PADA KORIDOR JL. GAJAH MADA DAN JL. K.H. ZAINUL ARIFIN,
MEDAN
OLEH :
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi
literatur Arsitektur Kota dengan judul ”Citra Kota” di pada
di pada koridor jl. Gajah Mada
dan jl. K.H. Zainul Arifin, Kota Medan
Demikian dalam penulisan laporan ini tentu masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun agar
tugas ini dapat lebih baik lagi, semoga laporan ini bermanfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
1.2. Pengertian ...........................................................................................................
........................................................................................................... 4
3.2. Edge ............................................................
..................................................................................................................
...................................................... 37
3.3. District.........................................................
...............................................................................................................
...................................................... 38
3.4. Nodes ................................................................................................................
................................................................................................................ 40
4.1. Path ...................................................................................................................
................................................................................................................... 47
4.2. Edge ............................................................
..................................................................................................................
...................................................... 49
4.3. District.........................................................
...............................................................................................................
...................................................... 49
2
4.4. Node ..................................................................................................................
................................................................................................................. 50
4.5. Landmark ..........................................................................................................
.......................................................................................................... 54
5.1. Path ...................................................................................................................
................................................................................................................... 56
5.2. Edge...................................................................................................................
................................................................................................................... 56
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan ............................................................................................................ 60
6.2. Saran ......................................................................................................................
...................................................................................................................... 61
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Citra kota adalah kesan atau persepsi antara pengamat dengan lingkungannya.
Terdapat beberapa elemen penyusun citra kota diantaranya Paths, Edges, Nodes,
District, dan Landmark.
Laporan ini membahas analisa fisik Kawasan di Sepanjang Jalan K.H. Zainul
Arifin dan Jalan Gajah Mada –
Mada – Jalan
Jalan Iskandar Muda melalui pendekatan Citra Kota.
Analisa bentuk fisik melalui pendekatan Citra Kota dalam morfologi kota,
diperlukan dalam mengkaji bagaimana desain atau perancangan fisik di Kawasan
Sepanjang Jalan K.H. Zainul Arifin dan Jalan Gajah Mada –
Mada – Jalan
Jalan Iskandar Muda.
Selanjutnya, melalui desain atau perancangan fisik dari Kawasan di Sepanjang
Jalan K.H. Zainul Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda dapat
dijadikan untuk dijadikan acuan dalam melakukan perancangan pada kawasan
tersebut.
1.2.Pengertian
1.2.1. Pengertian Citra Kota
4
Dengan demikian citra kota dapat diartikan sebagai kesan mental atau
bayangan visual atau gambaran yang ditimbulkan oleh sebuah kota. Teori
mengenai citra KOTA sering disebut sebagai mileston, suatu teori penting
dalam perancangan kota, karena sejak tahun 1960-an,
1960-an, teori ‘citra kota’
mengarahkan pandangan pada perancangan kota kearah yang
memperhatikan pikiran terhadap kota dari orang yang hidup di dalamnya.
5
kesan/ wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang
banyak bukan individual. Serta lebih ditekankan
ditekankan pada lingkungan fisik atau
sebagai kualitas sebuah obyek fisik (seperti warna, bentuk, struktur yang
kuat, dll), sehingga akan menimbulkan tampilan yang berbeda, dan menarik
perhatian. Lynch mendefinisikan citra kota sebagai gambaran mental dari
sebuah kawasan sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya.
Citra kota merupakan kesan fisik yang memberikan ciri khas kepada
suatu kota. Dalam pengembangan suatu kota, citra kota berperan sebagai
pembentuk identitas kota, dan sebagai penambah daya tarik kota. Oleh
karena itu, citra kota yang jelas dan kuat akan memperkuat identitas dan
wajah kota sehingga membuat kota tersebut menarik dan memiliki daya
tarik. Citra kota dapat dibuat secara instan, sedangkan identitas
membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya, karena citra kota
belum tentu merupakan identitas. Jati diri kota berkaitan dengan ritme
sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak
dapat diciptakan begitu saja berbeda dengan citra kota. Identitas kota
menurut Lynch :
6
Identitas kota dapat berbentuk fisik dan non fisik (Suwarno, 1989).
Kemampuan menangkap identitas kota sangat subyektif, tergantung
si pengamat, yang menarik secara visual/ imageable (jelas, terbaca, atau
terlihat) dan mudah diingat serta memiliki keunikan untuk dijadikan sebagai
identitas kawasan. Identitas kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu
yang bersifat fisik yang bisa dijadikan pengidentifikasi kawasan tersebut.
Identitas fisik yang mudah ditangkap oleh pengamat adalah suatu objek
yang dijadikan acuan (point of reference) terhadap kawasannya. Bangunan
yang bersifat besar, mudah dilihat dan monumental biasanya dijadikan
pengamat sebagai acuan (landmark). Secara tidak langsung hal ini
7
halte, jalan, furnitur kota, trotoar, jembatan dan banyak hal lainnya juga bisa
menjadi identitas kota secara fisik. Sedangkan identitas non fisik berkaitan
dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat kota tersebut.
8
lain. Keunikan biasanya merupakan kualitas khusus yang selalu diamati dan
dibicarakan oleh para pendatang.
1.3.Rumusan Masalah
a. Bagaimana elemen citra kota pada Kawasan di Sepanjang Jalan K.H. Zainul
Arifin dan Jalan Gajah Mada –
Mada – Jalan
Jalan Iskandar Muda?
1.5.Manfaat Penelitian
9
1.6.Ruang Lingkup
1.6.1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang terdapat pembahasan laporan ini, meliputi
:
a. Paths
b. Edges
c. Nodes
d. District
e. Landmark
Zainul Arifin
10
Zainul Arifin
2.1.Citra Kota
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (1987), kata citra itu sendiri
mengandung arti: rupa, gambar, gambaran, gambaran yang dimiliki orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan/organisasi/produk. Dapat juga diartikan sebagai
11
kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kota. Dengan
demikian secara harfiah citra kota dapat diartikan sebagai kumpulan dari interaksi
sensorik langsung seperti diimplementasikan melalui sistem nilai pengamat dan
2.1.1. Komponen-Kompon
Komponen-Komponen
en yang Mempengaruhi Citra Kota
dan elemen yang memberikan makna (baik kepada individu maupun secara
sosial). Yang kemudian menurut Lynch, citra lingkungan tersebut dapat
dianalisis berdasarkan tiga komponen yaitu identitas, struktur, dan makna.
12
yang unik dan berbeda), ini disebut identitas. Kedua, citra/ image, harus
menyertakan hubungan spasial (ruang) atau pola objek untuk pengamat dan
objek-objek lainnya. Akhirnya, objek ini harus memiliki beberapa makna bagi
b. Potensi ‘disusun’ sebagai Struktur; artinya orang dapat melihat pola
perkotaan (hubungan objek-objek, hubungan subjek-subjek, pola yang dapat
dilihat).
13
Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah
citra kota yang merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang
dapat menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung. Citra
kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. Dalam bukunya
Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan ada 5 elemen pembentuk
image kota secara fisik, yaitu : path (jalur), edge (tepian), distric (kawasan),
nodes (simpul), dan landmark (penanda).
Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan
dan memberikan citra yang kuat terhadap kota.
14
kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel kereta api. Untuk kebanyakan orang,
jalan adalah elemen kota yang paling mudah dikenali, karena semua
manusia menikmati kota pada saat dia berjalan. Jadi didalam elemen ini
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin
Lynch menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak
jelas, maka kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan.
Path merupakan ruterute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk
melakukan pergerakan secara umum. Path mempunyai identitas yang lebih
baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan
lain-lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan
lain-lain), atau ada belokan yang jelas
15
16
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
Bentuk jalan utama ini, aslinya digunakan oleh orang Roma, diadopsi secara
luas di seluruh kota-kota di Amerika Serikat. Bentuk ini mudah dilakukan
meng-gunakan garis-garis lurus dan koordinat siku. Walaupun dapat
menghasilkan jalan-jalan panjang monoton dengan sisi-sisi blok gedung yang
suram, akan tetapi mempunyai keuntungan dalam memper-mudah pergerakan
lalu lintas yang diinginkan. Menyebabkan penyebaran lalu lintas merata
keseluruh petak dan sebagai konsekuensinya pengaruhnya pada suatu lokasi
tertentu berkurang.
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
Tipe bentuk jalan perkotaan ini berkembang sebagai hasil keadaan topografi
lokal yang terbentuk sepanjang jalur. Jalur jalan penyalur kemudian dihubungkan
ke jalan utama. Lalu lintas bervolume besar dan lalu lintas lokal sekarang dapat
menggunakan jalan yang sama dan mudah terbebani melebihi rencana dan begitu
saja berkembang.
17
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
bungkan pusat kota ke pusat kota lainnya. Sebagaimana kota berkembang, mereka
cenderung mengikuti arah radial dari kawasan bisnis (CBD) sebagai pusat ke
kawasan diluarnya. Beban jalan radial biasanya sangat besar sehingga sering
mengakibatkan kemacetan lalu lintas pada jalan-jalan radial ini. Sebagai jawaban
untuk mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan pembangunan jalan lingkar
untuk menghindari lalu lintas dari kawasan disekeliling pusat kota yang macet.
menuju suatu bangunan melalui akses jalan yang disediakan atau sudah.
sudah .
18
Pencapaian langsung tegal lurus dengan objeck yang dituju, untuk kesan
monumental atau formal.
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
bangunan. Jalur dapat diubah arahnya satu atau beberapa kali untuk
menghambat dan memperpanjang urutan pencapaian.
Pencapaian tersamar untuk mendapatkan informasi tentang ketebalan
objeck yang dituju.
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
19
:
Gambar : Pola dan contoh pencapaian secara berputar
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
: http://helena-hapsari.blogspot.com
20
masuk. Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik
jika kontinuitas
kontinuitas tampak jelas batasnya.
batasnya. Demikian pula fungsi
fungsi batasnya
batasnya harus
jelas; membagi atau menyatukan.
21
Sumber : Google
Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ ciri bangunan secara fisik,
fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan sebagainya. Sebuah kawasan
district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, wujudnya) dan khas
pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior
maupun eksterior. Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,
serta fungsi dan posisinya jelas (introvert / ekstrovert atau berdiri sendiri
atau dikaitkan dengan yang lain).
22
23
24
Sumber: google
25
dengan perhentian kereta api di bawah tanah tetapi ia dikenal sebagai pusat
dari pusat kota. Itulah sudut komersial “100%”, yang dilambangkan sampai
tingkat yang jarang terlihat di kota Amerika, tetapi sangat akrab dengan
orang-orang Amerika. Ini merupakan inti: fokus dan simbol wilayah yang
penting
26
27
sumber : google
Kuil Shri
Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan,
Indonesia.
Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1881
tahun 1881 untuk memuja
dewi Mariamman.
dewi Mariamman. Kuil ini terletak di kawasan yang
yang dikenal
sebagai Kampung Keling.
sebagai Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-
masing Dewa Shri
Dewa Vinayagar,
Vinayagar, Shri Murugan,
Murugan, dan Dewi Shri
Dewi Shri
Mariamman (Durga dalam wujud Kali) itu dikelola salah seorang keluarga
pemilik perusahaan besar Texmaco,
Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya
dihiasi sebuah gopuram,
sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat
ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari
dari India Selatan atau
semacam gapura. Kuil ini sering dipenuhi umat Hindu apabila
festival Deepawali
festival Deepawali dan Thaipusam diadakan disini.
lain-lainnya.
28
Sumber : google
29
30
3.1. Path
Section A Section B
Section A
31
Section B
Sumber: Autocad
32
Hierarki jalan yang tampak dari persimpangan Jl. Iskandar Muda –
33
Gambar : Jalur satu arah yang berada di jl. Gajah Mada menuju persimpangan,
tampak gedung pencakar langit di sudut kiri jalan menuju jl S Parman. Pada
bagian depan persimpangan, jalur lalu lintas satu arah juga diberlakukan namun
berlawanan arah dengan jalur lalu lintas pada jalan Gajah Mada
Sumber : Google Maps
34
35
Gambar : pada jl K H Zainul Arifin terdapat jembatan yang berada di atas aliran
sungai Deli. Pada jalan tersebut hierarki jalan pola linier dipertegas dengan
penempatan lampu jalan yang unik.
Sumber : Google Maps
Gambar : gapura
: gapura yang bertuliskan “welcome to little India” sebagai signage
signage
pemberi identitas pada jalan K H Zainul Arifin. Pada sebelah kanan gapura
terdapat kuil shri mariaman, yang memiliki fasad yang menarik serta massa yang
tinggi
Sumber : Google Maps
36
3.2. Edge
Edge yang memisahkan 2 kawasan (daratan yang satu dengan yang lain)
biasanya terjadi di daerah aliran sungai (DAS) sehingga ada pembatasan gerak
antara daerah satu dengan yang lain.
37
Gambar : Aliran sungai Deli yang menjadi batasan pada Kawasan Sepanjang
Jalan K.H. Zainul Arifin dan
dan Jalan Gajah Mad
Mada
a – Jalan
Jalan Iskandar Muda
Sumber : Google maps
3.3.District
38
Distrik yang ada di sepanjang kawasan eksisting di jl. Gajah Mada – Jl.
Jl. K.H.
Zainul Arifin di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
5 6
7 8 9
Sumber : Autocad
Legenda :
3.4.Nodes
40
Gambar : Area Komersil untuk area pemberhentian (kiri: Gramedia, kanan: KFC
Mataram
Sumber: Google Maps
41
42
3.4.3. Jalan Diponegoro –
Diponegoro – Zainul
Zainul Arifin
43
44
3.5.Landmark
3 2
1
Gambar : lokasi site
Sumber : google
45
Sumber : Google
Sumber : Google
46
4.1. Path
Gambar: Jl. Gajah Mada yang umumnya mayoritas bangunannya memiliki fungsi
sebagai bangunan
bangunan komersial. Namun pada jalan
jalan ini terdapat ruko serta spanduk
yang peletakannya kurang ditata.
ditata. Sehingga mengurangi
mengurangi kesan tegas pada area
tersebut.
Sumber: google maps
47
Gambar: Lahan parkir yang berada di jl KH Zainul Arifin kurang tertata dengan
baik
48
4.2. Edge
Batasan Antara Wilayah yang satu dan yang lain tidak jelas,sehingga
menyulitkan untuk mengetahui kita sudah memasuki/keluar dari suatu wilayah
yang terkadang membingungkan bagi pendatang untuk mengetahui Batasan
wilayah
4.3. District
49
Node
4.4. Node
4.4.1. Gajah Mada –
Mada – Zainul
Zainul Arifin
Masalah pada area ini adalah node yang berfungsi menjadi titik-titik, spot-
spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat bisa masuk, dan merupakan
fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan tidak begitu mencolok. Karena pada area
ini tidak terdapat kanopi sebagai
seba gai tempat berlindung bagi mereka yang ingin duduk
menunggu bus lewat atau kendaraan umum. Tetapi yang ingin berhenti untuk
menikmati area komersil ditemukan pada area ini seperti Perpustakaan Medan di
Jalan Iskandar Muda, KFC Mataram di Jalan Gajah Mada dan Gramedia Gajah
Mada.
Tetapi node sebagai tempat berhenti sejenak tidak ditemukan pada area Jalan
J alan
Selain itu masalah yang terdapat pada node Iskandar Muda – Gajah Mada
tidak ditemukannya
ditemukannya ruang terbuka. Area ini memiliki jalan yang besar dan
memiliki 2 lajur yaitu pada jalan Iskandar Muda.
50
Persilangan atau pertemuan Path tidak banyak ditemukan diarea ini. Karena
sirkulasi yang dibatasi seperti untuk mencapai Jalan Iskandar Muda didepan
persimpangan harus melewati Jalan Gajah Mada yang berada diisi kanan Jalan
Iskandar Muda
Pada Node ini tidak ditemukannya elemen yang bersifat sebagai tempat
bertemunya kegiatan atau aktivitas public seperti alun –
alun – alun
alun kota atau kereta api
bawah tanah. Hanya jalan raya saja.
Nodes yang merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitasnya lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara
keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya tidak
ada ditemukan pada area ini.
51
Tidak ditemukannya square atupun hal lain yang menjadi elemen pada node
Sumber: google
52
Jadi di kawasan ini hanya diapit oleh 3 jalan dengan 2 sirkulasi yaitu jalan
Gajah Mada yang menuju kiri S.Parman dan Kanan S.Parman. Tetapi tidak bisa
lurus menuju jalan Zainul Arifin karena jalan tersebut hanya untuk 1 arah yaitu
menuju S.Parman yag berada di kiri dan kanan jalan. Untuk kenapa jalan Zainul
Arifin tidak bisa dilewati oleh 2 jalan tersebut karena, Zainul Arifin memiliki
daerah komersil yang banyak contohnya Sun Plaza yang berada di ujung dengan
banayk kendaraan yang masuk dan keluar sehingga jalan Zainul Arifin jika
dijadikan 2 lajur akan mengganggu sirkulasi bagi
ba gi kendraaan.
Sirkulasi dari Jalan Gajah Mada hanya bisa ke kiri dan kanan Jalan S. Parman
Sumber: google
53
4.5. Landmark
54
sumber : google
Landmark yang sudah jelas keberadaannya pada Jalan KH.Zainul Arifin adalah
Kuil Shri Meriamman yang merupakan salah satu ikon dari Kota Medan.
Keberadan kuil tersebut juga menjadi salah satu ciri penduduk setempat yang
mayoritas pemeluk agama Hindu. Selain itu Kuil Shri Meriamman tersebut juga
memiliki gaya bangunan yang sangat berbeda dari bangunan-bangunan di
sekitarnya. Kuil Sri Meriamman lebih banyak menggunakan ornamen-ornamen
serta patung-patung para dewa dan dewi yang mereka percayai kebeadaannya.
Namun permasalahan yang terjadi pada kawasana Jalan KH. Zainul Arifin
tersebut adalah, keberadaan landmark yang mulai tertutupi dan bertambah dengan
keberadaan bangunan-bangunan modern tinggi yang ada di sekitaran Kuil Sri
Meriamman tersebut. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat sekarang
yang lebih cenderung mengunjungi bangunan-bangunan komersil yang lebih
modern. Sehingga landmark pada kawasan tersebut bertambah menjadi pusat
komersil dengan gaya bangunan modern yang merupakan salah satu kawasan yang
cukup ramai dikunjungi.
55
BAB V SOLUSI
5.1. Path
a. Merapikan banner sign, kabel, dan area parkir yang tidak ditata
dengan baik.
b. Mendesain ulang Little India area sehingga tercipta suasana baru pada
daerah tersebut.
5.2.Edge
Edges
Edges berada
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linear Untuk
Untuk memberikan suatu nilai citra kota, pada Edge fungsi batasnya
harus jelas; membagi atau menyatukan
menyatukan
Edges
Edges sering merupakan path
path juga.
juga. Jika pengamat tidak berhenti bergerak
pada path, maka image
image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang dominan.
Unsur ini biasanya digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh karakteristik-
karakteristik perbatasan.
perbatasan.
56
5.3.District
Distrik yang merupakan salah satu elemen citra kota seharusnya di tata dengan
rapi sehingga membentuk suasana yang baik, dikarenakan bentukan dan pola
distrik mengikuti pola path sehingga seharusnya path didesain dengan baik
sehingga distrik memiliki bentukan yang baik,
Dan juga seharusnya bentuk bangunan/ arsitektur bangunan yang memiliki ciri
khas agar bangunan di setiap distrik memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga setiap
distrik dapat dibedakan.
5.4.Node
Untuk memberikan suatu nilai citra kota, pada node yang membutuhkan
wujud dari kawasan tersebut bisa dibuat Landmark yang menggambar nilai
kawasan tersebut
Gambar illustrasi
sumber: google
57
Bagi pejalan kaki yang ingin menikmati suasana sekitar node ataupun yang
hanya ingin bersitirahats sejenak, perlu disediakan fasilitas public, karena hal
tersebut adalah factor penunjang pembentukan
pembentukan node pada jalan
Gambar illustrasi
sumber: google
Gambar illustrasi
sumber: google
58
5.5.Landmark
tinggi yang ada di kawasan tersebut, untuk mengatasi permasalahan seperti tidak
ti dak
terjaganya Kuil Shri Meriamman tersebut, maka masyarakat harus lebih
l ebih merawat
bangunan-bangunan bersejarah dan berpotensi di kawasan tersebut, agar ciri dari
suatu wilayah kota dapat tetap terjaga dan menjadi suatu objek yang menarik.
59
6.1. Kesimpulan
1. Pada tapak, path yang dibentuk jelas dengan ditempatkannya vegetasi
berupa pohon mahoni
mahoni yang ditanam berjajar sehingga menciptakan kesan
yang tegas dan asri, penempatan berupa garis marka jalan juga sudah di
tempatkan dengan baik.
2. Penempatan lahan parkir untuk kendaraan roda 2 dan 4 belum dibenah
dengan baik, sehingga menciptakan jalur yang tampak tidak tertata dan
berantakan.
3. Signage yang ditempatkan dengan tidak adanya perencanaan yang matang
juga menimbulkan dampak pada path sehingga menciptakan kesan yang
tidak kuat.
4. Bangunan disekitar jl KH Zainul Arifin mayoritas ruko, menciptakan
elemen townhouse yaitu collonade, menjadikan daerah tersebut
t ersebut unik dan
memiliki identitas.
5. Sistem transportasi yang belum ditata dengan baik, melihat pada jalur
tersebut akses kendaraan yang dapat lewat bukan hanya roda empat,
melainkan roda tiga dan dua.
6. Terdapat gapura bertuliskan “Welcome to Little India” yang memiliki
corak yang penuh warna sesaat memasuki Jl KH Zainul Arifin, namun
massa serta desain pada daerah tersebut belum merepresentasikan gapura
tersebut.
60
6.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang studi literature dengan
sumber –
sumber – sumber
sumber yang lebih banyak dan tentunya
te ntunya dapat dipertanggungjawabkan
61
DAFTAR PUSTAKA
Harris, James D. & Howard, William A. 1972. The Role Meaning in the Urban
Image. Sage Publications Inc., New York. Holahan.
Nas, Peter
Peter J.M. 2007. Kota-kota Indonesia: Bunga Rampai. Gadjahmada University
Press, Yogyakarta.
Purwanto, Edi. 1996. Citra Pusat Kota Yogyakarta menurut Kognisi Pengamat
menggunakan Kemampuan Peta Mental. Tesis S2 Arsitektur, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Jaringan_jalan
http://helena-hapsari.blogspot.com/2010/03/pencapaian-ke-bangunan-yaitu-
suatu.html
https://www.scribd.com/document/402499589/Literatur-Landmark
http://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-pembentuk-citra-kota-menurut.html
62