PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang personal adalah ruang di sekeliling individu yang selalu dibawa kemana saja
orang pergi, dan akan merasa tergangu jika ruang tersebut diinterferensi (Gifford, 1987). Yang
berarti, kebutuhan terhadap ruang personal terjadi ketika orang lain hadir. Dengan tidak
hadirnya orang lain, kebutuhan tersebut tidak akan muncul. Ruang personal biasanya berbentuk
gelembung yang tidak terlihat, terdapat disekeliling individu dengan jarak tertentu yang
mempengaruhi besar atau tidaknya gelembung tersebut. Ruang personal ini lebih merupakan
proses belajar atau sosialisasi dari orang tua. Seringkali orang tua terutama ibu atau anak
diminta memberikan ciuman kepada saudaranya. Anak mempelajari aturan-aturan bagaimana
harus mengambil jarak dengan orang yang sedah dikenal dan orang yang belum dikenalnya.
Oleh karenanya, pengambilan jarak yang tepat ketika berinteraksi dengan orang lain
merupakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan ruang personal diri dan orang lain.
Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihitung (tidak memiliki
Data Primer
Data
primer
adalah
data
yang
diperoleh
dengan
cara
survey/observasi langsung.
a. Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung pada
objek yang bersangkutan serta dengan melakukan pencatatan secara
sistematik.
Data sekunder
Data sekunder ini merupakan data-data yang diperoleh dari literatur-
literatur seperti artikel dan internet yang berkaitan dengan judul tugas yang
sedang dibahas. Mempelajari dan mencari informasi dari literatur-literatur
2
yang berkaitan dengan judul tugas yang sedang diambil yaitu ruang
personal.
Metode deskriptif
Metode deskriptif dapat memaparkan dan menjelaskan berbagai ruang personal yang
Metode komparatif
Dengan metode komparatif ini dapat membandingkan teori-teori maupun literatur-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor
2.
Umur
Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini
ada kaitannya dengan kemandirian. Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan
untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi. Pada usia
18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang
dan situasi. Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan ruang personal
seperti yang dilakukan orang dewasa.
3.
Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya
memiliki ruang personal yang lebih kecil. Demikian halnya dengan orang-orang yang
lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si pencemas
akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang
bersifat kompetitif dan terburu-buru.
4.
Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan
dengan ruang personal yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat
ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan
terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6.
Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan
positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain. Namun yang paling umum
adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri
pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing. Sepasang suami
istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang
kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7.
Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan
sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak
tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau
orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk. Mungkin rasa tidak nyaman
tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda.
8.
Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling
1. Ruang sosiopetal
Istilah ini merujuk terhadap suatu tatanan desain arsitektur yang mampu
memfasilitasi interaksi social. Tatanan sosiopetal yang paling umum seperti meja
makan, tempat anggota keluarga berkumpul mengelilingi meja makan dan saling
berhadapan satu sama lain. Selain penataan perabotan, pembentukan ruang juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan terbentuknya ruang sosiopetal.
2. Ruang sosiofugal
Istilah ini merujuk pada tatanan desain arsitektur yang mampu mengurangi
interaksi social. Tatanan sosiofugal ini biasanya sering ditemukan pada ruang tunggu.
Seperti, ruang tunggu pada pusat perbelanjaan, rumah sakit, terminal bus, atau bandara
tempat para pengunjung duduk saling membelakangi.
BAB III
TINJAUAN OBJEK
Deskripsi Objek
sebanyak
345
buah.
Cinemaxx
Lippo
Mall
13/04/2016 20:34
Gambar 3.3 Peta Lokasi (Earth View)
sumber : www. googlemaps.com
13/04/2016 20:36
petatematikindo.files.wordpress.com
13/04/2016 20:34
saat pagi hari. Observasi diambil pada pagi hari untuk melihat
objek observasi dengan pengunung yang tidak terlalu banyak,
sehingga ruang personalnya dapat terlihat jelas. Area yang
digunakan sebagai acuan merupakan berbagai area tunggu yang
berada pada bagian dalam mall. Berikut adalah denah
keseluruhan mall dan area pada lingkaran merah merupakan area
yang dikunjungi untuk studi.
13/04/2016 20:44
13/04/2016 20:44
13/04/2016 20:44
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ruang Personal Pada Lippo Mall, Kuta
Ruang personal merupakan suatu batasan yang menyerupai gelembung tidak terlihat yang
berada disekeliling tubuh manusia. Batas ini mencakup batasan seorang individu satu dengan
lainnya bisa berbeda tergantung dari petimbangan-pertimbangan individu itu sendiri, untuk
mendapat kan jarak nyaman antara individu satu dengan individu lainnya. Hal tersebut dapat
disesuaikan dengan melakukan interaksi sesuai jarak yang diinginkan. Pada Lippo Mall, Kuta
ini ruang personal yang akan dibahas objeknya berada pada berbagai jenis ruang tunggu yang
disediakan di dalam mall. Batas-batas dari ruang personal pada Lippo Mall, Kuta tidak tampak
secara fisik saja, namun hal ini dapat diamati dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
gestur, postur, sikap, dan posisi seseorang.
Gambar 4.1 Area Ruang Tunggu Cinemaxxx pada Lippo Mall, Kuta
sumber : dokumen observasi 16/04/2016 10:49
Pada gambar 4.1 dapat dilihat beberapa gambaran kegiatan individu dan kelompok satu
dengan lainnya. Pada area ini memiliki karakter yang cukup luas dengan penempatan beberapa
11
furniture sofa yang jarak satu furniture sofa dengan yang lainnya sekitar 1,5 meter berfungsi
sebagai tempat untuk duduk sembari menunggu bagi pengunjung yang akan menonton
bioskop. Pada ruang tunggu ticketing dibuat lebih terbuka dan dibatasi dengan sekat
menyerupai pembatas tali agar pengunjung tidak saling mendahului. Terlihat jelas bagaimana
tingkat kenyamanan dari pengunjung yang duduk diruang tunggu dibandingkan dengan
pengunjung yang masih menunggu tiket karena masih berdiri. Kondisi ini juga mempengaruhi
bagaimana ruang personal timbul akibat suatu keadaan yang disediakan sedemikian rupa,
seperti pengunjung yang menunggu tiket dengan keadaan berdiri dan mengantri maka akan
muncul ruang personal dengan sifatnya intim namun dengan keadaan yang tidak nyaman.
Berbeda dengan pengunjung yang sedang duduk menunggu waktu film ditayangkan ruang
personal yang timbul adalah ruang personal yang bersifat intim dengan tingkat kenyamanan
lebih baik. Dalam suatu kegiatan yang dilakukan dapat terlihat bagaimana ruang pernonal yang
muncul dan dibutuhkan oleh masing-masing individu tersebut. Kegiatan dari individu atau
kelompok ini tidak dibatasi atau dipisahkan oleh batasan tertentu, namun batasan tersebut
muncul akibat adanya kesadaran dan pengertian dari individu atau kelompok lain. Jika terjadi
pelanggaran ruang personal dari masing-masing individu atau kelompok, kondisi yang terlihat
jelas adalah individu atau kelompok tersebut akan berpindah dengan maksud mencari tempat
yang lebih memungkinkan dengan ruang personal yang diinginkan agar kegiatan yang
dilakukan lebih nyaman.
Terdapat empat macam ruang personal dalam psikologi lingkungan yang muncul, yaitu :
1. Jarak intim (0-0,5 meter), yaitu jarak untuk berhubungan seks, untuk saling merangkul
antar pasangan, sahabat atau anggota keluarga.
2. Jarak personal (0,5-1,3 meter), yaitu jarak untuk percakapan antara teman akrab.
3. Jarak sosial (1,3-4 meter), yaitu hubungan bersifat formal seperti dalam bisnis.
4. Jarak publik (4-8,3 meter), hubungan yang lebih formal, seperti narasumber dengan
para peserta dalam seminar.
12
Pada gambar 4.2 ruang personal yang muncul antara individu dengan audience area ini
diperuntukkan sebagai area berlangsungnya suatu event yang memerlukan area yang cukup
luas agar dapat menampung massa dalam jumlah besar. Termasuk ruang personal dengan jarak
publik (4-8,3 meter).
16/04/2016 10:49
16/04/2016 11:25
Pada gambar 4.3 ruang personal yang muncul antara individu dengan rekan bisnis atau
kerjanya area ini diperuntukkan sebagai area berlangsungnya suatu briefing yang sifatnya
mendadak dalam kondisi dan situasi tertentu. Selain itu area front office ini juga berdekatan
13
dengan area tunggu Cinemaxxx Lippo Mall, Kuta. Termasuk ruang personal dengan jarak
sosial (1,3-4 meter), yaitu hubungan bersifat formal seperti dalam bisnis. Pada gambar 4.4
ruang personal yang muncul antara sesama individu dengan hubungan yang cukup akrab.
Termasuk ruang personal dengan jarak personal (0,5-1,3 meter), yaitu jarak untuk percakapan
antara teman akrab.
Pada gambar 4.5 ruang personal yang muncul antar sesama keluarga area ini
diperuntukkan sebagai area beristirahat sejenak bagi para pengunjung dengan pemanfaatan
kolom selain sebagai element estetika juga sebagai area beristirahat sambil menikmati view
yang ada. Termasuk ruang personal dengan jarak intim (0-0,5 meter) karena kedekatan yang
ditimbulkan.
4.2 Faktor Pengaruh Ruang Personal Pada Lippo Mall, Kuta
Faktor yang mempengaruhi ruang personal pada Lippo Mall, Kuta ini hampir sama
dengan keseluruhan faktor pengaruh ruang personal pada umumnya seperti, jenis kelamin,
umur, kepribadian, ketertarikan, rasa aman atau ketakutan, persaingan atau kerjasama,
pengaruh lingkungan fisik. Berikut ini adalah penjelasannya :
14
1.
Jenis Kelamin
Hampir diberbagai tempat pada
umumnya laki-laki memang memiliki ruang
yang lebih besar, seperti kecendrungan
mereka untuk menjaga pasangannya pada
kondisi tertentu jika ruang personal mereka
terinterfensi maka dapat terjadi hal yang
Gambar 4.6 Eskalator pada Lippo Mall, Kuta
sumber : dokumen observasi 16/04/2016 11:27
2.
tidak diinginkan.
Umur
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka makin besar juga ruang
personalnya, hal tersebut berkaitan dengan kemandirian. Lippo Mall, Kuta ini
dikunjungi oleh berbagai macam usia dari balita hingga dewasa, hal ini tentunya
memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda. Misalnya, sekelompok anak remaja
yang berkunjung ke mall ini cenderung bersama
kelompoknya atau dapat berjalan sendiri sesuai dengan
kemandiriannya hal ini menunjukkan bahwa remaja
tersebut sudah bisa menentukan sendiri batas ruang
personalnya, berbeda halnya dengan balita yang masih
harus didampingi orang tuanya untuk berjalan di mall
yang belum bisa menentukan sendiri batas ruang
personalnya
dan
masih
memiliki
tingkat
Gambar 4.7 Keluarga yang Berkunjung pada
Lippo Mall, Kuta
sumber : dokumen observasi 16/04/2016 11:29
3.
Kepribadian
Kepribadian
tiap
orang
tentunya
pengunjung
yang
memiliki
kepribadian
15
personalnya akan besar karena menimbulkan jarak yang cukup lebar untuk menghindari
sesuatu dari hal yang dicemaskan.
4.
Ketertarikan
Ketertarikan dalam hal ini bisa dilihat
dari banyak atau sedikitnya jumlah pengunjung
yang memasuki suatu outlet yang ada pada Lippo
Mall,
Kuta.
Biasanya
pengunjung
akan
5.
Rasa Aman/Ketakutan
Kecendrungan pengunjung perempuan
untuk menghindari diri dari seseorang yang
dirasa membahayakan. Rasa takut tersebut
berasal dari stigma yang salah pada pihakpihak
tertentu.
pengunjung
Selain
menjauh
itu
kemungkinan
ketika
berpapasan
terbelakang
mental
atau
bahkan
orang
gemuk.
6.
Persaingan/Kerjasama
Masing-masing outlet yang terdapat pada Lippo Mall, Kuta ini tentunya
16
7.
4.3. Pengaruh Ruang Personal Terhadap Desain Arsitektur Lippo Mall, Kuta
Pengaruh dan peranan ruang personal terhadap desain arsitektur Lippo Mall, Kuta ini
dapat dibedakan menjadi dua seperti, pertama yaitu dengan munculnya ruang sosiopetal yang
merujuk terhadap suatu tatanan desain arsitektur agar mampu memfasilitasi interaksi sosial.
Pada Lippo Mall, Kuta terdapat foodcourt Hungry Pirates ini dengan penempatan meja makan
sebagai tempat anggota keluarga berkumpul mengelilingi meja makan dan saling berhadapan
satu sama lain.
17
Selain itu pada Lippo Mall, Kuta juga terdapat Pirates bar. Sebuah bar bernuansa pantai
dengan mengusung ikon bajak laut yang sesuai dengan nama dari bar tersebut. Bar
memungkinkan menampung massa dalam jumlah banyak dengan tingkat interaksi sosial yang
cukup tinggi dalam satu tempat.
16/04/2016 14:00
Kedua yaitu dengan munculnya ruang sosiofugal yang merujuk pada tatanan desain
arsitektur agar mampu mengurangi interaksi sosial. Tatanan sosiofugal pada Lippo Mall, Kuta
ini biasanya sering ditemukan pada ruang tunggu tempat para pengunjung duduk saling
membelakangi. dan tempat beristirahat bagi pengunjung yang terdapat pada kolom dengan
diberi tempat untuk duduk dan elemen estetika sebagai penambah daya tarik.
16/04/2016 12:17
16/04/2016 12:30
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ruang personal menyerupai suatu gelembung yang tidak terlihat dengan membatasi
individu yang ukurannya dapat mengecil atau membesar sesuai dengan keinginan masingmasing individu saat melakukan kegiatannya, serta dipengaruhi juga oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut antara lain, jenis kelamin, umur, kepribadian, gangguan psikologi, kondisi
kecacatan, rasa aman atau takut, persaingan atau kerjasama, kekuasaan atau status, pengaruh
lingkungan. Pengaruh ruang personal pada desain arsitektur Lippo Mall, Kuta terbagi menjadi
dua yaitu pertama dengan timbulnya ruang sosiofetal atau tatanan desain arsitektur yang
merujuk pada ruang pendukung interaksi sosial yang diaplikasikan dengan adanya foodcourt
Hungry Pirates dan Pirates bar, kedua dengan timbulnya ruang sosiofugal atau tatanan desain
arsitektur yang merujuk pada ruang yang mengurangi interaksi sosial yang diaplikasikan
dengan adanya ruang tunggu serta pemanfaatan kolom yang diberi tempat untuk duduk.
Terdapat sebuah hubungan yang mampu memberikan pemahaman bahwa ruang personal tiap
individu berbeda-beda.
5.2 Saran
Untuk mencapai kenyamanan ruang personal bagi individu atau kelompok, para arsitek
harus menguasai aspek personal dalam mendesain atau merancang suatu ruang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Bacaan :
Haryadi dan B.Setiawan. 2010. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press. (hal.42-44)
Laurens, Jonce Marchella. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta : Grasindo.
Prabowo, Hendro.1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas
Gunadarma
Sumber Internet :
elearning.gunadarma.ac.id. Psikologi Lingkungan Bab 5 Ruang Personal dan Teritorialias.pdf.
(hal.49-53) diakses tanggal 16 April 2016 pada pukul 21.15
www.lippomalls.com diakses tanggal 16 April 2016 pada pukul 21.48
20