Anda di halaman 1dari 28

TUGAS EVALUASI PURNA HUNI

GATED COMMUNITY: BALI ARUM JIMBARAN

Mata Kuliah:
Evaluasi Purna Huni

Tim Dosen Pengampu:


Dr. Ir. Widiastuti, MT;
Ni Luh Putu Eka Pebriyanti, ST., MSc
Ardina Susanti, S.T., M.T.

Mahasiswa:
Camelia Rambu Aprila Ndatangara
(1905521016)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Evaluasi Purna Huni
2.2 Gated Community
2.3 Rumah

BAB III METODA PENELITIAN


3.1 Metoda
3.2 Rancangan Penelitian
3.3 Data yang Dibutuhkan
3.4 Sumber Data
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Instrument Penelitian
3.7 Penentuan Sampling dan Responden atau Narasumber
3.8 Teknik Analisis Data
3.9 Teknik Presentasi Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.2 Histori
4.3 Rancangan Awal
4.4 Kondisi Saat Ini
4.5 Evaluasi Purna Huni
4.5.1 Evaluasi Teknis
4.5.2 Evaluasi Fungsional
4.5.3 Evaluasi Perilaku
4.6 Pembahasan
4.6.1 Keberhasilan
4.6.2 Kegagalan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi Purna Huni adalah proses evaluasi bangunan dengan sistem dan cara yang
ketat setelah bangunan selesai dibangun dan dihuni selama beberapa waktu. Kegiatan ini
berfokus pada penghuni dan kebutuhan bangunan. Pengetahuan ini membentuk dasar kuat
untuk menciptakan bangunan yang lebih baik di masa depan. Evaluasi Purna Huni merupakan
salah satu cara yang dapat ditempuh oleh para arsitek untuk mengetahui bahwa perancangan
bangunan yang telah dilakukan sudah tepat guna bagi civitas bangunan tersebut. Evaluasi Purna
Huni bermanfaat untuk menghasilkan data-data, baik data mengenai performansi bangunan dan
data sosio-psikologi civitasnya dalam menjalankan aktivitas dalam suatu bangunan yang
mewadahi aktivitas tertentu. Menurut Soedibyo, 1989, terdapat beberapa aspek evaluasi purna
huni, diantaranya adalah aspek fungsional dan aspek teknis.
Di era kemajuan teknologi dan infrastruktur saat ini, terdapat beberapa bangunan yang
dibangun dengan tujuan yang tidak sesuai dengan fungsinya. Contohnya adalah rumah tinggal.
Beberapa pengusaha di bidang bisnis dan properti saat ini cenderung membeli rumah bukan
sebagai sarana untuk tempat tinggal, tetapi diperuntukkan bagi bisnis sewa rumah. Beberapa
contoh lain adalah adalah adanya penambahan anggota keluarga pada suatu rumah yang tidak
memadai seluruh anggota keluarga. Sehingga, pemilik rumah akan melakukan renovasi untuk
memperbesar rumah ataupun menambah ruang-ruang yang ada di dalam rumah dan
memaksimalkan fungsi setiap ruang yang ada dengan baik.
Pada laporan ini, penulis akan membahas lebih dalam mengenai Evaluasi Purna Huni
pada bangunan rumah tinggal yang dilengkapi dengan studi kasus Gated Community pada
Perumahan Bali Arum Jimbaran, untuk dapat lebih memahami mengenai pentingnya
membangun suatu bangunan dengan mempertimbangkan hubungan antara bangunan dan
civitas yang beraktivitas di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah


Terdapat beberapa rumusan masalah yang muncul, maka dari itu penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan awal dari rumah tinggal yang ada pada Perumahan Bali Arum
Jimbaran?
2. Bagaimana kondisi dari rumah tinggal yang ada pada Perumahan Bali Arum Jimbaran
setelah dihuni dibandingkan dengan rancangan awal?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rancangan awal dari bangunan rumah tinggal di Perumahan Bali
Arum Jimbaran.
2. Untuk memahami kondisi dari bangunan rumah tinggal yang ada pada Perumahan
Bali Arum Jimbaran setelah dihuni apabila dibandingkan dengan rancangan awal.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
a) Manfaat Akademis:
Manfaat akademis bagi pembaca yaitu dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan
acuan dalam proses pembelajaran dan pemahaman mengenai Evaluasi Purna Huni,
khususnya pada evaluasi gated community.
b) Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi pengembang dan pengelola usaha gated community yaitu dapat
meningkatkan kualitas fungsi bangunan rumah tinggal di masa depan, dengan
rancangan tepat guna, yang dapat memenuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas bagi
civitas bangunan tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Evaluasi Purna Huni


Menurut Preiser dan Vischer, Building Performance Evaluation (BPE) atau evaluasi
purna huni adalah pendekatan inovasi pada perancangan, desain, konstruksi dan hunian
bangunan. Hal ini berdasarkan timbal balik dan evaluasi yang dilakukan pada setiap fase
bangunan yang mencakup dari strategi perencanaan sampai hunian dan siklus bangunan.
Penelitian evaluasi purna huni menekankan tiga aspek yaitu aspek fungsional yang menyangkut
aspek bangunan yang mendukung kegiatan, aspek teknis yang berkaitan dengan keamanan dan
kenyamanan bangunan serta aspek perilaku yang berhubungan dengan penghuni dan
lingkungan fisiknya.
A. Aspek Fungsional
Aspek fungsional yang dimaksud adalah menyangkut segala aspek bangunan
(lingkungan binaan) yang secara langsung mendukung kegiatan pengguna atau
pemakai dengan segal atributnya baik secara kelompok maupun individu. Pembentuk
ruang seperti dinding, lantai dan langit-langit secara tidak langsung mempengaruhi
kegiatan pengguna. Tata ruang dan sirkulasi juga mempengaruhi kegiatan pengguna
dan terjadinya fungsi secara keseluruhan. Bangunan yang tidak efisien dapat
disebabkan kekurang tepatan dalam proses perancangan yang menyebabkan pengguna
tidak dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan binaan tersebut. Permasalahan
fungsional akan muncul dan menjadi titik perhatian evaluasi jika dalam perancangan
bangunan yang menekan fungsi yang berpedoman pada kesesuaian antara area
kegiatan dengan semua kegiatan yang terjadi didalamnya. Beberapa hal yang
merupakan bagian dari aspek fungsional antara lain, yaitu terdapat pengelompokan
fungsi menyangkut konsep pengelompokan dan pemisahan fungsi-fungsi yang berada
dalam satu bangunan. Selanjutnya, terdapat sirkulasi yang tepat. Sirkulasi merupakan
salah satu hal yang penting pada fungsi bangunan. Perencanaan sirkulasi yang kurang
tepat dapat menyebabkan terdapat area yang “terlalu sepi” atau “terlalu padat”, selain
dalam beberapa kasus terjadi akibat perubahan organisasi yang mengakibatkan
perubahan pola sirkulasi dan komunikasi kerja. Selanjutnya, terdapat faktor manusia
yang menyangkut aspek perancangan dan standar yang berhubungan dengan
kesesuaian konfigurasi, material dan ukuran terhadap penggunanya. Dan terakhir,
terdapat fleksibilitas dan perubahan yang akan mempengaruhi fungsi.
B. Aspek Teknis
Kondisi fisik bangunan akan mempengaruhi pengguna atau pemilik dalam
kenyamanan, keamanan bangunan dan mempunyai umur yang panjang. Hal tersebut
berkaitan dengan kondisi bangunan meliputi stuktur, ventilasi, sanitasi dan pengaman
bangunan serta sistem penyangganya.
C. Aspek Perilaku
Aspek perilaku berhubungan dengan kegiatan pengguna dengan lingkungan fisiknya.
Evaluasi perilaku berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan psikologis pemakai yang
dipengaruhi oleh rancangan bangunan. Permasalahan perilaku yang perli diperhatikan
seperti proximity dan teritoriality, privacy dan interaksi, persepsi, citra dan makna,
kognisi dan orientasi.

2.2 Gated Community

Blakely dan Snyder (1997) mengatakan bahwa Gated community adalah bagian dari
tren suburbanisasi. Tren ini muncul ketika pusat kota telah kehilangan posisinya sebagai tempat
‘terkuat’ di dalam hierarkhi metropolis. Fenomena ini terlihat tak hanya dalam hal residensial
tapi juga dalam hal industri, komersial dan ritel, yang mana kini keseimbangannya telah beralih
ke area suburban. Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar fungsi kota kemudian pindah
ke area suburban. Selain dipicu oleh harga lahan yang mahal, tingginya angka kejahatan serta
banyaknya masalah urban di kota turut mempengaruhi perluasan area suburban secara
significan. Sebagai contoh, pembangunan sekitar akhir tahun 90-an di Amerika kebanyakan
dilakukan di area suburb (luar kota) yakni sebuah ‘pusat area ekonomi baru’ di pinggiran kota.
Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi wajah daerah suburban itu sendiri seiring
dengan perubahan yang terjadi secara social dan struktur fisiknya, yakni munculnya kebutuhan
akan dinding, pagar dan pintupintu masuk pada areanya (Gated Community).

Dalam perkembangannya, keberadaan gated community sendiri memiliki maksud dan


tujuan, yakni; untuk mencegah ‘penyelundup’ masuk ke dalam area pribadi mereka serta untuk
menyediakan keamanan. Keberadaan pagar, satpam, pembagian lahan dan peraturan
pembangunan dalam Gated Community dimaksudkan untuk membatasi atau menghalangi
akses ke area residensial, komersial dan area public mereka lainnya (Blakely & Snyder, 1997).
Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa ‘pembatasan ruang ini’ juga dimaksudkan
untuk melindungi kesejahteraan, keksklusivan dan nilai properti mereka.
Gated community umumnya memiliki jalan luas beserta pagar dan pintu masuk yang
sangat tinggi, pagar dan pintu masuk ini dijagai oleh pengawal selama dua puluh empat jam
yang bertugas penuh untuk membukatutup pagar besi serta melakukan pengontrolan dan
pengawasan bagi orangorang yang datang dan pergi secara manual dan elektronik (melalui
kamera CCTV, speaker phone dan pintu elektronik). Jalan yang mengapit rumah penjaga
keamanan itu sendiri umumnya terdiri dari dua lajur, yakni lajur satu untuk tamu atau
pengunjung, sedang yang ke dua adalah lajur untuk penghuni yang dapat membuka pintu
gerbangnya sendiri, dengan kartu elektonik, kode sandi, atau remote control. Terkadang, untuk
mencegah orang luar masuk, Beberapa pintu gerbang Gated community (yang bertugas selama
24 jam) mewajibkan semua kendaraan yang melintas keluar masuk area residensial untuk
menggunakan stiker pengenalan khusus. Namun akan lain halnya jika pintu gerbang itu tidak
dijaga langsung oleh pengawal manusia, maka yang berperan di sana adalah ‘pengawal
elektronik’ seperti; system intercom dengan monitor video bagi pengunjung yang hendak
masuk ke dalam area.

Umumnya fasilitas publik yang dimiliki oleh gated community hanya dapat digunakan
oleh para penghuni saja, fasilitas yang disediakan cukup. lengkap (tergantung pada faktor-
faktor sekitar yang mempengaruhinya seperti lokasi, komposisi demografis, dan struktur
komunitas). Jika disana terdapat suatu ketua pemimpin atau pemilik perkumpulan besar maka
ia akan dapat menyediakan lebih banyak fasilitas dari sebelumnya. Biasanya, makin besar
perkumpulan atau pengembang maka akan semakin banyak pula fasilitas yang bisa disediakan.
Fasilitas itu antara lain kolam renang, lapangan tennis, Community centre/Club house,
lapangan golf, taman bermain, area latihan, area makan malam, atau bisa juga area pantai yang
bersifat private.

2.3 Rumah

Pengertian rumah menurut Turner dalam Osman & Amin terdapat tiga hal yang
melandasi dalam konsep “Housing is a Process” dalam “Freedom to Build” yaitu nilai rumah,
fungsi ekonomi dan wewenang atas rumah. Turner menyatakan bahwa rumah bukan hanya
sebagai hasil fisik tetapi merupakan suatu proses yang terus berkembang dan berkaitan dengan
mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam kurun waktu tertentu. Menurut Undang-undang
No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman menyatakan rumah adalah
bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan
keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Fungsi rumah yang dinyatakan oleh Turner sangat berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh penghuni. tiga fungsi utama sebagai tempat bermukim, sebagai berikut:
1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga yang berkaitan dengan kualitas hunian
atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan
sosial, budaya dan ekonomi dimana lokasi rumah tersebut didirikan.
3. Rumah sebagai penunjang rasa aman yang mempunyai pengertian terjaminnya keadaan
keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas
lingkungan perumahan yang ditempati berupa kepemilikan dan lahan.
Terdapat tipe rumah tinggal yang dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan
penghuniannya yaitu sebagai berikut (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman):
1. Rumah komersial adalah rumah dibangun untuk mendapatkan keuntungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
2. Rumah umum adalah rumah dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
3. Rumah swadaya diorganisir atas inisiatif dan upaya masyarakat, baik secara sendiri
maupun berkelompok.
4. Rumah khusus diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk
kebutuhan khusus, disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
5. Rumah negara disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Selanjutnya faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada lingkungan rumah yaitu faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Dalam membangun
suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Rumah di daerah
pedesaan, sudah tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, bahannya, bentuknya dan
lain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun
harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
seranganserangan binatang buas. (Cahyati. N, 2012) Faktor selanjutnya adalah tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini dimaksudkan agar rumah dibangun berdasarkan
kemampuan keuangan penghuninya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan
sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Keman, S,
2005).
BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Metoda Penelitian


Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji Evaluasi Purna Huni dari Perumahan Bali
Arum Jimbaran dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Saryono (2010),
metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh
social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui kondisi dan realitas setiap aspek baik
itu aspek fungsional, aspek teknis, dan aspek perilaku civitas dari rumah tinggal di Perumahan
Bali Arum Jimbaran.

3.2 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan pada Evaluasi Purna Huni di Perumahan Bali
Arum Jimbaran adalah melakukan penelitian dengan teknik identifikasi dan investigatif, yaitu
melakukan observasi untuk mengidentifikasi secara tepat mengenai keseluruhan bangunan dari
aspek teknik, aspek fungsional, dan aspek perilaku, lalu melakukan investigasi untuk
melakukan penilaian ketika membandingkan kondisi rumah tinggal setelah dihuni apabila
dibandingkan dengan rancangan awal dari perumahan tersebut.

3.3 Data yang Dibutuhkan


Data yang dibutuhkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Pada Perumahan
Bali Arum Jimbaran, data primer yang dibutuhkan adalah data mengenai kondisi fisik dan
kondisi non-fisik objek yang mencakup lokasi objek, fasilitas, luasan objek, luasan tanah,
kapasitas, dan jumlah pengguna objek. Sementara data lainnya yang dibutuhkan adalah data
sekunder yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi purna huni, seperti
data studi literatur mengenai sejarah objek, persyaratan rumah tinggal, literatur mengenai
evaluasi purna huni, dan teori-teori mengenai aspek dari evaluasi purna huni.
3.4 Sumber Data
Berdasarkan data-data yang dibutuhkan, pada pengumpulan data didapatkan sumber
data dari data primer dan data sekunder yang telah dihasilkan. Pada penelitian Perumahan Bali
Arum Jimbaran ini, data primer yang dibutuhkan didapatkan melalui kegiatan survei yang
dilakukan saat mengamati kondisi di lapangan. Sementara, data sekunder didapatkan melalui
buku, jurnal pembelajaran, artikel ilmiah, dan data publikasi lainnya yang memuat tentang
evaluasi purna huni.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
Perumahan Bali Arum Jimbaran adalah:
1. Observasi lapangan, untuk mengamati aspek teknis dan aspek fungsional dari bangunan
rumah tinggal tersebut, yang akan mampu memberikan informasi bentuk aktif dan pasif
dari civitas, pola aktivitas yang terbentuk dari kegiatan pengguna, dan bagaimana
pengguna memanfaatkan ruangnya.
2. Wawancara, untuk mendapatkan informasi berupa aspek teknis, aspek fungsional, dan
aspek perilaku dari narasumber yang merupakan penghuni dari bangunan tersebut.

3.6 Instrument Penelitian


Instrument penelitian yang digunakan pada saat melakukan penelitian pada Perumahan
Bali Arum Jimbaran adalah:
1. Buku Catatan dan Alat Tulis
Buku catatan dan alat tulis digunakan untuk mencatat hal-hal penting atau poin-poin
khusus ketika melakukan pengumpulan data di lapangan.
2. Handphone
Handphone digunakan untuk menghasilkan dokumentasi berupa foto dan video dari
objek yang diteliti.
3. Laptop
Laptop digunakan sebagai alat untuk menyatukan dan menganalisis data-data yang
dikumpulkan sehingga menjadi laporan tertulis mengenai evaluasi purna huni yang
dilakukan.
3.7 Penentuan Sampling dan Responden atau Narasumber
Pada penelitian di Perumahan Bali Arum Jimbaran, narasumber yang dibutuhkan
adalah salah satu penghuni dari rumah tinggal di Perumahan Bali Arum Jimbaran. Penentuan
narasumber ini didapatkan berdasarkan beberapa persyaratan, yaitu:
1. Sudah menghuni rumah tinggal di Perumahan Bali Arum Jimbaran dengan kurun waktu
lebih dari 1 tahun.
2. Mengetahui mengenai sejarah dari Perumahan Bali Arum Jimbaran.
3. Pernah atau sedang melakukan renovasi rumah tinggal di Perumahan Bali Arum
Jimbaran.

3.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian di Perumahan Bali Arum Jimbaran
adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif adalah proses analisis data
melalui kegiatan rekam dan catat, tinjauan pustaka, wawancara, survei, atau observasi.

3.9 Teknik Presentasi Data


Teknik presentasi data yang digunakan pada penelitian Perumahan Bali Arum Jimbaran
adalah teknik deskripsi. Teknik deskripsi ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya dan menggambarkan data
secara sistematis dan faktual berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dan diolah ke dalam
bentuk laporan tertulis.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bali Arum Jimbaran adalah perumahan yang berlokasi di Jalan Raya Kampus Unud
No. 10, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, 80361.

Gambar 1: Perumahan Bali Arum Jimbaran


Perumahan Bali Arum Jimbaran adalah salah satu gated community di Jimbaran dengan
beragam tipe rumah, dimulai dari tipe 60, tipe 80, dan tipe 120. Perumahan Bali Arum Jimbaran
memiliki sistem perumahan one gated yang memungkinkan perumahan ini hanya memiliki
satu akses untuk keluar dan masuk penghuni perumahan.

4.2 Histori

Perumahan Bali Arum Jimbaran mulai dibangun pada tahun 2005 dengan perencanaan
yaitu membangun sebanyak 75 unit rumah tinggal, dengan pembagian yaitu terdapat 43 unit
rumah dengan tipe 60, terdapat 22 unit rumah dengan tipe 80, dan terdapat 10 unit rumah
dengan tipe 120. Pembangunan dimulai dengan membangun 12 unit rumah tipe 60, 10 unit
rumah dengan tipe 80, dan 8 unit rumah dengan tipe 120, hingga selesai pada 2007 dengan
total 30 unit rumah. Pembangunan dilanjutkan dengan membangun wantilan dan pos satpam.
Kemudian, pembangunan diselesaikan hingga tahun 2010 dengan total 75 unit rumah. Seiring
berjalannya waktu, Perumahan Bali Arum Jimbaran memperluas lahan kepemilikannya dan
membangun lebih banyak unit rumah hingga saat ini.
4.3 Rancangan Awal
Bali Arum Jimbaran dibangun berdasarkan rencana awal dari tipe yang akan dibangun
dengan total awal yaitu 75 unit rumah tinggal. Pada gambar blok plan berikut, rumah tinggal
dengan tipe 60 disimbolkan dengan bentuk persegi berwarna merah, tipe 80 disimbolkan
dengan bentuk persegi panjang berwarna kuning, dan tipe 120 disimbolkan dengan bentuk
persegi panjang berwarna hijau. Sementara bentuk lingkaran dan persegi panjang yang
berwarna biru adalah wantilan, pos satpam, dan tugu atau patung.

Gambar 2: Rancangan Awal Blok Plan Bali Arum Jimbaran

Rancangan awal rumah tinggal pada Perumahan Bali Arum Jimbaran menyesuaikan
dengan rencana awal pembangunan 75 unit rumah tinggal dengan pembagian yang sudah
ditetapkan sesuai tipe rumah tinggal, yaitu 43 unit rumah dengan tipe 60, 22 unit rumah dengan
tipe 80, dan 10 unit rumah dengan tipe 120. Bentuk fasad bangunan dibedakan berdasarkan
tipe rumah, sehingga setiap tipe bangunan memiliki bentuk bangunan yang berbeda.
Gambar 3: Rumah Tipe 60

Gambar 4: Rumah Tipe 80

Gambar 5: Rumah Tipe 120


Rumah dengan tipe 60 memiliki luas tanah hingga 90m2, sementara rumah dengan tipe
80 memiliki luas tanah 100m2, dan pada rumah tipe 120 memiliki luas tanah 150m2 hingga
200m2 dengan bentuk bangunan yang mengakomodasi bentuk villa sehingga tipe 120 sering
pula disebut sebagai rumah tipe villa.

4.4 Rancangan Saat Ini


Pada kondisi saat ini, terdapat penambahan area lahan pada Perumahan Bali Arum
Jimbaran untuk membangun lebih banyak unit rumah. Penambahan area untuk membangun ini
memberikan kesempatan bagi Perumahan Bali Arum Jimbaran untuk membangun 20 unit
rumah tambahan dengan pembagian yaitu 8 unit rumah tipe 60, 8 unit rumah tipe 80, dan 4 unit
rumah tipe 120, sehingga total unit rumah yang terbangun di Perumahan Bali Arum Jimbaran
hingga tahun 2022 adalah sebanyak 95 unit rumah.

Gambar 6: Blok Plan Bali Arum Jimbaran Tahun 2022

4.5 Evaluasi Purna Huni


Pada Perumahan Bali Arum Jimbaran, terdapat satu rumah dengan tipe 60 yang saat ini
sedang melakukan proses renovasi sehingga digunakan sebagai sampel dalam melakukan
evaluasi purna huni. Narasumber dari penelitian ini adalah penghuni dari rumah tipe 60 yang
sedang direnovasi tersebut.
Gambar 7: Area Rumah Tipe 60 Gambar 8: Rumah yang Direnovasi

Rumah tipe 60 yang sedang direnovasi ini telah dihuni oleh narasumber bersama
keluarganya sejak tahun 2010 sampai saat ini. Menurut narasumber, renovasi ini dimulai pada
bulan Juli 2022 dan direncanakan akan selesai pada Januari 2023. Renovasi ini dilakukan
dengan tujuan untuk merubah penempatan dan pembagian ruang-ruang di dalam bangunan agar
dapat berfungsi dengan lebih efisien, sehingga tidak menghasilkan banyak sekat dan dinding
pemisah. Selanjutnya, pada objek tersebut, dapat dilakukan evaluasi purna huni berdasarkan
evaluasi teknis, evaluasi fungsional, dan evaluasi perilaku.

Gambar 9: Renovasi Rumah Gambar 10: Renovasi Rumah

4.5.1 Evaluasi Teknis


Evaluasi teknis yang diteliti pada objek rumah tipe 60 yang sedang direnovasi
adalah berkaitan dengan bentuk dan fasad bangunan, material bangunan, dan sirkulasi
udara yang ada di dalam bangunan. Pada bentuk dan fasad bangunan, rancangan awal
fasad bangunan rumah mengikuti rancangan awal dari Perumahan Bali Arum Jimbaran.
Sementara, pada kondisi saat ini, bentuk dan fasad bangunan berubah saat dilakukan
proses renovasi, sehingga tidak lagi mengikuti rancangan awal.
Gambar 11: Rancangan Awal Gambar 12: Setelah Renovasi

Dari segi material bangunan, menurut narasumber terdapat beberapa dinding


bangunan yang sudah keropos karena terkena air hujan yang terserap oleh dinding
hingga menyebabkan kebocoran pada dinding bagian dalam. Pada proses renovasi,
dinding-dinding yang keropos diperbaiki dan dicat kembali dengan material baru dan
cat anti-air yang dapat mencegah keropos dan kebocoran.

Gambar 13: Kondisi Awal Gambar 14: Kondisi Setelah Renovasi

Selanjutnya, dari segi sirkulasi udara pada rumah tinggal, sebelumnya tidak
terdapat jendela atau bukaan pada bagian belakang ruang keluarga di lantai satu,
sehingga hanya mengandalkan pintu dan jendela depan saja sebagai jalur sirkulasi
udara. Sementara setelah proses renovasi, terdapat pintu lipat pada area belakang rumah
yang menghubungkan ruang keluarga dengan taman belakang, sehingga sirkulasi udara
dapat bergerak masuk dan keluar dari depan ke belakang.
Gambar 15: Kondisi Awal Ruang Dalam Gambar 16: Ruang Dalam Setelah Renovasi

4.5.2 Evaluasi Fungsional

Evaluasi fungsional yang diteliti pada objek adalah berkaitan dengan


penempatan organisasi ruang, pemanfaatan fungsi ruang, dan sirkulasi aktivitas di
dalam bangunan.

Pada penempatan dan pemanfaatan fungsi ruang, sebelumnya area dapur


merupakan area yang sempit sehingga sirkulasi aktivitas di dapur sangat minim.
Namun, setelah melakukan proses renovasi, area dapur dibuat lebih luas sehingga dapat
memaksimalkan aktivitas penghuni ketika melakukan kegiatan di dapur. Selain itu,
ditambahkan pula pintu sebagai akses yang menghubungkan area dapur dengan garasi.

Gambar 17: Kondisi Awal Dapur Gambar 18: Dapur Setelah Renovasi

Selanjutnya, penempatan dan pemanfaatan fungsi ruang keluarga pada


bangunan sebelum direnovasi sangat terbatas. Dengan banyaknya dinding sebagai sekat
pembatas antar kamar menyebabkan ruang keluarga menjadi sempit dan kurang
memadai bagi aktivitas keluarga. Setelah direnovasi, dinding-dinding penyekat antar
kamar dihancurkan sehingga ruang keluarga menjadi lebih luas dengan tambahan
taman belakang dengan pintu lipat yang mendukung aktivitas bersantai keluarga.

Gambar 19: Kondisi Awal Ruang Keluarga Gambar 20: Ruang Keluarga Setelah Renovasi

4.5.3 Evaluasi Perilaku

Evaluasi perilaku yang diteliti pada objek adalah berkaitan dengan kenyamanan
penghuni dalam beraktivitas, persepsi penghuni terhadap penempatan ruang, dan
psikologi penghuni dalam kegiatan komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga.

Menurut narasumber, rancangan awal rumah tinggal tidak mendukung


kedekatan interaksi antar anggota keluarga sehingga mengakibatkan minimnya
komunikasi antar anggota keluarga. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan area ruang
keluarga yang sempit, sehingga setiap anggota keluarga akan lebih memilih bersantai
di kamar masing-masing. Selain itu, penempatan kamar pada lantai yang berbeda
menyebabkan anggota keluarga yang memiliki kamar di lantai satu tidak memiliki
keinginan untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang berada di lantai dua. Pada
area dapur juga tidak mendukung penghuni rumah untuk melakukan kegiatan di dapur
secara bersama-sama karena keterbatasan ruang gerak yang sempit.

Setelah melalui proses renovasi, ruang keluarga dibuat lebih memadai aktivitas
keluarga, dengan memaksimalkan lantai dua sebagai area kamar, sehingga semua
kamar ditempatkan hanya di lantai dua. Area dapur pun diperluas untuk mendukung
kegiatan memasak yang dilakukan secara bersama-sama dan memaksimalkan interaksi
serta komunikasi antar anggota keluarga di dalam rumah.
4.6 Pembahasan

Berdasarkan penelitian dan evaluasi purna huni yang telah dijabarkan maka dapat
dilakukan pembahasan mengenai keberhasilan dan kegagalan evaluasi purna huni pada
bangunan rumah tinggal di Perumahan Bali Arum Jimbaran.

4.6.1 Keberhasilan

Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek teknis pada rancangan awal rumah
tinggal yaitu sudah menunjukkan bentuk dan fasad bangunan yang baik dengan struktur
rumah tinggal yang kokoh sehingga dapat bertahan hingga lebih dari 10 tahun. Setelah
direnovasi pun, rumah tinggal menunjukkan bentuk dan fasad yang unik dengan
struktur yang diperbarui untuk dapat menopang rumah tinggal hingga tahun-tahun
mendatang.

Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek fungsional pada rancangan awal
rumah tinggal yaitu penempatan area yang dibutuhkan memaksimalkan setiap ruang
yang ada sehingga setiap fungsi ruang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
penghuni rumah. Dan pada rumah yang telah direnovasi, penempatan fungsi ruang telah
berhasil disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan sirkulasi aktivitas dari penghuni
rumah tinggal.

Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek perilaku yaitu pada rancangan awal
sudah menyediakan ruang interaksi antar anggota keluarga dengan adanya ruang
keluarga dan ruang makan. Dan setelah melalui proses renovasi, ruang interaksi antar
anggota keluarga ini berhasil diperbarui untuk mendukung berbagai aktivitas keluarga
lainnya yang membutuhkan area yang lebih luas.

4.6.2 Kegagalan

Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek teknis yaitu pada rancangan awal
rumah tinggal, material yang digunakan tidak tahan terhadap air sehingga
menyebabkan kebocoran dan harus diganti dengan material yang anti air pada saat
proses renovasi. Selain itu pula, pada rancangan awal rumah tinggal, tidak adanya akses
yang baik bagi sirkulasi udara sehingga tidak ada pertukaran udara yang sehat di dalam
bangunan.
Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek fungsional yaitu penempatan area
dapur yang terlalu sempit sehingga hanya memadai bagi satu orang saja untuk dapat
beraktivitas. Pada ruang keluarga juga tidak memadai aktivitas keluarga yang
membutuhkan area yang luas bersama-sama.

Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek perilaku yaitu penempatan kamar-
kamar yang berbeda lantai menyebabkan minimnya interaksi dan komunikasi antar
anggota keluarga, sehingga dapat membentuk psikologi dan kepribadian anggota
keluarga menjadi individualis.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Evaluasi Purna Huni adalah proses evaluasi bangunan dengan sistem dan cara yang
ketat setelah bangunan selesai dibangun dan dihuni selama beberapa waktu. Pada Perumahan
Bali Arum Jimbaran, dilakukan evaluasi purna huni yang mencakup evaluasi teknis, evaluasi
fungsional, dan evaluasi perilaku. Evaluasi teknis dilakukan dengan tujuan melakukan
penilaian performa dan struktur bangunan rumah tinggal setelah dihuni selama lebih dari 10
tahun. Evaluasi fungsional dilakukan untuk menilai ketepatan organisasi ruang di dalam
bangunan yang mendukung fungsi setiap ruang yang ada. Selanjutnya, evaluasi perilaku
dilakukan untuk menilai kesesuaian perilaku penghuni dengan ruang-ruang yang ada di dalam
bangunan rumah tinggal.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa evaluasi purna huni pada Perumahan Bali
Arum Jimbaran telah menghasilkan keberhasilan dan kegagalan yang diteliti berdasarkan aspek
teknis, aspek fungsional, dan aspek perilaku yang mendasari dilakukannya proses renovasi
pada bangunan untuk meningkatkan efisiensi fungsi bangunan di masa mendatang.

5.2 Saran
Penulis berharap laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan pengelola gated
community untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai evaluasi purna huni yang
terkhusus pada evaluasi gated community dalam merancang suatu desain bangunan rumah
tinggal. Saran yang dapat diberikan bagi Perumahan Bali Arum Jimbaran ini yaitu pada
bangunan rumah tinggal yang akan dibangun selanjutnya, akan lebih baik apabila setiap ruang
diberikan perhitungan sirkulasi yang tepat berdasarkan kapasitas penghuni rumah tinggal untuk
mendukung kegiatan dan aktivitas keluarga yang dilakukan secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA

Preiser, V.F.E. & Vischer, Jacqueline C. (2005). Assessing Building Performance. Elsevier
ButterworthHeinemann. Burlington, MA

Preiser, V.F.E., Rabinowitz, H.Z., White, ET. (1988). “Post Occupancy Evaluation”. New
York: Van Nostrand Ranhola Company

Undang-undang No. 1 tahun 2011. Perumahan dan Kawasan Pemukiman

Glasze, Georg and Günter Meyer (2000): Workshop “Gated Communities - Global Expansion
of a New Kind of Settlement”. In: DAVO-Nachrichten N° 11: 17-20
LAMPIRAN

Tabel Metodologi Penelitian

No Tujuan Data yang Sumber Cara Instrumen Teknik


Dibutuhkan Data Memperoleh Penelitian Analisis
Data
1. Mengetahui Gambar Pengelola Menanyakan Laptop Deskriptif
rancangan awal masterplan atau kepada Kualitatif
dari rumah tinggal Perumahan penghuni pengelola
yang dibangun di Bali Arum Perumaha atau penghuni
Perumahan Bali Jimbaran. n Bali Perumahan
Arum Jimbaran Gambar kerja Arum Bali Arum
rumah tinggal Jimbaran. Jimbaran
di Perumahan
Bali Arum
Jimbaran.
2. Mengidentifikasi Gambar kerja Survei Observasi, Handphone, Deskriptif
perubahan yang rancangan lapangan wawancara, buku Kualitatif
terjadi pada awal dan dan catatan, alat
rancangan awal gambar dokumentasi tulis
Perumahan Bali kondisi saat
Arum Jimbaran ini
jika dibandingkan Perumahan
dengan kondisi Bali Arum
saat ini. Jimbaran
3. Menganalisis Gambar Survei Observasi, Handphone, Deskriptif
perubahan yang kondisi saat lapangan wawancara, buku kualitatif
ada pada kondisi ini, gambar dan catatan, alat
saat ini kerja dokumetasi tulis, dan
dibandingan rancangan laptop
dengan rancangan awal, sejarah
awal pada Perumahan
Perumahan Bali
Arum Jimbaran Bali Arum
berdasarkan Jimbaran
aspek-aspek
Evaluasi Purna
Huni
4. Mengidentifikasi Gambar Survei Observasi, Handphone Deskriptif
keberhasilan dan kondisi saat lapangan wawancara, dan laptop Kualitatif
kegagalan yang ini, informasi dan
terjadi dari dokumetasi
berdasarkan narasumber
aspek-aspek
Evaluasi Purna
Huni pada
Perumahan Bali
Arum Jimbaran
KARTU BIMBINGAN
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

Nama : Camelia Rambu Aprila N. Mata Kuliah : EVALUASI PURNA HUNI

NIM : 1905521016 Dosen : Dr. Ir. Widiastuti, M.T.

No Tanggal Bimbingan Paraf

1. 8 Oktober 1. ACC objek gated community


2022 2. Objek terpilih yaitu Bali Arum Jimbaran

2. 30 November 1. Pada bab I latar belakang menjelaskan


2022 pentingnya eph, fenomena umum, fakta di
bali, permasalahan, dan simpulan mengenai
pentingnya melakukan eph
2. Manfaat penulisan yaitu secara akademis dan
praktis
3. Tinjauan teori diperkaya
4. Bab III menjelaskan tentang metoda
penelitian
5. Data objek masterplan dilengkapi, jumlah unit
rumah dilengkapi
6. Lengkapi denah rumah
7. Lengkapi tipe awal dari rumah yang
direnovasi seperti apa awalnya

Anda mungkin juga menyukai