Anda di halaman 1dari 40

Mata Kuliah Pranata Pembangunan Kelas A

MAKALAH

Identifikasi Penerapan Kepranataan Pada Objek


Studi Bangunan Hunian

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T.

DISUSUN OLEH:
Vania Janice Tedjajuwana – 6111901043 – Kelas A

email: 6111901043@student.unpar.ac.id

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR

BANDUNG
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyusun makalah ini. Makalah Identifikasi Penerapan Kepranataan Pada Objek Studi
Bangunan Hunian.
Saya juga ingin berterima kasih kepada Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T. telah
membimbing saya sampai dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga
kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam memberikan informasi dan materi
mengenai isi makalah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dr. Rumiati Rosaline Tobing, Ir., M.T. pada mata kuliah Pranata Pembangunan. Selain itu,
makalah ini pun disusun agar para pembaca dapat memahami penerapan pranata pembangunan
pada bangunan gedung fungsi hunian yang terdiri dari beberapa kaidah dan prasyarat lainnya
juga. Harapan saya dari hasil penyusunan makalah ini adalah dapat meningkatkan kesadaran dan
kepedulian pembaca terhadap penerapan pranata pembangunan pada bangunan gedung dengan
baik dan benar.
Saya menyadari makalah bertema pranata pembangunan ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini kami nantikan. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, saya memohon maaf.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Bandung, 3 Mei 2021

Vania Janice Tedjajuwana


Daftar Isi
Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I Pendahuluan 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan Identifikasi 6
1.3 Metode Identifikasi 6

BAB II Hasil Identifikasi 7


2.1 Data Objek Studi 7
2.2 Uraian Peraturan Bangunan 10
2.2.1 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18 Tahun 2011 10
2.2.2 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018 15
2.2.3 Standar Nasional Indonesia dan Prasyarat Lainnya 19
2.3 Uraian Penerapan Peraturan Bangunan pada Objek Studi 21
2.3.1 Kepranataan Tata Ruang Wilayah Bangunan Hunian 21
2.3.2 Kepranataan Bangunan Gedung Bangunan Hunian 22
2.3.3 Penerapan pada Lingkungan 23
2.3.3.1 Bentuk dan Sirkulasi Tapak 23
2.3.3.2 Ruang Terbuka Hijau 24
2.3.4 Penerapan pada Bangunan 24
2.3.4.1 Penampilan Bangunan Gedung 24
2.3.4.2 Material Bangunan Gedung 26
2.3.4.3 Sirkulasi Bangunan Gedung 26
A Akses 26
B Sirkulasi Horizontal 28
C Sirkulasi Vertikal 29
D Sarana dan Prasarana 30
E Unit Hunian 34
2.3.4.4 Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung 35
2.3.4.6 Sistem Konstruksi Bangunan Gedung 37

BAB III Rangkuman 38


3.1 Kesimpulan 38
3.2 Tanggapan tentang Penerapan Peraturan Bangunan pada Objek Studi 38
3.3 Kritik dan Saran 39
Daftar Pustaka 40
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Selama bertahun-tahun, perkembangan penduduk di dunia terus berkembang, terutama di


negara Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, selama 10 tahun penduduk Indonesia
bertambah terus sebanyak 32.56 juta jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk Indonesia
yang sangat banyak dimana terbukti dengan peringkat ke-4 Indonesia dalam jumlah penduduk
terbanyak di dunia. Terutama pada provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu pemilik
kepadatan penduduknya paling tinggi di Indonesia dengan angka 1.365 jiwa/km2. Menurut SNI,
kepadatan penduduk yang lebih dari 400 jiwa/km2 termasuk dalam kategori kawasan yang
sangat padat. Apabila kepadatan penduduk ini terus bertambah, dampak positif yang dibawanya
pun akan beriringan dampak negatif, seperti lingkungan, kesehatan masyarakat, dan penataan
ruang kota tersebut juga. Oleh karena itu diperlukannya rumah susun maupun apartemen agar
dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk menyelesaikan isu kepadatan penduduk yang
tinggi di provinsi Jawa Barat.

Dengan adanya penyediaan rumah susun maupun apartemen sebagai bangunan gedung
yang berfungsi untuk hunian dan juga sekaligus komersial dan perkantoran mampu membantu
isu kepadatan penduduk yang tinggi. Akan tetapi, banyak pembangunan bangunan gedung ini
secara semena-mena dimana tidak menerapkan peraturan bangunan yang ada. Oleh karena itu,
perlunya identifikasi penerapan kepranataan bangunan pada bangunan hunian agar dapat
mengetahui kondisi nyata penerapan pranata pembangunan. Tidak hanya itu, tetapi pemahaman
akan peraturan tersebut juga menjadi penting agar dapat diterapkan dalam pembangunan
bangungan gedung. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data objek studi serta
mencatat data-data tersebut. Data-data tersebut dikompilasi serta diperhatikan kesesuain data
tersebut dengan peraturan yang ada agar terlihat penerapan pembangunan objek studi. Pada
kasus ini, objek studinya merupakan Apartemen The Jarrdin, Jl. CIhampelas no 10.
1.2 Tujuan Identifikasi

Identifikasi penerapan kepranataan bangunan pada objek studi bangunan hunian bertujuan,
sebagai berikut:

● Mengetahui kondisi nyata penerapan Peraturan sebagai perangkat Pranata Pembangunan


melalui pengamatan objek studi sebagai hasil dari proses pembangunan.

● Memahami maksud dari aturan yang ada serta membandingkannya dengan fakta
pelaksanaan peraturan tersebut di lapangan.

● Mengetahui kondisi lingkungan yang diamati.

1.3 Metode Identifikasi

Metode penelitian yang digunakan adalah identifikasi melalui survey, mengumpulkan


data, mencatat/mengukur, membuat gambar sketsa, foto-foto, dari semua hal yang terkait dengan
keberadaan fisik bangunan dan tapak. Data-data yang terkait kemudian akan dikompilasi menjadi
sebuah laporan dengan sistematika laporan ilmiah. Penjelasan selengkapnya mengenai hasil
pengamatan awal akan dijelaskan melalui presentasi.
BAB II Hasil Identifikasi

2.1 Data Objek Studi

Apartemen The Jarrdin sebagai tempat tinggal saya terletak pada Jala Cihampelas 10,
Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong. Banguna Gedung ini termasuk dalam Sub Wilayah
Kota (SWK) Bandung bagian Cibeunying termasuk dalam kategori R1C, yaitu diperuntukkan
untuk perumahan tinggi dan bangunan tinggi. (Gambar 2.1, Gambar 2.2, dan Gambar 2.3)
Apartemen The Jarrdin termasuk dalam kategori bangunan high-rise building dengan total
jumlah 21 lantai dengan 3 lantai basement dengan luas tapak 11,989.36 m². Fungsi utama
bangunan gedung ini adalah untuk hunian tetapi ada juga yang berfungsi untuk perkantoran serta
komersial, seperti yang ada pada gambar 2.2 dan gambar 2.3. Selain itu, terdapat beberapa
fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-sehari seperti kolam renang seperti yang
terlihat pada gambar 2.4, walaupun sedang ditutup dikarenakan kondisi pandemik Covid-19.
Lalu,untuk unit kamar yang dihuni oleh saya memiliki total luas 32 m2 dengan 2 kamar tidur
serta 1 kamar mandi (Gambar 2.5).

Gambar 2.1 Gambaran Lokasi Apartemen The Jarrdin


Gambar 2.2 Peta Pembagian Kawasan Kota Bandung

Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang SWK Cibeunying 2015-2035


Gambar 2.4 Rencana Tapak Apartemen The Jarrdin

Gambar 2.5 Denah Unit Kamar 33m2


2.2 Uraian Peraturan Bangunan

Pada pembahasan ini perangkat pranata ditinjau berdasarkan dua dasar hukum yaitu : (1)
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung Tahun 2011-2031 dan (2) Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018
Tentang Bangunan Gedung

2.2.1 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18 Tahun 2011

Perangkat pranata Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18 Tahun 2011 mengatur tentang
rencana tata ruang wilayah Kota Bandung. Tujuan penataan ruang kota dalam Kota Bandung
yaitu mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional.
Salah satu kebijakan dan strategi penataan ruang adalah Perencanaan Tata Ruang yang
meliputi: (a) Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang; (b) Kebijakan dan Strategi Pola Ruang; dan
(c) Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis Kota. Tiga elemen tersebut digunakan untuk
mencapai pengembangan dan penataan kota, sehingga tiap elemennya dilengkapi dengan
kebijakan dan strateginya masing-masing seperti yang tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kebijakan dan Strategi RTRW dalam Perencanaan Tata Ruang Kota Bandung

Elemen Tata
Kebijakan Strategi
Ruang Kota

Struktur a. Perwujudan pusat-pusat a) Mengembangkan 2 (dua) PPK


Ruang pelayanan kota yang efektif untuk wilayah Bandung Barat
dan efisien dalam menunjang dan wilayah Bandung Timur;
perkembangan fungsi kota b) Membagi kota menjadi 8
sebagai kota perdagangan dan (delapan) SWK, masing-masing
jasa yang didukung industri dilayani oleh 1 (satu) SPK;
kreatif dalam lingkup Kawasan c) Mengembangkan pusat-pusat
Perkotaan Cekungan Bandung, pelayanan lingkungan secara
Provinsi Jawa Barat dan merata;
Nasional; d) Menyediakan fasilitas yang
b. Pengembangan dan memadai pada tiap pusat
peningkatan kualitas pelayanan pelayanan sesuai skala
sarana dan prasarana pelayanannya;
transportasi berbasis e) Menyerasikan sebaran fungsi
transportasi publik yang kegiatan pusat-pusat pelayanan
terpadu dan terkendali; dan dengan fungsi dan kapasitas
c. Peningkatan kualitas, jaringan jalan.
kuantitas, keefektifan dan
efisiensi pelayanan prasarana
kota yang terpadu dengan
sistem regional.

Gambar 2.6 Peta Rancangan Struktur Ruang Kota Bandung


Sumber: UKM Indonesia

Pola Ruang Perwujudan Keseimbangan a) Menjaga keseimbangan proporsi


Proporsi Kawasan Lindung kawasan lindung khususnya di
Kawasan Bandung Utara;
b) Mempertahankan dan menjaga
hutan lindung sebagai kawasan
hutan kota;
c) Mempertahankan dan
merevitalisasi kawasan resapan
air atau kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin
ketersediaan sumber daya air
dan kesuburan tanah serta
melindungi kawasan dari
bahaya longsor dan erosi;
d) Mengembangkan kawasan jalur
hijau pengaman prasarana
dalam bentuk jalur hijau
sempadan sungai, jalur tegangan
tinggi, dan jalur rel kereta api;
e) Mempertahankan fungsi dan
menata RTH yang ada dan tidak
memberi izin alih fungsi ke
fungsi lain dalam mencapai
penyediaan ruang terbuka hijau;
f) Melestarikan dan melindungi
kawasan dan bangunan cagar
budaya yang telah ditetapkan,
terhadap perubahan dan
kerusakan struktur, bentuk, dan
wujud arsitektural;
g) Meminimalkan dampak resiko
pada kawasan rawan bencana.
Optimalisasi Pembangunan a) Mengembangkan pola ruang
Wilayah Terbangun kota yang kompak, intensif dan
hijau, serta berorientasi pada
pola jaringan transportasi;
b) Mendorong dan
memprioritaskan pengembangan
ke Bandung bagian timur yang
terdiri atas SWK Arcamanik,
SWK Ujung Berung, SWK
Kordon, dan SWK Gedebage;
c) Mengendalikan bagian barat
kota yang telah berkembang
pesat dengan kepadatan relatif
tinggi, yang terdiri atas SWK
Bojonagara, SWK Cibeunying,
SWK Tegallega, dan SWK
Karees;
d) Membatasi pembangunan di
Kawasan Bandung Utara yang
berada di luar kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan
berfungsi lindung bagi kawasan
bawahannya;
e) Mempertahankan fungsi dan
menata RTNH
f) Menata, mengendalikan dan
mewajibkan penyediaan lahan
dan fasilitas parkir yang
memadai bagi kegiatan pada
kawasan peruntukan lainnya.
Gambar 2.7 Peta Rancangan Pola Ruang Kota Bandung
Sumber: UKM Indonesia

Kawasan Kebijakan Kawasan Strategis Kota a) Menjalin kemitraan pemerintah,


Strategis yang selanjutnya disebut KSK dunia usaha dan masyarakat dan
sebagaimana dimaksud dalam pasal menyediakan insentif
8 huruf c, meliputi pengembangan pembangunan yang sesuai
untuk KSK yang ditetapkan dengan rencana tata ruang;
berdasarkan sudut pandang b) Memanfaatkan mekanisme
ekonomi, sosial-budaya dan perizinan, penilaian
pelestarian untuk KSK yang permohonan pembangunan,
ditetapkan berdasarkan sudut serta insentif dan disinsentif
pandang lingkungan hidup. untuk mengendalikan dan/atau
membatasi pembangunan yang
berdampak negatif terhadap
fungsi kawasan strategis.
Gambar 2.8 Peta Rancangan Kawasan Strategis Kota Bandung
Sumber: UKM Indonesia

2.2.2 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018

Perangkat pranata Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14 Tahun 2018 ini mengatur
tentang bangunan gedung. Tujuan penataan ruang ini diarahkan pada pengendalian pembangunan
yang berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, kenyamanan, keseimbangan, serta keserasian
bangunan gedung dengan lingkungannya. Kaidah persyaratan bangunan gedung menuntut arsitek
untuk memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis (Tabel 2.2).

Tabel 2.2
Tabel Persyaratan Administratif dan Teknis

Persyaratan Administratif 1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah
2. Status kepemilikan Bangunan Gedung
3. IMB (Pengajuan permohonan IMB wajib
mendapatkan surat KRK)

Persyaratan Teknis 1. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan


a. Persyaratan peruntukan dan intensitas
Bangunan Gedung
b. Persyaratan arsitektur Bangunan Gedung;
c. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan
d. RTBL
2. Persyaratan keandalan Bangunan Gedung
a. Persyaratan keselamatan Bangunan Gedung
b. Persyaratan kesehatan Bangunan Gedung
c. Persyaratan kemudahan Bangunan Gedung
d. Persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung

1. Persyaratan Administratif
Izin Mendirikan Bangunan dalam penyelenggaraannya meliputi:
a. Mendirikan Bangunan
b. Mengubah Fungsi Bangunan
c. Mengubah Bangunan
Setiap kegiatan mendirikan bangunan di Wilayah Kabupaten Bandung wajib
memiliki izin mendirikan bangunan ini. Dan setiap orang yang mengubah fungsi
bangunan untuk keperluan tertentu selama fungsi yang ditentukan dalam izin mendirikan
bangunan wajib memiliki izin atas perubahan fungsi bangunan tersebut. Setiap pemilik
bangunan gedung yang hendak mengubah bentuk bangunannya wajib memiliki izin atas
perubahan bentuk bangunan tersebut.
Dan untuk mengajukan permohonan IMB, terdapat persyaratan dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengisi Formulir Permohonan.
2. Photo copy KTP atau bukti diri penandatanganan permohonan.
3. Photo copy akta pendirian bagi perusahaan yang berstatus badan hukum/badan
usaha atau photo copy anggaran dasar bagi koperasi.
4. Surat kuasa apabila penandatanganan pemohon bukan oleh pemohon.
5. Photo copy Sertifikat/Akta Jual Beli hak atas kepemilikan tanah.
6. Photo copy AMDAL bagi industri yang wajib AMDAL.
7. Photo copy izin tetangga bagi bangunan non industri dan rumah tinggal.
8. Photo copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lunas tahun terakhir.

Dengan persyaratan untuk setiap orang yang akan mengajukan permohonan IMB
wajib mendapatkan surat KRK untuk lokasi yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan
rencana teknis Bangunan Gedung.Surat KRK sebagaimana dimaksud merupakan
ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
a) Zona dimana lokasi bersangkutan berada;
b) Fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;
c) Ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang diizinkan;
d) Jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang
diizinkan;
e) Garis sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan Gedung yang diizinkan;
f) KDB maksimum yang diizinkan;
g) KLB maksimum yang diizinkan;
h) KDH minimum yang diwajibkan;
i) KTB maksimum yang diizinkan;
j) Jaringan utilitas kota; dan
k) Luas lahan efektif yang dapat direncanakan setelah dikurangi sempadan dan rencana
jalan.

2. Persyaratan Teknis
Tabel dibawah berikut ini menunjukan checklist yang perlu diperhatikan untuk
memenuhi persyaratan teknis bangunan gedung khususnya pada rumah tinggal.

Tabel 2.3
Checklist Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Checklist Keterangan

1. Persyaratan Tata Bangunan Gedung

Persyaratan peruntukan dan Fungsi sesuai RTRW, RDTRK, dan/atau RTBL


intensitas bangunan gedung
GSB, KDB, KLB, KDH

Arsitektur Bangunan Gedung a. Penampilan Bangunan Gedung;


b. Tata ruang dalam;
c. Kelengkapan Prasarana dan Sarana Pemanfaatan
Bangunan;
d. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Bangunan Gedung dengan lingkungannya; dan
e. Adanya keseimbangan antara nilai-nilai
adat/tradisional sosial budaya Daerah Kota
terhadap penerapan berbagai perkembangan
arsitektur dan rekayasa.

Persyaratan Pengendalian Hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat


Dampak Lingkungan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
(industri, dll)

2. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Keselamatan ● Kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban


muatan (Ketahanan Struktur Bangunan)
● Kemampuan Bangunan Gedung terhadap
bahaya kebakaran;
● Kemampuan Bangunan Gedung terhadap
bahaya petir dan bahaya kelistrikan lain.
Kesehatan ● Sistem Penghawaan
● Sistem Pencahayaan
● Sistem Sanitasi
● Penggunaan Bahan Bangunan.

Kenyamanan ● Ruang Gerak dan Hubungan Antar Ruang


● Kondisi Udara dalam Ruang
● Pandangan
● Kebisingan

Kemudahan ● Kemudahan Hubungan Ke, Dari dan di Dalam


Bangunan Gedung
● Kelengkapan Sarana dan Prasarana Dalam
Pemanfaatan Bangunan Gedung.

Gambar 2.9 Ketentuan Intensitas Bangunan Gedung

2.2.3 Standar Nasional Indonesia dan Prasyarat Lainnya

No Objek Standar dan Prasyarat

1 Tangga

Ketinggian Tangga 17-19 cm termasuk dalam ketinggian yang nyaman

Lebar Anak Tanggga 30 cm termasuk dalam lebar yang nyaman


Lebar Jalan Tangga Jalur 1 orang : 80-90 cm ; 2 orang : 110-130 cm

2 Tangga Kebakaran

Lebar Jalan Tangga 120 cm minimal

Tinggi Tanjakan Tangga 17-19 cm termasuk dalam ketinggian yang nyaman

Jarak Antar Tangga 45 meter jarak antar tangga dan 67,5 meter dengan adanya
hydrant

3 Springkle

Jarak antar sprinkle Radius 7 meter

4 Lift

Jumlah Lift 6 lift berdasarkan perhitungan

Lebar Lobby Lift Deretan 2 lift : 200cm ; 3 lift : 200 cm

5 Parkiran

Jarak Antara Parkiran ke 30 m maksimum untuk lanjut usia ; 45 m maksimum untuk


Lobby penghuni ; 60 m maksimum untuk pengunjung

Rasio Parkir 1 : 1 - Apartemen mewah ; 1 : 5 - Apartemen menengah ; 1:


10 Rumah susun

Tinggi basement 2,25 m ruang bersih

Lebar Sirkulasi 3,25 m minimal

Dimensi Tempat Parkir 4 m x 2,5 m untuk ukuran mobil kecil

6 Sirkulasi Pada Tapak 6 m minimal untuk two-way

7 Lokasi Pembuangan 30-45 m dari unit kamar hunian bila terbuka


Sampah

8 Koridor

Jarak Koridor Buntu 7 m maksimum

Lebar Koridor 2 m minimum dengan koridor lebih dari 4 m

Tinggi Koridor 2,7 m minimum

2.3 Uraian Penerapan Peraturan Bangunan pada Objek Studi

2.3.1 Kepranataan Tata Ruang Wilayah Bangunan Hunian

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung no 28 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bandung, Kota Bandung terbagi menjadi beberapa SWK, yaitu
a. SWK Bojonagara, yang mencakup Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir;
b. SWK Cibeunying, mencakup Kecamatan Cidadap, Coblong, Bandung Wetan, Sumur
Bandung, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler;
c. SWK Tegallega, mencakup Kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa
Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar;
d. SWK Karees yang mencakup Kecamatan Regol, Lengkong, Kiaracondong, Batununggal;
e. SWK Arcamanik, mencakup Kecamatan Arcamanik, Mandalajati, Antapani;
f. SWK Ujung Berung, mencakup Kecamatan Ujung Berung, Cibiru, Cinambo,
Panyileukan;
g. SWK Kordon, mencakup Kecamatan Bandung Kidul dan Buah Batu;
h. SWK Gedebage, mencakup Kecamatan Gedebage dan Rancasari.
Apartemen The Jarrdin ini termasuk dalam SWK Cibeunying karena lokasinya yang
berada dalam Kecamatan Coblong (Gambar 2.2). Ketika diidentifikasi lebih lanjut maka
Apartemen The Jarrdin ini berada di kawasan R1C yang berarti untuk perumahan tinggi dan
bangunan tinggi sehingga sudah sesuai dengan fungsi bangunan gedung Apartemen The Jarrdin
ini dimana sebagian besar fungsinya adalah fungsi hunian.
2.3.2 Kepranataan Bangunan Gedung Bangunan Hunian

Fungsi bangunan gedung diklasifikasi pada Peraturan Daerah Kota Bandung No. 14
Tahun 2018 dalam beberapa kategori, dimana salah satunya merupakan lebih dari 1 fungsi,
dimana bangunan gedung tersebut termasuk apartemen. Dimana pada pasal penjelas dispesifikasi
bahwa Apartemen The Jarrdin ini termasuk dalam fungsi Bangunan Gedung
mal-apartemen-perkantoran. Hal ini bisa dilihat dari fungsi tiap lantai apartemen. Pada lantai
basement selain untuk parkiran ada pula fungsi perkantoran, seperti ruang manajemen. Lalu
untuk lantai dasar memiliki banyak area komersial yang menjual makanan, minimarket, alat-alat
bangunan, dan lainnya. Pada lantai 1-23 itu dipergunakan untuk area hunian Apartemen The
Jarrdin. Selain itu dengan fungsi per lantai nya juga memperlihatkan fungsi ruang dalam
bangunan gedung.

Gambar 2.10 Fungsi Dalam Apartemen The Jarrdin

Gambar 2.11 Area Lobby Ruang Terbuka


2.3.3 Penerapan pada Lingkungan

2.3.3.1 Bentuk dan Sirkulasi Tapak

Bangunan gedung Apartemen The Jarrdin menyerupai dua bentuk persegi panjang yang
memiliki ruang kosong di tengahnya sehingga bila dilihat secara garis besar maka akan
menyerupai bentuk persegi, dimana sesuai dengan tapak. Akan tetapi karena tapak Apartemen
The Jarrdin tidak bersebelahan langsung dengan Jalan Cihampelas, melainkan dikelilingi oleh
bangunan pendikikan dan penduduk sekitar. Hal ini membuat bangunan gedung Apartemen The
Jarrdin jadi tidak memiliki fasad yang terkesan kuat dari sisi manapun hanya dari bagian lobby
saja yang menunjukkan sebagai entrance.
Rencana tapak Apartemen The Jarrdin dengan kenyataan pembangunanya ada beberapa
ketidak sesuaian walaupun secara garis besar sama dengan rencana tapak. Salah satu yang tidak
sesuai adalah adanya akses langsung dari basement ke area lobby pada bagian depan bangunan
gedung. Oleh karena itu membuat sirkulasi dalam tapak menjadi tidak dapat langsung mengakses
lobby ketika masuk dalam tapak melainkan harus melakukan manuver balik untuk dapat
mencapai lobby. Akan tetapi lebar jalan pada area lobby cukup lebar, yaitu 12 meter sehingga
sirkulasi two-way pada area lobby dilaksanakan cukup lega. Akan tetapi untuk memutar balik
harus mencapai akses ke basement dimana memiliki area cukup luas untuk mobil dapat
melakukan manuver balik. Oleh karena itu, baik kendaraan umum seperti taksi maupun
kendaraan pribadi sulit untuk menurunkan penumpang secara langsung di area lobby. Selain itu,
pada Apartemen The Jarrdin juga tidak memiliki parkir outdoor sehingga apabila ada tamu atau
pengunjung harus parkir di basement.

Gambar 2.12 Tapak Apartemen The Jarrdin - Google Maps


Gambar 2.13 Rencana Tapak Apartemen The Jarrdin dan Keterangan Area

2.3.3.2 Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota bandung No 18 Tahun 2011 bahwa kawasan


perumahan bangunan tinggi diberikan ketentuan untuk 50% dari tapak untuk menjadi ruang
hijau, yaitu sekitar 5500 m2. Akan tetapi pada pembangunannya area hijau yang dapat
dipertahankan hanya sekitar 1000 m2 dimana dapat terlihat pada gambar tapak Apartemen The
Jarrdin yang diambil dari website Google Maps (Gambar 2.12). Oleh karena itu, dapat dilihat
bahwa daerah hijau pada Apartemen The Jarrdin belum memenuhi ketentuan standar yang tertera
pada Perda Kota Bandung.

2.3.4 Penerapan pada Bangunan

2.3.4.1 Penampilan Bangunan Gedung

Awalnya perancangan Apartemen The Jarrdin memiliki konsep Elegan dan Modern.
Konsep ini direncanakan agar dapat menjadi pusat perhatian di antara gaya arsitektur bangunan
gedung sekitarnya yang merupakan bangunan lama jaman kolonial. Sehingga masih
menggunakan atap perisai maupun pelana seperti Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari-ABA
Bandung dan Rumah Sakit Advent.Oleh karena itu, fasad bangunan didesain sesuai dengan tema,
dimana terlihat dengan fasad yang sederhana dan serta pemakaian warna putih dan terang. Lalu,
fasad juga memiliki banyak bukaan untuk memberikan kesan modern pada Bangunan Gedung.
Selain untuk keindahan fasad dan kesesuaian dengan konsep perancangan, bukaan
menjadi salah satu sumber cahaya alami dan menjadi pengatur kenyamanan termal dalam
ruangan dan juga menceritakan fungsi ruangan dalam bangunan tersebut. Karena bukaan berarti
itu merupakan unit kamar hunian, sedangkan ada fasad polos yang saling berhadapan cukup
dekat, yaitu setiap bagian ujung bentuk U yang merupakan bagian tangga darurat sehingga
ditopang oleh core wall yang merupakan dinding struktural sehingga menjadi fasad yang polos.
Akan tetapi, pada penempatan massa bangunan bisa kita lihat bahwa fasad yang polos dan tidak
menarik seperti core wall diperhadapkan satu sama lain secara dekat, tapi fasad yang memiliki
banyak bukaan dihadapkan ke area yang lebih luas jangkauan pandangannya agar lebih menarik
dilihat dan juga dapat menerima lebih banyak matahari.

Gambar 2.14 Foto Apartemen The Jardin - Bird Eye

Gambar 2.15 Foto Salah Satu Fasad Apartemen The Jarrdin


2.3.4.2 Material Bangunan Gedung

Penggunaan material bangunan gedung diharuskan tidak boleh membahayakan kesehatan


pengguna seperti, fiber cement, asbes, dan kalsiboard berdasar Perda Kota Bandung No 28
Tahun 2011. Pada Apartemen The Jarrdin, material yang digunakan adalah dinding bata
hebel/celcon pada sebagian besar bangunan gedung. Ada pula bagian plafon menggunakan bahan
gypsum yang aman digunakan. Selain itu pemilihan material ini dikarenakan material yang
mudah dipasang, didapatkan, dan juga biaya pengadaannya yang murah.

2.3.4.3 Sirkulasi Bangunan Gedung

A Akses

Apartemen The Jarrdin dapat diakses melalui 1 akses tapak dengan 2 akses ke dalam
bangunan gedung, yaitu lobby dan basement. Area lobby cukup luas dengan ruang yang terbuka
yaitu ruang terbuka di tengah antara keempat massa. Walaupun lobby tersebut harus dicapai
dengan tangga besi terlebih dahulu agar dapat mencapai ruang terbuka tersebut terlebih dahulu
yang berada pada akses lobby. Selain itu, akses lobby pun diberikan kanopi agar ketika keadaan
hujan para pengguna dapat tetap nyaman ketika sampai pada area lobby. Akan tetapi, tidak
tersedianya ramp untuk pengguna difabel sehingga hanya bisa melewati akses basement saja dan
kemudian melalui lift pengguna.
Ketika memasuki area tapak dan juga terus mencapai area basement perlu melalui ramp
dengan material aspal. Ramp pada Apartemen The Jarrdin memiliki kemiringan 25%, dimana
termasuk cukup curam untuk ramp kendaraan. Pada standard umumnya, ramp kendaraan beroda
harus memiliki perbandingan 1:7 atau juga berarti sekitar 14-15%. Oleh karena itu dapat kita
lihat bahwa ramp ketika mengakses tapak serta mencapai basement cukup curam untuk dilalui
kendaraan beroda, terutama cukup berbahaya bagi pengguna difabel. Akan tetapi ramp
kendaraan pada basement memiliki 10 derajat sehingga sudah sesuai dengan standar minimal
yang ada sehingga aman untuk dilewati oleh kendaraan beroda.
Gambar 2.16 Akses Masuk Lobby Apartemen The Jarrdin

Gambar 2.17 Ramp Pada Tapak Sirkulasi Kendaraan

Gambar 2.18 Identifikasi Kemiringan Ramp Basement (Kiri) dan Foto Ramp Basement (Kanan)
B Sirkulasi Horizontal

Apartemen Jarrdin memiliki sistem unit kamar yang double loaded dimana pada lorong
koridor terdapat deretan kamar samping kiri dan kanannya sebagai sirkulasi horizontalnya.
Didapatkan beberapa data hasil identifikasi seperti, total panjang koridor adalah 80,00 m yang
membentuk huruf U. Selain itu, terdapat koridor buntu sepanjang 3,60 m dimana ketentuannya
panjang koridor buntu adalah 10-15 m sehingga masih memenuhi ketentuan. Lalu, Apartemen
The Jarrdin memiliki lebar koridor sepanjang 1,52 m dengan tinggi plafon 1,97 m. Akan tetapi,
pada persyaratannya itu lebar koridor yang lebih dari 4,00 m membutuhkan lebar koridor
sepanjang 2,00 m minimal dengan ketinggian plafon 2,40 m. Oleh karena itu dapat kita lihat
bahwa ketentuan lebar dan tinggi koridor belum memenuhi ketentuan yang ada.

Gambar 2.19 Koridor Buntu (Kiri) dan Koridor (Kanan) Apartemen The Jarrdin

Gambar 2.20 Proses Pengukuran Lebar Koridor Apartemen The Jarrdin


C Sirkulasi Vertikal

Apartemen The Jarrdin termasuk dalam high-rise building yang memiliki total 21 lantai
dengan 3 basement sehingga membutuhkan sirkulasi vertikal yang berupa tangga publik serta
elevator lift. Bangunan gedung ini memiliki total 4 buah lift dengan 620 unit kamar setiap
towernya. Oleh karena itu dapat kita hitung kebutuhan jumlah lift serta interval yang baik untuk
kecepatan lift tersebut. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan jumlah lift seharusnya 6 buah lift
dan juga dengan interval sekitar 60-80 s. Oleh karena itu, dapat kita lihat dari hasil identifikasi
bahwa, jumlah lift belum memenuhi kebutuhan, tapi interval yang nyaman untuk menunggu bagi
para pengguna sudah sesuai, yaitu dengan 38,25 s dengan 4 buah lift. Selain itu, diidentifikasi
juga luas lobby lift, yaitu sebesar 26 m2 dengan lebar 3,30 m dimana dengan standar bahwa lebar
lobby lift dengan 2 lift yang berjejer adalah minimal 2,00m sehingga dapat kita ketahui bahwa
lebar lobby lift sudah sesuai dengan prasyarat.
Selain itu, tangga publik juga menjadi alternatif untuk sirkulasi vertikal pada banguna
gedung dengan total 2 tangga publik setiap towernya. Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa
lebar tangga publik 80 cm dengan tinggi tanjakan 15 cm dan lebar anak tangga 30 cm. Hal ini
berarti tangga publik hanya dapat dilalui oleh 1 orang. Selain itu, tinggi tanjakan yang nyaman
adalah 17-19 cm sehingga tinggi tanjakan pada tangga publik kurang nyaman karena terlalu
pendek, sedangkan untuk lebar anak tangganya sudah cukup nyaman.

Gambar 2.21 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Lift dan Interval


Gambar 2.22 Pengukuran Tinggi Tanjakan dan Lebar Anak Tangga Publik

Gambar 2.23 Lift dan Lobby Lift

D Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana pada Apartemen The Jarrdin yang tersedia cukup lengkap dan
memenuhi standar yang ditetapkan oleh Perda Kota Bandung, yaitu berupa;
1. Ruang ibadah
2. Ruang ganti
3. Ruang laktasi
4. Taman penitipan anak (TPA)
5. Toilet
6. Tempat merokok
7. Bak cuci tangan
8. Pancuran
9. Urinal
10. Tempat sampah
a. Pada Apartemen The Jarrdin ini memiliki sistem pengolahan sampah per lantai
nya masing-masing terlebih dahulu. Lalu setiap paginya dikumpulkan di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) dan diangkut oleh pihak dinas kebersihan kota.
Namun, agar menjaga kenyamanan para penghuni apartemen maka tempat
pembuangan sampah seharusnya memiliki ruangan tersediri. Apabila terbuka
maka sebaiknya diberikan jarak 30-45 m dari tempat pembuangan sampah per
lantainya dengan unit kamar terdekat. Akan tetapi di bangunan gedung ini, tempat
sampah per lantainya itu terbuka dan juga hanya memiliki jarak 4,38 m sehingga
membuat kurang nyaman bagi penghuni karena pemandangan dan bau yang
kurang sedap.
11. Fasilitas komunikasi dan informasi
12. Ruang tunggu perlengkapan dan peralatan kontrol
13. Rambu dan marka
14. Titik pertemuan
15. Tempat parkir
a. Terdapat 3 lantai basement di Apartemen The Jarrdin, dimana 2 lantai
dipergunakan untuk parkir mobil saja dan 1 lantai lagi untuk parkir mobil dan
motor. Hasil Identifikasi menunjukkan jumlah parkir pada ketiga lantai adalah
403 parkir mobil serta 240 parkir motor. Menurut standar yang ada, untuk
apartemen menengah adalah 1 parkir mobil untuk 5 unit kamar hunian. Diketahui
dari data yang dikumpulkan terdapat 2.480 unit kamar hunian. Apabila ingin
memenuhi prasyarat maka seharusnya terdapat 496 parkir mobil. Oleh karena itu
dapat kita lihat bahwa jumlah kebutuhan parkir di Apartemen The Jarrdin belum
terpenuhi.
b. Selain itu, sirkulasi parkir dalam basement merupakan one-way sehingga untuk
bentang lebar sirkulasi mobil di Apartemen The Jarrdin 5,00 m sudah memenuhi
prasyarat (pada standarnya minimal 3,55 m untuk sirkulasi one-way). Lalu, untuk
ukuran parkir basement adalah 2,48 m x 4,12 m. Pada standar yang ada
diperlukan minimal adalah 2,5 m x 4 m sehingga dapat kita ketahui bahwa ukuran
1 unit parkir di lantai basement sangat dekat dengan standar. Selain itu tinggi
bersih lantai basement adalah 2,4 m dimana pada prasyaratnya minimal 2,25 m
sehingga dapat kita ketahui bahwa sudah memenuhi standar yang ada.
16. Sistem kamera pengawas

Gambar 2.24 CCTV Pengawas (Kiri) dan Alat Komunikasi per Lantainya (Kanan)

Gambar 2.25 Tempat Pembuangan Sampah Per Lantainya


Gambar 2.26 Meteran Air Bersih (Kiri) dan Listrik (Kanan)

Gambar 2.27 Ruang Basement (Kiri) dan Area Parkir (Kanan)

Gambar 2.28 Ruang Manajemen Apartemen The Jarrdin di Lt. Basement


E Unit Hunian

Unit kamar hunian di Apartemen The Jarrdin menjadi hal yang paling esensial dalam
fungsi bangunan gedung sehingga harus dibuat senyaman mungkin. Agar menentukan
kenyamanan unit kamar hunian diperlukan identifikasi luasan dan dimensi unit serta kondisi
privasi visual dan audial di dalam unit kamar hunian. Luas bruto kamar yang distudi adalah 33
m2. Hasil identifikasi adalah :
a. Unit dengan luas 33 m2 termasuk dalam klasifikasi unit kamar menengah;
b. Unit hunian tidak memiliki fasilitas gudang untuk penyimpanan barang di dalamnya;
c. Tinggi ruang di dalamnya adalah 2,80 m dimana sudah memenuhi syarat bahwa tinggi
ruang yang nyaman untuk ventilasi silang ada 2,70 m;
d. Semua kamar tidur memiliki privasinya masing-masing karena diletakkan di bagian
dalam semua;
e. Privasi audial kamar hanya dimiliki oleh 1 ruang kamar saja karena 1 kamar lagi
bersebelahan dengan koridor sehingga sering kali terdengar suara bising.
f. Adanya cahaya alami dan udara alami yang dapat masuk ke dalam 1 ruang tidur dan
ruang keluarga

Gambar 2.29 Ruang Keluarga Dalam Unit Kamar Hunian

Gambar 2.30 Ruang Tidur Dalam Unit Kamar Hunian


2.3.4.4 Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Aspek keselamatan menjadi salah satu hal yang penting dalam bangunan gedung, yaitu
dengan adanya proteksi kebakaran. Pada Apartemen The Jarrdin, proteksi kebarangan terdapat,
sebagai berikut:
1. Proteksi pasif :
a. Tangga kebakaran:
i. Pada saat bencana kebakaran, tangga kebakaran menjadi salah satu
proteksi pasif yang krusial karena jarak antar tangga sangat
diperhitungkan. Menurut standar nasional, jarak antar tangga kebakaran
adalah 35 m maksimal. Pada Apartemen The Jarrdin jarak antar tangga
kebakaran paling jauh adalah 32 m sehingga masih memasuki prasyarat
yang ada, dengan pertimbangan bahwa tangga publik juga bisa digunakan
untuk tangga darurat;
ii. Selain itu, tangga kebakaran itu sendiri memiliki lebar 130 cm dimana
sudah memenuhi syarat, yaitu minimal 120 cm. Hal ini bertujuan agar
tangga darurat lebih lega dan dapat dilalui 2 orang sekaligus. Lalu untuk
tinggi tanjakan adalah 18 cm dengan lebar anak tangga 30 cm dimana
termasuk dalam ketinggian dan lebar yang nyaman.
2. Proteksi aktif :
a. Sprinkle
i. Jarak antar sprinkle menjadi hal yang penting juga dalam membantu
pemadaman kebakaran. Pada syaratnya, maksimal jarak antar sprinkle
adalah 7 m dimana sudah dipenuhi oleh Apartemen The Jarrdin Dengan
jarak 3,40 m antar springkle -nya.
b. Smoke detector
c. Fire extinguisher
d. Hydrant
Gambar 2.31 Tangga Darurat Basement - Lobby

Gambar 2.32 Tangga Darurat Lantai Unit Kamar Hunian

Gambar 2.33 Hydrant (Kiri) dan Fire Extinguisher (Kanan)


Gambar 2.34 Pintu Darurat (Kiri) Sprinkle dan Smoke Detector (Kanan)

2.3.4.6 Sistem Konstruksi Bangunan Gedung

Selain proteksi kebakaran, aspek lain yang perlu dipertimbangkan pada saat perancangan
desain adalah struktur yang kuat dan kokoh agar dapat mampu menopang beban hidup dan juga
mati bangunan gedung. Hasil identifikasi dimensi kolom adalah 60 cm x 60 cm, sedangkan untuk
balok adalah 50 cm x 40 cm.
BAB III Rangkuman

3.1 Kesimpulan

Hasil semua identifikasi yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya disimpulkan
bagaimana penerapan pranatan bangunana pada objek studi, yaitu Apartemen The Jarrdin dengan
tabel sebagai berikut:

Peraturan Daerah Kota Struktur Ruang Kota Terpenuhi


Bandung Nomor 18 Tahun
Pola Ruang Kota Terpenuhi
2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Kawasan Strategis Ruang Terpenuhi
Bandung Tahun 2011-2031 Kota

Peraturan Daerah Kota Persyaratan Administratif Tidak Diketahui


Bandung No. 14 Tahun 2018
Persyaratan Teknis Terpenuhi Sebagian
Tentang Bangunan Gedung

Standar Nasional Indonesia Standar Dimensi dan Ukuran Terpenuhi Sebagian


dan Prasyarat Lainnya

Tabel 5.1
Tabel Kesimpulan Penerapan Pranata bangunan

3.2 Tanggapan tentang Penerapan Peraturan Bangunan pada Objek Studi

Menurut observasi dan hasil identifikasi saya, sebuah bangunan gedung dirancang dan
dikaji secara matang sehingga memenuhi semua peraturan, pranata, standar, dan juga prasyarat
yang ada. Akan tetapi, pada kenyataannya saat proses pembangunan sering kali terjadi
penyimpangan dari rancangan awal yang dijanjikan. Oleh karena itu, hal ini membuat hasil
bangunan gedung menjadi tidak memenuhi peraturan yang ada. Tidak hanya itu, tetapi juga
mengganggu aspek desai lainnya. Hal ini pun sama terjadi dengan objek studi, Apartemen The
Jarrdin.

3.3 Kritik dan Saran

Pada proses identifikasi memiliki banyak ketidak-akuratan data dikarenakan sumber data
yang kurang, seperti tidak kesertaan IMB pada makalah dikarenakan sulitnya akses terhadap
IMB bangunan gedung ini. Akan tetapi, sebaiknya penelaahan pranata pembangunan ini dapat
dikembangan dan dilakukan terus agar dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat bahwa penting sekali untuk mentaati pranata pembangunan yang sudah ada.
Daftar Pustaka
Peraturan Daerah Kota Bandung No 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bandung

Peraturan Daerah Kota Bandung No 14 Tahun 2018 tentang Bangunan Gedung

Standar Nasional Indonesia

Tobing, Rumiati Rosaline.2021.Pranata Dalam Arsitektur.Bandung : UNPAR Press

Badan Pusat Statistik. (n.d.).


https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html.

Teguh, Rep. Jumlah Penduduk Jawa Barat Mencapai 48,27 Juta Jiwa, Kab. Bogor
Terbayak.Website Resmi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat.22-01-2021.https://jabarprov.go.id/index.php/news/41024/2021/01/22/Jumlah-Penduduk-J
awa-Barat-Mencapai-4827-Juta-Jiwa-Kab-Bogor-Terbanyak#:~:text=Dengan%20luas%20dara
tan%20Jawa%20Barat,1.365%20jiwa%20per%20kilometer%20persegi.

6 Ketentuan Tangga Darurat yang Perlu Diketahui.Indonesia Safety


Centre.01-06-2020.https://indonesiasafetycenter.org/6-ketentuan-tangga-darurat-yang-perlu-dik
etahui/

Anda mungkin juga menyukai