PENGANTAR ARSITEKTUR
FUNGSI HALTE
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU:
1. Latar Belakang
2
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
III. Menciptakan Halte yang Tetap Nyaman Bagi Pengguna Disaat Terjadi
Perubahan Cuaca.
4. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Penelitian ini hanya mencakup dua variabel yaitu fungsi
dari halte dan kenyamanan serta keamanan bagi pengguna. Objek utama
dari penelitian ini meliputi pengguna dari halte bus, yakni mahasiswa,
dosen, para staf, maupun masyarakat umum.
5. Metodologi Penulisan
3
6. Sistematika Penulisan
I. BAB I Pendahuluan
BAB ini menjelaskan analisis fungsi halte, analisi sosial ekonomi, analisis
sosial budaya, dan analisis psikologi manusia.
V. BAB V Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN FUNGSI HALTE DALAM ARSITEKTUR
Menurut para ahli bahasa, pengertian umum dari fungsi adalah pendekatan
pada studi bahasa yang berkenaan dengan fungsi yang ditunjukkan oleh
bahasa, terutama dalam hal kejadian, ekspresi, dan pengaruh keahlian.
4
Fungsi dalam arsitektural memiliki makna yakni, suatu prinsip dimana
suatu bangunan harus diperoleh dari fungsi yang harus dipenuhinya, yakni
aspek skematis dan teknis dari meodernisasi arsitektural (rasionalisme),
yang pendirian teoritisnya lebih luas juga membentuk pertanyaan
simbolik, filsafat, politik, sosial dan ekonomi. Fungsi ketepatgunaan harus
dipenuhi oleh suatu bangunan, dan pengaruhnya terhadap pengguna
maupun pengamat. Menurut teori Vitruvius, komoditas (commodity),
keteguhan (firmness), dan menyenangkan (delight) adalah tiga dimensi
yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah karya arsitektur memberikan
pengertian bahwa dalam kenyataannya, fungsi tidak bisa ada tanpa bentuk,
material konstruksi, dan teknik.
5
2) Container Of Activities (Wadah Kegiatan)
6
2. Klasifikasi Fungsi Dalam Arsitektur Menurut Para Ahli
7
Bangunan mampu beradaptasi dengan mengikutsertakan
karakteristik dominan dan setidak-tidakya dapat memberikan
nilai tambah dalam meningktakan kualitas lingkungan tersebut.
8
B. Menurut Jan Mukarovsky
1) Expressive Function
Fungsi ekspresi memperlihatkan kegunaan dan struktur secara
bersamaan dalam arsitektur, dimana bentuk merupakan hasil
dari kegunaan/fungsi di dalamnya, bentuk secara simbolik
melahirkan fungsi, rancangan bangunan menjabarkan struktur
& konstruksi serta peralatan bangunan secara menonjol.
2) Aesthetic Function
Fungsi Estetik merupakan filsafat keindahan bentuk dan ruang
yang bisa ditonjolkan dari suatu tipe bangunan dan tidak ada
pula batasan diantara struktur dan fungsi itu sendiri.
3) Allusory Function
Fungsi kenangan ini didasarkan pada manifestasi “memori”
sejarah, misalnya dengan mengadopsi secara tegas beberapa
bagian bangunan bernilai sejarah ke dalam bentuk bangunan di
zaman sekarang maupun masa yang akan datang. Fungsi
Dalam Arsitektur, Studi Kasus: Halte. 2021
4) Territorial Function
Fungsi teritori merupakan fungsi yang digunakan untuk
membedakan fungsi ruangan yang ada dengan menggunakan
alat-alat tertentu, tanda-tanda penulian dan alat alat grafis
5) Referential Function
Fungsi referensi ini fokus kepada aspek bahwa arsitektur
berpotensi untuk menginspirasi jenis atau gaya yang diadopsi
pada masa sekarang yang kemungkinan akan digunakan
kembali dimasa yang akan dating.
9
a) Structure Functional (Fungsi Struktur)
a) Halte 1
Halte ini awalnya adalah salah satu fasilitas yang sangat membantu
masyarakat yang menunggu datangnya bus selayaknya fungsi halte
pada umumnya, namun seiiring berjalannya waktu halte ini kurang
berfungsi sebagaimana fungsinya karena kerusakan halte tersebut,
yakni halte yang hamper seluruhnya sudah rusak.
b) Halte 2
10
Letak: Jl. ZA. Pagar Alam, Bandar Lampung
c) Halte 3
11
4. Faktor Kenyamanan Manusia Dari Halte
12
Kenyamanan ruang mencakup dimensi, luas, dan bentuk
ruang, bentuk ruang mencakup dua aspek, yaitu kepadatan
ruangan dan ergonomi. Pada kepadatan ruangan, dalam
menentukan luas sebuah ruangan yang diperlukan suatu
bangunan telah diputuskan atas ketentuan dari pemerintah.
Ukuran minimum dengan luas efektif halte adalah
panjangnya kurang lebih 4 m dengan lebar kurang lebih 2
m. Dalam aspek ergonomi, terdapat syarat agar seluruh
peralatan dan sarana prasarana sesuai dengan penggunanya,
seperti aspek antropometri, khususnya ukuran tubuh
manusia. Jarak minimal seorang manusia dalam
melaksanakan kegiatan sosial adalah sekitar 1,2 m. Dengan
studi antropometri kita juga dapat menentukan dimensi
manusia yang sedang berdiri, duduk, mengantri, dan duduk
di kursi roda. Selain aspek antropometri, aspek lingkungan
dan psikologis juga menjadi salah satu unsur ergonomi
sebuah kenyamanan ruang. Beberapa fasilitas pendukung
yang dapat digunakan di halte demi mendukung
kenyamanan ruang adalah fasilitas berupa tempat sampah
dan fasilitas kemudahan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang seperti tinggi lantai halte yang sama dengan
tinggi lantai bus. Luas lantai per orang juga di
perhitungkan, yakni 4 orang/m2 pada waktu puncak serta 2
orang/m2 pada waktu non puncak. Pengukuran luas lantai
per orang berfungsi untuk memberikan kenyamanan ruang
bagi penumpang yang berdiri saat menunggu bus
13
Kenyamanan Visual / Visual Comfort Kenyamanan visual
yang berupa standar pencahayaan, warna, tekstur, dan pola
merupakan kondisi dimana seorang manusia merasakan
kenyamanan dengan lingkungannya secara visual.
Kenyamanan visual berkaitan erat dengan sistem
pencahayaan suatu ruangan atau bangunan. Dalam sebuah
halte, lampu penerangan merupakan salah satu fasilitas
yang harus dipenuhi karena berfungsi sebagai sumber
cahaya agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi
penumpang dan penggunanya. Jumlah lampu setidaknya
minimal 95% berfungsi yang sesuai dengan standar teknis.
14
Kenyamanan suara dibuat untuk menciptakan lingkungan
maupun ruangan yang kebisingannya dapat ditoleransi serta
memenuhi kualitas suara yang diinginkan. Kualitas suara
harus ideal, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan
dengan meminimalisir kebisingan. Standar kenyamanan
suara di lingkungan perumahan dan sekolah adalah sekitar
15
Standar minimal dalam memberikan pelayanan yakni setara bagi
seluruh pengguna, dan terdapat pelayanan khusus bagi lansia,
penyandang disabilitas, anak-anak, dan ibu hamil. Fasilitas yang
menjadi fokus dari standar kesetaraan adalah kursi prioritas, ruang
khusus bagi pengguna kursi roda, serta kemiringan dan tekstur
lantai. Kursi prioritas ialah tempat duduk didalam bus yang
ditunjukkan bagi penyandang disabilitas, anak-anak, lansia,
maupun ibu hamil, dalam sebuah bus minimal terdapat 4 buah
kursi prioritas. Didalam sebuah halte baiknya terdapat ruang
khusus bagi pengguna kursi roda, serta memikirkan kemiringan
dan tekstur pada lantai.
V. Standar Keteraturan
16
Informasi pelayanan, seperti nama halte, jadwal keberangkatan
dan kedangan, jurusan/rute dan koridor, tarif dan peta jaringan
koridor juga harus dipenuhi yang dapat dibuat berupa papan
informasi, visual, audio, 19 dan tulisan seperti brosur. Informasi
pelayanan juga harus ditempatkan di tempat yan mudah terbaca,
dengan kondisi baik dan dapat diakses melalui internet. Informasi
waktu kedatangan bus, informasi gangguan perjalanan bus, serta
ketepatan dan kepastian jadwal keberangkatan dan kedatangan bus
harus tersedia di tempat yang strategis dan mudah dibaca,
dibacakan atau ditulis di papan display dan audio terdengar jelas,
serta berfungsi dengan baik. Sistem pembayaran di halte harus
dapat memberi kemudahan bagi pengguna untuk membeli tiket
dengan cepat dan transparan dan adanya bukti pembelian tiket.
Tiket dapat dibeli dengan smart card untuk full BRT, manual
dan/atau smart card untuk sistem transit, dan melalui perangkat
atau mesin pengecekan smart card.
BAB III
17
Fungsi utama dari sebuah halte adalah sebagai tempat
menunggu kedatangan bus. Definisi halte menurut Keputusan
Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996) tentang Pedoman
Teknis Perekayasaan Tempat Pemberhentian Kendaraan
Penumpang Umum (TPKPU) adalah menjamin keselamatan
pengguna angkutan penumpang umum dan menjamin kepastian
keselamatan untuk menaikkan dan/atau menurunkan
penumpang. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 2
Pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas
berasaskan kesetaraan. Sehingga pemerintah harus memenuhi
hak penyandang disabilitas salah satu asanya adalah kesetaraan.
Fasilitas yang ada di halte bus memenuhi aktiftas pengguna
dalam saat menunggu di dalam halte berupa fasilitas duduk
serta ruang yang cukup untuk berdiri. Ketinggian dan lebar
dudukan pada fasilitas duduk merupakan standar minimum
ukuran ergonomis manusia dalam beraktiftas duduk. Dimana
sebagai tempat transit, pengguna tidak duduk lama, karena
akan segera beranjak untuk mencapai tujuan lainnya. Bahkan
seringkali pengguna tidak menggunakan fasilitas duduk dalam
menunggu, tapi lebih memilih untuk berdiri saja. Kegiatan
yang dilakukan untuk kepentingan pribadi yang tampak di
lapangan diantaranya menjual makanan, minuman, masker,
aksesoris rambut dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan
dengan memarkir gerobak di depan halte, menggelar
lapak/meja dagangan, ataupun media jual yang digendong oleh
pedangang. Sementara untuk aktiftas kepentingan golongan
yang terjadi di halte adalah transaksi top-up kartu langganan
bus yang dilakukan oleh petugas yang berlangsung dari jam
6.30 – 10.00 pagi setiap harinya. Aktiftas ini membutuhkan
fasilitas kursi,meja dan instalasi listrik untuk mesin EDC
(electronic data capture).
18
2. Analisis Sosial Ekonomi “Halte” (Tingkat Pengahasilan
Pengguna, Efektifitas, Efisiensi, Ekspresi, Dll.)
19
Pembangunan halte yang tidak optimal akan menyebabkan
permasalahan transportasi semakin meningkat, karena banyak
masyarakat yang awalnya ingin menggunakan moda ini namun
menjadi malas untuk memanfaatkan moda ini. Hal ini
disebabkan terdapat kesulitan disaat akan menggunakanan
fasilitas yang tersedia. Banyak penumpang yang tidak
menggunakan fasilitas halte sebagai tempat naik dan turun dari
angkutan umum dikarenakan jarak yang harus ditempuh
menuju ke halte terlalu jauh, oleh sebab itu, penentuan lokasi
dan jumlah halte harus optimal. Dengan ditentukannya lokasi
dan jumlah halte yang optimal maka dapat memberi
kemudahan bagi penumpang yang ingin menggunakan
angkutan umum. Jika jumlah halte yang dibangun semakin
banyak maka semakin besar kemudahan yang diperoleh
penumpang.
Pola Perilaku
20
2) Aktivitas menunggu bus yang dilakukan oleh para
penumpang bus (masyarakat umum, pelajar/mahasiswa, dll),
kegiatan ini dilakukan dengan menunggu duduk di kursi halte,
ataupun menunggu dengan berdiri.
21
Dalam (Timoticin Kwanda, 2002), perencanaan tapak adalah
seni dan pengetahuan tentang bagaimana mengatur dan
memanfaatkan bagian-bagian dari suatu tapak. Rencana tapak
adalah pedoman untuk membangun. Rencana yang bagus
belum tentu efisien karena tapak mempunyai masalah dan
potensi yang berbeda-beda. Perencanaan tapak adalah suatu
proses yang menghendaki kemampuankemampuan pengolahan
dari berbagai factor kemungkinan yang ada. Adanya elemen –
elemen tapak yang menjadi factor penentuan lokasi tapak
antara lain tata guna lahan, pedestrian, sirkulasi, parkir,
penandaan, ruang terbuka hijau, preservasi, activity support,
kriteria terukur dan kriteria tidak terukur
Analisis Tapak
o Kategori:
22
o Faktor Analisis Tapak
23
1. Tautan Wilayah Tautan wilayah meliputi peta kota atau peta
kawasan yang memperlihatkan lokasi tapak dalam hubungan
dengan kawasan sebagai suatu keseluruhan.
24
7. Pancaindra Pancaindra merupakan aspek-aspek
pemandangan-pemandangan dari dan kearah tapak dan
kebisingan yang ditimbulkan disekitar tapak.
25
Set-Stop: pengemudi diwajibkan untuk berhenti di perhentian
yang sudah ditetapkan sebelumnya, tidak peduli apakah pada
perhentian yang dimaksud ada calon penumpang yang ingin
naik ataupun ingin turun.
Standarisasi
26
Koefisien Daerah Hijau (KDH) Angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
Potensi Tapak
27
4. Mudahnya fasilitas penunjang berupa dekat dengan
area parkir terpadu, jalan menuju kantin, tidak jauh
menuju gedung/kampus tujuan. Dan mudahnya
aksesibilitas sarana.
Strategi :
Kondisi iklim
Angin
28
Arah angin di sekitar tapak didominasi dari arah
selatan, karena di lokasi tapak terletak di pinggir jalan
raya blandongan kecepatan angin cukup kuat. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: lokasi lahan
tapak termasuk kosong, vegetasi masih sedikit,
banyaknya kendaraan yang lalu lalang mulai dari jenis
kendaraan roda dua hingga kendaraan berat, jarak
antara bangunan yang terlalu dekat dan tidak teratur dan
lain-lain.
Aksesibilitas
a. Pejalan kaki
b. Kendaraan
29
Dalam arsitektur adalah arah pandangan yang dapat
dilihat dari tapak menuju luar tapak. Arah pandang
sangat berpengaruh bagi sebuah bangunan, baik di
dalam maupun di luar bangunan. View adalah
penentuan posisi sebuah bangunan yang ditujukan
untuk mendapat nilai dari arah pandangan terbaik di
lingkungannya. Sebuah pandangan tidak hanya menuju
ke arah tapak, melainkan keluar tapak juga
memengaruhi suatu arah pandang berupa karakteristik
yang menjadi ciri suatu bangunan. Contoh pemilihan
untuk arah pandang dapat dilihat dari pemilihan lokasi
site yang ditujukan sebagai tempat pembangunan.
Dengan adanya view yang menarik, sebuah bangunan
dapat memberikan perasaan nyaman dengan vissualisasi
terbaik bagi para pengunjung. Dari material, nilai arah
pandang dapat menggunakan material bangunan yang
dijadikan daya tarik tersendiri bagi orang-orang.
Contohnya pemilihan ornamen, warna dari bangunan,
penempatan tumbuhan dalam ruangan, desain atap,
bahan kaca, dan lain-lain. Konteks lingkungan pada
arsitektur mengambil lokasi pembangunan dengan
memperhatikan kondisi fisik sumber daya alam suatu
lingkungan berupa air, tanah, udara, cahaya, iklim,
bunyi dan kelembapan. Dalam arsitektur, konteks
lingkungan yang digunakan adalah Green Architecture,
yang merupakan sebuah konsep arsitektur yang
meminimalisir pengaruh buruk terhadap lingkungan
alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan sehat. Konsep ini dilakukan dengan
cara memanfaatkan sumber daya alam dan sumber
energi secara efesien dan optimal. Terlepas dari hal ini,
terdapat suatu aspek yang masih berhubungan dengan
30
konteks lingkungan yaitu vegetasi. Menurut Arnold
(1993), vegetasi merupakan nama tanaman atau
tumbuhan yang terdiri dari klasifikasi berdasarkan
morfologi seperti pohon, perdu, semak, ground cover
(penutup tanah), dan rumput (elemen pengalas). Fungsi
dari vegetasi sendiri dapat berupa estetika, sebagai
pengendali arah pandangan, pengendali erosi,
pengendali iklim, dan tempat kehidupan habitat (satwa).
Utilitas kota merupakan suatu pelengkapan sarana bagi
kehidupan di pemukiman, berupa PDAM atau
penyediaan air bersih, kepolisian, pengaturan limbah
dan tempat pembuangan sampah, serta pemadam
kebakaran, dan lain sebagainya yang dapat membantu
memudahkan sarana umum kehidupan manusia.
BAB IV
31
Gambar 1. Konsep bentuk dasar halte
1. Bentuk Dasar
Bentuk dasar dari halte yang telah saya desain adalah persegi panjang,
yang telah saya potong pada bagian atas, sehingga atap halte menjadi
miring.
2. Tekstur
Tekstur disebut juga nilai raba dari suatu permukaan. Sifat permukaan
dapat berupa halus, polos, rata, licin, mengkilap, berkerut, lunak, kasar,
dan lain sebagainya. Tekstur mencakup dua hal yakni tekstur yang
nyata dan tekstur yang semu. Sebuah permukaan bisa saja bila dilihat
kasar, namun ketika dipegang permukaannya halus hal inilah yang
disebut dengan tekstur semu. Tekstur yang saya gunakan pada desain
halte saya adalah tekstur dari semen, kaca, dll.
3. Warna
32
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya
sempurna. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya
tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460
nanometer. Warna merupakan salah satu elemen penting dalam
arsitektur. Sebuah objek yang serupa tapi diberi sentuhan warna yang
berbeda akan menimbulkan kesan yang berbeda pula. Tiap-tiap warna
dan karakternya mampu memberi efek secara psikologis tersendiri bagi
orang yang melihat.
4. Besaran
Besaran ruang merupakan ukuran dari bangunan dan ruangan yang kita
desain. Besaran ruang pada halte saya adalah 5x8,5 m, di dalam halte
tersebut terdapat ruang gerak, tempat duduk, sirkulasi udara, dsb.
5. Posisi
6. Orientasi
7. Inersia Visual
33
irama adalah penataan dari sebuah elemen yang harmonis. Elemen
inipun bisa bervariasi mulai dari bentuk, warna, hingga perabot dan
dekor ruangan. Prinsip irama dalam desain arsitektur sendiri dibagi
menjadi dua jenis irama. Pertama adalah irama statis. Dalam desain
arsitektur, irama statis merupakan pengulangan dengan pola yang sama
dan konsisten.
Komposisi (Sequence)
Keseimbangan (Balance)
Desain arsitektur yang baik adalah desain yang seimbang. Untuk itulah
prinsip dalam desain arsitektur selanjutnya adalah balance.
Keseimbangan dalam desain arsitektur sendiri dibagi menjadi dua.
Prinsip keseimbangan desain arsitektur adalah keseimbangan yang
simetris. Menentukan komposisi keseimbangan yang simetris terbilang
cukup mudah. Cukup imajinasikan terdapat garis pada bagian
tengahtengah objek arsitektur dan apakah kedua sisi memilik visual
yang serupa atau seperti reflektif. Hal ini bisa berlaku dalam penataan
perabot dan furnitur, dekorasi dinding, fasad, serta penataan denah
bangunan. Selain desain arsitektur yang simetris, keseimbangan juga
bisa dicapai dengan komposisi desain arsitektur asimetris, di mana
penataan sengaja dibentuk tak seimbang dengan menitikberatkan
kontras pada salah satu titik atau sisi dalam ruang. Prinsip desain
arsitektur asimetris terbilang cukup beresiko karena diperlukan sense of
art yang tinggi untuk bisa membuat komposisi desain arsitektur
asimetris yang terlihat estetis dan baik.
Skala (Scale)
34
arsitektur tak ada aturan khusus karena skala bisa disesuaikan dengan
nuansa atau kesan yang diinginkan. Misalkan untuk mendapatkan kesan
megah, kamu bisa membuat ruangan dengan tinggi yang lebih tinggi
daripada ruang lainnya atau standar pada umumnya.
Hal yang paling utama dari sebuah konsep desain minimalis adalah kemampuan konsep
ini untuk menghargai ruang. Berbeda dengan konsep desain klasik. Di dalam konsep
desain klasik, ruang memiliki manfaat pasif sebagai sebuah tempat untuk meletakkan
35
sesuatu. Berbeda dengan konsep ini. Konsep desain minimalis merupakan konsep yang
menghargai ruang oleh karena itu konsep ini mengutamakan space dibandingkan
dengan detail untuk keindahan.
36
37
BAB V
KESIMPULAN
Perancangan ini didasarkan pada konsep yang diambil, dimana hal tersebut
menjadi inspirasi untuk membentuk suatu ruang dan suasana yang
semenarik dan seefiesien mungkin bagi pengguna. namun tetap
memperhatikan kenyamanan penggunasehingga dapat memaksimalkan
aktivitas di dalam halte selama menunggu kedatangan bus. Dengan desain
halte yang baik dan fungsional para pengguna dapat menunggu datangnya
bus dengan aman, nyaman, dan tidak terkena efek cuaca.
Pengguna yang memiliki keterbatasan pada kondisi fisiknya, seperti
pengguna kursi roda, pun dapat dengan nyaman menunggu di halte karena
terdapat berbagai fasilitas yang ada. Desain yang diaplikasikan juga
bertujuan untuk membuat ruang fasilitas tunggu transportasi umum yang
unik dan berbeda dengan objek sejenisnya.
Kenyamanan pengguna juga dinilai dari jarak jangkauan ke halte, waktu
tunggu angkutan di halte, penempatan halte dan fasilitas halte, tata guna
lahan, fasilitas pejalan kaki dan kemudahan memproleh angkutan umum.
38