PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Untuk mengembangkan kota, diperlukan pengetahuan mengenai kota
dan elemen-elemen di dalamnya. Jalan A. P. Pettarani merupakan salah satu
pusat pergerakan di Makassar atau zona bisnis. Pergerakan yang terjadi
karena adanya proses pemenuhan kebutuhan dan merupakan aktivitas yang
biasanya harus dilakukan setiap hari, yaitu pemenuhan kebutuhan akan
pekerjaan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan belanja. Dengan segala
potensi yang dimiliki daerah ini, diperlukan pengetahuan mengenai klasifikasi
dari setiap unsur-unsur yang ada didalamnya, demi terciptanya suasana kota
yang kondusif, aman, dan nyaman.
B. Permasalahan
Suatu kawasan atau area tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kota
jika tidak terdiri dari unsur-unsur pembentuk citra kota. Citra kota dapat
didefinisikan sebagai gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-
rata pandangan masyarakat. Apakah unsur-unsur pemebentuk citra kota itu
sendiri? Apa saja contoh dari unsur-unsur pemebentuk kota yang berada di
kawasan sekitar Jln. A. Pangeran Pettarani? Dan apa alasan kawasan yang
termasuk dari contoh yang telah disebutkan termasuk dalam unsur-unsur
pembentuk citra kota? Hal tersebutlah yang akan kami paparkan pada
laporan ini.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari laporan ini adalah :
1. Mengetahui unsur-unsur pembentuk citra kota.
2. Mengetahui contoh dari unsur-unsur pemebentuk kota yang berada
di Jalan. A. P. Pettarani.
3. Mengetahui Masalah, solusi, dan potensi dari Jalan. A. P.
Pettarani.
2
D. Lingkup Area Studi
Lingkup area studi dalam pengamatan yang kami lakukan terletak di
Jl. A. P. Pettarani. Berikut adalah peta Jl. A. P. Pettarani:
3
BAB II
Menurut Kevin Lynch ada 5 unsur pembentuk citra kota, yaitu path
(jalanan), edge (perbatasan), district (kawasan), node (simpangan), dan
landmark (tengeran).
1. Path: jalur yang biasa, sering atau potensial dilalui oleh pengamat,
misalnya jalan, pedestrian, lintasan angkutan umum, kanal, rel kereta
api. Orang dapat mengamati kota pada waktu melewati path.
1. Klasifikasi menurut undang-undang No.34 Tahun 2004 tentang
jalan dikelompokkan menjadi :
a. Jalan Arteri.
4
b. Jalan kolektor.
c. Jalan lokal
2. Adapun Klasifikasi jalan menurut Peraturan Pemerintah No. 43
tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan adalah
sebagai berikut :
a. Jalan kelas I.
b. Jalan kelas II.
c. Jalan kelas III A
d. Jalan kelas III B.
3. Berdasarkan administrasi pembinaan jalan, dimana jalan
direncanakan, dibangun, dioperasikan dan dirawat oleh
Pembina jalan, maka dapat diklarifikasikan sebagai berikut
(Vita. 2010):
a. Jalan Negara/Nasional.
b. Jalan Provinsi.
c. Jalan Kabupaten/ Kotamadya.
2. Edge: unsur linear yang tidak dianggap path, yaitu batas antara dua
phase, pemutusan dari suatu kontinuitas, misalnya: pantai,
pemotongan jalur kereta api, batas suatu pembangunan, dan bisa juga
dinding. Edge adalah suatu penahan yang menutup suatu daerah dari
daerah lainnya , atau bisa juga merupakan kolom diantara dua daerah
yang menghubungkan daerah tersebut.
3. District: bagian kota berukuran sedang sampai besar, tersusun
sampai dua dimensi yang dapat dimasuki pengamat (secara mental),
dan dapat dikenali dari dua karakter umumnya.
4. Node/Core: titik-titik strategis dalam kota, dimana pengamat dapat
masuk, atau dari mana dia bepergian. Node dapat menjadi
penghubung-penghubung utama , tempat-tempat pemberhentian
dalam perjalanan, persilangan atau pertemuan jalan-jalan. Misalnya:
5
persimpangan, tempat perhentian, ruang terbuka, peggantian moda
angkutan, dan lain-lain.
5. Landmark: semacam titik pengenal, dalam hal ini pengamat ada di
luar. Biasanya sesuatu yang mudah didefinisikan, misalnya sebuah
gedung, tanda, toko, atau gunung. Gunanya untuk mengenal satu
unsur dari banyak ragam.
6
5. ideologi,
6. sejarah,
7. tempat, dan
8. estetika.
7
perdagangan, industri pendidikan, pemerintahan militer, rekreasi dan hiburan,
juga sebagai ruang terbuka.
Mengkritik usaha dalam menyamakan pengertian bentuk kota dan
struktur fisik kota, Lary Bourne (1982) mencooba untuk mnguraikan bentuk
kota menjadi dua dimensi yaitu dimensi spasial (keruangan) dan dimensi
aspasial (bukan keruangan). Bourne mengartikan bentuk kota adalah pola
spasial dan aspasial dari unsur-unsur individu dalam suatu kota. Unsur-unsur
ini meliputi kawasan binaan, bangunan dan tata guna tanah, juga kelompok
sosial, kegiatan ekonomi, lembaga-lembaga publik. Unsur-unsur ini
berinteraksi sesamanya dalam kota sebagai sautu sistem dan menghasilkan
suatu sttruktur spasial.
Bentuk kota sebagai struktur spasial dan aspasial kota juga
dinayatakan Edwards Relph (1987). Ia berkata bahwa lanskap kota adalah
hasil dari hubungan kehidupan sehari-hari masyarakat yang diwujudkan
secara visual. Relph mengamati bahwa lanskap kota terdiri atas dua aspek
yaitu bentuk tangible atau fisik kota dan bentuk intangible atau kegaiatan
masyarakat kota. Menurut Relph, kota-kota dalam dekade terakhir abad ke-
19 tumbuh dan dibentuk oleh gagasan-gagasa dan penciptaan bangunan-
bangunan dari masyarakat tertentu. Gagasan dan penciptaan tersebut
membentuk struktur fisik kota yang mencerminkan lingkungan buatan berupa
bentuk bangunan dan unsure kota lainnya, yaitu pola jalan, pola tata guna
tanah, ruang terbuka serta garis langit kota.
Salah satu pendidik bidang perkotaan yang juga menyatakan bahwa
kota terdiri atas struktur spasial dan aspasial adalah Anthony J. Catanese
(1979). Ia menyamakan pola perkembangan kota dengan bentuk kota.
Catanese menjelaskan 4 unsur dara pembentuk suatu kota yaitu:
1. fisik (bangunan, jalan, dan taman),
2. ekonomi (azas atau berada),
3. politik (peraturan),
8
4. sosial (maksud tujuan).
Berdasarkan pembahasan tentang bentuk kota atau morfologi kota
dari berbagai terminologi, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk atau
morfologi suatu kota terdiri atas 5 unsur utama, yaitu:
1. bentuk bangunan (building form),
2. pola jalan (street pattern),
3. tata guna tanah (land use),
4. ruang terbuka (open space), dan
5. garis langit (skyline).
Kelima unsur ini menjadi determinan utama yang membentuk karakteristik
bentuk fisik suatu kota.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Path
Jalan.A.P. Pettarani merupakan salah satu pusat pergerakan di
Makassar atau zona bisnis. Pergerakan yang terjadi karena adanya proses
pemenuhan kebutuhan dan merupakan aktivitas yang biasanya harus
dilakukan setiap hari, yaitu pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan,
pendidikan, kesehatan, olahraga dan belanja. Bervariasinya aktivitas
masyarakat yang muncul di sepanjang Jalan A.P. Pettarani dikota Makassar
menimbulkan potensi terjadinya kemacetan setiap hari pada jam tertentu.
Dengan kondisi intensitas aktivitas yang tinggi di sepanjang ruas jalan
tersebut, ditambah lagi dengan bercampurnya pergerakan volume lalu lintas
yang sangat tinggi menyebabkan ruas jalan yang ada di pusat kota terutama
di Jalan A.P.Pettarani mengalami peningkatan beban jalan dan menurunnya
tingkat pelayanan jalan yang pada akhirnya akan menimbulkan
permasalahan lalu lintas yaitu ke efektifan kinerja lalu lintas berkurang.
10
Bahu jalan
Lajur kanan 1
Lajur kanan 2
Medianjalan
Lajur kiri 1
lajur kiri 2
Bahu jalan
11
Gambar 4, lajur jalan Jl. A. Pangeran pettarani
12
Gambar 5, pohon yang tidak terawat
13
Gambar 7, tempat sampah tidak disediakan
14
Gambar 9, drainase tersumbat
B. Edge (Perbatasan)
15
Berikut merupakan edge pada Jalan A.P.Pettarani:
16
angkutan, sehingga mereka tidak menyebabkan masalah pada citra
kota.
17
Ketika kami melakukan observasi di daerah ini, kami tidak menemukan
kendala yang dapat menimbulkan kemacetan atau pun kendala lain
yang dapat menimbulkan kerusakan fasilitas umum di area ini. Lebar
jalan yang berada di area tersebut juga sudah dapat menampung
berbagai jenis kendaraan bermotor.
18
Gambar 13, batas JalanA.P. Pettarani-Boulevard
C. District (Kawasan)
Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan
wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, orang akan merasa harus
mengakhiri atau memulainya. District mempunyai identitas yang baik
jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrovert; berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan yang lain). Citra distrik ini tidak boleh
hilang, karena bila hal ini terjadi akan mengaburkan citra kawasan.
Adapun kawasan-kawasan yang ada di Jalan A.P. Pettarani yaitu :
19
Visualisasi Keterangan
Bangunan SDN
kompleks ikip, UNM
Gunung Sari,
kampus STIE Wira
Bhakti Makassar,
MAN 2 Model
Makassar
merupakan pusat
pendidikan yang ada
di jalan pettarani
sebagai kawasan
pendidikan.
Bangunan baru
Renault BRI dan
Band Bukopin yang
mampu
menyesuaikan
dengan bentuk
bangunan yang
sudah ada dan
Gambar 15, kawasan jasa perbankan karakter kawasan
yang sudah
terbentuk bangunan
20
tersebut sebagai
kawasan jasa
perbankan.
Gedung Zoya dan
Ramayana
termaksud pusat
perbelanjaan yang
ada di Jalan A. P.
Pettarani sehingga di
sebut sebagai
kawasan
perdagangan.
Kawasan jasa
pelayanan dengan
adanya kantor –
kantor pos seperti
Kantor Regional X
Makassar dan kantor
Telkom
Gambar 17, kawasan jasa pelayanan
21
Kantor Dinas Tata
Ruang dan
Permukiman, Kantor
Dinas Tenaga Kerja,
Dinas Agraria dan
Tata Ruang, Badan
Pertahanan
Nasional, LPMD
Provinsi Sulawesi
Selatan, Gedung
DPRD Kota
Makassar, BKKBN,
Dinas Bina Marga,
Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air,
BPJS Kesehatan,
Gambar 18, kawasan perkantoran
Kementerian Agama
RI, BBPKM
Makassar, Direktorat
Lalu Lintas
merupakan Pusat
Pemerintahan kota
sebagai kawasan
perkantoran.
22
The Mutiara
merupakan
perumahan elit yang
ada di jalan pettarani
sebagai kawasan
perumahan
23
yaitu ditandai dengan banyaknya pedagang kaki lima. Adapun solusinya yaitu
sebaiknya pemerintah menyediakan tempat tersendiri untuk para pedagang
kaki lima sehingga pedestrian tersebut dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya.
D. Node/Core
24
Gambar 21, tempat penggantian moda angkutan umum
2. Persimpangan di Jalan A.P. Pettarani.
a. Persimpangan Jalan A.P. Pettrani dengan Jalan Letjen Hertasning.
b. Persimpangan Jalan A.P. Pettarani dengan Jalan Rappocini Raya.
c. Persimpangan Jalan A.P.Pettarani dengan Jalan Boulevard .
d. Persimpangan Jalan A.P. Pettarani dengan jalan yang menuju Urip
Sumoharjo dan Tol Reformasi.
25
Gambar 23, persimpangan jalan A.P. Pettrani dengan Jalan Letjen Hertasning
3. Halte Bus
26
Gambar 24, halte bus Universitas Negeri Makassar
27
4. Lapangan
E. Landmark ( Tenggeran )
28
Jalan A. P. Pettarani memiliki tiga landmark yang cukup terkenal bagi
masyarakat kota Makassar dan sekitarnya yaitu Menara Phinisi UNM, Masjid
H.M. Asyik, dan Grand Clarion Hotel.
29
Gambar 27, Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar
30
2. Masjid H.M. Asyik
Landmark yang kedua yaitu Masjid H.M. Asyik yang terletak Jl.
A.P. Pettarani No.100, Rappocini, Kota Makassar. Masjid ini menjadi
tempat yang sering disinggahi oleh pengguna Jl. A.P. Pettarani untuk
beribadah bagi yang beragama Islam.
31
Gambar 30, Grand Clarion Hotel & Convention
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Unsur pembentuk citra kota menurut Kevin Lynch ada lima yaitu
path, edge, node/core, district, dan landmark.
2. Unsur citra yang ada di pettarani , terdiri dari path (jalan sepanjang
4.197 M), edge ( Man 2 Model Makassar, dealer Zuzuki Galeong,
Kantor DPRD Kota Makassar, Jembatan Fly Over , Pertamina),
node (penggantian moda angkutan depan MTsN Model
Makassar), district (kawasan pendidikan, perkantoran pelayanan
jasa perbankan, perdagangan, dan perumahan) , landmark (
Menara Phinisi UNM, Masjid H. M. Asyik, dan Grand Clarion Hotel
).
3. Masalah yang terjadi di Jalan A. P. Pettarani, seperti kemacetan,
sampah, pedagang berjualan di bahu jalan, dan kondisi jalan yang
rusak dan tidak terawat. Masalah ini dapat diatasi apabila ada kerja
sama diantara masyarakat dan pemerintah, sehingga menciptakan
Jalan. A. P. Pettarani yang bebas macet, bersih, dan dapa menjadi
area kota Internasional.
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 1993.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
Anonim B. 2004. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Jalan.
Anonim C .2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006.
Bourne, L. S. 1982. International Structure of City. New York : Oxford
Brickerhoff, Jackson .1984. Founding Vernacular Landscape
https://adamfitriawijaya.wordpress.com/2010/09/03/citra-dalam-
perancangan-kota, ( diakses tanggal 14 Oktober 2015 ).
Catanese, A. J. 1979. History and Trends of Urban Planning. Dalam
Introduction to Urban Planning disuning oleh Anthony J.
Catanese dan James C. Snyder. New York: MCGraw Hill.
Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota. Surabaya: Brilian
Internasional.
Jackson, J. B. 1984. Discovering the Vernacular Landscape. New
Haven : Yale University Press.
Jakle, J. 1987. The Visual Element of Lanscape. Amherst : MIT Press
Keeble. L. 1983. Town Planning Made Plain. New York : Constraction
Press.
Krier, R. 1979. Urban Space ( Stradtraum ). New York : Rizzoli
Lynch, Kevin. 1960. The Image of the City. Cambridge, MS.: MIT
Press.
Nurhayati, dkk.Analisis Kerja Lalu Lintas Akibat Pengaturan Sistem
Pergerakan Kendaraan Pada JL. A. P. Pettarani di
Makassar.Makassar : Universitas Hasanuddin.
Relph. E. 1992. The Modern Urban Landscape. Baltimore : The John
Hopkins University Press.
34
Vita, N. H. 2010.Analisis Kinerja Ruas Jalan di Sekitar Fasilitas Putar
Balik Arah ( Syusi Kasus : di Depan masjid H. M. Asyik-
Pettarani. Makassar : FT Universitas Hasanuddin Makassar.
35