Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Arsitektur


Nusantara

Rancangan Pembelajaran,
Pengantar Arsitektur
Vernakular: Pengertian dan
Karakteristik Arsitektur
Vernakular

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Arsitektur W121700027 Erza Rahma Hajaty, ST, MT

Abstract Kompetensi

Keberagaman kebudayaan di Setelah mempelajari Modul Mata Kuliah
Indonesia telah menghadirkan ini, mahasiswa mengerti dan mampu
mahakarya arsitektur lokal yang menjelaskan Arsitektur Nusantara,
berakar pada nilai-nilai tradisi lokal Arsitektur Vernakular dan arsitektur
masyarakat Indonesia. Filosofi fisik tradisional, serta mampu menjelaskan
dan tatanan lingkungannya menjadi konsep-konsep terbentuknya
cerminan dalam membentuk arsitektur arsitektur vernakular dalam arsitektur
Nusantara. tradisional.


Pembahasan

I. RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER

Mata Kuliah Arsitektur Nusantara adalah Mata Kuliah pendukung Mata Kuliah
Perancangan Arsitektur yang merupakan mata kuliah Inti pada Program Studi Arsitektur.
Mata Kuliah ini mempelajari konsep-konsep terbentuknya ruang-ruang kehidupan sebagai
dasar terbentuknya arsitektur yang mencakup faktor-faktor fisik dan non fisik diantaranya
kondisi fisik suatu tempat dan budaya masyarakatnya. Untuk mengambil matakuliah ini
tidak diperlukan prasyarat, namun mata kuliah ini memperkaya pemahaman mahasiswa
terhadap konsep-konsep arsitektur lokal yang bermanfaat dalam Mata Kuliah Inti, yaitu
Perancangan Arsitektur.

A. CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah)

1. Mampu menjelaskan pengertian-pengertian nusantara, arsitektur vernacular,


arsitektur tradisional
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor pembentuk arsitektur vernacular ataupun arsitektur
tradisional
3. Mampu menganalisis konsep-konsep arsitektur vernacular dalam arsitektur tradisional
di nusantara
4. Mampu bekerjasama dalamkelompok, Jujurdanbertanggungjawab atas hasil kerja dan
hasil karyanya serta Disiplin dalam memenuhi tenggat waktu yang telah ditetapkan
5. Mampu mengkomunikasikan gagasannya baik secara verbal maupun non verbal
dalam mempresentasikan tugas dalam bentuk PPT,Makalah, dan Sketsa/Poster
(manual/digital)

B. POKOK BAHASAN

1. Rancangan pembelajaran, pembagian kelompok, penjelasan tugas dan pengantar


arsitektur nusantara.
2. Ranah konsep arsitektur vernakular.
3. Vernakular dalam arsitektur tradisional.

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


4. Arsitektur vernakular dalam arsitektur tradisional Indonesia, dalam konteks
geogarafis, budaya dan karakter umum arsitektur tradisional.
5. Arsitektur vernakular pada arsitektur tradisional di Sumatera khususnya Batak
6. Arsitektur vernakular pada arsitektur tradisional Minangkabau
7. Arsitektur vernakular pada arsitektur tradisional Mentawai
8. Arsitektur vernakular pada arsitektur tradisional Nias
9. Arsitektur vernakular di Sulawesi khususnya Tongkonan Toraja.
10. Arsitektur vernakular Nusa Tenggara khususnya Lombok dan Sumba.
11. Arsitektur vernakular Nusa Tenggara khususnya Flores dan Alor.
12. Arsitektur vernakular Jawa Barat khususnya Sunda
13. Konsep arsitektur Kampung Naga.
14. Konsep arsitektur vernakular di Jawa Tengah
15. Konsep arsitektur vernakular di Bali

KOMPONEN PENILAIAN
1. Coursework 1 (Quiz/assignment) : 10%
2. Coursework 2 (Paper – Video Presentasi) - Tugas Besar 1 : 30%
3. Coursework 3 (Poster - Video Presentasi) – Tugas Besar 2 : 20%
4. UAS : 40%

II. PENJELASAN TUGAS

Tugas kelompok (Tugas Besar 1)


1. Membuat paper arsitektur vernakular pada arsitektur tradisional
a. Setiap kelompok memilih salah satu arsitektur daerah: Batak, Minangkabau,
Mentawai, Nias, Tongkonan Toraja, Lombok, Sumba, Flores, Alor, Sunda,
Kampung Naga, Jawa, dan Bali.
b. Minimal substansi memuat unsur:
- Geografis, Topografi dan lingkungan.
- Budaya dan matapencaharian masyarakat setempat.
- Wujud Arsitektur: Bentuk fasad, struktur (atap, dinding, lantai, pondasi,
pintu, jendela, dan lain-lain), pola penataan ruang, orientasi bangunan,
bentuk detail ornamen dan ragam hias.
- Filosofi dan simbol dikaitkan dengan Wujud Arsitektur.
c. Melakukan analisis pada setiap unsurnya.

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


d. Paper berukuran A4, Jumlah lembar tidak dibatasi, penilaian diutamakan pada
kelengkapan substansi dan kedalaman menganalisa.
e. Paper dikumpulkan mulai pertemuan e-learning minggu ke-4 sd minggu ke-5,
berupa softcopy di email ke erzarahma35@gmail.com
f. Paper memuat Daftar Pustaka:
- Wajib mencantumkan ‘sumber kutipan’ pada kalimat maupun
foto/gambar.
- Daftar pustaka pada halaman belakang paper.
- Daftar pustaka memuat 2 sumber ilmiah dari Jurnal, prosiding atau Buku

2. Membuat slide presentasi dan video presentasi atau presentasi langsung zoom
(boleh memilih salah satu), dari tugas paper di atas.
a. Power Point memuat point-point Penjelasan Singkat serta gambar-gambar
yang dianalisa.
b. Kelengkapan substansi, analisa dan tampilan slide mempengaruhi penilaian.
c. Slide presentasi dan video presentasi atau presentasi zoom
dikumpulkan/dilaksanakan paling lambat minggu ke-6, ke email ke
erzarahma35@gmail.com (atau dengan mengirimkan link Google Drive).
d. Setiap anggota kelompok wajib presentasi
e. Presentasi dilakukan berkelompok, namun penilaian tetap per-individu, untuk
itu setiap anggota kelompok wajib menyebutkan nama saat melakukan
presentasi.

3. Tugas yang dikumpulkan setelah batas waktu yang ditentukan nilai dikurangi 20%
dari yang seharusnya.

III. PEMBAGIAN KELOMPOK

Setiap kelompok beranggotakan 5 orang.

IV. PENGANTAR ARSITEKTUR NUSANTARA

Menurut Adiyanto (2018) arsitektur nusantara adalah arsitektur adaptif baik terhadap iklim
tropis, tanggap terhadap kondisi alam, serta menerima budaya luar dan
mentransformasikannya sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya; sedangkan arsitektur
(di) nusantara adalah arsitektur yang global, punya nilai-nilai universal dan pada saat
bersamaan juga sangat lokal, yang hanya berlaku pada tempat itu sendiri. Sedangkan

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


menurut Widiastuti (2015) dalam batas tertentu arsitektur nusantara semestinya dapat
dikodifikasi sebagai sebuah pengetahuan yang universal dan generatif, yang dapat
dimanfaatkan sebagai rujukan atau formula untuk melakukan transformasi, sehingga
berpotensi untuk memunculkan pengetahuan desain yang bersifat “form generation” (seperti
bentuk atap berbentuk perahu).

Keberagaman suku bangsa, adat istidat dan kepercayaan di Indonesia telah melahirkan
berbagai gagasan, perilaku, dan hasil karya, yang menghasilkan wujud kebudayaan yang
khas. Salah satu wujud kebudayaan tersebut adalah karya arsitektur Indonesia dengan
bentuk yang mencerminkan budaya asli Indonesia. Arsitektur tradisional merupakan salah
satu wujud kebudayaan yang lahir dari tradisi, budaya dan kondisi lingkungan masyarakat
masa lalu di Indonesia. Keberadaan arsitektur tradisional masih dipertahankan hingga saat
ini, namun terbatas pada kampung-kampung adat saja.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di Indonesia, maka diikuti juga dengan
perubahan pada masyarakat dan budayanya. Hal itu baik langsung ataupun tidak langsung
telah membawa perubahan masyarakat Indonesia dalam berarsitektur.

Maka munculnya istilah arsitektur vernakular Indonesia apakah sebagai salah satu jawaban
atas sejarah perkembangan arsitektur nusantara, suatu kearifan lokal yang masih dipegang
oleh masyarakat di bagian sisi tertentu di Indonesia?

Romo Manguwijaya mengungkapkan bahwa arsitektur vernakular adalah pengejawentahan


yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu
tempat. Sedangkan pengertian sejarah menurut Rochiati Wiriatmadja bahwa sejarah adalah
disiplin ilmu yang menjanjikan etika, moral, kebijaksanaan, nilai-nilai spritual, dan kultural
karena kajiannya yang bersifat memberikan pedoman kepada keseimbangan hidup, harmoni
dalam nilai-nilai, keteladanan dalam keberhasilan dan kegagalan, dan cerminan pengalaman
kolektif yang menjadi kompas untuk kehidupan masa depan.

Namun, Hidayatun, Prijotomo, Rachmawati pada Arsitektur di Indonesia pada papernya


“Dalam Perkembangan Jaman” mengungkapkan ketika seorang Prijotomo merasakan
kegundahannya terhadap keadaan arsitektur masa kini di Indonesia (Prijotomo, 2008 dalam
Hidayatun, Prijotomo, Rachmawati), maka dari situlah muncul pemikiran bagaimana
mengkinikan, mengawinkan antara arsitektur tradisional dengan arsitektur masa kini yang
kemudian berkembang menjadi arsitektur Nusantara melalui serangkaian pergulatan
pemikiran dan yang akhirnya Prijotomo menuangkannya pemikirannya: “Menempatkan
arsitektur tradisional sebagai rekaman pengetahuan Arsitektur Nusantara, kemudian

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


membangun arsitektur Nusantara sebagai pengetahuan arsitektur yang dapat digunakan
untuk membuat arsitektur yang menusantara disatu pihak dan menjadikan arsitektur
Nusantara sebagai warga arsitektur dunia di pihak yang lain”.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa arsitektur nusantara merupakan bentuk
perwujudan dari sejarah, tradisi dan budaya Indonesia yang khas, yang pada salah satu sisi
(1) mempertahankan dirinya untuk tetap menjadi arsitektur tradisional; pada sisi lain (2) dapat
berkembang secara kontekstual dan mempertahankan kearifan lokalnya sebagai arsitektur
vernakular; dan pada sisi dunia (3) memiliki perwujudan arsitektur Indonesia dengan keunikan
yang khas dari setiap wilayahnya yang menusantara sehingga menjadi arsitektur Indonesia
diantara arsitektur dunia.

Masyarakat masa lalu merupakan kelompok etnik yang erat dengan sosiabilitasnya dan
kesukuannya. Mereka secara bersama-sama merumuskan konsep-konsep budaya lokal ke
dalam wujud arsitektur. Arsitektur tradisional dibentuk oleh masyarakat etnik yang memiliki
tradisi yang melekat sehingga setiap bentuk diwujudkan

Menurut Fredrik Barth (1969), kelompok etnik dapat disebut sebagai suatu unit kebudayaan
karena kelompok etnik mempunyai ciri utama yang penting yaitu kemampuan untuk berbagi
sifat budaya yang sama dan tiap kelompok etnik mempunyai ciri budayanya sendiri, yaitu:
kelanggengan unit-unit budaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya unit
budaya. Kelompok etnik mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa
kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, dan menentukan ciri kelompoknya sendiri yang
diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Kesadaran rasa
kebersamaan kelompok masyarakat etnik melahirkan nilai-nilai kebudayaan yang berupa
konsep-konsep budaya lokal, dan salah satunya adalah dalam melahirkan konsep arsitektur
tradisional.

etika

kultural PERILAKU
MASYARAKAT KONSEP KONSEP
SEJARAH MASA LALU ARSITEKTUR
BUDAYA
moral (MASYARAKAT LOKAL RAKYAT
ETNIK

Nilai spiritual

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


V. PENGERTIAN ARSITEKTUR VERNAKULAR

Pengertian menurut beberapa tokoh:

- Hasil penelitian Bernhard Rudolfsky pada bukunya Architecture Without Architect (1964)
di New York, memaparkan tentang pemukiman dan rumah-rumah masyarakat biasa,
dimana saat itu permukiman lebih didominasi oleh bangunan yang cenderung megah
disejajarkan dengan karya masyarakat biasa. Sejak itu Bernhard Rudolfsky menyebut
bangunan rakyat dengan sebutan “vernacular-architecture” dalam konteks ilmu asitektur
formal.

- Menurut Paul Oliver pada bukunya Encyclopedia Of Vernacular-architecture Of The


World (1997), …comprising the dwellings and all other buildings of the people. Related to
their environmental contexts and available resources they are customarily owner- or
community built, utilizing traditional technologies. All forms of vernacular architecture are
built to meet specific needs, accommodating the values, economies and ways of life of
the cultures that produce them.

Bahwa arsitektur vernakular terkait dengan lingkungan sumber daya setempat yang
dibangun oleh suatu masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan
budaya masyarakat.

- Menurut Suharjanto (2011) Arsitektur vernakular adalah istilah yang digunakan untuk
mengkategorikan metode konstruksi yang menggunakan sumber daya orisinal lokal untuk
memenuhi kebutuhan lokal. Arsitektur vernakular berkembang setiap waktu untuk
merefleksikan lingkungan, budaya, dan sejarah dari daerah dimana karya arsitektur
tersebut muncul dan berada atau eksis.

- Menurut Bruce Allsopp (1977) Vernacular architecture is a generalized way of design


derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk
Architecture.

- Menurut Amos Rapoport menjelaskan bahwa arsitektur vernacular adalah karya


arsitektur yang tumbuh dari arsitektur rakyat dengan segala macam tradisi dan
mengoptimalkan atau memanfaatkan potensi-potensi lokal. Amos Rapoport Dalam Buku
House Form And Culture menjelaskan tentang teori alternative bentuk, bahwa terciptanya

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


suatu bentuk atau model disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu primary atau primer dan
modifying factors atau sekunder. Primary factor meliputi faktor sosial-budaya, sedangkan
modifying factors meliputi faktor iklim, faktor bahan atau material, faktor konstruksi, faktor
teknologi, dan faktor lahan.

- Menurut Wiranto (1999) Arsitektur vernakular tumbuh dari arsitektur rakyat,yang lahir dari
masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, sejalan dengan paham kosmologi,
pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai cerminan jati diri yang
dapat dikembangkan secara inovatif kreatif dalam pendekatan sinkretis ataupun eklektis.
Arsitektur vernakular menjadi salah satu jembatan menuju evolusi arsitektur Indonesia
modern yang tetap berjati diri dan berakar pada tradisi.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

- Arsitektur vernakular adalah arsitektur rakyat, rakyat menjadi arsitek asli dari wujud
arsitektur masa lalu. Rakyat bersama-sama mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep
melalui filosofi yang hidup di dalam kesehariannya.

- Arsitektur vernakular merupakan arsitektur rakyat yang hadir dan terbentuk dari tradisi
lokal dan perilaku masyarakat setempat, termasuk pengaruh dari kondisi alam dan iklim
setempat, bersifat kontekstual dan dapat berkembang sesuai dengan zamannya dengan
tetap berpedoman pada kearifan lokal.

Sejarah Arsitektur rakyat


lahir dari tradisi dan budaya
Berkembang ARSITEKTUR VERNAKULAR setempat

Beradaptasi Cerminan masyarakat


Setempat
Bersifat kontekstual
Dengan Kearifan Lokal

Arsitektur Vernakular
Indonesia

VI. KARAKTER ARSITEKTUR VERNAKULAR

Karakter Arsitektur vernakular dapat dilihat dari dua hal yaitu:

1. Karakteristik yang mempengaruhi proses terbentuknya arsitektur vernakular


a. bersifat fisik atau dapat dilihat wujudnya secara fisik;

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


b. bersifat non fisik yaitu yang tidak terlihat secara fisik, merupakan faktor-faktor yang
sangat mempengaruhi terbentuknya karya arsitektur vernakular yang khas.


Gambar: Ilustrasi konsep vernakular dan tradisi
Sumber: Suharjanto, Gatot (2011)

2. Karakter wujud arsitektur vernakular

Hasil karya arsitektur vernakular di Indonesia pada umumnya memiliki karakter yang
hampir sama, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor terbentuknya baik fisik maupun
nonfisik sehingga membentuk wujud arsitektur nusantara yang khas. Menurut Gatot
Suharjanto (2011) struktur bangunan vernakular mudah dipelajari dan dimengerti
terbuat dari material lokal; cocok secara ekologi, yaitu sesuai dengan iklim lokal, flora,
fauna dan pola kehidupan. Dengan demikian, bangunan vernakular memiliki
kesesuaian dengan lingkungan setempat dan memiliki skala manusia atau skala
rakyat biasa, bukan skala keagungan istana kerajaan ataupun skala bangunan
keagamaan yang megah. Proses membangunnya lebih penting daripada hasil akhir
produknya. Kombinasi dari ketepatan yang baik secara ekologi, skala manusia,
kualitas, bersamaan dengan perhatian yang kuat untuk dekorasi, ornamentasi dan
penghiasan, membawa kepada sensasi kesederhanaan yang menghasilkan
kemewahan yang sesungguhnya.

Sedangkan menurut Nurmaningsih Nico Abdul pada Karakteristik Rumah Budel


sebagai arsitektur vernakular Gorontalo, secara fisik memiliki keseragaman

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


keseragaman pada organisasi ruang baik vertikal maupun horisontal,
struktur/konstruksi dan bahan bangunan serta bentuk/model pintu dan jendela,
orientasi bangunan serta tata tapaknya, sedangkan keberagaman terlihat pada
bentuk/model atap, sistem peletakan tangga, ornamen/ragam hias baik pada lisplank,
reiling teras maupun tangga. Sedangkan dari sisi filosofis adanya penerapan analogi
unsur kepala, badan dan kaki pada tampilan fisik secara vertikal

Sedangkan menurut Mentayani, Ikaputri (2012) arsitektur vernakular memiliki


karakteristik:
- Diciptakan masyarakat tanpa bantuan tenaga ahli/arsitek profesional melainkan
dengan tenaga ahli lokal/setempat
- Diyakini mampu beradaptasi terhadap kondisi fisik, sosial budaya dan lingkungan
setempat
- Dibangun dengan memanfaatkan sumber daya fisik, sosial, budaya, religi,
teknologi dan material setempat
- Memiliki tipologi bangunan awal dalam wujud hunian dan lainnya yang
berkembang di dalam masyarakat tradisional
- Dibangun untuk mewadahi kebutuhan khusus, mengakomodasi nilai-nilai budaya
masyarakat, ekonomi dan cara hidup masyarakat setempat
- Fungsi, makna dan tampilan arsitektur vernakular sangat dipengaruhi oleh aspek
struktur sosial, system kepercayaan dan pola perilaku masyarakatnya.

Oleh karena itu, berdasarkan beberapa pendapat di atas secara umum, karakter dari
wujud arsitektur vernakular adalah sebagai berikut:
- Dibangun oleh masyarakat lokal
- Bangunan yang adaptif terhadap lingkungan dan budaya setempat
- Menggunakan material lokal, sesuai dengan iklim lokal, dan tidak berlebihan
- Bangunan vernakular memiliki skala manusia atau skala rakyat biasa
- Proses pembangunannya lebih penting daripada hasil akhir produknya
- Warna dan tekstur dipengaruhi oleh budaya setempat.
- Perhatian yang kuat untuk dekorasi, ornamentasi dan penghiasan.
- Memiliki keseragaman organisasi ruang baik vertikal maupun horisontal, orientasi
bangunan serta tata tapaknya.
- Penggunaan bentuk/model tertentu seperti pada atap

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


- Adanya kesepakatan tertentu pada peletakan elemen seperti tangga, jendela,
ornamen/ragam hias baik warna maupun bentuknya yang dipengaruhi faktor non
fisik (budaya setempat).
- Adanya analogi kepala, badan dan kaki pada tampilan fisik secara vertikal, dan
adanya pembagian area privat dan publik pada tampilan fisik ruang secara
horisontal.
- Bangunan mewadahi fungsi khusus sesuai dengan budaya setempat.

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id


Daftar Pustaka

Adyanto, Johannes. 2018. Mencari DNA Arsitektur di Nusantara. Prosiding Seminar Arsitektur
Nusantara IPLBI

Abdul, N Nurmaningsih. Karakteristik Rumah Budel sebagai Arsitektur Vernakular Gorontalo


(Era 1890-an sampai 1930-an).

Hidayatun, I Maria; Prijotomo, Josef; Rachmawati, Murni. Arsitektur di Indonesia Dalam


Perkembangan Jaman, Sebuah Gagasan untuk Jati diri Arsitektur di Indonesia.

Manguwijaya, Y.B. 2013. Wastu Citra, Jakarta: Kompas Gramedia.

Mentayani, Ira dan Ikaputra. 2012. Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur, dan
Aspek-Aspek Vernakularitas. LANTING Journal of Architecture. Vol 1 No 2 : 68-82.

Oliver, Paul. 1997. Encyclopedia Of Vernacular-architecture Of The World. Cambridge


University Press.

Rapoport, Amos. 1969, House Form and Culture. Prentice Hall, Englewood Cliffs NJ.

Rapoport, Amos. 2006. Vernacular Design as a Model System. In Asquith, Lindsay and Marcel
Vellinga (eds). Vernacular Architecture in the Twenty-First Century. Theory, Education and
Practice. London and New York: Taylor & Francis.

Rudolfsky, Bernhard. 1964. Architecture Without Architect. New York: Doubleday & Company,
Inc.

Suharjanto, Gatot. 2011. Membandingkan Istilah Arsitektur Tradisional Versus Arsitektur


Vernakular. ComTech Vol.2 No.2

Turan, Mete. 1990. Vernacular Architecture, Paradigms of Environmental Response.

Vitruvius. 1914. Ten Books on Architecture. London: Cambridge Harvard University Press.

Wiranto. 1999. Arsitektur Vernakular Indonesia: Perannya Dalam Pengembangan Jati Diri.
Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 27 No. 2 : 15-20.

https://etnobudaya.net/2011/03/24/batasan-sosial-etnik-bagaimana-mengartikan-kelompok-
etnik-menurut-barth/

https://monoskop.org/images/d/d3/Rudofsky_Bernard_Architecture_Without_Architects_A_S
hort_Introduction_to_Non-Pedigreed_Architecture.pdf

http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

2018 Arsitektur Nusantara Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Erza Rahma Hajaty, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai