Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dunia arsitektur banyak perkembangan yang terjadi di setiap
periodenya, salah satu periode yang cukup berpengaruh dalam dunia
arsitektur adalah periode postmodern. Era postmodern sendiri ada
diakibatkan karena kebosanan terhadap arsitektur modern pada masa itu
yang terkesan monoton sehingga untuk mengatasi kejenuhan atas hal
tersebut muncullah era baru yang diberi nama dengan arsitektur
postmodern, dimana arsitektur postmodern lebih bersifat fleksibel dari
pada arsitektur modern yang sifatnya kaku, sehingga kreatifitas dapat
dituangkan dalam merancang pada era arsitektur postmodern.
Dalam arsitketur postmodern terdapat beberapa aliran yang
berkembang. Ikhwanuddin dalam bukunya yang berjudul Menggali
Pemikiran Posmodernisme (2005:1), keragaman pemikiran
postmodernisme di dalam bidang arsitektur dapat dilihat dari beberapa
teori postmodern yang muncul, diantaranya adalah aliran neo-vernakular.
Ketika berbicara mengenai neo-vernakular kebanyak orang menyimpulkan
bahwa neo-vernakular merupakan penggabungan antara arsitektur lokal
dengan arsitektur modern. Kebanyakan orang menilai dari segi fisik
bangunan, pendapat itu tidak salah. Namun, aliran neo-vernakular tidak
sekadar berbicara mengenai fisik bangunan, aliran neo-vernakular juga
mempertimbangkan elemen non fisik seperti konsep, filosofi, dan tata
ruang dengan tujuan untuk melestarikan tradisi. Aliran neo-vernakular
sendiri telah masuk ke Indonesia termasuk di Bali. Di Bali bisa dikatakan
kebanyakan bangunan yang berfungsi sebagai villa, rumah tinggal,
bangunan pemerintahan, dan lain-lain, mengadopsi aliran neo-vernakular
dikarenakan terdapat perda yang mengharuskan bangunan di Bali
mengadopsi unsur arsitektur tradisional Bali.
Dari masa ke masa Bali telah mengalami perkembangan yang pesat
dalam berbagai bidang salah satunya adalah bidang pembangunan.
Namun, sangat disayangkan tidak jarang bangunan-bangunan yang
dibangun di Bali tidak menghiraukan adat dan tradisi setempat, sehingga

1 | Post Modern Neo-Vernakular


bangunan tidak memberi dampak yang baik bagi pelestarian tradisi yang
ada. Walaupun begitu, tidak sedikit juga terdapat bangunan yang
menggabungkan arsitektur lokal yang ada dengan arsitektur modern
dengan baik dan tidak mengesampingkan filosofi yang ada. Ini merupakan
hal yang menarik untuk dibahas, sehingga pada kesempatan ini kami akan
membahas mengenai unsur-unsur aliran neo-vernakular yang ada pada
bangunan di Bali.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini:
1. Apakah aliran neo-vernakular?
2. Bagaimanakah ciri-ciri aliran neo-vernakular?
3. Bagaimana pengaplikasian aliran neo-vernakular di Bali?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang aliran neo-vernakular
2. Untuk mengetahui ciri-ciri aliran neo-vernakular
3. Untuk mengetahui pengaplikasian aliran neo-vernakular pada
bangunan di Bali.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
Bagi penulis
1. Penulis dapat mengethui pengertian mengenai aliran neo-
vernakular
2. Penulis dapat mengetahui ciri-ciri mengenai aliran neo-vernakular
3. Penulis dapat mengetahuin penerapan aliran neo-vernakular di
Bali.
Bagi pembaca
1. Pembaca dapat mengethui pengertian mengenai aliran neo-
vernakular
2. Pembaca dapat mengetahui ciri-ciri mengenai aliran neo-
vernakular
3. Pembaca dapat mengetahuin penerapan aliran neovernakular di
Bali

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2 | Post Modern Neo-Vernakular


2.1 Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Menurut situs scribd.com (diakses online pada tanggal 10 April


2017 jam 19.39 WITA) Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya
menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern
tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata
letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang
terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam
penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.

Menurut situs id.wikipedia.org (diakses online pada tanggal 10


April 2017 jam 18.44) mengartikan ,Neo berasal dari bahasa yunani dan
digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernakular berarti
bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-
vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik
fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara
empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju
tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Hal ini wajar terjadi
seperti yang dikatakan Ikhwanuddin dalam bukunya yang berjudul
Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur (2005:1)
menyatakan perkembangan arsitektur sejalan dengan kebudayaan manusia,
yaitu pola pikir dan pola hidupnya. Hal itu berarti perkembangan arsitektur
dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir dan pola hidup manusia pada
zamannya.

Menurut situs scribd.com (diakses online pada tanggal 10 April


2017 jam 19.39 WITA), Arsitektur neo-vernacular merupakan suatu paham
dari aliran arsitektur postmodern yang lahir sebagai respon dan kritik atas
modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme
yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur neo-
vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya
mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta

3 | Post Modern Neo-Vernakular


budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara
bangunan, alam, dan lingkungan. pada intinya arsitektur neo-vernacular
merupakan perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata
pada abad 19 Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian
elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-
bahan material lokal. Arsitektur aliran neo-vernakular sangat mudah
dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap
bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu
manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi. Arsitektur neo-vernakular,
banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam
penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang
dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini
menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki image
daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern
seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide bentuk-
bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk
modern.

Menurut Stephanie G. Zographaki dalam bukunya Neo-Vernacular


Trends Towards The Recent Past In Greece (1986:14), arsitektur neo-
vernakular adalah pertukaran monumentalisme dan akademisi yang
memiliki gaya kreatif sesuai dengan umum masyarakat yang menghasilkan
sesuatu gaya yang digunakan dalam bentuk neo atau baru. Mungkin ada
suatu perbedaan sikap terhadap masa lalu, lalu mengevalusinya sehingga
menghasilkan suatu sistem yang mengahancurkan untuk sebuah kemajuan
industrialis. Hal tesebutlah yang membuat adanya keingginan untuk
menghubungkan budaya masa lalu dan budaya masa kini sehingga
menghasilkan penggabungan budaya tersebut menghasilkan gaya
arsitektur baru yang memanfaatkan hal hal atau budaya yang lama. Neo-
vernakular merupakan hasil reproduksi dari arsitektur vernakular dengan
bentuk tranformasi masa ini. "vernakular" (seperti yang disebutkan
terutama di Yunani) adalah dianggap sebagai bangunan berskala kecil atau

4 | Post Modern Neo-Vernakular


situasi permukiman yang telah bertahan dari masa lalu, yang merupakan
produk dari proses yang melibatkan empirik.

Gaya arsitektur neo-vernakular memiliki banyak tujuan. Peran


arsitektur neo-vernakular salah satunya adalah pengembalian suatu
keadaan historis dari sebuah daerah. Perubahan fisik berkembang secara
pesat di negara negara yang terkena dampak ekonomi membuat orang
lebih berpikir untuk menolak hilangnya citra historis lingkungan karena
rasa aman dan rasa akrab terhadap keadaan masa lalu, namun bangunan
neo-vernakular sendiri tidak bisa mengembalikan keadaan yang tercipta
saat itu, hanya bsa mengambil bentuk dari keadaan saat itu.

2.2 Ciri-Ciri dan Gaya Arsitektur Neo Vernakular


Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya language of Post-
Modern Architecture (1977:74), maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur
Neo Vernacular sebagai berikut :
1. Selalu menggunakan atap bubungan. Atap bubungan menutupi tingkat
bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap
yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada
tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang
menyimbolkan permusuhan.
2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian
yang merupakan budaya dari arsitektur barat.
3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan
dengan proporsi yang lebih vertikal. Bentuk-bentuk menerapkan unsur
budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam
bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan
ornamen).
4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
dengan ruang terbuka di luar bangunan.
5. Warna-warna yang kuat dan kontras. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat
bahwa arsitektur neo-vernacular tidak ditujukan pada arsitektur
modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya.
Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan

5 | Post Modern Neo-Vernakular


jelas dan tepat oleh neo-vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan
pemakaian kembali.
6. Pemakaian atap miring.
7. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep
dan kriteria perancangan.
8. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan
penampilan visualnya).
2.3 Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular
Menurut scribd.com (diakses online pada tanggal 10 April 2017
jam 19.39 WITA) adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur neo-
vernakular secara terperinci, yaitu :
1. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan
adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-
nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
2. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan
yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan
arsitektur.
3. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim
4. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur
5. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi
kondisi yang akan datang

BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Contoh Bangunan Aliran Arsitektur Neo Vernakular di Indonesia

6 | Post Modern Neo-Vernakular


A. Bandara Internaional Minangkabau

Bangunan ini
Gambar 3.1 Bandara Internasional Minangkabau
terletak di Sumber : Google Image provinsi
Sumatra barat yang merupakan bangunan neo-vernakular. Fungsi
bangunan ini yaitu sebagai bandar udara dan merupakan bandar udara
pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki nama suatu suku atau
etnik asli yang berasal dari provinsi Sumatra Barat yaitu Minangkabau.

Penggunaan
atap miring
dan memakai
gaya atap lokal
daerah
Minangkabau

Gambar 3.2 Penggunaan gaya lokal serta penerapan atap


miring pada atap Bandara Internasional Minangkabau
Sumber : Google Image

Bandara ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan


tradisional minangkabau yang menggunakan atap gonjong atau
bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai
tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan

7 | Post Modern Neo-Vernakular


sampai puluhan tahun namun belakangan ini atap rumah kemudian
berganti dengan menggunakan atap seng.

B. Homese (Honai Menuju Sehat)

Homese (honai menuju sehat) merupakan salah satu bangunan yang


Gambar 3.3 Homese (honai menuju sehat)
Sumber : Google Image

menerapkan gaya neo-vernakular. Fungsi bangunan Homese sendiri sama


seperti honai pada papua, namun yang berbeda dari homese adalah sudah
menerapkan kebutuhan modern sehingga terlihat lebih layak. Menurut
situs puskim.pu.go.id, (diakses online pada tanggal 16 Mei 2017 jam
17.20) homese memiliki konsep agar penghuni (dalam hal ini adalah
masyarakat tradisional papua) dapat terbebas dari penyakit ISPA tanpa
harus mengubah bentuk rumah maupun kebiasaannya.

8 | Post Modern Neo-Vernakular


Penggunaan
atap miring
dan memakai
bahan lokal
yaitu alang
alang.

Menerapkan
konsep bentuk
awal honai

Gambar 3.4 Penerapan gaya dan bahan lokal


pada rumah Homese
Sumber : Google Image
Penerapan tata ruang
serta bahan bahan yang dipakai merupakan bahan lokal dengan
penambahan teknik konstruksi yang berbeda sehingga dapat ditempatkan
sebuah cerobong sebagai cara untuk meningkatkan sirkulasi di dalam
bangunan. Pemakaian atap juga tetap memakai konsep awal yaitu atap
berbentuk dome dengan menggunakan material alang alang , sehingga
kesan honai masih dapat dirasakan dari luar.

3.2 Pengaplikasian Aliran Arsitektur Neo Vernkular di Bali


Aliran neo-vernakular secara singkat dapat diartikan sebagai aliran
yang menggabungkan antara arsitektur lokal dengan arsitektur modern,
untuk itu di Bali bangunanan yang mengadopsi aliran neo-vernakular,
pasti mengaplikasikan unsur arsitektur tradisional Bali pada desainnya.
Hal ini lah yang menyebabkan bangunan yang menggunakan aliran neo-
vernakular cukup banyak dapat ditemukan di Bali, khususnya pada
bangunan yang berfungsi sebagai villa ataupun penginapan lainnya.
Karena sebagian besar wisatawan yang datang ke bali tertarik untuk
menginap pada bangunan yang ada arsitektur tradisional Bali pada
desainnya. Selain itu, terdapat perda yang mengatur mengenai
pembangunan yang mengharuskan bangunan di Bali menggunakan unsur
arsitektur tradisional Bali, menurut kami ini merupakan langkah yang
diambil oleh pemerintah Bali untuk menjaga kelestarian arsitketur
tradisional bali.

9 | Post Modern Neo-Vernakular


3.3 Contoh Bangunan Aliran Arsitektur Neo Vernkular di Bali
Lokasi objek di Jalan Karangmas Sejahtera No.88 Jimbaran, Bali,
Indonesia.

Gambar 3.5 Gambar


Pulau Bali
Sumber : Google
Image

Gambar 3.6 Lokasi Objek The Mutiara Jimbaran


Sumber gambar : Google Map

10 | Post Modern Neo-Vernakular


Dari beberapa bangunan yang ada di Bali terdapat salah satu
bangunan yang mennggunakan aliran arsitektur neo-vernakular yaitu
sebuah hunian villa bernama The Mutiara Jimbaran.

3.4 Identifikasi Bangunan


Sebuah bangunan dapat dikatakan sebagai bangunan yang
menggunakan aliran neo-vernakular jika bangunan tersebut
menggunakan unsur arsitektur lokal termasuk filosofinya. Maka dari itu,
untuk mengidentifikasi bangunan paling tidak harus memahami tentang
arsitektur lokal tersebut.
Bangunan yang menjadi objek observasi kami dapat dikatakan
sebagai banguanan yang menggunakan aliran neo-vernakular, karena
pada dasaranya banguanan ini mengambil filosofi bangunan jineng pada
arsitektur tadisional Bali.
Mengenai jineng, bangunan ini bagian dari arsitektur tradisional
Bali biasanya terletak di bagian tenggara dari nata rumah pola arsitektur
tradisional Bali, fungsi jineng tersebut adalah sebagai tempat untuk
menyimpan padi. Namun, pada zaman sekarang sudah jarang digunakan
lagi dan bahkan sudah tidak di bangun di setiap pekarangan rumah
tradisional Bali.
Menurut situs imagebali.net (diakses online pada tanggal 10 April
2017 jam 19.10 WITA), jineng adalah sebagai salah satu rumah
tradisional Bali saat ini memang telah mengalami banyak perkembangan
modifikasi, modifikasi yang dilakukan dengan tidak meninggalkan
unsur-unsur budaya khas Bali akan membuat jineng terjaga kualitas
budayanya, sehingga memiliki nilai yang kian tinggi. Upaya pelestarikan
jineng sebagai unsur lokal Bali bisa dilakukan dengan tetap melekatkan
unsur lokal Bali pada setiap modifikasi bangunan jineng, upaya inilah
yang perlu dipertahankan untuk menjaga salah satu bentuk nilai budaya
lokal.
Seperti pada objek observasi kami bangunan tersebut
memanfaatkan jineng sebagai objek yang menarik bagi setiap orang yang
melihatnya. Layaknya villa dan hotel, jineng yang mengaplikasikan

11 | Post Modern Neo-Vernakular


aliran neo- vernakular bisa dirancang untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, seperti halnya jineng objek observasi kami. Berikut adalah
beberapa unsur yang menguatkan bahwa objek kami merupakan
bangunan yang menggunakan aliran neo-vernakular.
Elemen atas pada bangunan The Mutiara Jimbaran ini berbentuk
layaknya sebuah jineng, bagian yang paling mencolok bahwa bangunan
ini mengambil tipologi jineng adalah pada bagian penutup atap. Penutup
atap bangunan pada The Mutiara Jimbaran bisa dikatakan sama dengan
jineng pada umunnya. Berikut adalah perbandingan penutup atap
bangunan pada The Mutiara Jimbara dengan bangunan jineng tradisional
Bali pada umumnya.

Penggunaan atap dengan


bahan alang alang alami.

Bentuk atap yang runcing


pada bagian atasnya.

Gambar 3.7 Gambar penutup atap


jineng pada umumnya
Sumber : baliorti.com
12 | Post Modern Neo-Vernakular
Bentuk atap yang runcing pada
bagian atasnya, mengambil bentuk
jineng itu sendiri sebagai salah
satu ciri dari arsitektur neo
vernakular.
Pemakaian alang
alang sebagai
penutup atap.

Gambar 3.8 Gambar penutup atap jineng


the mutiara jimbaran
Sumber : dokumentasi pribadi

13 | Post Modern Neo-Vernakular


Bentuknya berupa setengah lingkaran yang lancip pada bagian
atasnya merupakan bagian yang paling mencolok. Namun, pada
bangunan The Mutiara Jimbaran sudah terdapat perubahan dalam segi
material yang digunakan. Pada umunya bangunan-bangunan arsitektur
tradisional Bali, bagian penutup atapnya sebagian besar menggunakan
material alang-alang termasuk bangunan jineng itu sendiri. Dalam
perkembangannya, khusunya di The Mutiara Jimbaran penggunaan

material alang-alang tidak diaplikasikan lagi, material tersebut


digantikan dengan menggunakan material alang-alang sintetis. Hal ini
mungkin dilakukan, yang bertujuan agar pemilik villa tidak repot
menggating alang-alang alami karena pada dasarnya alang-alang alami
tidak tahan lama. Untuk itu, sebagai pengganti alang-alang alami,
digunakanlah material baru yaitu alang-alang sintetis yang memiliki
ketahanan yang lebih baik dari pada alang-alang alami. Namun, tidak
menghilangkan suasana tradisional Bali pada bangunan.

Dari segi konstruksi atap pada villa The Mutiara Jimbaran


dengan jineng arsitektur tradisional Bali pada umunya terhilat sama
dari segi material yaitu kayu sebagai konstruksi dan penggunaan
alang-alang sebagai penutup atap. Namun, pada villa The Mutiara
memakai jenis bahan yang sudah mendapat pengaruh dari teknologi.
Misalnya naterial alang-alang pada villa The Mutiara Jimbaran sudah
Gambar 3.9 Material alang-alang sintetis pada
The Mutiara Jimbaran
14 | Post
Sumber Modern
: dokumnetasi Neo-Vernakular
pribadi
menggunakan bahan sintetis, hal ini dulakukan karena lebih efisien dan
lebih tahan lama, dikarenakan villa ini termasuk dalam objek wisata
tentu bahan kayu yang dipakai telah difinishing dengan baik sehingga
memiliki nilai estetika yang tinggi, berbeda dengan jineng pada
umunya tidak terlalu bertumpu dengan nilai estetika karena fungsinya
hanya sebagai tempat penyimpanan hasil panen untuk itu hanya
menggunakan kayu yang tidak difinishing.
Penggabungan unsur-unsur arsitektur tradisional Bali dengan
unsur-unsur modern pada villa The Mutiara Jimbaran dikombinasikan
dengan baik sehingga timbul hubungan antara kedua langgam
arstitektur inil merupakan salah satu ciri dari aliran neo-vernakular
yang terdapat pada villa The Mutiara Jimbaran. Tidak hanya elemen
fisik yang menyatakan bahwa villa ini merupakan bangunan yang
menganut aliran neo-vernakular. Selain elemen fisik terdapat juga
elemen non-fisik yaitu filososfi, kepercayaan, tata letak dan konsep.

15 | Post Modern Neo-Vernakular


Filosofi merupakan hal yang sangat penting bagi arsitektur
tradisional Bali termasuk dalam budaya dan tradisi yang ada di Bali.
Salah satu filosofi yang ada pada arsitektur tradisional Bali sekaligus
konsep yang sangat sering dapat diamatai adalah konsep Tri Angga.
Konsep Tri Angga dalam

Gambar 3.10 Konsep Tri Angga sebagai salah satu filosofi


pembangunan di Bali
Sumber : http://dwanisme.blogspot.co.id

arsitektur tradisional Bali dimana bangunan dianalogikan sebagai


manusia berupa kepala, badan dan kaki. menurut situs
gegesah.blogspot.co.id (diakses online pada tanggal 28 April 2017 jam
17.35), pada bangunan yang mengaplikasikan konsep Tri Angga
menampakkan diri dengan jelas yakni berupa raab/atap bangunan
adalah kepalanya selaku utama angga, pengawak atau badan bangunan
selaku madya angga, serta bebataran merupakan kaki sebagai nista
angga. Konsep Tri Angga ini masih diaplikasikan dengan baik pada
villa The Mutiara Jimbaran bagian kepala, badan, dan kaki dari villa
terlihat dengan jelas dan jika dibangdingkan dengan bangunan asli
arsitektur tradisional Bali, terlihat tidah jauh berbda bahkan bisa
dikatakan sama.

KEPALA

BADAN

KAKI

16 | Post Modern Neo-Vernakular


Gambar 3.11 Pembagian Jineng Mutiara jimbaran
berdasarkan Tri Angga sebagai salah satu ciri ciri arsitektur
neo vernakular Selain itu
sumber : dokumentasi pribadi

kepercayaan masyarakat berpengaruh pada tata letak dari villa The


Mutiara Jimbaran. Tata letak yang dimaksud adalah arah kepala saat
tidur, masyarakat Bali percaya tidur arah kepala lebih baik ke arah
hulu (timur atau utara) dan disarankan agar tidak ke arah teben (selatan
atau barat), masyarakat Bali percaya hulu merupakan arah yang
mendatangkan kebaikan begitu pula sebaliknya teben berarti buruk
seingga ada baiknya dihindari. Pada villa The Mutiara Jimbara masih
menggunakan kepercayaan masyarakat Bali ini sehingga tata letak dari
tempat tidur mengarah ke timur.

Penerapan salah satu


ciri ciri arsitektur neo
vernakular, yaitu
adanya unsur non fisik
masuk ke dalam
rancangan, seperti
ketentuan penempatan Gambar 3.12 Tata letak
tempat tidur tempat tidur mengarah
ke timur
sumber : dokumentasi
pribadi

Hasil
dari perpaduan antara arsitektur tradisional Bali dengan arsitektur
Modern menghasilkan bangunan yang mencirikan bangunan aliran
neo-vernakular dari segi fisik, dibutuhkan pemahaman yang baik akan
arsitektur tradisional Bali untuk menerapkan elemen non-fisik. Secara
keseluruhan villa The Mutiara Jimbara dapat dikatakan berhasil dalam
mengaplikaskan arsitektur aliran neo-vernakular karena terdapat unsur-
unsur arsitektur aliran neo-vernakular baik berupa elemen fisik
maupun elemen non-fisik yang diterapkan pada bangunan.

17 | Post Modern Neo-Vernakular


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut situs scribd.com arsitektur neo-vernakular, adalah sebuah
kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe
yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material
dan adat istiadat.
Menurut situs id.wikipedia.org mengartikan arsitektur neo-
vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik

18 | Post Modern Neo-Vernakular


fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara
empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju
tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.
Menurut kami arsitektur neo-vernakular adalah salah satu aliran
arsitektur yang menerapkan elemen arsitektur lokal pada desainnya
sehingga muncul karya yang baru namun tidak bertentangan dengan nilai-
nilai tradisional setempat. Elemen arsitektur lokal yang diambil tidak
hanya dari sigi fisik, namun juga dari segi non fisik seperti filosofi yang
menjadi acuan dalam mendesain.
Arsitektur aliran neo-vernakular memiliki ciri tersendiri, seperti
yang dikutip dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya language of
Post-Modern Architecture (1977:74), terdapat 8 point yang merupakan
ciri-ciri arsitektur aliran neo-vernakular, yaitu:
1. Selalu menggunakan atap bubungan
2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)
3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan
dengan proporsi yang lebih vertical
4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
dengan ruang terbuka di luar bangunan.
5. Warna-warna yang kuat dan kontras
6. Pemakaian atap miring.
7. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak
8. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru
Arsitektur neo-vernakular telah berkembang dari zaman-zaman
termasuk di Bali. Bangunan yang menerapkan unsur arsitektur neo-
vernakular di Bali sering dijumpai, salah satunya adalah villa di The
Mutiara Jimbaran yang mengambil bentuk bangunan tradisional Bali yaitu
jineng. Unsur-unsur arsitektur neo-vernakular yang terdapat pada villa di
The Mutiara Jimbaran memenuhi beberapa point dari ciri-ciri arsitektur
aliran neo-vernakular yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, dan 7.

19 | Post Modern Neo-Vernakular


4.2 Saran
Disarankan kepada pemerintah yang terkait dalam menerbitkan ijin
bangunan di Bali agar lebih tegas menegakkan Perda Nomor 5 Tahun
2005 dan memberikan sanksi yang tegas terhadap bangunan-bangunan
yang melanggar aturan tersebut yang dapat memberikan efek jerah.
Langkah yang diambil pemerintah dalam menerbitkan Perda Nomor 5
Tahun 2005 merupakan langkah yang tepat dikarenakan dapat
melestarikan arsitektur tradisional Bali. Pemerintah membiarkan
perkembangan arsitektur aliran neo vernakular di Bali dikarenakan
arsitektur aliran neo vernakular sejalan dengan tujuan Perda Nomor 5
Tahun 2005, hal ini merupakan hal yang baik. Namun, sebaiknya tetap
diawasi perkembangan arsitektur neo vernakular agar tidak terlalu
mendominasi di Bali.
Disarankan kepada perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi di
bidang arsitektur sebagai pelopor didalam pelestarian budaya lokal
pada konteks ini yaitu arsitektur tradisional Bali agar nantinya
arsitektur tradisional Bali kembali memiliki identitasnya sebagai
arsitektur warisan budaya lokal daerah Bali. Didalam pelestariannya
dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan atau materi
pembelajaran mengenai arsitektur aliran neo vernakular dikarenakan
arsitektur neo vernakular menerapkan prinsip-prinsip dari arsitektur
lokal.
Disarankan kepada arsitek agar bekerja secara profesional didalam
merancang atau mendesain bangunan yang akan dibangun di Bali dan
mematuhi Perda Nomor 5 Tahun 2005 yang menyangkut arsitektur
bangunan gedung sehingga arsitektur tradisional Bali tetap lestari di
era globalisasi pada saat ini. Dalam merancang bangunan arsitek bisa
mengaplikasikan unsur arsitektur aliran neo vernakular pada bangunan
dikarenakan prinsip dasar dari arsitektur aliran neo vernakular dapat
dikatakan ramah lingkungan dan berperan dalam pelestarian arsitektur
tradisional Bali, secara tidak langsung prinsip arsitektur aliran neo
vernakular sejalan dengan Perda Nomor 5 Tahun 2005.

20 | Post Modern Neo-Vernakular


Daftar Pustaka
Ikhwanuddin. 2005. Menggali Pemikiran Posmoderenisme dalam Arsitektur.
Yogjakarta : Gajah Mada University Press
Jencks, C. 1977. The Language of Post-Modern Architecture. London : Academy
Edition.
Zographaki, Stephania G. 1986. Neo-Vernacular Trends Towards The Recent Past
In Greece. Greece : MIT

Pradnya Putra, Tjok. 2013. Pengertian Arsitektur Neo Vernakular. Diambil dari
https://id.scribd.com/doc/135985062/Pengertian-Arsitektur-Neo- (diakses
online pada tanggal 10 April 2017 jam 19.39 WITA)
Student, Archi. 2011. Indonesia Architectural Practicing Concepts I : Tri Angga
(Traditional Balinese Concepts) (diakses online pada tanggal 29 April 2017
jam 22.12 WITA)
id.wikipedia.org (diakses online pada tanggal 10 April 2017 jam 18.44)

21 | Post Modern Neo-Vernakular


image.google.com (diakses pada tanggal 10 April 2017 jam 19.20)
baliorti.com/2012/12/jineng-bali.) html (diakses online pada tanggal 10 April
2017 jam 19.10 WITA)
http://gegesah.blogspot.co.id/2011/11/konsep-tri-angga-dalam-arsitektur.html
(diakses online pada tanggal 28 April 2017 jam 17.35)
puskim.pu.go.id, (diakses online pada tanggal 16 Mei 2017 jam 17.20)

22 | Post Modern Neo-Vernakular

Anda mungkin juga menyukai