Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang

wajib bagi mahasiswa Program studi Diploma III Teknik Sipil Program

Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo. Hal ini sesuai dengan kurikulum

pendidikan di Universitas Halu Oleo bagi mahasiswa yang telah menempuh

lima semester, dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

menempuh studi akhir.

Dalam praktek kerja lapangan ini penulis mendapatkan kesempatan

untuk mengamati proyek Pembangunan Jembatan Sungai Kambu Sulawesi

Tenggara IV yang berlokasi di Kel. Lalolara Kec. Kambu, Kota kendari,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pada pembangunan jembatan ini diperlukan tahapan-tahapan, diantaranya

adalah mulai dari melakukan uji kepadatan tanah hingga proses

pembangunan, namun proses yang akan kita bahas adalah Metode

pemancangan dan uji kalendering pada pemasangan pondasi tiang pancang

pada proyek Pembangunan Jembatan Sungai Kambu Sulawesi Tenggara IV.

Proyek konstruksi senilai Rp. 16.578.690.000,- (Enam belas milyar

lima ratus tujuh puluh delapan juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah)

Termasuk (Incl PPN) ini pelaksanaan fisiknya dikerjakan oleh PT. KARYA

PEMBANGUNAN RESKY sebagai kontraktor (pelaksana) dan CV.

NATURAL PLAN KONSULTAN sebagai konsultan MK dan supervisi.

1
Dana pembangunan proyek ini berasal sepenuhnya dari APBD

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun

anggaran 2019.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek Kerja Lapangan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari Praktek Kerja Lapangan adalah :

1.) Untuk memenuhi syarat sebelum memperoleh gelar Diploma 3 (D3) di

bidang Teknik Sipil, Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo.

2.) Mengaplikasikan tentang teori yang di dapat selama perkuliahan lewat

Praktek Kerja Lapangan (PKL).

3.) Sebagai langkah pembelajaran awal dan pedoman bertambahnya

pengalaman dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan Pratek Kerja Lapangan adalah :

1.) Agar mahasiswa mengetahui permasalahan yang timbul pada proses

pelaksanaan pekerjaan serta pengawasan dari pekerjaan struktur bawah

( Pondasi Tiang Pancang)

2.) Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi serta memahami dari

pengamatan langsung terkait metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan

Pondasi Pancang Beton.

2
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah

1.3.1 Ruang Lingkup Pembahasan

Laporan praktek kerja ini secara garis besar berisi tentang data-data

pengamatan pelaksanan pekerjaan dan sistem pengelolaan pelaksanaan

proyek.

Secara umum ruang lingkup kajian tersebut terbagi atas:

 Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek, serta tugas-

tugas mereka, yang tersusun dalam organisasi dan manajemen proyek.

 Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan serta persyaratan

pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan sungai kambu Sulawesi

Tenggara IV.

 Kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, yang meliputi

pekerjaan pemasangan pondasi pancang beton.

1.3.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) ini penulis membatasi pada :

 Menghitung volume pondasi tiang pancang berdasarkan data

perencanaan Pembangunan Jembatan Sungai Kambu Sulawesi

Tenggara IV

 Metode pengujian kalendering dengan syarat pengujian 0.2mm

3
1.4 Metode Pengumpulan Data di Lapangan

Metode yang digunakan untuk bahan penulisan laporan praktek kerja

lapangan ini antara lain :

 Pengamatan Lapangan (Observasi)

Secara langsung melihat aktivitas pelaksanaan pekerjaan pada lokasi

proyek.

 Wawancara (Interview)

Melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak Proyek,

Pengawas Lapangan, kontraktor dan mandor.

 Data Lain

Dengan mengambil data dari dokumen proyek, gambar rencana dan

buku-buku atau dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan

laporan ini.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun kerangka berfikir atau sistematika penulisan laporan adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan adalah merupakan bab pertama dari karya tulis yang berisi

atau menerangkan jawaban apa dan mengapa penelitian itu perlu

dilakukan, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian

yang akan di sajikan.

4
BAB II Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang

telah disusun rapi serta sistematis tentang variable-variable dalam

sebuah penelitian sehingga landasan teori ini akan menjadi dasar yang

kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.

BAB III Tinjauan Umum Proyek

Gambaran umum proyek adalah merupakan suatu devisi yang dapat

menerangkan atau memperlihatkan tentang apa yang terjadi dilapangan.

BAB IV Pembahasan

Pembahasan adalah pemecah masalah yang mengungkapkan berbagai

macam penyelesaian dari masalah-masalah yang ditetapkan sebelumnya

dan akan memberikan jawaban terhadap masalah yang akhirnya akan

mengarahkan kepada kesimpulan yang akan diambil.

BAB V Penutup

Penutup adalah bagian untuk mengakhiri isi laporan yang berisi

kesimpulan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian, Landasan, Tujuan, Kriteria dan Sasaran


Pembangunan
2.1.1 Pengertian

Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa,

adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan

yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional

dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta

dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi

utamanya sebagai hunian.

Program pembangunan Rusunawa diharapan dapat meningkatkan

kualitas lingkungan menuju perumahan yang lengkap, serasi, dan seimbang.

2.1.2 Landasan Hukum Pembangunan Rumah Susun

Landasan hukum pembangunan rumah susun sederhana :

a.) UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan

Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Pasal 15 dalam

undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan rumah susun antara

lain menyebutkan:

6
 Rumah susun dibangun disesuaikan dengan tingkat keperluan dan

kemampuan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.

 Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha

Milik Negara atau Daerah, Koperasi dan Badan Usaha Milik Swasta

yang bergerak dalam bidang itu, serta swadaya masyarakat.

b.) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang

Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Di dalam pasal 2 tentang

maksud dan tujuan Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun,

disebutkan antara lain:

 Persyaratan teknis pembangunan rumah susun dimaksudkan sebagai

landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengelolaan

dan pembangunan rumah susun dalam rangka peningkatan kualitas

hidup penghuninya.

 Persyaratan teknis pembangunan rumah susun bertujuan untuk

menjamin keamanan, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan bagi

penghuni dan/atau pemakainya.

2.1.3 Tujuan

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang Rumah

Susun, pembangunan rumah susun bertujuan:

7
 Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama

golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjamin

kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

 Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah perkotaan

dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan

lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.

Tujuan khusus pembangunan rumah susun adalah untuk

mengurangi laju pertumbuhan perumahan biasa yang banyak memakan

lahan dan kurang terkendali dalam perencanaannya.

2.1.4 Kriteria Pembangunan Rumah Susun

Kriteria pembangunan rumah susun :

a.) Kesesuaian dengan Tata Ruang Kota (sesuai peruntukannya)

b.) Konsisi sosial ekonomi dan sosial budaya penghuni kawasan pada

umumnya rendah (penghasilan, pendidikan, perilaku/kebiasaan).

c.) Kepadatan bangunan melebihi daya dukung lingkungan.

d.) Kondisi prasarana dan sarana lingkungan pada umumnya kurang dan

tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan.

e.) Potensi kawasan untuk kegiatan perdagangan, jasa, pendidikan,

pariwisata, industri, dan lain-lain.

8
f.) Jika akan dibangun rumah susun/sewa yang akan dikelola oleh Pemda,

Pemda harus dapat menyediakan lahan dan biaya penampungannya selama

proses pembangunan rumah susun.

g.) Penduduk awal diprioritaskan dapat ditampung kembali pada rumah

susun.

2.1.5 Sasaran Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan rumah susun seperti yang telah dicantumkan dalam

UU No. 16/1985 lebih diutamakan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang berpenghasilan rendah. Upah minimum yang ditetapkan

dunia adalah US$ 2.00 per hari atau (Rp. 500.000/bulan).

Jadi masyarakat ekonomi rendah bisa dikatagorikan masyarakat

yang berpenghasilan kurang dari atau sama dengan Rp. 500.00,00.

Selanjutnya yang termasuk golongan masyarakat rendah antara lain :

Golongan yang berpenghasilan tetap, yaitu :

a.) Pegawai Negeri golongan I dan II

b.) Anggota Angkatan Bersenjata golongan Tamtama dan Prajurit

c.) Pegawai rendah Badan Usaha Milik Negara

d.) Pegawai rendah Perusahaan Daerah

e.) Pegawai rendah Perusahaan Swasta Nasional

Golongan yang berpenghasilan tidak tetap, yaitu :

a.) Golongan Profesi : sopir angkutan umum, tukang becak, dan lain-lain.

9
b.) Golongan Wiraswasta : pedagang asongan, PKL, pedagang kecil pasar,

dan lain-lain.

2.2 Pengertian Pemancangan

Pemancangan merupakan suatu pekerjaan atau kegiatan

memasukkan tiang pancang (pile) kedalam tanah.Pada dasarnya

pemancangan akan mengganggu stuktur tanah dan akan terjadi

pembentukan ulang pada tanah disekitarnya. Pemancangan tiang akan

mempengaruhi tanah yang berada dekat dengan tiang pancang.

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama pemancangan adalah

untuk menyalurkan atau memindahkan beban-beban baik beban vertikal

maupun beban horizontal yang bekerja pada struktur atas ke tanah dasar.

Pemancangan tersebut, biasanya diaplikasikan untuk bangunan bertingkat,

dan memiliki daya dukung tanah yang relatif kecil.

2.3 Metode Pemancangan

Adapun metode pemancangan pada umumnya yang digunakan

diberbagai pembangunan gedung bertingkat adalah sebagai berikut:

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada

patok titik pancang yang telah ditentukan.

2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.

10
3. Tiang didirikan disamping “driving lead” dan kepala tiang dipasang pada

helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala

tiang.

4. Ujung bawah tiang didudukkan secara hati-hati diatas patok pancang yang

telah ditentukan.

5. Pemancangan tiang pancang akan dimulai setelah konfirmasi posisi lurus

terpenuhi, dengan bantuan alat theodolith,dengan catatan eksisting sumbu

tersebut tidak boleh lebih dari 20 mm.

6. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan ‘center

gate” pada dasar “driving lead” agar posisi tiang tidak bergeser selama

pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.

7. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara

kontinyu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

8. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang

berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah

sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

9. Proses penyambungan tiang :

10. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang

dilakukan pada batang pertama.

11. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama

sedemikian sehingga sisi - sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit

dan menempel menjadi satu.

11
12. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling

pertemuan kedua pelat ujung.

13. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambungan,

pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang

pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah

keras yang ditentukan.

14. Melaksanakan kalendering pada saat hampir mendekati top pile yang

disyaratkan, Final Set 2 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari

data bore log.

15. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) bila ujung bawah tiang

telah mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.

16. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai shop

drawing.

2.4 Manajemen Proyek

Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk

mencapai sasaran yang dinyatakan secara konkrit serta harus diselesaikan

dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-

alat yang terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan pengelolaan

dan kerja sama yang berbeda dari yang biasanya digunakan (Karaini).

Manajemen proyek merupakansuatu usaha merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan

12
dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu dan

anggaran yang telah ditetapkan (Karaini).

Konsep manajemen proyek meliputi (Karaini):

1. ) Proyek merupakan suatu kegiatan yang sifatnya sementara dengan tujuan

tertentu dan memanfaatkan sumber-sumber daya.

2. ) Manajemen proyek adalah proses pencapaian tujuan proyek dalam suatu

wadah tertentu.

3. ) Manajemen proyek meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan penyelesaian proyek.

4. ) Kendala/hambatan proyek adalah spesifikasi kerja, jadwal waktu dan

dana.

5. ) Bentuk organisasi atau wadah yang dimaksud dalam manajemen proyek

adalah organisasi fungsional, koordinator, gugus tugas (task force) dan

matrik.

2.5 Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen di dalam unsur manajemen merupakan

perangkat lunaknya (prosedur operasi), manajer merupakan perangkat SDM

(brainware) serta organisasi berikut perangkat pendukungnya merupakan

perangkat kerasnya.Lebih lanjut diuraikan fungsi-fungsi manajemen berikut

(Widiasanti & Lenggogeni, 2013).

13
2.5.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan

data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan

pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara lain:

a. menetapkan tujuan dan sasaran usaha;

b. menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek;

c. menyumbang strategi dan prosedur operasi;

d. menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan

Manfaat dari fungsi perencanaan adalah sebagai alat pengawas

maupun pengendalian kegiatan, atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta

sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

Berikut adalah area ilmu manajemen bagi perencanaan.

a. Perencanaan lingkup proyek, merupakan suatu proses penggambaran

proyek dan batas-batasnya secara tertulis. Misalnya, untuk proyek

konstruksi, perencanaan lingkup proyek didapat dari tahap awal siklus

proyek yang mencakup biaya dan manfaat proyek, jadwal serta mutu,

agar diperoleh alternatif lingkup yang terbaik.

b. Perencanaan mutu proyek, merupakan proses penentuan standard an

kinerja mutu yang akan dipakai oleh proyek, serta usaha untuk dapat

memenuhinya. Ketentuan standar mutu akan besar pengaruhnya terhadap

biaya proyek terutama pada waktu desain engineering, seleksi peralatan,

dan material.

14
c. Perencanaan waktu, meliputi hal-hal mengenai penyelesaian proyek yang

tepat pada waktu yang ditetapkan. Perencanaan ini memberikan masukan

kepada perencaan sumber daya agar sumber daya tersebut siap pada

waktu diperlukan.

d. Perencanaan biaya, merupakan rangkaian langkah untuk perkiraan

besarnya biaya dari sumber daya yang diperlukan oleh proyek. Langkah-

langkah tersebut termasuk juga mempertimbangkan berbagai alternatif

yang mungkin dalam mendapatkan biaya yang paling ekonomis bagi

kinerja atau material. Hal ini menyebabkan perencanaan biaya baru dapat

diselesaikan bila telah tersedia perencaan keperluan sumber daya.

e. Perencanaan sumber daya proyek, dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan, yaitu perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi

rancangan organisasi, pengisian personil untuk kantor pusat, mobilisasi

dan pelatihan tenaga kerja untuk lapangan, peralatan yang akan menjadi

bagian permanen proyek serta peralatan konstruksi.

2.5.2 Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah suatu tindakan mempersatukan kumpulan

kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing saling

berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu.

Tindakan tersebut antara lain berupa:

a. membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional;

b. menggabungkan jabatan ke dalam unit yang terkait;

c. memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai;

15
d. menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing personel.

Manfaat dari fungsi organisasi adalah sebagai pedoman

pelaksanaan fungsi, pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta

delegasi kewenangannya terlihat jelas.

Organisasi yang dibentuk akan berhasil jika setiap anggota mampu

bekerja sama dengan tujuan mencapai tujuan bersama. Proses pembentukan

organisasi atau siklus hidup organisasi pada umumnya mengikuti tahap-

tahap sebagi berikut:

a. Prestage, bahwa setiap individu memiliki tujuan dan ketertarikan yang

berbeda-beda. Keinginan ini sering dituangkan dalam visi dan misi.

b. Forming, tahap pertama, berupa pengamatan antara sesama anggota

organisasi dengan anggapan bahwa setiap anggota adalah abgian dari

grup.

c. Storming, merupakan tahap kedua. Pada tahap ini setiap anggota dengan

berbagai ketertarikan, mulai melakukan pengelompokkan.

d. Norming, adalah tahap ketiga yang memberikan sebuah anturan main

yang disebut regulasi. Tujuannya untuk membawa grup tetap berfokus

pada tujuan grup, bukan individu.

e. Performing, merupakan tahap keempat. Pada tahap ini, grup sudah

berfungsi dan mengarah pada tujuan grup. Masing-masing anggota

melaksanakan tugas sesuai perannya. Ukuran kinerja dapat dilihat dan

dievakuasi setiap saat.

16
f. Adjourning, adalah tahap akhir setelah tujuan tercapai, masing-masing

anggotanya mulai berhenti memainkan fungsi dan perannya.

2.5.3 Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan adalah upaya untuk menggerakkan anggota organisasi

sesuai dengan keinginan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan

perusahaan serta anggota di organisasi karena setiap anggota memiliki

tujuan pribadi.

Tindakan yang dilakukan dalam fungsi perencanaan antara lain:

a. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan;

b. berkomunikasi secara efektif;

c. mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab;

d. memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi;

e. berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.

Manfaat dari fungsi pelaksanaan adalah terciptanya keseimbangan

tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan

mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja sama

untuk tujuan bersama.

2.6 Pengendalian atau pengawasan (Controlling)

Pengendalian manajemen merupakan usaha yang tersistematis dari

perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi

kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi

perbedaan yang penting.

17
Pengendalian merupakan tindakan pengukuran kualitas dan

evaluasi kerja.Tindakan ini juga diikuti dengan perbaikan yang harus

diambil terhadap penyimpangan yang terjadi, khusunya di luar batas-batas

toleransi. Tindakan tersebut meliputi, antara lain:

1) mengukur kualitas hasil;

2) membandingkan hasil terhadap standar kualitas;

3) mengevaluasi penyimpangan yang terjadi;

4) memberikan saran-saran perbaikan;

5) menyusun laporan kegiatan.

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil

kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya

maupun waktu.

2.6.1 Tujuan Pengawasan

Tujuan yang hendak dicapai dalam proses pengawasan proyek

antara lain sebagai berikut :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi penyimpangan – penyimpangan dalam

pelaksanaan dari syarat-syarat yang telah ditentukan oleh persyaratan

teknis pelaksanaan (bestek)

b. Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat berjalan

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

c. Mengadakan suatu evaluasi dari hasil, pekerjaan yang telah

dilaksanakan sebelumnya untuk peningkatan pekerjaan selanjutnya.

18
Pengendalian proyek pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama

dengan pengawasan yaitu untuk mencapai tujuan yang optimum dari

pelaksanaan suatu kegiatan yang ditempuh dengan jalan memperkecil

terjadinya penyimpangan baik dalam hal kualitas maupun tekhnis

pelaksanaan.

2.6.2 Sistem Pengendalian Proyek

Sistem pengendalian adalah cara yang ditempuh dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan memperlihatkan seluruh faktor-

faktor yang akan menghambat jalannya pekerjaan sehingga proses

pengendalian proyek secara langsung mendukung tercapainya tujuan dan

maksud dari pada keberadaan proyek tersebut.

Untuk mendukung serta merealisasikan suatu rancangan sehingga

suatu struktur mempunyai daya tahan, efisiensi serta keamanan yang akurat

maka diperlukan berbagai langkah operasional yang mendukung baik itu

yang berhubungan dengan segi teknik maupun non teknis.

Untuk dapat mengendalikan proyek, maka faktor tersebut di atas

dapat didasarkan pada sasaran sebagai berikut :

a. Pengendalian Mutu Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan dan mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan

yang telah tercantum di dalam pelaksanaan, hal-hal tersebut perlu

dikendalikan agar tidak menyebabkan kegagalan dari suatu

19
pekerjaan.Pengendalian dan mutu volume pekerjaan sangatlah penting untuk

mendapatkan suatu hasil yang maksimal.

Kelalaian dan penyimpangan pelaksanaan di lapangan akan

meyebabkan diulanginya pekerjaan sehingga waktu penyelesaian akan

mengalami keterlambatan, oleh karena itu pihak pelaksana dan pengawas

harus menciptakan suatu system kerja yang baik demi untuk tercapainya

hasil yang baik. Pengendalian mutu meliputi material dan hasil pekerjaan.

b. Pengendalian Waktu

Keberhasilan pelaksanaan proyek dalam mencapai target

dibutuhkan manajemen waktu operasional pekerjaan dan rancangan.

Ketepatan dalam menggunakan waktu menjadikan rancangan dapat

terrealisasi tanpa ada hambatan berarti. Penggunaan waktu harus

dioptimalkan sebaik mungkin karena akan berpengaruh pada waktu-waktu

yang akan dipaksakan seperti jam lembur yang tidak akan seefisien jam

kerja biasanya. Dengan menggunakan waktu secara efisien, sebuah

rancangan dan rencana kerja akan terrealisasi dengan baik tanpa

mengabaikan sisi mutu dan biaya.

c. Pengendalian Biaya

Biaya erat kaitannya dengan volume dan waktu.Dalam penyusunan

rencana kerja perlu diperhatikan grafik hubungan antara waktu dan biaya.

Waktu yang terlalu lama akan menggunakan biaya yang banyak, sebab

pengeluaran untuk upah tenaga kerja akan meningkat dengan bertambahnya

waktu kerja, untuk itu dipilih waktu yang optimum dengan biaya rendah.

20
Untuk merealisasikan strategi operasional rancangan yang baik

harus ditinjau pula aspek pendanaan yang harus dialokasikan. Modal utama

yang harus diperhatikan di dalam sebuah perancangan adalah menyusun

anggaran yang nantinya akan digunakan yang berhubungan langsung

terhadap suatu perancangan.

Dalam menyusun anggaran biaya suatu bangunan, terlebih dahulu

perlu diketahui untuk apa anggaran tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap

cara atau sistem penyusunan serta hasil akhir yang diharapkan begitu pula

faktor waktu, kapan anggaran tersebut dibutuhkan turut menentukan cara

penyusunan anggaran biaya tersebut.

d. Pengendalian Tenaga Kerja

Di dalam melaksanakan strategi perancangan tenaga kerja

merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam setiap item

perencanaan.Tenaga kerja merupakan aset kedua bagi suatu dunia

konstruksi setelah aspek biaya yang sangat menentukan terhadap

keberhasilan suatu pekerjaan.Dibutuhkan tenaga kerja yang handal dalam

melaksanakan ataupun untuk merealisasikan perancangan itu sendiri.

Tenaga kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

proporsi yang ada sehingga tidak melebihi batas yang telah ditentukan

dalam time schedule.Setiap item pekerjaan harus dibuatkan laporan tentang

jumlah tenaga kerja itu sendiri, apakah perlu penambahan atau perlu

pengurangan tenaga kerja.Kelebihan atau kekurangan tenaga kerja

merupakan langkah yang kurang tepat di dalam operasional sebuah

21
rancangan.Tenaga kerja yang ditempatkan didalam setiap item pekerjaan

harus sesuai dengan presentase yang ada dan harus beracuan pada network

planning dengan grafik tenaga kerja.

e. Pengendalian Peralatan

Peralatan merupakan sarana di dalam sebuah pelaksanaan pekrjaan

di dalam merealisasikan hasil sebuah rancangan. Tanpa peralatan yang

memadai dan alokasi yang tidak sesuai serta tidak adanya tenaga ahli yang

handal di dalam menjalankan sebuah pekerjaan, maka akan menimbulkan

berbagai masalah yang lebih kompleks di dalam pelaksanaan pekerjaan.

1. Tahap – Tahap Pengawasan

a. Tahap Penetapan Standar

Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan

kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan.

b. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

secara tepat.

c. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa

atas, pengamatan laporan, metode, pengujian, dan sampel.

d. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa

Penyimpangan

22
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan

dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan

sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.

e. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi

Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana

perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan

2. Prinsip Pengawasan (monitoring)

Prinsip pengawasan sangat diperlukan oleh seorang pimpinan atau

manajer dalam membandingkan rencana dengan pelaksanaan adalah

sebagai berikut :

a) Prinsip perencanaan

Prinsip perencanaan merupakan suatu standar atau alat pengukur dari

pada suatu pekerjaan yang.Rencana menjadi petunjuk apakah sesuatu

pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.

b) Prinsip wewenang

Prinsip wewenang merupakan suatu kegiatan pemimpin dalam

memberikan kepercayaan kepada bawahan dalam melakukan sistem

pengawasan.Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat

diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan pelimpahan wewenang

dapat diketahui apakah bawahan sudah melaksanakan tugas-tugasnya

dengan baik.

23
c) Prinsip tercapainya tujuan

Pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan

mengadakan perbaikan (koreksi) unutk menghindarkan penyimpangan-

penyimpangan dari rencana yang disusun sebelumnya.

d) Prinsip efisiensi.

Pengawasan dikatakan efisien apabila dapat menghindarkan

penyimpangan dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal

lain yang diluar dugaan.

e) Prinsip tanggung jawab.

Pelaksaaan pengawasan yang efektif dan efisien menurut tanggung

jawab penuh dari seorang pimpinan atau manajer terhadap pelaksanaan

rencana organisasi.

f) Prinsip masa depan.

Kegiatan pengawasan yang efektif dan efisien harus

ditunjukkan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan

terjadi baik pada waktu sekarang maupun pada masa yang akan

datang.

g) Prinsip pengawasan langsung.

Teknik pengawasan yang paling efektif adalah mengusahakan

adanya manajer bawahan yang berkualitas baik.pengawasan itu

dilakukan oleh manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat

salah.

h) Prinsip penyesuaian dengan organisasi.

24
Pengawsan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan struktur

organisasi.Manajer dan bawahannnya merupakan sarana unutk

melaksanakan rencana.Dengan demikian pengawasan yang efektif

harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga

mencerminkan struktur organisasi.

i) Prinsip pengawsan individual.

Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manajer. Teknik

pengawasan harus ditunjukkan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan

informasi setiap manajer. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan

itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manajer.

j) Prinsip standar.

Pengawasan efektif dan efisien dalam organisasi memerlukan

standar yang tepat, dan akan dipergunakan sebagai acuan atau alat

ukur pelaksanaan dan tujuan yang dicapai.

2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait

dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di

sebuah institusi maupun lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara

kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.K3 juga melindungi rekan

kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin

terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral,

legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk

25
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam

kondisi aman sepanjang waktu.Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)

meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga

penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan

menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu

kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia,fisika

kesehatan, psikologiorganisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi

kesehatan kerja

2.8 Penjadwalan Kerja

Melaksanakan suatu proyek adalah mengubah masukan (input) yang

berupa kegiatan dan sumber daya menjadi keluaran (output) seperti yang

sudah ditentukan. Banyak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan,

pembiayaan yang melampaui batas anggaran, dan masalah lainnya yang

timbul dalam pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, tim proyek harus dapat

menyiapkan perencanaan input secara cukup terperinci sehingga seluruh

kegiatan proyek dapat dijadwalkan, dianggarkan, dimonitor, dan

dikendalikan dengan baik (Widiasanti & Lenggogeni, 2013).

Penjadwalan proyek dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut.

1. Diagram batang (the bar chart), yang biasanya dilengkapi dengan kurva S.

Dalam dunia konstruksi, teknik penjadwalan yang paling sering

digunakan adalah Barchart atau Diagram Batang atau Bagan Balok.

Barchart adalah sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam kolom

vertikal, sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal.Waktu mulai

26
dan selesai setiap kegiatan beserta durasinya ditunjukkan dengan

menempatkan balok horizontal di bagian sebelah kanan dari setiap

aktivitas.Perkiraan waktu mulai dan selesai dapat ditentukan dari skala

waktu horizontal pada bagian atas bagan.Panjang dari balok menunjukkan

durasi dari aktivitas dan biasanya aktivitas-aktivitas tersebut disusun

berdasarkan kronologi pekerjaannya (Widiasanti & Lenggogeni, 2013).

Biasanya bar chart dilengkapi juga dengan prestasi dari masing-

masing kegiatan pada setiap kolom waktu, sehingga dapat dibuat pula grafik

prstasi terhadap waktu.Dengan demikian dapat digambarkan grafik prestasi,

yang biasa disebut dengan S-curve, untuk rencana sesuai dokumen kontrak

dan untuk kenyataan.Jika grafik prestasi kenyataan di lapangan di bawah

grafik prestasi rencana, maka dikatakan pretasi kegiatan terlambat, jika di

atasnya dikatakan prestasinya lebih cepat.

2. Metode perencanaan jaringan kerja (network planning).

Menjelaskan hubungan antara kegiatan dengan waktu yang secara

grafis mencerminkan urutan kegiatan pelaksanaan proyek. Dalam metode

ini, ada dua konsep yang yang perlu diketahui, yaitu (Sajekti, 2009):

a. Kegiatan atau aktivitas, adalah kegiatan pekerjaan tertentu yang

memerlukan waktu tertentu pula. Misalnya kegiatan penggalian tanah;

kegiatan pemasangan pipa dan lain-lain. Biasanya digambarkan

dengan anak panah.

b. Event atau kejadian, yaitu kejadian tertentu yang terjadi pada waktu

tertentu pula, biasanya digambarkan dengan bentuk bulatan.

27
Gambar 2.1 Network planning

2.9 Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Proyek (Stake Holders)

Di dalam penyelenggaraan pembangunan proyek dilakukan secara

menyeluruh mulai dari tahap perancangan, perencanaan dan pembangunan

hingga tahap pemeliharaan dimana hal tersebut merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang dapat dilakukan secara sistematis dan melibatkan berbagai

unsur-unsur tersebut membentuk suatu organisasi proyek dimana masing-

masing mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab yang jelas.

Orang-orang atau instansi yang terlibat dalam suatu proyek

konstruksi disebut dengan Pemangku Kepentingan Proyek atau Stake

Holders Proyek.Pemangku kepentingan ini adalah para individu dan

organisasi yang secara aktif terlibat di dalam proyek atau terkena dampak

dari pelaksanaan atau hasil proyek.Berikut disajikan dalam tabel

(Widiasanti & Lenggogeni, 2013).

28
Tabel 2.1 Stake holders dan tugas masing-masing

TAHAP KONSEPTUAL TAHAP DESAIN TAHAP IMPLEMENTASI

PEMILIK

1. Formulasi gagasan. 1. Menentukan strategi. 1. Mengelola implementasi

2. Evaluasi hasil studi 2. Menetapkan sasaran. fisik: monitoring, review

kelayakan. 3. Rencana sumber daya. laporan, koordinasi peserta,

3. Tujuan dasar. 4. Menyiapkan perangkat change order, inspeksi, dan

4. Indikasi lingkup kerja, peserta (paket lelang, tes.

jadwal, biaya, mutu. kontraktor, konsultan). 2. Mengelola administrasi

5. Pendanaan. 5. Mengkaji proposal. keuangan, terdiri dari:

6. Negoisasi dan tanda administrasi kontrak,

tangan kontrak. akuntansi kontrak,

administrasi pinjaman,

kontrol pembayaran, asset

record, persiapan audit.

KONSULTAN

1. Studi kelayakan 1. AMDAL 1. Engineering

2. AMDAL 2. Arsitektur 2. Arsitektur

3. Engineering 3. Inspeksi

4. Pendanaan 4. dll.

5. Rekayasa nilai

KONTRAKTOR

1. Membuat proposal. 1. Mengelola/mengerjakan

2. Negosiasi dan tanda implementasi fisik:

29
tangan kontrak. Mobilisasi sumber daya,

perencanaan, pelaksanaan,

controlling, pembelian,

pabrikasi, konstruksites,

inspeksi, uji coba.

2. Administrasi kontrak dan

keuangan.

Sumber: Widiasanti & Lenggogeni, 2013

30
BAB III

TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1 Gambaran Umum Proyek

Proyek pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IVmerupakan

proyek yang dibangun dengan menggunakan dana yang bersumber dari

APBN. Untuk pembangunan proyek ini dilaksanakan oleh PT. CIPTA

AKSARA PERKASA,dan PT. TRI ARTA CONSOLINDO.

Gambar 3.1 Papan pengumuman Proyek


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

31
3.1.1 Data Umum Proyek

1. Nama Pekerjaan : Pembangunan Rumah Susun Sulawesi


Tenggara IV
2. Nomor Kontrak : HK.02.03/PPK.02/-METRO/APBN
/05/V/2017

3. Tanggal Kontrak : 26 Maret 2018

4. Nilai Kontrak :Rp. 13.103.082.000 (Tiga Belas Milyar

Seratus Tiga Juta Delapan Puluh Dua Ribuh Rupiah)

5. Waktu Pelaksanaan :240 (Dua Ratus Empat Puluh) Hari

Kalender

6. Mulai : 29 Maret 2018

7. Selesai : 23 November 2018

8. Lokasi Pekerjaan : Kota Kendari

9. Tahun Anggran : 2018

10. Sumber Dana : APBN Murni

11. Kontraktor Pelaksana : PT. CIPTA AKSARA PERKASA

12. Konsultan Supervisi : PT. TRI ARTA CONSULINDO

32
3.2 Lokasi Proyek

Lokasi proyek pada Pekerjaan Pembangunan Rumah Susun Sulawesi

Tenggara IV,Kel. Lepo-Lepo Kec. Baruga, Kota kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.2Site Plan Lokasi Proyek


( Sumber : Dokumentasi lapangan)

3.3 Fasilitas Proyek

Fasilitas proyek dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan

pembangunan di lapangan. Adapun fasilitas-fasilitas yang terdapat pada

proyek Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV sebagai berikut:

1. Kantor Direksi

Kantor direksi proyek merupakan bangunan kantor yang dibangun

di lokasi proyek sebagai tempat bekerja bagi para staff kontraktor

maupun pengawas, dan berfungsi sebagai tempat melakukan rencana

kerja dan evaluasi hasil kerja dilapangan. Kantor direksi juga berfungsi

sebagai tempat rapat koordinasi antara kontraktor dan MK untuk

33
membahas mengenai kemajuan pekerjaan. Kantor direksi pada proyek ini

dapat dilihat pada gambar 3.3

Gambar 3.3 kantor Direksi


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

2. Gudang material dan peralatan

Pada proyek ini disediakan gudang sebagai tempat untuk

menyimpan bebagai jenis material dan peralatan yang di gunakan saat

proyek berlangsung. Sebagai tempat yang berfungsi menyimpan bahan

material dan peralatan. Gudang harus memiliki kondisi yang tidak

lembab agar material atau peralatan yang tersimpan tidak mengalami

kerusakan yang dapat mempengaruhi kualitas bahan yang tersimpan.

34
Gambar 3.4 Gudang
( Sumber : Dokumentasi Lapangan )
3. Los kerja

Los kerja yaitu area yang digunakan untuk melakukan suatu

pekerjaan seperti perakitan tulangan, pembengkokan tulangan,

pemotongan tulangan sesuai dengan gambar kerja bangunan untuk

fasilitas ini dapat dibuat lepas tanpa dinding.

Gambar 3.5 Los Kerja


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

35
4. Pagar Proyek

Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek

kontruksi merupakan suatu keharusan. Hal tersebut, untuk menjamin

keamanan kerja dalam lingkungan proyek..

Gambar 3.6 Pagar


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )
5. Listrik dan Air

Listrik dan air merupakan sama penting dalam membantu proses

pelaksanaan suatu proyek. Listrik berfungsi sebagai penerangan dan

pengoperasian computer pada kantor direksi serta berfungsi dalam

pengoperasian beberapa alat kerja seperti bar, cutter dan lain-lain.

6. Kamar mandi/WC

Kamar mandi atau wc meruapkan fasilitas penting disediakan bagi

pekerja pada proyek ini. Wc ini ditempatkan di dekat kantor direksi.

36
3.4 Spesifikasi Teknis
Adapun spesifikasi teknis untuk pekerjaan pemancangan adalah

sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi :

a. Pekerjaan pendahuluan sebagai berikut :

- Mobilisasi dan Demobilisasi

- Pekerjaan Pengukuran (Stake Out)

b. Pekerjaan Pemancangan

2. Daftar Peralatan

Sesuai dengan dokumen kontrak peralatan yang digunakan pada

pekerjaan pembangunan gudang bulog adalah sebagai berikut:

- Excavator

- Dump Truck

- Pile driver

- Dozer

- Concrete mixer

- Concrete pum truck

- Alat Kelengkapan Lainnya

3.5 Pengadaan Alat Berat dan Kegunaannya

3.5.1 Excavator
Excavator adalah alat berat yang terdiri dari lengan (arm), boom

(bahu) serta bucket (alat keruk) dan digerakkan oleh tenaga hidrolis yang

dimotori dengan mesin diesel dan berada diatas roda rantai (trackshoe).

37
Sesuai dengan namanya excavator digunakan pada pekerjaan penggalian

dibawah permukaan serta untuk penggalian material keras dan juga bisa

digunakan sebagai alat pemuat bagi truck-truck. Namun tidak terbatas itu

saja alat berat ini juga bisa melakukan pekerjaan konstruksi seperti

membuat kemiringan (sloping), membuat dumptuck, memecah baru

(breaker).

Gambar 3.7 Excavator


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )
3.5.2 Dump truck

Dump truck adalah kendaraan jenis yang digunakan untuk

mengangkut bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk

keperluan kontruksi. Dump truk memindahkan material pada jarak

menengah sampai jarak jauh (500 m – up).

Gambar 3.8 Dum Truck


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

38
3.5.3 Pile Driver
Pile driver adalah alat yang digunakan untuk memasang atau

memancang tiang pancang ke dalam tanah.

Gambar 3.9 Pile Driver


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )
3.5.4 Truck Mixer

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut adukan beton ready

mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek dimana selama

dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan kcepatan 8-12 putaran

permenit agar beton tetap homogen serta tidak mengeras.

Gambar 3.10 Truck Mixer


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

39
3.5.5 Concrete Pump Truck

Concrete Pump Truck adalah truk yang di desain dan dilengkapi

dengan pompa dan memiliki lengan (boom) untuk mengalirkan dengan

cara memompa campuran beton ready mix kelokasi cor yang sulit

dijangkau.

Gambar 3.5.5Concrete Pump Truck


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

3.5.6 Concrete mixer

Alat ini berfungsi sebagai alat pencampur yang digunakan untuk

pasangan batu dan struktur-struktur yang menggunakan campuran.

Gambar 3.5.6Concrete mixer


( Sumber : Dokumentasi Lapangan )

40
3.6 Tahapan Pekerjaan
Pada Pekerjaan Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV

Tahapan dan Ketentuan-ketentuan pekerjaan didasarkan pada Spesifikasi

Umum yang telah disesuaikan dengan perencanaan kegiatan yang ada.

Adapun tahapan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :

3.6.1 Pekerjaan Pendahuluan


1. Mobilisasi

Mobilisasi menyangkut Penyewaan atau pembelian sebidang

lahan yang diperlukan untuk base camp penyedia jasa dan kegiatan

pelaksanaan, Pemasangan peralatan dan pengadaan tenaga kerja

sesuai dengan ketentuan. Sedangkan Demobilisasi menyangkut

pembongkaran tempat kerja oleh penyedia jasa pada saat akhir

kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan

perlengkapan menjadi kondisi sperti semula.

2. Demobilisasi

Pekerjaan ini meruakan pengembalian dan pemindahan

peralatan yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi

lapangan yang telah digunakan sebagai tempat penyimpanan alat,

barak kerja, gudang, dan lain sebagainya.

3. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan

Pekerjaan ini adalah hal penting dari pekerjaan pendahuluan

agar proses pembngunan tidak terganggu dan tidak terjadi efek

yang tidak diinginkan. Lokasi harus bersih dari sampah, rumput

41
liar, pohon, akar pohon, yang bisa mengganggu kestabilan tanah

dari unsur yang bisa membusuk, sehingga tidak terjadi penurunan

permukaan tanah akibat beban bangunan. Pembersihan dilakukan

dengan menggunakan alat berat excavator. Seiring pembersihan

lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini dipasang

pada tempat yang mudah dilihat dengan mencamtumkan data-data

proyek antara lain, nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek,

waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.

Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan,

barulah dilakukan pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk

menentukan letak bangunan, elevasi, dan titik ikat (bench

mark).dalam pengukuran digunakan alat theodolit dan rambu ukur.

Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan

patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ±1m yang

ditancapkan kedalam tanah.

4. Pekerjaan Pemasangan Bowplank

Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah

pekerjaan pengukuran dilakukan. Pemasangan bowplank

(pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh pihak proyek,

perencana pengawas, pelaksana, dan dibuat berita acara

pematokan.

Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan

pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup

42
kuat. Untuk menentukan ketinggian papan bowplank secara rata

bagian atasnya dari papan bowplank harus di waterpass (horizontal

dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik as ke as antar

ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai

dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada

papan bowplank agar mudah dicek kembali.

5. Pembuatan Jalan dan Jembatan Kerja Proyek

Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibilitas

kendaran yang masuk kedalam lokasi proyek, sehingga

pengangkutan material dapat berjalan lancar. Selain pekerjaan

pembuatan jalan dan jembatan kerja proyek ada hal lain yang perlu

disampaikan kepada setiap orang dilokasi proyek yaitu

memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada didalam lokasi

proyek harus selalu memakai alat pelindug diri dan senantiasa

mematuhi peraturan K3 yang ada dilokasi.

3.6.2 Penyelidikan Tanah


a. Pengujian Sondir

Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi

yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap

lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan pendukung yaitu

lapisan tanah keras. Pengujian sondir pada proyek pembangunan

Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV ini dilakukan di berbagai

titik.

43
b. Hand Bor

Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah

dengan alat bor dengan tangan dengan ukuran tertentu, dan

dengan tenaga manusia. Tujuan pengboran ini adalah untuk

mendapatkan atau mendeskripsikan susunan lapisan tanah. Dari

pengeboran ini dapat dilakukan pengambilan tanah sebagai

bahan untuk penelitian tanah selanjutnya di laboratorium.

3.6.3 Pekerjaan Struktur


1. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang

mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan

menyerap lenturan. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi

biasanya bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti

anggapan adanya beban yang besar sehingga pondasi langsung

jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang

bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung

tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan.

2. Pile cap

Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi

sebelum didirikannya kolom di bagian atasnya.

Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom

yang kemudian akan diteruskan dan disebarkan ketiang pancang

dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom

dan harus ≤ daya dukung yang diizinkan (Y ton) (N= jumlah

44
kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diteriman oleh

pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).

3. Pekerjaan Tie Beam

Pekerjaan Tie Beam dilakukan setelah pekerjaan pile cap

selesai dilakukan. Pada dasarnya pelaksanaan balok Tie Beam sama

dengan pelaksanaan pondasi plat setempat. Bekisting dan tulangan

besi dirakit terlebih dahulu sesuai dengan shop drawing. Setelah itu

barulah campuran beton dituangkan, campuran yang digunakan

sama dengan campuran beton pondasi yaitu mutu beton K-300.

Campuran beton tersebut terlebih dahulu telah dilakukan job

mixdesign dengan nilai slump tesnya seusai dengan spesifikas

teknis.

3.7 Organisasi Penyelenggara Proyek


Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala

ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah

badan-badan hukum dan susunan struktur organisasi Pekerjaan

Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV di Kel. Lepo-Lepo Kec.

Baruga, Kota kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana unsur-unsur

yang terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :

- Pemilik Proyek (owner);

- Konsultan perencana (consultant/designer);

- Konsultan pengawas (direksi/supervisor);

- Pelaksana (contractor).

45
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung

jawab masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya

saling terkait satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan

akan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

3.7.1 Pemilik Proyek/Owner

Pemilik proyek (Owner) adalah pihak yang memiliki gagasan untuk

membangun, baik secara perorangan (Individu) atau badan hukum seperti

wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu

dinas atau jabatan (Situmorang, 2011).

Owner pada proyek Pembangunan Rumah Susun Sulawesi

Tenggara IV adalah KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN

PERUMAHAN RAKYAT. Adapun tugas dari pemilik proyek menurut Ahadi

(2010) antara lain :

a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan proyek

b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek

c. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan

pekerjaan proyek

d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas

e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor

f. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah

direncanakan.

46
3.7.2 Konsultan

CV. GLOBAL CIPTA CONSULTANT bertindak sebagai

Konsultan perencana dan Konsultan Pengawas PT. TRI ARTA

CONSULINDO Proyek pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV

di Kel. Lepo-lepo, Kec. Baruga, Kota kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Keduanya ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan sekaligus

pengawasan.

Menurut Ahadi (2009) tugas Konsultan Perencana antara lain :

a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan

pemilik bangunan

b. Membuat gambar kerja pelaksanaan

c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan

(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan

d. Membuat RAB

e. Memproyeksikan keinginan atau ide-ide pemilik ke dalam desain

f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan

pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan

desain terwujud.

g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika

terjadi kegagalan konstruksi

Sedangkan tugas Konsultan Pengawas menurut Ahadi (2010)

adalah sebagai berikut :

47
a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan

kontrak kerja

b. Melaksanakan pengawasan secara rutin pada pelaksanaan proyek

c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dilihat

pemilik proyek

d. Memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek

maupun

kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan

e. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan

kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek

f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek

yang diusulkan oleh kontraktor dengan tetap berpedoman dengan

kontrak kerja konstruksi yang dibuat.

3.7.3 Kontraktor

PT. CIPTA AKSARA PERKASA adalah pihak yang ditunjuk

untuk melaksanakan pekerjaan dalam Proyek pembangunan Rumah Susun

Sulawesi Tenggara IV di Kel. Lepo-lepo, Kec. Baruga, Kota kendari,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Menurut Ahadi (2011) Tugas kontraktor pelaksana yaitu :

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan

dan alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi

dan gambar yang telah ditentukan.

48
b. Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan

metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah

disepakati

d. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan

spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam kontrak

perjanjian pemborongan.

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan secara khusus tentang proses

pelaksanaan, mengenai pekerjaan Pemancangan tiang pondasi persegi

(Pondasi Pancang) pada Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara

IV.

4.1 Pekerjaan yang di laksanakan

Pelaksanaan praktek kerja lapangan pada proyek pembangunan

fasilitas gedung dan utilitas rumah susun Sulawesi Tenggara IV di mulai

pada tanggal 29 Maret 2018. pelaksanaan pekerjaan di proyek tersebut telah

berjalan sekitar ±5 % pelaksanaan pekerjaan yang sedang berlangsung

adalah pekerjaan penimbunan tanah yang basah, perataan akses jalan

menggunakan alat excavator dan pemancangan.

Gambar 4.1.Contoh gambar Pancang yang digunakan

50
Ada beberapa titik yang menggunakan tiang tipe 2 dan tipe 3 yaitu :

Tipe 2 Jumlah dari hasil perencanaan adalah 36 titik

Tipe 3 Jumlah dari hasil perencanaan adalah 28 titik

4.1.1 Pekerjaan Pemancangan

Pada pemancangan pembangunan rumah susun Sulawesi Tenggara

IV ini menggunakan tiang pancang beton persegi yang terdiri dari tiga jenis

yaitu Tiang Bottom,middle dan upper dan di ujung pancang menggunakan

besi plat dengan ukuran persegi yakni (25x25) cm , penampang atau panjang

tiang pancang tersebut yaitu 6 m, dan jumlah tiang ini sebanyak 480 unit.

Untuk unit Pancang Bottom Plat berjumlah 158 unit, untuk pancang double

plat berjumlah 160 unit, dan untuk pancang single plat berjumlah 162 unit.

Kendala-kendala saat di lapangan di antaranya putusnya tali seleng

hammer yang bagian kiri sampai pekerjaan harus tertunda beberapa hari

karena alat yang terlambat datang dan kondisi tanah yang basah. Namun

51
kendala-kendala tersebut dapat diatasi sehingga pekerjaan bisa terselesaikan

dengan baik.

4.1.2 Langkah- langkah pemancangan

Sebelum pelaksanaan pemancangan dilakukan, terlebih dahulu

menentukan titik pancang yang ada pada gambar kerja (setting out)

menggunakan alat ukur Total Station (sokkia). Pada pelaksanaan setting out

ini, titik pancang tidak boleh bergeser > 5 cm dari titik pancang yang telah

ditentukan pada gambar kerja denah titik pancang.

Gambar 4.2.Denah Rencana Titik Pancang

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

Pada pelaksanaan stake out titik bantu pemancangan digunakan

patok kayu di ikat pake bariket paku seperti pada Gambar 4.5. yaitu dengan

membenamkan kayu balok yang telah di ikat pake bariket hingga kedalaman

15 cm dengan catatan bariket tetap terlihat diatas permukaan tanah sebagai

titik acuan pada saat pelaksanaan pemancangan dilaksanakan.

52
Adapun langkah-langkah atau metode pemancangan pada

pembangunan rumah susun Sulawesi Tenggara IV adalah sebagai berikut:

1. Mengangsur tiang pancang mendekati titik pemancangan yang telah

ditentukan sebelumya dengan menggunakan alat excavator.

Gambar 4.3.Stock Tiang Pancang

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

2. Memindahkan Tiang Pancang Menggunakan bantuan dengan alat berat

(Excavator) yang tidak bisa di jangkau oleh alat (drop hammer)

Gambar 4.4.Pengangkutan Tiang Pancang Menggunakan Alat Excavator

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

53
3. Menentukan posisi titik pancang yang telah ditentukan di gambar dengan
menggunakan patok kayu dengan kedalaman >15cm

Gambar 4.5.Titik Perencanaan Pemancangan Tiang Pacang

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

4. Melakukan Proses Pemancangan dengan alat Pile Driver (Drop Hammer)

yang berat hammernya mencapai 1,5 ton atau (1500)kg , yang telah di

tarik sebelumnya menggunakan bantuan tali baja yang merupakan bagian

dari alat drop hammer tersebut.

Gambar 4.6.Proses Pemancangan menggunakan alat (Drop Hammer)

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

54
5. Melakukan Penyambungan Jika kedalaman belum mencapai tanah keras

atau daya dukung tanah ijin yang telah ditentukan sebelumnya dengan cara

menyambung besi plat pada ujung tiang pancang dengan cara di las

menggunakan mesin las.

Gambar 4.7.Proses Penyambungan Besi Plat yang ada pada ujung tiang
pancang

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

55
6. Setelah Proses penyambungan selesai dan telah mencapai tanah yang keras
maka di lakukanlah uji kalendering dengan cara pancang di tumbuk
sebanyak 10 pukulan terakhir atau lebih dari 10 kali dengan catatan hasil
penumbukkan tiang pancang ini tidak boleh melebihi kedalaman final set 2
cm jika hasilnya ternyata demikian maka tanah tersebut sudah merupakan
tanah keras.

Gambar 4.8.Proses Pengujian kalendering

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

7. Melihat Titik Pancang yang telah selesai di pancang dan dicatat

berdasarkan kedalam tiang pancang pada masing-masing titik. Pengamatan

hasil dari jumlah pemancangan setiap titik yang memiliki kedalaman yang

berbeda-beda karna kondisi daya dukung tanah yang cenderung tidak sama

56
Gambar 4.9 Pengamatan jumlah Titik yang telah di pancang sesuai
kedalamannya masing masing

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

8. Pengambilan sampel tanah yang telah di uji menggunakan mesin bor dan

hasil dari tanah tersebut akan di hitung berapa nilai tanah pendukung yang

sangat keras untuk mendukung daya dukung pondasi tiang pancang.

Gambar 4.10 Hasil sampel tanah

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

57
PERHITUNGAN VOLUME TIANG PANCANG :

- Volume= Titik tiang pancang x Kedalaman Tiang Pancang (m)


A. Perhitungan Volume Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Dik : Jumlah Tiang = 480 buah
Panjang Tiang = 6 meter
Diameter Tiang = 0.25x0.25 meter2
Dit : Volume Tiang =................?
Penyelesaian :
Volume Tiang = Jumlah x panjang x diameter
= 480 x 6,0x 0,25x0,25
= 180 m3(kubik)
Jadi, Volume yang di butuhkan untuk unit pancang sebanyak 180 m3
kubik
B. Spesifikasi Alat Yang Digunakan
Tipe Tiang Pancang : □ 25 cm2
Drop Hammer : 1 meter
Berat Hammer : 1500 kg
Kapasitas pemancangan / hari : 80-100 m’
Cepat dan mudah pemasangan alat

Gambar 4.11 Spesifikasi Alat

(Sumber:Dokumentasi Lapangan)

58
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berikut ini beberapa kesimpulan yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan
(PKL) selama 45 hari.
1. Permasalahan yang timbul dalam proses pekerjaan pemancangan adalah
akses jalan yang kurang memadai sehingga proses pengangsuran tiang
pancang ke lokasi pekerjaan terhambat di pancang serta jauh dari
jangkauan alat dan faktor cuaca yang buruk menghambat produktifvitas
pekerjaan.
2. Metode pelaksanaan pemasangan pondasi tiang pancang yaitu
pengukuran, pemasangan pondasi tiang pancang pada alat drop hammer
(Positioning), penyambungan pondasi dengan besi plat serta uji
kalendering jika telah mencapai lapisan tanah keras.

5.2 Saran

Adapun beberapa masukan selama berada di lapangan yakni :


1. Menjaga hubungan yang baik antara Pelaksana, Konsultan Perencana ,
Konsultan Pengawas dan Para Pekerja agar tidak merugikan pihak
manapun harus jujur dalam bekerja dan disiplin.
2. Sebisa mungkin mengatur Time Shecdule atau waktu pekerjaan yang telah
di tentukan dan melihat kondisi yang mempengaruhi pekerjaan yang
kurang optimal.
3. Harus di butuhkan kerjasama team dalam bekerja agar dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
4. Perhatikan APD ( alat pelindung diri )

59
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J.E., 1986, Analisa dan Desain Pondasi jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hardiyatmo, H.C.,1996,Teknik Pondasi1,Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Hardiyatmo, H.C., 2010, Analisa dan Perancangan Fondasi bagian 1, Gadjah Mada

University Press, Jogjakarta.

Hardiyatmo, H.C., 2010, Analisa dan Perancangan Fondasi bagian 2, Gadjah Mada

University Press, Jogjakarta.

H.S., Sardjono,1991,Pondasi Tiang Pancang Jilid 2,Penerbit Sinar Wijaya, Surabaya.

Peraturan Pemerintah Nomor 4, Tahun 1992, Tentang Rumah Susun.

PT. CIPTA AKSARA PERKASA ( Data shop drawing tiang pancang beton persegi).

Widiasanti, Irika dan Lenggogeni, Tahun 2013, Manajemen konstruksi. Bandung: PT.

Widiasanti, Irika dan Lenggogeni,Tahun 2013, Penjadwalan proyek konstruksi

60

Anda mungkin juga menyukai