MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T.
DISUSUN OLEH:
Vania Janice Tedjajuwana – 6111901043 – Kelas A
email: 6111901043@student.unpar.ac.id
BANDUNG
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyusun makalah ini. Makalah Identifikasi Penerapan Kepranataan Pada Objek Studi
Bangunan Hunian.
Saya juga ingin berterima kasih kepada Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T. telah
membimbing saya sampai dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga
kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam memberikan informasi dan materi
mengenai isi makalah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T. pada mata kuliah Pranata Pembangunan. Selain itu,
makalah ini pun disusun agar para pembaca dapat memahami penerapan pranata pembangunan
pada bangunan gedung fungsi hunian yang terdiri dari beberapa kaidah dan prasyarat lainnya
juga. Harapan saya dari hasil penyusunan makalah ini adalah dapat meningkatkan kesadaran dan
kepedulian pembaca terhadap penerapan pranata pembangunan pada bangunan gedung dengan
baik dan benar.
Saya menyadari makalah bertema pranata pembangunan ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini kami nantikan. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, saya memohon maaf.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan Identifikasi 6
1.3 Metode Identifikasi 6
Dengan adanya penyediaan rumah susun maupun apartemen sebagai bangunan gedung
yang berfungsi untuk hunian dan juga sekaligus komersial dan perkantoran mampu membantu
isu kepadatan penduduk yang tinggi. Akan tetapi, banyak pembangunan bangunan gedung ini
secara semena-mena dimana tidak menerapkan peraturan bangunan yang ada. Oleh karena itu,
perlunya identifikasi penerapan kepranataan bangunan pada bangunan hunian agar dapat
mengetahui kondisi nyata penerapan pranata pembangunan. Tidak hanya itu, tetapi pemahaman
akan peraturan tersebut juga menjadi penting agar dapat diterapkan dalam pembangunan
bangungan gedung. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data objek studi serta
mencatat data-data tersebut. Data-data tersebut dikompilasi serta diperhatikan kesesuain data
tersebut dengan peraturan yang ada agar terlihat penerapan pembangunan objek studi. Pada
kasus ini, objek studinya merupakan Apartemen The Jarrdin, Jl. CIhampelas no 10.
1.2 Tujuan Identifikasi
Identifikasi penerapan kepranataan bangunan pada objek studi bangunan hunian bertujuan,
sebagai berikut:
● Memahami maksud dari aturan yang ada serta membandingkannya dengan fakta
pelaksanaan peraturan tersebut di lapangan.
Apartemen The Jarrdin sebagai tempat tinggal saya terletak pada Jala Cihampelas 10,
Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong. Banguna Gedung ini termasuk dalam Sub Wilayah
Kota (SWK) Bandung bagian Cibeunying termasuk dalam kategori R1C, yaitu diperuntukkan
untuk perumahan tinggi dan bangunan tinggi. (Gambar 2.1, Gambar 2.2, dan Gambar 2.3)
Apartemen The Jarrdin termasuk dalam kategori bangunan high-rise building dengan total
jumlah 21 lantai dengan 3 lantai basement dengan luas tapak 11,989.36 m². Fungsi utama
bangunan gedung ini adalah untuk hunian tetapi ada juga yang berfungsi untuk perkantoran serta
komersial, seperti yang ada pada gambar 2.2 dan gambar 2.3. Selain itu, terdapat beberapa
fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-sehari seperti kolam renang seperti yang
terlihat pada gambar 2.4, walaupun sedang ditutup dikarenakan kondisi pandemik Covid-19.
Lalu,untuk unit kamar yang dihuni oleh saya memiliki total luas 32 m2 dengan 2 kamar tidur
serta 1 kamar mandi (Gambar 2.5).
Pada pembahasan ini perangkat pranata ditinjau berdasarkan dua dasar hukum yaitu : (1)
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung Tahun 2011-2031 dan (2) Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018
Tentang Bangunan Gedung
Perangkat pranata Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18 Tahun 2011 mengatur tentang
rencana tata ruang wilayah Kota Bandung. Tujuan penataan ruang kota dalam Kota Bandung
yaitu mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional.
Salah satu kebijakan dan strategi penataan ruang adalah Perencanaan Tata Ruang yang
meliputi: (a) Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang; (b) Kebijakan dan Strategi Pola Ruang; dan
(c) Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis Kota. Tiga elemen tersebut digunakan untuk
mencapai pengembangan dan penataan kota, sehingga tiap elemennya dilengkapi dengan
kebijakan dan strateginya masing-masing seperti yang tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kebijakan dan Strategi RTRW dalam Perencanaan Tata Ruang Kota Bandung
Elemen Tata
Kebijakan Strategi
Ruang Kota
Perangkat pranata Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018 ini mengatur
tentang bangunan gedung. Tujuan penataan ruang ini diarahkan pada pengendalian pembangunan
yang berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, kenyamanan, keseimbangan, serta keserasian
bangunan gedung dengan lingkungannya. Kaidah persyaratan bangunan gedung menuntut arsitek
untuk memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis (Tabel 2.2).
Tabel 2.2
Tabel Persyaratan Administratif dan Teknis
Persyaratan Administratif 1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah
2. Status kepemilikan Bangunan Gedung
3. IMB (Pengajuan permohonan IMB wajib
mendapatkan surat KRK)
1. Persyaratan Administratif
Izin Mendirikan Bangunan dalam penyelenggaraannya meliputi:
a. Mendirikan Bangunan
b. Mengubah Fungsi Bangunan
c. Mengubah Bangunan
Setiap kegiatan mendirikan bangunan di Wilayah Kabupaten Bandung wajib
memiliki izin mendirikan bangunan ini. Dan setiap orang yang mengubah fungsi
bangunan untuk keperluan tertentu selama fungsi yang ditentukan dalam izin mendirikan
bangunan wajib memiliki izin atas perubahan fungsi bangunan tersebut. Setiap pemilik
bangunan gedung yang hendak mengubah bentuk bangunannya wajib memiliki izin atas
perubahan bentuk bangunan tersebut.
Dan untuk mengajukan permohonan IMB, terdapat persyaratan dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengisi Formulir Permohonan.
2. Photo copy KTP atau bukti diri penandatanganan permohonan.
3. Photo copy akta pendirian bagi perusahaan yang berstatus badan hukum/badan
usaha atau photo copy anggaran dasar bagi koperasi.
4. Surat kuasa apabila penandatanganan pemohon bukan oleh pemohon.
5. Photo copy Sertifikat/Akta Jual Beli hak atas kepemilikan tanah.
6. Photo copy AMDAL bagi industri yang wajib AMDAL.
7. Photo copy izin tetangga bagi bangunan non industri dan rumah tinggal.
8. Photo copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lunas tahun terakhir.
Dengan persyaratan untuk setiap orang yang akan mengajukan permohonan IMB
wajib mendapatkan surat KRK untuk lokasi yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan
rencana teknis Bangunan Gedung.Surat KRK sebagaimana dimaksud merupakan
ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
a) Zona dimana lokasi bersangkutan berada;
b) Fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;
c) Ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang diizinkan;
d) Jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang
diizinkan;
e) Garis sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan Gedung yang diizinkan;
f) KDB maksimum yang diizinkan;
g) KLB maksimum yang diizinkan;
h) KDH minimum yang diwajibkan;
i) KTB maksimum yang diizinkan;
j) Jaringan utilitas kota; dan
k) Luas lahan efektif yang dapat direncanakan setelah dikurangi sempadan dan rencana
jalan.
2. Persyaratan Teknis
Tabel dibawah berikut ini menunjukan checklist yang perlu diperhatikan untuk
memenuhi persyaratan teknis bangunan gedung khususnya pada rumah tinggal.
Tabel 2.3
Checklist Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Checklist Keterangan
1 Tangga
2 Tangga Kebakaran
Jarak Antar Tangga 45 meter jarak antar tangga dan 67,5 meter dengan adanya
hydrant
3 Springkle
4 Lift
5 Parkiran
8 Koridor
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung no 28 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bandung, Kota Bandung terbagi menjadi beberapa SWK, yaitu
a. SWK Bojonagara, yang mencakup Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir;
b. SWK Cibeunying, mencakup Kecamatan Cidadap, Coblong, Bandung Wetan, Sumur
Bandung, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler;
c. SWK Tegallega, mencakup Kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa
Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar;
d. SWK Karees yang mencakup Kecamatan Regol, Lengkong, Kiaracondong, Batununggal;
e. SWK Arcamanik, mencakup Kecamatan Arcamanik, Mandalajati, Antapani;
f. SWK Ujung Berung, mencakup Kecamatan Ujung Berung, Cibiru, Cinambo,
Panyileukan;
g. SWK Kordon, mencakup Kecamatan Bandung Kidul dan Buah Batu;
h. SWK Gedebage, mencakup Kecamatan Gedebage dan Rancasari.
Apartemen The Jarrdin ini termasuk dalam SWK Cibeunying karena lokasinya yang
berada dalam Kecamatan Coblong (Gambar 2.2). Ketika diidentifikasi lebih lanjut maka
Apartemen The Jarrdin ini berada di kawasan R1C yang berarti untuk perumahan tinggi dan
bangunan tinggi sehingga sudah sesuai dengan fungsi bangunan gedung Apartemen The Jarrdin
ini dimana sebagian besar fungsinya adalah fungsi hunian.
2.3.2 Kepranataan Bangunan Gedung Bangunan Hunian
Fungsi bangunan gedung diklasifikasi pada Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14
Tahun 2018 dalam beberapa kategori, dimana salah satunya merupakan lebih dari 1 fungsi,
dimana bangunan gedung tersebut termasuk apartemen. Dimana pada pasal penjelas dispesifikasi
bahwa Apartemen The Jarrdin ini termasuk dalam fungsi Bangunan Gedung
mal-apartemen-perkantoran. Hal ini bisa dilihat dari fungsi tiap lantai apartemen. Pada lantai
basement selain untuk parkiran ada pula fungsi perkantoran, seperti ruang manajemen. Lalu
untuk lantai dasar memiliki banyak area komersial yang menjual makanan, minimarket, alat-alat
bangunan, dan lainnya. Pada lantai 1-23 itu dipergunakan untuk area hunian Apartemen The
Jarrdin. Selain itu dengan fungsi per lantai nya juga memperlihatkan fungsi ruang dalam
bangunan gedung.
Bangunan gedung Apartemen The Jarrdin menyerupai dua bentuk persegi panjang yang
memiliki ruang kosong di tengahnya sehingga bila dilihat secara garis besar maka akan
menyerupai bentuk persegi, dimana sesuai dengan tapak. Akan tetapi karena tapak Apartemen
The Jarrdin tidak bersebelahan langsung dengan Jalan Cihampelas, melainkan dikelilingi oleh
bangunan pendikikan dan penduduk sekitar. Hal ini membuat bangunan gedung Apartemen The
Jarrdin jadi tidak memiliki fasad yang terkesan kuat dari sisi manapun hanya dari bagian lobby
saja yang menunjukkan sebagai entrance.
Rencana tapak Apartemen The Jarrdin dengan kenyataan pembangunanya ada beberapa
ketidak sesuaian walaupun secara garis besar sama dengan rencana tapak. Salah satu yang tidak
sesuai adalah adanya akses langsung dari basement ke area lobby pada bagian depan bangunan
gedung. Oleh karena itu membuat sirkulasi dalam tapak menjadi tidak dapat langsung mengakses
lobby ketika masuk dalam tapak melainkan harus melakukan manuver balik untuk dapat
mencapai lobby. Akan tetapi lebar jalan pada area lobby cukup lebar, yaitu 12 meter sehingga
sirkulasi two-way pada area lobby dilaksanakan cukup lega. Akan tetapi untuk memutar balik
harus mencapai akses ke basement dimana memiliki area cukup luas untuk mobil dapat
melakukan manuver balik. Oleh karena itu, baik kendaraan umum seperti taksi maupun
kendaraan pribadi sulit untuk menurunkan penumpang secara langsung di area lobby. Selain itu,
pada Apartemen The Jarrdin juga tidak memiliki parkir outdoor sehingga apabila ada tamu atau
pengunjung harus parkir di basement.
Awalnya perancangan Apartemen The Jarrdin memiliki konsep Elegan dan Modern.
Konsep ini direncanakan agar dapat menjadi pusat perhatian di antara gaya arsitektur bangunan
gedung sekitarnya yang merupakan bangunan lama jaman kolonial. Sehingga masih
menggunakan atap perisai maupun pelana seperti Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari-ABA
Bandung dan Rumah Sakit Advent.Oleh karena itu, fasad bangunan didesain sesuai dengan tema,
dimana terlihat dengan fasad yang sederhana dan serta pemakaian warna putih dan terang. Lalu,
fasad juga memiliki banyak bukaan untuk memberikan kesan modern pada Bangunan Gedung.
Selain untuk keindahan fasad dan kesesuaian dengan konsep perancangan, bukaan
menjadi salah satu sumber cahaya alami dan menjadi pengatur kenyamanan termal dalam
ruangan dan juga menceritakan fungsi ruangan dalam bangunan tersebut. Karena bukaan berarti
itu merupakan unit kamar hunian, sedangkan ada fasad polos yang saling berhadapan cukup
dekat, yaitu setiap bagian ujung bentuk U yang merupakan bagian tangga darurat sehingga
ditopang oleh core wall yang merupakan dinding struktural sehingga menjadi fasad yang polos.
Akan tetapi, pada penempatan massa bangunan bisa kita lihat bahwa fasad yang polos dan tidak
menarik seperti core wall diperhadapkan satu sama lain secara dekat, tapi fasad yang memiliki
banyak bukaan dihadapkan ke area yang lebih luas jangkauan pandangannya agar lebih menarik
dilihat dan juga dapat menerima lebih banyak matahari.
A Akses
Apartemen The Jarrdin dapat diakses melalui 1 akses tapak dengan 2 akses ke dalam
bangunan gedung, yaitu lobby dan basement. Area lobby cukup luas dengan ruang yang terbuka
yaitu ruang terbuka di tengah antara keempat massa. Walaupun lobby tersebut harus dicapai
dengan tangga besi terlebih dahulu agar dapat mencapai ruang terbuka tersebut terlebih dahulu
yang berada pada akses lobby. Selain itu, akses lobby pun diberikan kanopi agar ketika keadaan
hujan para pengguna dapat tetap nyaman ketika sampai pada area lobby. Akan tetapi, tidak
tersedianya ramp untuk pengguna difabel sehingga hanya bisa melewati akses basement saja dan
kemudian melalui lift pengguna.
Ketika memasuki area tapak dan juga terus mencapai area basement perlu melalui ramp
dengan material aspal. Ramp pada Apartemen The Jarrdin memiliki kemiringan 25%, dimana
termasuk cukup curam untuk ramp kendaraan. Pada standard umumnya, ramp kendaraan beroda
harus memiliki perbandingan 1:7 atau juga berarti sekitar 14-15%. Oleh karena itu dapat kita
lihat bahwa ramp ketika mengakses tapak serta mencapai basement cukup curam untuk dilalui
kendaraan beroda, terutama cukup berbahaya bagi pengguna difabel. Akan tetapi ramp
kendaraan pada basement memiliki 10 derajat sehingga sudah sesuai dengan standar minimal
yang ada sehingga aman untuk dilewati oleh kendaraan beroda.
Gambar 2.16 Akses Masuk Lobby Apartemen The Jarrdin
Gambar 2.18 Identifikasi Kemiringan Ramp Basement (Kiri) dan Foto Ramp Basement (Kanan)
B Sirkulasi Horizontal
Apartemen Jarrdin memiliki sistem unit kamar yang double loaded dimana pada lorong
koridor terdapat deretan kamar samping kiri dan kanannya sebagai sirkulasi horizontalnya.
Didapatkan beberapa data hasil identifikasi seperti, total panjang koridor adalah 80,00 m yang
membentuk huruf U. Selain itu, terdapat koridor buntu sepanjang 3,60 m dimana ketentuannya
panjang koridor buntu adalah 10-15 m sehingga masih memenuhi ketentuan. Lalu, Apartemen
The Jarrdin memiliki lebar koridor sepanjang 1,52 m dengan tinggi plafon 1,97 m. Akan tetapi,
pada persyaratannya itu lebar koridor yang lebih dari 4,00 m membutuhkan lebar koridor
sepanjang 2,00 m minimal dengan ketinggian plafon 2,40 m. Oleh karena itu dapat kita lihat
bahwa ketentuan lebar dan tinggi koridor belum memenuhi ketentuan yang ada.
Gambar 2.19 Koridor Buntu (Kiri) dan Koridor (Kanan) Apartemen The Jarrdin
Apartemen The Jarrdin termasuk dalam high-rise building yang memiliki total 21 lantai
dengan 3 basement sehingga membutuhkan sirkulasi vertikal yang berupa tangga publik serta
elevator lift. Bangunan gedung ini memiliki total 4 buah lift dengan 620 unit kamar setiap
towernya. Oleh karena itu dapat kita hitung kebutuhan jumlah lift serta interval yang baik untuk
kecepatan lift tersebut. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan jumlah lift seharusnya 6 buah lift
dan juga dengan interval sekitar 60-80 s. Oleh karena itu, dapat kita lihat dari hasil identifikasi
bahwa, jumlah lift belum memenuhi kebutuhan, tapi interval yang nyaman untuk menunggu bagi
para pengguna sudah sesuai, yaitu dengan 38,25 s dengan 4 buah lift. Selain itu, diidentifikasi
juga luas lobby lift, yaitu sebesar 26 m2 dengan lebar 3,30 m dimana dengan standar bahwa lebar
lobby lift dengan 2 lift yang berjejer adalah minimal 2,00m sehingga dapat kita ketahui bahwa
lebar lobby lift sudah sesuai dengan prasyarat.
Selain itu, tangga publik juga menjadi alternatif untuk sirkulasi vertikal pada banguna
gedung dengan total 2 tangga publik setiap towernya. Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa
lebar tangga publik 80 cm dengan tinggi tanjakan 15 cm dan lebar anak tangga 30 cm. Hal ini
berarti tangga publik hanya dapat dilalui oleh 1 orang. Selain itu, tinggi tanjakan yang nyaman
adalah 17-19 cm sehingga tinggi tanjakan pada tangga publik kurang nyaman karena terlalu
pendek, sedangkan untuk lebar anak tangganya sudah cukup nyaman.
Sarana dan Prasarana pada Apartemen The Jarrdin yang tersedia cukup lengkap dan
memenuhi standar yang ditetapkan oleh Perda Kota Bandung, yaitu berupa;
1. Ruang ibadah
2. Ruang ganti
3. Ruang laktasi
4. Taman penitipan anak (TPA)
5. Toilet
6. Tempat merokok
7. Bak cuci tangan
8. Pancuran
9. Urinal
10. Tempat sampah
a. Pada Apartemen The Jarrdin ini memiliki sistem pengolahan sampah per lantai
nya masing-masing terlebih dahulu. Lalu setiap paginya dikumpulkan di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) dan diangkut oleh pihak dinas kebersihan kota.
Namun, agar menjaga kenyamanan para penghuni apartemen maka tempat
pembuangan sampah seharusnya memiliki ruangan tersediri. Apabila terbuka
maka sebaiknya diberikan jarak 30-45 m dari tempat pembuangan sampah per
lantainya dengan unit kamar terdekat. Akan tetapi di bangunan gedung ini, tempat
sampah per lantainya itu terbuka dan juga hanya memiliki jarak 4,38 m sehingga
membuat kurang nyaman bagi penghuni karena pemandangan dan bau yang
kurang sedap.
11. Fasilitas komunikasi dan informasi
12. Ruang tunggu perlengkapan dan peralatan kontrol
13. Rambu dan marka
14. Titik pertemuan
15. Tempat parkir
a. Terdapat 3 lantai basement di Apartemen The Jarrdin, dimana 2 lantai
dipergunakan untuk parkir mobil saja dan 1 lantai lagi untuk parkir mobil dan
motor. Hasil Identifikasi menunjukkan jumlah parkir pada ketiga lantai adalah
403 parkir mobil serta 240 parkir motor. Menurut standar yang ada, untuk
apartemen menengah adalah 1 parkir mobil untuk 5 unit kamar hunian. Diketahui
dari data yang dikumpulkan terdapat 2.480 unit kamar hunian. Apabila ingin
memenuhi prasyarat maka seharusnya terdapat 496 parkir mobil. Oleh karena itu
dapat kita lihat bahwa jumlah kebutuhan parkir di Apartemen The Jarrdin belum
terpenuhi.
b. Selain itu, sirkulasi parkir dalam basement merupakan one-way sehingga untuk
bentang lebar sirkulasi mobil di Apartemen The Jarrdin 5,00 m sudah memenuhi
prasyarat (pada standarnya minimal 3,55 m untuk sirkulasi one-way). Lalu, untuk
ukuran parkir basement adalah 2,48 m x 4,12 m. Pada standar yang ada
diperlukan minimal adalah 2,5 m x 4 m sehingga dapat kita ketahui bahwa ukuran
1 unit parkir di lantai basement sangat dekat dengan standar. Selain itu tinggi
bersih lantai basement adalah 2,4 m dimana pada prasyaratnya minimal 2,25 m
sehingga dapat kita ketahui bahwa sudah memenuhi standar yang ada.
16. Sistem kamera pengawas
Gambar 2.24 CCTV Pengawas (Kiri) dan Alat Komunikasi per Lantainya (Kanan)
Unit kamar hunian di Apartemen The Jarrdin menjadi hal yang paling esensial dalam
fungsi bangunan gedung sehingga harus dibuat senyaman mungkin. Agar menentukan
kenyamanan unit kamar hunian diperlukan identifikasi luasan dan dimensi unit serta kondisi
privasi visual dan audial di dalam unit kamar hunian. Luas bruto kamar yang distudi adalah 33
m2. Hasil identifikasi adalah :
a. Unit dengan luas 33 m2 termasuk dalam klasifikasi unit kamar menengah;
b. Unit hunian tidak memiliki fasilitas gudang untuk penyimpanan barang di dalamnya;
c. Tinggi ruang di dalamnya adalah 2,80 m dimana sudah memenuhi syarat bahwa tinggi
ruang yang nyaman untuk ventilasi silang ada 2,70 m;
d. Semua kamar tidur memiliki privasinya masing-masing karena diletakkan di bagian
dalam semua;
e. Privasi audial kamar hanya dimiliki oleh 1 ruang kamar saja karena 1 kamar lagi
bersebelahan dengan koridor sehingga sering kali terdengar suara bising.
f. Adanya cahaya alami dan udara alami yang dapat masuk ke dalam 1 ruang tidur dan
ruang keluarga
Aspek keselamatan menjadi salah satu hal yang penting dalam bangunan gedung, yaitu
dengan adanya proteksi kebakaran. Pada Apartemen The Jarrdin, proteksi kebarangan terdapat,
sebagai berikut:
1. Proteksi pasif :
a. Tangga kebakaran:
i. Pada saat bencana kebakaran, tangga kebakaran menjadi salah satu
proteksi pasif yang krusial karena jarak antar tangga sangat
diperhitungkan. Menurut standar nasional, jarak antar tangga kebakaran
adalah 35 m maksimal. Pada Apartemen The Jarrdin jarak antar tangga
kebakaran paling jauh adalah 32 m sehingga masih memasuki prasyarat
yang ada, dengan pertimbangan bahwa tangga publik juga bisa digunakan
untuk tangga darurat;
ii. Selain itu, tangga kebakaran itu sendiri memiliki lebar 130 cm dimana
sudah memenuhi syarat, yaitu minimal 120 cm. Hal ini bertujuan agar
tangga darurat lebih lega dan dapat dilalui 2 orang sekaligus. Lalu untuk
tinggi tanjakan adalah 18 cm dengan lebar anak tangga 30 cm dimana
termasuk dalam ketinggian dan lebar yang nyaman.
2. Proteksi aktif :
a. Sprinkle
i. Jarak antar sprinkle menjadi hal yang penting juga dalam membantu
pemadaman kebakaran. Pada syaratnya, maksimal jarak antar sprinkle
adalah 7 m dimana sudah dipenuhi oleh Apartemen The Jarrdin Dengan
jarak 3,40 m antar springkle -nya.
b. Smoke detector
c. Fire extinguisher
d. Hydrant
Gambar 2.31 Tangga Darurat Basement - Lobby
Selain proteksi kebakaran, aspek lain yang perlu dipertimbangkan pada saat perancangan
desain adalah struktur yang kuat dan kokoh agar dapat mampu menopang beban hidup dan juga
mati bangunan gedung. Hasil identifikasi dimensi kolom adalah 60 cm x 60 cm, sedangkan untuk
balok adalah 50 cm x 40 cm.
BAB III Rangkuman
3.1 Kesimpulan
Hasil semua identifikasi yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya disimpulkan
bagaimana penerapan pranatan bangunana pada objek studi, yaitu Apartemen The Jarrdin dengan
tabel sebagai berikut:
Tabel 5.1
Tabel Kesimpulan Penerapan Pranata bangunan
Menurut observasi dan hasil identifikasi saya, sebuah bangunan gedung dirancang dan
dikaji secara matang sehingga memenuhi semua peraturan, pranata, standar, dan juga prasyarat
yang ada. Akan tetapi, pada kenyataannya saat proses pembangunan sering kali terjadi
penyimpangan dari rancangan awal yang dijanjikan. Oleh karena itu, hal ini membuat hasil
bangunan gedung menjadi tidak memenuhi peraturan yang ada. Tidak hanya itu, tetapi juga
mengganggu aspek desai lainnya. Hal ini pun sama terjadi dengan objek studi, Apartemen The
Jarrdin.
Pada proses identifikasi memiliki banyak ketidak-akuratan data dikarenakan sumber data
yang kurang, seperti tidak kesertaan IMB pada makalah dikarenakan sulitnya akses terhadap
IMB bangunan gedung ini. Akan tetapi, sebaiknya penelaahan pranata pembangunan ini dapat
dikembangan dan dilakukan terus agar dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat bahwa penting sekali untuk mentaati pranata pembangunan yang sudah ada.
Daftar Pustaka
Peraturan Daerah Kota Bandung No 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bandung
Teguh, Rep. Jumlah Penduduk Jawa Barat Mencapai 48,27 Juta Jiwa, Kab. Bogor
Terbayak.Website Resmi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat.22-01-2021.https://jabarprov.go.id/index.php/news/41024/2021/01/22/Jumlah-Penduduk-J
awa-Barat-Mencapai-4827-Juta-Jiwa-Kab-Bogor-Terbanyak#:~:text=Dengan%20luas%20dara
tan%20Jawa%20Barat,1.365%20jiwa%20per%20kilometer%20persegi.