Anda di halaman 1dari 41

Building

Adaptation
Pengertian
• Adaptasi' berasal dari bahasa Latin : Ad (ke/ To)
dan Aptare (Fit/Match/Cocok).

• Adalah suatu usaha/ konsep renovasi/meremajakan


bangunan untuk mengubah : kapasitas, fungsi atau
kinerja bangunan

• Dengan cara : menyesuaikan, menggunakan


kembali atau meng-upgrade bangunan sesuai
dengan Fungsi dan persyaratan fungsi bangunan
yang baru .
Latar Belakang
Problem dan Peluang,
Adaptasi merupakan upaya/intervensi untuk
mengelola dan mengendalikan perubahan dalam
konteks atribut fisik dan fungsional dari bangunan
yang sudah ada.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa


bangunan sudah tidak layak digunakan atau
dimanfaatkan dengan fungsi awal, atau dengan
kata lain sudah melewati usia ekonomis bangunan.
• Pertumbuhan ekonomi
dan urbanisasi, yang
merupakan pendorong
utama perubahan di
negara-negara
berkembang
• Isu-isu global mengenai
konservasi energi dan
pengurangan polusi untuk
memerangi perubahan
iklim, dan berkurangnya
sumber daya alam yang
terbatas,
• Pada tingkat makro semua
faktor ini dapat memicu
kebutuhan akan program
pembaharuan dalam
kawasan urban/urban
renewal.
• Pada tingkat mikro
pengaruh tersebut dapat
mempengaruhi pemilik
properti/investor untuk
memperbaharui dan
meningkatkan kinerja dari
fungsi bangunan mereka.
• Adaptasi bentuk
dan fungsi
bangunan
merupakan bagian
penting dari
pembaharuan
skema urban,
khususnya di daerah
bersejarah dan
pemukiman
Berbagai istilah dalam Adaptasi ,
1. Perbaikan (Refurbishment),
adalah untuk usaha memberikan perbaikan/
reparasi/facelift untuk meningkatkan
penampilan dan fungsi bangunan

2. Pemulihan (Restoration),
Biasanya terbatas pada pekerjaan pemulihan
kembali bangunan yang sudah rusak/hancur, dan
penerapannya sangat jarang dalam konteks
properti /bangunan komersial
3. Rehabilitasi (Rehabilitation),
Biasanya dibatasi untuk perumahan. Seperti
perbaikan, rehabilitasi mungkin termasuk
elemen modernisasi. Namun, tidak seperti
renovasi, ini mungkin terdiri dari perubahan
struktural utama

4. Renovasi (Renovation)
Secara teknis 'renovasi' dapat terjadi pada
perumahan serta bangunan komersial
tetapi biasanya berskala lebih besar dari
pada 'pemulihan'
5. Recycling,
Remodelling,
Renewall,

Kata-kata seperti 'daur ulang', ’perubahan model'


atau 'pembaharuan' juga kadang-kadang
digunakan untuk menggambarkan adaptasi.
’Perubahan Model', misalnya, sering digunakan di
Amerika Serikat sebagai ungkapan yang
menyeluruh untuk karya-karya ini.

Biasanya bila berkaitan dengan konservasi


bangunan, seperti: perbaikan, renovasi,
rehabilitasi, restorasi
dan restorasi memiliki skala muatan teknis yang
lebih komprehensip.
1. Adaptasi dalam Konservasi
Pendekatan Disain, ( Norman Tyler )
1. Matching
2. Contrasting
3. Compatible laras
4. Compatible kontras

Referensi :
Insertion
Menambah Tanpa Merobohkan
Milla Ardiani
1. MATCHING :

Bangunan baru dirancang dengan gaya arsitektur sama


dengan bangunan asli dengan membuat imitasi elemen
bangunan bersejarah di sekitarnya, yaitu menggunakan
material2 dan detail2 yg mirip.
Rancangan pada eksterior bangunan.
 Elemen fasad : proporsi bukaan, bahan bangunan, warna
 Massa bangunan : tinggi bangunan, garis sempadan,
bentuk massa.

Contoh : hotel Ibis Surabaya


MATCHING

Kriteria Perancangan :

1. Elemen Fasad :
 Tidak menggunakan ornamen fasad bangunan lama
 Bahan bangunan yang baru dan berbeda dengan
bangunan sekitarnya
 Warna berbeda atau kontras dengan sekitarnya

2. Massa bangunan :
 Ketinggian bangunan lebih tinggi atau lebih rendah
50% - 70% dengan bangunan eksisting sekitar
 Tidak menyesuaikan dengan garis sempadan
bangunan eksisting
 Bentukan massa yang abstrak dan bentukan figure
ground baru yang berbeda dengan bangunan
sekitar.
2. CONTRASTING

Mengasumsikan bahwa bangunan sekitar tapak memiliki langgam


arsitektur yang beragam. Langgam arsitektur dari berbagai
periode waktu pembangunan yang berbeda sehingga bangunan
baru dan lama seharusnya terpisah langgam.

Pendekatan kontras menggunakan material dan tampilan modern


serta sederhana, namun bentuk bangunan jauh berbeda dg
bangunan eksisting.

Elemen visual contrasting :


1. Elemen fasad : proporsi bukaan, bahan bangunan, warna
2. Massa bangunan : tinggi bangunan, garis sempadan, bentuk
massa

Contoh : Le Fresnoy karya Bernard Tschumi, bangunan insertion


melingkupi bangunan lama, hal ini dapat terjadi apabila bangunan
lama bukan merupakan bangunan dengan level konservasi 1 yang
harus diperlihatkan dari fasad agar terlihat sisi sejarahnya.
Contrasting

Kriteria Perancangan :

1. Elemen Fasad :
 Tidak menggunakan ornamen fasad bangunan lama
 Bahan bangunan yang baru dan berbeda dengan
bangunan sekitarnya
 Warna berbeda atau kontras dengan sekitarnya

2. Massa bangunan :
 Ketinggian bangunan lebih tinggi atau lebih rendah
50% - 70% dengan bangunan eksisting sekitar
 Tidak menyesuaikan dengan garis sempadan
bangunan eksisting
 Bentukan massa yang abstrak dan bentukan figure
ground baru yang berbeda dengan bangunan
sekitar.
Bernard
Tschumi - Le
Fresnoy Art
Center - 015
3. COMPATIBLE LARAS

Pada perancangan ini elemen-elemen visual bangunan


baru dibuat mirip, namun detailnya lebih sederhana dari
bangunan aslinya.

Elemen visual kompatible kontras :


1. Elemen fasad : proporsi bukaan, bahan bangunan,
warna
2. Massa bangunan : tinggi bangunan, garis sempadan,
bentuk massa

Contoh Insertion dengan Compatible Laras : British


Museum karya Norman Foster
Kriteria perancangan COMPATIBLE LARAS :

1. Elemen Fasad
 Elemen dan hubungan fasad yang mirip, misal
mengulang ritme ketinggian jendela dan pintu
 Menggunakan bahan bangunan dan motif fasad sama
dengan meminimalkannya
 Warna yang senada

2. Massa Bangunan
 Menyesuaikan dengan ketinggian rata2.
 Degradasi bangunan sama dengan bangunan
eksisting sekitarnya
 Bentukan figure ground sama dengan bangunan
sekitar.
Contoh perancangan COMPATIBLE LARAS :
BRITISH MUSEUM – Norman Foster

Bangunan
insertion berada di
dalam bangunan
lama. Hal ini terjadi
apabila bangunan
lama merupakan
bangunan dengan
level konservasi 1
di mana fasad
harus
diperlihatkan agar
terlihat sisi
sejarahnya.
4. COMPATIBLE KONTRAS

Pada perancangan ini gubahan massa disesuaikan dengan


bangunan lama, namun komposisi hubungannya dibuat
kontras terutama pada pemilihan penggunaan fasad dan
bentuk bangunan.

Elemen visual kompatible kontras :


1. Elemen fasad : proporsi bukaan, bahan bangunan, warna
2. Massa bangunan : tinggi bangunan, garis sempadan,
bentuk massa

Contoh karya Insertion dengan compatible kontras : :


Library at Waterford
Kriteria perancangan COMPATIBLE CONTRAST

1. Elemen Fasad
 Menggunakan elemen dan hubungan fasad berbeda
 Menggunakan bahan bangunan bebeda dengan
sekitar namun motif fasad sama dengan
menyederhanakannya
 Warna yang kontras

2 Massa Bangunan
 Ketinggian bangunan tidak lebih tinggi
 Menyesuaikan dengan bangunan eksisting
sekitarnya
 Menggunakan bentukan bangunan yang sama
dengan bangunan sekitar.
Contoh perancangan
COMPATIBLE
CONTRAST :
LIBRARY AT
WATERFORD.

Bangunan
insertion
menempel
mengelilingi
bangunan lama
THE FORMULA of INSERTION
1. Bangunan baru vs Bangunan eksisting
a. Ukuran
 Bangunan baru lebih besar dari bangunan eksisting
 Bangunan baru lebih kecil atau sama dengan bangunan
eksisting
b. Letak
 Separate (berpisah dengan penghubung)
 By side (berdempetan/menempel)
 In side (menjadi satu kesatuan)
c. Efek desain : Bangunan baru dapat menjadi foreground atau
background bangunan eksisting
2. Locationing
 In the ground (di bawah tanah)
 Up the ground (di atas tanah)
 In and up the ground
 Up from the eksisting building (di atas bangunan lama)
3. Connection (jika separate)
 By bridge (jembatan dari lantai 2 ke bangunan eksisting)
 By gallery (selasar/lorong di lantai satu)
 By plaza (area publik yang luas dan terbuka)
 Circulation area (tangga, lift, escalator)
LANGKAH INSERTION
(bangunan eksisting merupakan bangunan heritage atau
bukan)
1. Melihat kondisi kompleks area bangunan eksisting berada
dan lingkungan area urban sekitar
2. Mempelajari kondisi eksisting, utilitas, struktur, dll
3. Meneliti bangunan eksisting merupakan heritage atau
bukan (ketentua pemerintah setempat.
4. Membuat konsep dan kriteria perancangan
5. Memilih pendekatan desain yang sesuai
6. Memilih formula
7. Melakukan komposisi/proporsi desain untuk bentukan dan
tampak bangunan
8. Crosscheck dengan masyarakat sekitar, apakah mereka
dapat menerima atau tidak terhadap bangunan baru yang
ingin dihadirkan
9. Membuat sketsa berupa konklusi desain
ALTERNATIF STRATEGI INSERTION

1. Bangunan baru sama besar dengan bangunan eksisting,


terpisah dari eksisting, in the ground, koneksi melalui
circulation area
2. Bangunan baru sama besar dengan bangunan eksisting,
terpisah dari eksisting, up the ground, dengan
jembatan penghubung
Samitour (Eric Owen
Moss)
 Bangunan baru berada
di atas bangunan
eksisting
 Bangunan baru diberi
struktur sehingga ada
space antara atap
bangunan lama dan baru
 Penghubung keduanya
adalah tangga.
Apartment Building (Coop Himmelblau)
 Bangunan baru dibuat seolah-olah
mengelilingi bangunan eksisting yang
besar
 Penghubung dengan jembatan
 Pendekatan contrasting
Sharp Centre for Design (Will Alsop)
 Bangunan baru berupa box berada di atas bangunan eksisting yang
melayang melewati atap bangunan eksisting lainnya
 Bentuk esktrem disesuaikan dengan konsep desain bangunan
sebagai art centre
 Pendekatan contrasting
Plaza e’X Jakarta (DCM)
 Bangunan baru sama besar dengan bangunan eksisting (Plaza
Indonesia)
 Bentuk didesain dengan konsep ingin mencerminkan kedinamisan
kaum muda sebagai pangsa pasar, kontras dengan Plaza Indonesia
yang diperuntukkan bagi kaum mapan.
 Pendekatan contrasting
Student Centre ITB (Baskoro Tejo)
 Bangunan baru sebagai Hall of
fame, Plaza besar penguhubung
babnguan multi massa di dalamnya
 Pengubung bangunan dengan
sekitarnya berupa selasar
 Pendekatan desain compatible
laras.
2. Adaptive re-use
Untuk sebagian pemilik bangunan opsi adaptive re-use
sering dianggap sebagai Opsi termurah/ekonomis dan
paling masuk akal, untuk menangani bangunan yang
akan dirubah fungsinya daripada di robohkan/di
hancurkan alias redeveloping site baru .

Hal ini terkait dengan mengubah fungsi bangunan


menjadi fungsi /kegunaan yang lain, dikarenakan lebih
efektif dan efisien.
Lebih efektif di sini berarti bahwa properti/bangunan
yang disesuaikan/dialih fungsikan.. akan menjadi
bangunan dengan fungsi baru yang secara standar
kualitas dan persyaratan bangunan lebih baik dengan kata
lain memperpanjang umur ekonomis bangunan.
Adaptasi dengan fungsi yg sama,

Adaptasi terhadap fungsi/penggunaan yang


sama ini biasanya dilakukan dengan merubah
lay out tata ruang dalam/ denah bangunan.
Fungsi/ Penggunaan yang sama dapat
menghasilkan perubahan-perubahan layout tata
ruang dalam yang substansial. Misalnya,
membagi Bangunan menjadi unit yang lebih
kecil yang memerlukan tambahan dinding
penyekat , lantai tambahan dan instalasi utiltas
yang baru.
Adaptasi dengan fungsi yang berbeda
Adaptasi terhadap fungsi/penggunaan yang
sama ini biasanya dilakukan dengan merubah
lay out tata ruang dalam/ denah bangunan dan
biasanya juga ada perubahan sistim konstruksi
/struktur bangunan bangunan yang disesuaikan
dikarenakan perubahan jenis ruang (bentuk,
dimensi, volume ruang ) yang berbeda dan
memerlukan persyaratan ruang yang berbeda
dengan fungsi lamanya.
PABRIK GULA TELANTAR AUDITORIUM

Pabrik gula Eridiana yang terbengkelai menjadi Niccolo Paganini Auditorium untuk kota Parma

Bangunan menjadi kosong, telantar dan lama kelamaan


Bangunan hancur hanya karena tak sesuai fungsi semula ketika
bangunan didirikan.
dan Daur
Hidupnya Arsitek tidak selalu merancang bangunan baru di atas lahan
kosong, tapi juga mempertahankan dan mengembangkan
bangunan yang sudah ada sehingga bisa memberikan
kemanfaatan dan kebaikan yang lebih lama. Dalam upaya
ini, sering kali fungsi baru diwadahi pada bangunan lama
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai