebagai objek rumah yang akan diteliti,
kemudian rumah inilah yang menjadi model dan fokus penelitian;
c. Artikel ilmiah tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir dengan pendekatan arsitektur Tradisional Sunda yang akan
dikirim pada seminar/jurnal nasional atau internasional dengan topik lokalitas;
d. Hasil penelitian ini juga berpotensi besar dapat diusulkan untuk memperoleh Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) berupa usulan HKI untuk model percontohan (prototype)
rumah ramah banjir yang dapat diterapkan pada daerah-daerah rawan banjir di Jawa
Barat.

6. Urgensi Penelitian
Penelitian tentang kearifan lokal rumah panggung Arsitektur Sunda sebagai model
desain rumah ramah banjir di Jawa Barat dengan studi kasus di Kampung Cieunteung-
Baleendah, Kabupaten Bandung belum (pernah) dilakukan. Urgensi penelitian ini
memiliki posisi daya tawar (bargaining position) yang baik dengan pemerintah daerah
Kabupaten Bandung yang sedang menggalakkan program mitigasi bencana, sehingga
dapat diusulkan kepada pemda. Urgensi secara umum, yaitu untuk menjembatani
program pemerintah pusat dengan realisasinya oleh pemda provinsi/kabupaten/kota,
melalui rekomendasi konsep perencanaan, perancangan, dan model rumah ramah banjir.
Sedangkan urgensi secara khusus, penelitian ini penting dilakukan karena:
a. Adanya otonomi daerah semakin memberikan keleluasaan bagi setiap daerah untuk
membuat kebijakan tentang mitigasi bencana, termasuk konsep rumah ramah banjir;
b. Pemda (tidak) melihat otonomi daerah tersebut sebagai peluang untuk menggali
potensinya sebagai ide-gagasan rumah ramah banjir berbasis arsitektur tradisional;
c. Berkaitan dengan regulasi (peraturan) dan policy (kebijakan) pemda, tentang
mitigasi bencana yang masuk ke dalam program rencana strategis nasional
Pemerintahan Joko Widodo sampai tahun 2025 bahwa Indonesia bebas banjir.
A. Roadmap Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
1. Peta Jalan Aktivitas Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sebagai bagian dari Bidang Unggulan
Perguruan Tinggi yang ada di UPI, yaitu Penelitian Pengembangan Kelompok Bidang
Keilmuan (PPKBK), dengan topik unggulan Perguruan Tinggi pada Penelitian berbasis
Roadmap Rumpun Keilmuan Program Studi yang ada di UPI. Bidang kajian penelitian
UPI meliputi disiplin ilmu sosial, ekonomi, eksakta, budaya, tradisi, termasuk teknik.
Dalam hal disiplin ilmu teknik, penelitian ini berkaitan dengan teknologi kearifan lokal
rumah panggung Arsitektur Sunda yang ramah terhadap bahaya banjir dengan lokasi di
Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Selatan) dengan
pendekatan Arsitektur Sunda. Roadmap penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.: Roadmap Penelitian


Sumber: Peneliti, 2017
Gambar 2.: Roadmap Penelitian PPKBK/KBK Perancangan Arsitektur
Sumber: Peneliti, 2017

Roadmap KBK Perancangan Arsitektur memiliki perhatian khusus terhadap


kearifan lokal (local wisdom), salah satunya arsitektur Tradisional Sunda. Untuk tahun
2016-2018 roadmap tersebut sudah berada pada tahap optimalisasi penelitian dengan
target menghasilkan bentuk konsep dan model desain perancangan arsitektur dalam
berbagai kajian. Penelitian tahap ke-1 ini memiliki target berupa konsep ide-gagasan
perencanaan dan konsep perancangan bentuk denah, tampak, dan potongan rumah yang
ramah terhadap bahaya banjir. Sedangkan target tahap ke-2 adalah menghasilkan produk
dalam bentuk model desain (prototype) perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya
banjir. Selanjutnya, dalam jangka panjang penelitian serupa dapat dilanjutkan dalam
lingkup yang lebih luas, yaitu se-Indonesia sesuai lokalitasnya.
Tabel 1 Rencana Target Capaian Tahunan
Jenis Luaran Indikator Capaian
No.
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS¹) TS+1 TS+2
1. Artikel ilmiah dimuat di Internasional
- Tidak ada 1
jurnal bereputasi
Nasional Terakreditasi Draft - 1
Nasional tidak
Draft - 1
Terakreditasi
2. Artikel ilmiah dimuat di Internasional
- Tidak ada 1
prosiding Terindeks
Nasional Draft - 1
3. Invited speaker dalam Internasional - Tidak ada 1
temu ilmiah Nasional Tidak
- 1
ada
4. Visiting Lecturer Internasional Tidak
Tidak ada 1
ada
5. Hak Kekayaan Intelektual Paten - Draft 1
(HKI) Paten Sederhana Tidak
Tidak ada 1
ada
Hak Cipta Tidak
Tidak ada 1
ada
Merek dagang Tidak
Tidak ada 1
ada
Rahasia dagang Tidak
Tidak ada 1
ada
Desain Produk Industri Tidak
Tidak ada 1
ada
Indikasi Geografis Tidak
Tidak ada 1
ada
Perlindungan Varietas Tidak
Tidak ada 1
Tanaman ada
Perlindungan
Tidak
Topografi Sirkuit Tidak ada 1
ada
Terpadu
6. Teknologi Tepat Guna Tidak
Tidak ada 1
ada
7. Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/Rekayasa
- Draft 1
Sosial
8. Bahan Ajar - Draft 1
9. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak
Tidak ada 1
ada
BAB 2
RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI

2.1. Renstra Universitas Pendidikan Indonesia 2016-2020


2.1.1. Tujuan Strategis
Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Universitas pendidikan Indonesia dan
kondisi objektif UPI pada saat ini, pengembangan UPI pada kurun waktu 2016-2020
diarahkan pada tujuan strategis, yaitu “Mengembangkan budaya akademik dalam
upaya meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan, kapasitas dan produktivitas
penelitian, serta jangkauan pengabdian pada masyarakat yang memiliki daya saing
untuk mewujudkan UPI sebagai universitas pelopor dan unggul dalam bidang
pendidikan di kawasan ASEAN.”
Indikator utama pencapaian tujuan tersebut adalah tercapainya akreditasi
institusi dengan nilai A, akreditasi program studi dengan nilai A pada 80% prodi,
rating QS-Star 3 bintang, rata-rata jumlah publikasi terindeks setiap tahunnya
sebanyak 300, dan opini keuangan WtP 5 tahun berturut-turut.

2.1.2. Sasaran Strategis


Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan tujuan strategis untuk 5 tahun ke depan,
maka sasaran pengembangan UPI 2016-2020 adalah:

1. Meningkatnya layanan pendidikan tinggi berbasis riset yang bermutu,


terjangkau, dan relevan dengan tuntutan zaman yang berubah dan berkembang,
baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional dengan tetap berakar
pada nilai-nilai kearifan lokal.
2. Terwujudnya sistem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan profesi guru
dengan menerapkan teori pembelajaran, yang ditopang oleh hasil riset bidang
kependidikan dan non kependidikan.
3. Terselenggaranya riset yang berorientasi pada produk unggulan dalam berbagai
bidang ilmu, produk kebijakan, pengelolaan, dan penyelenggaranaan pendidikan,
serta penyelesaian isu-isu nasional dan internasional.
4. Termanfaatkannya inovasi dalam berbagai disiplin ilmu untuk pemberdayaan yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5. Terbangunnya tatakelola universitas yang sehat untuk mendukung pencapaian
tujuan penyelengaraan Tridharma perguruan tinggi otonom.

2.1.3. Rincian Kebijakan dan Program Strategis


Dalam rangka mencapai tujuan strategis UPI sebagaimana diuraikan pada
bagian terdahulu, pengembangan UPI 2016-2020 berlandaskan pada enam kebijakan
berikut:
1. Penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang berorientasi
keunggulan, berkeadilan (equitable), dan menjunjung tinggi keberagaman
Kebijakan ini diwujudkan dalam sejumlah program dan indikator sebagai
berikut:
a. Pengembangan dan penerapan sistem penjaminan mutu akademik yang
berkelanjutan berskala nasional dan internasional, dengan indikator program
sebagai berikut:
1) AIPT dengan raihan A
2) Prodi terakreditasi A oleh BAN PT berjumlah 82%
3) Ranking QS star dengan raihan bintang 3
4) Ranking Webometrics pada tingkat 5
5) Prodi terakreditasi institusi internasional berjumlah 6
6) Kepuasan mahasiswa atas layanan pendidikan mencapai 80%
7) Dosen yang diakui secara internasional (rekognisi) berjumlah 28 orang
b. Pengembangan relevansi kurikulum dan daya saing lulusan pada tataran
nasional, regional, dan internasional melalui pelibatan berbagai instansi, dunia
usaha, dan industri, dengan indikator program sebagai berikut:
1) Kepuasan pengguna lulusan terhadap kinerja lulusan mencapai 86%
2) Kepuasan lulusan terhadap kebermanfaatan perkuliahan mencapai 86%
3) Masa tunggu kerja lulusan di bawah satu tahun mencapai 70%
4) IPK rata-rata lulusan di atas 3,3 mencapai 74%
5) Lulusan melanjutkan studi mencapai 25%
6) Mahasiswa yang lulus tepat waktu mencapai 70%
7) Mahasiswa yang menyelesaikan studi di bawah waktu normal mencapai 10%
c. Peningkatan realisasi kerja sama akademik dengan berbagai lembaga di dalam
dan luar negeri, dengan indikator program sebagai berikut:
1) Prodi yang mengimplementasikan kerja sama dengan universitas luar
negeri dalam pengembangan pendidikan sebanyak 25 prodi.
2) Customize program berjumlah 5 program.
3) Departemen/prodi yang menerapkan credit transfer berjumlah 10.
4) Dosen asing yang direkrut pada prodi berjumlah 8 orang.
5) Mahasiswa asing yang mengikuti kuliah di prodi berjumlah 200 orang.
6) Mahasiswa asing yang mengikuti program non-gelar berjumlah 100
orang.
7) Prodi yang melaksanakan double degree berjumlah 4.
8) Prodi yang menyelenggarakan program twinning atau sandwich
berjumlah 1.
9) Prodi yang menyelenggarakan student exchange berjumlah 10 orang
10) Prodi yang menyelenggarakan lecturer exchange berjumlah 10 orang
11) Dosen yang mengikuti visiting scholar berjumlah 15.
12) Dosen yang mengikuti pelatihan di luar negeri berjumlah 50.
13) Lulusan yang bekerja pada institusi internasional berjumlah 25 orang
14) Lulusan yang melanjutkan studi di universitas luar negeri berjumlah 60.
d. Penerapan inovasi dan hasil riset untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
dengan indikator program sebagai berikut:
1) Inovasi/hasil riset yang diterapkan dalam pembelajaran pada setiap
prodi berjumlah 50 buah.
2) Mata kuliah yang menerapkan e-learning berjumlah 70%.
3) Buku karya dosen yang diterbitkan dan ber-ISBN berjumlah 100 buah.
4) Karya seni dosen yang dipergelarkan dan dipamerkan berjumlah 25
karya seni.
e. Penciptaan atmosfir dan kultur akademik dalam proses pembelajaran, dengan
indikator program sebagai berikut:
1) Mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seminar mencapai 90%.
2) Mahasiswa yang melaksanakan studi by research berjumlah 25 orang.
3) Mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian dosen berjumlah 800
orang.
4) Pusat kajian di program studi berjumlah 10 pusat kajian.
5) Prodi linier yang terintegrasi berjumlah 15.
f. Penyelenggaraan dan pengembangan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan
profesi lainnya yang menjadi rujukan dan profesional, dengan indikator
program sebagai berikut:
1) Program studi yang menyelenggarakan PPG berjumlah 24.
2) Program PPG yang terakreditasi A berjumlah 1.
3) Sekolah mitra yang bekerjasama dalam penyelenggaraan PPG berjumlah
42 sekolah mitra.
4) Prodi yang melakukan kerja sama dengan asosiasi profesi guru berjumlah
24.
5) Riset pengembangan program PPG berjumlah 20 judul.
6) Kolaborasi dosen dan guru dalam mengembangkan pembelajaran
berjumlah 50 kegiatan.
7) Program pendidikan profesi non-guru terakreditasi berjumlah 1.
8) Prodi yang melakukan kerja sama dengan asosiasi profesi non-guru
berjumlah 2 program studi.

2.2. Peta Jalan Penelitian Bidang Unggulan


Payung penelitian UPI terdiri atas empat payung penelitian besar yang bertujuan
untuk menumbuhkembangkan UPI sebagai institusi, mengembangkan displin ilmu
pendidikan, pendidikan disiplin ilmu, dan disiplin ilmu lainnya, meningkatkan jejaring
dan peran UPI dengan berbagai lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga
swadaya masyarakat dan industri, serta meningkatkan peran UPI dalam mengatasi
berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat baik di tingkat nasional maupun global.
Keempat payung penelitian itu adalah sebagai berikut:
1. Penelitian untuk pengembangan institusi
2. Penelitian untuk pengembangan pendidikan
3. Penelitian multidisiplin dan kerjasama internasional untuk pengembangan
pendidikan dan ilmu lainnya
4. Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan global
Sejalan dengan RPJPUPI tahun 2016-2040, RIPUPI diharapkan bisa mendorong
terlaksananya program pengembangan universitas khususnya di bidang penelitian.
Dengan demikian, RIP UPI akan diklasifikasikan dalam berbagai skema seperti yang
akan diuraikan di bawah ini. Semua skema penelitian yang dikembangkan ditujukan
untuk penguatan kapasitas lembaga dan institusi, pengembangan kompetensi dosen, serta
mewujudkan cita-cita universitas menjadi research-based teaching university. Perlu
diperhatikan bahwa semua skema penelitian (kecuali skema penelitian untuk penguatan
kompetensi individu), wajib melibatkan mahasiswa minimal dua orang untuk membantu
menyelesaikan tugas akhir (bisa mahasiswa S1, S2, atau S3). Luaran wajib untuk semua
skema penelitian adalah publikasi pada tingkat nasional (jurnal nasional
terakreditasi/buku ber-ISBN yang ditulis dalam bahasa Indonesia) atau internasional
(prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan jurnal internasional yang
terindeks scopus, atau prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan HKI
atau prosiding seminar internasional yang terindeks scopus dan buku yang ditulis dalam
bahasa internasional). Syarat ketua kelompok penelitian dan luaran untuk setiap skema
penelitian dapat dilihat di Bagian B dalam Bab ini. Besaran dana akan menentukan
tuntutan luaran yang dihasilkan, yang diuraikan pada masing-masing skema penelitian.

Gambar 3. Grand design LPPM Universitas Pendidikan Indonesia


menuju research-active university
Sumber: RIP UPI, 2016-2020
Perlu dicatat bahwa dana yang akan direalisasikan untuk kegiatan penelitian dari
tahun 2016-2020 direncanakan akan meningkat 20% setiap tahunnya. Untuk itu, jumlah
proposal yang didanani untuk setiap skema penelitian pun diharapkan akan meningkat
setiap tahunnya. Terakhir, jumlah topik yang ditawarkan dalam beberapa skema penelitian
lebih banyak daripada jumlah proposal yang akan didanai. Hal ini ditujukan untuk
memberi peluang kepada para dosen untuk memilih topik yang paling cocok dengan
kepakaran serta roadmap penelitian yang telah dimilikinya.
Selain berbagai aspek terkait kualitas proposal, salah satu aspek penilaian yang
akan menjadi dasar diterimanya proposal yang diajukan adalah kedalaman pengkajian teori
dan ketepatan metodologi yang dibahas dalam proposal, yang mengindikasikan keahlian
dari calon peneliti dan kejelasan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

1. Penelitian untuk Pengembangan Institusi


Di bawah payung penelitian ini, terdapat beberapa skema yang direncanakan, yaitu:
a. Payung Penelitian terkait Kecenderungan Global dalam Pendidikan Tinggi
Penelitian ini mengarahkan institusi yang harus berubah untuk meningkatkan
kekuatan, menangkap peluang, mengatasi ancaman, dan mengurangi kelemahan. Besaran
dana untuk setiap proposal yang disetujui adalah maksimal Rp. 150 juta. Adapun topik-
topik penelitian untuk skema ini adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi kinerja organsisasi UPI;
2. Evaluasi kesehatan organisasi UPI;
3. Pengembangan penilaian capaian kinerja dan perilaku setiap individu
(pimpinan setiap unit, pendidik, dan tenaga kependidikan);
4. Budaya organisasi unit-unit yang ada di UPI (prodi, departemen, fakultas,
UPT);
5. Pendanaan universitas–kemungkinan penambahan anggaran, pengembangan
sistem remunerasi, rasionalisasi biaya pendidikan (SPP mahasiswa);
6. Analisis kebutuhan dosen dalam pengembangan profesionalisme;
7. Eksplorasi terhadap sistem pendidikan yang ada di setiap unit di Universitas,
termasuk sistem pendidikan di sekolah pascasarjana dan double degree;
8. Kajian desain, fungsi, dan kelayakan infrastruktur yang ada di UPI, terkait
kecenderungan global universitas;
9. Kajian terhadap Cyber-infrastuktur-ICT hardware, software, SDM,
organisasi, dan kebijakan;
10. Penelitian tentang kepuasan stakeholder terhadap kinerja Universitas;

b. Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan (PPKBK)


Peranan KBK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan atmosfir akademik yang
kondusif bagi dosen dan mahasiswa yang pada akhirnya dapat dijadikan ujung tombak bagi
pengembangan institusi yang berbasis hasil-hasil tridharma perguruan tinggi.Namun
demikian, keberadaan KBK di lingkungan unit akademik UPI, selain jumlahnya masih
sedikit juga masih belum termanfaatkan secara optimal untuk seluruh program studi yang
ada di lingkungan UPI.
Untuk itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menggalakkan pembentukan dan
pemberdayaan KBK yang sudah terbentuk agar seluruh potensi yang dimiliki dosen dan
mahasiswa dapat tergali secara optimal. Melalui hibah PPKBK ini, program kerja
terutama dalam bidang penelitian yang telah ditetapkan dalam sebuah KBK, dapat
diimplementasikan dengan baik sehingga peranan dan fungsi KBK dalam mendukung
peningkatan kinerja dosen dapat terwujud.

c. Penelitian Pengembangan Kapasitas Dosen sebagai Individu


Dosen sebagai individu didorong untuk melakukan penelitian tidak hanya dalam
tim tetapi juga secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong setiap individu
dosen untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Namun demikian
penelitian yang dilakukan secara individu ini pada akhirnya diharapkan dapat mendukung
UPI dalam mencapai visi sebagai universitas pelopor dan unggul. Program penelitian
dalam skema ini, terutama UPI fellowship dan penelitian berorientasi percepatan guru
besar, mengharuskan peneliti untuk tinggal di universitas di luar negeri selama minimal 3
bulan. Seluruh topik dalam skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong dosen
menghasilkan sebuah karya, terutama karya yang bisa merealisasikan kepeloporan dan
keunggulan UPI. Luaran untuk penelitian ini adalah buku referensi ber-ISBN dan artikel
jurnal internasional yang terindeks Scopus minimal kategori Q-3.
Program penelitian yang dilakukan secara individu adalah:
1. UPI Fellowship
2. Dosen Peneliti
3. Penelitian Berorientasi Anugerah Kekayaan Intelektual
4. Penelitian Berorientasi Percepatan Guru Besar

d. Penelitian Unggulan Unit Kerja


Riset unggulan unit kerja dilakukan untuk mewadahi karakteristik dan kebutuhan
yang khas tentang program dan kebijakan departemen, fakultas, pusat- pusat penelitian,
sekolah pascasarjana, dan rektorat. Penelitian unggulan unit kerja ini diturunkan dari
penelitian unggulan institusi yang tergambar dalam topik penelitian UPI. Topik penelitian
unggulan unit kerja disesuaikan dengan bidang keahlian dosen, fokus keilmuan, dan
kebutuhan pengembangan masing-masing unit kerja.

2. Penelitian untuk Pengembangan Pendidikan


Payung penelitian ini diprogramkan secara khusus oleh universitas yang didasarkan
pada jati diri UPI sebagai universitas yang salah satu fokus perhatiannya adalah
pendidikan. Program penelitian ini ditujukan untuk mendorong universitas untuk dapat
berkiprah dalam bidang pendidikan, termasuk menghasilkan teori maupun praktek ilmu
pendidikan, kebijakan pendidikan, dan penyeleasaian berbagai isu terkait masalah
pendidikan.
Jumlah proposal yang akan didanai serta jumlah dana maksimal yang dapat
diterima oleh peneliti untuk setiap skema penelitian dalam payung penelitian ini
dapat dilihat dalam Bagian B dari Bab ini. Skema penelitian yang berada di bawah
payung penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Program dan Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah


Skema penelitian ini ditujukan untuk mengkaji berbagai program dan kebijakan
pendidikan dasar dan menengah. Penelitian dalam skema ini diharapkan bisa menghasilkan
luaran yang mendorong munculnya kebijakan atau perubahan kebijakan terkait
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Adapun topik-topik
penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.
a. Reformasi sistem pendidikan dasar dan menengah: belajar dari negara lain;
b. Analisis kebijakan program persiapan guru sekolah dasar dan menengah;
c. Evaluasi kebijakan dan program pendidikan anak usia dini;
d. Evaluasi terhadap kebijakan asesmen dan evaluasi pembelajaran;
e. Evaluasi kebijakan dan program pendidikan profesional guru;
f. Analisis pemetaan SDM di bidang pendidikan dasar dan menengah;
g. Kebijakan dan pola pendanaan pendidikan dasar dan menengah;
h. Analisis desain, fungsi dan kelayakan infrastruktur pendidikan dasar dan
menengah;
i. Analisis sistem pendidikan dasar dan menengah dalam menjembatani peserta
didik memasuki pendidikan tinggi;
j. Analisis sistem sertifikasi dan remunerasi guru pendidikan dasar dan
menengah;
k. Analisis kebijakan dan program pendidikan non-formal;
l. Pembelajaran literasi bahasa Indonesia dan bahasa asing;
m. Keterkaitan sistem pendidikan yang ada baik secara aktual maupun potensial;
n. Pendidikan inklusi.

b. Penelitian terkait Filsafat Pendidikan, Sumber Belajar, Pendidik, Peserta Didik


Penelitian dalam skema ini ditujukan untuk mengkaji berbagai hal terkait sumber
belajar, khususnya dalam pendidikan dasar dan menengah. Seperti penelitian terkait
program kebijakan pendidikan dasar dan menengah, skema penelitian ini juga ditujukan
untuk bisa mendorong UPI berperan dalam pengembangan pendidikan, tetapi tidak hanya
dalam lingkup pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga pendidikan tinggi, dan
pendidikan non-formal.
Beberapa topik dalam skema penelitian ini sejalan dengan penelitian PPKBK,
karena terkait penelitian mengenai pendidikan atau pengajaran disiplin ilmu. Tetapi, topik-
topik penelitian dalam skema ini menuntut cakupan yang lebih luas, bisa melibatkan kerja
sama dengan peneliti lain dan instansi lain. Adapun topik -topik yang terkait dalam skema
penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kajian terhadap filsafat pendidikan di Indonesia;
2. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia;
3. Berbagai dasar etika dan sistem nilai untuk pengembangan kurikulum dalam
pendidikan;
4. Analisis keselarasan silabus dan buku teks (khusus dalam pendidikan dasar dan
menengah);
5. Penelitian tentang model pengembangan media pembelajaran;
6. Penelitian tentang model-model perencanaan pembelajaran;
7. Kajian terhadap pertumbuhan peserta didik dan indikator perkembangannya;
8. Perkembangan peserta didik dan pembelajarannya;
9. Penelitian untuk meningkatkan pemahaman tenaga pendidik tentang
karakteristik, tugas, dan tanggung jawab sebagai pendidik dan peserta didik
(guru dan dosen berperan sebagai peserta didik);
10. Relasi antara pendidik dan peserta didik;
11. Kaitan pendidikan dan taraf hidup masyarakat;
12. Pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;
13. Penelitian terkait psikologi dan sosiologi pendidikan.

c. Penelitian untuk Pengembangan Pendidikan dan Proses Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan luaran terkait pengembangan
pendidikan dan metode pembelajaran mutakhir yang bisa diaplikasikan dalam berbagai
konteks di Indonesia untuk memperbaiki proses pembelajaran berbagai bidang studi, baik
di tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
Topik-topik yang termasuk dalam skema penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Sejarah global tentang pendidikan di berbagai belahan dunia;
2) Implementasi dialogic learning dan classroom dynamic dan class size;
3) Faktor dan proses yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran;
4) Potensi pengembangan media dan sistem informasi dalam pembelajaran;
5) Pengembangan kerangka teori tentang pendidikan dan pembelajaran;
6) Penelitian yang mengaitkan peneliti dan praktisi tentang berbagai aspek
pembelajaran;
7) Keterlibatan orang tua dalam pendidikan dan pembelajaran;
8) Program pengembangan metode pengajaran yang efektif;
9) Konteks sosial dan perilaku pembelajaran akademik.
d. Pendekatan Budaya terhadap Pendidikan dan Pembelajaran
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan pendidikan dan pembelajaran yang
berbasis pendekatan budaya. Adapun topik-topik penelitian dalam skema ini di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Etnopedagogi;
2) Gaya belajar berbasis budaya;
3) Pendidikan untuk kelompok kelompok minoritas yang tidak terwakili
(unrepresesnted minorities), termasuk masyarakat 3T (terdepan, terluar,
tertinggal);
4) Pendidikan berbasis keberagaman dan gender.

3. Penelitian Multidisiplin dan Kerjasama Internasional untuk Pengembangan


Pendidikan dan Bidang Ilmu lainnya
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan keilmuan multidisiplin dan
kerjasama internasional, khususnya dengan universitas yang telah memiliki MoU dengan
UPI. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan karya penelitian yang menunjukkan
kreativitas dan inovasi berbasis multidisiplin ilmu yang akan memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan dan bidang ilmu lainnya. Selain
itu, penelitian dalam payung ini juga ditujukan untuk menumbuhkembangkan kerjasama
tidak hanya dengan lembaga pendidikan, tetapi juga kerjasama dengan lembaga
swadaya masyarakat, industri, dan lembaga pemerintah. Adapun skema penelitian yang
berada di bawah payung penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Multidisiplin Ilmu


Skema penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan keilmuan dalam berbagai
disiplin ilmu, yaitu disiplin ilmu pendidikan, pendidikan disiplin ilmu, serta disiplin ilmu
lainnya. Adapun topik-topik untuk penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.
1) Pengembangan sistem pendidikan tinggi untuk kekuatan, kemakmuran, dan
kesejahteraan bangsa melalui penemuan ilmu-ilmu baru dan transfer ilmu
dalam kegiatan enterpreneurship;
2) Kebijakan dalam bidang ekonomi dan dampaknya terhadap sistem
pendidikan;
3) Penelitian untuk menghadapi tantangan knowledge-based economy,
globalisasi, dan perubahan teknologi;
4) Kajian pengembangan infrastruktur wilayah dan lingkungan;
5) Peran bahasa dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu;
6) Penelitian tentang kebijakan investasi dalam pendidikan;
7) Penelitian tentang pelayanan kepada masyarakat berbasis pengetahuan seperti
kesehatan, inovasi dan transfer teknologi;
8) Penelitian penerapan sains, teknologi, dan energi terbarukan;
9) Penelitian pendidikan seni, bahasa, sastra, dan pariwisata;
10) Penelitian pendidikan sosial, budaya, ideologi, karakter, dan agama;
11) Penelitian pendidikan olahraga dan kesehatan;
12) Penelitian pengarusutamaan gender dan pendidikan anak;
13) Penelitian pendidikan lingkungan hidup;
14) Penelitian mitigasi dan manajemen bencana;
15) Penelitian kedaulatan pangan dan pengentasan kemiskinan;
16) Penelitian pendidikan kewirausahaan.
17) Penelitian pengembangan ilmu dasar.

b. Penelitian Kerjasama antara Institusi, Pemerintah, Industri, LSM, Instansi lain


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara UPI dengan pihak
lain seperti insitusi lain, pemerintah, industri, LSM maupun instansi lain. Topik-topik yang
ditawarkan dalam skema penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Kerjasama teknis pengembangan produk unggulan sivitas akademika UPI,
distribusi, dan pemasarannya;
2) Literasi dalam berbagai bidang kehidupan dan bidang ilmu dan
pemberdayaan anak bangsa.

c. Penelitian Kerjasama Internasional


Penelitian kerjasama internasional yang dimaksudkan dalam penelitian ini harus
dengan universitas terkemuka di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Topik-topik
penelitian yang berada dalam skema penelitian ini adalah:
1) Pengembangan keilmuan berbagai/lintas bidang;
2) Reformasi kelembagaan.
4. Penelitian untuk menyelesaikan Isu-isu Nasional maupun Global
Payung penelitian ini ditujukan untuk mendorong UPI berperan aktif dalam
menyelesaikan berbagai isu nasional maupun global. Beberapa topik yang ada dalam
payung penelitian ini dikaji juga dalam payung dan skema penelitian lain. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah bahwa penelitian ini harus
dilaksanakan secara multidisiplin dan berskala nasional atau internasional. Skema
penelitian yang berada di bawah payung penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian Pemberdayaan Perempuan, Anak-anak, Keluarga, dan Orang


Berkebutuhan Khusus
Skema ini ditujukan khusus untuk meneliti mengenai perempuan, anak-
anak,keluarga serta orang berkebutuhan khusus yang dapat dilihat dari berbagai persektif.
Adapun topik-topik penelitian dalam skema ini di antaranya adalah:
1) Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak;
2) Kesetaraan dan kemajuan yang dicapai perempuan;
3) Bahasa dan gender;
4) Perempuan, anak-anak, dan hak asasi manusia;
5) Diskriminasi terhadap perempuan;
6) Perempuan dalam keluarga;
7) Pendidikan anak-anak;
8) Perlindungan anak dari kekerasan, prostitusi, trafficking, pornografi;
9) Angka perceraian dan orang tua tunggal;
10) Kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan keluarga;
11) Tindakan dan kebijakan pemerintah terkait keluarga dan perkembangan
masyarakat dan negara;
12) Perlakuan terhadap wanita, anak-anak, dan berkebutuhan khusus dalam
masyarakat;
13) Orang berkebutuhan khusus dan institusi politik;
14) Perilaku orang berkebutuhan khusus di negara maju dan negara berkembang;
15) Orang berkebutuhan khusus dan dunia kerja.
b. Penelitian Penyelesaian Masalah Terorisme
Skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk
berperan serta dalam penyelesaian masalah terorisme. Topik-topik penelitian dalam skema
ini adalah sebagai berikut.
1) Pendanaan terorisme;
2) Strategi mengatasi terorisme di tingkat nasional, regional, dan global;
3) Identifikasi bahaya laten terorisme.

c. Penelitian Peningkatan dan Diversifikasi Hasil Pertanian


Skema penelitian ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk
berpartisipasi dalam pembangunan nasional khusunya dalam bidang pertanian. Adapun
topik-topik penelitian dalam skema ini adalah sebagai berikut.
1) Peran pertanian dalam masyarakat negara berkembang;
2) Diversifikasi hasil pertanian;
3) Pertanian dan pendapatan masyarakat;
4) Teknologi pengolahan hasil pertanian;
5) Pemuliaan tanaman.

d. Penelitian Peningkatan Kualitas Populasi


Skema ini dirancang untuk meneliti mengenai permasalahan tentang peningkatan
kualitas populasi. Adapun topik-topik penelitiannya adalah sebagai berikut.
1) Kesehatan dan kemiskinan;
2) Migrasi besar-besaran;
3) Urbanisasi;
4) Kebutuhan akan papan;
5) Pemberdayaan populasi usia lanjut;
6) Ketahanan pangan.

e. Penelitian Perkembangan Demokrasi, Politik dan Hukum di Indonesia


Skema peneliitan ini ditujukan untuk mendorong sivitas akademika UPI untuk
berkiprah dalam perkembangan demokrasi, politik dan hukum di Indonesia, dengan topik-
topik penelitian sebagai berikut.
1) Demokrasi, politik, dan pemilihan presiden/Pilkada;
2) Literasi demokrasi, politik, hukum, dan hak asasi manusia;
3) Literasi politik, hukum, dan perkembangan masyarakat;
4) Pengembangan pendidikan demokrasi, politik, dan hukum bagi masyarakat.

f. Penelitian Penataan dan Penyelesaian Masalah Lingkungan


Penelitian pada skema ini bertujuan mendorong sivitas akademika UPI untuk lebih
memperhatikan isu penataan dan penyelesaian masalah lingkungan yang terjadi akhir-akhir
ini. Adapun topik-topik penelitiannya adalah sebagai berikut.
1) Ekosistem dan kesehatan manusia dan lingkungan;
2) Krisisekologi, kemiskinan, dan ketidakadilan;
3) Penghijauan dan atmosfer; air, tanah, dan makhluk hidup;
4) Sustainable development: kebijakan, tindakan, danupaya;
5) Upaya pengentasan kemiskinan;
6) Perubahan iklim dan penurunan permukaan laut;
7) Bencana alam dan akibatnya;
8) Manajemen limbah, sumber daya, maritim, pariwisata, energi & bio energi.

g. Penelitian Pemberdayaan Ekonomi


Skema pada penelitian ini mendorong sivitas akademia agar lebih peka
terhadap pemberdayaan ekonomi di Indonesia. Adapun topik-topik penelitian pada skema
ini adalah sebagai berikut.
1) Bantuan luar negeri untuk pembangunan;
2) Krisis finansial global;
3) Kerjasama ekonomi antarlembaga;
4) Strategi dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
5) Pengembangan ekonomi nasional secara berkelanjutan

2.3. Luaran Penelitian yang terkait dengan yang diusulkan


Penelitian ini memiliki luaran yang terkait dengan yang diusulkan yaitu dalam
bentuk desain rumah yang ramah terhadap bahaya bencana banjir, khususnya bagi
masyarakat Kampung Cieunteung di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung,
umumnya bagi masyarakat luas di Jawa Barat sekaligus untuk dijadikan model atau
prototype rumah ramah banjir untuk diterapkan pada daerah-daerah rawan bencana banjir
yang ada di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat. Selain itu, luaran penelitian ini juga
berupa: (1) Rumusan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap
bahaya banjir di Kampung Cieunteung yang meliputi elaborasi ide-gagasan
perencanaannya; (2) Rekomendasi dalam bentuk maping (pemetaan) rumah-rumah di
kawasan Kampung Cieunteung yang rawan terendam banjir sebagai objek rumah yang
akan diteliti, kemudian rumah inilah yang menjadi model dan fokus penelitian; (3) Artikel
ilmiah tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya
banjir dengan pendekatan arsitektur Tradisional Sunda yang akan dikirim pada
seminar/jurnal nasional atau internasional dengan topik lokalitas; (4) Hasil penelitian ini
juga berpotensi besar dapat diusulkan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
berupa usulan HKI untuk model percontohan (prototype) rumah ramah banjir.

2.4. Sinergi antara Kelompok Penelitian


Sinergi antara kelompok penelitian yang ada pada payung penelitian Universitas
Pendidikan Indonesia yang terdiri dari empat tema, yaitu: (1) Penelitian untuk
pengembangan institusi; (2) Penelitian untuk pengembangan pendidikan; (3) Penelitian
multidisiplin dan kerjasama internasional untuk pengembangan pendidikan dan ilmu
lainnya; (4) Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan global. Kelompok
penelitian pengembangan institusi memiliki sinergitas dengan penelitian untuk
pengembangan pendidikan, karena keduanya saling berhubungan untuk meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan (institution of quality). Sedangkan sinergitas antara penelitian
multidisiplin dan kerjasama dengan penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan
global terlihat pada upaya pemerintah untuk mencari solusi pemecahan masalah yang
terjadi di masyarakat, seperti membuat program mitigasi bencana (disaster mitigation).

2.5. Pentingnya Riset yang diusulkan dalam mendukung Renstra


Riset atau penelitian ini sangat penting diusulkan dan dilakukan, karena sangat
berhubungan dengan salah satu payung penelitian UPI sesuai dengan RENSTRA dan RIP
UPI tahun 2016-2020, yaitu: Penelitian untuk menyelesaikan isu-isu nasional dan
global. Banjir sudah menjadi isu nasional dan meng-global di Indonesia, termasuk di
Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Selatan). Riset ini
berupaya untuk menemukan solusi dalam bentuk membuat model rumah ramah banjir.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

I. Banjir
g. Pengertian Banjir
Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang.
(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa
alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula
menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan
kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya
deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya
tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan definisi
banjir terdiri dari beberapa kriteria, yaitu (1) Berdasarkan kata kerjanya banjir adalah [v]
berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-
menerus, sungai itu menjadi banijr; (2) Berdasarkan kata bendanya banjir adalah [n] air
yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda, atau
Geo peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat;
(4) Berdasarkan kata sifatnya banjir juga mengandung arti datang (ada) banyak sekali,
misalnya pada kalimat menjelang Lebaran di pasar banjir petasan.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan banjir adalah suatu
keadaan atau kondisi pada saat musim hujan yang mengakibatkan sungai atau tempat
penampungan air secara massal tidak mampu lagi menampung jumlah air, karena
terhambatnya aliran air dalam saluran penampungan air, sehingga air naik melebihi batas
permukaan normalnya.
Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya adalah: (1) Banjir
dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung mengalir;
(2) Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit; (3) Pola banjirnya
musiman; (4) Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di
daerah depresi; (5) Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan
sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan
diperlukan evakuasi penduduk.
h. Penyebab Banjir
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab
terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan
oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang
termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:
(a) Curah hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim
yaitu musim hujan yang umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret,
dan musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada
musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan
apabila banjir tersebut melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau
genangan;
(b) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah
pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai
dll. merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir;
(c) Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungai-sungai di
Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul
genangan dan banjir di sungai;
(d) Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan
yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan
penggunaan lahan yang tidak tepat;
(e) Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang
tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di
musim hujan;
(f) Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar
karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh terjadi di Kota Semarang dan Jakarta.
Genangan ini terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim
kemarau.

Di samping itu, terdapat faktor-faktor lain penyebab terjadinya banjir yang


diakibatkan karena perilaku manusia yang tidak memperhatikan alam, yaitu: (a)
Perubahan Kondisi DPS, misalnya penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang
tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya, dapat memperburuk
masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Perubahan tata guna lahan
memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir; (b)
Kawasan kumuh, misalnya perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat
merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap masalah banjir daerah perkotaan; (c) Sampah, misalnya ketidakdisiplinan
masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan, umumnya mereka
langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini sangat mudah
dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena
menghalangi aliran air; (d) Drainase lahan, misalnya sistem drainase perkotaan dan
pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan
bantaran dalam menampung debit air yang tinggi; (e) Bendung dan bangunan air,
misalnya pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran
balik (backwater); (f) Kerusakan bangunan pengendali banjir, contohnya pemeliharaan
yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan
dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir; (g)
Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, sehingga dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi.
Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat
menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan aliran air menjadi
sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.
(Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, “Banjir”).
i. Daerah Genangan Air
Akibat adanya peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan infrastruktur terutama
permukiman meningkat, sehingga merubah sifat dan karakteristik tata guna lahan. Sama
dengan prinsip pengendalian banjir perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali
menyebabkan aliran permukaan (run-off) meningkat sehingga terjadi genangan air. Hal-
hal yang menyebabkan terjadinya genangangenangan air di suatu lokasi antara lain: (1)
Dimensi saluran yang tidak sesuai; (2) Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah aliran sistem drainase; (3) Elevasi
saluran tidak memadai; (4) Lokasi merupakan daerah cekungan; (5) Lokasi merupakan
tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi pemukiman. Ketika berfungsi
tempat retensi (parkir air) dan belum dihuni adanya genangan tidak menjadi masalah.
Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni; (6) Tanggul kurang tinggi; (7) Kapasitas
tampungan kurang besar; (8) Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga terjadi aliran
balik; (9) Adanya penyempitan saluran; (10) Tersumbatnya saluran oleh endapan,
sedimentasi atau timbunan sampah terjadi penurunan tanah (land-subsidence).
Perubahan fungsi kawasan bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) sebesar + 15%
mengakibatkan keseimbangan sungai / drainase mulai terganggu. Gangguan ini
mengkontribusi kenaikan (tajam) kuantitas debit aliran dan kuantitas sedimentasi pada
sungai / drainase (Bledsoe, 1999). Hal ini dapat diartikan pula bahwa suatu daerah aliran
sungai yang masih alami dengan vegetasi yang padat dapat diubah fungsi kawasannya
sebesar 15 % tanpa harus merubah keadaan alam dari sungai / drainase yang
bersangkutan. Bila perubahannya melebihi 15 % maka harus dicarikan alternatif
pengganti atau perlu kompensasi untuk menjaga kelestarian sungai / drainase, misalnya
dengan pembuatan sumur resapan.(Robert J.Kodoatie,”PSDA Terpadu”).

II. Sungai
a. Pengertian Sungai
Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-
tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat
gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas
permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai, dan
perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai. Definisi di atas
merupakan definisi sungai yang ilmiah alami, sedangkan undang-undang persungaian
Jepang menjelaskan mengenai daerah sungai sebagai berikut: (1) Suatu daerah yang di
dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus; (2) Suatu daerah yang kondisi
topografinya, keadaan tanamannya, dan keadaan lainnya mirip dengan daerah yang di
dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus (termasuk tanggul sungai,
tetapi tidak termasuk bagian daerah yang hanya secara sementara memenuhi keadaan
tersebut diatas, yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya). Jadi sungai
adalah salah satu dari sumberdaya alam yang bersifat mengalir (flowing resources),
sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir (opportunity
value), pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir (externality effect) dan
pelestarian di hulu akan memberikan manfaat di hilir.
Suatu daerah yang tertimpa hujan dan kemudian air hujan ini menuju sebuah
sungai, sehingga berperan sebagai sumber air sungai tersebut dinamakan daerah
pengaliran sungai dan batas antara dua daerah pengaliran sungai yang berdampingan
disebut batas daerah pengaliran. Wilayah sungai itu sendiri merupakan satu kesatuan
wilayah pengembangan sungai Mulai dari mata airnya di bagian paling hulu di daerah
pegunungan dalam perjalanannya ke hilir di daerah dataran, aliran sungai secara
berangsur-angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh
sungai menjadi semakin besar. Kadang – kadang sungai yang bermuara di danau atau di
pantai laut terdiri dari beberapa cabang. Apabila sungai semacam ini mempunyai lebih
dari 2 (dua) cabang, maka sungai yang paling penting, yakni sungai yang daerah
pengalirannya, panjangnya, dan volume airnya paling besar disebut main river (sungai
utama), sedang cabang – cabangnya disebut tributary (anak sungai). Kadang – kadang
sebelum alirannya berakhir di sebuah danau atau pantai laut, sungai membentuk beberapa
buah cabang yang disebut enffluent (cabang sungai). (Suyono Sosrodarsono,”Perbaikan
dan Pengaturan Sungai”).

b. Morfologi Sungai
Menurut letak geografis, karakteristik alur sungai terdiri atas: (1) Bagian hulu, yaitu
ditandai adanya penggerusan dasar sungai, kemiringan dasar sungai yang curam, material
dasar sungai berupa pasir, boulder, aliran deras, penampang sempit dan curam; (2)
Bagian tengah, yaitu ditandai dengan penggerusan tebing, alur bermeander, material
lempung pasir, kemiringan dasar sungai relative; (3) Bagian hilir, yaitu ditandai dengan
adanya sedimentasi di dasar sungai, tipe alur braided dan terjadi pembentukan delta,
kemiringan dasar sungai landai, lebar sungai besar, penampang lebar dan landai.

c. Perilaku Sungai
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi di
samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir di
dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuklah lembah - lembah sungai. Volume sedimen yang sangat
besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing - tebing sungai di daerah pegunungan dan
tertimbun di daerah sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh aliran sungai. Karena di
daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar.
Tetapi setelah aliran sungai mencapai daratan, maka gaya tariknya sangat menurun.
Dengan demikian beban yang terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur diendapkan.
Karena itu ukuran butiran sedimen yang mengendap di bagian hulu sungai lebih besar
daripada di bagian hilirnya. Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak
pada saat alur sungai ke luar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran
yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif
yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan tersebut apa yang disebut
dengan kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sungai bertambah lebar dan dangkal,
erosi dasar sungai tidak lagi dapat terjadi, bahkan sebaliknya terjadi pengendapan yang
sangat intensif.
Dasar sungai secara terus menerus naik, dan sedimen yang hanyut terbawa arus
banjir, bersama dengan luapan air banjir tersebar dan mengendap secara luas membentuk
dataran alluvial. Pada daerah dataran yang rata alur sungai tidak stabil dan apabila sungai
mulai membelok, maka terjadilah erosi pada tebing belokan luar yang berlangsung secara
intensif,sehingga terbentuklah meander. Meander semacam ini umumnya terjadi pada
ruas - ruas sungai di dataran rendah dan apabila proses meander berlangsung terus, maka
pada akhirnya terjadi sudetan alam pada dua belokan luar yang sudah sangat dekat dan
terbentuklah sebuah danau.(Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”).
d. Peranan Sungai
Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban
manusia, yakni dengan menyediakan daerah - daerah subur yang umumnya terletak di
lembah-lembah sungai dan sumber air bagi sumber kehidupan yang paling utama bagi
kemanusiaan. Demikian pula sungai menyediakan dirinya sebagai sarana transportasi
guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia. Di daerah pegunungan air
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan juga memegang peranan utama sebagai
sumber air untuk kebutuhan irigasi, penyediaan air minum, kebutuhan industri, dan lain-
lain. Selain itu sungai berguna pula sebagai tempat yang ideal untuk pariwisata,
pengembangan perikanan, dan sarana lalu lintas sungai. Ruas - ruas sungai yang melintasi
daerah permukiman yang padat biasanya dipelihara dengan sebaik-baiknya dan
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai ruang terbuka. Sungai-sungai berfungsi sebagai
saluran pembuang untuk menampung air selokan kota dan air buangan dari areal - areal
pertanian. (Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”)

III. Arsitektur Tradisional Sunda


Dalam naskah Sunda kuno, Sanghyang Siksakanda-ing Ka-resian (SSK) ditemukan
arsitektur maupun ragam hias yang berkaitan dengan bentuk serta hiasan rumah yang
sudah tidak kita kenali lagi saat ini, seperti anjung meru, yaitu bangunan yang berbentuk
lancip seperti gunung, lebih tinggi ke atas lebih kecil; Badak heuay, yaitu bentuk
bangunan rumah yang tidak memakai wuwung, bersambungnya antara atap belakang dan
atap depan tampak seperti badak yang sedang menganga; Badawang sarat, yaitu ragam
hias pada rumah dengan hiasan ikan besar; Balandongan, yaitu bangunan sementara
untuk menerima tamu; tempat pertunjukan kesenian; Capit gunting, yaitu bentuk
bangunan rumah yang bagian pinggir atap gentingnya memakai bambu atau kayu
disilangkan (menyilang) seperti gunting hendak mencapit; Julang ngapak, yaitu bentuk
bangunan rumah yang di bagian depan belakangnya memakai sorondoy seperti sayap
julang yang sedang terbang atau mengepakkan sayapnya, dan lain sebagainya (Nuryanto,
2013).
Jenis dan pola kampung di Tatar Sunda berdasarkan letak geografisnya dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu: (1) Kampung pegunungan, yaitu kampung yang terletak di
daerah pegunungan dan dataran tinggi; (2) Kampung dataran rendah, yaitu kampung yang
terletak di daerah dataran rendah; (3) Kampung pantai, yaitu kampung yang terletak di
tepi pantai, atau di sepanjang pesisir (Ekadjati, 1995). Karakteristik lingkungan alam
Tatar Sunda juga memberikan gagasan pemberian nama kampung, antara lain Galudra
ngupuk, yaitu kampung yang letaknya di antara dua bukit atau gunung; Pancuran emas
yaitu kampung yang posisinya tepat di lereng bukit atau gunung yang menurun dan
menghadap ke arah barat daya; Satria lalaku adalah jenis kampung yang berada di lereng
bukit atau gunung yang menurun serta menghadap ke arah tenggara; Kancah nangkub
yaitu kampung yang letaknya tepat di puncak bukit; Gajah palisungan merupakan jenis
kampung yang berada di puncak bukit dalam kondisi tanah yang datar; Bulan purnama
yaitu kampung yang posisinya berada di lembah sungai; Gajah katunan merupakan
kampung yang letaknya di dataran rendah, di kelilingi bukit atau pasir (Nix dalam
Danumihardja, 1987).
Berdasarkan mata pencaharian pokok penduduknya, terdapat tiga jenis kampung,
yaitu: (1) Kampung pertanian, yaitu kampung yang kehidupan utama penduduknya dari
bidang pertanian dengan mengolah tanah. Bagian terbesar dari Jawa Barat merupakan
kampung pertanian; (2) Kampung nelayan, yaitu kampung yang kehidupan utama
penduduknya dari hasil penangkapan ikan di laut, karena itu lokasi kampungnya pun
berada di tepi pantai atau sekitar pantai; (3) Kampung kerajinan, yaitu kampung yang
kehidupan utama penduduknya dari bidang kerajinan tangan atau industri (Ekadjati,
1995).
Dalam pandangan Orang Sunda, rumah merupakan lambang wanita, karena seluruh
aktivitas di dalamnya dilakukan oleh wanita. Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah
panggung, yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Di samping itu,
panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan
suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar
Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki
tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media
pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan
kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan lain
sebagainya (Adimihardja, 2004).
Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia
terbagi tiga: ambu handap, ambu luhur, dan tengah. Tengah merupakan pusat alam
semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat
tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke ambu handap (dunia
bawah/bumi) dan ambu luhur (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah tersebut harus
memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia
bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena
itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang
disebut umpak (Adimihardja, 2004).

1. Studi Banding Arsitektur Masyarakat Kampung Naga dan Baduy Kajeroan


sebagai Pendekatan Konsep Perencanaan Rumah Ramah Banjir
a. Kampung Naga-Kabupaten Tasikmalaya
Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Masyarakatnya disebut Urang Naga, dan ikatan
persaudaraan yang masih menjalankan adat istiadat dikenal dengan istilah Sa adat Sa
Naga. Masyarakat Kampung Naga adalah asli Sunda yang berasal dari satu keturunan
dari karuhun (leluhur) mereka bernama Eyang Sembah Dalem Singaparana. Dinamakan
Singaparana karena ia dapat menaklukkan singa yang sedang mengamuk dengan
kesaktiannya. Singaparana dikenal sebagai seorang ulama sakti, putra dari Prabu
Rajadipuntang, Raja Galunggung terakhir yang menyingkir ke Linggawangi. Ketika itu,
Kerajaan Galunggung diserang oleh Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Prabu
Surawisesa (1535-1543) karena mereka telah menjadi pemeluk Agama Islam,
sehingga tidak lagi menjadikan Kerajaan Sunda sebagai pusat. Menghadapi serangan itu,
Prabu Rajadipuntang menyelamatkan harta pusaka dan menyerahkannya pada anak
bungsunya yang bernama Singaparana. Untuk melaksanakan tugas itu Singaparana
dibekali ilmu yang membuat dirinya bisa nyumput buni dinu caang (bersembunyi di
keramaian). Eyang Sembah Dalem Singaparana memiliki enam putra yang kesemuanya
diwarisi ilmu linuwih dan meninggal di daerah tempat mereka mengamalkan ilmunya.
Menurut keterangan lain, Eyang Sembah Dalem Singaparana bertalian persaudaraan
dengan Sunan Gunung Djati. Eyang Sembah Dalem Singaparana dimakamkan di
Kampung Naga, sedangkan Sunan Gunung Djati di makamkan di Cirebon. Masyarakat
yang masih menjalankan adat istiadat sebagai warisan dari Eyang Sembah Dalem
Singaparana disebut Urang Naga Jero, artinya Masyarakat Kampung Naga yang asli dan
tinggal di kampung yang suci (sakral). Sedangkan masyarakat yang meninggalkan adat
istiadat dari leluhur disebut Urang Naga Luar, artinya keluar dari komunitas adat dan
tinggal di luar kampung suci (Nuryanto, 2015).
Agama yang dianut masyarakat Kampung Naga adalah Agama Islam, akan tetapi
pengaruh Hindu dan kepercayaan terhadap karuhun (leluhur) masih kuat. Kuncen atau
pemuka adat mempunyai peranan sangat penting dalam kehiupan sehari-hari. Selain
sebagai pemuka adat, Kuncen juga berperan sebagai pengatur upacara-upacara adat.
Masyarakat Kampung Naga terkenal ketaatannya terhadap Kuncen/Kokolot/Pemuka
Adat, dan Pemerintah. Hal ini sesuai dengan prinsip hidup warisan dari leluhur mereka
yaitu “parentah gancang lakonan, panyaur geura temonan, pamundut gancang caosan”,
artinya perintah dan permintaan dari pimpinan segera dilaksanakan sebaik-baiknya.
Dalam kepercayaan mereka terdapat ketentuan-ketentuan adat yang disakralkan, dan
diyakini oleh seluruh anggota masyarakat, antara lain: (1) Percaya kepada Eyang Sembah
Dalem Singaparana; (2) Leuwi Naga, yaitu lubuk Sungai Ciwulan, ikannya tidak boleh
ditangkap/dikonsumsi; (3) Leuweung Tutupan, yaitu Hutan Naga yang tertutup tidak
boleh dimasuki. Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka memiliki empat falsafah hidup,
yiatu: (1) Tidak mempunyai harta yang berlebihan, (2) Taat kepada pimpinan, (3)
Keselamatan, (4) Menjaga keturunan Kampung Naga (Nuryanto, 2015).
Pada setiap upacara yang menjadi pokok utama adalah ziarah ke makam Eyang
Sembah Dalem Singaparana, yang disebut juga hajat sasihan. Setelah itu baru diadakan
upacara yang lainnya. Dari upacara-upacara tersebut dapat dilihat bahwa sinkretisme
antara Islam dengan Hindu sangat berpengaruh kuat pada kehidupan masyarakatnya.
Setiap satu windu sekali diadakan upacara Pedaran, isinya menguraikan sejarah leluhur
(silsilah), yang jatuh pada tahun Alip, Bulan Maulud tanggal 13 dan 14. Pedaran
merupakan upacara terbesar yang peringatannya diikuti oleh seluruh keturunan Suku
Naga. Tanggal-tanggal di atas dapat berubah, bila bersamaan dengan jatuhnya hari-hari
yang dilarang (tabu), yaitu Selasa, Rabu, dan Sabtu.
Pola permukiman Kampung Naga terdiri dari lapangan yang dikelilingi oleh Bumi
Ageung, yaitu rumah yang dijadikan tempat penyimpanan benda-benda pusaka nenek
moyang, tajug (musholla), bale adat, dan rumah Kuncen serta beberapa rumah keluarga
Kuncen. Di sekitarnya tersebar rumah-rumah penduduk yang linier mengikuti aliran
Sungai Ciwulan dan jalan setapak kampung. Di samping itu juga terdapat saung lisung,
yaitu tempat menumbuk padi, makam (area kuburan), MCK, kolam ikan, sawah, kebun,
dan kandang ternak yang letaknya agak jauh di belakang area permukiman dan berada di
luar pagar kampung.
b. Permukiman Kampung Naga

1. Site plan Kampung Naga (perletakkan masa bangunan) 3. Rumah adat di Kampung Naga

Gambar dan foto 1. : Site plan dan Perletakkan masa bangunan di Kampung Naga
Sumber: Nuryanto, 2017.

Daerah Kampung Naga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) Daerah
perumahan (daerah bersih) yang hanya terdapat rumah-rumah penduduk, tajug dengan
fasilitas wudlu (tidak boleh buang air atau mandi), bale adat, Leuit (lumbung padi), ruang
terbuka untuk kegiatan upacara, pertemuan atau tempat bermain dan olahraga; (2) Daerah
yang bukan perumahan, yaitu daerah yang dianggap dapat mengotori lingkungan, seperti:
MCK, kolam ikan, saung lisung, kandang ternak, makam, sawah, dan kebun. Pembagian
kedua daerah tersebut terjadi akibat pemisahan oleh pembatas buatan berupa pagar
kampung.

Bentuk rumah di Kampung Naga adalah panggung. Rumah panggung didirikan di


atas tanah, memiliki kolong dengan tinggi lantai dari tanah antara 40-60 cm. Rumah
panggung di Kampung Naga ternyata berhubungan erat dengan sistem kepercayaan
masyarakatnya tentang alam jagat raya yang dibagi ke dalam tiga bagian; (1) Ambu
Handap, yaitu yang memelihara dunia bawah (bumi); (2) Ambu Tengah, adalah yang
memelihara dunia tengah (alam dunia); (3) Dunia Luhur, artinya yang memelihara dunia
atas (langit). Dunia tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan
dirinya. Oleh karena itu, rumah tempat tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah;
tidak di dunia bawah (bumi) dan tidak di dunia atas (langit). Artinya, rumah harus
memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah antara rumah secara keseluruhan dengan
dunia bawah dan dunia atas. Tiang tersebut tidak langsung di atas tanah, tetapi harus
diberi alas berupa pondasi umpak. Ambu tengah merupakan pusat dunia dan manusia
menempatkan dirinya sebagai puseur (pusat/sentral). Ambu tengah merupakan pusat
kehidupan manusia; lantai tidak boleh menempel pada tanah, karena sama artinya
mengubur diri hidup-hidup. Dengan demikian, ambu tengah dengan ambu handap harus
dipisah dengan pondasi umpak, sehingga terbentuklah kolong. Di samping itu, golodog
(trap antara) juga berfungsi sebagai pemisah antara kedua dunia tersebut. Sedangkan
ambu luhur merupakan hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Khalik. Manusia
harus menjaga hubungan vertikal tersebut melalui ritual adat maupun agama, seperti
pelaksanaan Hajat Sasih yang selalu dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga.

1. Panggung pada rumah 2. Panggung pada tajug 3. Panggung pada leuit

4. Golodog sbg. pemisah lantai 5. Ritual adat Hajat Sasih 6. Tangga ke kampung

Foto 2. : Bangunan adat dan fasilitas penunjang yang ada di Kampung Naga
Sumber: Nuryanto, 2017.

Jawa Barat yang mayoritas masyarakatnya Berbahasa Sunda sangat kaya akan
arsitektur tradisionalnya. Salah satu kekayaan tersebut adalah rumah panggung dengan
berbagai bentuk atapnya yang sangat khas. Dalam penelitian ini tidak membahas
kekuatan struktur rumah panggung, karena harus dilakukan penelitian berikutnya dengan
fokus menghitung struktur panggung secara ilmu mekanika atau statika serta uji lab
struktur. Penelitian ini hanya membahas model atau bentuk arsitektur rumah panggung
yang dapat dikembangkan menjadi desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa
bumi. Model tersebut meliputi: denah, tampak, bentuk atap, dan material yang dipakai.
Denah berkaitan dengan perletakkan titik-titik pondasi umpak berdasarkan grid atau
modul ukuran ruang. Tampak berhubungan dengan penampilan (performance), sehingga
rumah terlihat indah.
Banyak model-model atap dalam Arsitektur Tradisional Sunda, yaitu: badak heuay
yaitu atap yang menyerupai badak yang sedang menguap, sulah nyanda artinya atap
pelana dengan tambahan tritisan ke arah depan, julang ngapak yaitu atap yang
menyerupai burung julang sedang mengepakkan sayapnya, jangga wirangga adalah atap
mansarg atau perisai buntung, tagog anjing artinya atap yang mirip seperti anjing yang
sedang duduk, dan jolopong yaitu atap pelana. Di bawah ini contoh model desain atap
imah panggung yang dapat dijadikan sebagai inspirasi konsep perencanaan rumah ramah
banjir pada lokasi rawan banjir di Kampung Cieunteung Kabupaten Bandung (Selatan).

1. Atap badak heuay 2. Atap sulah nyanda 3. Atap julang ngapak

4. Atap jangga wirangga 5. Atap tagog anjing 6. Atap jolopong

Gambar 2. : Model-model desain atap bangunan pada Arsitektur Tradisional Sunda


Sumber: Nuryanto, 2015.

1. Rumah Kp. Naga 2. Rumah Kp. Naga 3. Rumah Kp. Naga

Foto 3. : Bentuk imah panggung pada Arsitektur Tradisional Sunda di Kampung Naga.
Sumber: Nuryanto, 2017.
b. Kampung Baduy Kajeroan-Kabupaten Lebak, Banten
Baduy adalah sebutan populer untuk Masyarakat Kanekes di Banten. Kanekes atau
Baduy terletak di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bagian
Selatan. Wilayah Baduy merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng (900 m dpal).
Secara geografis lokasinya terletak pada 6º27’27”-6º30’ LU dan 108º3’9”-106º4’55” BT.
Luas kawasan daerahnya kurang lebih 5.101,85 Ha (Iskandar 1992). Baduy merupakan
salah satu bentuk kampung Tradisional Sunda yang paling tua. Arsitektur bangunannya
dapat digolongkan dalam tipologi arsitektur tradisional rakyat, karena dibangun dari,
oleh, dan untuk Rakyat Baduy berdasarkan kekuatan adat, tradisi serta budaya yang
agung dari leluhurnya (Nuryanto, 2015).
Pada masa Islam berkembang di Kerajaan Banten terdapat sebagian masyarakat
yang tidak bersedia masuk Islam atau sepenuhnya masuk Islam. Mereka adalah orang
Ciparahyang. Banten yang menurut informasi sejarah adalah bekas pelarian Kerajaan
Hindu-Padjadjaran pada saat terjadi perang antara kerajaan, di bawah kekuasaan Prabu
Siliwangi melawan pemberontakan yang dipimpin oleh Kian Santang yang kemudian
menandai keruntuhan Kerajaan Sunda tersebut. Akibat terus menerus terdesak, maka
Masyarakat Ciparahyang yang tidak bersedia di Islamkan, melarikan diri ke Pamarayan,
Rangkasbitung hingga sampai ke Leuwidamar, di daerah Cisimeut. Secara umum,
Masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kajeroan atau tangtu,
panamping, dan dangka. Tangtu dan panamping berada di wilayah Desa Kanekes,
sedangkan dangka terdapat di luar Desa Kanekes. Bila dilihat berdasarkan kesucian dan
ketaatannya kepada adat, tangtu lebih tinggi dibanding panamping, dan panamping lebih
tinggi dibanding dangka. Meski demikian pengelompokan yang sering digunakan adalah
tangtu merujuk pada masyarakat Baduy Dalam (kampung sakral), misalnya Kampung
Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana, sedangkan panamping dan dangka merujuk pada
masyarakat Baduy Luar (kampung profan), seperti Kampung Cisadane dan Gajeboh
(Nuryanto, 2015).
Nuryanto (2015) dalam bukunya yang berjudul “Arsitektur Kampung dan Rumah
Panggung Masyarakat Sunda”, menjelaskan bahwa Masyarakat Baduy merupakan
penganut Sunda Wiwitan yang sangat kuat, karena mengikuti leluhurnya yang berasal
dari Kerajaan Padjadjaran. Salah satu ajarannya adalah hidup rukun dengan alam.
Keyakinan dalam kehidupan yang menghargai alam sebagai pelindung kehidupan
mereka, memunculkan banyak ritual-ritual serta aturan-aturan untuk menjaga kelestarian
alam. Mereka berpendapat kerusakan pada alam berarti kerusakan pada manusia yang ada
di dalamnya. Bencanaalam hanya akan muncul ketika manusia mulai mengusik
ketenangan alam. Ketakutan mereka pada bencana-bencana alam yang muncul justru
semakin mendekatkan mereka pada alam dan menghindari dari kerusakan-kerusakan.
Dikatakan oleh pemimpin mereka bahwa alam bukanlah sumber daya yang harus
dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi alam merupakan
titipan dari Tuhan untuk dijaga manusia untuk generasi yang akan datang. Dengan
filosofi seperti itu mereka menjaga kelestarian lingkungan di Desa Kanekes-Baduy secara
turun temurun. Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan, bahwa mereka tercipta di bumi
sebagai kelompok penjaga alam baik hutan dan air di lingkungannya. Mereka
beranggapan bahwa Desa Kanekes merupakan titik pusat alam di dunia, sehingga jika
titik pusat tersebut rusak karena ulah manusia, maka Pulau Jawa akan terjadi bencana dan
kehancuran.
Pola kampung Masyarakat Baduy Kajeroan seperti pada Kampung Cikartawana,
Cikeusik, dan Cibeo secara umum memiliki karakteristik yang sama, yaitu mengelilingi
lapangan terbuka dengan memusat pada rumah puun yang berada pada orientasi Utara-
Selatan. Rumah puun terletak di ujung Selatan dari lapangan terbuka berdekatan dengan
Salaka Domas atau Sasaka Domas, yaitu tempat suci atau kabuyutan Masyarakat Baduy
yang posisinya di Selatan. Dalam aturan adatnya, arah bubungan rumah-rumah harus
berada pada orientasi Utara-Selatan, karena sama artinya menghormati leluhur mereka,
sedangkan bubungan bangunan lainnya mengikuti kontur tanah atau disesuaikan kondisi;
boleh Utara-Selatan atau Barat-Timur. Arah Selatan selain diyakini sebagai letak Salaka
Domas, juga sebagai letak Karaton Suradipati, yaitu tempat tinggal Raja Pakuan
Padjadjaran yang harus disembah dan dihormati, karena dianggap sebagai wakil dewa
atau leluhur. Suradipati berasal dari kata ‘Sura’ artinya tempat, dan ‘Adipati’ artinya raja
atau ratu. Posisi rumah puun sangat tinggi, karena dianggap sebagai tempat tinggal orang
yang dianggap mewakili dewa atau leluhur mereka. Dalam konteks kehidupan sehari-
hari, puun memiliki kekuasaan yang sangat penuh, dan posisinya sama seperti ‘raja’,
sedangkan masyarakatnya adalah rakyat yang tunduk dan patuh kepada ‘raja’.
1. Site plan Kampung Cikartawana 2. Site plan Kampung Cibeo

Gambar 3. : Site plan Kampung Baduy Kajeroan (Cikartawana dan Cibeo)


Sumber: Nuryanto, 2015.

Rumah Masyarakat Baduy berbentuk panggung, yang memiliki kolong setinggi ±


40-70 cm dari permukaan tanah. Panggung memiliki makna kosmologis yang berkaitan
dengan sistem keyakinan Masyarakat Baduy tentang dunia. Mereka mengenal tiga dunia:
buana nyungcung, panca tengah dan larang. Ketiga dunia ini tersusun secara vertikal
dengan buana nyungcung berada di puncak, diikuti oleh buana panca tengah (langit) dan
buana larang (bumi). Antara buana nyungcung dan buana panca tengah terdapat bumi
suci alam padang, yaitu tempat Nyai Pohaci Sanghyang Sri (Dewi Padi) bermukim. Letak
rumah berada di antara langit dan bumi, oleh karena itulah diletakkan tihang (tiang) yang
di bawahnya terdapat umpak (pondasi) sebagai penghubung antara bumi dengan langit.
Bentuk panggung dipercaya sebagai dunia tengah (netral) di antara buana panca tengah
dan buana larang. Mereka percaya, bahwa rumah panggung merupakan pusat yang
memiliki kekuatan netral di antara kedua dunia tersebut (Nuryanto, 2015).

Gambar 4. : Bentuk Imah Panggung pada Kampung Baduy Kajeroan


Sumber: Nuryanto, 2015.
Bahan atap rumah Baduy terbuat dari daun yang disebut kiray (sejenis palem)
dengan bentuk atap sulah nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus
melainkan agak merebah ke belakang. Salah satu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang
dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap. Bilik rumah
dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik
anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig yang dibuat hanya dengan berdasarkan
perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua
buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah. Ada tiga ruangan dalam
bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala
keluarga juga dapur yang disebut imah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang
makan yang disebut tepas, dan ruang untuk menerima tamu yang disebut sosoro. Seluruh
bangunan diatur menghadap satu dengan yang lainnya. Secara adat rumah Baduy hanya
diperbolehkan menghadap ke utara dan selatan (Nuryanto, 2015).
Rumah masyarakat di Kampung Baduy Kajeroan seluruhnya menggunakan bentuk
atap sulah nyanda dengan tambahan sorondoy pada bagian depannya, sedangkan leuit dan
saung lisung menggunakan bentuk atap jolopong. Mereka menggunakan sulah nyanda
sebagai bentuk atap rumahnya. Menurut mereka, sulah nyanda lebih luas, karena mampu
memberikan ruang lebih pada bagian depan rumah. Kemiringan atap sulah nyanda antara
35°-45°. Dengan kemiringan yang agak curam itu, maka diharapkan aliran air lebih cepat,
karena apabila lambat maka airnya akan mudah masuk ke dalam ruangan rumah (bocor).
Sedangkan sorondoy lebih landai dengan kemiringan antara 27°-33°.

8 7
4 3 2
1
9
11 6 5

10

Gambar 5. : Imah Panggung Baduy Kajeroan sebagai simbol Tangtunagn Jelema


Sumber: Nuryanto, 2015.
Imah panggung sering disebut juga dengan istilah imah kolong, karena memiliki
ruang kosong di bawah lantai. Menurut masyarakat Kampung Baduy Kajeroan, imah
panggung berhubungan erat dengan kosmologi terhadap leluhurnya. Bentuk imah
panggung merupakan simbol dari tubuh manusia yang berdiri tegak, mereka menyebutnya
dengan istilah ‘tangtungan’, berasal dari kata ‘nangtung’, ‘tangtung’ atau ‘nu nangtung’
artinya tubuh yang berdiri tegak. Konsep ‘tangtungan’ atau tubuh manusia ini diambil
karena bagi mereka rumah bukan hanya benda mati, tetapi memiliki ruh (jiwa) yang
‘hidup’ seperti manusia. Tangtungan ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: (1) Hulu,
artinya bagian kepala (atas) yang dimanifestasikan ke dalam bentuk atap rumah sebagai
komponen rumah yang paling tinggi; (2) Awak, artinya bagian badan (tengah) yang
diwujudkan ke dalam bentuk dinding rumah; (3) Suku, artinya bagian kaki (bawah) yang
diaplikasikan ke dalam bentuk pondasi rumah sebagai komponen rumah yang paling
rendah. Berkaitan dengan hal itu, Tuan (1977) dalam bukunya “Space and Place”
menjelaskan bahwa untuk memahami prinsip dasar organisasi ruang terdapat dua
fenomena; (1) Berkaitan dengan struktur tubuh manusia; (2) Hubungan antar manusia.
Karena mampu berdiri tegak secara utuh, struktur tubuh manusia adalah unik jika
dibandingkan hewan. Kemampuan itu membuat manusia mampu membedakan ruang
depan-belakang, kiri-kanan, vertikal-horisontal, atas-bawah dan seterusnya (Nuryanto,
2015).
Organisasi ruang pada imah panggung Masyarakat Baduy secara umum, baik
kajeroan, dangka, maupun panamping adalah sama, yaitu terdiri dari 3 (tiga) pembagian
ruang: depan, tengah, dan belakang. Berdasarkan penelitian Riyadi Yoedodibroto (1988)
tentang “Desa Tradisional Kanekes”, dijelaskan bahwa; (1) Ruang depan disebut dengan
istilah Sosoro atau tepas imah, yaitu ruang yang letaknya paling depan berfungsi sebagai
tempat keluarga, terutama untuk menerima tamu; (2) Ruang tengah disebut dengan istilah
tengah imah, yaitu ruang yang letaknya di tengah-tengah antara depan dan belakang,
berfungsi untuk istirahat, seperti tidur, dan bercengkrama; (3) Ruang belakang disebut
dengan istilah pawon, yaitu ruang yang letaknya paling belakang, berfungsi sebagai ruang
pelayanan bagi ruang tengah dan tepas imah.
Pembagian ketiga ruang di atas ternyata memiliki makna simbolik; (1) Sosoro atau
tepas imah maknanya adalah “mangsa kahareup”, artinya masa yang akan datang atau
masa depan, makanya letaknya di bagian paling depan; (2) Tengah imah maknanya adalah
“mangsa kiwari”, artinya masa sekarang, yaitu kehidupan yang sedang dijalani oleh
manusia di alam dunia; (3) Pawon maknanya adalah “mangsa katukang’, artinya masa lalu
atau waktu yang telah berlalu. Masa yang akan datang disimbolkan oleh sebuah tempat
duduk pada bagian sosoro berupa babalean terbuat dari lantai talupuh (bambu) yang
dipakai duduk-duduk terutama kaum pria sambil menatap ke halaman depan rumah,
seolah-olah sedang menatap masa depan. Masa sekarang disimbolkan oleh sebuah ruang
bersama (masamoan) yang biasa dipakai untuk bercengkrama, dan aktivitas inti keluarga;
melahirkan, membesarkan, dan mengurus keluarga. Masa lalu disimbolkan oleh sebuah
ruang yang disebut parako (dapur) yang selalu gelap, karena apabila malam tidak
menggunakan penerangan dan plafonnya hitam karena asap dari tungku. Masa lalu identik
dengan kegelapan, sehingga tidak perlu dikenang lagi, tetapi sebagai cermin untuk masa
depan agar lebih baik (Nuryanto, 2006).
Rumah panggung di Kampung Baduy Kajeroan disusun berdasarkan 2 (dua)
komponen utama, yaitu: (1) Bagian bawah, yang menunjukkan komponen dasar sebagai
lapis kesatu untuk kekuatan rumah yang terdiri dari: lelemahan (tanah), dan pondasi
(umpak/tatapakan); (2) Bagian atas yang menunjukkan komponen kekuatan lapis kedua
yang terdiri dari: lantai, dinding, dan atap rumah. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, bahwa pada bagian pondasi, Masyarakat Baduy menggunakan 3 (tiga) jenis
pondasi umpak, yaitu: buleud, balok, dan lisung. Sedangkan lelemahan berhubungan
dengan kondisi tanah yang tidak rata, sehingga mereka mengaturnya dengan cara
sengkedan (terasering). Tanah di sekitar lingkungan kampungnya relatif cukup stabil,
karena berada pada dataran tinggi dan bekas tegalan, kebon, atau huma, sehingga
cenderung padat (Nuryanto, 2015).

IV. Simpulan dan Rekomendasi Studi Banding


a. Simpulan
Arsitektur tradisional Kampung Naga dan Baduy Kajeroan sangat kaya dengan
keanekaragaman budaya dan tradisi masyarakatnya. Kesetiaan mereka terhadap aturan adat
leluhur menjadi landasan yang sangat kokoh sekaligus benteng pelindung dari pengaruh-
pengaruh luar yang merusak tatanan adat. Kesetiaan mereka terlihat pada bentuk rumah
panggung yang sampai sekarang masih dipertahankan. Konsep panggung menjadi amanat
dan pakem adat dari leluhur yang harus dilaksanakan secara turun temurun. Konsep ini
juga menjadi landasan penting bagi bentuk-bentuk bangunan lain, seperti leuit, saung
lisung, tajug, masjid, dan lain sebagainya. Tidak ada yang berani melanggarnya, karena
akibatnya akan fatal, yaitu mendapat murka dari leluhur (kabendon).
Berdasarkan studi banding yang telah dilakukan pada Kampung Naga dan Baduy
Kajeroan, maka dapat ditarik simpulan bahwa, keanekaragaman arsitektur pada kampung
tersebut bersumber pada perilaku, budaya, serta tradisi masyarakatnya yang menjadi bukti
kesetiaan mereka pada leluhur. Bentuk panggung yang menjadi rumah khas masyarakat
Kampung Naga merupakan perpaduan antara ketiganya itu. Pada prinsipnya, rumah
panggung di Kampung Naga dan Baduy Kajeroan yang tidak pernah terpengaruh oleh
bencana, seperti banjir, longsor, dan gempa bumi, karena sangat memperhatikan kondisi
alam sebagai bentuk harmonisasi dan adaptasi mereka terhadap alam semesta yang
berkaitan erat dengan pandangan kosmologinya: ambu handap, ambu tengah, dan ambu
luhur. Mereka meyakini bahwa, memasang pondasi di dalam tanah dengan cara menggali
tanah, maka artiya menyakiti ambu handap (sang penguasa dunia bawah/ibu pertiwi),
sehingga suatu saat bisa jadi ambu handap akan murka dalam bentuk aliran air yang besar
di luar batas normal yang disebut caah (banjir), rugrug (tanah longsor), dan lini (gempa
bumi). Oleh karena itulah, bentuk rumah panggung dengan kolong di bawahnya
merupakan tameng terhadap murkanya leluhur sekaligus sebagai bentuk kesetiaan mereka
terhadap adatnya.

b. Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi penting dari studi banding yang telah dilakukan
pada arsitektur tradisional Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, antara lain yaitu:
1. Penggunaan bentuk panggung pada rumah tinggal sebagai inspirasi bagi konsep
perencanaan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir;
2. Pemanfaatan material-material yang bersumber dari alam atau kombinasi dengan
fabrikasi yang dapat digunakan pada pondasi, dinding, dan atap rumah;
3. Penggunaan bentuk-bentuk atap khas rumah pada arsitektur Tradisional Sunda di
Kampung Naga dan Baduy Kajeroan, seperti: capit gunting, julang ngapak, atau
jolopong sebagai konsep perancangan tampak rumah;
4. Pemanfaatan kontur tanah sebagai potensi tapak (adaptasi).
BAB 4
METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
pendekatan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan
(menggambarkan/menceritakan) kembali secara tertulis dari hasil survey lapangan tentang
kondisi daerah yang terdampak banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung (Selatan). Berdasarkan cara memperoleh datanya, maka penelitian ini
termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field research), karena peneliti langsung
terlibat dengan masyarakat dan mendalami permasalahan yang terjadi di masyarakat,
khususnya tentang banjir. Data diperoleh melalui: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Desain Penelitian dan Kerangka Pemikiran


Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun desain dan
kerangka pemikiran penelitian yang secara grafis keduanya digambarkan sebagai berikut:

MITIGASI BENCANA:
RUMAH RAMAH BANJIR

TAHAP INPUT
KAMPUNG CIEUNTEUNG LOKAL WISDOM

 Banjir Sungai Citarum  Arsitektur Trad. Sunda


 Rumah terendam/rusak  Rumah panggung
 Penduduk mengungsi  Bentuk/model atap
 Penyakit/masy. sakit  Material bangunan
TEORI-TEORI

IDE-GAGASAN BIDANG ARSITEKTUR


PROSES

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RAMAH BANJIR

ANALISIS TAPAK DAN BANGUNAN


RUMAH DI KAMPUNG CIEUNTEUNG KECAMATAN BALEENDAH

PRODUK LUARAN PENELITIAN YANG DIJANJIKAN

PERENCANAAN DESAIN MODEL


TAHAP OUTPUT
TAHUN KE- 1

TAHUN KE-2

PERANCANGAN PROTOTYPE

PRODUK LUARAN: PRODUK LUARAN:


 Konsep tapak/lahan  Perspektif Eksterior
 Konsep denah rumah  Perspektif Interior
 Konsep tampak rumah  Detail Arsitektural
 Konsep potongan rmah  Maket Model Desain

MODEL DESAIN RUMAH RAMAH BANJIR


3. Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian
Jawa Barat termasuk provinsi yang rawan terjadinya banjir. Curah hujannya
cukup tinggi, antara Bulan September sampai dengan Bulan April masuk musim
penghujan. Lokasi penelitian ini adalah di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung (Selatan) Provinsi Jawa Barat. Sedangkan lokasi kampung adat yang
dijadikan pendekatan konsep rumah ramah banjir sekaligus objek studi banding penelitian
yaitu Kampung Naga yang terletak di Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya dan
Kampung Baduy Kajeroan yang ada di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak-
Banten. Pemilihan Kampung Cieunteung didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
(1) Termasuk daerah terdampak banjir paling parah dalam kurun waktu lima tahun, dari
2011-2015; (2) Lokasi kampung sangat dekat dengan (bantaran) Sungai Citarum sebagai
pusat luapan air paling besar pada saat banjir; (3) Merupakan kampung yang masuk dalam
daftar daerah rawan dan siaga banjir dalam BNPB provinsi/kabupaten dalam setiap
tahunnya. Sedangkan alasan pemilihan Kampung Naga dan Baduy Kajeroan sebagai
objek studi banding yaitu: (1) Keragaman serta kekayaan arsitektur tradisionalnya yang
sangat khas dan unik; (2) Prototype kampung tradisional khas Masyarakat Sunda.
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Cieunteung sebagai
korban banjir. Masyarakat akan dilibatkan secara langsung di lapangan untuk bekerjasama
dengan peneliti dalam proses pengumpulan data. Sedangkan objek penelitiannya adalah
rumah-rumah masyarakat yang rusak parah karena terendam air. Rumah-rumah
masyarakat akan dijadikan model kajian konsep, data rumah dikumpulkan melalui
pemotretan, pengukuran dan penggambaran ulang. Objek studi banding pada kampung
yang dijadikan ide-gagasan konsep rumah ramah banjir berupa wujud fisik arsitektur
tradisional, meliputi: imah panggung (rumah berkolong), bentuk-bentuk atap contohnya:
julang ngapak, sulah nyanda, badak heuay, tagog anjing, dan jolopong, serta pemakaian
material rumah.
Konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir
ini juga harus disesuaikan dengan program rencana Pemerintah Kabupaten Bandung
tentang program penanggulangan banjir di daerah rawan banjir. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelusuran melalui diskusi dengan pihak pemda setempat untuk mengetahui
program tersebut, sehingga dapat diketahui potensi-potensi lainnya, misalnya lokasi
pengembangan ke daerah-daerah lain yang memiliki permasalahan yang sama.
4. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
instrumen wawancara, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui informasi tentang kondisi daerah yang terdampak banjir, seperti:
topografi alam, peraturan dan sosialisasi pemerintah tentang garis sempadan sungai
(GSS), jumlah rumah yang terendam dan rusak akibat banjir, ketinggian debit air Sungai
Citarum pada saat normal dan pasang, serta perilaku masyarakat Kampung Cieunteung.
Informan yang diwawancarai antara lain: camat, kepala/ketua kampung, tokoh
masyarakat, ulama, karang taruna/taruna karya, serta masyarakat umum lainnya. Data
yang diperoleh dari wawancara berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data
utama penelitian, seperti: perilaku dan kebiasaan sehari-hari masyarakat setempat, jumlah
rumah yang rusak/terendam, jumlah pengungsi, struktur dan konstruksi rumah, material
yang dipakai, dan lain sebagainya. Sedangkan data sekunder adalah data penunjang
penelitian, misalnya: peta lokasi, kehidupan sosial, budaya, keagamaan, dan lain
sebagainya.
Di samping itu, data-data yang perlu dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:
kondisi fisik dan daerah penelitian yang meliputi letak, luas, batas, iklim hidrologi dan
topografi; Demografi, meliputi jumlah dan kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk,
komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan umur, menurut tingkat pendidikan dan
menurut mata pencaharian yang diperoleh dari BPS; Infrastruktur, meliputi jaringan
listrik, sarana air bersih, transportasi dan komunikasi, pelayanan sosial-ekonomi yang
diperoleh dari kantor kecamatan setempat dan BAPPEDA.

2. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tiga cara. Pertama;
persiapan, yaitu kegiatan pemeriksaan terhadap masing-masing informasi dengan memilih
dan memilahnya menjadi beberapa kategori, yaitu data fisik dan non fisik. Hanya
informasi yang valid saja yang akan dipergunakan pada proses berikutnya; Kedua;
pengolahan, yakni menyajikan data secara lebih sistematis dan informatif, sehingga
mudah pada tahap analisis; Ketiga; Penarikan kesimpulan, yakni proses pengolahan data
tahap akhir melalui penarikan kesimpulan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat
dilanjutkan pada tahap analisis.
3. Analisis Data
Data penelitian tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir di Kampung Cieunteung Kecamatan Baleendah Kabupaten
Bandung (Selatan) ini berupa fisik dan non fisik. Data fisik diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi di lapangan berupa data rumah-rumah masyarakat yang
rusak parah akibat banjir. Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
Kategorisasi, adalah proses memilih dan memilah data yang valid atau terukur (tangible)
untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan konsep rumah ramah
banjir, yaitu arsitektur Tradisional Sunda, misalnya: penggunaan pondasi lajur (dangkal)
pada rumah selanjutnya dianalisis dengan bentuk pondasi umpak pada rumah panggung
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya; (2) Tabulasi, adalah penyajian data-data
dalam bentuk tabel. Data-data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabel, dikelompokkan dengan baik, misalnya: data kondisi masyarakat Kampung
Cieunteung (jenis kelamin, usia, mata pencaharian, pendidikan, dll). Hal ini penting,
karena berhubungan dengan kemampuan membangun rumah dan perilaku terhadap
lingkungan di sekitarnya.
Selanjutnya, data-data fisik tersebut dianalisis dengan menggunakan teori
tentang arsitektur Tradisional Sunda, khususnya tentang rumah panggung dengan tujuan
untuk mengetahui ide-gagasan konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah
terhadap bahaya banjir. Sedangkan data-data non fisik, seperti aturan tidak tertulis, sistem
kepercayaan, adat kebiasaan, larangan-larangan, dan sistem sosial kemasyarakatan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan personal melalui penelusuran dengan tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh agama, untuk dijadikan masukan dalam proses pembuatan
konsep perencanaan dan perancangan rumah yang ramah terhadap bahaya banjir.
BAB 5
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

5.1. Anggaran Biaya


a. Uraian pembiayaan program Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi
(PDUPT) Tahun 1
No Jenis Pengeluaran Jumlah
(Rp)
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 67.840.000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 4.225.000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 79.660.000
4 Perjalanan (6.96 %) 17.400.000
5 Lain-lain (32.36 %) 80.900.000
Total Maksimum 250,000,000

b. Justifikasi Pembiayaan
1. GAJI dan UPAH
No Honor Honor/Jam Waktu Minggu Honor per
(Rp) (jam/minggu) Tahun
1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000
2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000
3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000
4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000
Sub Total 67,840,000
2. PERALATAN PENUNJANG
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Roll Meter Pengukuran fisik lapangan objek 5 125,000 625,000
100 m peneiitian (untuk 5 kali
pengukuran)
2 Drawing Kit Perekaman data visual objek 12 150,000 1,800,000
kajian/teliti secara
manual/freehanded/sketsa.
3 Memory card Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000
@ 16GB
4 Literatur dan Perumusan standar dan konsep 1 1,500,000 1,500,000
Jurnal dasar dan implementasi disain
Sub Total 4,225,000
3. BAHAN HABIS PAKAI
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 ATK Penyusunan model, perangkat, 5 200,000 1,000,000
instrument penelitian dan draft
laporan awal
2 Konsumsi Pengembangan instrumen 12 75,000 900,000
penelitian (3 orang, 4 hari)
3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3 24 50,000 1,200,000
lokasi penjaringan data) @ 8 eks
4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi 240 75,000 18,000,000
Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40
unit.
5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji 8 75,000 600,000
Banding tentang Kampung Adat
6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi 360 75,000 27,000,000
Penelitian (3 orang, 3 hari) 40
unit
7 Konsumsi Pengolahan Data tentang 18 75,000 1,350,000
Kampung Adat (3 orang, 3 hari)
2 Desa
8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000
10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tapak (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1 6 500,000 3,000,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
12 Reproduksi dan Konsep Tapak 12 40,000 480,000
Print
13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000
16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Denah (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
18 Reproduksi dan Konsep Denah 12 40,000 480,000
Print
19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000
22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
24 Reproduksi dan Konsep Tampak 12 40,000 480,000
Print
25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000
28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
30 Reproduksi dan Konsep Potongan 12 40,000 480,000
Print
31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft 90 75,000 6,750,000
Laporan Akhir (3 orang, 5 orang
pembantu peneliti, 6 hari)
33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri 36 75,000 2,700,000
Penelitian (3 orang, 12 hari)
Sub Total 79,660,000

4. PERJALANAN
No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa 24 300,000 7,200,000
Cieunteung Baleendah (3 orang,
1 hari) 8 kali kunjungan
lapangan
2 Kab. Penjaringan Data tentang 6 500,000 3,000,000
Tasikmalaya Kampung Naga (3 orang, 2
hari).
3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung 9 800,000 7,200,000
Adat Baduy (3 orang, 3 hari)
Sub Total 17,400,000
5. LAIN-LAIN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan 8,700 5,000 43,500,000
Lokasi
Kampung Cieunteung
2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000
3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000
4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000
5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000
6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000
7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000
Sub Total 80,900,000

REKAPITULASI
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000
4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000
5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000
100.00% 250,025,000

5.2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini


E. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Uraian Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4-5 Bulan 6-7 Bulan 8-9 Bulan 10-11 Bulan 12
No.
Kegiatan Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan:
a. Pengumpulan data awal lokasi penelitian
melalui internet, buku, media elektronik
b. Elaborasi literatur (buku sumber)
2. Tahap penyusunan desain:
a. Pembuatan pedoman wawancara, secara
terstruktur, maupun tidak terstruktur
b. Pembuatan titik-titik potensi daerah rawan
banjir di Kecamatan Baleendah, khususnya
Kampung Cieunteung (lokasi penelitian)
3. Tahap pengumpulan data di lapangan:
a. Wawancara (interview)
b. Observasi (observation)
c. Dokumentasi (documentation)
4. Tahap Pengolahan data:
a. Pemeriksaan data fisik dan non fisik
b. Analisis data fisik dan non fisik
5. Tahap rancangan awal laporan
a. Pembuatan awal laporan
b. Revisi-revisi laporan
6. Tahap Seminar laporan
7. Tahap finalisasi laporan dan produksi
8. Tahap penulisan dan pengiriman
artikel ilmiah
F. Daftar Pustaka

Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): ”Arsitektur dalam Bingkai


Kebudayaan”. Cetakan Pertama, Penerbit: CV. Architecture & Communication, Forish
Publishing, Bandung;
Ahdiat, Dadang; Nuryanto (2009). ”Karakteristik tipologi kampung tradisional
Sunda pada daerah dataran tinggi, rendah, dan pesisir pantai di Jawa Barat”. Laporan
Penelitian Hibah Kompetitif Universitas Pendidikan Indonesia;
Ahdiat, Dadang; Nuryanto; Surasetja, Irawan (2013): ”Desain Fasilitas Desa
Wisata di Provinsi Jawa Barat Berbasisikan Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan
Penelitian PPKBK, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan
Indonesia;
Ahdiat, Dadang; Nuryanto; Surasetja, Irawan (2014): ”Perencanaan dan
Perancangan Desa Wisata Kampung Tajur Kahuripan di Kabupaten Purwakarta-Jawa
Barat berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan Penelitian PPKBK lanjutan
untuk tahun II, Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan
Indonesia;
Danumihardja, Sutoyo (1987): ”Model Pengembangan Desa: Sebuah Kajian
Sosiologi Arsitektur Perdesaan di Jawa Barat”. Tesis Magister Arsitektur Program Pasca
Sarjana-ITB, Bandung (tidak diterbitkan);
Ekadjati, Edi. S. (1995): “Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah”,
Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta;
Kodoatie. Robert J, dan Sugiyanto (2001): “Banjir dan Permasalahannya”,
Penerbit: Pustaka Pelajar, Semarang-Jawa Tengah;
Kodoatie. Robert J, dan Syarief, Rustam (2010): “Tata Ruang Air”, Penerbit:
CV. ANDI Offset, Yogyakarta-Jawa Tengah;
Muanas, Dasum (1983): “Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat”.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Bandung;
Nuryanto (2013): ”Pengembangan Model Desain Rumah Tinggal Ramah Gempa
pada Daerah Rawan Gempa Bumi di Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat berbasiskan
Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan Penelitian Dosen Muda Jurusan Pendidikan
Teknik Arsitektur FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia;
Nuryanto (2014): ”Model Desain Rumah Ramah Gempa Bumi pada Daerah
rawan Bencana Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya Berbasiskan Arsitektur Tradisional
Sunda”, Laporan Penelitian Dosen Muda Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia;
Nuryanto (2015): ”Arsitektur Tradisional Sunda dalam Bingkai Arsitektur
Nusantara”, Draft buku ajar (akan diterbitkan tahun 2015), Departemen Pendidikan
Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia;
Pusat Bahasa (2008): “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Keempat, Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;
Tominaga, Masateru, diterjemahkan oleh Gayo, M.Yusuf, Editor Sosrodarsono,
Suyono (1985): “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”, Penerbit: Pradnya Paramita,
Jakarta;
Yoedodibroto, Riyadi (1993): ”Hubungan Tipologik Arsitektur Rumah/Kampung
Baduy (Kab. Lebak) dengan Rumah/Kampung Naga (Kab. Tasikmalaya)”. Laporan
Penelitian, Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Institut Teknologi Bandung;
Zeisel, John (1981): ”Inquiry by Design, Tools for Environment, Behaviour
Research”. California; Publisher: Cambridge University Press.
G. Pembiayaan
c. Uraian pembiayaan program Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi
(PDUPT) Tahun 1
No Jenis Pengeluaran Jumlah
(Rp)
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 67.840.000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 4.225.000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 79.660.000
4 Perjalanan (6.96 %) 17.400.000
5 Lain-lain (32.36 %) 80.900.000
Total Maksimum 250,000,000

d. Justifikasi Pembiayaan
1. GAJI dan UPAH
No Honor Honor/Jam Waktu Minggu Honor per
(Rp) (jam/minggu) Tahun
1 Ketua 50,000 16 32 25,600,000
2 Anggota 1 35,000 12 32 13,440,000
3 Anggota 2 35,000 12 32 13,440,000
4 Pembantu Peneliti (5 orang) 20,000 24 32 15,360,000
Sub Total 67,840,000
2. PERALATAN PENUNJANG
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Roll Meter Pengukuran fisik lapangan objek 5 125,000 625,000
100 m peneiitian (untuk 5 kali
pengukuran)
2 Drawing Kit Perekaman data visual objek 12 150,000 1,800,000
kajian/teliti secara
manual/freehanded/sketsa.
3 Memory card Perekaman data visual digital 2 150,000 300,000
@ 16GB
4 Literatur dan Perumusan standar dan konsep 1 1,500,000 1,500,000
Jurnal dasar dan implementasi disain
Sub Total 4,225,000
3. BAHAN HABIS PAKAI
No Material Justifikasi Penggunaan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 ATK Penyusunan model, perangkat, 5 200,000 1,000,000
instrument penelitian dan draft
laporan awal
2 Konsumsi Pengembangan instrumen 12 75,000 900,000
penelitian (3 orang, 4 hari)
3 Fotocopy Instrumen Penelitian (untuk 3 24 50,000 1,200,000
lokasi penjaringan data) @ 8 eks
4 Konsumsi Pengukuran Rumah di Lokasi 240 75,000 18,000,000
Objek Teliti (3 orang, 2 hari) 40
unit.
5 Konsumsi Penjaringan Data 2 Lokasi Kaji 8 75,000 600,000
Banding tentang Kampung Adat
6 Konsumsi Pengolahan Data Lokasi 360 75,000 27,000,000
Penelitian (3 orang, 3 hari) 40
unit
7 Konsumsi Pengolahan Data tentang 18 75,000 1,350,000
Kampung Adat (3 orang, 3 hari)
2 Desa
8 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Tapak 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
9 Fotocopy Draft Konsep Tapak 5 120,000 600,000
10 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tapak (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
11 Gambar Finalisasi Konsep Tapak (1 6 500,000 3,000,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
12 Reproduksi dan Konsep Tapak 12 40,000 480,000
Print
13 Konsumsi FDG Konsep Tapak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
14 Konsumsi Penyusunan draft Konsep Denah 4 75,000 300,000
(1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
15 Fotocopy Draft Konsep Denah 4 120,000 480,000
16 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Denah (1 orang peneliti, 3 orang
pembantu peneliti)
17 Gambar Finalisasi Konsep Denah (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
18 Reproduksi dan Konsep Denah 12 40,000 480,000
Print
19 Konsumsi FDG Konsep Denah (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
20 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
21 Fotocopy Draft Konsep Tampak 4 120,000 480,000
22 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Tampak (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
23 Gambar Finalisasi Konsep Tampak (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
24 Reproduksi dan Konsep Tampak 12 40,000 480,000
Print
25 Konsumsi FDG Konsep Tampak (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
26 Konsumsi Penyusunan draft Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
27 Fotocopy Draft Konsep Potongan 4 120,000 480,000
28 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Konsep 4 75,000 300,000
Potongan (1 orang peneliti, 3
orang pembantu peneliti)
29 Gambar Finalisasi Konsep Potongan (1 6 400,000 2,400,000
orang peneliti, 5 orang
pembantu peneliti)
30 Reproduksi dan Konsep Potongan 12 40,000 480,000
Print
31 Konsumsi FDG Konsep Potongan (3 orang 12 75,000 900,000
peneliti, 5 orang pembantu
peneliti dan 2 orang ahli BBWS
2 orang ahli BAPPEDA)
32 Konsumsi Evaluasi dan Revisi Draft 90 75,000 6,750,000
Laporan Akhir (3 orang, 5 orang
pembantu peneliti, 6 hari)
33 Konsumsi Penyusunan Laporan Akhri 36 75,000 2,700,000
Penelitian (3 orang, 12 hari)
Sub Total 79,660,000

4. PERJALANAN
No Tujuan Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Kab. Bandung Penjaringan Data tentang Desa 24 300,000 7,200,000
Cieunteung Baleendah (3 orang,
1 hari) 8 kali kunjungan
lapangan
2 Kab. Penjaringan Data tentang 6 500,000 3,000,000
Tasikmalaya Kampung Naga (3 orang, 2
hari).
3 Prop. Banten Kaji Banding tentang Kampung 9 800,000 7,200,000
Adat Baduy (3 orang, 3 hari)
Sub Total 17,400,000
5. LAIN-LAIN
No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah
1 Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan 8,700 5,000 43,500,000
Lokasi
Kampung Cieunteung
2 Laporan Penggandaan 15 600,000 9,000,000
3 Poster Penggandaan 5 400,000 2,000,000
4 Publikasi Jurnal 1 6,000,000 6,000,000
5 Administrasi Tips Nara Sumber/Tenaga Ahli 12 1,500,000 18,000,000
6 Seminar Pendaftaran 3 500,000 1,500,000
7 Seminar Proseding 3 300,000 900,000
Sub Total 80,900,000

REKAPITULASI
1 Gaji dan Upah (27.13 %) 27.13% 67,840,000
2 Peralatan Penunjang (1.69 %) 1.69% 4,225,000
3 Bahan Habis Pakai (31.86 %) 31.86% 79,660,000
4 Perjalanan (6.96 %) 6.96% 17,400,000
5 Lain-lain (32.36 %) 32.36% 80,900,000
100.00% 250,025,000
LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI

A. Identitas Pribadi
1. Nama lengkap Nuryanto, S.Pd., M.T.
2. Tempat, tanggal lahir Kuningan, 13 Mei 1976
3. NIP 19760513 200604 1010
4. NIDN 0013057606
5. Pangkat/Golongan/Jabatan III-C/Lektor
6. Fakultas/Jurusan FPTK/Pendidikan Teknik Arsitektur
7. Alamat rumah Jl. Padaringan No. 145-B RT. 07/02, KPAD Kec.
Sukasari, Kota Bandung, 40154, Jawa Barat
8. Nomor telepon Kantor: 022-2013163, HP. 08157151243-
081320321915
9. E-mail nuryanto_adhi@upi.edu
http://nuryanto.staf.upi.edu/

B. Riwayat Pendidikan

No. Jenjang Bidang Studi Lulus (Bln, Tahun)


1. S-1 Pogram Studi Teknik Arsitektur-JPTB-FPTK- Oktober, 2002
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
2. S-2 Magister Teknik Arsitektur-STKA-SAPPK- Oktober, 2006
Institut Teknologi Bandung (ITB)

C. Identitas Kepakaran

1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni

a) Perencanaan dan Perancangan Arsitektur;


b) Sejarah, Teori dan Kritik Arsitektur;
c) Arsitektur Vernakular/Nusantara (konsentrasi Arsitektur Tradisional Sunda);
d) Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu/diikuti dalam lima tahun terakhir

No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang


1. TA-251-Konstruksi Bangunan S-1 (dik)
2. TA-221-Gambar Arsitektur S-1 (dik)
3. TA-428-Arsitektur Vernakular S-1 (dik)
4. TA-232-Permasalahan Arsitektur S-1 (dik)
5. TA-110-Arsitektur Pra Modern S-1 (dik)
6. AT-221-Gambar Arsitektur S-1 (non dik)
7. AT-428-Arsitektur Nusantara S-1 (non dik)
8. AT-210-Teknik Komunikasi Arsitektural S-1 (non dik)
9. PRMH-221 Gambar Arsitektur D-3 (non dik)
10. PRMHN-320-Studio I D-3 (non dik)
11. PRMHN-322-Studio II D-3 (non dik)
12. PRMHN-400-Tugas Akhir D-3 (non dik)
3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan

Judul Sumber Jumlah


Tahun
Penelitian Dana Biaya
Perubahan Bentuk Atap Rumah
Tinggal dari Kampung Tradisional
Sebagai Ketua
Kasepuhan Ciptarasa ke Kasepuhan 2004 2.500.000,00
(Mandiri)
Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi
Selatan, Jawa Barat.
Kajian Pola Kampung dan Rumah
Tinggal pada Arsitektur Tradisional Sebagai Ketua
2005 2.500.000,00
Sumedang Larang, Kab. Sumedang, (Mandiri)
Jawa Barat.
Kontinuitas dan Perubahan Pola
Kampung dan Rumah Tinggal
Sebagai Ketua
Tradisional dari Kasepuhan 2006 5.750.000,00
(Mandiri)
Ciptarasa ke Kasepuhan Ciptagelar
di Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
Kajian Fenomenologi-Hermenitik
pada Ruang Publik Arsitektur
Vernakular Sunda dan Prospek Sebagai
Pemanfaatannya: Studi Kasus 2007 Anggota 54.000.000,00
Kampung Kasepuhan Ciptarasa dan (ITB)
Ciptagelar, Kab. Sukabumi-Jawa
Barat.
Kajian Pola Kampung dan Rumah
Tinggal pada Arsitektur Tradisional
Sebagai Ketua
Kasepuhan Ciptagelar dan 2007 15.000.000,00
(DIKTI)
Kasepuhan Ciptarasa, Kab.
Sukabumi, Jawa Barat.
Kajian Pola Kampung dan Rumah
Tinggal pada Arsitektur Tradisional Sebagai
Sunda: Studi Kasus Kampung Naga, 2008 Anggota 50.000.000,00
Ciptagelar, Pulo, dan Gabus Wetan, (UPI)
Jawa Barat.
Kajian Fungsi dan Makna Pawon
pada Arsitektur Rumah Tradisional
Sebagai Ketua
Masyarakat Sunda; studi kasus 2009 3.000.000,00
(Mandiri)
Kampung Kasepuhan Ciptagelar,
Naga, dan Baduy.
Pola Pewarisan Arsitektur
Sebagai
Tradisional Sunda pada Perilaku
2011 Anggota 75.000.000,00
Pelestarian Lingkungan: Penelitian
(UPI)
Etno-Arsitektur
Model Desain Pengembangan
Potensi Daerah Wisata di Kab. Sebagai Ketua
2012 10.000.000,00
Bandung-Jawa Barat Berbasiskan (UPI)
Arsitektur Tradiisonal Sunda
Pengembangan Kemampuan
Pemecahan Masalah melalui
Penerapan Pembelajaran Tutor Sebagai
Sebaya pada Mata Kuliah Fisika 2012 Anggota 3.000.000,00
Dasar Mahasiswa Program Studi (JPTA)
Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK
Universitas Pendidikan Indonesis
Implementasi Arsitektur
Sebagai
Berkelanjutan pada Kampung
2012 Anggota 75.000.000,00
Tradisional di Indonesia; sebuah
(DIKTI)
Penelitian Ethno-Arsitektur
Model Desain Rumah Ramah Gempa
Bumi pada Daerah Rawan Bencana
Sebagai Ketua
Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya- 2013 14.000.000,00
(UPI)
Jawa Barat berbasiskan Arsitektur
Tradisional Sunda
Model Desain Fasilitas Desa Wisata Sebagai
di Provinsi Jawa Barat berbasiskan 2013 Anggota 45.000.000,00
Arsitektur Tradisional Sunda (DIKTI)
Kajian Nilai-nilai Arsitektur Sunda
pada Pintu Gerbang Kota di Jawa Sebagai Ketua
2015 15.000.000,00
Barat untuk memperkuat Citra Kota UPI
yang Sundanis

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan

Judul Pengabdian Kepada Sumber Jumlah Biaya


Tahun
Masyarakat Dana (Rp)
Tim desain Perencanaan Sistem
Penyediaan Air Bersih di Desa Citali Anggota
2002 55.000.000,00
Kec. Tanjungsari Kab. Sumedang-Jawa UPI
Barat.
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Sarana
Anggota
Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan 2008 4.000.000,00
JPTA
Masyarakat di Desa Setu Cileunca, Kec.
Banjaran, Kab. Bandung, Jawa Barat
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Sarana
Ketua
Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan
2009 JPTA 1.250.000,00
Masyarakat di Komplek Rumah Susun
Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-
Jawa Barat
Peningkatan Kompetensi Keahlian pada
Komunitas Pekerja Kuli Bangunan Ketua
2010 1.500.000,00
(PAKUBA) di Kec. Sukawening Kab. JPTA
Garut, Jawa Barat
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Fasilitas Ketua
Lingkungan Tempat Tinggalnya di Desa 2011 JPTA 1.300.000,00
Cilember, Kec. Cisarua, Kab. Bogor-
Jawa Barat
Pendampingan dan Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pembentukkan Pos
Ketua
Pemberdayaan Masyarakat sebagai
2012 JPTA 1.000.000,00
Upaya Peningkatan Kualitas Hidup di
Desa Kamal, Kec. Tanjung Medar Kab.
Sumedang-Jawa Barat
Pengecatan Fasilitas Publik (Fly Over) Anggota
di RW. 01 Kelurahan Kebon Gedang- 2013 JPTA 1.000.000,00
Kiara Condong, Kota Bandung
5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah/prosiding nasional
internasional
Judul Artikel Tahun Nama Jurnal/Lembaga

Pola Kampung dan Rumah Adat TERAS, Prodi Pendidikan Teknik


2003
Kasepuhan Ciptarasa. Arsitektur-FPTK UPI

Pola Kampung dan Rumah Adat TERAS, Prodi Pendidikan Teknik


2005
Kasepuhan Ciptagelar. Arsitektur-FPTK UPI

Pengenalan Nilai-Nilai Arsitektur Prosiding Seminar Nasional


Tradisional Sunda kepada Peserta Pendidikan Lingkungan Hidup
Didik di Tingkat Dasar dan Menengah 2007 (PLH). Jurusan Pendidikan Teknik
serta Kontribusinya bagi Lingkungan Arsitektur FPTK Universitas
Hidup di Tatar Sunda. Pendidikan Indonesia.

Aktivitas Ritual Ruang Publik Warga ARENA (Jurnal Kusnaka


Kampung Kasepuhan Ciptagelar Kab. 2008
Adimihardja).
Sukabumi, Jawa Barat.
The Function and Meaning of Pawon
at Sundanese Architecture-West Java National University of Singapore
(case study: Kasepuhan Ciptagelar 2008
(NUS), Singapura.
Village-Sukabumi Regency, West
Java).
Bahasa Visual Ruang Publik Warga
Kasepuhan Ciptarasa dan Ciptagelar, 2008 Jurnal LPPM ITB.
Kab. Sukabumi, Jawa Barat.
Ritual and Public Space Community of National University of Singapore
Kasepuhan Ciptagelar in Sukabumi 2008
(NUS), Singapura.
regency, West Java
Ruang Publik dan Ritual Warga TERAS, Prodi Pendidikan Teknik
Kampung Kasepuhan Ciptagelar di 2008
Arsitektur-FPTK UPI
Kab. Sukabumi-Jawa Barat
Fungsi dan Makna Pawon pada TERAS, Prodi Pendidikan Teknik
Arsitektur Rumah Tradisional 2009
Arsitektur-FPTK UPI
Masyarakat Sunda
Fungsi dan Makna Pawon pada
Arsitektur Rumah Tradisional 2009 Majalah INDONESIA DESIGN
Masyarakat Sunda
Kajian Pola Kampung dan Rumah TERAS, Prodi Pendidikan Teknik
Tinggal Warga Kasepuhan Banten 2010
Arsitektur-FPTK UPI
Kidul
Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada Prosiding Seminar Nasional The
Arsitektur Rumah Tradisional Local Tripod Vernacular
Masyarakat Sunda. 2011 Architecture, Jurusan Teknik
Arsitektur FT UNIBRAW Malang,
Jawa Timur.

Building The Synergy of LPTK that Prosiding Internasional:


Focused on Technological and International Seminar
Vocational Education for Partnership Reformulating the Paradigm of
Enhancement with the Institution or 2012 Technical and Vocational
Company that Using that Graduates for Education. Nasional Convention VI
the Academic Quality Improvement APTEKINDO, The XVII Congress of
(Tracer Study on Graduates and Their FT/FTK-FPTK-JPTK Indonesia.
Workplace, case study: on Graduates Makassar State of University
from Architecture Dept. FPTK UPI). (UNM), South of Sulawesi-
Indonesia.

Implementation of Sustainable Prosiding Internasional: Proceeding


Architecture in Indonesia Traditional of International Workshop and
Village: An Ethno-Architecture Conference on Asian Urban
Research Environment & Compact City. Asia
2013 Institute of Low Carbon Building
and City Center of Low Carbon
Technology for Building and City.
The University of Kitakyushu,
Japan.

Model Desain Pengembangan Potensi Prosiding Seminar Nasional pada


Daerah Wisata di Kab. Bandung-Jawa 2013 kegiatan FPTK EXPO 2013. FPTK
Barat Berbasiskan Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia
Tradiisonal Sunda
Model Desain Fasilitas Desa Wisata di Prosiding Seminar Nasional pada
Provinsi Jawa Barat berbasiskan 2013 kegiatan FPTK EXPO 2013. FPTK
Arsitektur Tradisional Sunda Universitas Pendidikan Indonesia

Pengembangan Model Desain Rumah Prosiding Seminar Nasional pada


Ramah Gempa di Desa Jayapura Kec. kegiatan ARCHEVENT 2014
Cigalontang Kab. Tasikmalaya 2014
Jurusan Teknik Arsitektur FT UNS
Berbasis Lokalitas Arsitektur Surakarta, Jawa Tengah.
Tradisional Sunda
Design Model Depelovmenet of Journal of Asian Institute of Law
Tourism Village at Bandung Regency- 2016 Carbon Design (JAILCD), The
West Java based on Traditional University of Kitakyushu, Japan
Sundanese of Architecture

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.

a) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI);


b) Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia (LSAI);
c) Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI);
d) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).

Bandung, 01 Juli 2017,

Nuryanto, S.Pd., M.T.


NIP.: 197605132006041010
I. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA TIM : 1

A. Identitas Pribadi
1 Nama lengkap Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A.
2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor Kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)
3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur
4 Alamat Rumah Jl. Marga Asri IVB, No 185B, Gempolsari
Bandung-40215, Jawa Barat
5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08122184539
6 e-mail dadangahdiat@yahoo.co.id

B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun
1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-FKIT 1979
IKIP Bandung
2 S-2 Magister Teknik Arsitektur-Sekolah Pasca Sarjana (SPS) 1994
Institut Teknologi Bandung (ITB)

C. Identitas Kepakaran
1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni
 Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
 Perencanaan Tapak Perumahan
 Perumahan dan Permukiman
 Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu dalam lima tahun terakhir


No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang
1 Studio Perancangan Arsitektur III S-1
2 Studio Perancangan Arsitektur IV S-1
3 Perencanaan Tapak Perumahan D-3
4 Studio IV D-3
5 Gambar Arsitektur S-1
6 Tipologi Perumahan D-3
7 Rekayasa Lahan S-1

3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan dalam lima tahun terakhir


Judul Sumber
Tahun Jumlah Biaya
Penelitian Dana
Morfologi Alun-alun di Pusat Kota, Studi Ketua
Kasus Alun-alun Bandung (Thesis) UPI 5.000.000,00
1993
Permukiman dan Bangunan Tradisional Hibah
Ketua
Sunda; Telaah permukiman dan bangunan Kompetitif 50.000.000,00
2007
pada letak Geografis yang berbeda. UPI
Pengembangan Model Ruang Belajar Hibah
Ketua
dengan Model Mengajar dan Perilaku Kompetitif 50.000.000,00
2007
Siswa di Sekolah Dasar. UPI
Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada
Arsitektur Rumah Tradisional Masyarakat Anggota
Mandiri 3.000.000,00
Sunda; studi kasus Kampung Kasepuhan 2009
Ciptagelar, Naga, dan Baduy.
Model Desain Pengembangan Potensi
Anggota
Desa Wisata di Kab. Bandung-Jawa Barat UPI 10.000.000,00
2011
berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda
(sebagai anggota peneliti)

Model Desain Pengembangan Potensi


Daerah Wisata di Kab. Bandung-Jawa Anggota
UPI 10.000.000,00
Barat Berbasiskan Arsitektur Tradiisonal 2012
Sunda (sebagai anggota peneliti)
Model Desain Fasilitas Desa Wisata di
Provinsi Jawa Barat berbasiskan Ketua PPKBK
45.000.000,00
Arsitektur Tradisional Sunda (Studi 2013 UPI
Kasus: Desa Wanayasa Kab. Purwakarta)
Model Desain Rumah Ramah Gempa
Bumi pada Daerah Rawan Bencana
Anggota
Gempa Bumi di Kab. Tasikmalaya-Jawa UPI 14.000.000,00
2013
Barat berbasiskan Arsitektur Tradisional
Sunda(sebagai anggota peneliti)
Perencanaan dan Perancangan Desa
Wisata Setu Wanayasa di Desa Wanayasa
Kab. Purwakarta-Jawa Barat berbasiskan
Ketua PPKBK
Arsitektur Tradisional Sunda 50.000.000,00
2014 UPI
(Usulan yang akan dilaksanakan tahun
2014 sebagai lanjutan PPKBK tahun
2013)

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan


dalam lima tahun terakhir.
Sumber Jumlah Biaya
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
Dana (Rp)
Tim desain Perencanaan Sistem
Anggota
Penyediaan Air Bersih di Desa Citali Kec. 2002 5.000.000,00
JPTAUPI
Tanjungsari Kab. Sumedang-Jawa Barat.
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Sarana
Anggota
Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan 2008 4.000.000,00
JPTA-UPI
Masyarakat di Desa Setu Cileunca, Kec.
Banjaran, Kab. Bandung, Jawa Barat
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Sarana
Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan Anggota
2009 1.250.000,00
Masyarakat di Komplek Rumah Susun UPI
Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-
Jawa Barat
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Fasilitas
Anggota
Lingkungan Tempat Tinggalnya di Desa 2011 1.300.000,00
JPTA-UPI
Cilember, Kec. Cisarua, Kab. Bogor-Jawa
Barat
Pengecatan Fasilitas Publik (Fly Over) di
Anggota
RW. 01 Kelurahan Kebon Gedang-Kiara 2013 1.000.000,00
JPTA-UPI
Condong, Kota Bandung
5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah nasional tak terakreditasi
dalam lima tahun terakhir.
Judul Artikel Tahun Nama Jurnal
Permukiman dan Bangunan Tradisional
TERAS, Prodi Pendidikan
Sunda; Telaah permukiman dan bangunan 2007
Teknik Arsitektur-FPTK UPI
pada letak Geografis yang berbeda.
Fungsi dan Makna Pawon pada Arsitektur TERAS, Prodi Pendidikan
2009
Rumah Tradisional Masyarakat Sunda Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Kajian Pola Kampung dan Rumah Tinggal TERAS, Prodi Pendidikan
2010
Warga Kasepuhan Banten Kidul Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Model Desain Fasilitas Desa Wisata di Prosiding Seminar Nasional pada
Provinsi Jawa Barat berbasiskan Arsitektur kegiatan FPTK EXPO 2013.
2013
Tradisional Sunda FPTK Universitas Pendidikan
Indonesia

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.


 IkatanArsitek Indonesia (IAI)
 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Bandung, 01 Juli 2017,

Drs. Dadang Ahdiat, M.S.A.


NIP.: 195304111981011001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA TIM: 2

B. Identitas Pribadi
1 Nama lengkap Drs. Irawan Surasetja, M.T.
2 Pangkat/Golongan/Jabatan Lektor kepala/IV-A/Dosen tetap (PNS)
3 Bidang Keahlian Teknik Arsitektur
4 Alamat Rumah Jl. Taman Cibunut No. 13 Bandung 40112
5 Nomor Telepon Kantor: (022) 70096738/HP. 08156153636
6 e-mail irawan_surasetja@yahoo.co.id

B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Bidang Studi Lulus Tahun
1 S-1 Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur-IKIP Bandung 1986
2 S-2 Magister Rekayasa Infrastruktur-UNDIP 2005

C. Identitas Kepakaran
1. Bidang/Spesialisasi keilmuan yang ditekuni
 Perencanaan dan Perancangan Arsitektur;
 Rekayasa Infrastruktur
 Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur;
 Struktur dan Konstruksi Bangunan.

2. Mata kuliah yang diampu dalam lima tahun terakhir


No. Kode dan Nama Mata Kuliah Jenjang
1 Konstruksi Bangunan S-1
3 Studio Perancangan Arsitektur III S-1
4 Presentasi CAD 1 D-3
5 Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur S-1
6 Arsitektur Vernakular S-1
7 Arsitektur Modern S-1
8 Simulasi Komputer Arsitektur D-3
9 Rekayasa Lahan S-1
10 Studio IV D-3

3. Kegiatan Penelitian yang pernah/sedang dilakukan dalam lima tahun terakhir


Judul Sumber
Tahun Jumlah Biaya
Penelitian Dana
Pemaknaan Pada Disain Pintu Gerbang
Universitas Pendidikan Indonesia sebagai
Tanda dan Simbol Arsitektur, Kajian Ketua
2003 10.000.000,00
Semiotik Oleh Pemakai (Civitas UPI
Academik UPI) terhadap disain Pintu
Gerbang UPI.
Kajian Potensi dan Kapasitas Lahan
Ketua
Kawasan Pusat Bisnis Jalan Merdeka 2005 3.000.000,00
Mandiri
Bandung.
Kajian Pola Kampung dan Rumah
Tinggal pada Arsitektur Tradisional
Anggota
Sunda: Studi Kasus Kampung Naga, 2008 50.000.000,00
UPI
Ciptagelar, Pulo, dan Gabus Wetan, Jawa
Barat.
Kajian Fungsi dan Makna Pawon pada
Anggota
Arsitektur Rumah Tradisional Masyarakat 2009 3.000.000,00
Mandiri
Sunda; studi kasus Kampung Kasepuhan
Ciptagelar, Naga, dan Baduy.

Model Desain Fasilitas Desa Wisata di Anggota


Provinsi Jawa Barat berbasiskan 2013 PPKBK- 45.000.000,00
Arsitektur Tradisional Sunda UPI

4. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang pernah/sedang dilaksanakan


dalam lima tahun terakhir.
Sumber Jumlah Biaya
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
Dana (Rp)
Pendampingan Masyarakat dalam
Pembangunan Kelengkapan Sarana
Lingkungan untuk Menunjang Kegiatan
2009 UPI 1.250.000,00
Masyarakat di Komplek Rumah Susun
Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung-
Jawa Barat

5. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah nasional tak terakreditasi
dalam lima tahun terakhir.
Judul Artikel Tahun Nama Jurnal
Arsitektur dalam Paradigma Pasar, Antara
TERAS, Prodi Pendidikan
Pasar Paradigma vs Paradigma Pasar. 2002
Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Journal
Kajian Potensi dan Kapasitas Lahan
TERAS, Prodi Pendidikan
Kawasan Pusat Bisnis Jalan Merdeka 2005
Teknik Arsitektur-FPTK UPI
Bandung. Thesis
Fungsi dan Makna Pawon pada Arsitektur TERAS, Prodi Pendidikan
2009
Rumah Tradisional Masyarakat Sunda Teknik Arsitektur-FPTK UPI

6. Keanggotaan dalam Assosiasi Profesi/Keilmuan.


 IkatanArsitek Indonesia (IAI)
 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Bandung, 01 Juli 2017,

Drs. R. Irawan Surasetja, M.T.


NIP.: 1960020519870310
LAMPIRAN-LAMPIRAN:

ROADMAP KBK PERANCANGAN ARSITEKTUR


Lampiran: 1

ROADMAP KBK PERANCANGAN ARSITEKTUR


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK UPI

Anda mungkin juga menyukai