FAKULTAS TEKNIK
DOSEN:
Disusun Oleh:
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “REVIEW KONDISI TATA BANGUNAN
PADA KORIDOR JL. BULUH INDAH” sebagai salah satu penunjang nilai mata
kuliah Dasar-Dasar Perancangan Kota.
Kami menyadari, bahwa tidak ada hal yang sempurna dimuka bumi ini
kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sehingga dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat mengembangkan etos kerja yang tinggi terutama dibidang arsitektur. Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Tujuan dan sasaran.....................................................................1
1.3. Identifikasi masalah....................................................................1
1.4. Lingkup dan Batasan..................................................................2
1.5. Metode penelitian .......................................................................2
1.6. Sistematika laporan ....................................................................3
BAB II TINJAUAN............................................................................................ 5
2.1. Tinjauan Objek Studi................................................................. 5
2.1.1. Tinjauan Fisik................................................................ 5
2.1.2. Tinjauan Non-Fisik....................................................... 10
2.2. Teori Kota.................................................................................... 11
2.3. Teori Tata Bangunan.................................................................. 19
2.4. Produk Tata Ruang yang Mengatur Obyek ............................ 25
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.3 Bagaimana potensi dan masalah tata bangunan yang terjadi di
kawasan koridor Jl. Buluh Indah?
1.2.4 Bagaimana keterkaitan tata bangunan sebagai salah satu elemen
perancangan kota?
2
baik dari sisi lingkungan maupun dari sisi pengguna sistem itu
sendiri.
b. Metode Studi Pustaka
Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan
mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku-buku atau
internet.
c. Wawancara
Proses untuk mendapatkan informasi yang digunakan untuk
tujuan penelitian dan dilakukan dengan cara bertanya jawab antara
pewawancara dengan responden atau narasumber dengan
menggunakan suatu daftar yang dinamakan panduan wawancara.
2. Sumber Data
Sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam hubungannya
dengan pengumpulan data dikelompokkan menjadi:
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran,
identifikasi masalah, lingkup dan batasan, metode penelitian,
serta sistematika laporan.
Bab II Tinjauan
3
Berisi tentang landasan teori yang akan mendukung
pembahasan laporan penelitian tentang bentuk dan massa
bangunan.
Bab III Kajian/Analisis/Review
Berisi tentang pembahasan teori secara umum yang
dijelaskan secara lengkap dari hasil observasi maupun studi
pustaka tentang bentuk dan massa bangunan.
Bab IV Penutup
Berisi tentang kesimpulan hasil laporan penelitian
dalam rangka menjawab tujuan dan sasaran penelitian yang
diajukan, serta saran-kesan yang penulis berikan untuk lebih
memaksimalkan bentuk dan massa bangunan pada laporan
penelitian.
Daftar Pustaka
Berisi tentang buku-buku literatur, jurnal ilmiah, thesis, internet dan
sebagainya, yang terkait dengan laporan penelitian ini.
4
BAB II
TINJAUAN
5
Gambar 2. Peta Koridor Jl. Buluh Indah
Sumber: https://www.google.com/maps/
6
objek observasi dari tugas ini. Adapun batas-batas koridor jalan
buluh indah antara lain:
A. Batas Utara
Batas Utara site merupakan simpang 4 yang mengarah
menuju:
- Jl. Gatot Subroto Barat (ke barat)
- Jl Cargo Permai (ke utara)
- Jl Gatot Subroto Tengah (ke timur)
B. Batas Selatan
Batas Utara site merupakan simpang 4 yang mengarah
menuju:
- Jl. Mahendraratta (ke selatan)
- Jl. Gunung Agung (ke timur dan barat)
7
2. DIMENSI JALAN
Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk
melewatkan arus lalu-lintas tertentu untuk mengakomodasi
kebutuhan mobilitas transportasi bagi masyarakat. Lebar
jalan Koridor Jalan Jl. Buluh Indah di Kota Denpasar-Bali
kurang lebih 16m, dengan jumlah jalur lalu lintas sebanyak 2
jalur yang bisa diakses oleh kendaraan roda 4, kendaraan
roda 2, dan pejalan kaki (sudah dilengkapi dengan jalur
pedestrian).
3. VEGETASI
8
4. KEBISINGAN
5. KONTUR
9
2.1.1. Tinjauan Non-Fisik
Aspek non fisik yang dimaksud adalah yang terkait didalam
tradisi, adat istiadat, maupun aktivitas dari masyarakat yang erat
dengan budaya setempat. Berdasarkan hasil observasi, masyarakat
di sepanjang Jalan Buluh Indah melakukan aktivitas perdagangan
dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan
bangunan-bangunan yang bergerak dalam bidang perdagangan dan
jasa. Data bangunan-bangunan tersebut yang kami dapatkan antara
lain :
10
2.2. Tinjauan Teori Kota Secara Umum
2.2.1. Definisi Kota
Dalam pengertian kota, ada banyak hal yang dapat menjadi
arti dari sebuah kata kota. Menurut Bintarto, kota adalah suatu
system jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang memiliki tingkat strata social ekonomi
yang heterogen dan kehidupan materialistis.
Adapun yang mengatakan bahwa kota adalah kelompok
penduduk yang bertempat tinggal bersama-sama dalam suatu
wilayah menurut peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Kota
adalah suatu wilayah yang didalamnya memiliki aksesbilitas
seperti pusat pemukiman penduduk, pusat kegiatan ekonomi, pusat
kegiatan politik, pusat hiburan, dan pusat kegiatan social budaya.
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik
ditujukan oleh kumpulan rumah yang mendominasi tata ruangnya
dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan
warganya secara mandiri. Kota juga merupakan sebuah area urban
yang berbeda dari desa atau kampong berdasarkan ukurannya,
kepadatan penduduk, kepentingan, kegiatan, atau status hukum.
Adapun cirri-ciri kehidupan kota sebagai berikut:
● Kehidupan social dimana adanya jarak social dan
kurangnya toleransi social antar warga,
● Adanya perbedaan tingkat penghasilan,
● Adanya perbedaan pekerjaan dan pendidikan,
● Memiliki sifat individual.
11
wilayah sebagai kota berdasarkan jumlah penduduk yang ada.
Kondisi setempat dengan latar belakang social, ekonomi, dan
cultural telah memungkinkan fungsi-fungsi kekotaan.
Kota juga dapat diartikan sebagai bentang budayayang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan
gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak
kehidupan yang beragam.
PENGARUH EKONOMI
Salah satu fungsi kota sebagai tempat melangsungkan
kehidupan manusia adalah fungsi ekonomi. Menurut Williams dan
Brunn (1993), ekonomi memainkan peran yang besar dalam
perkembangan kota. Banyak para profesi dibidang kajian
perkotaan telah membicarakan konsep ekonomi. Konsep ini adalah
pendekatan paling sederhana untuk mengamati sumber potensial
yang mempengaruhi pertumbuhan kota.
Fungsi dasar ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam penyediaan kebutuhan hidup masyarakat dan
kegiatan ekonomi diluar batas kawasanny. Fungsi dasar
merupakan faktor kunci untuk memacu pertumbuhan penduduk,
pekerjaan, dan pendapatan masyarakat. Dari kegiatan ekonomi
dasar digunakan untuk kegiatan ekonominondasar seperti
hasil-hasil pabrik semen dan baja digunakan untuk pembangunan
gedung dan rumah. Hasil olahan pertanian, perkebunan, dan
perikanan dari pabrik makanan dan minuman dielaborasi
direstoran-restoran dan warung.
Anthony D. King (1990) mengemukakan teori ekonomi
lainnya yang menekankan kepada tenaga kerja dan keterkaitannya
pada pertumbuhan dan perubahan kota. Menurut pendapatnya
keadaan pasar dunia mempunyai pengaruh yang sangat berarti
terhadap kota. Dalam hipotesanya tentang pengaruh kekuatan
kebijakan ekonomi adalah sebagai pendekatan sejarah, dimana
12
masalahnya adalah berdasarkan pada perubahan kota didalam
hubungannya dengan pengelompokan tenaga kerja melalui proses
yang logis.
Beberapa pendapat mengenai pembentukan struktur fisik
kota timbul dari beberapa pendidik bidang perkotaan berdasarkan
hubungan antara kegiatan masyarakat dengan waktu
perkembangan ekonomi. Sejumlah akademisi dalam studi
perkotaan memperdebatkan bahwa investasi pada bangunan dalam
kota adalah berkaitan dengan siklus kegiatan ekonomi. Kota
memproduksi dan mereproduksi kembali unsur-unsur fisik dalam
berbagai cara. Pertumbuhan kota tergantung pada fluktuasi
ekonomi khusunya siklus dan investasi.
Dari kondisi ekonomi dapat dilihat dengan pembangunan
fisik di kawasan perkotaan. Masa resesi meninggalkan
rangka-rangka gedung yang belum selesai yang kemudian akan
dilanjutkan kembali setelah kondisi ekonomi membaik.
Peran siklus pembangunan dalam perwujudan struktur fisik
kota adalah penting setiap siklus pembangunan memiliki ciri
pertumbuhan dalam komposisi tata guna tanah dan keadaan
budaya dari masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Golledge
dan Stimson (1997), fluktuasi pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan penemuan teknologi. Keduanya menyatakan pertumbuhan
teknologi telah mempengaruhi sifat-sifat dasar produksi, distribusi,
dan organisasi kegiatan ekonomi di kota. Pada masa krisis
ekonomi kegiatan industri dibidang kontruksi, seperti
pembangunan gedung perkotaan /perkantoran, properti serta
pembelanjaan menurun. Keadaan ini memperlambat pengisian
ruang kota, penggunaan tanah serta perubahan bentuk kawasan
kota. Sebaliknya dimasa ekonomi baik terjadi pelonjakan kegiatan
pembangunan properti yang memberi dampak peningkatan
pengisian ruang-ruang kota.
13
PENGARUH SOSIAL
Didalam kota, terdapat berbagai suku bangsa, keahlian,
jenis pekerjaan, dan tingkatan pendapatan. Sifat-sifat dan
karateristik sosial memberi pengaruh pandangan mereka terhadap
lingkungan hidupnya. Kota merupakan suatu mimbar pertemuan
bagi interaksi yang kompleks antar perorangan dan antar
masyarakat untuk berbagai tujuan yang berbeda, termasuk tempat
tinggal, pekerjaan, dan tujuan. Status sosial ekonomi seperti
kesukuan, umur, tingkat pendapatan menentukan dimana
kelompok masyarakat bertempat tinggal dan bekerja, juga jenis
kebudayaan dan kegiatan hiburan dimana mereka terlibat.
Dijelaskan oleh Henri Lefebure bahwa setiap masyarakat
membentuk suatu ruang yang jelas mempertemukan persyaratan
yang berkaitan bagi produksi ekonomi dan produksi sosialdari
suatu kota. Adapun Dolores Hayden (1995) mengatakan
bahwaproduksi ekonomi dan produksi sosial keduanya
membentuk ruang kota secara bersamaan. Keduanya saling
berkaitan secara serentak melalui kegiatan manusia didalam
menyediakan kebutuhannya.
Kehidupan masyarakat yang beragam yang diwujudkan
dalam kegiatan politik, ekonomi, khususnya hubungan sosial dan
budaya diantara anggota kelompok serta antara suatu kelompok
dengan kelompok masyarakat lainnya. Hubungan kedua aspek
kehidupantersebut membutuhkan ruang pergerakan yang
senantiasa berkembang dari waktu kewaktu sehingga
mempengaruhi kondisi kota yang dihuninya.
Persamaan dan perbedaan daripada ruang-ruang sosial
yang diciptakan berdasarkan aspek kehidupan masyarakat
membentuk suatu kota yang beraneka ragam. Dengan demikian,
kota merupakan hasil dari kumpulan ruang-ruang sosial yang
dibentuk oleh pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam
yang senantiasa berkembang dan dicirikan oleh suatu karateristik
14
sumber alam yang tersedia. Keadaan sosial dan budaya yang
melekat pada kehidupan masyarakat akan membentuk struktur
suatu kota.
Sejalan dengan perkembangan waktu, suatu kota akan
merubah akibat pergerakan masyarakat yang hadir pada kota
tersebut dan membawa kebudayaan sosial dimana massyarakat itu
berasal. Berawal dari produksi dan reproduksi ruang ekonomi dan
sosial dalam suatu desa kemudian berkembang menjadi kota kecil.
Kota melalui perjalanan waktu pada akhirnya menjadi suatu kota
besar. Dan kota besar berkembang mengikuti peradabanyang
dianut oleh masyarakatnya menjadi kota kotemporer yang
dipenuhi dengan pemukiman penduduk, jalan raya, pertokoan,
kawasan industri, taman dan ruang-ruang publik lainnya.
15
● Memiliki segregasi keruangan. Segregasi
merupakan pemisahan yang bisa menimbulkan
kelompok ataupun kompleks tertentu.
● Hubungan sosial yang bersifat gesselschaft. Ini
berarti hubungan sosial antar anggota masyarakat
sangat terbatas pada bidang bidang tertentu tidak
didasarkan pada sifat kekeluargaan ataupun gotong
royong. Namun, lebih didasarkan pada hubungan
fungsional.
● Norma keagamaan tidak terlalu ketat, dimana
masyarakat kota kurang dalam memperhatikan
masalah norma agama.
● Penduduk memiliki sikap individualis serta bersifat
egois.
● Kebanyakan penduduk kota memiliki
kecenderungan memikirkan diri sendiri tanpa
mempedulikan anggota masyarakat lain. Sikap
tersebut terjadi karena adanya persaingan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari antar
sesama masyarakat sangat tinggi.
● Heterogenitas sosial, dimana masyarakat yang
tinggal di perkotaan sangat beragam.
● Masyarakat kota memiliki pandangan hidup lebih
rasional jika dibanding masyarakat desa. Hal
tersebut dikarenakan masyarakat kota lebih terbuka
terhadap budaya baru. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di kota juga lebih cepat
diterima masyarakat.
16
Kota sebagai pusat pemerintahan ini berarti kota
memiliki berbagai pusat pengaturan atau pengendalian
pemerintahan tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten
atau kota.
Maka dari itu kota yang digunakan sebagai pusat
pemerintahan dikenal sebagai ibukota negara, ibukota
provinsi dan ibukota kabupaten atau kota.
2. Sebagai Pusat Pendidikan
Perkembangan sekolah di kota –kota besar ini
umumnya terjadi lantaran terbatasnya kalangan yang bisa
mengenyam pendidikan.
Di jaman penjajahan Belanda dan Jepang, hanya
kalangan tertentu, contohnya bangsawan, yang bisa
menikmati pendidikan di sekolah.
Namun, hal ini kemudian berubah ketika Indonesia
telah merdeka. Kemerdekaan Indonesia turut mengubah
pola pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan dapat
terus berkembang hingga sekarang ini.
3. Sebagai Pusat Informasi
Pembangunan adalah hal yang terus berlangsung
secara berkesinambungan. Untuk bisa mewujudkan
pembangunan ini, baik yang dilaksanakan di daerah
perkotaan maupun pedesaan, kita membutuhkan informasi
yang cepat dan akurat.
Keberadaan masyarakat Indonesia yang
kebanyakan tinggal di pedesaan mengharuskan pemerintah
untuk bisa membangun wilayah pedesaan.
Dengan adanya sumber informasi yang cepat dan
akurat, maka pembangunan di wilayah pedesaan ini dapat
berlangsung dengan lebih baik.
17
Informasi yang masuk ke wilayah pedesaan juga
harus cukup bervariasi, dan kebanyakan berasal dari
wilayah perkotaan.
Dengan begitu, masyarakat desa bisa mendapatkan
pengaruh dari bentuk –bentuk kemajuan yang telah lebih
dulu berkembang di wilayah perkotaan.
Berbagai informasi yang berasal dari wilayah
perkotaan menuju ke pedesaan ini bisa dilakukan lewat
berbagai media.
Beberapa media yang bisa digunakan sebagai
sarana informasi ini misalnya majalah, koran, radio,
televisi, koran, dan internet.
18
● Potensi Budaya yaitu dengan adanya sarana kesenian
maupun pendidikan yang dapat memberi gairah hidup bagi
warga kota.
● Potensi Politik ialah adanya beberapa aparatur kota yang
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam melayani
masyarakat, lembaga politik maupun partai politik.
● Potensi Ekonomi merupakan adanya berbagai fasilitas
yang mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi warga kota,
contohnya pasar, pusat perbelanjaan, bank, kawasan
industri maupun sarana transportasi.
19
b. Aspek non teknis yang harus diperhatikan sebagai dampak,
seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, psikologi dlsbnya.
c. Aspek lingkungan seperti; orientasi, aliran udara, sinar matahari,
bayangan (faktor yang berkaitan dengan iklim), warna, tekstur
dlsbnya.
20
b. Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam
konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh
perbandingan tinggi-luas- lebar-panjang, olahan massa (desain
bentuk), dan variasi penggunaan material. Dengan luas dan
tinggi yang sama, suatu massa tunggal yang menerus akan lebih
terasa bulky daripada massa yang sama tetapi diolah dengan
penambahan atau pengurangan (additive substractive) koefisien
dasar banguan juga mempengaruhi bentuk akhir penampilan,
karena dengan coverage yang penuh dan pemanfaatan
keseluruhannya dapat juga menampilkan kepadatan/kepejalan
bangunan.
21
jalan. Sempadan ini bersifat komplementer dengan garis
sempadan bangunan, dibuat untuk menciptakan efek ruang
tertentu pada suatu lingkungan. Dengan adanya GMB,
sempadan tidak selalu harus garis menerus yang sejajar jalan,
tetapi dapat pula berupa garis lengkung sesuai dengan efek
ruang yang akan diciptakan.
22
– Mempertimbangkan kondisi geografi, lingkungan, visual, dan
fungsi bangunan.
– Terintegrasi dengan konsep pemanfaatan lahan dan ruang,
aksesibilitas, GSB, KDB, KLB, ketinggian bangunan, orientasi,
dan bangunan.
– Tetap berpedoman pada aturan/panduan kota yang ada.
– Menghindari dominasi massa bangunan terhadap lingkungan
sekitar dengan memperhatikan skala dan proporsi manusia
(human scale and human proportion).
2. Orientasi Bangunan
Penataan orientasi bangunan perkotaan di samping didasarkan
atas kondisi fisik dan non fisik kawasan, juga
mempertimbangkan kondisi-kondisi, sebagai berikut :
– Mempertimbangkan kondisi fisik kawasan/kota setempat yang
mencakup : arah sirkulasi matahari, (timur-barat), jarak antar
bangunan, klimatologi, dan aksesibilitas.
– Mempertimbangkan kondisi non fisik kota, mencakup :
ideologi, nilai-nilai sosial budaya, aksentuasi, dan makna ruang
yang diciptakan.
g. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan
karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi
digabungkan di dalam satu periode atau wilayah tertentu. Peran
dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan
baik dapat menjadi guide line yang dapat menyatukan
fragmen-fragmen dan bentuk bangunan di kota.
h. Skala
Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk
menetapkan pengukuran bangunan dan dimensi-dimensi dengan
memandang besaran dari unsur bangunan atau ruang terhadap
23
bentuk-bentuk lain. Rasa akan skala dan perubahan-perubahan
dalam ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan
peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. Skala terbagi
menjadi dua bagian antara lain:
24
2.4. Tinjauan Produk Tata Ruang yang Mengatur Objek
25
BAB III
KAJIAN/ANALISIS/REVIEW
26
umum atau utama sebagai akses sirkulasi kendaraan civitas, trotoar
sebagai akses sirkulasi untuk pejalan kaki, lampu jalan yang dapat
membantu pencahayaan pada malam hari di koridor jalan, dan ruko
dan toko sebagai tempat perdagangan dan jasa.
27
● Tingkat kesulitan yang ditemui
● Tingkat keunikan dan kekhasan kawasan
● Tingkat kebutuhan penanganan
● Tingkat kesepakatan yang dicapai dalam proses pelaksanaan
kegiatan penyusunan dokumen RTBL
Penyelarasan tersebut diatas dapat mengakibatkan luasan
kawasan perencanaan lebih bervariasi, lebih sempit atau lebih luas
dari ketentuan.
28
3.1.6 Konsep Penataan
Konsep penataan pada koridor jalan buluh indah ini
menggunakan konsep penataan pembangunan sisipan atau infill
development. Pembangunan sisipan atau infill development
merupakan upaya membangun suatu atau kelompok bangunan
sisipan pada lingkungan/kawasan terbangun untuk
memperbaiki/memperkuat citra lingkungan/kawasan tersebut.
29
Gambar 3.1. Pengukuran Sempadan pada Salah Satu Bangunan d iJalan.
Buluh Indah
Sumber: https://earth.google.com/ (diakses 16/12/2020)
Keterangan:
: sempadan bangunan
30
Gambar 3.2. Beberapa Contoh Sempadan Samping yang Belum
Memenuhi Standar Peraturan
Sumber: https://earth.google.com/ (diakses 16/12/2020)
Kawasan ini didominasi oleh zona perdagangan, baik berupa ruko, kios
semi permanen dan non permanen. Di sepanjang jalan ini terdiri dari
kurang lebih 18 blok ruko tersebut total unit ruko yang ada adalah kurang
lebih 68. Ketinggian lantai yang dimiliki antara 2 – 3 lantai. KDB tertinggi
bangunan di koridor Jalan ini adalah 73%. KDB terendah adalah 28%.
Posisi bangunan terhadap jalan pun tidak seluruhnya lurus mengikuti pola
jalan, namun terdapat sekiranya 13 unit ruko yang berposisi miring
terhadap jalan dan selebihnya yang berposisi lurus.
31
Gambar 3.3. KDB tertinggi di koridor Jl. Buluh Indah
Sumber: https://earth.google.com/ (diakses 16/12/2020)
KDB terendah adalah 28% terdapat pada bangunan dengan fungsi sebagai
bengkel mobil. Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
❏ (Luasan bangunan/luasan lahan) x 100
(1102 m2 / 4000 m2) x 100 = 28%
Sementara KDB tertinggi bangunan di koridor jalan ini adalah 73% yang
terdapat pada bangunan dengan fungsi sebagai toko bahan bangunan.
Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
❏ (Luasan bangunan/luasan lahan) x 100
(730 m2 / 1000 m2) x 100 = 73%
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan tata bangunan secara umum pada Jl. Buluh
Indah Denpasar memiliki banyak pusat pertumbuhan, pada bidang
komersial / perdagangan. Jl Buluh Indah yang merupakan
kawasan perdagangan, hal ini menyebabkan perkembangan
kawasan ini berkembang cukup pesat.
Pertumbuhan dan pengaruh pembangunan
bangunan-bangunan komersial pada kawasan Jl Buluh Indah
sendiri dalam pengamatan penulis pola penataan bangunan
menggunakan pola penataan sisipan, faktor-faktor pendorong
berkembangnya kawasan ini yakni, kawasan berada di jalur
strategis yakni pada koridor Jl Buluh Indah yang juga merupakan
jalur jalan utama.
4.2 Saran
Kawasan Jl Buluh Indah merupakan daerah kawasan
bangunan dengan fungsi komersial , dimana hal ini dapat
meningkatkan produktifitas kegiatan pada daerah tersebut,
sebaiknya dapat lebih dikembangkan lagi seperti jalur sirkulasi
yang dibuat lebih baik lagi.
33