PADA KORIDOR JL. GAJAH MADA DAN JL. K.H. ZAINUL ARIFIN,
MEDAN
OLEH :
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi
literatur Arsitektur Kota dengan judul ”Citra Kota” di pada koridor jl. Gajah Mada
dan jl. K.H. Zainul Arifin, Kota Medan
Demikian dalam penulisan laporan ini tentu masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun agar
tugas ini dapat lebih baik lagi, semoga laporan ini bermanfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2. Pengertian ........................................................................................................... 4
1.2.1. Pengertian Citra Kota .................................................................................. 4
1.2.2. Identitas Kota .............................................................................................. 6
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................... 9
1.4. Tujuan dan Sasaran Penelitian ............................................................................ 9
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 9
1.6. Ruang Lingkup.................................................................................................. 10
1.6.1. Ruang Lingkup Materi .............................................................................. 10
1.6.2. Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................... 10
BAB II KAJIAN LITERATUR .................................................................................................. 11
2.1. Citra Kota .......................................................................................................... 11
2.1.1. Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Citra Kota .......................... 12
2.1.2. Elemen-Elemen Pembentuk Citra Kota .................................................... 13
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN EXISTING ...................................................... 31
3.1. Path ................................................................................................................... 31
3.2. Edge .................................................................................................................. 37
3.3. District............................................................................................................... 38
3.4. Nodes ................................................................................................................ 40
3.4.1. Gajah Mada – Zainul Arifin ...................................................................... 40
3.4.2. Gajah Mada - Zainul Arifin ...................................................................... 42
3.4.3. Jalan Diponegoro – Zainul Arifin ............................................................. 43
3.5. Landmark .......................................................................................................... 45
BAB IV ANALISA MASALAH ...................................................................................... 47
4.1. Path ................................................................................................................... 47
4.2. Edge .................................................................................................................. 49
4.3. District............................................................................................................... 49
2
4.4. Node .................................................................................................................. 50
4.5. Landmark .......................................................................................................... 54
BAB V SOLUSI .................................................................................................................... 56
5.1. Path ................................................................................................................... 56
5.2. Edge................................................................................................................... 56
5.3. District ............................................................................................................... 57
5.4. Node .................................................................................................................. 57
5.5. Landmark .......................................................................................................... 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 60
6.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 60
6.2. Saran ...................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 62
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Citra kota adalah kesan atau persepsi antara pengamat dengan lingkungannya.
Terdapat beberapa elemen penyusun citra kota diantaranya Paths, Edges, Nodes,
District, dan Landmark.
Laporan ini membahas analisa fisik Kawasan di Sepanjang Jalan K.H. Zainul
Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda melalui pendekatan Citra Kota.
Analisa bentuk fisik melalui pendekatan Citra Kota dalam morfologi kota,
diperlukan dalam mengkaji bagaimana desain atau perancangan fisik di Kawasan
Sepanjang Jalan K.H. Zainul Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda.
Selanjutnya, melalui desain atau perancangan fisik dari Kawasan di Sepanjang
Jalan K.H. Zainul Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda dapat
dijadikan untuk dijadikan acuan dalam melakukan perancangan pada kawasan
tersebut.
1.2.Pengertian
1.2.1. Pengertian Citra Kota
4
Sedang definisi kota sangat beragam berdasarkan sudut pandangnya.
Namun secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat
bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain.
Dengan demikian citra kota dapat diartikan sebagai kesan mental atau
bayangan visual atau gambaran yang ditimbulkan oleh sebuah kota. Teori
mengenai citra KOTA sering disebut sebagai mileston, suatu teori penting
dalam perancangan kota, karena sejak tahun 1960-an, teori ‘citra kota’
mengarahkan pandangan pada perancangan kota kearah yang
memperhatikan pikiran terhadap kota dari orang yang hidup di dalamnya.
5
kesan/ wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang
banyak bukan individual. Serta lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau
sebagai kualitas sebuah obyek fisik (seperti warna, bentuk, struktur yang
kuat, dll), sehingga akan menimbulkan tampilan yang berbeda, dan menarik
perhatian. Lynch mendefinisikan citra kota sebagai gambaran mental dari
sebuah kawasan sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya.
Citra kota merupakan kesan fisik yang memberikan ciri khas kepada
suatu kota. Dalam pengembangan suatu kota, citra kota berperan sebagai
pembentuk identitas kota, dan sebagai penambah daya tarik kota. Oleh
karena itu, citra kota yang jelas dan kuat akan memperkuat identitas dan
wajah kota sehingga membuat kota tersebut menarik dan memiliki daya
tarik. Citra kota dapat dibuat secara instan, sedangkan identitas
membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya, karena citra kota
belum tentu merupakan identitas. Jati diri kota berkaitan dengan ritme
sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak
dapat diciptakan begitu saja berbeda dengan citra kota. Identitas kota
menurut Lynch :
“…tidak dalam arti keserupaan suatu obyek dengan yang lain, tetapi
justru mengacu kepada makna individualitas yang mencerminkan
6
perbedaannya dengan obyek lain serta pengenalannya sebagai entitas
tersendiri” (Lynch, 1960)
7
menjadikannya menjadi objek yang mudah diingat yang mencirikan
kawasannya, dengan kata lain bangunan tersebut menjadi identitas
kawasannya. Tidak hanya itu, hal lain yang bersifat fisik lainnya seperti
halte, jalan, furnitur kota, trotoar, jembatan dan banyak hal lainnya juga bisa
menjadi identitas kota secara fisik. Sedangkan identitas non fisik berkaitan
dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat kota tersebut.
8
lain. Keunikan biasanya merupakan kualitas khusus yang selalu diamati dan
dibicarakan oleh para pendatang.
1.3.Rumusan Masalah
a. Bagaimana elemen citra kota pada Kawasan di Sepanjang Jalan K.H. Zainul
Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda?
1.5.Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
9
a. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai arsitektur kota terutama
elemen-elemen citra kota.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.6.Ruang Lingkup
1.6.1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang terdapat pembahasan laporan ini, meliputi
:
a. Paths
b. Edges
c. Nodes
d. District
e. Landmark
Zainul Arifin
10
Sebelah timur : Jl. Diponegoro
Zainul Arifin
2.1.Citra Kota
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (1987), kata citra itu sendiri
mengandung arti: rupa, gambar, gambaran, gambaran yang dimiliki orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan/organisasi/produk. Dapat juga diartikan sebagai
11
kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kota. Dengan
demikian secara harfiah citra kota dapat diartikan sebagai kumpulan dari interaksi
sensorik langsung seperti diimplementasikan melalui sistem nilai pengamat dan
diakomodasikan kedalam penyimpanan memori dimana input dari sumber tak
langsung sama pentingnya (Pocock & Hudson, 1978).
12
yang unik dan berbeda), ini disebut identitas. Kedua, citra/ image, harus
menyertakan hubungan spasial (ruang) atau pola objek untuk pengamat dan
objek-objek lainnya. Akhirnya, objek ini harus memiliki beberapa makna bagi
pengamat, baik praktis maupun emosional.
13
Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah
citra kota yang merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang
dapat menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung. Citra
kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. Dalam bukunya
Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan ada 5 elemen pembentuk
image kota secara fisik, yaitu : path (jalur), edge (tepian), distric (kawasan),
nodes (simpul), dan landmark (penanda).
Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan
dan memberikan citra yang kuat terhadap kota.
14
kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel kereta api. Untuk kebanyakan orang,
jalan adalah elemen kota yang paling mudah dikenali, karena semua
manusia menikmati kota pada saat dia berjalan. Jadi didalam elemen ini
mengandung pengertian jalur transportasi linier yang dapat dirasakan
manusia.
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin
Lynch menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak
jelas, maka kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan.
Path merupakan ruterute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk
melakukan pergerakan secara umum. Path mempunyai identitas yang lebih
baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan
lain-lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan
lain-lain), atau ada belokan yang jelas
15
karakteristik facade khusus juga penting untuk identitas path, dengan
menonjolkan sebagian karena facade-facade bangunan yang membatasinya.
Juga dengan pengaturan tekstur trotoar dan pengaturan tanaman dapat
menguatkan gambaran path dengan sangat efektif.
16
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
Bentuk jalan utama ini, aslinya digunakan oleh orang Roma, diadopsi secara
luas di seluruh kota-kota di Amerika Serikat. Bentuk ini mudah dilakukan
meng-gunakan garis-garis lurus dan koordinat siku. Walaupun dapat
menghasilkan jalan-jalan panjang monoton dengan sisi-sisi blok gedung yang
suram, akan tetapi mempunyai keuntungan dalam memper-mudah pergerakan
lalu lintas yang diinginkan. Menyebabkan penyebaran lalu lintas merata
keseluruh petak dan sebagai konsekuensinya pengaruhnya pada suatu lokasi
tertentu berkurang.
b. LINIER (RADIAL)
Tipe bentuk jalan perkotaan ini berkembang sebagai hasil keadaan topografi
lokal yang terbentuk sepanjang jalur. Jalur jalan penyalur kemudian dihubungkan
ke jalan utama. Lalu lintas bervolume besar dan lalu lintas lokal sekarang dapat
menggunakan jalan yang sama dan mudah terbebani melebihi rencana dan begitu
saja berkembang.
17
Gambar : Pola Radial
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
2. PENCAPAIAN BANGUNAN
18
Pencapaian langsung tegal lurus dengan objeck yang dituju, untuk kesan
monumental atau formal.
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
19
Pencapaian berputar untuk medapatkan pengalaman ruang ketika pengamat
mendekati objek.
:
Gambar : Pola dan contoh pencapaian secara berputar
Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com
20
Elemen ini tidak semudah memahami paths. Edges berada pada
batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear.
Edges merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk
masuk. Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik
jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus
jelas; membagi atau menyatukan.
21
Gambar : Tepian jalan menjadi edge dari suatu koridor jalan
Sumber : Google
C. Elemen distrik (kawasan kota)
22
Karakteristik-karakteristik fisik yang menentukan district adalah
kontinuitas tematik yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada
ujungnya: yaitu tekstur, ruang, bentuk, detail, simbol, jenis bangunan,
penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat pemeliharaan, topografi. Di
sebuah kota yang dibangun dengan padat, homogenitas facade merupakan
petunjuk dasar dalam mengidentifikasi district besar. Petunjuk tersebut
tidak hanya petunjuk visual: kebisingan dan ketidakteraturan bisa dijadikan
sebagai petunjuk. Nama-nama district juga membantu memberikan
identitas, juga distrik-distrik etnik dari kota tersebut.
23
Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota
dimana pengamat bisa masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari
mana dia berjalan. Nodes bisa merupakan persimpangan jalan, tempat break
(berhenti sejenak) dari jalur, persilangan atau pertemuan path, ruang terbuka
atau titik perbedaan dari suatu bangunan ke bangunan lain.
24
diasumsikan mengambil kelebihan khusus dari lokasinya. Pentingnya
persepsi lokasi tersebut menunjukkan cara lain juga, ketika masyarakat
ditanya dimana kebiasaan mereka pertamakali di kota, banyak yang
memilih titik perhentian transportasi sebagai tempat kunci.
25
Boston mempunyai sangat banyak contoh, diantaranya adalah sudut
Jordan-Filene dan Louisburg Square. Sudut Jordan-Filene berfungsi sebagai
persimpangan antara Washington Street dan Summer Street, dan berkaitan
dengan perhentian kereta api di bawah tanah tetapi ia dikenal sebagai pusat
dari pusat kota. Itulah sudut komersial “100%”, yang dilambangkan sampai
tingkat yang jarang terlihat di kota Amerika, tetapi sangat akrab dengan
orang-orang Amerika. Ini merupakan inti: fokus dan simbol wilayah yang
penting
E. Elemen Landmark
26
Meskipun dalam aplikasinya saat ini mulai dikembalikan pada kearifan
lokal, namun kemiripan gaya tersebut sedikit mengaburkan ciri khas dari
suatu kawasan.
27
Gambar : Kuil Shri Mariamman
sumber : google
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan,
Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1881 untuk memuja
dewi Mariamman. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal
sebagai Kampung Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-
masing Dewa Shri Vinayagar, Shri Murugan, dan Dewi Shri
Mariamman (Durga dalam wujud Kali) itu dikelola salah seorang keluarga
pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya
dihiasi sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat
ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau
semacam gapura. Kuil ini sering dipenuhi umat Hindu apabila
festival Deepawali dan Thaipusam diadakan disini.
28
3. Penunjuk arah
4. Pembentuk Skyline
29
Bangunan dalam suatu kawasan memang memberikan warna pada
wajah kota. Namun hal tersebut hanya jika dilihat dari sudut pandang yang
memungkinkan. Begitu juga dengan ketinggian bangunan beraneka ragam,
akan membentuk skyline dari kawasan tersebut. Ketinggian bangunan yang
hanya dapat dilihat puncaknya saja akan memberi nilai artistik luar biasa
bagi kawasan tersebut. Keunikan dari tata bangunan dapat menjadi
landmark tersendiri bagi kawasan tersebut.
30
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN EXISTING
3.1. Path
Section A Section B
Gambar: pola sirkulasi kendaraan bermotor yang berada dari persimpangan Jl.
Iskandar Muda hingga persimpangan Jl. Dipenogoro
Sumber: Google Maps
Section A
31
Gambar: pola jaringan jalan Persimpangan Jl. Iskandar Muda -
Persimpangan Jl. Letjen S Parman
Sumber: Autocad
Section B
32
a. Hierarki jalan
Gambar : Jalur satu arah yang terdapat pada Jl. Gajah Mada, hierarki terbentuk
dengan adanya pohon yang berada di tepi jalan utama
Sumber : Google Maps
33
Gambar : Jalur satu arah yang berada di jl. Gajah Mada menuju persimpangan,
tampak gedung pencakar langit di sudut kiri jalan menuju jl S Parman. Pada
bagian depan persimpangan, jalur lalu lintas satu arah juga diberlakukan namun
berlawanan arah dengan jalur lalu lintas pada jalan Gajah Mada
Sumber : Google Maps
34
Gambar: jalur lalu lintas satu arah menuju Jl. S Parman
(jalan ke kanan dari persimpangan jl S Parman)
Sumber : Google Maps
35
Gambar : pada jl K H Zainul Arifin terdapat jembatan yang berada di atas aliran
sungai Deli. Pada jalan tersebut hierarki jalan pola linier dipertegas dengan
penempatan lampu jalan yang unik.
Sumber : Google Maps
36
Gambar : pada persimpangan jl KH Zainul Arifin tampak jalan yang melebar
dikarenakan mulai diterapkannya sistem lalu lintas 2 jalur, namun keberadaan
path masih terasa kuat dikarenakan ukuran jalan yang lebar.
Sumber : Google Maps
3.2. Edge
Edge yang memisahkan 2 kawasan (daratan yang satu dengan yang lain)
biasanya terjadi di daerah aliran sungai (DAS) sehingga ada pembatasan gerak
antara daerah satu dengan yang lain.
37
Gambar : Aliran sungai Deli yang menjadi batasan pada Kawasan Sepanjang
Jalan K.H. Zainul Arifin dan Jalan Gajah Mada – Jalan Iskandar Muda
Sumber : Google maps
3.3.District
Gambar : Kawasan eksisting di jl. Gajah Mada – Jl. K.H. Zainul Arifin
Sumber : Google maps
38
Distrik yang ada di sepanjang kawasan eksisting di jl. Gajah Mada – Jl. K.H.
Zainul Arifin di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1 2
1
3 4
3
5 6
1
3 3
1
7 8 9
3 7 7
Gambar : Pembagian zona sepanjang koridor Jl. Gajah Mada – Jl. K.H Zainul
3 Arifin
3
1 1
Sumber : Autocad
Legenda :
3.4.Nodes
40
Gambar : Node pada jalan Iskandar Muda – Gajah Mada
Sumber: Google Maps
Gambar : Area Komersil untuk area pemberhentian (kiri: Gramedia, kanan: KFC
Mataram
Sumber: Google Maps
41
3.4.2. Gajah Mada - Zainul Arifin
42
Gambar : Node pada jalan Iskandar Muda – Gajah Mada
Sumber: Google Maps
43
Gambar : Node pada jalan jalan Diponegoro – Zainul Arifin
Sumber: Google Maps
44
3.5.Landmark
3 2
1
Gambar : lokasi site
Sumber : google
a) Sun Plaza
45
b) Kuil Shri Meriamman
46
BAB IV ANALISA MASALAH
4.1. Path
Gambar : memasuki jl Gajah Mada terdapat massa bangunan yang sudah tidak
terawat lagi sehingga mengurangi kesan pada jalur tersebut
Sumber : Google Maps
Gambar: Jl. Gajah Mada yang umumnya mayoritas bangunannya memiliki fungsi
sebagai bangunan komersial. Namun pada jalan ini terdapat ruko serta spanduk
yang peletakannya kurang ditata. Sehingga mengurangi kesan tegas pada area
tersebut.
Sumber: google maps
47
Gambar: mendekati persimpangan pada jl Letjen S Parman terdapat ruko yang
berjejer menghadap Jl. Gajah Mada. Dimana signagenya kurang tertata dengan
baik.
Sumber: google maps
Gambar: Lahan parkir yang berada di jl KH Zainul Arifin kurang tertata dengan
baik
48
4.2. Edge
Batasan Antara Wilayah yang satu dan yang lain tidak jelas,sehingga
menyulitkan untuk mengetahui kita sudah memasuki/keluar dari suatu wilayah
yang terkadang membingungkan bagi pendatang untuk mengetahui Batasan
wilayah
4.3. District
49
4.4. Node
4.4.1. Gajah Mada – Zainul Arifin
Masalah pada area ini adalah node yang berfungsi menjadi titik-titik, spot-
spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat bisa masuk, dan merupakan
fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan tidak begitu mencolok. Karena pada area
ini tidak terdapat kanopi sebagai tempat berlindung bagi mereka yang ingin duduk
menunggu bus lewat atau kendaraan umum. Tetapi yang ingin berhenti untuk
menikmati area komersil ditemukan pada area ini seperti Perpustakaan Medan di
Jalan Iskandar Muda, KFC Mataram di Jalan Gajah Mada dan Gramedia Gajah
Mada.
Tetapi node sebagai tempat berhenti sejenak tidak ditemukan pada area Jalan
Iskandar Muda – Gajah Mada. Tidak ada ditemukan kanopi sebagai tempat
berlindung hanya pohon – pohon rindang pada bagian pejalan kaki. Dan area lalu
lintas pada jalan ini sangat sibuk
Selain itu masalah yang terdapat pada node Iskandar Muda – Gajah Mada
tidak ditemukannya ruang terbuka. Area ini memiliki jalan yang besar dan
memiliki 2 lajur yaitu pada jalan Iskandar Muda.
50
Gambar Suasana Jalan Iskandar Muda – Gajah Mada
Sumber: google
Persilangan atau pertemuan Path tidak banyak ditemukan diarea ini. Karena
sirkulasi yang dibatasi seperti untuk mencapai Jalan Iskandar Muda didepan
persimpangan harus melewati Jalan Gajah Mada yang berada diisi kanan Jalan
Iskandar Muda
Pada Node ini tidak ditemukannya elemen yang bersifat sebagai tempat
bertemunya kegiatan atau aktivitas public seperti alun – alun kota atau kereta api
bawah tanah. Hanya jalan raya saja.
Nodes yang merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitasnya lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara
keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya tidak
ada ditemukan pada area ini.
51
Tidak ditemukannya square atupun hal lain yang menjadi elemen pada node
Sumber: google
52
Tetapi, sesuai dengan kriteria node
jalan, kawasan ini kurang dari
ketetatapan node seperti adanya ruang
terbuka hijau. Apalagi didaerah ini
terdapat jalan yang besar yaitu Jalan
Zainul Arifin. Node yang membentuk
Path disini kurang karena pengguna
mobil yang hendak berpergian ke area
komersil yang berada tepat disebrang
Gajah Mada yaitu Jalan Zainul Arifin
harus memutar arah jalan ke kiri
menuju S. Parman.
Jadi di kawasan ini hanya diapit oleh 3 jalan dengan 2 sirkulasi yaitu jalan
Gajah Mada yang menuju kiri S.Parman dan Kanan S.Parman. Tetapi tidak bisa
lurus menuju jalan Zainul Arifin karena jalan tersebut hanya untuk 1 arah yaitu
menuju S.Parman yag berada di kiri dan kanan jalan. Untuk kenapa jalan Zainul
Arifin tidak bisa dilewati oleh 2 jalan tersebut karena, Zainul Arifin memiliki
daerah komersil yang banyak contohnya Sun Plaza yang berada di ujung dengan
banayk kendaraan yang masuk dan keluar sehingga jalan Zainul Arifin jika
dijadikan 2 lajur akan mengganggu sirkulasi bagi kendraaan.
Sirkulasi dari Jalan Gajah Mada hanya bisa ke kiri dan kanan Jalan S. Parman
Sumber: google
53
4.4.3. Jalan Diponegoro – Zainul Arifin
Pada area node Jalan Dipenegoro – Zainul Arifin masalah yang ada adalah
ruang hijau yang kurang sama seperti 2 node sebelumnya. Jalan besar ini padat akan
kendaraan karena memiliki area komersil yang banyak dan setelah node ini terdapat
tempat ibadah kuil tepat berada di sisi seberang kiri bangunan tinggi “Sun Plaza”
Masalahnya adalah Kuil ini tentu padat akan orang – orang disekitarnya dan
mana lagi di depan kuil ini terdapat area komersil yang besar. Otomatis pada bagian
node ini banyak dikunjungi oleh orang – orang. Selain padat akan orang yag ada
disekitar, pada pula akan kendaraan yang lewat pada jalan ini.
4.5. Landmark
54
Gambar : Kuil Shri Mariamman
sumber : google
Landmark yang sudah jelas keberadaannya pada Jalan KH.Zainul Arifin adalah
Kuil Shri Meriamman yang merupakan salah satu ikon dari Kota Medan.
Keberadan kuil tersebut juga menjadi salah satu ciri penduduk setempat yang
mayoritas pemeluk agama Hindu. Selain itu Kuil Shri Meriamman tersebut juga
memiliki gaya bangunan yang sangat berbeda dari bangunan-bangunan di
sekitarnya. Kuil Sri Meriamman lebih banyak menggunakan ornamen-ornamen
serta patung-patung para dewa dan dewi yang mereka percayai kebeadaannya.
Namun permasalahan yang terjadi pada kawasana Jalan KH. Zainul Arifin
tersebut adalah, keberadaan landmark yang mulai tertutupi dan bertambah dengan
keberadaan bangunan-bangunan modern tinggi yang ada di sekitaran Kuil Sri
Meriamman tersebut. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat sekarang
yang lebih cenderung mengunjungi bangunan-bangunan komersil yang lebih
modern. Sehingga landmark pada kawasan tersebut bertambah menjadi pusat
komersil dengan gaya bangunan modern yang merupakan salah satu kawasan yang
cukup ramai dikunjungi.
55
BAB V SOLUSI
5.1. Path
a. Merapikan banner sign, kabel, dan area parkir yang tidak ditata
dengan baik.
b. Mendesain ulang Little India area sehingga tercipta suasana baru pada
daerah tersebut.
5.2.Edge
Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linearUntuk memberikan suatu nilai citra kota, pada Edge fungsi batasnya
harus jelas; membagi atau menyatukan
Edges sering merupakan path juga. Jika pengamat tidak berhenti bergerak
pada path, maka image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang dominan.
Unsur ini biasanya digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh karakteristik-
karakteristik perbatasan.
56
Untuk memper-tegas batas antara satu wilayah dengan yang lain perlu di buat
signage sehingga memudahkan dalam mengamati pergantian antara ruang yang
satu dengan yang lain.
5.3.District
Distrik yang merupakan salah satu elemen citra kota seharusnya di tata dengan
rapi sehingga membentuk suasana yang baik, dikarenakan bentukan dan pola
distrik mengikuti pola path sehingga seharusnya path didesain dengan baik
sehingga distrik memiliki bentukan yang baik,
Dan juga seharusnya bentuk bangunan/ arsitektur bangunan yang memiliki ciri
khas agar bangunan di setiap distrik memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga setiap
distrik dapat dibedakan.
5.4.Node
Node sebagai salah satu wujud citra kota merupakan hal penting karena hal
tersbeut merupakan yang menjadi wajah suatu kota.
Untuk memberikan suatu nilai citra kota, pada node yang membutuhkan
wujud dari kawasan tersebut bisa dibuat Landmark yang menggambar nilai
kawasan tersebut
Gambar illustrasi
sumber: google
57
Bagi pejalan kaki yang ingin menikmati suasana sekitar node ataupun yang
hanya ingin bersitirahats sejenak, perlu disediakan fasilitas public, karena hal
tersebut adalah factor penunjang pembentukan node pada jalan
Gambar illustrasi
sumber: google
Seperti terdapat alun – alun pada node yang dapat dijadikan ruang terbuka
bagi pejalan kaki dan menambah kegiatan yang terjadi di ruang terbuka tersebut
Gambar illustrasi
sumber: google
58
5.5.Landmark
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
60
6.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang studi literature dengan
sumber – sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan
61
DAFTAR PUSTAKA
Harris, James D. & Howard, William A. 1972. The Role Meaning in the Urban
Image. Sage Publications Inc., New York. Holahan.
Nas, Peter J.M. 2007. Kota-kota Indonesia: Bunga Rampai. Gadjahmada University
Press, Yogyakarta.
Purwanto, Edi. 1996. Citra Pusat Kota Yogyakarta menurut Kognisi Pengamat
menggunakan Kemampuan Peta Mental. Tesis S2 Arsitektur, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Jaringan_jalan
http://helena-hapsari.blogspot.com/2010/03/pencapaian-ke-bangunan-yaitu-
suatu.html
https://www.scribd.com/document/402499589/Literatur-Landmark
http://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-pembentuk-citra-kota-menurut.html
62