Anda di halaman 1dari 35

Evaluasi Purna Huni:

Pasar Baru Jonggol, Kabupaten Bogor

Disusun oleh :

Yehezkiel Yogi S.(41219210008)

Kamalludin (41219210013)

Dosen :

Erza Rahma Hajaty, ST, MT

FAKULTAS TENIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS MERCU BUANA

BEKASI

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 1
BAB I .............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2
BAB III........................................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ............................................................................................................. 8
BAB IV ......................................................................................................................................... 10
DATA & ANALISA ................................................................................................................... 10
BAB V .......................................................................................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 26
BAB VI ......................................................................................................................................... 32
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 34

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang
Proses pertumbuhan suatu daerah salah satunya dipengaruhi oleh sektor
perdagangan dengan banyak aktivitas jual beli dan aktivitas lainnya yang terjadi. Pasar
merupakan suatu tempat jual beli secara langsung, berupa barang ataupun jasa dengan
harga murah an terjangkau. Dalam bahasa Jawa, pasar disebut dengan peken yang artinya
“berkumpul” (Suardana,2007 dalam satuhu el., n,d)

Arsitektur pasar disebut sebagai media untuk bertemunya masyarat dari berbagai
macam kalangan, melalkukan bertemu, interaksi tawar-menawar, dan jual beli (Stutiari &
arka,2019). Hal inilah yang menjadi karakter asli dari pasar, dimana pasar menjadi salah
satu ruang internal publik space. Berdasarkan tipologi ruang public dengan fasilitas yang
telah disediakan oleh pemerintah dan dapat diakses secara bebas oleh semua orang dari
kalangan apapun untuk keperluan beragam. Dimana ruang merupakan penunjang relasi
aktivitas yang dilakukan oleh suatu lomunitas untuk menopang ungsi-fungsi yang
dilakukan didalammny. Perkembangan ruang ini merupakan manifestasi dari
perkembangan budaya masyarat yang berdampak pada berbagai hal, diantaranya adalah
presepsi keruangan serta perilaku pengguna ruang tersebut (Marlina, Ronald, *& Dharoko,
2015). Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan perilaku manusia terhadap
suatu ruang, salah satunya ruang pasar. Maka di perlukan sebuah perubahan dengan
mengevaluasi bangunan dan fasilitas yang ada untuk menunjang segala aktivitas yang ada
didalammnya. Perubahan yang terjadi tetntunya harus sesaui dengan fungsi, kebutuhan
penghuni, kebutuhan penghuni dan peningkatan kualitas bangunan. Proses evaluasi huni
untuk penggunaan bangunan dalam mencapai hal tersebut, disebut dengan Evaluasi Purna
Huni (EPH) yang menekankan pada aspek arsitektur bangunan dan perilaku penghuninya
(Natalia & Tisnawati, 2018). EPH sendiri fokus kepada pemakai dan kebutuhannya,
sehingga mereka dapat memberikan pengetahuan yang mendasar menengenai akibat
keputusan-keputusan desain dimasa lalu dan dari hasil kinerja bangunan, diperoleh
pengetahuan tentang suatu tipe bangunan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menciptakan bangunan yang lebuh baik dari masa mendatang (Setiyawan, 2013).
2
Peningkatan perubahan perialku dan aktivitas pengguna di Pasar Baru jonggol, Bogor ini
tidak disembangi dengan perubahan bangunan dan tata kelolal bangunan yang masih belum
sesuai dengan SNI pasar rakyat, sehingga diperlukan sebuah evaluasi untuk meyelaraskan
fungsi dengan aktivitas pengguna yang sesuai. Pasar yang ramai dengan banyaknya
aktivitas jual beli didalamnya ini menjadi salah satu sumber mata pencarian masyarakat
sekitar. Tempat yang strategis dipinggir jalan dan dengan kantor kecamatan jonggol yang
menjadi potensi bagus untuk menambah aktivitas selain jual beli. Namun kurang tertatanya
bangunan mengakibatkan zonasi kios dan los yang masih belum tertata dengan baik.

1.2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Purna Huni


Evaluasi Purna Huni bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi tentang
bangunan dapat menyajikan penyelesaian masalah pada bangunan. Pasar baru jonggol
sebagai pasar modern di kecamatan Jonggol Bogor yang seharusnya mampu memenuhi
standar bangunan. Jika bangunan sudah memenuhi ketiga aspek (fungsi, teknis dan
perilaku) maka penghuni bangunan akan merasa nyaman dan aman dalam bangunan.
Evaluasi Purna Huni pada bangunan pasar Baru Jonggol diharapkan dapat menjadi acuan
untuk mengevaluasi pasar tersebut untuk lebih baik kedepannya. Evaluasi bangunan ini
dapat membatu arsitek, desainer atau pemangku kepentingan yang berwenang,
pemeliharaan bangunan pasar dapat dimulai dari menentukan masalah yang
mempengaruhi kinerja bangunan yang harus diperbaiki. Evaluasi ini juga bertujuan untuk
menghasilkan konsep-konsep redesain pada bangunan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Purna Huni.

Evaluasi purna huni (post occupancy evaluation) adalah proses evaluasi bangunan
dengan sistem dan cara yang ketat setelah bangunan selesai dibangun dan dihuni selama
beberapa waktu. Kegiatan ini fokus pada penghuni dan kebutuhan bangunan. Pengetahuan
ini membentuk dasar kuat untuk menciptakan bangunan yang lebih baik di masa depan.
Konsep dari performa gedung adalah merupakan dasar filosofi dan dasar teoritis dari POE
yang mencakup aspek perilaku, kualitas, dan sarana yang ada di dalamnya diukur dan
dievaluasi secara seksama (Preiser, 1988:31). Konsep performa pada suatu bangunan
menggunakan prinsip pengukuran, perbandingan, evaluasi, dan feedback. Hal-hal tersebut
adalah bagian dari pendekatan sistematis untuk meningkatkan kualitas lingkungan suatu
bangunan di mana di dalamnya temasuk variasi dari mekanisme yang ada untuk membuat
suatu gedung lebih bersifat responsif terhadap fungsi yang diinginkan dan terhadap
kebutuhan dari pengguna bangunan (Preiser,1988:36).
EPH berupa suatu evaluasi yang formal dan sistematik dan dapat terdiri dari
berbagai macam model tergantung dari kebutuhan. Model proses EPH terdiri dari tiga
bagian, yaitu indikatif, investigatif, dan diagnostik, yang perbedaannya didasarkan pada
perbedaan waktu, keterbatasan sumber, faktor manusia, kedalaman dan keluasan
penelitian, serta biaya (Preiser, 1988:53). Menurut Haryadi dan Slamet (1996), Evaluasi
Pasca Huni (EPH) didefinisikan sebagai pengkajian atau penilaian tingkat keberhasilan
suatu bangunan dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama
nilai-nilai dan kebutuhannya. Evaluasi terhadap tingkat kepuasan pengguna atas sebuah
bangunan dengan mempelajari Performance (tampilan) elemen-elemen bangunan tersebut
setelah digunakan beberapa saat. Pengetahuan tentang performansi bangunan rumah sakit
merupakan dasar peningkatan fungsi dan pelayanan rumah sakit. Pengertian dari Evaluasi
Pasca Huni adalah :
1. Merupakan sebuah proses evaluasi bangunan dalam suatu cara yang ketat dan
sistematis setelah bangunan tersebut dihuni beberapa saat.

4
2. Evaluasi Pasca Huni dipusatkan pada pengguna bangunan dan kebutuhan-
kebutuhannya.
3. Tujuan adalah untuk menghasilkan bangunan yang lebih baik dikemudian hari.
4. Evaluasi merupakan penilaian performansi bangunan, secara informal telah
dilakukan sehari-hari (sadar atau tidak, terstruktur atau tidak).
5. Kegunaan
a. Jangka pendek :
• Mengidentifikasikan keberhasilan dan kegagalan bangunan.
• Membuat rekomendasi untuk mengatasi masalah.
• Memberi masukan untuk tahapan pembiayaan proyek
b. Jangka menengah :
• Membuat keputusan bagi pengguna kembali dan pembangunan baru
• Memecahkan masalah bagi bangunan yang ada.
c. Jangka Panjang
• Digunakan sebagai acuan pembangunan mendatang
• Mengembangkan “state of the art” bangunan dengan fungsi yang sama.
2.2. Teori Pasar.
Menurut Bilas 1971: 4 (Soeranto, 2003) mengemukakan bahwa pasar adalah
tempat di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual sumber daya
mereka dan barang dan pelayanan. Sedangkan menurut Permendagri Nomor
70/MDAG/PER/12/2013. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Pertokoan,
Mall, Plasa, Pusat Perdagangan maupun sebutan lainnya. Sinaga (2006) mengatakan
bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah
ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departemen store, shopping centre,
waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang
yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-
barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual
mempunyai kualitas yang realtif lebih terjamin karena melalui penyeleksian dahulu secera

5
ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.
Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang
terukur.
Definisi pasar yang lebih luas yang dikemukakan oleh William J. Stanton yaitu,
pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas uang untuk berbelanja,
dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam permintaan pasar untuk beberapa
barang atau jasa terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor tersebut adalah:
1. Orang dengan segala keinginannya.
2. Daya beli mereka.
3. Tingkah laku dalam pembelian mereka.
4. Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli, pasar
merupakan pusat dan ciri pokok dari jalinan tukar menukar yang menyatukan
kehidupan ekonomi.

Pasar didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang atau jasa
yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Pertemuan antara penjual dan pembeli
menimbulkan transaksi jual beli, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk
ke pasar akan membeli barang. Ada yang datang ke pasar hanya sekedar main saja atau
ingin berjumpa dengan seseorang guna mendapatkan informasi tentang sesuatu. Sehingga,
pasar dapat diartikan menurut berbagai segi dan pandangan adalah:

1. Menurut pengertian yuridis, pasar merupakan tempat atau bursa di mana saham-
saham diperjualbelikan.
2. Bagi pedagang, pasar merupakan suatu lokasi tempat produkproduk itu diterima,
dipilih, disimpan dan dijual.
3. Bagi manajer penjualan, pasar merupakan tempat atau letak geografis (kota,
daerah) di mana ia harus merumuskan mengenai distributor, mengenai produk
yang dijual, periklanan, salesman, dan sebagainya.
4. Menurut ahli ekonomi, pasar adalah semua pembelian dan penjualan yang
mempunyai perhatian, baik secara riil maupun potensial terhadap suatu produk
atau golongan produk.

6
5. Bagi seorang pemasar, pasar adalah semua orang, kelompok usaha, lembaga-
lembaga perdagangan yang membeli atau cenderung untuk membeli suatu produk
atau jasa.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pengertian
Metode penelitan merupakan caraa ilmiah untuk mendapatakan data dengan tujuan
dan kegiatan tertentu. Cara ilmiah adalah bahwa kegiatan penelitian bersandar pada ciri-
ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris. Rasional berarti kegiatan penelitian
yang dilakukan masuk akal, sehingga dapat dijangkau dengan oleh penalaran
manusia. Empiris, berarti cara atau langkah yang dilakukan dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara atau langkah yang
digunakan. Seistematis, berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Menurut Nazir (2014) penelitian merupakan
suatu kegiatan yang ditunjukan untuk menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari,
berserta konsekuensi-konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus, bisa sebuah fenomena
atau variabel. Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan kegunaan tertentu (Darmadi, 2014, hlm. 153). Menurut Arikunto (2019, hlm. 136)
metode penelitian adalah cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan
menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Pada Evaluasi Purna Huni ini, evaluator menggunakan metode evaluasi observasi
langsung dan walk through interview. Walk through Interview Adalah salah satu dari tujuh
metode yang umum dipakai dalam evaluasi lingkungan yang diusulkan oleh Bechtel dan
Srivasta (1978), Srivasta (1978), Zeisel (1981) dan Daish (1982) yaitu teknik yang
menggunakan lingkungan fisik sebagai wahana yang tepat untuk membantu responden
mengartikulasikan reaksi mereka terhadap setting. Pada metode ini pengguna menjadi
fokusnya dan dilakukan dengan mengajak berbicara/berdialog para partisipan atau
wawancara bebas/ tidak terstruktur untuk mengetahui informasi yang penting dari
pengguna setting. Sehingga kemudian dari metode ini diharapkan dapat menghasilkan peta
perilaku pengguna, dan mengevaluasi ruang-ruang yang ada berdasarkan peta perilaku
tersebut.
Observasi langsung merupakan metode evaluasi yang mana mengharuskan
evaluator langsuung mengamati perilaku di lokasi yang menjadi objek penelitian.

8
Suharsimi Arikunto mengatakan Observasi langsung merupakan pengamatan langsung
terhadap suatu objek yang ada di lingkungan yang sedang berlangsung meliputi berbagai
aktivitas perhatian terhadap kajian objek dengan menggunakan penginderaan. Kedua
metode ini dipilih karena, metode ini memiliki keuntungan karena relatif murah dan dapat
menemukan apa yang dirasakan pengguna, apa yang dianggap penting oleh pengguna
(dalam Haryadi dan Setiawan (2014)). Selain itu evaluator juga bisa dengan mudah melihat
kegiatan yang terjadi anatar pengguna dengan ruang-ruang yang ada, sehingga bisa
menghasilkan evaluasi bangunan yang lebih akurat.
3.2. Tahapan metode
1. Mengidentifikasi dan melakukan studi pendahuluan terhadap kasus pasar terpilih.
2. Mendokumentasikan dan mendiskripsikan kondisi faktual bangunan pasar ditinjau
dari aspek perilaku.
3. Melakukan pengumpulan data dengan metode :
a) Place – centered mapping → memetakan amatan setting atau ruang, tempat
berlangsungnya aktifitas atau kegiatan oleh pengguna atau pengunjung dalam
memfungsikan bangunan pada waktu tertentu.
b) Person – centered mapping → melakukan pengamatan terhadap subjek atau
pengguna secara rinci dengan memetakan pergerakan pengguna, aktivitas
pengguna dalam setting ruang tertentu dengan waktu yang rinci.
4. Mendokumentasikan kondisi objek penelitian, pengamatan terhadap pengguna
pasar.
5. Melakukan evaluasi terhadap aspek perilaku dari masing-masing objek penelitian;
6. Menganalisa data dari hasil evaluasi pemetaan pada kedua objek penelitian
berdasarkan teori atau standar yang ada dan berlaku, untuk kemudian dibandingkan
hasil analisanya.
7. Menyimpulkan hasil evaluasi untuk memberi gambaran kualitas bangunan dan
indikasi keberhasilan desain objek penelitian.
8. Memberikan usulan terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan.

9
BAB IV

DATA & ANALISA


4.1. Data umum.
1.1.1. Data umum
Pasar Baru jonggol berada di Jl. Raya Baru Jonggol Jl. Cariu, Jonggol, Kec.
Jonggol, Bogor, Jawa Barat 16830 dengan luas lahan 18.629 m2, luas bangunan 11.661 m2.
Pasar baru jonggol dikembangankan oleh PT. Bukit Jonggol Asri.

Pasar Baru

Jonggol Jonggol

Berdasarkan informasi hasil wawancara pasar baru jonggol mengalami renovasi


pada tahun 2015 karena pasar jonggol mengalami kebakaran dan memiliki tempat yang
lumayan kumuh yang dimana selesai renovasinya pada tahun 2016 Dengan jumlah 2 lantai,

10
tidak memiliki basement, yang setiap lantainya penjualnya berbeda, jumlah kios 547 unit,
Awning 173 unit, Los 449 unit, dan PK 80 unit.
Pasar baru jonggol dibangun asas kebutuhan masyarat kecamatan jonggol pada
masanya. Bahkan pasar ini pasar modern yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung
dibandingkan dengan pasar yang berada didaerah jonggol, yang aktivitasnya ialah jual beli
(perdagangan) yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berkonstribusi dalam
pendapatan daerah jonggol. Aktivitas jual beli (perdangan) dilakukakan oleh masyarakat
umum/masyarakat daerah tersebut.
4.2. Data Lapangan.
4.2.1. Aksesibilitas Pasar Modern Jonggol.
Pasar baru Jonggol memeiliki satu akses masuk dan satu akses keluar pada site.
Aksesibilitas masuk pada site terdapat pada sisi utara site yang berdekatan dengan
bangunan A, sedangkan untuk akses keluar site berada di sisi selatan site yang
berdekatan dengan bangunan C. Jalur akses untuk kenderaan bermotor dengan
mobil berada pada satu gerbang, namun jalur nya di pisah. Sedangkan untuk pejalan
kaki dapat memasuki site dari area depan site yang di peruntukan untuk pejalan kaki
atau dapat menggunkan gerbang kendaraan masuk. Pasar baru Jonggol memliki 4
bangunan, yang mana bangunan utama adala bangunan C dan D. kegiatan utama
jual beli di lakukan pada bangunan C dan D, yang mana bangunan C khusu untuk
retail barang dagang kering seperti baju-baju, keperluan rumah tangga, elektronik,
dan perhiasan. Sedangkan untuk bangunan D khusus untuk retail barang dagang
basah seperti sayuran dan hewan konsumsi.

Gambar 1. Lokasi site

11
Gambar 2. Aksesibilitas, enterance(atas), exit(bawah)

4.2.2. Deskripsi karakterisitik ruang-ruang pasar.


4.2.2.1. Bangunan C, Pasar kering.
Ruang-ruang retail dalam bangunan pasar kering terdiri dari 2 lantai. Lantai 1
berisi retail mainan anak, took sepatu, kebutuhan anak-anak, dan lainnya.
Sedangkan lantai 2 khusus berisi retail pakaian dan perhiasan.
Kondisi Fisik Kondisi Spasial
Bangunan pasar kering merupakan Ukuran tiap kiosnya ada 3x3 m persegi,
bangunan permanen dengan material dengan tinggi tiap lantaii adalah 3 m. kios
dinding bata habel, finishing cat dengan Ketika di sewakan kosong tidak berisi
beberapa warna dan lantai keramik putih perabotan untuk keperluan dagang. Bangunan
ukuran 30x30 cm. ,dengan plafond dari ini di lengkapi dnegan kamera pengawas.
triplek putih, setiap kios saling Untuk mengakses kedalam bangunan terdapat
berpunggungan dan berhadapan yang di 2 tangga di setiap sisi bangunan, sehingga
batasi oleh dinding bata. bisa di akses dari segala arah

Tabel 1. Kondisi bangunan pasar kering


Sumber: hasil observasi
4.2.2.2. Banguann D, Pasar Basah
Ruang-ruang pada bangunan pasar kering terdiri satu lantai dan kios di
kelompokkan berdasarkan barang dagangnya seperti sayuran dan hewani di
pisah.

12
Kondisi fisik Kondisi Spasial
Bangunan pada pasar kering merupakan Kios berukuran 3x3 mpersegi. Kondisi kios
bangunan permanen tanpa sekat dinding tanpa Ketika di sewakan kosong tanpa perabotan
plafon. Bangunan merupakan bangunan pendukung. Dapat di akses dari segala sisi
bentang lebar dengan stuktur atap truss. bangunan dengan setiap sisi bangunan terdiiri
Lantai pasar menggunakan keramik ukuran dari 2 pintu masuk.
30x30 cm. setiap kios memiliki meja
permanen dari beton.
Table 2. kondisi bangunan pasar basah.
Sumber: Hasil Observasi.

Data pengamatan
Pengguna Place centered Mapping Aktivitas
Pembeli dan A.Pembeli berinteraksi di
penjual di salah satu penjual di pasar
pasar B. pengunjung berada di
tengah pasar sedang mencari
toko yang di tuju

Gambar. A(kiri), B(kanan)


Person centered mapping

13
1. Pengunjung datang
dan memakirkan
kendaraan
2. Lalu masuk melalui
pintu masuk yang
langsung berhubungan
dengan parkir
kendaraan
3. Pengunjung langsung
menghampiri toko
yang hendak di tuju
dan membeli barang
yang di inginkan.

Physical Trace
1. Tembok yang kotor
karena pengguna dan
penjual pasar
2. Sampah yang
berserakan karena
salah satu penjual,

Tabel 3. Data Pengamatan Behavioral Mapping Pasar Jonggol.

14
4.3. Analisa fungsional pasar- Sirkulasi
Evaluasi purna huni pada penelitian ini difokuskan kepada dua aspek, salah satunya
merupakan aspek fungsional. Pada sub bab ini yang akan dievaluasi adalah efektivitas
pada fungsi sirkulasi ruang pasar yang berkaitan dengan faktor kenyamanan 1

Koridor pada Pasar Jonggol disusun dengan keramik warna lantai yang unik, yaitu 2
keramik tengah yang berwarna putih dan masing-masing 1 keramik terluar berwarna kuning
yang langsung berbatasan dengan ruang kios. Penyusunan warna keramik tersebut merujuk
pada teori Panero (2003) bahwa pada sirkulasi yang diapit oleh ruang dagang, diperlukan
sirkulasi zona aktivitas pengunjung pada sisi yang langsung berbatasan dengan ruang
dagang. Zona aktivitas ini diperuntukkan bagi pembeli yang berdiri di pinggir ruang dagang
untuk berbelanja. Sedangkan keramik berwarna putih yang ada di tengah koridor
diperuntukkan bagi pembeli yang berlalu lalang atau untuk sirkulasi mengalir.
Hasil observasi lapangan , memiliki hubungan ruang dagang dan sirkulasi yang melalui
ruang-ruang, dimana kesan yang terbangun adalah fleksibilitas dan kuatnya kesatuan ruang
yang dibangun.

Gambar 4. Hubungan Ruang dengan sirkulasi Pasar Jonggol

Pada koridor pasar kering dan basah di batasi dengan meja untuk meletakan barang
dagang dan ruang-ruangnya memiliki plafon sebagai pembatas lainnya, sedangkan pasar
basah tidak memiliki pembatas pada atas ruangnya. Hasil observasi dan pengamatan pada
ruang koridor cukup nyam untuk di lalui dari dua arah, akan tetapi ada barang dagangan
yang melewati batas nya sehingga masuk ke koridor sirkulasi.

15
Gambar 5. Skema dan eksisting sirkulasi Pasar Jonggol

16
4.4. Analisa fingsional Pasar- ZonasiAnalisa fungsional aspek pasar-Zonasi

Keterangan :
5
Zona 1 Zona 5

Zona 2 Zona 6

Zona 3

Zona 4

1 2
6

4 2

Suasana Zona 1 Suasana Zona 2

3 4
1

Suasana Zona 4

Suasana Zona 3 Suasana Zona 4

5
(Layout lantai 1) 6
Pintu Pintu
keluar masuk

Suasana Zona 4

Suasana Zona 5 Suasana Zona 6


Berdasarkan survei bahwa pada Lantai 1 dari pasar baru jonggol memiliki 450 kios di dalamnya yang tidak
seluruhnya dihuni oleh pedagang. Jumlah pedagang yang menempati lantai ini semakin banyak dibanding
dengan lantai dasar yang sedikit pedagang, bahkan ada yang menaruh barang sendiri di koridor jalan pada
lantai 1. Semakin ke lantai dasar, jumlah pedagang yang menghuni semakin sedikit, terlebih lagi di lantai dasar
yang hanya dihuni setengah dari keseluruhan lantai. Pada lantai 1, terdapat tempat khusus los pedagang ikan
basah, bahan pangan seperti sayuran, sembako, camilan, yaitu terletak di Zona 2,3,4. Sementara zona 1
Mayoritas komoditi yang diperdagangkan pada lantai ini adalah komoditas non pangan seperti mainan,
pakaian, dan alat listrik dan lain-lain. Untuk zona 5 yaitu zona penunjang bangunan seperti toilet, dan mushola.
Untuk zona 6 yaitu zona untuk tempat sampah basah17
dan kering, sementara untuk tempat parkir terletak pada
setiap sisi bangunan atau berhadapan dengan kios-kios.
Hanya terdapat papan
petunjuk ruang tidak
menunjukan zonasi

Tidak terdapat papan


keterangan zonasi yabg jelas

Komoditas pakaian

Komoditas sembako

(Kondisi Eksisting pasar baru jonggol)

Selain observasi suasana pasar dalam kondisi eksistingnya, observasi juga dilakukan
menggunakan metode place centered mapping atau metode pemetaan berdasarkan tempat. Metode
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manusia atau kelompok manusia memanfaatkan,
menggunakan, atau mengakomodasi perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat tertentu
(Haryadi, 2010). Metode pemetaan perilaku ini banyak dimanfaatkan untuk melakukan
penyempurnaan perancangan, terutama pada penelitian evaluasi purna huni (Haryadi, 2010). Hasil

18
observasi metode place centered mapping lalu diolah dengan teknik overlay, yang merupakan
kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan
hasilnya pada suatu plot, atau secara sederhana proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda (Prahasta, 2006), sehingga observasi metode place mengahasilkan plot berupa titik-titik
minat atau urutan perilaku pengguna yang tercipta oleh pembeli pada eksisting Pasar baru jonggol
yang menandakan tingkat peminatan pembeli dalam memilih komoditas di pasar baru jonggol.
Karena setiap konsumen pasti mempunyai minat terhadap suatu komoditas. Faktor peminatan ini
akan mengarahkan konsumen dalam pembelian barang kebutuhannya di pasar. Jadi apa yang dibeli
konsumen di pasar merupakan petunjuk atas susunan minatnya terhadap komoditas pasar. Tingkat
peminatan pembeli sendiri dalam penelitian ini memiliki artinya tingkatan berdasarkan tempat
yang paling banyak dikunjungi atau diminati oleh pembeli bukan pada satu waktu bersamaan dan
tanpa memperhitungkan urutan setiap pembeli. Tingkatan tersebut diurutkan dari tempat atau titik
yang paling banyak dikunjungi atau diminati hingga yang paling jarang dikunjungi atau diminati
oleh pembeli dalam satu lantai yang sama. Setiap lantai pada pasar baru jonggol terdiri dari
komoditas yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan pemetaan yang berbeda dan tingkat
peminatan yang berbeda.

4.5. Analisa aspek perilaku Pasar Baru Jonggol- Teritori


Penelitian ini juga membahas aspek perilaku berupa teritori publik yang digunakan oleh
pembeli yang dipengaruhi oleh teritori pedagang Pasar Baru Jonggol. Aspek perilaku merupakan
aspek sosial dan psikologis tingkat kepuasan penghuni bangunan (Haryadi, 2010). Yang akan
dievaluasi pada aspek ini adalah efektivitas teritori publik terhadap teritori pedagang dengan faktor
kemudahan dan kenyamanan pembeli saat bertransaksi maupun saat menggunakan koridor (teritori
publik). Teritori merupakan ruang, wilayah, atau daerah yang dikuasai/dikendalikan oleh
individu/kelompok dalam memuaskan motif/kebutuhan dan ditandai dengan konkrit/simbolik
serta dipertahankan (Halim, 2005). Berdasarkan Altman dalam Laurens (2005), teritori
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu teritori primer, teritori sekunder, dan teritori publik. Teritori
primer adalah tempat-tempat yang bersifat sangat pribadi, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang
yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin khusus (Laurens, 2005). Teritori sekunder
adalah tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling mengenal

19
(Laurens, 2005). Sedangkan teritori publik merupakan tempat yang terbuka untuk umum (Laurens,
2005). Teritori ini juga menentukan kenyamanan pedagang maupun pembeli dalam beraktivitas.

Berdasarkan hasil observasi dan penjelasan sebelumnya, koridor di Pasar Baru Jonggol
telah diberikan teritori tersendiri yang diperuntukkan bagi para pembeli untuk berinteraksi
langsung ke ruang dagang. Teritori tersebut berupa suatu daerah berbatas semu dengan perbedaan
warna keramik pada koridor sebagai simbol ruang, yaitu keramik dengan warna kuning yang
ditempatkan paling luar dari kedua sisi koridor. Sementara keramik berwarna putih yang
ditempatkan di tengah antara keramik lantai berwarna kuning merupakan teritori untuk sirkulasi
mengalir bagi orang yang aktif berlalu-lalang. Berdasarkan teori Panero (2003) yang sesuai dengan
kondisi eksisting pasar, keramik berwarna kuning yang langsung berbatasan dengan ruang dagang
merupakan zona aktivitas pembeli, yaitu zona bagi pembeli untuk bertransaksi langsung dengan
pedagang di luar ruang dagang atau untuk berhenti melihat-lihat atau memilih barang dagangan.
Ruang Teritori di hasilkan dari pemisahan antara ruang untuk pembeli dan ruang untuk pedagang.
Selain sesuai dengan teori Panero (2003), teritori yang tercipta pada kondisi eksisting Pasar Baru
Jonggol juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari Agustin (2014) bahwa terdapat tiga
teritori yang tercipta antar ruang dagang, yaitu ruang dagang sebagai teritori primer, zona yang
berbatasan langsung dengan ruang dagang sebagai teritori sekunder, dan zona sirkulasi sebagai
teritori publik. Pada penelitian tersebut, zona yang berbatasan langsung dengan ruang dagang
digolongkan sebagai teritori sekunder karena pada teritori tersebut terdapat pedagang informal
yang menggelar lapaknya secara temporer sehingga ada rasa kepemilikan temporer terhadap

teritori tersebut

Gambar 4. Detail Koridor

20
Berbeda dengan Pasar Baru Jonggol, dimana zona yang berbatasan langsung dengan ruang dagang
digolongkan pada teritori publik. Hal ini dikarenakan tidak ada pedagang informal yang menggelar
lapak pada zona ini dan tidak ada rasa kepemilikan terhadap zona ini. Zona aktivitas pembeli ini
tidak dimiliki oleh siapapun dan dapat digunakan oleh siapa saja (Haryadi, 2010) sehingga bersifat
publik, sama seperti zona sirkulasi di bagian tengah koridor. Oleh karena itu, pada Pasar Bogor
terdapat dua jenis teritori yang tercipta, yaitu teritori primer pada ruang dagang dan teritori publik
pada koridor pasar.

Gambar 7. Perbandingan teritori yang terbentuk antara ruang dagang

Dari hasil observasi dan wawancara yang mendukung aspek perilaku, diketahui bahwa pembeli
merasa kurang nyaman ketika bertransaksi dengan pedagang di koridor pasar dan saat
menggunakan koridor sebagai sirkulasi mengalir, padahal jarak pembeli ke barang dagangan
maupun ke pedagang sudah dapat dijangkau dengan baik. Alasan pembeli merasa tidak nyaman
adalah karena merasa koridor pasar sempit, padahal pembeli merasa lebar koridor dalam dimensi

21
sudah cukup/pas. Pembeli merasa tidak bingung dengan susunan koridor yang ada, berarti
ketidaknyamanan bukan karena konfigurasi sirkulasi.

Gambar 8. Skema ketidakefektivan teritori pada koridor Pasar jonggol

22
4.6. Analisa aspek perilaku Pasar Baru Jonggol- Kesesakan.

Kesesakan adalah suatu situasi dimana seseorang atau sekelompok orang sudah tidak
mampu mempertahankan ruang privatnya. kesesakan tidak selalu berarti rasio fisik yang tinggi,
namun dapat juga berarti pemahaman subjektif sesorang bahwa individu yang hadir di
sekelilingnya terlalu banyak. Menurut Stokols dalam Altman (1975) menyatakan kesesakan
sebagai konsep psikologis dengan dasar pengalaman dan motivasi. Ada beberapa poin penting
dari pendekatan Stokols. Pertama, kesesakan adalah reaksi pribadi yang bersifat subjektif,
bukan variabel fisik. Kedua, kesesakan adalah motivasi yang sering berakibat pada maksud
tingkah laku, yaitu untuk segera diakhiri atau menghilangkan rasa ketidaknyamanan. Ketiga,
kesesakan muncul pada perasaan yang berbeda di ruangan yang terlalu sempit.

Bedarsarkan survei, pasar baru jonggol keberadaan barang para pedagang yang berada di
pinggir atau di koridor jalan menyebabkan kesemrawutan dan kesekasan, Kehadiran barang
pedagang pada jalan koridor pasar ini menyebabkan kesesakan bagi pengunjung pembeli yang
hendak berbelanja ke pasar baru jonggol.

Gambar (Perilaku pedang yang menaruh barang dagangannya yang menyebabkan


kesesakan di koridor jalan)

Berdasarkan survei pola penyebaran aktivitas di pasar baru jonggol adalah adalah pola
penyebaran memanjang atau linear. Dimana pola penyebaran memanjang atau ini dipengaruhi
oleh pola jaringan jalan, pola penyebaran memanjang daan linear sehingga dapat memudahkan
pengunjung untuk berbelanja, namun dengan perilaku pedangan yang tidak sesuai yang
menaruh barang dikoridor jalan sehingga menyebabkan kesesakan di koridor pasar baru
jonggol, seharusnya disediakan tempat untuk untuk menaruh barang.

23
4.7. Analisa aspek perilaku Pasar Baru Jonggol- Personal.

Aspek personal juga merupakan salah satu Analisa aspek perilaku pasar Baru
Jonggol. Sebagaimana Sommer (1969) dalam Laurens (2005) mendefinisikan ruang
personal sebagai suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang
lain tidak diperkenankan masuk ke dalamnya. Ukuran ruang personal dapat membesar dan
mengecil tergantung kualitas hubungan antara individu dengan orang di sekitarnya.
Haryadi dan Setiawan (2014) menjelaskan bahwa ruang personal adalah suatu jarak atau
area yang mana intervensi oleh orang lain akan dirasakan menganggu. Ruang personal
tidak memiliki penmapakan fisik yang jelas serta bersifat fleksibel.
Berdasarkan survei, evaluator melihat bagaimana ruang personal yang terjadi
pada ruang makan dikantin, yakni dengan cara memperhatikan komunikasi non verbal
yang terjadi pada para pengunjung pasar. Dalam menganalisis ini kami membagi
waktu pengamatan menjadi dua, pada saat sepi dan ramai. saat keadaan kantin sepi
pengunjung, dapat dilihat bahwa setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memilih
tempat menunggu. Dari foto di atas terlihat bahwa orang yang menunggu memilih
tempat duduk dengan membuat jarak dengan orang lain. Mereka cenderung memilih
tempat duduk yang masih kosong, padahal masih ada yang lain hanya berisi satu
orang. Begitu juga halnya, orang lebih memilih duduk di barisan tempat duduk yang
masih kosong semua. Dapat disimpulkan bahwa ruang personal manusia jika ada
orang yang tidak dikenal akan membesar. Jadi jika isi dari sebuah ruang adalah
manusia lain, orang langsung akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dengan
manusia tersebut. Jarak tersebut secara langsung menunjukkan seberapa besar ruang
personal seseorang.
Jarak yang terbentuk kurang lebih yaitu 1 m – 2 m, yaitu jarak sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa para pengunjung seolah memiliki seluruh seluruh tempat duduk.
Mereka merasa nyaman jika tidak duduk bersebelahan dengan orang lain dalam satu set
tempat duduk saat ada kesempatan untuk duduk berjauhan, yakni berjauhan. Selain
itu, menurut teori, jarak seperti ini merupakan patokan dasar dalam pembentukan
ruang atau dalam perancangan ruang. Jika tidak memungkinkan lagi untuk duduk di
tempat duduk yang kosong, maka orang akan mengisi yang sudah terisi. Dari foto diatas,

24
terhlihat bahwa laki-laki dan perempuan membentuk jarak yang berbeda pada situasi
tertentu. Laki-laki yang tidak saling kenal umumnya memilih mengosongkan bagian
tengah set tempat duduk (mengosongkan dua tempat duduk di tengah set pada set tempat
berisi empat tempat duduk) sehingga masing-masing .

25
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Aspek Fungsional.

Berdasarkan aspek fungsionalnya evaluator mengambil aspek sirkulasi dan zoning pada
Pasar Baru Jonggol pada pembahasan sebelumnya. Observasi dan wawancara yang di
lakukan di lapangan memberikan gambaran mengenai tingkat keefektifitas dari fungsi
Pasar baru Jonggol. Menurut Bilas 1971: 4 (Soeranto, 2003) mengemukakan bahwa pasar
adalah tempat di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual
sumber daya mereka dan barang dan pelayanan. Sedangkan menurut Permendagri Nomor
70/MDAG/PER/12/2013. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Pertokoan,
Mall, Plasa, Pusat Perdagangan maupun sebutan lainnya.
Menurut peraturan Permendag No 21 Tahun 2021, pasar harus memenuhi kebutuhan
fungsionalnya paling sedikit:
a. Kantor pengelola
b. Toilet
c. Pos ukur ulang
d. Pos keamanan
e. Ruang menyusui
f. Ruang Kesehatan
g. Ruang peribadatan
h. Sarana dan akses pemadam kebakaran
i. Tempat parkir
j. Tempat pembuangan sampah sementara
k. Sarana pengeloolaan air limbah
l. Sarana air bersih
m. Instalasi air bersih

Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang di lakukan sebelumnya, Pasar Baru
Jonggol sudah memenuhib beberapa kebutuhan ruang Standar Permendag. Zoning yang

26
di rancangnkan pada pasar baru jonggol sudah baik memisahkan atara pasar basah dnegan
pasar kering dan memudahkan akses dari segala sisi bangunan yang langsung berdekatan
dengan parkir, sehingga pengunjung dan pengguna tidak kesulitan untuk mencari pintu
masuk ke dalam pasar. Kebutuhan ruang yang disediakan sudah mencukupi standar yang
ada, hanya ada beberapa ruang-ruang yang tidak disediakan seperti ruang Kesehatan,
sarana pengelolaan air limbah dan peletakan tempat pembuangan sampah sementara yang
terlalu dekat dengan kegiatan utama. Ruang-ruang yang di berikan sudah memenuhi
kegiatan yang di lakukan di pasar tersebut, akan tetapi besaran sirkulasi yang kurang
memadai dan terkesan kotor, terkhusus di pasar basah. Penataan ruang dalam
terkhususnya pada pasar basah sudah sangat baik, yang mana di pisahkan atara pedagang
sayur, bahan makanan kering dan hewani. Pemisahan ini bertujuan untuk memudahkan
pengguna untuk mencari kebutuhan yang hendak dibeli, namun di sisi lain di perlukan
papan nama agar mudah mencari zona-zonanya. Karena untuk pengunjung yang baru
akan kesulitan mencari kios yang akan di tuju.

Menurut standarisasi pasar Indonesia mengambil Studi kasus Revitalisasi Pasar di


Kota Semarang merekomendasikan bahwa Bentuk bangunan yang ideal bagi bangunan
pasar tradisional yaitu persegi. jumlah lantai yang ideal untuk pasar tradisional adalah satu
lantai karena pembeli lebih suka belanja di pasar tradisional satu lantai daripada pasar
tradisional bertingkat. Pengaturan zonasi perlu diterapkan di semua pasar tradisional.
Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi dan zona, dan setiap zona
memiliki papan identitas yang jelas. Untuk bangunan pasar bertingkat, lantai 1 bisa
digunakan untuk pedagang bahan pangan kering, yaitu sembako, sayur, dan buah.
Kemudian pedagang bahan pangan basah, yaitu daging dan ikan, juga pedagang siap saji
dan non pangan dapat ditempatkan di lantai 2 pasar. direkomendasikan untuk luasan kios
yang ideal untuk pedagang mendisplay dan menyimpan barang dagangannya adalah 3x3
meter. Untuk los, ukuran meja minimal 2x1,5 meter. Berdasarkan hasil di lapangan
direkomendasikan tinggi meja yang ideal bagi kios dan los pedagang di pasar tradisional
adalah 80 cm dari lantai. Dari standar peraturan dan berdasarkan pengamatan di lapangan,
maka direkomendasikan lebar lorong yang ideal untuk bisa dilewati orang maupun barang,
dan juga penyandang disabilitas adalah 2,2 meter. Berdasarkan peraturan yang ada dan
hasil observasi, direkomendasikan untuk lebar pintu masuk yang ideal adalah 4,5 meter.

27
Lokasi toilet tidak ditempatkan dekat dengan tempat penjualan makanan dan bahan
pangan, dengan jarak minimal 10 meter. Setiap pedagang harus memiliki tempat sampah
sendiri di dalam kios atau losnya. Selain itu, tersedia tempat-tempat sampah di dalam
bangunan pasar yang diletakkan di beberapa titik di sepanjang koridor pasar. Tempat
sampah yang disediakan dipisah antara jenis sampah organik, non organik, dan bahan yang
beracun. Lokasi TPS baiknya berada terpisah dari bangunan pasar dan memiliki akses
yang berbeda dengan akses pengunjung dan bongkar muat barang. disediakan bak
penampung di TPS sementara berupa kontainer dari Armroll. Sampah yang berada di TPS
idealnya diangkut dua kali dalam sehari agar tidak menimbulkan penumpukan sampah.

5.2.Aspek Perilaku.
Aspek perilaku
Aspek perilaku yang menghubungkan antara aktivitas dan kepuasan pengguna dengan
lingkungan fisik. Aspek perilaku meliputi proksemik, teritorilitas, privasi, interaksi,
presepsi lingkungan, citra dan makna, kognisi dan orientasi lingkungan (preiser dkk.1988).
Aktivitas di dalam Pasar Baru Jongol hanya ramai pada pukul 04.00-14.00, setelah itu
tidak ada lagi aktivitas jual beli yang terjadi. Di mana hal ini mengakibatkan pasar menjadi
mati tanpa aktivitas di luar jam operasional. Untuk meramaikan dan mengaktifkan kembali
aktivitas di dalamnya sampai sore hari, diperlukan fasilitas pendukung yang menarik selain
adanya pedagang kebutuhan pokok berjualan di dalam pasar.

Gambar 11. Aktivitas Penjual

(Sumber : Dokumentasi Penulis)

Privasi pada pasar Baru Jonggol meliputi privasi pedagang dan pembeli yang
dimana tempat pedagang yang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung dengan karena
memiliki privasi baik untuk menyimpan barang berharga ataupun uang. Sehingga terdapat
batasan antara ruang untuk pedagang dan pembeli.

28
Pada Pasar Baru jonggol terdapat dua jenis teritori yang tercipta, yaitu teritori primer pada
ruang dagang dan teritori publik pada koridor pasar. Dari hasil wawancara pembeli bahwa
pengunjung merasa kurang nyaman ketika bertransaksi dengan pedagang di koridor pasar dan saat
menggunakan koridor sebagai sirkulasi mengalir, padahal jarak pembeli ke barang dagangan
maupun ke pedagang sudah dapat dijangkau dengan baik. Alasan pembeli merasa tidak nyaman
adalah karena merasa koridor pasar sempit, koridor memiliki ukuran dimensi 1,5 meter yang tidak
standar SNI pasar. Koridor merupakan akses utama pasar. Lebar ideal 2 – 3 meter. Sedangkan
koridor penghubung antar kios lebar minimalnya adalah 180 cm. sehingga pembeli merasa tidak
bingung dengan susunan koridor yang ada, berarti ketidaknyamanan bukan karena konfigurasi
sirkulasi, dan saat berintaksi dengan pedagang lebih nyaman.

(suasana Koridor pasar Jonggol)

29
Ruang Territorial pada pasar baru jonggol terjadi karena pengguna ruang berinteraksi
dalam suatu wilayah termasuk dalam ruang sosial.

Pada gambar dapat dilihat batas antara ruang sirkulasi untuk pengunjung dan untuk
pedagang. Deretan los-los menjadi pembatas antara 2 ruang tersebut. Namun hamper disemua
lantai pasar baru jonggol terdapat pelanggaran mengenai territorial yaitu penggunaan ruang untuk
sirkulasi pengunjung dialihfungsikan sebagai tempat meletakkan barang sehingga mengganggu
sirkulasi aktivitas pengunjung dengan perilaku pedangan yang tidak sesuai yang menaruh barang
dikoridor jalan sehingga menyebabkan kesesakan di koridor pasar baru jonggol. Kemungkinan
besar para pedagang menaruh barang dikoridor dikarena untuk luasan kios atau losnya kurang luas.
seharusnya untuk standar kios atau los para pedagangnya disesuiakan dengan kebutuhannya
dengan membuat zonasi yang ditata dengan rapi, agar Area pasar yang tertata sesuai dengan SNI
Pasar Rakyat dapat mempengaruhi jumlah kios dengan menyamakan modul ruangnya, di mana
dari hasil tersebut jumlah kios bertambah dari 10 menjadi 13. Kesan pasar yang tertutup atau tidak
terlihat dari jalan sehingga memberikan banyak ruang negatif menjadi terbuka dan memiliki muka
pasar dengan identitas yang jelas sebagai tanda pengenal pasar dan menjadi salah satu daya tarik
pasar.

Menurut Badan Standardisasi Nasional :

a) Zonasi
Penataan zonasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Dikelompokkan secara terpisah untuk bahan pangan basah, bahan pangan kering,
siap saji, non pangan, dan tempat pemotongan unggas hidup.
• Memiliki jalur yang mudah diakses untuk seluruh konsumen dan tidak
menimbulkan penumpukan orang pada satu lokasi tertentu.
• Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi zonasi.

30
b) Standar Ruang

No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV


Jumlah
1. pedagang > 750 orang 501 – 750 orang 250 - 500 orang < 250 orang
terdaftar
Persyaratan Teknis

Ukuran luas Minimal Minimal Minimal Minimal


2.
ruang dagang 2 m2 2 m2 2 m2 1 m2

Jumlah Pos
3. Minimal 2 Pos Minimal 2 Pos Minimal 2 Pos Minimal 1 Pos
Ukur Ulang
• Pangan
• Pangan • Pangan • Pangan basah
basah basah basah • Pangan
• Pangan • Pangan • Pangan kering
kering kering kering • Siap saji
4. Zonasi • Siap saji • Siap saji • Siap saji • Non
• Non pangan • Non pangan • Non pangan pangan
• Tempat • Tempat • Tempat • Tempat
pemotongan pemotongan pemotongan pemotonga
unggas hidup unggas hidup unggas hidup n unggas
hidup

31
BAB VI

KESIMPULAN
6.1. kesimpulam.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya Evaluasi Purna Huni (post
occupancy evaluation) adalah proses evaluasi bangunan dengan sistem dan cara yang
ketat setelah bangunan selesai dibangun dan dihuni selama beberapa waktu. Kegiatan ini
fokus pada penghuni dan kebutuhan bangunan. Pasar baru jonggol merupakan sasaran
evaluator untuk melakukan EFH. Aspek fungsional bangunan sudah memenuhi fungsinya
sebagai pasar, sebagaimana dijelasakan bahwa Pasar adalah area tempat jual beli barang
dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan.
Sebagai tempat umum pasar harus memenuhi kebutuhan ruang dari beragam pengguna
yang datang, mulai dari pembeli dan juga penjual. Secara aspek sirkulasi sudah
menerapakan dimensi sesaui standar yaitu kurang lebih 2 m, akan tetapi belum memenuhi
kebutuhan bagi disabelitas yang hendak berkunjung ke pasar. Bentuk sirkulasi berupa
koridor dan tangga, yang mana kurang ramah bagi disabelitas. Diperlukan ramp sebagai
sarana sirkulasi bagi disabelitas.
Aspek fungsional lain yang menjadi fokus evaluasi ini adalah zoning. Pemisahan
antara pasar basah dan kering di beda massa bangunan sangat baik, agar pembeli merasa
nyaman Ketika berbelanja kebutuhan seperti baju, alat sekolah dll. Zoning yang baik juga
terjadi di ruang dalam baik pada pasar kering ataupun basah. Pengelompokan jenis barang
dagang memudahkan pembeli untuk mencari barang yang hendak di cari. Di setiap sisi
bangunan juga terdapat akses ke ruang dalam sehingga pembeli tidak perlu berjalan jauh
untuk masuk ke ruang dalam. Pengelompokan ini sudah baik, namun kurang adanya papan
nama area untuk signed sehingga lebih mudah unutk mencari kios yang kita tuju. Dengan
adanya pengelompokan ini seharusnya memudahkan petugas kebersihan untuk memungut
sampah, tetapi kebersihan menjadi masalah di koridor ruang dalam. Zona parkir di buat
mengelilingi pasar hal ini sudah baik karena memudahkan pengunkjkung langsung
menuju akses ke dalam pasar, akan tidak ada penanda parkir yang pasti sehingga
berdasarkan observasi menyulitkan kita mengetahui tempat parkir yang semestinya.
Aspek perilaku juga menjadi fokus utama pada evaluasi ini, yang mana perilaku
menentukan tingkat keberhasilan dari sebuah rancangan bangunan. Berdasarkan Altman

32
dalam Laurens (2005), teritori diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu teritori primer,
teritori sekunder, dan teritori publik. Teritori primer adalah tempat-tempat yang bersifat
sangat pribadi, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang
sudah mendapat izin khusus. Ruang-ruang teritori terbentuk pada kios-kios yang berbatas
dengan zona sirkulasi yaitu koridor. Batas-batas tersebut berupa perbedaan keramik pada
lantai koridor. Koridor ruang dalam termasuk ke dalam teritori publik,s edangkan ruang
dagang masuk ke dalam teritori primer. Alih fungsi koridor sebagai sirkulasi sekaligus
teritori publik, Menjadi tempat menaruh barang dagang sehingga menggangu fungsi yang
sebenarnya. Hal ini di sebabkan ruang dagang yang kurang luas dan barang dagang yang
terlalu banyak tanpa memperhatikan luasan kios. Selain mengganggu sirkulasi, juga
mengganggu ruang personal pembeli untuk berinteraksi dengan penjual dan jarak personal
menjadi tidak ideal karena alih fungsi tersebut. Urutan masalah tersebut kemudian
menyebabkan kesesakan bagi aktifitas dalam ruang. Sevara perancanaan area koridor
sudah sesuai standar, akan tetapi perilaku pedagang yang menaruh barang di koridor
menyebabkan sempitnya jalur sirkulasi.

33
DAFTAR PUSTAKA
(2018). In Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(2015). EVALUASI PURNA HUNI (EPH): ASPEK PERILAKU RUANG DALAM SLB YPAC MANADO. Manado:
MEDIA MATRASAIN.

Evaluasi Purna Huni Pasar Badung. (2020, November 2). Retrieved from issue.com:
https://issuu.com/marchev/docs/eph_20bu_20febri.docx

EVALUASI PURNA HUNI PASAR TRADISIONAL KOTA PONTIANAK. (2020). Jurnal Tenika, 3-4.

(2018). EVALUASI PURNA HUNI PASAR TRADISIONAL PADA PASAR BOGOR, KOTA BOGOR. Kota Bogor:
Karin Lieswidyanti.

Metode Penelitian: Pengertian & Jenis menurut Para Ahli. (2021, februari 05). Retrieved from Serupa.id:
https://serupa.id/metode-penelitian/

Pengertian Metode Penelitian dan Jenis-jenis Metode Penelitian. (n.d.). Retrieved from Ranah Research:
https://ranahresearch.com/metode-penelitian-dan-jenis-metode-penelitian/

PERMENDAG . (2021). In PERMENDAG NOMOR 20 TAHUN 2021. JAKARTA.

34

Anda mungkin juga menyukai