Anda di halaman 1dari 26

426 / Teknik Arsitektur

USULAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN,


SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

TIM PENGUSUL
Desak Made Sukma Widiyani, S.T., M.T.
NIDN. 0813118901
Ayu Wadhanti, S.T., M.T.
NIDN. 0815048901

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DWIJENDRA

JUNI 2017
ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian : Karakteristik Bale Meten dan Proses Pembangunannya


2. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian Asal Waktu
(jam/minggu)
1 Desak Made Ketua Arsitektur Universitas 6/35
Sukma Widiyani, Dwijendra
S.T., M.T.
2 Ayu Wadhanti, Anggota Arsitektur Universitas 6/30
S.T., M.T. Dwijendra

3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian) : bambu, kayu,
tanah, batu (bangunan bale meten)
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan Juli tahun 2017
Berakhir : bulan April tahun 2018
5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang
Tahun ke-1 : Rp. 19.208.000,-
Tahun ke-2 :-
Tahun ke-3 :-
6. Lokasi Penelitian (Lab/Studio/Lapangan): Penelitan akan dilakukan langsung ke
lapangan, lokasi studi kasus yang digunakan.
7. Instansi Lain yang Terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontribusinya): Tidak ada
8. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori, produk, atau
rekayasa): temuan yang ditargetkan pada penelitian ini adalah berupa penjelasan gejala
atau kaidah yang ditemukan di lapangan berupa karakteristik bale meten pada masing-
masing kasus.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata, tekankan
pada gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung pengembangan iptek):
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu
arsitektur, khususnya arsitektur tradisional bali. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dokumentasi arsitektur dan digunakan sebagai acuan bagi generasi berikutnya
dalam membangun rumah tradisional dalam hal ini adalah bale meten, baik dari segi
bahan yang digunakan maupun proses pembuatannya disesuaikan dengan teknologi
yang sedang berkembang saat itu.

iii
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah internasional
bereputasi, nasional terakreditasi, atau nasional tidak terakreditasi dan tahun rencana
publikasi)
Jurnal RUANG (Open Journal System) yang merupakan jurnal nasional dari
Universitas Udayana
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun
rencana perolehan atau penyelesaiannya
Luaran wajib yang ditargetkan adalah berupa artikel ilmiah nasional tidak terakreditasi
yang rencana penyelesaiannya pada tahun 2018.
Rencana luaran tambahan yang diharapkan adalah berupa artikel ilmiah nasional
terakreditasi berupa draft, artikel ilmiah yang dimuat di proseding nasional berupa
draft, buku ajar dengan tahun rencana penyelesaian yakni pada tahun 2018 berupa
draft.

iv
DAFTAR ISI

JUDUL PROPOSAL ....................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

RINGKASAN ............................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 10

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ............................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Lampiran 3. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

v
RINGKASAN

Arsitektur tradisional bali merupakan arsitektur lokal yang perlu dilestarikan di era
globalisasi ini. Pengetahuan mengenai arsitektur bali juga kian berkurang. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh modernitas pada bangunan (arsitektur) yang melahirkan gaya
arsitektur masa kini atau yang sering disebut arsitektur minimalis. Arsitektur bali dewasa
ini hanya digunakan sebagai tampilan pada bangunan, seperti ornamen-ornamen pada
fasad bangunan.
Arsitektur Bali ini sesungguhnya secara turun-temurun diwariskan melalui aturan-
aturan ataupun ketentuan dalam membangun sebuah bangunan yang berfilosofi tinggi,
yang diatur dalam lontar Asta Kosala-kosali, Asta Bumi, Asta Patali dan lainnya.
Arsitektur bali juga dapat dibagi kedalam beberapa jenis bangunan yakni, bangunan Pura
(tempat suci) dan bangunan Puri (rumah) yang memiliki aturan-aturan mengenai tata cara
pembangunan yang berbeda. Ada beberapa jenis bangunan Tradisional Bali yang masih
bertahan sampai saat ini seperti bale meten/sakutus, bale dangin, bale dauh,
jineng/kelumpu, paon dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi dan bentuk
dari bangunan bale meten yang ada di beberapa daerah di Bali. Perlu diketahui dan diingat
Bale Meten merupakan acuan guru terhadap bangunan lainnya di satu area pekarangan,
sesuai dengan konsep Asta kosala-kosali serta beberapa konsep lainnya. Maka dari itu
perlu adanya usaha untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai budaya yang ada di
dalamnya agar tidak hilang.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai karakteristik dari bangunan bale meten
dilihat dari segi bentuk, fungsi, material yang digunakan, serta tata letaknya. Selain itu juga
akan dibahas mengenai proses pembangunan bale meten sesuai dengan teori-teori pada
arsitektur tradisional bali mulai dari awal hingga bangunan tersebut dapat dihuni.
Karakteristik dari bangunan bale meten akan dilihat dari beberapa kasus bangunan bale
meten yang ada pada rumah tradisional di beberapa daerah di Bali.
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian Kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2008). Metode penelitian kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan
untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan kondisi bale meten
pada studi kasus yang digunakan, dilihat dari fungsi bangunan, bentuk, tata letak, serta
proses pembangunan mulai dari awal hingga bangunan tersebut siap untuk dihuni.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan referensi khusus mengenai bangunan
bale meten pada rumah tradisional bali dilihat dari segi bentuk, fungsi, tata letak serta
proses pembangunannya. Secara tidak langsung hal ini juga dapat melestarikan arsitektur
bali yang sesuai dengan falsafah dan maknanya.

vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Arsitektur Bali merupakan suatu wadah kehidupan masyarakat di Bali yang sudah
ada sejak jaman dahulu. Arsitektur Bali ini secara turun-temurun diwariskan melalui
aturan-aturan ataupun ketentuan dalam membangun sebuah bangunan yang berfilosofi
tinggi, yang diatur dalam lontar Asta Kosala-kosali, Asta Bumi, Asta Patali dan lainnya.
Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki konsepsi-konsepsi yang dilandasi agama Hindu,
merupakan perwujudan budaya, dimana karakter Bangunan Tradisional Bali sangat
ditentukan norma-norma agama Hindu, adat istiadat serta rasa seni yang mencerminkan
kebudayaan. Filosofi Arsitektur Tradisional Bali mengandung kaidah-kaidah terkait
dengan pandangan religi dan tata nilai sosial yang pada hakikatnya memberikan
penyelarasan terhadap alam lingkungan demi keseimbangan hubungan manusia
(mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos) dan Maha Pencipta (metakosmos).
Arsitektur bali juga dapat dibagi kedalam beberapa jenis bangunan yakni, bangunan
Pura (tempat suci) dan bangunan Puri (rumah) yang memiliki aturan-aturan mengenai tata
cara pembangunan yang berbeda. Arsitektur rumah tinggal sebagai lingkungan buatan
(salah satu bentuk dari alam baru) diharapkan dapat mengayomi dan mewadahi aktivitas
manusia sebagaimana layaknya alam semesta. Ada beberapa jenis bangunan Tradisional
Bali yang masih bertahan sampai saat ini seperti bale meten/sakutus, bale dangin, bale
dauh, jineng/kelumpu, paon dan lain-lain, bangunan tersebut masih bertahan dalam segi
bentuk, fungsi, serta bahan-bahan yang digunakan sejak dahulu.
Penelitian mengenai Bale Meten ini dilakukan berdasarkan atas permasalahan-
permasalahan yang terjadi di lapangan yaitu, kurangnya referensi yang membahas tentang
bale meten. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi dan bentuk
dari bangunan bale meten yang ada di beberapa daerah di Bali. Perlu diketahui dan diingat
Bale Meten merupakan acuan guru terhadap bangunan lainnya di satu area pekarangan,
sesuai dengan konsep Asta kosala-kosali serta beberapa konsep lainnya. Maka dari itu
perlu adanya usaha untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai budaya yang ada di
dalamnya agar tidak hilang.

1
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan
Jenis Luaran Indikator Capaian
No
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1) TS+1 TS+2
1 Artikel ilmiah Internasional Tidak ada
dimuat di jurnal2) bereputasi
Nasional Draft
terakreditasi
Nasional tidak Published
terakreditasi
2 Artikel ilmiah Internasional Tidak ada
dimuat di terindeks
prosiding3) Nasional Draft
3 Invited speaker Internasional Tidak ada
dalam temu Nasional Draft
ilmiah4)
4 Visiting lecturer5) Internasional Tidak ada
5 Hak Kekayaan Paten Tidak ada
Intelektual (HKI)6) Paten sederhana Tidak ada
Hak cipta Tidak ada
Merk dagang Tidak ada
Rahasia dagang Tidak ada
Desain produk Tidak ada
industri
Indikasi geografis Tidak ada
Perlindungan Tidak ada
varietas tanaman
Perlindungan Tidak ada
tipografi sirkuit
terpadu
6 Teknologi tepat guna7) Tidak ada
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya Tidak ada
Seni/RekayasaSosial8)
8 Buku Ajar (ISBN)9) Draft
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 5
1)
TS = Tahun sekarang (tahun pertama penelitian)
2)
Isi dengan tidak ada, draf, submitted, reviewed, accepted, atau published
3)
Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
4)
Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
5)
Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
6)
Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau granted
7)
Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan
8)
Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan
9)
Isi dengan tidak ada, draf, atau proses editing, atau sudah terbit
10)
Isi dengan skala 1-9 dengan mengacu pada Lampiran A

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apa saja ciri khas yang dimiliki oleh bangunan bale meten sakutus pada arsitektur
bali dilihat dari nilai filosofis, bentuk, fungsi, material yang digunakan dan tata
letaknya ?

2
2) Bagaimana proses pembangunan bale meten sakutus, dilihat dari tata letak,
pemakaian bahan, ukuran-ukuran dan tata upacara menurut aturan Arsitektur
Tradisional Bali?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penulisan


1.4.1. Tujuan
a) Mengetahui latar belakang adanya bangunan Bale Meten yang sangat kental
dengan nilai-nilai sejarahnya, sehingga dapat diwariskan dan dilestarikan kepada
generasi selanjutnya.
b) Mendapatkan suatu bentuk pedoman yang diambil dari beberapa sumber
mengenai bangunan Bale Meten yang nantinya bisa dipakai acuan di dalam
merancang atau mendirikan bangunan Bale Meten.
c) Merencanakan suatu bangunan Bale Meten yang menggunakan ornamen-
ornamen atau keunikan-keunikan sebagai ciri khas bangunan Bale Meten yang
sesuai dengan teori-teori yang sudah didapatkan.
1.4.2. Sasaran
a) Memahami dan menguraikan fungsi, filosofi, bentuk dan tata letak dari
bangunan Bale Meten.
b) Mengetahui makna dan fungsi dari keberadaan bangunan Bale Meten dalam
suatu pekarangan rumah.
c) Mampu merancang bangunan Bale Meten sesuai dengan norma-norma
Arsitektur Tradisional Bali.

1.4. Batasan Penelitian


Pada penelitian ini akan dibahas mengenai karakteristik dari bangunan bale meten
dilihat dari segi bentuk, fungsi, material yang digunakan, serta tata letaknya. Selain itu juga
akan dibahas mengenai proses pembangunan bale meten sesuai dengan teori-teori pada
arsitektur tradisional bali mulai dari awal hingga bangunan tersebut dapat dihuni.
Karakteristik dari bangunan bale meten akan dilihat dari beberapa kasus bangunan bale
meten yang ada pada rumah tradisional di beberapa daerah di Bali.
Hasil yang diharapkan pada penelitian ini yakni mengadakan peningkatan, dan
pengembangan kualitas dari perencanaan suatu bangunan Bale Meten yang sesuai dengan
teori-teori , literatur, informasi-informasi dan dari studi banding dengan kenyataan di
lapangan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bale Meten


Bangunan pekarangan rumah tradisional bali yang paling awal dibangun dalam area
pekarangan rumah yaitu Bale Meten/daja, bangunan ini diklasifikasikan sebagai bangunan
madya dengan fungsi tunggal sebagai tempat tidur yang disebut bale meten.
Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m, dengan tinggi
lantai sekitar 1,2 m dengan empat atau lima anak tangga kearah natah lantai lebih tinggi
dari bangunan lainnya untuk estetika.
Konstruksi terdiri dari delapan tiang yang dirangkai empat menjadi dua balai-balai.
Masing-masing balai-balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja. Tiang-
tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas konstruksi
dengan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang senggawang tidak ada pada
bale sakutus. Bangunan dengan dinding penuh pada keempat sisi dan pintu keluar masuk
kearah natah. (Gelebet, 1981/1982 : 81)

2.2 Klasifikasi Bale Meten


Bale Meten diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bale meten sakutus, bale meten
sakutus mamben dan bale meten gunungrata. Perbedaannya terletak pada penambahan area
teras serta jumlah saka yang digunakan beragam sesuai jenisnya masing-masing.
2.2.1. Bale Meten Sakutus
Pada jenis Bale Meten Sakutus sesuai dengan namanya kutus artinya angka 8 jadi
bangunan ini hanya terdapat delapan saka yang merangkai dua balai tempat tidur, bentuk
bangunannya sangat sederhana karena tidak terdapat area teras. Pada zaman dulu hanya
ada bangunan seperti ini, seiring berjalannya waktu berevolusi menjadi bale meten
mamben serta bale meten gunungrata. Tata letak dan bentuk visual sama seperti bale
meten mamben dan bale meten gunung rata. Contohnya pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Denah & Tampak depan Bale Meten Sakutus


Sumber : (Gelebet, 1981/1982 : 81)

4
2.2.2. Bale Meten Mamben
Pada jenis Bale Meten Mamben terdapat delapan saka utama untuk merangkai dua
balai tempat tidur, tambahannya terdapat empat saka di area teras, jadi ada 12 saka pada
bangunan bale meten mamben. Pada jenis bale meten ini yang paling sering ada di
pekarangan rumah orang bali, umumnya orang bali biasa menyebutkan bangunan ini
dengan bale daja daripada bale meten mamben.
Bentuk bangunannya hanya di tambah area teras serta 4 buah saka, tata letak dan
bentuk visual sama seperti bale meten sakutus dan bale meten gunungrata. Contohmya
pada gambar di bawah.

Gambar 2.2 Denah dan Tampak depan Bale Meten Meamben


Sumber : (Gelebet, 1981/1982 : 82)

2.2.3. Bale Meten Gunungrata


Pada jenis Bale Meten Gunungrata terdapat delapan saka utama untuk merangkai
dua balai tempat tidur, area teras di bagi menjadi 2 bagian teras dalam dan luar, pada area
teras dalam terdapat 4 saka sedangkan teras luarnya terdapat 10 saka, jadi ada 22 saka pada
bangunan bele meten gunungrata. Bentuk bale meten gunungrata yang paling besar dari
jenis bale meten yang lain, biasanya hanya ada di pekarangan gria dan puri. Untuk tata
letak dan bentuk visual sama seperti bale meten sakutus dan bale meten mamben.
Contohmya pada gambar di bawah.

Gambar 2.3 Denah dan Tampak depan Bale Meten Gumungrata


Sumber : (Gelebet,1981/1982 : 83)

5
2.3 Fungsi dan Tata Letak Bale Meten
Di Bali setiap area pekarangan rumah terdapat beberapa bangunan yang memiliki
fungsi yang kuat seperti yang ada pada bale meten. Bale Meten/daja berfungsi sebagai
tempat beristirahat dan tidur untuk orang tua/kepala keluarga di satu pekarangan
tersebut,biasanya untuk anaknya tidur di area bale dauh ataupun bale delod. Bale Meten
merupakan bangunan utama yang harus ada karena menjadi acuan guru untuk bangunan
yang lainnya.
Pada jenis bale meten mamben dan gunung rata terdapat fungsi tambahan sebagai
tempat rapat atau santai di area tambahan terasnya sedangkan bale meten sakutus tidak
terdapat area teras.
Tata letak bale meten berada di sisi utara pekarangan menghadap kearah selatan
berhadapan dengan bale gede/dangin. Dalam proses membangun rumah bale meten
merupakan bangunan awal yang harus dibangun karena sebagai acuan guru untuk
bangunan yang lain, maka dari itu bangunan bale meten sangat istimewa tata letaknya bale
ini mengambil acuan guru dari pelinggih hyang guru/kemulan di area sanggah yang diukur
dengan menggunakan tapak kaki dengan pengurip tapak angandang.

2.4 Tinjauan Bale Meten Sakutus


Seperti pada pembahasan umum bangunan pekarangan rumah tradisional bali yang
paling awal dibangun dalam area pekarangan rumah yaitu Bale Meten Sakutus, bangunan
ini diklasifikasikan sebagai bangunan madya dengan fungsi tunggal sebagai tempat tidur
yang disebut Bale Meten. Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5
m, dengan tinggi lantai sekitar 1.2 m dengan empat atau lima anak tangga kearah natah
lantai lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika.
Konstruksi terdiri delapan tiang yang dirangkai empat empat menjadi dua balai-
balai. Masing-masing balai-balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja.
Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas
konstruksi dengan sistim lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang senggawang tidak
ada pada Bale Meten Sakutus. Bangunan dengan dinding penuh pada keempat sisi dan
pintu keluar masuk kearah natah.
2.4.1 Filosofi Bale Meten Sakutus
Bangunan Bale Meten Sakutus merupakan salah satu bangunan tradisional Bali,
maka dari itu filosofi Bale Meten Sakutus mirip dengan bangunan tradisional yang lain.
Ada beberapa filosofi yang melandasi bangunan Bale Meten Sakutus sebagai berikut :

6
a. Panca Maha Bhuta
Semua Bangunan Tradisional Bali dan bangunan Bale Meten Sakutus secara khusus
merupakan perwujudan dari makro kosmos. pada dasarnya, alam merupakan rumah
pada manusia, sehingga perwujudannya didasarkan atas suasana serta unsur-unsur
alam. Pemakaian bahan, perwujudan bentuk bangunan, maupun suasananya didasarkan
atas unsur-unsur Panca Maha Bhutha yaitu pertiwi, apah, teja, bayu maupun akasa.
b. Tri Angga
Tri Angga merupakan filosofi yang mempersonifikasikan bentuk bangunan sesuai
dengan tubuh manusia. Bangunan dianggap memiliki kepala, badan dan kaki. Pada Bale
Meten Sakutus bagian kepala adalah atap , bagian badan adalah tiang/saka, dinding dan
bale, sedangakan bagian kaki adalah bataran dan pondasi.

2.4.2 Fungsi Bale Meten Sakutus


Sesuai dengan pedoman Arsitektur Tradisional Bali fungsi Bale Meten Sakutus
yang utama merupakan acuan dasar guru untuk bangunan yang lain dalam suatu
pekarangan,jadi bale meten harus pertama kali dibangun sebelum membangun bangunan
bale lain. Bale Meten Sakutus juga berfungsi sebagai tempat beristirahat atau tidur untuk
orang tua dalam satu pekarangan, biasanya bagian atas lambang digunakan sebagai tempat
menyimpan barang-barang berharga dan keperluan lainnya.
Di dalam area Bale Meten Sakutus terdapat dua balai tempat tidur untuk laki-laki
dan wanita, masing-masing balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja.
Bale Meten Sakutus tidak memiliki teras seperti Bale Meten Mamben dan Bale Meten
Gunungrata, karena asal mula bentuk Bale Meten bermula dari Bale Meten Sakutus yang
artinya bale tersebut dikuatkan dengan delapan saka yang merangkai dua bale tempat
tidur,sebelum mengalami perubahan dan penambahan area teras dan jumlah saka.

2.4.3 Tata Letak Bale Meten Sakutus


Bale Meten Sakutus juga berarti bagian dari bale daja yang artinya bangunan
tersebut terletak di area daja atau utara pekarangan yang menghadap kearah kelod atau
selatan natah. Dalam proses pembangunan awal Bale Meten Sakutus diukur dengan
menggunakan tapak kaki dari pelinggih kemulan atau hyang guru menuju bataran luar sisi
timur Bale Meten Sakutus pada hitungan sapta wara yang jatuh pada hitungan guru
ditambah dengan pengurip tapak angandang. Bale Meten Sakutus merupakan acuan guru

7
untuk bangunan yang lain yang ada di pekarangan maka dari itu Bale Meten Sakutus harus
dibangun paling pertama.

2.4.4 Bentuk Bale Meten Sakutus


Bentuk bangunan Bale Meten Sakutus berbentuk segi empat panjang, dengan
ukuran sekitar 5 m x 2,5 m, dengan tinggi lantai sekitar 1.2 m dengan empat atau lima
anak tangga kearah natah lantai lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika. Bale
Meten Sakutus terdapat delapan buah saka yang merangkai dua buah bale tempat tidur,
saka tersebut juga sebagai penopang struktur atap kampiah untuk bangunan Bale Meten
Sakutus yang masih tradisional serta dikelilingi oleh dinding yang tertutup sebagai penahan
dan pelindung. Area depan ditambah pintu kluar masuk dengan ukuran tinggi sekitar 1.6 m
ke ruangan bale meten yang langsung berhadapan dengan natah.

2.4.5 Struktur Bale Meten Sakutus


Seperti bangunan tradisional Bali pada umumnya, bangunan Bale Meten Sakutus
juga memakai filosofi yang sama. Konsepsi orang Bali tentang dunia semesta didasarkan
atas pandangan bahwa dunia atau alam semesta tersusun menjadi tiga bagian yang disebut
Tri Loka yaitu Bhur Loka, Buah Loka, dan Swah Loka. Dalam diri manusia diri manusia
pandangan itu terwujud ke dalam konsep Tri Angga, yaitu kaki, badan dan kepala.
Dalam struktur bangunan Bale Meten Sakutus susunan itu terlihat secara vertikal
yaitu atap (kepala), tiang dan tembok (badan), dan bebaturan (kaki). Sistem struktur yang
digunakan pada Bale Meten Sakutus adalah sistem struktur rangka yang bentangnya masih
cukup kecil, sehingga beban yang diakibatkan oleh beratnya sendiri masih relatif kecil.
Dinding yang terletak di semua sisi hanya sebagai dinding pemisah dan memikul bebannya
sendiri serta tidak mempengaruhi struktur utama. Komponen struktur rangka yang terpisah
dengan komponen dindingnya, maka komponen-komponen tersebut akan dapat berdiri
sendiri untuk dapat menahan pembebanan sesuai dengan kekuatan bahannya.
a. Sub Struktur
Bagian bawah atau kaki bangunan disebut dengan bebaturan yang terdiri atas jongkok
asu sebagai penghubung tiang dengan pondasi, dan tapas hujan sebagai perkerasan tepi
bebaturan. Bebaturan merupakan lantai Bale Meten Sakutus, sedangkan undag atau tangga
untuk lintasan atau jalan naik dan turun dari lantai ke halaman. Dalam perkembangannya
pada bagian bebaturan telah terdapat banyak perubahan . Pada bebaturan Bale Meten
Sakutus tradisional, biasanya terbuat dari batu, paras dan bata yang kemudian diurug

8
dengan tanah, namun pada saat sekarang ini telah banyak yang menggantinya dengan
menggunakan beton.
b. Super Struktur
Bale Meten Sakutus memiliki sistem super struktur seperti dinding yang solid sebagai
pelindung bale meten dan tiang/sesaka yang menopang beban struktur atap.
1) Dinding
Bahan dari dinding pada bale meten sakutus zaman dulu biasanya menggunakan
tanah pol-polan, namun seiring perkembangan zaman, bahan dinding yang biasa
digunakan saat ini yaitu, bata merah dan batu paras, bahkan terkadang diplester
dengan semen. Dinding tradisional dibangun terlepas tanpa adanya ikatan dengan
konstruksi rangka atap bangunan dan dipertegas dengan adanya celah antara
kepala tembok dengan sisi bawah atap, sehingga tembok terkesan bebas dan tidak
memikul. Dengan konstruksi tembok yang terlepas dari struktur diharapkan dapat
terhindar bahaya gempa. Tembok tidak terpengaruh bila terjadi goncangan pada
konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila tembok roboh.
Celah antara kepala tembok dan sisi bawah atap juga berfungsi sebagai sirkulasi
udara.
2) Sesaka/Tiang
Sesaka/Tiang pada Bale Meten Sakutus umumnya menggunakan kayu sotong
karena kekuatannya dan keawetannya. Bale Meten Sakutus terdiri dari delapan
saka/tiang yang saling diikat oleh lambang,selimar,waton yang merangkai dua
bale tempat tidur. Untuk membuat struktur saka itu agar lebih terikat biasanya
bagian bawah yang menyambung dengan waton dan selimar di kunci dengan
sunduk atas dan bawah,begitu pula dengan lambang yang mengikat saka bagian
atas juga di kunci dengan sunduk ditambah dengan lait maupun tali temali,
fungsi sunduk untuk memperkuat dan menstabilkan hubungan saka dengan saka
yang lain.
c. Upper Struktur
Pada umumnya Bale Meten Sakutus menggunakan bentuk atap kampiah atau plana,
akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman ada juga yang telah mengalami
perubahan. Konstruksi atap bale meten sakutus terdiri atas beberapa bagian sebagai
berikut.
1) Iga-Iga, Usuk-usuk bangunan tradisional Bali disebut dengan iga-iga, biasanya
terbuat dari bambu. Pangkal iga-iga dirangkai dengan kolong/dedalas yang
9
merupakan bingkai tepi luar atap dan ujung atasnya menyatu dengan puncak atap.
Batang simpul yang menyatu dipuncak disebut petaka (untuk atap berpuncak satu
titik),untuk puncak memanjang iga-iga dirangkai dengan apit-apit membentuk
konstruksi bidang atap.
2) Apit-apit, Apit-apit merupakan konstruksi bidang atap yang mengikat iga-iga.
3) Pementang, Balok tarik yang membentang di tengah-tengah dan mengikat jajaran
tiang tengah.
4) Balok Lambang, Balok kayu sekeliling rangkaian tiang-tiang tepi dalam
bangunan tradisional Bali disebut lambang.
5) Tugeh, Tiang penyangga konstruksi atap.
6) Raab, Penutup atap tradisional Bali disebut raab yang umumnya dibuat dari
bahan-bahan alam, seperti alang-alang. Di daerah pegunungan yang tersedia
bambu, ada pula yang terbuat dari sirap bambu.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan beberapa studi kasus. Beberapa kasus yang
dipilih merupakan kasus yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lainnya,
baik dari segi fungsi, tata letak, dan bentuk bangunan. Perbedaan-perbedaan tersebut
disebabkan karena didalam pemilihan lokasinya dipilih secara acak di beberapa daerah
yang kemungkinan memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya.
Dalam hal ini penulis akan mengambil perbandingan antara tiga Bale Meten
Sakutus yaitu:
1. Objek : Bale meten sakutus
Pemilik : I Wayan Negara
Alamat : Desa Batuan Kecamatan Sukawati Gianyar
2. Objek : Bale meten sakutus
Pemilik : I Wayan Sutarga
Alamat : Desa Sibang Kaja Kecamatan Abiansemal Badung
3. Objek : Bale meten sakutus
Pemilik : Wayan Mawis
Alamat : Desa Sobangan Kecamatan Mengwi Badung

10
3.2. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada metode

penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian Kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong, 2008). Metode penelitian kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan

untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan kondisi bale meten

pada studi kasus yang digunakan, dilihat dari fungsi bangunan, bentuk, tata letak, serta

proses pembangunan mulai dari awal hingga bangunan tersebut siap untuk dihuni.

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data-data yang dapat mendukung penulisan ini, digunakan
beberapa teknik yaitu :
1. Studi Literatur yaitu dengan memilih data-data literatur yang ada kaitannya
dengan permasalahan yang ada.
2. Observasi yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lapangan
dengan mengambil beberapa sample yang nantinya dapat dipakai perbandingan
di dalam perancangan.
3. Wawancara yaitu dengan melakukan wawacara langsung dengan orang yang
berkompeten dan dapat dipercaya dalam permasalahan ini seperti Pedanda,
Undagi, Tukang Banten dll.

3.2.2. Teknik Anaslisis Data


Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini diarahkan pada uraian deskriptif mengenai

bagaimana kondisi bale meten pada masing-masing kasus dilihat dari bentuk, fungsi dan

tata letaknya, serta proses pembangunannya. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis

data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Data-data yang

diperoleh di lapangan dalam bentuk hasil wawancara maupun rekaman terlebih dahulu

11
diubah ke dalam bentuk tulisan, dengan menentukan kata kunci dari setiap hasil tersebut

agar dapat mempermudah dalam mengingat dan mengelompokkan data tersebut.

Data yang dihasilkan diuji kembali keabsahannya berdasarkan validitas dan

reliabilitasnya. Untuk menganalisis fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Reduksi data, yaitu melakukan penyusunan data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan data sekunder terkait hal tersebut, kemudian ditentukan data atau

informasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sementara data yang kurang

relevan dikesampingkan.

b) Pengklasifikasian data dalam beberapa titik tekan pada persoalan atau rumusan

masalah penelitian. Pada tahap inilah pendekatan-pendekatan teori digunakan

untuk memahami, meneliti serta menganalisis fokus dalam penelitian.

c) Kesimpulan/verifikasi data, merupakan tahap akhir dari teknik analisis data yang

diperoleh dari klasifikasi data yang didapat, dan kemudian dibuatkan kesimpulan

dari keseluruhan hasil analisisnya.

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


4.1. Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya yang
diusulkan (Rp)
1 Gaji dan upah (maks 20%) 3.720.000,-
2 Bahan habis pakai dan peralatan (40-60%) 9.493.000,-
3 Perjalanan (maks 15%) 2.520.000,-
4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, lainnya (10 sd 15%) 3.475.000,-
Jumlah 19.208.000,-

4.2. Jadwal Penelitian


Penelitian direncanakan berlangsung selama 10 (sepuluh) bulan, dengan rincian
sebagai berikut :

12
No Jenis Kegiatan Waktu yang dinyatakan dalam bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Persiapan, pertemuan tim peneliti dan
penyusunan rencana penelitian
2 Penyusunan kuesioner, daftar
pertanyaan dan nara sumber, observasi
awal
3 Penelitian ke lapangan
4 Pengolahan data
5 Penyususnan laporan akhir

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, R. 2013. Konsep Arsitektur Bali Aplikasinya pada Bangunan Puri. Jurnal
Nalars Vol. 12 No. 01
Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2003. Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali.
Denpasar: Udayana University Press.
Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Gelebet, I Nyoman. 1978. Pokok-pokok Pengarahan Arsitektur Tradisional Balidalam
Rangka Pengembangan Kepariwisataan. Dinas Kepariwisataan DT. TK.1 Provinsi
Bali.
. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bali,
Denpasar.
. 1993. Peranan Arsitektur dalam Pengembangan Kebudayaan
Nasional dan Kepribadian Bangsa dalam buku dalam Kebudayaan dan
Kepribadian Bangsa Sudharta, Tjokorda Rai. Ed. Denpasar: Upada Sastra.
Geria, I Wayan. 1990. Pola Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Bali dalam Pembangunan.
Laporan Penelitian, Universitas Udayana, Denpasar.
Sugiyono. 2008. Buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

13
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian


Anggaran penelitian direncanakan berjumlah dua puluh empat juta lima
ratus empat belas ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut :
1.Honor
Pelaksana Honor/jam Waktu Minggu Honor per tahun
(Rp) (jam/ming Thn I Thn Thn
gu)
Ketua 10.000,- 6 35 2.100.000,-
Anggota 1 9.000,- 6 30 1.620.000,-
Sub Total (Rp) 3.720.000,-
2.Peralatan Penunjang
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang
Pemakaian Satuan (Rp)
(Rp) Thn I Thn Thn

Tape Recorder Interview 15 kali 50.000 750.000,-
Kamera Foto objek 100 kali 45.000 4.500.000,-
Meteran Pengukuran 25 kali 40.000 1.000.000,-
Sub Total (Rp) 6.250.000,-
3.Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang
Pemakaian Satuan (Rp)
(Rp) Thn I Thn Thn

Kertas HVS Sketsa awal, 20 rim 40.000 800.000,-
form,
kuesioner
Tinta Printer Printout 5 set 400.000 2.000.000,-
Hp Laser Jet
Bolpoin/Pensil Sketsa awal 1 lusin 38.000 38.000,-
dan tatap
muka
Penggandaan Dokumentasi, 1500 200 300.000,-
kuesioer lembar
CD RW Dokumentasi 15 buah 7.000 105.000,-
Sub Total (Rp) 3.243.000,-
4.Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang
Pemakaian Satuan (Rp)

1
(Rp) Thn I Thn Thn

Ke lokasi Observasi 12 kali 60.000 720.000,-
penelitian
Ke lokasi Penelitian 30 kali 60.000 1.800.000,-
penelitian
Sub Total (Rp) 2.520.000,-
5.Lain-lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan Penunjang
Satuan (Rp)
Thn I Thn Thn

Administrasi Surat 15 kali 25.000 375.000,-
menyurat
Diskusi tim Pembahasan 20 kali 70.000 1.400.000,-
Laporan Penggandaan 10 eks 70.000 700.000,-
dan
penjilidan
Publikasi publikasi 1 kali
1.000.000,- 1.000.000,-
Sub Total (Rp) 3.475.000,-
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN 19.208.000,-

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas


No Nama NIDN Instansi Bidang Alokasi Uraian
Asal Ilmu Waktu Tugas
(jam/minggu)

1 Desak Md 0813118901 Universitas Arsitektur 6 jam/35 Perancangan,


Sukma Dwijendra- minggu pelaksanaan,
Widiyani, Denpasar pengolahan
ST., MT data dan
pelaporan
2 Ayu 0815048901 Universitas Arsitektur 6 jam/30 Perancangan,
Wadhanti, Dwijendra- minggu pelaksanaan,
ST., MT. Denpasar pengolahan
data dan
pelaporan

2
Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti
1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Desak Made Sukma Widiyani, ST., MT.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 530 707 380
5 NIDN 0813118901
6 Tempat, tanggal lahir Denpasar, 13 November 1989
7 E-mail sukmawidiyani@gmail.com
8 Nomor Telepon/Hp 08563851920
9 Alamat Kantor Jl Kamboja No 17 Denpasar
10 Nomor Telp/Faks 0361-233974 / 0361- 233974
11 Lulusan yang telah dihasilkan
12 Mata Kuliah Yang Diampu 1. Estetika Bentuk
2. Arsitektur Lingkungan
3. Arsitektur Kota
4. Komputer CAD
5. Studio Perancangan Arsitektur 3
6. Tugas Akhir

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana Universitas Udayana

Bidang Ilmu Arsitektur Perencanaan dan


Manajemen
Perancangan Desa dan
Kota
Tahun Masuk-Lulus 2007 - 2011 2011 - 2014
Judul Pondok Tari Bali di Infrastruktur
Skripsi/Thesis/Desertasi Denpasar Permukiman Kumuh
di Kecamatan
Denpasar Barat
Nama 1. Ir. I Gusti Made Putera 1. Gusti Ayu Md
Pembimbing/Promotor 2. I Nyoman Susanta, ST., Suartika, ST.,
MErg MengSc., PhD.
2. I Nyoman Widya
Paramadhyaksa,
ST., MT., PhD.

3
4
Judul Skripsi/Thesis/Desertasi Pusat Kebudayaan Karakter Tapak
Bali Universitas Permukiman Kumuh di
Udayana di Kota Denpasar
Jimbaran
Nama Pembimbing/Promotor 1. Ir. Nengah 1. Gusti Ayu Md
Keddy Setiada, Suartika, ST.,
MT. MengSc., Ph.D.
2. Ir. Ida Bagus 2. Prof. Ir. Ngakan Putu
Gde Sueca, MT., Ph.D
Primayatna,
MErg.

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

Alokasi
No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Uraian Tugas
Waktu(jam/minggu)
1 Ayu Wadhanti, ST., Universitas Arsitektur 6 jam/minggu - Membantu ketua
MT. / 0815048901 Dwijendra dalam proses
Denpasar pengambilan data,
pengumpulan data,
analisis data,
penyusunan
interpretasi data,
dan penyusunan
laporan penelitian.
- Membantu ketua
dalam persiapan
instrument
penelitian,
perlengkapan
penelitian, dan
instrument
penunjang.
- Membantu ketua
dalam penyusunan
laporan akhir
penelitian,
publikasi hasil
penelitian dalam
seminar nasional/
prosiding.
- Turut bertanggung
jawab terhadap
hasil pelaporan
penelitian mulai
dari laporan harian,
laporan kemajuan,
laporan akhir dan
penggunaan
anggaran
penelitian

5
6
7

Anda mungkin juga menyukai