Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mall merupakan salah satu fasilitas umum yang
menyediakan kebutuhan yang digunakan oleh orang-orang untuk
kebutuhan atau tempat melepaskan karna rasa lelah. Terkadang
juga mall berfungsi sebagai tempat untuk berbincang-bincang
serta berdiskusi secara santai sehingga, dapat dikatakan bahwa
mall dapat memberikan kenyamanan serta rasa betah bagi para
pengunjung yang menarik dari mall didalamnya yang
menimbulkan berbagai perilaku yang di pengearuhi oleh
lingkungan mall yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
dari sebuah mall.
Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara perilaku
dengan lingkungan ( mall ) terutama mengkaitkan antara perilaku
yang telah ditemukan dengan konteks yang dikaji. Dan perilaku
tersebut dipilih yang berhubungan dengan masalah arsitektural.
Dan dalam laporan ini dikaji pula unsur-unsur fisik lingkungan
yang dominan lebih mempengaruhi munculnya tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengidentifikasi mengapa mall menjadi tempat favorit bagi
para kalangan masyarakat ?
b. Bagian mana dari mall yang lebih disukai oleh para
pengunjung mall ?
c. Bagaimana kecenderungan perilaku ?

1.3 Tujuan
Dari permasalahan tersebut diatas, tujuan dari format
konsep serta altenatif mall desain yang dapat memberikan
stimulant dan reaksi positif yang berkesesuaian dengan perilaku

1
pengunjung sebagai pelaku utama dalam penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan masukkan dalam desain ruang bersama atau
berkumpul pada lingkungan mall.

1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat penelitian ini yaitu :
a. Pengembangan ilmu Dapat mengkaji perilaku pengunjung
yang berada dalam lingkungan mall.
b. Peneliti Sebagai sebuah bahan referensi dan memperkaya
ilmu pengetahuan kepada peneliti lain yang akan
mengadakan penelitian selanjutnya khususnya dengan ilmu
arsitektur, ataupun teori yang digunakan dalam permasalahan
yang ada khususnya tentang masalah arsitektur perilaku.

1.5 Lingkup Pembahasan


Adapun lingkup pembahasan pada perancangan ini yaitu
bagian dari evaluasi untuk pengunjung dalam pengamatannya
berfokus pada pada perilaku pengunjung mall dengan pengamatan
peralatan atau tempat mall khusunya di lantai satu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1. Spesifikasi Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah Studi Perilaku Pengunjung Terhadap
Mall,dengan pengertian sebagai berikut :
1. Arsitektur Perilaku
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya
selalu menyertakan pertimbangan- pertimbangan perilaku dalam
perancangan. Arsitektur muncul sekitar tahun 1950.Pertimbangan-

pertimbangan ini pada a alnya dibutuhkan untuk perancangan

obyek-obyekArsitektur tertentu! misalnya rumah sakit "i a!

rehabilitasi narkoba! pen"ara! rumah sakitanak! #$% atau pusat


autisme. &alam perkembangannya! ternyata banyak obyek
Arsitekturyang dapat didekati dengan pendekatan perilaku
didalam perancangannya! misalnya mall!restoran! sekolah!
stasiun kereta api dan lain-lain
Perancangan Arsitektur berdasarkan perilaku ini
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan perancangan!
diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang psikologi
Arsitektur atau psikologi lingkungan.
Menurut Snyder dan Catanese (1984), arsitektur
berwawasan perilaku adalah arsitektur yang mampu menanggapi
kebutuhan dan perasaan manusia yang menyesuaikan dengan gaya
hidup manusia didalamnya. Menurut Clovis Heimsath, AIA
(1988), kata perilaku menyatakan suatu kesadaran akan struktur
sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama secara dinamik
dalam waktu. Hanya dengan memikirkan suatu perilaku seseorang
dalam ruang maka dapatlah kita membuat rancangan.
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang dalam
penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan

3
perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain
arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur
dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya
sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson, 1878-1958).
Cakupan dalam perilaku antara lain:
a. Perilaku yang kasat mata seperti makan, memasak,
duduk dan sebagainya
b. Perilaku yang tidak kasat mata seperti fantasi,
motivasi dan sebagainya
c. Perilaku yang menunjukan manusia dalam
aksi/kegiatannya

2. Definisi Perilaku Menurut Para Ahli


A. Clovis Heimsath (1988),
dijelaskan bahwa perilaku adalah suatu kesadaran akan
struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama secara
dinamik dalam waktu.
B. Menurut Notoatmodjo (2003),
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
C. Menurut Donna P. Duerk
That people and their behavior are part of a whole
system that includes place and environment, such that behavior
and environment cannot be empirically separated. That is to say,
human behavior always happen in a place and they cannot be fully
evaluated without considering the environmental influence.
(bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari
system yang menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku
dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu
perilaku manusia sealu terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat

4
dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan faktor-faktor
lingkungan.) (Donna P. Duerk, 1993).
Dijelaskan bahwa hubungan antara perilaku dan lingkungan
yang saling berkaitan. Contoh sebagai berikut:
a) Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya
diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk,
misalnya susunan anak tangga, bagasi mobil yang besar dan
sebagainya.
b) Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang
dianggapnya terdekat dari pada awal melewati pedestrian
yang memutar. Sehingga orang tersebut tanpa sadar telah
membuat jalur sendiri meski telah disediakan pedestrian

D. Menurut Gary T. More


Pengkajian perilaku dikaitkan dengan lingkungan sekitar
yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku, antara
lain:
a) Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan antara
lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam
proses perancangan.
b) Pengkajian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup
lebih banyak dari pada sekedar fungsi
c) Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi
berkaitan dengan perilaku dan kebutuhan manusia,
sedangkan estetika berkaitan dengan pilihan dan
pengalaman si pengguna.(Gary T. More)

3. Kajian Arsitektur Dan Perilaku


Perilaku manusia yang dipahami sebagai pembentuk
arsitektur tapi juga arsitektur dapat membentuk perilaku manusia.

5
Seperti yang telah dikemukakan oleh Winston Churchill (1943)
dalam Laurens (2004) We shape our buildings; then they shape
us.
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan
kebutuhannya sendiri, kemudian bangunan itu membentuk
perilaku manusia yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan
yang didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk
pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara
manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang
ada dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara arsitektur
dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam
keselarasan lingkungan.
Perilaku manusia itu sendiri dipahami sebagai sekumpulan
perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat,
sikap, emosi, nilai, estetika, kekuasaan, persuasi dan/atau
genetika. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
yaitu sebagai berikut:
a. Genetika
b. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang
terhadap perilaku tertentu
c. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial
d. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang
mengenai sulit tidaknya melakukan perilaku
Lingkungan fisik berpengaruh terhadap lingkungan secara
timbal balik dijelaskan oleh Gibson (Lang) pada diagram berikut:

6
Menurut Gibson (Lang), perilaku manusia dalam
hubungannya terhadap suatu setting fisik berlangsung dan
konsisten sesuai waktu dan situasi. Karenanya pola perilaku yang
khas untuk setting fisik tersebut dapat diidentifikasikan. Tentu
saja apa yang dibahas tidak lantas menjadi demikian sederhana
bahwa manusia semuanya berperilaku tetap dalam suatu tempat
dan waktu tertentu. Tapi umumnya frekuensi kegiatan yang terjadi
pada suatu setting baik tunggal ataupun berkelompok dengan
setting lain menunjukkan suatu yang konstan sepanjang waktu. Ini
menunjukkan bahwa tidak hanya karakter dan pola tetap perilaku
yang dapat dideteksi dalam hubungannya dengan suatu setting
tapi juga kemungkinan yang muncul seperti pola tanggapan
perilaku yang kadang dapat berubah menjadi sebaliknya.
Berbicara tentang arsitektur keperilakuan maka kita perlu
mengetahui lebih dahulu apa itu psikologi, psikologi adalah
ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan pengetahuan psikis
(jiwa) manusia. Sedangkan jiwa diartikan sebagai jiwa yang
memateri, jiwa yang meraga, yaitu tingkah laku manusia (segala
aktivitas, perbuatan dan penampilan diri) sepanjang hidupnya.
Manusia tinggal atau hidup dalam suatu lingkungan sehingga
manusia dan lingkungan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Lingkungan sungguh dapat mempengaruhi
manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan
dan perilaku adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan
fisik dapat membatasi apa yang dilakukan manusia.
b. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku.
Lingkungan fisik dapat menentukan bagaimana kita harus
bertindak.
c. Lingkungan membentuk kepribadian.
d. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.

7
4. Prinsip-Prinsip Dalam Tema Arsitektur Perilaku
Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di
perhatikan dalam penerapan tema arsitektur perilaku menurut
Carol Simon Weisten dan Thomas G David, antara lain:
1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan
Rancangan yang harus dapat dipahami oleh pemakainya
melalui penginderaan ataupun pengimajinasian pengguna
bangunan. Bentuk yang disajikan dapat dimengerti
sepenuhnya oleh pengguna bangunan.Dari bangunan yang
diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah:
a. Pencerminan fungsi bangunan
b. Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta
dapat dinikmati
c. Menunjukan bahan dan struktur yang akan
digunakan dalam bangunan
2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan
menyenangkan,Nyaman secara fisik dan psikis.
Menyenangkan secara fisik dan fisiologis
3. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.

2.2 Tinjauan Khusus


2.2.1. Kombinasi Perilaku Manusia
Roger Barker dan Herbert Wright memakai istilah behavior
setting untuk menjelaskan tentang kombinasi perilaku tertentu,
Salah satu contoh, ketika seorang dosen menyiapkan suatu
perkuliahan, atau seorang direktur menyusun agenda rapat tim
direksinya, maka setiap orang bertindak untuk memastikan akan
keberadaan suatu behavior setting (Laurens, 2004).
Pada setiap kasus tersebut, direncanakan adanya
serangkaian aktivitas bersama orang lain ketika terdapat sejumlah

8
pola perilaku tertentu yang dikombinasikan dengan objek tertentu
dalam batasan ruang dan waktu tertentu.
Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil
antara aktivitas, tempat, dan kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola
perilaku (standing pattern of behavior). Dapat terdiri satu
atau lebih pola perilaku ekstra individual.
2. Dengan tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu),
milieu ini berkaitan dengan pola perilaku.
3. Membentuk suatu hubungan yang sama antara keduanya
(synomorphy).Dilakukan pada periode waktu tertentu.
Dalam banyak kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, istilah
behavior setting di jabarkan dalam dua istilah, dimana keterkaitan
antara keduanya membentuk satu behavior setting tertentu, dua
istilah dalam behavior setting yaitu:
1. System of setting yaitu sistem tempat atau ruang diartikan
sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang
mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat
dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.
Contoh dari seting ini adalah ruang yang dimanfaatkan
sebagai ruang untuk pameran, ruang terbuka atau trotoar
yang ditata untuk berjualan kaki lima.
2. System of activity yaitu sistem system kegiatan diartikan
sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja
dilakukan oleh satu atau beberapa orang.
Contoh dari setting ini adalah rangkaian persiapan dan
pelayanan di dalam suatu restoran atau rangkaian upacara
dengan adat tertentu.
Fungsi dari behavior setting adalah untuk mengevaluasi desain
lingkungan. Dengan mencermati behavior setting, dapat dianalisis
hasil rancangan, hubungan antar seting, titik perhatian (focal

9
points) atau tempat-tempat yang merupakan konsentrasi perilaku
manusia.

Behavior setting sendiri memiliki beberapa karakteristik seperti:


1. Sejumlah perilaku dapat terjadi di dalam sebuah ruangan
berdinding empat.
2. Behavior setting memiliki saling ketergantungan antara
pola perilaku yang terjadi dengan latar belakang
lingkungan fisik.
3. Perilaku kelompok berbeda dengan perilaku individu.
Perilaku-perilaku yang hadir terkadang tidak menarik bagi
penampilan individu, tapi dapat menjadi menarik terhadap
seting.
4. Pola perilaku yang terjadi dan latar belakang lingkungan
fisik dapat berubah atau diubah karena keduanya mampu
mengubah behavior setting

2.2.2. Kombinasi Perilaku Manusia


Menurut Rapoport dalam Haryadi dan B. setiawan, (2010),
kerangka pendekatan studi perilaku menekankan bahwa latar
belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan, nilai-
nilai dan norma-norma yang di pegang akan menentukan perilaku
seseorang akan tercermin dalam cara hidup dan peran yang di
pilihnya di masyarakat. Konteks kultur dan sosial ini akan
menentukan sistem aktivitas atau kegiatan manusia.

10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sebagaimana tujuan penelitian, maka metoda yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metodologi penelitian kuantitatif rasionalistik,
dengan penggalian data yang menjelaskan ciri dengan menggali
fenomena lewat pemikiran logik dengan kesesuain yang digunakan
menggunakan pemetaan perilaku (person centered mapping dan place
centered mapping).
Untuk analisa data penelitian ini menggunakan analisa
statistik deskriptif. Analisa dengan statistik deskriptif merupakan
statistik yang bertugas mendeskripsikan atau memaparkan gejala
hasil penelitian. Statistik deskriptif sifatnya sangat sederhana dan
tidak pula menggeneralisasikan hasil peneliitian (Indrosaptono, 2003).
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan
memeriksa sebab-sebab dan gejala-gejala tertentu (Sevilla, 1993).
Proses analisa diawali dengan mengkaji seluruh data, data
tersebut kemudian dibandingkan terhadap beberapa informasi,
sesudah itu menyusun dan mengelompokkan berdasarkan komponen
kegiatan aktor, tempat dan waktu dan aspek-aspek yang terkait diatas
terhadap perilaku pada jalur pedestrian. Kemudian melakukan
pembahasan terhadap berbagai temuan tersebut dengan studi pustaka
yang telah disusun lewat referensi yang ada dan hasil akhirnya
merupakan suatu kesimpulan penelitian.

B. Lokasi,Waktu Dan Objek Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di mall gorontalo khususnya di lantai 3 mall
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Perilaku para pengunjung mall
gorontalo

11
C. Teknik pengumpulan data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk
memperoleh/mengumpulkan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Melakukan observasi atau pengamatan lapangan terhadap kondisi
mall yang ada saat ini
- Fasilitas pendukung
- Tataletak peraba
- Sirkulasi
- Sirkulasi yang terjadi
2. Melakukan pengukuran menggambar ulang denah tata letak
fasilitas penunjang beserta jaraknya

BAB IV

12
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Studi Perilaku Pengunjung Terhadap Mall Gorontalo yang
dilakukan pada penelitian ini merupakan suatu penelitian tentang
arsitektur perilaku yang bertujuan untuk meneliti pola perilaku
(behavior) yang timbul atau muncul pada pengunjung mall gorontalo.
Dalam penelitian Studi Perilaku Terhadap Mall Gorontalo ini
peneliti hanya menganalisa pola perilaku pengunjung di lantai 3 dan
basement Mall Gorontalo.
Dalam Penelitian ini juga peneliti memiliki tujuan untuk
mengetahui di bagian mall manakah yang paling sering di kunjungi
serta pola perilaku apa yang di timbulkan oleh pengunjung Mall
Gorontalo.

4.2 Tahap Penelitian


Tahapan Survey yang dilakukan peneliti pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisa Lantai 3 Mall Gorontalo beserta ruang dan fungsinya
2. Menggambar (Sketsa/Cad) lantai 3 Mall Gorontalo beserta
basement.
3. Melakukan pengambilan gambar terhadap objek (Pengunjung
Mall) di area area yang banyak dengan keramaian
4. Menganalisa pola perilaku yang timbul

4.3 Hasil Penelitian

13
1. Minggu Pertama

14
15
16
17
18
19
20
Hasil Penelitian Dalam Seminggu
A. Minggu Pertama

Analisa :
a. Pada minggu pertma terlihat pengunjung yang pling ramai di
kunjungi berada pada lingkaran merah ini terjadi karena pada area
tersebut merupakan area perbelanjaan (matahari shoes inn ) kedua
toko belanja itu merupakan toko belanaja yang banyak di minati
oleh pengunjung mall,ini menunjukan bahwa fungsi ruang
mempengaruhi perilaku individu
Sedangankan untuk lingkaran merah kedua terlihat pengunjung
paling banyak berada di area yopie salon di karenakan area
tersebut merupakan toko gunting rambut yang terkenal
b. Pada minggu pertama juga terlihat ada area yang tidak sering di
lalui atau di kunjungi pengunjung Mall yaitu area yang berwarna
biru. Itu di karenakan toko di bagian tersebut dalam masa
renovasi.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
5. Dari Berbagai referensi serta dari hasil penelitian dapat di
simpulkan bahwa pengunjung yang dating ke dalam mall
gorontalo lebih bnyak melakukan aktivitas di area
areaberadasarkan kepentingan masing masing seperti berbelanja
dan sebagainya.
6. Dalam Penelitian Dapat di simpulkan bahwa pola perilaku setiap
individu itu berbeda berbeda tergantung dari keinginan dan
kebutuhan

22
7. Fungsi ruang pada mall gorontalo dapat mempengaruhi perilaku
setiap individu.

B. Saran
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat mengembangkan
minat bagi arsiektur arsiktektur muda dalam mengembangkan
ilmu arsitektur perilaku.
2. Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah pengetahuan
bagi mahasiswa tentang arsitektur perilaku khusunya di daerah
gorontalo.

23
DAFTAR PUSTAKA

Laurens, Joyce Marcella. 2004, Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT


Grasindo, Jakarta
Haryadi & B. Setiawan, Agustus 2010. Arsitektur, Lingkungan dan
Perilaku. Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Penerbit
Gadjah Mada University Press. Indonesia
Deddy Halim, PhD, 2005. Psikologi Arsitektur. Pengantar Kajian
Lintas Disiplin. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Joyce Marcella Laurens, Jakarta 2004. Arsitektur Dan Perilaku
Manusia. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia bekerja sama
dengan Iniversitas Kristen Petra, Surabaya.
J. Lang, 1987. Creating Architecture Theory. The Role of the
Behavioral Sciences in Environmental Design. Penerbit Van Nostrand
Reinhold Company. New York
DR. Judy O. Waani, ST, MT, 2015. Hand Out Materi Kuliah
Arsitektur dan Perilaku Manusia. Pasca Sarjana Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Johnny L. Matson, Social Behavior and Skill in children, (Heidelberg:
Springer Science Business Media, LLC, 2009), p.14

24

Anda mungkin juga menyukai