Mata Kuliah:
Evaluasi Purna Huni
Mahasiswa:
Camelia Rambu Aprila Ndatangara
(1905521016)
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Blakely dan Snyder (1997) mengatakan bahwa Gated community adalah bagian dari
tren suburbanisasi. Tren ini muncul ketika pusat kota telah kehilangan posisinya sebagai tempat
‘terkuat’ di dalam hierarkhi metropolis. Fenomena ini terlihat tak hanya dalam hal residensial
tapi juga dalam hal industri, komersial dan ritel, yang mana kini keseimbangannya telah beralih
ke area suburban. Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar fungsi kota kemudian pindah
ke area suburban. Selain dipicu oleh harga lahan yang mahal, tingginya angka kejahatan serta
banyaknya masalah urban di kota turut mempengaruhi perluasan area suburban secara
significan. Sebagai contoh, pembangunan sekitar akhir tahun 90-an di Amerika kebanyakan
dilakukan di area suburb (luar kota) yakni sebuah ‘pusat area ekonomi baru’ di pinggiran kota.
Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi wajah daerah suburban itu sendiri seiring
dengan perubahan yang terjadi secara social dan struktur fisiknya, yakni munculnya kebutuhan
akan dinding, pagar dan pintupintu masuk pada areanya (Gated Community).
Umumnya fasilitas publik yang dimiliki oleh gated community hanya dapat digunakan
oleh para penghuni saja, fasilitas yang disediakan cukup. lengkap (tergantung pada faktor-
faktor sekitar yang mempengaruhinya seperti lokasi, komposisi demografis, dan struktur
komunitas). Jika disana terdapat suatu ketua pemimpin atau pemilik perkumpulan besar maka
ia akan dapat menyediakan lebih banyak fasilitas dari sebelumnya. Biasanya, makin besar
perkumpulan atau pengembang maka akan semakin banyak pula fasilitas yang bisa disediakan.
Fasilitas itu antara lain kolam renang, lapangan tennis, Community centre/Club house,
lapangan golf, taman bermain, area latihan, area makan malam, atau bisa juga area pantai yang
bersifat private.
2.3 Rumah
Pengertian rumah menurut Turner dalam Osman & Amin terdapat tiga hal yang
melandasi dalam konsep “Housing is a Process” dalam “Freedom to Build” yaitu nilai rumah,
fungsi ekonomi dan wewenang atas rumah. Turner menyatakan bahwa rumah bukan hanya
sebagai hasil fisik tetapi merupakan suatu proses yang terus berkembang dan berkaitan dengan
mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam kurun waktu tertentu. Menurut Undang-undang
No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman menyatakan rumah adalah
bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan
keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Fungsi rumah yang dinyatakan oleh Turner sangat berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh penghuni. tiga fungsi utama sebagai tempat bermukim, sebagai berikut:
1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga yang berkaitan dengan kualitas hunian
atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan
sosial, budaya dan ekonomi dimana lokasi rumah tersebut didirikan.
3. Rumah sebagai penunjang rasa aman yang mempunyai pengertian terjaminnya keadaan
keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas
lingkungan perumahan yang ditempati berupa kepemilikan dan lahan.
Terdapat tipe rumah tinggal yang dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan
penghuniannya yaitu sebagai berikut (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman):
1. Rumah komersial adalah rumah dibangun untuk mendapatkan keuntungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
2. Rumah umum adalah rumah dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
3. Rumah swadaya diorganisir atas inisiatif dan upaya masyarakat, baik secara sendiri
maupun berkelompok.
4. Rumah khusus diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk
kebutuhan khusus, disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
5. Rumah negara disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Selanjutnya faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada lingkungan rumah yaitu faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Dalam membangun
suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Rumah di daerah
pedesaan, sudah tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, bahannya, bentuknya dan
lain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun
harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
seranganserangan binatang buas. (Cahyati. N, 2012) Faktor selanjutnya adalah tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini dimaksudkan agar rumah dibangun berdasarkan
kemampuan keuangan penghuninya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan
sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Keman, S,
2005).
BAB III
METODA PENELITIAN
Bali Arum Jimbaran adalah perumahan yang berlokasi di Jalan Raya Kampus Unud
No. 10, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, 80361.
4.2 Histori
Perumahan Bali Arum Jimbaran mulai dibangun pada tahun 2005 dengan perencanaan
yaitu membangun sebanyak 75 unit rumah tinggal, dengan pembagian yaitu terdapat 43 unit
rumah dengan tipe 60, terdapat 22 unit rumah dengan tipe 80, dan terdapat 10 unit rumah
dengan tipe 120. Pembangunan dimulai dengan membangun 12 unit rumah tipe 60, 10 unit
rumah dengan tipe 80, dan 8 unit rumah dengan tipe 120, hingga selesai pada 2007 dengan
total 30 unit rumah. Pembangunan dilanjutkan dengan membangun wantilan dan pos satpam.
Kemudian, pembangunan diselesaikan hingga tahun 2010 dengan total 75 unit rumah. Seiring
berjalannya waktu, Perumahan Bali Arum Jimbaran memperluas lahan kepemilikannya dan
membangun lebih banyak unit rumah hingga saat ini.
4.3 Rancangan Awal
Bali Arum Jimbaran dibangun berdasarkan rencana awal dari tipe yang akan dibangun
dengan total awal yaitu 75 unit rumah tinggal. Pada gambar blok plan berikut, rumah tinggal
dengan tipe 60 disimbolkan dengan bentuk persegi berwarna merah, tipe 80 disimbolkan
dengan bentuk persegi panjang berwarna kuning, dan tipe 120 disimbolkan dengan bentuk
persegi panjang berwarna hijau. Sementara bentuk lingkaran dan persegi panjang yang
berwarna biru adalah wantilan, pos satpam, dan tugu atau patung.
Rancangan awal rumah tinggal pada Perumahan Bali Arum Jimbaran menyesuaikan
dengan rencana awal pembangunan 75 unit rumah tinggal dengan pembagian yang sudah
ditetapkan sesuai tipe rumah tinggal, yaitu 43 unit rumah dengan tipe 60, 22 unit rumah dengan
tipe 80, dan 10 unit rumah dengan tipe 120. Bentuk fasad bangunan dibedakan berdasarkan
tipe rumah, sehingga setiap tipe bangunan memiliki bentuk bangunan yang berbeda.
Gambar 3: Rumah Tipe 60
Rumah tipe 60 yang sedang direnovasi ini telah dihuni oleh narasumber bersama
keluarganya sejak tahun 2010 sampai saat ini. Menurut narasumber, renovasi ini dimulai pada
bulan Juli 2022 dan direncanakan akan selesai pada Januari 2023. Renovasi ini dilakukan
dengan tujuan untuk merubah penempatan dan pembagian ruang-ruang di dalam bangunan agar
dapat berfungsi dengan lebih efisien, sehingga tidak menghasilkan banyak sekat dan dinding
pemisah. Selanjutnya, pada objek tersebut, dapat dilakukan evaluasi purna huni berdasarkan
evaluasi teknis, evaluasi fungsional, dan evaluasi perilaku.
Selanjutnya, dari segi sirkulasi udara pada rumah tinggal, sebelumnya tidak
terdapat jendela atau bukaan pada bagian belakang ruang keluarga di lantai satu,
sehingga hanya mengandalkan pintu dan jendela depan saja sebagai jalur sirkulasi
udara. Sementara setelah proses renovasi, terdapat pintu lipat pada area belakang rumah
yang menghubungkan ruang keluarga dengan taman belakang, sehingga sirkulasi udara
dapat bergerak masuk dan keluar dari depan ke belakang.
Gambar 15: Kondisi Awal Ruang Dalam Gambar 16: Ruang Dalam Setelah Renovasi
Gambar 17: Kondisi Awal Dapur Gambar 18: Dapur Setelah Renovasi
Gambar 19: Kondisi Awal Ruang Keluarga Gambar 20: Ruang Keluarga Setelah Renovasi
Evaluasi perilaku yang diteliti pada objek adalah berkaitan dengan kenyamanan
penghuni dalam beraktivitas, persepsi penghuni terhadap penempatan ruang, dan
psikologi penghuni dalam kegiatan komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga.
Setelah melalui proses renovasi, ruang keluarga dibuat lebih memadai aktivitas
keluarga, dengan memaksimalkan lantai dua sebagai area kamar, sehingga semua
kamar ditempatkan hanya di lantai dua. Area dapur pun diperluas untuk mendukung
kegiatan memasak yang dilakukan secara bersama-sama dan memaksimalkan interaksi
serta komunikasi antar anggota keluarga di dalam rumah.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan penelitian dan evaluasi purna huni yang telah dijabarkan maka dapat
dilakukan pembahasan mengenai keberhasilan dan kegagalan evaluasi purna huni pada
bangunan rumah tinggal di Perumahan Bali Arum Jimbaran.
4.6.1 Keberhasilan
Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek teknis pada rancangan awal rumah
tinggal yaitu sudah menunjukkan bentuk dan fasad bangunan yang baik dengan struktur
rumah tinggal yang kokoh sehingga dapat bertahan hingga lebih dari 10 tahun. Setelah
direnovasi pun, rumah tinggal menunjukkan bentuk dan fasad yang unik dengan
struktur yang diperbarui untuk dapat menopang rumah tinggal hingga tahun-tahun
mendatang.
Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek fungsional pada rancangan awal
rumah tinggal yaitu penempatan area yang dibutuhkan memaksimalkan setiap ruang
yang ada sehingga setiap fungsi ruang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
penghuni rumah. Dan pada rumah yang telah direnovasi, penempatan fungsi ruang telah
berhasil disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan sirkulasi aktivitas dari penghuni
rumah tinggal.
Keberhasilan evaluasi purna huni dari aspek perilaku yaitu pada rancangan awal
sudah menyediakan ruang interaksi antar anggota keluarga dengan adanya ruang
keluarga dan ruang makan. Dan setelah melalui proses renovasi, ruang interaksi antar
anggota keluarga ini berhasil diperbarui untuk mendukung berbagai aktivitas keluarga
lainnya yang membutuhkan area yang lebih luas.
4.6.2 Kegagalan
Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek teknis yaitu pada rancangan awal
rumah tinggal, material yang digunakan tidak tahan terhadap air sehingga
menyebabkan kebocoran dan harus diganti dengan material yang anti air pada saat
proses renovasi. Selain itu pula, pada rancangan awal rumah tinggal, tidak adanya akses
yang baik bagi sirkulasi udara sehingga tidak ada pertukaran udara yang sehat di dalam
bangunan.
Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek fungsional yaitu penempatan area
dapur yang terlalu sempit sehingga hanya memadai bagi satu orang saja untuk dapat
beraktivitas. Pada ruang keluarga juga tidak memadai aktivitas keluarga yang
membutuhkan area yang luas bersama-sama.
Kegagalan evaluasi purna huni dari aspek perilaku yaitu penempatan kamar-
kamar yang berbeda lantai menyebabkan minimnya interaksi dan komunikasi antar
anggota keluarga, sehingga dapat membentuk psikologi dan kepribadian anggota
keluarga menjadi individualis.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Evaluasi Purna Huni adalah proses evaluasi bangunan dengan sistem dan cara yang
ketat setelah bangunan selesai dibangun dan dihuni selama beberapa waktu. Pada Perumahan
Bali Arum Jimbaran, dilakukan evaluasi purna huni yang mencakup evaluasi teknis, evaluasi
fungsional, dan evaluasi perilaku. Evaluasi teknis dilakukan dengan tujuan melakukan
penilaian performa dan struktur bangunan rumah tinggal setelah dihuni selama lebih dari 10
tahun. Evaluasi fungsional dilakukan untuk menilai ketepatan organisasi ruang di dalam
bangunan yang mendukung fungsi setiap ruang yang ada. Selanjutnya, evaluasi perilaku
dilakukan untuk menilai kesesuaian perilaku penghuni dengan ruang-ruang yang ada di dalam
bangunan rumah tinggal.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa evaluasi purna huni pada Perumahan Bali
Arum Jimbaran telah menghasilkan keberhasilan dan kegagalan yang diteliti berdasarkan aspek
teknis, aspek fungsional, dan aspek perilaku yang mendasari dilakukannya proses renovasi
pada bangunan untuk meningkatkan efisiensi fungsi bangunan di masa mendatang.
5.2 Saran
Penulis berharap laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan pengelola gated
community untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai evaluasi purna huni yang
terkhusus pada evaluasi gated community dalam merancang suatu desain bangunan rumah
tinggal. Saran yang dapat diberikan bagi Perumahan Bali Arum Jimbaran ini yaitu pada
bangunan rumah tinggal yang akan dibangun selanjutnya, akan lebih baik apabila setiap ruang
diberikan perhitungan sirkulasi yang tepat berdasarkan kapasitas penghuni rumah tinggal untuk
mendukung kegiatan dan aktivitas keluarga yang dilakukan secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Preiser, V.F.E. & Vischer, Jacqueline C. (2005). Assessing Building Performance. Elsevier
ButterworthHeinemann. Burlington, MA
Preiser, V.F.E., Rabinowitz, H.Z., White, ET. (1988). “Post Occupancy Evaluation”. New
York: Van Nostrand Ranhola Company
Glasze, Georg and Günter Meyer (2000): Workshop “Gated Communities - Global Expansion
of a New Kind of Settlement”. In: DAVO-Nachrichten N° 11: 17-20
LAMPIRAN