Anda di halaman 1dari 94

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan-teknologi dalam
berbagai bidang, khususnya yang diterapkan dalam bidang konstruksi dan
dihadapkan pula pada persaingan yang tajam di era globalisasi hal ini
membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan professional di
bidangnya. Untuk mendapatkan SDM yang baik, mahasiswa di perguruan
tinggi dituntut untuk mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang di dapat
dalam perkuliahan sehingga diperlukan suatu metode pendidikan yang tidak
saja menitikberatkan pada teori tetapi juga pada praktik khusus Struktur
Beton terkait dengan aplikasi kerja di lapangan, baik dalam ruangan yang
bersifat simulasi ataupun lapangan.
Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak cukup
dengan pembekalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan
penting lain yang hanya bisa didapat dari pengamatan visual di lapangan
secara langsung, seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses
dan tahapan dalam kegiatan konstruksi, keterampilan berkomunikasi, dan
bekerja sama.
Kerja praktik adalah salah satu matakuliah wajib bagi mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Sains Teknologi Jayapura selain untuk
memenuhi syarat mencapai derajat S1 (Starata satu) KP ini diharapkan dapat
bersinergi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Sehingga mahasiswa
dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan dapat mengatasi persaingan
di dunia kerja. KP juga dapat dijadikan jembatan untuk menambah
wawasan dari orang-orang yang telah berpengalaman di bidangnya dan
mampu berkomunikasi dengan sesama masyarakat konstruksi. Dengan
tujuan meningkatkan kualitas sarjana dan menambah pemahaman seorang
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan dibangku
perkuliahan sehingga diperoleh kemampuan mempelajari prinsip-prinsip
konsentrasi keilmuan yang diambil, khususnya konsentrasi manajemen yang
didalammnya mencangkup :

1
1. Manajemen organisasi proyek,
2. Perencanaan proyek,
3. Pelaksanaan proyek,
Terdiri dari :
- Pekerjaan Kolom
- Pekerjaan Balok
- Pekerjaan Plat lantai
4. Pengendalian proyek, dan
5. Permasalahan-permasalahan umum yang sering terjadi di proyek.
Dengan adanya pelaksanaan kerja praktik ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai hubungan studi pada Jurusan Teknik Sipil
dengan lingkungan kerja yang penuh dinamika mulai dari memahami
perencanaan suatu konstruksi sampai dengan proses pelaksanaan di
lapangan, baik dari segi proses-proses yang terjadi atau mekanisme kerja,
manajemen pengoperasian dan pengendalian kualitas secara teknis serta
mampu menganalisis perilaku–perilaku atau masalah-masalah yang sering
terjadi. Oleh karena itu setiap mahasiswa di wajibkan melakukan Kerja
Praktek (KP) sebagai salah satu mata kuliah pada Program Studi Teknik
Sipil Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
Dalam Kerja Praktek ini mahasiswa dapat melihat langsung
bagaimana pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan dihubungkan dengan
teori dalam perkuliahan. Salah satunya yaitu Proyek Pembangunan
Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih Kota
Jayapura Provinsi Papua yang dilaksanakan oleh PT. SUMARNA AKHON.
1.2 Maksud dan Tujuan
2.2.1. Maksud
Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk
memperoleh pengalaman kerja yang nyata sehingga segala aspek teoritis
dapat dipraktekkan selama proses pendidikan formal yang dapat
direalisasikan dalam dunia pekerjaan yang sebenarnya.

2
2.2.1. Tujuan
Tujuan dilaksanakan Kerja Praktek (KP) adalah :
1. Sebagai syarat pengajuan untuk mengikuti mata kuliah wajib Praktik
Kerja dan menempuh ujian akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa.
3. Mahasiswa mampu memahami, mengerti dan membandingkan ilmu
dalam bentuk teori dan ilmu dilapangan.
4. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia kerja, khususnya
proyek konstruksi.
5. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan
tinggi, pemerintah dan perusahaan.
1.3 Ruang Lingkup
Proyek Pembangunan Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan
Universitas Cendrawasih Kota Jayapura terdiri dari macam–macam
pekerjaan seperti pekerjaan tanah; penataan kawasan; perkerasan non aspal;
struktur (bangunan tribun, gedung kewirausahaan, gedung penunjang,
gedung pengelola, DPT beton, Dpt pasangan batu, dan lapangan outdor);
dan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor.
Penyusunan laporan kerja praktek ini secara garis besar hanya
berfokus pada Pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat lantai serta peninjauan di
ikuti secara langsung di lapangan, namun karena pekerjaan pada proyek ini
akan selesai pada waktu yang cukup lama dan masa Kerja Praktek kami
hanya dalam kurung waktu tiga bulan sehingga dalam kajian laporan kerja
praktik ini kami akan membahas tentang perencanaan bangunan baru yang
mengikuti bangunan existing tribun.

3
1.4 Metode Pengumpulan Data
Laporan Praktik Kerja ini menggunakan beberapa metode untuk
memperoleh data - data yang dibutuhkan dalam penyusunannya. Adapun
metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain adalah :
1. Metode observasi (pengamatan)
Dalam metode observasi ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan
mengamati proses pekerjaan yang berlangsung di Proyek Pembangunan
Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih dari
awal hingga akhir kerja praktek.
2. Metode interview (wawancara langsung)
Dalam metode interview ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses pembangunan dari pihak manajemen konstruksi dan pihak
kontraktor, salah satunya dengan memberikan pertanyaan kepada pihak
yang terkait.
3. Metode pustaka (Literatur)
Dalam metode pustaka, mencari informasi dengan mengumpulkan data
dalam proyek pembangunan prasarana olahraga dan kewirausahaan
universitas cendrawasih dengan bereferensikan dari internet, jurnal
ataupun buku.
4. Metode instrumen
Dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan
alat bantu seperti kamera ataupun alat tulis, guna untuk mendapatkan data
data ataupun informasi mengenai proyek pembangunan prasarana
olahraga dan kewirausahaan universitas cendrawasih.

4
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan Kerja Praktek dengan judul Proyek Pembangunan Prasarana
Olahraga Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih Kota Jayapura
Provinsi Papua. Terdiri dari lima bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan :
Dalam bab ini, menjelaskan tentang Latar Belakang, Maksud
dan Tujuan, Ruang Lingkup Pekerjaan, Metode Pengumpulan Data
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Manajemen Proyek :
Dalam bab ini, menjelaskan tentang Latar Belakang Proyek,
Tujuan dan Sasaran Proyek, Nama dan Lokasi Proyek, Data Proyek,
Manajemen Proyek dan Struktur Organisasi Proyek.
BAB III Spesifikasi Pekerjaan Proyek :
Dalam bab ini, menjelaskan tentang gambaran umum
pelaksanaan proyek yang meliputi : Spesifikasi Administrasi dan
Spesifikasi Teknis pada proyek yang dikerjakan.
BAB IV Pelaksanaan Proyek :
Dalam bab ini, menjelaskan tentang pekerjaan yang di amati di
lapangan selama masa kerja praktek yaitu pekerjaan Kolom, Balok,
dan Plat Lantai.
BAB V Penutup :
Dalam bab ini, menguraikan beberapa kesimpulan dan saran
tentang seluruh materi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1 Latar Belakang Proyek
Proyek dapat di definisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas pekerjaan
yang terdiri dari rangkaian bagian pekerjaan yang saling berkaitan satu
dengan yang lain dan melibatkan banyak orang serta sumber daya manusia
untuk mengerjakan segala sesuatu didalamnya, dengan biaya serta waktu
tertentu, menyangkut persiapan, survey, penyusunan konsep, hingga pada
tahap implementasi konsep tersebut, yang pada akhirnya secara bersama-
sama mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Stadion adalah fasilitas olahraga yang dipergunakan untuk
melangsungkan sebuah pertandingan sepak bola dan atau atletik serta
fasilitas untuk penontonnya. Hampir di setiap Daerah (Kota dan Kabupaten)
mempunyai sebuah stadion. Keterlibatan Kota Jayapura sebagai Ibukota
Provinsi PAPUA dalam ajang Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang di
adakan IV (empat) tahun sekali masih minim, terutama dengan jumlah
fasilitas dan kondisi sarana prasarana olahraga yang masih kurang dan tidak
maksimal.
Kota Jayapura memiliki fasilitas penunjang kegiatan olahraga seperti,
GOR Cendrawasih, GOR Waringin dan beberapa stadion seperti Stadion
Mandala, dan stadion Mahacandra Uncen. Sesuai dengan scenario
pertumbuhan wilayah dalam rancangan PERDA Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW). Adapun tujuan penataan ruang Kota Jayapura 2013-
2033, yaitu: “Mewujudkan Kota Jayapura sebagai pusat pelayanan regional
pendidikan, perdagangan dan jasa, pariwisata, serta beranda depan negara
yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, serta menjaga kelestarian
alam dan kearifan lokal”. Untuk tujuan tersebut maka dalam salah satu
aspek yang dikembangkan adalah pengembangan kawasan olahraga dan
rekreasi untuk mendukung aktivitas penduduk. Peningkatan minat
masyarakat di bidang olahraga tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas
olahraga di Kota Jayapura, sehingga terjadi kesenjangan antara kebutuhan
sarana olahraga dan peminat olahraga.

6
Kawasan olahraga GOR Waringin menjadi salah satu kawasan yang
digunakan masyarakat Kota jayapura untuk melakukan kegiatan olahraga.
Lokasinya berdekatan dengan sekolah maupun perguruan tinggi, sehingga
kegiatan olahraga yang berbasis pendidikan juga bisa dilakukan dikawasan
ini. Stadion Mahacandra saat ini di bawah pembinaan Fakultas Ilmu
Keolahragaan (FIK) Uncen juga mengambil bagian dalam PON Papua
dengan memberikan fasilitas yang ada pada pihak penyelenggara agar dapat
di lengkapi dan dapat di gunakan dalam ajang PON Papua. Sepak bola
menjadi salah satu olahraga yang menarik perhatian banyak orang. Kondisi
stadion dan beberapa fasilitas penunjang mengalami banyak kerusakan.
Dalam hal ini pemerintah sedang meningkatkan taraf untuk Stadion
Mahacandra Uncen dengan merenovasi area lapangan sepakbola khususnya
bagian tribun penonton dan penataan area kawasan.
Proyek Pembangunan Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan
Universitas Cendrawasih adalah guna untuk meningkatkan mutu fasilitas
lapangan sepak bola dan meningkatkan kapasitas tribun penonton yang
masih minim dalam rangka ajang PON Papua. Dan diharapkan kedepannya
dengan di renovasinya Stadion Mahacandra dapat menarik minat olahraga
masyarakat Kota Jayapura baik dalam lingkup pendidikan maupun ajang
olahraga lainnya.
2.2 Tujuan dan Sasaran
2.2.1 Tujuan Proyek
a. Menyelesaikan pekerjaan proyek pembangunan prasarana olahraga
dan kewirausahaan universitas cendrawasih dengan tepat waktu.
b. Menunjang kebutuhan stadion penunjang Pekan Olahraga Nasional
(PON PAPUA) 2021.
2.2.2 Sasaran Proyek
a. Pelaksanaan ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 yang di
selenggarakan di Provinsi Papua.
b. Menjadikan stadion mahacandra uncen sebagai salah satu stadion yang
bertaraf nasional.

7
c. Menjadikan stadion mahacandra uncen sebagai tempat ajang olahraga
lokal maupun nasional.
2.3 Nama dan Lokasi Proyek
2.3.1 Nama Proyek
Adapun nama dari proyek yang diambil sebagai tempat pelaksanaan
Kerja Praktek ialah. : Proyek Pembangunan Prasarana Olahraga Dan
Kewirausahaan Universitas Cendrawasih.
2.3.2 Lokasi Proyek

(Sumber : Google Earth 2020)


Gambar 2.1 Lokasi Proyek Pembangunan Prasarana Olahraga
Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih

8
2.4 Data Proyek
Nama Proyek : Pembangunan Prasarana Olahraga
Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih.
Lokasi : UNIVERSITAS CENDRAWASIH, KOTA JAYAPURA,
PROVINSI PAPUA
Pemberi Tugas : KEMENTERIAN PUPR
Konsultan Perencana : CV. PILLAR PUSAKA INTI
Konsultan Pengawas : PT. YODYA KARYA
Kontraktor : PT. SUMARNA AHKON
Sumber Dana : APBN
Nilai Kontrak : Rp. 61.970.000.000
Waktu Pelaksanaan : 180 hari kalender
No.. Kontrak : HK 02 03/PPK-PSP-POP.PBL/FISIK-01
Tanggal Kontrak : 29 Januari 2020
2.5 Manajemen Proyek
Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang
memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas
pelaksanaan proyek dengan cara tertentu.
Unsur-unsur pelaksanaan dalam pembangunan proyek meliputi:
a. Unsur perencanaan teknis dan keuangan, yang menjalankan fungsi
spesifik. Perencanaan rekayasa teknik (engineering) seperti jadwal
pelaksanaan, perencanaan bahan, alat dan sub-sub kontraktor,
perencanaan metode pelaksanaan, perencanaan mutu dan perencanaan
K3. Perencanaan administrasi dan keuangan, meliputi pembuatan cash
flow, perencanaan penagihan, sistem akuntansi dan administrasi
pengelolaan sumber daya
b. Unsur pelaksanaan atau operasional, yang meliputi kegiatan pelaksanaan
konstruksi di lapangan untuk mewujudkan fisik bangunan sesuai
perencanaan teknis dan keuangan.
Unsur pengendalian atau kontrol, yang meliputi kegiatan
membandingkan realisasi pelaksanaan dengan perencanaan dan jika terdapat

9
penyimpangan akan dilakukan analisis penyebabnya dan cara
penyelesaiannya.
Organisasi yang baik memerlukan hubungan komunikasi yang baik
antara satu dengan yang lain. Organisasi yang baik akan mampu
menghasilkan manajemen konstruksi yang baik. Sehingga nantinya
organisasi yang terbentuk dapat bekerja sesuai dengan rencana awal. Pada
proyek pembangunan gedung parkir ini melibatkan beberapa pihak yang
terkait meliputi :
1. Pemilik Proyek : UNCEN
2. Konsultan Perencana : CV. PILLAR PUSAKA INTI
3. Manajemen Konstruksi : PT. YODYA KARYA
4. Kontraktor : PT. SUMARNA AHKON
2.5.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah seorang atau intuisi pemilik sebuah
proyek dimana memberikan pekerjaan bangunan dan membayar biaya
pekerjaan bangunan.
Pemilik proyek mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Menunjuk MK pemenang tender untuk mengawasi proyek tersebut.
b. Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek
tersebut.
c. Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
d. Membuat surat perintah kerja ( SPK ).
e. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek dan MK untuk megawasi proyek.
f. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan.
g. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi ( MK ).
h. Menerima hasil pekerjaan dari pelaksanaan proyek atau kontraktor dan
pengawas atau MK.

10
2.5.2 Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah badan yang menyusun program kerja,
rencana kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan berjalannya suatu
proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perencanaan mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar bestek, Rencana
Kerja dan Syarat (RKS), perhitungan struktur , serta perencanaan
anggaran biaya.
b. Membuat pra-rencana
c. Membuat rencana pelaksanaan
d. Membuat anggaran biaya
e. Mengadakan koordinasi dengan Sub Dinas lain dan instansi terkait
sesuai dengan bidangnya.
Tanggung jawab dari konsultan perencana adalah sebagai berikut :
1. Perencana bertanggungjawab untuk kerugian yang dialami oleh
pemberi tugas sebagai akibat langsung dari kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh perencana atau orang-orang yang bekerja pada perencana,
pada waktu pelaksanaan tugas dengan pengertian bahwa kesalahan-
kesalahan tersebut dapat dihindari dengan keahlian dan kewaspadaan
serta cara pelaksanaan yang biasa.
2. Perencana tidak bertanggung jawab untuk kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh orang-orang yang bekerja padanya jika perencana dapat
membuktikan bahwa kesalahan-kesalahan itu tidak dapat dihindarkan
atau tidak dapat diketahui sebelumnya meskipun ada pengawasan
maupun kewaspadaan yang biasa dari perencana.
3. Jika beberapa bagian dari pekerjaan seperti instalasi pengatur suhu,
instalasi listrik, pekerjaan beton, konstruksi baja dan lain sebagainya
direncanakan atau dilaksanakan oleh perencana-perencana dibidang
tersebut baik perseorangan maupun perusahaan, maka perencana tidak
bertanggung jawab untuk perencanaan dan pelaksanaan bagian-bagian
pekerjaan tersebut.
4. Penggantian kerugian yang dialami oleh pemberi tugas dapat dituntut

11
dari perencana apabila pemberi tugas dapat membuktikan bahwa
penggantian kerugian itu tidak dapat diminta dari kontraktor maupun
penyalur bahan bangunan.
5. Tanggung jawab perencana untuk kesalahan-kesalahan yang tidak
lebih besar dari honorarium yang harus diterima oleh perencana,
kecuali apabila kesalahan-kesalahan tersebut disengaja oleh perencana
maka perencana bertanggung jawab penuh akibat kesalahan-kesalahan
tersebut tanpa ada batasan.
6. Setiap tanggung jawab dari perencana akan gugur apabila dalam
waktu 3 tahun setelah pembayaran bagian terakhir dari honorarium,
pemberi tugas tidak meminta secara tertulis pertanggungjawaban
perencana untuk semua akibat dari kesalahan-kesalahannya.
Perencana bertugas sebagai pengawas pekerjaan (direksi) memiliki
wewenang sebagai berikut :
1. Tanpa persetujuan pemberi tugas, perencana dapat memerintahkan
kontraktor untuk mengadakan perubahan dalam peraturan dan syarat
serta gambar-gambar rencana dengan ketentuan yang berlaku.
2. Harus memperoleh persetujuan pemberi tugas untuk pekerjaan
tambahan yang melampaui biaya yang telah disediakan untuk
pekerjaan tambahan.
3. Perencana memiliki wewenang untuk menilai tanpa mengikutsertakan
pihak ketiga.
Pada proyek pembangunan prasarana olahraga dan kewirausahaan
universitas cendrawasih yang ditunjuk sebagai konsultan perencana
adalah CV. PILLAR PUSAKA INTI dkk.
2.5.3 Manajemen Proyek (MK)
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi
manajemen (pelaksanaan, penerapan dan pengawasan) dalam pekerjaan
konstruksi dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Dalam proyek
pembangunan prasarana olahraga dan kewirausahaan universitas

12
cendrawasih yang bertindak sebagai tim menejemen konstruksi adalah
PT. YODYA KARYA sebagai pengawas proyek.
Tugas dari konsultan manajemen konstruksi :
1. Sebagai wakil dari pemilik di lapangan,
2. Sebagai quality control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaan,
3. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak
pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan,
4. Memantau prestasi/kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu
dicapai dengan opname (laporan) harian, mingguan, dan bulanan,
5. Mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di
lapangan. Tanggung Jawab dari konsultan manajemen konstuksi:
1. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek,
2. Bertanggung jawab atas tercapainya pelaksanaan proyek sesuai
standar kualitas yang diminta oleh pemilik,
3. Meninjau sistem struktur dan evaluasi metoda konstruksi pertahap,
4. Memeriksa dan mengawasi pelaksanaan kontrol kualitas mulai dari
pengadaan material hingga aplikasinya di lapangan.
Hak dari menejemen konstruksi:
1. Menerima dan menolak material atau peralatan yang di datangkan
pelaksana jika tidak sesuai dengan yang di rencanakan.
2. Melakukan perubahan perubahan pekerjaan dengan menerbitkan berita
acara perubahan (site instruction) atas ijin owner.
3. Menerima imbalan jasa sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Adapun tugas dari staf-staf yang berada dalam struktur organisasi
manajemen konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Owner Engineer
Owner engineer adalah ahli teknik yang merupakan perwakilan
langsung dari pemilik proyek yang memantau jalannya pelaksanaan
proyek.

13
2. Manager MK
Tugas dan wewenang manager MK antara lain :
a. Mengkoordinir seluruh kegiatan dalam tim.
b. Memimpin jalannya rapat koordinasi lapangan.
c. Memantau kemajuan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
pelaksana.
d. Bertanggungjawab untuk mencapai pelaksanaan proyek yang
sesuai standar kualitas yang diminta oleh owner.
e. Memantau kemajuan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
pelaksana.
f. Mengarahkan seluruh anggota tim dalam menyiapkan laporan.
g. Mengkaji ulang dan melakukan pengecekan hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan.
3. Koor. Teknik MEP (Mechanical, electrical, plumbing) dan
Pengawasan Tugas dan wewenang koordinator teknik MEP dan
pengawasan adalah :
a. Mengkoordinir seluruh kegiatan dalam tim MEP.
b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan MEP
dan menganalisa jika terjadi masalah dalam pengerjaan MEP.
c. Melakukan koordinasi dengan site manager, kadiv yang lain dan
tenaga pendukung yang ada.
4. Koor. Teknik Struktur dan Bangunan
Tugas dan wewenang koordinator teknik struktur dan bangunan
adalah :
a. Mengkoordinir seluruh kegiatan dalam tim struktur.
b. Memantau pekerjaan struktur dan menganalisa apabila terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan struktur.
c. Melakukan koordinasi dengan site manager, kadiv yang lain dan
tenaga pendukung yang ada.
5. Site Manager
Tugas dan wewenang site manager yaitu :
a. Mempersiapkan data penyusunan untuk komponen RAB.

14
b. Menyiapkan perhitungan pekerjaan Tambah Kurang dan Final
Account.
c. Memastikan tahapan pelaksanaan telah berjalan sesuai dengan
prosedur.
d. Mengidentifikasi hasil pekerjaan yang tidak sesuai.
e. Mempersiapkan data-data penyusunan untuk komponen RAB.
2.5.4 Pelaksana Proyek (Kontraktor)
Kontraktor pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya.
Kontraktor bertanggung jawab langsung pada pemilik proyek (owner)
dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas (MK)
dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim
pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan.
Tugas dan kewajiban kontraktor adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncakan dan ditetapkan.
2. Menyelesaikan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara
keseluruhan dan dapat diserahkan perbagian pekerjaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Memberikan laporan laporan kemajuan proyek yang meliputi laporan
harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek.
Hak kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan kepastian pekerjaan yaitu tidak adanya pembatalan
kontrak secara sepihak.
2. Mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan jika
selesai tepat waktu.
2.6 Hubungan Antara Unsur-Unsur Proyek
Dalam sebuah proyek perlu dijalin hubungan kerja yang baik.
Hubungan kerja adalah hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai
tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan wewenang untuk menjamin
kelancaran jalannya proyek, sehingga proyek dapat selesai tepat pada
waktunya. Pengerjaan suatu pembangunan diharuskan untuk berpedoman

15
pada suatu ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang telah dibuat
berasarkan peraturan pemerintah. Secara garis besar pola hubungan kerja,
diatur sebagai berikut :
a. Hubungan kerja pemberi tugas dengan konsultan perencana,
1. Ikatan : kontrak
2. Perencana menyerahkan jasa/karya perencanaan kepada pemberi tugas
3. Pemberi tugas memberikan biaya perencanaan kepada perencana
b. Hubungan kerja pemberi tugas dengan kontraktor,
1. Ikatan : kontrak
2. Kontraktor menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas
3. Pemberi tugas menyerahkan biaya pelaksanaan pekerjaan kepada
kontraktor
c. Hubungan kerja pemberi tugas dengan konsultan pengawas,
1. Ikatan : peraturan pelaksanaan
2. Pengawas mengawasi pelaksanaan peryaratan kepada kontraktor
3. Kontrator merealisasikan peraturan pelaksanaan kepada pengawas
d. Hubungan Konsultan Pengawas dengan Konsultan Perencana
1. Ikatan : Terikat hubungan fungsional.
2. Perencana memberikan hasil desain serta peraturan-peraturan
pelaksanaan kepada pengawas.
3. Pengawas melaporkan hasil pekerjaan serta kendala-kendala teknis
yang timbul di lapangan guna dicari perubahan.
e. Hubungan Konsultan Perencana dengan Kontraktor
1. Ikatan : Berdasarkan peraturan pelaksanaan.
2. Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-
syarat, kemudian
3. kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
f. Hubungan Konsultan Pengawas dengan Kontraktor
1. Ikatan : Terikat hubungan fungsional.
2. Pengawas melakukan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati.

16
3. Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan
kendala-kendala secara teknis kepada pengawas.
g. Hubungan Sub Kontraktor dengan Kontraktor
1. Ikatan : Kontrak dengan kontraktor.
2. Sub Kontraktor hanya memiliki hubungan dengan kontraktor saja
tanpa ada hubungan dengan elemen-elemen dalam proyek selain
kontraktor.
Bagan hubungan proyek pembangunan prasarana olahraga dan
kewirausahaan universitas cendrawasih dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

(Sumber : Data Proyek)


Gambar 2.2 Hubungan antara Unsur-Unsur Proyek
2.7 Organisasi Proyek
Pengoraganisasian adalah tindakan untuk mengumpulkan dan
membagi kegiatan kedalam koridor yang sesuai dengan pekerjaan masing-
masing dan saling berhubungan satu sama lain dengan cara tertentu. Adapun
tindakan dalam organizing meliputi:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional.
b. Menggabungkan jabatan ke dalam unit yang terkait.
c. Memilih serta menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai.
d. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil.
Manfaat dan fungsi pengorganisasian ini adalah sebagai pedoman
pelaksanaan proyek, dimana pembagian tugas dan hubungan tanggung
jawab serta kewenangan terlihat jelas.

17
Bagan organisasi proyek pembangunan prasarana olahraga dan
kewirausahaan universitas cendrawasih dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
DEFI JUFRIZAL, S.T
(Project Manager)

MUKHOZIN
(Site Manager) K3 & MEDIS

YUSUF FAISAL
(Keu. Admin)

MANDOR MANDOR MANDOR


ARSITEK STRUKTUR MEP

MASWAR TEGUH SANTOSO INSAN, S.T IBNU IBROHIM ELSA LUZIANA, S.T HUSNI YANSYAH
(Pengawas) (Supervisor ME) (Chef. Survey) (Drafter) (QS) (Logistik)

TEAM PAULINUS, S.T


(Asisten Surveyor) (Surveyor)

(Sumber : Data Proyek)


Gabar 2.3 Bagan Struktur Organisasi Proyek PT. SUMARNA AHKON
2.8 Realisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan adalah wujud realisasi dari serangkaian planning dan
organisasi serta menyelaraskan seluruh anggota organisasi kedalam kegiatan
pelaksanaan, agar seluruh anggota dapat bekerja sesuai koridor masing-
masing demi mencapai tujuan bersama. Adapun tindakan dalam actuating
meliputi:
a. Melakukan koordinasi dan komunikasi secara efektif.
b. Melaksanakan tugas sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.
c. Memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi serta berusaha
memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.
Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan
tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian organisasi, dan mendorong
terciptanya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja.

18
BAB III
SPESIFIKASI PEKERJAAN
3.1 PENJELASAN SYARAT STANDAR PELAKSANAAN
3.1.3. PENJELASAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan memahami dengan sebaik-
baiknya seluk beluk pekerjaan ini, kontraktor diwajibkan mempelajari
secara seksama seluruh Gambar kerja serta Rencana Kerja dan Syarat -
syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan, dan atau
kesimpang-siuran informasi di dalam pelaksanaan, kontraktor diwajibkan
mengadakan pertemuan dengan Konsultan dan direksi untuk
mendapatkan kejelasan pelaksanaan.
3.1.2. LINGKUP PEKERJAAN
Nama pekerjaan untuk proyek Persyaratan ini berlaku untuk semua
pekerjaan dalam PEMBANGUNAN PRASARANA OLAHRAGA DAN
KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH, TA. 2020.
Dengan ruang lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain serta tidak
terbatas : Pembangunan gedung lengkap pekerjaan struktur, arsitektur
berikut instalasi mekanika/elektrikalnya, serta pekerjaan plumbing, sesuai
dengan rencana dalam Gambar Kerja.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
a. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan peralaytan
berikut alat Bantu yang lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian
pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan, dan
pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil
pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh
pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah
terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
b. Semua bagian pekerjaan yang merupakan satu kesatuan dengan
pekerjaan yang disebut dalam buku ini, menjadi lingkup pekerjaan
yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan oleh Kontraktor,
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/ Direksi.

19
3.1.1. SARANA BEKERJA
1. Tenaga Kerja / Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman
dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat Bantu seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat
pengangkat, dan pengangkut serta peralatan-peralatan yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Bahan-bahan Banguna
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup
untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada
waktunya.
3.1.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan
bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain
menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur dan mendapat izin tertulis dari
Konsultan Pengawas Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan,
Penyedia Jasa harus menyediakan :
a. Wakil, sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli
di bidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
b. Buku harian untuk : Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungnnya
dengan proyek.
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan, dan detail
pekerjaan.Alat-alat yang senantiasatersedia di proyek adalah :
1 (satu) kamera.
1 (satu) alat ukur (theodolith/waterpass).
1 (satu) unit komputer dan alat cetak (printer).

20
1 (satu) alat ukur panjang masing-masing 50 m dan 5 m.
1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
3.1.5. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti
Normalisasi Indonesia, Standard Industri Kontruksi, Peraturan Nasional
lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
 NI-2(PUBI-1971) : Peraturan Beton Indonesia (1971).
 PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan Indonesia.
 NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
 NI-4 : Peraturan Cat Indonesia
 NI-5 PPKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
 NI-7 : Peraturan kapur Indonesia
 NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
 PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
 PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan bangunan Baja Indonesia
 SII : Standard Industri Indonesia
 SK SNI T-15-1991-03 (PBI-1991) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air
 PUIPP-198 : Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir
Untuk bangunan Indonesia.
 Serta :
a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1727-2013.
b. Peraturan perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang
Keselamatan Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia.
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
 Selain ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :
a. Gambar bestek yang dibuat oleh perencana yang sudah disahkan
oleh Pemberi tugas, termasuk juga gambar-gambar kerja yang

21
dibuat oleh pemborong yang sudah disetujui/disahkan oleh
Pemberi Tugas.
o Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
o Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
o Surat perjanjian Melaksanakan Pekerjaan/Kontrak.
o Rencana Kerja Pelaksanaan (Time Shcedule) yang dibuat oleh
pemborong dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut
di atas, maka berlaku peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun
dari negara asal produsen bahan/
material/komponen yang bersangkutan.
1.2. PERSYARATAN KHUSUS PEKERJAAN LINTASAN ATLETIK
Berdasarkan PERSYARATAN KHUSUS ini maka, Kontraktor
melampirkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Kontraktor atau sub-kontraktor spesialis memiliki ke-agen-an yang
ditunjuk oleh pabrik dan disahkan oleh pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Perdagangan Dalam Negri dengan melampirkan Surat Tanda
Pendaftaran sebagai Distributor / Agen Tunggal Barang Produksi Luar
Negeri yang masih berlaku atas Merk yang ditawarkan bila produk dari
Luar Negeri Pasal 21 Permendag 11/M-DAG/PER/3/2006.
b. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Surat Pernyataan
Pabrikan dan Surat Pernyataan
Ketersediaan Material pekerjaan Pembangunan Lintasan Atletic
Sandwich System.
c. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Surat Pernyataan
Pabrikan dan Surat Pernyataan untuk After Sales Service pekerjaan
Pembangunan Lintasan Atletic Sandwich System.
d. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Referensi
Pernah Melaksanakan pekerjaan Pembangunan Lintasan Atletik
Sandwich System Class1 IAAF atau Class 2 IAAF minimal 4 buah
dengan melampirkan Sertifikat Class 1 IAAF dan Sertifikat Class 2
IAAF atau gabungan dari keduanya.
22
e. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Surat Garansi untuk
Pekerjaan Pembangunan Lintasan Atletik Sandwich System.
f. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Sertifikat ISO
9001:2015, ISO 14001:2015, dan OHSAS 18001:2007 untuk Pekerjaan
Pembangunan Lintasan Atletik Sandwich System.
g. Pekerjaan Pembangunan Lintasan Atletik Sandwich System berdasarkan
IAAF Track and Field Facilities Manual 2008. Produk harus memiliki
Sertifikat IAAF yang berlaku maka Kontraktor / Sub kontraktor
Spesialis harus melampirkan Sertifikat IAAF untuk produk yang
ditawarkan untuk menjamin kwalitas dari produk tersebut dan
melampirkan hasil test lab atas produk yang akan ditawarkan.
h. Kontraktor / sub-kontraktor spesialis melampirlkan Bukti Kepemilikan
Alat untuk Instalasi Track
Syntetic:
a. Paver mesin untuk menggelar lapisan CBR
b. Mixer
c. Blower
d. Mesin Brusher
e. Mesin Line Marking
i. Peserta Tender wajib melampirkan Surat Pernyataan Pekerjaan
Track Atletik Universitas Cenderawasih, Jayapura – Provinsi Papua,
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam syarat teknis
dalam dokumen tender.
j. Peserta Tender wajib memilik keahlian dalam bidang fasilitas
keolahragaan yang ditunjukkan dengan memiliki serta melampirkan
Sertifikat Badan Usaha (SBU) pada jasa Pelaksanaan Konstruksi
Bangunan Stadion untuk olahraga Outdoor (SI011) yang masih berlaku
k. Peserta Tender wajib memilik keahlian dalam bidang fasilitas
konstruksi jalan yang ditunjukkan dengan Sertifikat Badan Usaha
(SBU) pada jasa Pelaksanaan untuk konstruksi jalan raya (kecuali
jalan laying), jallan, rel kereta api, dan landasan pacu bandara
(SI003) yang masih berlaku.

23
l. Peserta Tender mempunyai tenaga ahli yang professional. Pekerjaan ini
akan diberikan kepada Perusahaan dengan kemampuan, produksi dan
sumberdaya teknik dan sarana produksi dan tenaga kerja yang
professional dengan melampirkan Sertifikat Keahlian (SKA) maupun
Sertifikat Ketrampilan (SKT) sebagai berikut:
a. SKA Teknik Bangunan Gedung Ahli Madya 1 orang
b. SKA Teknik Jalan Ahli Madya 1 orang
c. SKA Bangunan Gedung Ahli Madya 1 orang
d. SKA Arsitek Ahli Muda 2 orang
e. SKT Juru Ukur / Teknisi Survey Pemetaan 1 orang
f. SKT Pelaksana Pekerjaan Jalan 1
orang
m. Kontraktor / sub kontraktor spesialis wajib melampirkan garansi
terhadap produk terpasang selama 5 (llima) tahun.
n. Kontraktor harus melampirkan Surat Dukungan dari produsen Asphalt
atau AMP.
3.2.1. Pasal – 2 (PENJELASAN RKS DAN GAMBAR)
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.
3. Ukuran - ukuran dalam gambar
3.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar kerja
gambar pelengkap meliputi : As – asLuar – luar Dalam – dalam Luar
– dalam
3.2. Ukuran-ukuran yang dipergunakan disini semuanya dinyatakan dalam
M (meter) ,kecuali ukuran- ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam
inchi atau mm (millimeter).
3.3. Khusus ukuran –ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada
dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai
(“finished”)

24
3.4. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor
diwajibkan menelitih terlebih dahulu ukuran-ukuran yang tercantum
didalam Gambar Kerja Arsitektur dan Gambar Kerja lainnya yang
termuat didalam Dokumen Leleng / Dokumen Kontrak,terutama untuk
peil ketinggian ,lebar, ketebalan luas penampang dan lain-lain.
3.5. Bila ada keraguan mengenai ukuran ,Kontraktor wajib melaporkan
secara tertulis kepada konsultan pengawas yang selanjutnya akan
memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan.
3.6. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-
ukuran yang tercantum didalam Gambar Pelaksanaan tanpa
sepengetahuan Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah
kewajiban kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
4. Perbedaan Gambar.
4.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam suatu
disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar
yang mengikat/berlaku.
4.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/
Struktur, maka yang berlaku adalah gambar kerja Struktur
4.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi,
Elektrikal/Listrik dan mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai
pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.
4.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian didalam
pelaksanaan satu bagian peke rjaan akan selalu mempengaruhi bagian
pekerja lainnya, maka didalam hal terdapat ketidak jelasan, kesimpang
siuran, perbedaan-perbedaan, dan ataupun ketidak sesuaian dan
keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, kontraktor diwajibkan
melaporkan kepada Konsultan Pengawas/ Pengelola Proyek secara
tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/
Direksi dan konsultan Perencana, untuk mendapatkan keputusan
gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

25
4.5. Kesatuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh
Kontraktor untuk memperpanjang /meng”klaim” biaya maupun waktu
pelaksanaan.
5. Istilah-istilah.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin pada
tahap pembangunan ini adalah sebagai berikut :
5.1 ARS : Asitektur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan ini secara menyeluruh dari semua disiplin-
disiplin kerja yang ada, baik teknis maupun estetika.
5.2 STR : Struktur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi,
bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, Dimensioneering Beton
Struktur.
5.3 PLU : Plumbing
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan system Sanitasi
Bangunan (air bersih, air kotor, air kotor)
5.4 ELE : Elektrikal / Telepon / Fire Alarm /
Soun Sistem / Penangkal Petir.
Yang ada hubungannya dengan System Penyediaan Daya
Listrik, Penerangan, Penangkal
Petir,Sistem Komunikasi, Fire Alram dan lain-lain sesuai dengan
gambar kerja.
5.5 AC : Mekanika AC
Yang ada hubungannya dengan Sistem Pengkondisian Udara
5.6 SD : Site Development
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pematangan lahan
seperti gali/urug, perataan (“grading”), pengerasan jalan / parkir,
saluran dan sebagainya.

26
6. Shop Drawing.
Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang
harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak
yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor
wajib membuat Shop Drawing pada setiap akan melaksanakan suatu
pekerjaan dan untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
Gambar Kerja / Dokumen kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan, dan atau spesifikasi / persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun dalam buku
ini.
Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
3.2.2. Pasal – 3 (KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN)
1. Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa dipanggil
Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan di lapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal Sarjana
Teknik Arsitektur dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontarktor lepas
tanggung jawab sebagian atau keseluruhan terhadap kewajibannya.
3.2.3. Pasal – 4 (TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR)
1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan – ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2. Kehadiran Konsultan pengawas selaku Wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mangawasi, menegur, atau memberi nasehat tidak mengurangi tranggung
jawab tersebut di atas.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan.

27
Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor sendiri.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pel;aksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran
perbaikan kepada Pemberi Tugas melaui Konsultan Pengawas. Apabila hal
ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang
timbul.
5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung - jawab Kontraktor
7. Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan
bahan / material, barang milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik pihak
ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai dengan tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik
yang telah dipasang maupun
yang belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan
lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan
Kontraktor.
3.2.4. Pasal – 5 (DIREKSI KEET, KANTOR PEMBORONG, GUDANG,
DAN LOS KERJA)

1. Pemborong harus membuat direksi keet seluas 9 M2 ( 3 x 3 M2 ) untuk


ruang pengawas dan ruang rapat, yang diperlengkapi dengan kursi, meja,
serta peralatan lain yang diperlukan (lantai diplester, dinding papan, dan
atap seng/asbes).

28
2. Pemborong berkewajiban membuat Kantor Pemborong, Los Kerja, Gudang
Bahan yang dapat dikunci, di mana tempatnya kan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan / Personalia Proyek.
3. Direksi Keet, Kantor Pemborong, Gudang dan Los Bahan yang dibuat
oleh Pemborong, setelah se lesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan
tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak
Pemborong kecuali ada ketentuan lain dari Direksi / Pengawas
4. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-
masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.
5. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki di mana pekerjaan akan dilaksanakan, serta jadwal
kerja.
6. Semua sarana kerja yang dipergunakan harus benar-benar baik dan
memenuhi persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja
lapangan.
7. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus
aman dari segala kerusakan,
kehilangan, dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang
berjalan.
3.2.5. Pasal – 6 (WAKTU PELAKSANAAN)
1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor ‘wajib’ membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dan
bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SKP) diterima Kontraktor,
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan
disahkan oleh Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu)
salinan Rencana Kerja kepada Konsultan Perencana, 1 (satu) salinan

29
Rencana Kerja harus ditempel pada dinding Bangsal Kontraktor di lapangan
yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
3.2.6. Pasal – 7 (PENGUKURAN GARIS / KETINGGIAN PERMUKAAN
DAN POSISI BAGIAN - BAGIAN PEKERJAAN)
1. Kontraktor bertanggung-jawab atas kebenaran penetapan ketinggian
yang disetujui secara tertulis oleh Pengawas Ahli.
2. Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk menyediakan semua
peralatan, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan dalam
hubungannya dengan penetapan tersebut dalam butir di atas.
3. Pencocokan peralatan ketinggian dilapangan oleh pengawas,
bagaimanapun juga tidak melepaskan kontraktor dari tanggung-jawab atas
ketepatan dari penetapan ketinggian tersebut dan kontraktor harus
melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap, bouwplank
dan benda-benda lain yang
digunakan dalam penetapan ketinggian.
4. Kontraktor wajib memperlihatkan dan mempelajari segala petunjuk yang
tertera dalam Gambar Kerja untuk memastikan posisi dan ketetapan
dilapangan bagi setiap bagian pekerjaan.
5. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di Tapak untuk
patokan titik mula setiap bagian dari pekerjaan.
6. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk,
kemiringan/ kontur/ peil yang tertera didalam Gambar Kerja.
Kemiringan yang dibuat harus cukup mengalirkan air hujan menuju
keselokan yang ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan
yang tertera dalam Gambar Kerja. Tidak
dibenarkan adanya genangan air.
7. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan dilapangan harus
dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan pemecahannya setelah berkonsultasi
dengan Perencana.

30
8. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan
Konsultan Pengawas/ Direk
3.2.7. Pasal – 8 (KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN)
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-
bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Pesyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th,1982), Standar Industri Indonesia
(SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-
bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
2. Merk Pembuatan Bahan / Mterial dan komponen jadi.
a. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknik ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
b. Bahan Material dan komponen jadi yang dipasang/ dipakai harus
sesuai dengan yang tercantum didalam gambar ,memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan
bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk
tenaga ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang
bersangkutan tersebut sebagai pelaksana. Dalam hal ini kontraktor
tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerja tambah.
d. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium local/dalam negeri
baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui
Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut
harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai
biaya tambahan.

31
3. Kontraktor/ Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-
contoh semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut
kepada Konsultan Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan/ dipakai.
Contoh bahan tersebut harus diserakan kepada Konsultan Pengawas
adalah sebanyak 3 (tiga) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk
menetapkan “ Standar of Apperiance “ dan disimpan diruang Direksi/
Pengawas. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua)
minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan
diinformasikan kepada kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
5. Penyimpanan dan Pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan
pabrik yang bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan
tersebut.
3.2.8. Pasal – 9 (PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN)
1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipekerjakan harus sesuai dengan
contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang
diatur
dalam pasal 8 diatas.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera
dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam tempo 3 * 24 jam
dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/
Direksi dan ternyata masih dipergunakan oleh pelaksana, maka Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran kembali
kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh
pembongkaran tersebut menjadi tanggungan kontraktor sepenuhnya
disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1%
(satu permil) dari harga boronga

32
4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, maka kontraktor harus dan memeriksakannya ke
Laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan Pemerintah untuk di uji dan
hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/ Direksi secara
tertulis, segala biaya pemeriksaan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
5. Sebelum ada kepastiaan dari Laboratorium tersebut diatas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan - bahan tersebut, Pelaksana tidak
diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-
bahan tersebut.
3.2.9. Pasal – 10 (SUPLIER DAN SUB-KONTRAKTOR)
1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (sub
kontraktor) didalam hal pengadaan bahan/ material dan pemasangannya,
maka “wajib” memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
2. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk
Konsultan Pengawas dengan
Kontraktor bawahan atau supplier bahan.
3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas dilapangan
untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan
tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
3.2.10. Pasal – 11 (PERSYARATAN UMUM LAINNYA)
1. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat
sumur pompa ditapak proyek.
b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan
kimia lainnya yang merusak.
c. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari
Konsultan Pengawas/ Direksi.
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan PLN setempat selama masa pembangunan.
e. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara atas petunjuk pengawas.

33
2. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan
tabung alat pemadam kebakaran (fire extiunguisher) lengkap dengan
isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung
masing-masing tabung berkapasitas 15 kg.
3. Drainase/ Saluran Tapak Sementara :
Dengan mempertimbangkan keadaan topografi/ kontur tanah yang ada
ditapak ,Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada. Arah aliran ditujukan kedaerah yang terendah
yang ada ditapak atau kesaluran yang sudah ada dilingkungan
pembangunan.
4. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan
Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan yang meliputi
barang-barang milik proyek Konsultan Pengawas/ Direksi, dan milik pihak
ketiga yang ada dilapangan . Bila terjadi kehilangan bahan-bahan
bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum,
adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam
biaya pekerjaan tambah. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor
bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun
keselamatan jiwa.
5. Keselamatan pekerjaan
Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, kontraktor bertanggung - jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang
diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan,
maka kontraktor harus bertanggung-jawab memperbaikinya.
6. Memasuki Lapangan .
Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa
olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/
dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat.Kontraktor harus memberi
fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.

34
7. Pemeriksaan Pekerjaan.
7.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor,
tetapi karena bahan/ material ataupun komponen jadi, maupun mutu
pekerjaan sendiri ditolak oleh Konsuktan Pengawas/ Direksi harus
segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor
dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak
terlihat sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan borong
harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli
untuk memeriksa surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari
libur/ hari raya, tidak dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/
Direksi, maka kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.3 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/
Direksi berhak untuk membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan/
perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor tidak dapat di
“klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk
perpanjangan waktu pelaksanaan.
8. Kemajuan Pekerjaan.
8.1 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh Kontraktor demikian pula metode/ cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima
oleh Pengawas/ Direksi.
8.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang,
maka pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-
langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
9. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As-built
Drawing”

35
9.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
9.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah terimakan, Kontraktor
berkewajiban membuat Gambar- gambar yang memuat seluruh
perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjak
an/dibangun oleh Kontraktor (As-built Drawing).Biaya untuk
penggambaran “As-built Drawing”,sepenuhnya menjadi tanggung-
jawab Kontraktor.
10. Papan Nama Proyek
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor
harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan Peraraturan Daerah
yang berlaku, atas biaya Kontraktor
3.3. PEKERJAAN PENDAHULUAN
3.3.1. PASAL-1 (PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN)
1. Pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan mencakup :
Pembersihan/ pemindahan keluar dari tapak / site konstruksi terhadap
semua hal yang dinyatakan oleh Perencana / Pengawas dan Direksi tidak
akan digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran
Pelaksanaan, diantaranya :
1.1. Pembongkaran Bangunan Existing bila ada
1.2. Pembersihan sisa-sisa dan atau bangunan dari hasil
pembongkaran maupun paket pekerjaan sebelumnya bila ada.
2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
siap untuk dapat dilaksanakan pemasangan baru, sesuai dengan Gambar
Kerja.
3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari
Tapak / Site kontruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu
yang ditunjukkan Pengawas / Direksi.
Pada dasarnya, barang-barang tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Direksi / pengawas.
3.3.2. PASAL-2 (PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN

PEIL + / - 0.00)
36
1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK
1.1. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi tapak terhadap posisi rencana bangunan baru.
Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi Pelaksanan dan
Perencana.
1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan ke Direksi /
Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya.
1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan
alat-alat waterpass / theodolit.
1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang dengan
azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang telah disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL +/- 0.00


Pekerjaan penentuan peil +/- 0.00 finishing arsitektur adalah permukaan
lantai finishing ruangan lantai dasar adalah + 150 cm di atas
permukaan jalan depan site seperti tertera dalam Gambar Kerja.
Selanjutnya peil +/- 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan
di lapangan dan disetujui oleh Pengawas.
3.3.3. PASAL-3 (PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN
BANGUNAN (‘ BOUWPLANK ‘))
1. PATOK UKUR
2.1. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya,
berpenampang 15 X 15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam
100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup
untuk memberikan indikasi peil +/- 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan
di atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan
ketinggian di atas peil +/- 0.00.
2.2. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan
pada patok ukur sesuai petunjuk
Direksi / Konsultan Pengawas.

37
2.3. Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian
untuk peil permukaan yang ada dan tercantum dalam Gambar Kerja.
2.4. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2
(dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi / Konsultan pengawas, sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama
pelaksanaan pembangunan berlangsung
2.5. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi
tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan
pengembangan selesai dan ada intruksi dari Direksi / Konsultasi
Pengawas untuk dibongkar.
2. PAPAN BANGUNAN ( “ BOUWPLANK ”)
2.1. Papan bangunan ( “bouwplank “ ) dibuat dari kayu borneo dengan
ukuran tebal 3 cm dan tebal 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi
sebelah atasnya.
2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu
sama lain adalah 1.50 m tertancap di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.
2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar
atau sesuai dengan keadaan setempat. Tinggi sisi atau papan
bangunan atau sama dengan lainnya dana atau rata waterpass,
kecuali dikehendaki lain oleh
Doreksi / Konsultan Pengawas.
2.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan, kontraktor harus menjaga dan
memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan bangunan ini
samapai tidak diperlukan lagi.
3.3.4. PASAL – 4 (PEKERJAAN GALIAN, PENGURUNGAN
PEMADATAN DAN PERATAAN TANAH)
1. PEKERJAAN GALIAN

38
1.1. Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan
lubang/galian di tanah yang diperlukan untuk :
 Pondasi Sloof dan Poer
 Saluran dan Trench ( bila ada )
 Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja dan atau oleh Pengawas.
1.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan
Patok Ukur terpasang lengkap dengan penandaan sumbu,
ketinggian dan bentuk telah diperiksa disetujui oleh pengawas.
1.3. Galian untuk kontruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan
bersih dari tanah urug bekas serta sisa bahan bangunan.
1.4. Urutan penggalian ini harus diatur sedemikian rupa dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas sehingga tidak
menimbulkan gangguan pada lingkungan Tapak atau menyebab
kan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
1.5. Jika pada galian terdapat akar kayu, atau bagian tanah yang
tidak padat atau longgar maka bagian ini harus dikeluarkan
seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan
pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis
demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggung-jawab Kontraktor
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
1.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, kontraktor harus
mengikuti prosedur seperti terurai dalam pasal 3.
1.7. Bila Kontraktor melakukan penggalian yang ,elebihi kedalaman
yang ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor wajib
untuk menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi
lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan. Biaya pekerjaan ini tanggung-jawab Kontraktor tidak
dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

39
1.8. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai
dengan Gambar Kerja dan harus dibersihkan dari segala macam
kotoran.
1.9. Galian pondasi sloof dan Poer harus dilakukan sesuai dengan
lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum dalam Gambar

Kerja, penampang Lereng Galian Kiri dan Kanan dimiringkan 10o


ke arah luar pondasi, dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai
sesuai Gambar Kerja,diperiksa serta disetujui Pengawas.
1.10. Kelebihan Tanah Galian harus dibuang ke luar dari dalam tapak
kontruksi Arena antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas
dari timbunan tanah.
1.11. Untuk menjaga lereng-lereng galian agar tidak longsor atau runtuh ,
maka apabila dianggap perlu oleh Perencana, Kontraktor harus
memasang kontruksi penahan/casing sementara dari bahan seng
gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm
diperkuat dengan kayu- kayu dolken, minimal diam. 8 cm sehingga
kontruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng.
1.12. Apabila dan atau karena permukaan Air Tanah tinggi, Kontraktor
harus menyediakan Pompa air secukupnya untuk mengeringkan
Air yang menggenangi Galian. Disyaratkan bahwa seluruh
permukaan Galian, terutama dari lantai galian, harus kering
untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
 Pondasi batu kali dan sloof beton bertulang.
 Poer beton dan Sloof Bertulang.
 Pengurungan dan Pemadatan.

2. PEKERJAAN PENGURUNGAN DAN PEMADATAN


2.1. Pekerjaan pengurungan dan Pemadatan Tanah ini untuk :
 Semua galian sampai permukaan yang ditentukan atau sesuai
Gambar Kerja.
 Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang
ditentukan atau sesuai dengan Gambar Kerja.
40
2.2. Kontraktor diwajibkan melakukan Tes kepadatan tanah apabila
diminta oleh Direksi / Pengawas sebanyak titik yang ditentukan
oleh Pengawas
2.3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan
harus sudah lebih bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda
organis, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan ini.
2.4. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus
dikeringkan terlebih dahulu.
2.5. Urugan harus bebas dari segala bahan yang membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang mempengaruhi kepadatan urugan.
Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang
didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti
tersebut di atas atau telah disetujui Pengawas.
2.6. Penghamparan tanah urungan dilakukan lapis demi lapis langsung
dipadatkan sampai mencapai permukaan atau peil yang diinginkan.
Ketebalan pelapis setalah dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm
atau 20 cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan
dari Pengawas yang menyatakan bahwa lapisan di bawahnya
telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan dan seluruh
prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam berita acara yang
disetujui Pengawas.
2.7. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik.
Apabila hari hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama
pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2
% kadar air optimum.
3. PEKERJAAN PERATAAN TANAH
Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang
direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain
yang ditentukan oleh Pengawas.

41
4. PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN
PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN
Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang
termasuk dalam Lingkup Pekerjaan seperti tercantum didalam gambar
kerja dan terurai dalam buku ini dari semua barang atau bahan
bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan
telah selesai. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus
menjaga keamanan bahan/material barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
PENUTUP
Hal – hal yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini akan ditambahkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing), dan jika masih ada peraturan-peraturan yang belum
tercantum dalam RKS ini, masih mengikat sesuai dengan kondisi daerah
setempa

42
3.4. PENJELASAN DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
SIPIL DAN ARSITEKTUR
3.4.1 Pasal - I (PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN)
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan adukan pasangan batu kali.
 Pekerjaan adukan pasangan batu tela.
 Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.
2. PERSYARATAN BAHAN
Butir 2.1 : Semen, Sesuai persyaratan dalam BAB II Syarat-syarat
Teknis Pekerjaan Struktur.
Butir 2.2 : Pasir, Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang
dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari tanah dan lumpur dan
tidak mengandung bahan-bahan organis.
Butir 2.3 : Air, Air yang dipakai harus bebas dari lumpur , minyak ,
asam , bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya, jumlah yang
dapat merusak
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Cara pembuatannya menggunakan Mixer selama 3 (tiga) menit.
Jenis Adukan ;
a. Adukan biasa adalah campuran I PC : 4 PS Adukan ini untuk
pasangan batu tela serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air
seperti tercantum didalam gambar kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1 PC : 2 PS dan 1 PC : 3 PS
Adukan plesteran ini untuk :
Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian
luar/tepi luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan
dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum
didalam Gambar kerja hingga ketinggian 150 cm dari permukaan
lantai.

43
Semua pasangan tela dibawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar kerja.
Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering
pada waktu pelaksanaan pemasangan.
Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara
waktu pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk adukan kedap air.
3.4.2. Pasal - 2 (PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI)
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pondasi pasangan batu kali
Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar kerja
2. PERSYARATAN BAHAN
Batu kali : Batu kali yang digunakan harus batu pecah jenis yang keras,
bersudut runcing dan tidak porous.
Semen : Sesuai pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
Pasir : Sesuai pasal 1 butir 2.2. BAB ini.
Air : Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya jumlah
yang dapat merusak.
3. PERSYARATAN PELAKSANA
3.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan Pondasi, harus dibuat profil /
bentuk pondasi dari bambu atau kayu pada setiap ujung yang
dibentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar kerja dan telah
mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan pengawas.
3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/
Konsultan Pengawas. Kemudian dasar galian harus diurug dengan
pasir urug setebal 10 cm, disiram sampai jenuh, diratakan dan
dipadatkan sampai benar-benar padat. Diatas lapisan pasir tersebut
diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan
Gambar kerja.

44
3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan
campuran 1 PC : 4 PS, terkecuali disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar kerja. Untuk kepala pondasi batu belah
digunakan adukan kedap air 1 PC : 3
3.4 Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya
pada bagian tengah.
3.5. Setiap jarak 50 cm as-as harus ditanam stek diameter 10 mm untuk
sloof dan dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar kerja.
3.6. Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis harus
ditanamkan stek-stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah
besi yang sama dengan jumlah tulangan pokok pada kolom beton atau
kolom praktis tersebut.
3.7. Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam
minimunm 40-d atau sesuai dengan ukuran dalam Gambar kerja.
3.8. Demikian pula dengan bagian stek yang tidak tertanam atau
mencuat keatas sepanjang minimum 40-d atau sesuai dengan ukuran
dalam Gambar kerja
3.9. Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm dan atau seperti yang
tercantum dalam Gambar kerja.
3.4.3. Pasal - 3 (PEKERJAAN PASANGAN BATU TELA)
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan Dinding tela ½ batu.
Pekerjaan pasangan batu tela lainnya seperti tercantum dalam Gambar kerja.
2. PERSYARATAN BAHAN
Batu Tela : Batu tela yang dipakai adalah batu tela merah dari mutu
yang terbaik, setaraf tela F, ukuran 9 x 18 x 28 cm,.
Semen : Sesuai pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
Pasir : Sesuai pasal 1 butir 2.2. BAB ini.
Air : Sesauai pasal 1 butir 2.3. BAB ini.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

45
3.1. Pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam Gambar
Kerja.
3.2 Sebelum pemasangan, batu tela harus direndam dalam air bersih dulu
sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air
diatas batu tela tersebut. Aduk Perekat / Spesi
a. Aduk Perekat/Spesi untuk pasangan batu tela kedap air adalah
campuran 1 PC : 3 PS untuk,
- Dinding pasangan tela daerah basah.
- Dinding pasangan tela yang langsung berhubungan dengan luar
dan Saluran.
b. Untuk semua pasangan batu tela terhitung dari Peil + 0.20 ke
atas, dipakai aduk perekat/spesi campuran disyaratkan kedap air
seperti yang tercantum didalam Gambar Kerja.
c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam
Bab ini.
3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk
perekat/spesi harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal
dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.
3.5. Pemasangan dinding pasangan tela dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom
dan balok praktis. Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis,
mengacu pada pelaksanaan pekerjaan beton dibab lain dalam buku
ini.
3.6. Pemasangan batu tela harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara
dua dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
3.7. Pekerjaan pemasangan batu tela harus benar vertikal dan
horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur
tepat. Untuk permukaan yang datar, telas toleransi pe-lengkungan

46
atau pe-cembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mM untuk setiap
jarak 200 cM vertikal dan horizontal.
3.8. Semua pasangan tela yang tertyanam dalam tanah harus dilapis aduk
kasar sampai setinggi permukaan tanah.
3.9. Setelah bisa terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok
dengan kedalaman 1 cM dengan rapi dan dibersihkan denhgan sapu
lidi, kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.
3.10. Sebelum diplester, permukaan pasangan tela harus dibasahi dahulu
dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
3.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan tela untuk perancah sama
sekali tidak diperkenankan.
3.12. Tidak diperkenankan memasang tela merah yang patah dua
melebihi dari 5 %. Tela yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak
boleh dipergunakan.
3.13. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci)
- Dinding tela ½ batu harus setebal 15 cm.
- Dinding tela 1 batu harus setebal 25 cm.
3.14. Pemeliharaan.
Selama pasangan dinding belum di-finish, Kontruktor wajib untuk
memelihara dan menjatas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain
sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi/ Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh
Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
3.4.4. Pasal - 4 (PEKERJAAN PASANGAN UBIN KERAMIK)
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pekerjaan urugan pasir dibawah pasangan lantai. Pekerjaan ubin keramik
polos untuk lantai dan dinding. Pekerjaan ubin keramik anti licin lantai
KM/WC dan Teras.
2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Semen

47
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.2. BAB ini.
2.3. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.3. BAB ini.
2.4. Ubin Keramik (Ceramic Tile)
Jenis : Ubin Keramik
Permukaan : Licin Polos dan Anti Licin / Teksture, untuk Ruangan
dan dinding serta Lantai Teras dan KM/WC.
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : 20 x 20 cm anti licin, untuk lantai KM/WC, sesuai
gambar.
20 x 25cm polos, untuk dinding KM/WC, sesuai gambar
30 x 30 cm anti licin, untuk lantai Ruangan sesuai
gambar.
60 x 60 cm polos, untuk lantai Ruangan sesuai gambar.
10 x 30 cm polos, untuk plint dinding sesuai gambar.
10 x 60 cm polos, untuk plint dinding sesuai gambar.
Kualitas : Kelas 1 , Heavy duty , Single firing.
2.6. Aduk Pengisi Siar.
Aduk pengisi siar dan nat yaitu semen warna yang sesuai dengan ubin
keramik.
2.7. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set
kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan (tekstur dan
warna), selanjutnya dipaakai sebagai standard dalam memeriksa /
menerima bahan yang dikirim keee lapangan.
2.8. Ubin Keramik yang akan dipasang, ukuran diagonalnya harus
benar-benar sama, masing-masing tepinya benar-benar menyiku dan
tidak cacat.
2.9. Kontraktor wajib menyerahkan / menyediakan cadangan bahan
sebanyak 2,5 % dari keseluruhan bahan yang akan dipasang.

48
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Pada saat pemasangan , keramik harus dalam keadaan baik ,
tidak retak, tidak cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang
disyaratkan.
3.2. Seluruh pemasangan ubin keramik dan granit harus dengan
merendam sampai jenuh air kemudian ditiriskan berbaris sampai
kering.
3.3. Agar adukan /campuran pengisi siar tidak menempel pada
permukaan keramik, maka sebelum pemasangan, seluruh
permukaan atas keramik harus diolesi minyak kacang. Pola
pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan Gambar Kerja
/Shop Drawing atau sesuai dengan petunjuk Direksi / Konsultan
Pengawas
3.4. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus
terlebih dahulu dipergunakan alat pemotong khusus sesuai dengan
petunjuk pabrik. Hasil pemotongan harus siku dan lurus (tidak
bergerigi), bagian sisi yang terpotong dihaluskan dengan ampelas,
sehingga membentuk pinggiran yang serupa dengan sebelum
dipotong.
3.5. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata. Permukaannya
harus tepat pada peil finish atau ketebalan finish dan sesuai dengan
kemiringan seperti disyaratkan
3.6. Garis-garis tepi ujung keramik yang terbentuk maupun siar-siar
harus lurus. Lebar siar untuk keramik harus sama yaitu lebar
maksimum 3 mM dengan kedalaman 2 mM. Bahan pengisi siar
adalah seperti yang tercantum didalam pasal 4 butir 2.6. Persyaratan
pelaksanaan aduk pengisi ini harus sesuai dengan spesifikasi pabrik
agar didapatkan hasil yang baik. Sebelum dan sesudah pelaksanaan
aduk pengisi, siar harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.
Pembersihan segera dilaksanakan sebelum menjadi keras/kering
dengan lap basah.

49
3.7. Untuk nosing tangga menggunakan produk Essenza dengan
penambahan “pinggul” , sesuai dengan Gambar kerja.
3.8. Ubin keramik /granit yang telah terpasang harus segera dibersihkan
dari bercak noda aduk. perekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain
yang dibasahi dengan air bersih dan dilindungi dari kemungkinan
cacat akibat pekerjaan lain.
3.9. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik/granit
harus dihindarkan dari injakan/pemberian beban.
3.10. Bila terjadi kerusakan / cacat, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
3.11. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau
jaringan pipa sudah harus terpasang pada tempatnya.
3.12. Kontraktor harus mempelajari Gambar kerja dan koordinasi dengan
pekerjaan Plumbing dan mekanikal dibawah pengarahan Konsultan
Pengawas.
3.13. Lantai dasar; Khusus untuk lantai dasar, maka berlaku persyaratan
pelaksanaan sebagai berikut :
 Tanah urug sebagai dasar harus mencapai kepadatan yang
disyaratkan dan rata Waterpass.
 Persyaratan pelaksanan pengurukan dan pemadatan tanah harus
mengikuti uraian pada BAB pekerjaan tanah.
 Selanjutnya dihamparkan lapisan pasir. Lapisan pasir ini
harus padat dan tidak berongga dan rata Waterpass. Ketebalan
lapisan pasir 10 cM atau sesuai dengan Gambar Kerja.
 Selanjutnya adalah lapisan beton tumbuk. Pembuatan lapisan
beton tumbuk harus sesuai dengan persyaratan seperti tercantum
dalam pasal 6 butir 3.2. BAB ini.
 Adukan adalah 1 PC : 5 PS terkecuali untuk daerah basah, area
dapur, aduk plesteran adalah untuk kedap air yaitu 1 PC : 3 PS.

50
 Persyaratan pekerjaan adukan harus mengikuti uraian pada
Pasal 1 Pekerjaan Adukan dan Campuran. Dalam pelaksnaan
pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan dengan sesama
peil-peil finishing dan arah kemiringan seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.
 Permukaan jadi / finishing lantai harus menunjukan tepat pada
peil finish ataupun kemiringan yang disyaratkan.
3.15. Lantai Tingkat ; Untuk lantai tingkat, diatas plat lantai beton
langsung dihamparkan pasir padat dan tidak berongga setebal 5 cM
atau sesuai dengan Gambar Kerja. Cara pelaksanaan selanjutnya
seperti pada butir 3.2.
3.16. Dinding dan Bidang Vertikal Lainnya;
 Campuran adukan 1 PC : 0 PS
 Sebelum pemasangan ubin keramik, permukaan dinding,
khususnya permukaan beton, harus dikasarkan terlebih dahulu.
Sesudah ubin keramik terpasang, nat harus diisi penuh dengan
adukan pengisipengisi (grouting) ex AM.
 Aduakan pengisi sesuai dengan persyaratan bahan dengan butir
2.8. dan warnanya sesuai dengan warna ubin keramik yang
telah terpasang dengan mengunakan kain/lap basah, atau dengan
zat pembersih yang telah direkomendasikan oleh pabrik.
3.4.5. Pasal - 5 (PEKERJAAN BETON)
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan Beton Bertulang.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Semua pekerjaan beton yang bersifat struktural maupun non
struktural dengan ukuran sesuai yang tercantum dalam Gambar
Kerja.
2.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada Lantai Dasar.
2. PERSYARATAN BAHAN

51
2.1. Besi Beton.
 Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter
yang lebih kecil dari 16 mM.
 Besi beton harus bersih dari lapisan minyak, dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih. Penamapang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang dipasang
harus sesuia dengan Gambar kerja.
 Besi beton yang tidak memenuhi persyaratan harus segera
dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada
perintah tertulis dari Direksi/ Konsultan Pengawas.Kawat pengikat
besi beton adalah baja lunak dan tidak disepuh lapis seng. Diameter
kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mM. Kawat pengikat harus
memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).
2.2. Semen : Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
2.3. Pasir :
 Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.1. BAB ini.
 Pasir yang dipakai harus pasir beton.
2.4. Koral beton / split.
 Koral beton/split yang dipakai harus bersih, bersudut tajam,
tidak berpori, serta menpunyai gradasi kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat NI-2.
 Penyimpanan/penimbunan koral beton/split dengan pasir harus
dipisahkan satu dengan yang lain, sehingga kedua bahan
tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang
disyaratkan.
2.5. Air Kerja :
 Sesuai dengan Pasal 1 butir 2.3. BAB ini.
2.6. Acuan Bekisting dan Perancah.
 Papan acuan/bekisting dibuat dari multiplex tebal 10 mM.
Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
 Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak
diperkenankan memakai bambu.

52
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1 Beton Bertulang
A. Campuran dan Mutu beton.
 Campuran adalah 1 PC : 2 PS : 3 KR.
 Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan bertulang non
sruktural ini adalah K-175. Pembesian.
 Pembuatan tulangan-tulangan untuk telang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan sengkang (ring),
persyaratannya harus sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
Pemasangan dan pengunaan tulangan beton harus sesuia
dengan Gambar Kerja.
 Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin
agar besi besi tersebut tidak berubah selama pengecoran
dan harus bebas dari papan acuan papan acuan/bekisting atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan
tahu betin sesuai dengan NI-2 ( PBI-1971).
B. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
 Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-
ukuran yang telah ditetapkan dalam Gambar Kerja. Acuan
harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah
bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung.
 Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin,bebas
dari kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah Lumpur
dan sebagainya.
C. Cara pengadukan menggunakan beton molen.
 Takaran untuk Semen Portland, pasir dank oral harus terlebih
dahulu oleh Direksi / Konsultan pengawas. Beton harus
dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga terjadi

53
penguapan terlalu cepat. Persiapan perlindungan atas
kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan
Pengecoran Beton.
 Sebelum pelaksanan pengecoran, Kontraktor diwajibkan
melaksanakan pelerjaan persiapan dengan membersihkan
dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan, dan
penempatan penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan Direksi / konsultan pengawas.
 Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat
penggetar beton untuk menjamin beton cukup padat dan
harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya, maka tempat penghentian tersebut
harus disetujui Direksi/ Konsultan Pengawas.
 Penyambungan beton lama dengan beton baru harus
memakai adukan perekat
D. CALBOND.
 Permukaan beton lama yang akan diteruskan
pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan adukan
perekat CALBOND yang pembuatannya sesuia dengan
persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan
pengecoran baru.
E. Pekerjaan Pembongkaran Acuan / Bekisting.
 Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh
dilakukan dengan ijin tertulis dari Direksi/konsultan
pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa
persetujuan Direksi/ Konsultan pengawas.

54
F. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis.
 Pemasangan kolom praktis untuk :
 Setiap pertemuan dinding pasangan batu tela.
 Dinding pasangan batu tela ½ batu pada bagian dalam

bangunan setiap luas 9 m2.


 Dinding pasangan batu tela ½ batu pada bagian luar dan

tepi luar bangunan setiap luas 9 m2.


 Dan atau seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja.
 Ukuran kolom praktis adalah 13 x 13 cm.
 Pekerjaan Pembuatan Balok Praktis/Latei dan Ring balok.
 Pemasangan balok praktis/latei dan ring balok.
 Di atas lubang pintu, jendela dan bovenlicht.
 Di atas kusen alluminium sebagai balok lintai.
 Di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu tela yang
bebas sebagai ring balok, Setiap luas 9 m2 pasangan
dinding yang tinggi.
 Dan atau seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja.
 Ukuran balok praktis adalah sesuai Gambar Kerja.
Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai dengan Gambar
kerja dan atau seperti yang terurai dalam pekerjaan beton dibab
dalam buku ini.
 Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/latei seperti yang
tercantum dalam butir 3.1.5. dan 3.1.6. diatas terlepas apakah
pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja.
Pada setiap pertemuan dinding pasangan tela dengan kolom
praktis , ring balok beton maupun beton lainnya seperti
tercantum dalam Gambar kerja harus diperkuat angker diameter
8 mm tiap jarak 50 mm, yang terlebih dahulu telah ditanam
dengan baik pada bagian kolom dan balok praktis. Bagian
yang tertanam dalam pasangan tela minimal sedalam 30 cm
kecuali ditentukan lain.

55
3.2 Pekerjaan Beton Tumbuk.
Campuran beton tumbuk adalah 1 PC : 3 PS : 5 KR dengan tulangan
praktis 1 lapis-dua arah diameter 6 mM –15 cM, terkecuali pada
daerah basah ( KM/WC dan Pantry ) tidak dipasangan tulangan.
Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan
rata permukaan/ Waterpass dan atau seperti tercantum didalam
Gambar Kerja Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm., dan atau
sesuai dengan Gambar Kerja.

56
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Pekerjaan Persiapan
Lingkup pekerjaan persiapan meliputi hal-hal yang mencakup pada
seluruh item pekerjaan pada gedung layanan pendidikan ini yaitu,
pembersihan lokasi pekerjaan, pemindahan parkiran bila ada
(pembongkaran dan pemasangan kembali). Untuk direksi keet, gudang
dan kem kerja rangka kayu, dinding papan dan atap Spandek, harus
disiapkan lebih awal: selain itu,untuk penampungan air juga perlu di siapkan
drum penampungan. Air harus memenuhi kualitas yang ditentukan dalam
PBI 1971. 3. Untuk papan nama proyek juga temasuk dalam pekerjaan
awal persipan, pada awal kedatangan kami di tempat kerja praktek yang
kami lihat di sini, pekerjaan suda mencapai 10% sehingga kami tidak bisa
menceritakan kejadia awal dari persiapan di tempat kerja praktek ini.
Pembangunan Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan Universitas
Cendrawasih. Pekerjaan pondasi merupakan pekerjaan paling awal dalam
membangun sebuah struktur. Pondasi merupakan pekerjaan penting dan
harus dilakukan dengan metode yang tepat, karena di atas pondasi inilah
nantinya struktur bangunan akan berdiri. Pembangunan Prasarana Olahraga
Dan Kewirausahaan Universitas Cendrawasih khususnya tribun
menggunakan pondasi bored pile. Bored pile adalah alternatif lain apabila
dalam pelaksanaan pembuatan pondasi tidak memungkinkan untuk
menggunakan tiang pancang ( spoon pile ), kebisingan, dan lain – lain),
lokasi yang sempit dan kondisi lain yang dapat mengganggu atau
mempengaruhi pekerjaan aktifitas disekitar proyek pembangunan.
Bahan Utama bangunan yang digunakan untuk membuat pondasi
Bored Pile terdiri dari Air, Baja ( Reinforcing Steel ), dan Beton. Pondasi
Bored Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu

57
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan
tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bored pile memiliki
fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam
lainnya.cara membuat bored pile yaitu dengan cara wash borring/bor basah.
Wash borring membutuhkan air yang cukup banyak untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan bored pile.
4.2 Mobilisasi alat dan bahan
4.2.1 Alat
1. Ready Mix, kumpulan dari bahan material atau bahan bangunan yang
terdiri dari split atau agregat kasar, pasir atau angregat halus kemudian
semen dan air yang diolah di batching plant ( Pabrik Ready Mix)
dimana komponen tersebut diatur secara tepat komposisinya yang
didatangkan dari PT. Moderen Widya Technical pada saat melakukan
pengecoran.
2. Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan
untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Dan juga
konstruksi pembantu pada pekerjaan bangunan gedung. Perancah
dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian
2 meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah adalah work
platform sementara.

Tabel 4.1. Daftar Peralatan Utama Proyek

58
4.2.2 Bahan
1. Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako,
maupun bahan bangunan lainnya. Semen yang digunakan dilokasi
proyek menggunakan Semen Conch yang dibeli dari Papua Barat dan
diangkut dengan Kontainer.
2. Pasir yang digunakan termasuk jenis pasir kasar yang ditapis menjadi
halus yang berasal dari Sungai Doyo Sentani yang diangkut
menggunakan truk.
3. Besi yang digunakan adalah besi polos dan besi ulir yang berbagai
macam diameter yang didatangkan dari Pulau Jawa menggunakan
Kontainer dan diangkut menggunakan Truk Kontainer hingga ke
lokasi proyek.
Tabel 4.2. Daftar Utama Bahan Pada Proyek

59
4.3 Pekerjaan Pondasi Dan Sloof
4.3.1 Pekerjaan Pondasi

Pil e Cap 2000 x 2000 mm P il eCap 2000 x 2000 mm


Ready M ix K-300 Ready Mix K -300

Pla t lantai dasar t. 150 mm Pla t lantai dasar t . 150 mm H omogenius tile 600x600 mm
2000 2000
Ready M ix K -3 00 Hom ogenius t ile600x600 mm Ready M ix K -300
D 13 - 175 Lantai 1 Tr ib un Sloof 300 x 500 D13 - 175 Lantai 2 Trib un 300 Sloof 300x 500
300
D13 - 175 FFL ± 0.0 00 D19 - 100 D13 - 175 F FL + 4.900 D19 - 100
50

50
200

200
150
150

50100

50100
500

500
18D 19 18D19
800

800
D19 D19 Lantai kerja t. 100mm
Lanta i kerj a t. 100 mm P asir uru g t. 50 mm
400

400
Pasir urug t. 50 mm
Bekis ting pas. batu tela
Bekis ting pas. batu tela
150

150
Lantai kerja t. 100 mm Lantai kerja t. 100 mm
Pasir urug t. 50 mm Pasir urug t. 50 mm
2000

3000
Ø12 - 100 Ø12 - 100

Bore pile dia . 800 mm


Bore pile dia . 800 mm Ready Mix K -300
Ready Mix K -300

Ø12 - 150 Ø12 - 150


7000

5000

000
11
8000

Beton Cyclop
400

800
962

TR IBUN
S TR POTON GAN DETAIL P1

Beton Cyclop
400

800
962

TR IBUN
STR P OTONGAN DETAIL P1A

Gambar 4.1. Pondasi Bored Pile.

Setelah membuat pondasi, langkah selanjutnya adalah pembuatan sloof.


Sloof adalah jenis konstruksi beton bertulang yang biasanya dibuat pada
bangunan rumah atau gedung, dan posisinya biasanya pada lantai 1 atau
lantai dasar. Inilah sebab nya kita jarang melihat bentuk sloof saat
bangunan sudah "Berdiri" tegak. walau bentuk nya tidak terlihat tapi
fungsinya sangat dibutuhkan dalam suatu bangunan. Seperti dapat kita
lihat pada Gambar Gamar 4.1
4.3.2 Pekerjaan Sloof

60
TYPE S1
POSITION TUMPUAN LAPANGAN

SECTION

500

500
300 300

UKURAN 300 x 500


TUL. ATAS 4 D13 4 D13
TUL. BAWAH 4 D13 4 D13
SENGKANG Ø8 - 120 Ø8 - 150
TUL. TORSI 2 D13 2 D13

Gambar 4.2. Tulangan Sloof


Sloof ini berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding
tersebut "BERDIRI" pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi
penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah
menjadi retak atau pecah. Jadi bisa dikatakan Sloof juga merupakan salah
satu aspek penting bagi bangunan gedung. inti dari tugas Sloof adalah
mendukung beban dinding rumah tersebut.
Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang sengaja didisain
khusus luas penampang dan jumlah pembesiannya, di sesuaikan dengan
kebutuhan Beban yang akan dipikul oleh Sloof tersebut nantinya. Untuk
menetukan luas penampang atau ukuran Sloof ini, dibutuhkan perhitungan
teknis yang tepat agar Sloof tersebut nanti benar-benar mampu untuk
memikul beban dinding bata diatasnya nanti, untuk lebih aman nya
sebaiknya kita menggunakan jasa konsultan untuk menghitung dan
mendisain dimensi sloof ini. Dikarenakan fungsinya yang sangat penting
harus sangat hati-hati dalam pengerjaan nya dan jangan sampai salah
dalam perhitungan komposisi bahan baku nya sebab akan berakibat fatal
pada suatu bangunan.
Dalam pembuatan laporan ini penulis hanya membahas tentang
pelaksanaan pekerjaan kolom, balok dan plat lantai pada pembangunan
gedung pembangunan Prasarana Olahraga Dan Kewirausahaan Universitas
Cendrawasih karena pada saat pertama kali memulai kerja praktek ini
pekerjaan pondasi dan sloof sudah selesai di kerjakan.
4.4 Pekerjaan Kolom
4.4.1. Pekerjaan Pembesian Kolom

61
1. Ukuran kolom 35cm x 50cm, 35cm x 70cm, 65cm x 250m
dengan menggunakan besi ulir ( 10D19, 40D25 ) merupakan
kolom utama. Sedangkan untuk tulangan sengkang kolom
utama menggunakan besi ulir diameter D13/10.

Gambar 4.3. Tulangan Pokok Dan Tulangan Sengkang


Pada kolom
2. Peralatan yang digunakan yaitu meteran, kapur, kemudian
untuk membuat batang besi lurus yaitu meluruskan besi utuh
dari pabrik, membuat sambungan kait dan pembengkokan besi
untuk untuk sengkang menggunakan alat Bar Bending

62
(pembengkok besi). Kemudian peralatan yang digunakan
untuk memotong besi yaitu Bar Cutter (pemotong besi)

Gambar 4.4. Peralatan Pekerjaan Pembesian

63
Gambar 4.5. Proses Meluruskan Besi Dan Pembengkokan Besi Kolom
3. Pembuatan dan perakitan tulangan dilakukan 5 orang pekerja
(5 tukang dan 20 buruh) yang dilakukan selama 1bulan
4. Besi yang dirakit diikat kuat agar besi beton menjadi lebih kuat
dan tidak berubah tempat pada saat proses pengecoran
dilaksanakan. Pengikatannya menggunakan kawat pengikat
besi beton yang diikat menggunakan alat pengikat (ganco).

64
Gambar 4.6. Perakitan Besi Untuk Kolom
5. Pemasangan besi tulangan pokok dan perletakan jarak
sengkang pada daerah tumpuan dan lapangan disesuaikan
dengan gambar rencana. Berikut gambar pembesian kolom.

TYPE K1 K2 K3
5
200
0
70
0
50

0
4

0
4

350 350

40
650

UKURAN 350 x 500 350 x 700 650 x 2500


JML. TULANGAN 10 D19 12 D19 40 D25
SENGKANG TUMP. / LAP. D13-1 00 / D13-150 D13-100 / D13-150 D13-100 / D13-150
TIES TUMP. / LAP. D13-1 00 / D13-150 D13-100 / D13-150 D13-100 / D13-150

Gambar 4.7 Detail Tulangan & Perletakan kolom

65
4.4.2. Pekerjaan Bekisting dan Perancah kolom
1. Bahan yang digunakan untuk membuat bekisting kolom yaitu kayu matoa
5/5 cm sebagai rangka dan cincin bekisting serta papan kayu matoa.

Gambar 4.8. Kayu Matoa 5/5 Dan Papan Kayu Matoa

2. Peralatan yang digunakan untuk membuat bekisting yaitu


gergaji kayu, pahat, meteran, martelu, siku, pensil kayu, paku 7
cm.

Gambar 4.9. Peralatan Pekerjaan Kayu


3. Bekisting dibuat sesuai ukuran kolom ( variasi ) yang dimulai
dengan pembuatan rangka bekisting lalu dilanjutkan dengan
menutupi rangka bekisting dengan papan kayu matoa.

66
Gambar 4. 10. Bekisting Kolom
4. Bekisting kolom dipasang (tegak) menutupi 4 sisi kolom
sebagai acuan pengecoran, lalu di jepit sedemikian rupa

dengan cincin bekisting kayu matoa 5/5 untuk memberikan


perkuatan-perkuatan, kemudian untuk menjaga bekisting
kolom tetap dalam kondisi berdiri tegak digunakan kayu matoa
5/5 sebagai penyangga yang dipasang diagonal di 4 sisi kolom
bagian atas sehingga tidak merubah kedudukan bekisting.
Berikut contoh gambar pemasangan bekisting:

Gambar 4.11. Pemasangan Bekisting Pada Kolom


5. Cek vertikalitas bekisting dengan alat unting-unting dan
benang. Pemasangan unting-unting ini ditempatkan pada kedua
sisi bekisting.

67
6. Bekisting yang baik adalah harus rapat (tidak ada celah) pada
sudut-sudutnya, permukaan licin, bebas dari kotoran hasil dari
pemotongan kayu dan multipleks, bebas tanah/lumpur dan
sebagainya. Sehingga kualitas serta mutu dari beton hasil
pengecoran dapat tercapai seperti yang direncanakan.
7. Pekerjaan bekisting dan pemasangan perancah dilakukan 6
orang pekerja yang dilakukan selama 1 minggu lebih dengan
jam kerja normal 8 jam/hari.
4.4.3. Pengecoran Kolom
1. Sebelum dilakukan pengecoran dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu, meliputi:
- Pengecekkan jumlah dan ukuran tulangan utama 12 unit
perkolom diameter bervariasi ( K1-D19, K2-D19 , K3-
D25 ).
- Pengecekkan jumlah , jarak, dan posisi sengkang,
jumlah sengkang 30 unit jaraknya 15cm.
- Tahu beton atau decking yaitu beton atau spesi yang di
bentuk sesuai dengan selimut beton yang di inginkan.
Biasanya berbentuk kotak – kotak atau silinder.
Berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan
posisi yang diinginkan atau bisa juga dibilang untuk
membuat selimut beton sehingga besi tulangan akan
diselimuti beton yang cukup. Pengecekkan decking
(tebal selimut beton) 2,5cm
2. Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan hasilnya baik, maka
bekisting dibersihkan dengan menggunakan air compressor.
3. Bahan-bahan yang digunakan:
- Semen yang digunakan adalah semen conch manokwari
dengan isi 1 zak = 50 kg.
- Material pasir yang digunakan termasuk jenis pasir kasar
berasal dari sungai doyo, Sentani.

68
- Material kerikil yang digunakan diperoleh dari daerah
Dosai.
- Air yang digunakan dilokasi proyek digunakan air sumur
bor.
- Bahan kimia tambahan Admixture yang digunakan pada
campuran beton yaitu Silicafum yaitu produk dari PT.
Sika Indonesia yang berfungsi sebagai:
 Mengurangi kelebihan air pada campuran beton
 Mempercepat proses pengerasan beton (saat
campuran beton dalam kondisi diam), akibat dari
pengaruh suhu panas beton yang tinggi
ditimbulkan oleh bahan adiktif itu sendiri.

69
Semen Conch Material Pasir
Material Agregat Kasar

Gambar 4.12. Bahan – Bahan Yang Digunakan Untuk Pengecoran Kolom

4. Pekerjaan pengecoran kolom dilakukan 20 orang pekerja 2


tukang dan 18 buruh) yang dilakukan selama 1 hari dengan jam
kerja normal 8 jam/hari. Dalam proses pengecoran kolom
menggunakan truk mixer sebagai pengangkut beton dan
Concrete Vibrator sebagai pamadat beton.
5. Kemudian di lakukan pengecekan campuran serta pengambilan
sampel benda uji untuk uji kuat tekan beton yang diambil
sebanyak 3 benda uji berbentuk kubus berukuran 15 cm tinggi
30 cm, mutu beton dalam pekerjaan beton bertulang ini adalah
K-300, untuk nilai slump yang dipakai adalah max 12 min 10 .
Cara pengujian tes slump sebagai berikut:
Peralatan:
- Alat ukur
- Cetakan
- Sendok cekung
- Tongkat pemadat dengan diameter 10mm
- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
Bahan:
Untuk memulai tes slump beton dapat disiapkan contoh beton
segar sesuai dengan isi cetakan, diambil secara acak dari adukan
yang dibuat agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.
Prosedur percobaan:
- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.

70
- Letakkan cetakan diatas pelat.
- Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga
lapis. Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan Setiap lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata.
- Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji
dengan tongkat, tunggu selama ½ menit dan dalam jangka
waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar
cetakan harus dibersihkan.
- Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
- Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.
- Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan
tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
Hasil = Nilai slump yang didapat dari pengujian yaitu 12 cm.

6. Pengadukan campuran menggunakan Truk Mixer beton

71
Gamabar 4.13 Proses Pengecoran
7. Pengecoran dilaksanakan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat tongkat pemadat untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindari terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral yang dapat
memperlemah konstruksi.

Gambar 4.14. Pemadatan campuran beton pada kolom


4.4.4. Pembongkaran Bekisting kolom
1. Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom dilakukan 3 orang
tukang yang dilakukan selama 4 hari dengan jam kerja normal 8
jam/hari.
2. Peralatan yang digunakan untuk membongkar bekisting yaitu
linggis, martelu, dan Gurinda potong.
3. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 2 hari. Karena
beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban
besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka
pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan
pembongkaran bekisting pada balok dan pelat lantai.
4. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan dan melepas
semua bekisting.

72
5. Kemudian melepas balok penyangga dan cincin bekisting kolom
yang secara otomatis bersamaan bekisting kolom akan lepas
dengan sendirinya dari permukaan beton.
6. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan.

Gambar 4.15. Pembongkaran Bekisting Kolom.


4.4.5. Perawatan kolom
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung
dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menyiram
pemukaan kolom beton dengan air secara berkala yaitu 1 hari 1 kali
pada siang hari saja.
4.5 Pekerjaan Plat Lantai
4.5.1 Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
1. Besi beton (tulangan) yang digunakan adalah tulangan ulir
dengan ukuran . pada plat menggunakan besi ulir dengan D13-
100 dan D13-150 artinya tulangan tersebut berdiameter 13 mm
dengan jarak 100 mm dan 150 mm.

D13-150
D13-150

S1

TEBAL PLAT LANTAI = 150 mm

MEMANJANG MELINTANG
D13-150 D13-100 SELIMUT BETON 4CM
73
Gambar 4.16. Detail Penulangan Pada Plat Lantai

2. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang


dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring) menggunakan peralatan Bar Cutter (pemotong besi) dan
Bar Bending (pembengkok besi).

Gambar 4.17. Pemotongan dan Pembengkokan besi


3. Perakitan tulangan dilakukan selama 7 hari dikerjakan oleh 2
tukang, 10 orang pekerja, 1 kepala tukang dan 1 mandor dengan
jam kerja normal yaitu 8 jam/hari.
4. Besi beton diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi beton
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.

74
Pengikatannya menggunakan kawat pengikat besi beton yang
terbuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat
lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.

Gambar 4.18. Kawat Bedrat


5. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton disesuaikan
dengan gambar konstruksi.

75
6. Penulangan pada plat menggunakan besi polos dengan D13-150
dan D13-100 artinya tulangan tersebut berdiameter 13 mm
dengan jarak 150 mm dan 100 mm.Ketebalan plat lantai yaitu 15
cm.

Gambar 4.19. Sambunga Plat Lantai dan Balok

Gambar 4.20. Penulangan Plat Lantai

76
4.5.2 Pekerjaan Bekisting dan Perancah
1. Bekesting menggunakan pelat dengan tebal 2 mm dan
menggunakan kayu matoa 5/5 dan 5/10

Gambar 4.21. Bekisting dan Perancah


2. Pelat yang digunakan sebagai bekisting harus bersih dan
dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Disamping itu,
harus ada tindakan untuk menghindari terkumpulnya air tersebut
dari sisi bawah.
3. Perancah dipasang sedemikian rupa agar memberikan
perkuatan-perkuatan, yaitu menggunakan balok 5/10 untuk
menahan bekisting agar tidak jebol pada sudut-sudut plat
dimana terdapat sambungan bekisting.
4. Bekisting pada pelat dikerjakan bersamaan dengan bekisting
balok. Pekerjaan bekisting. dikerjakan oleh 5 tukang, 4 orang
pekerja, 1 kepala tukang dan 1 mandor. Pekerjaan pemasangan
bekisting pada plat ini bisa mencapai waktu 1 minggu

77
dikarenakan material yang terlambat datang dan cuaca yang
tidak mendukung.
4.5.3 Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai
1. Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilakukan
penyiraman pada setiap multipleks.
2. Proyek Pembangunan Tribun Prasarana Olahraga Dan
Kewirausahaan Universitas Cendrawasih sebagai bahan
pengecoran plat lantai dan Tower Crane sebagai alat untuk
mengangkat campuran dari dasar ke lantai. Bahan-bahan yang
digunakan:
- Semen yang digunakan adalah semen tonasa.
- Pasir yang digunakan termasuk jenis pasir kasar berasal
dari quary doyo, Sentani.
- Kerikil yang digunakan diperoleh dari daerah Dosai.
- Air yang digunakan berasal dari sumur boor di sekitar
lokasi proyek. Ditambah dengan bahan admixture untuk
beton
3. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh 2 tenaga ahli yang
bekerja khusus untuk pekerjaan pengecoran, 10 tenaga tukang, 1
kepala tukang dan 1 mandor. Pekerjaan pengecoran dilakukan
selama 1 hari
4. Proses pengecoran Campuran beton dilakukan di gudang dan di
angkut oleh Truk Mixer ke Lokasi Proyek Kemudian di angkut
menggunakan slang mix ke lantai yang melakukan pengecoran .
Proses pemadatan campuran beton pada pelat lantai dilakukan
dengan menggunakan Vibrator.

78
Gambar 4.22. Pengecoran Plat Lantai
6. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan
pengecekan campuran serta pengambilan sampel benda uji
untuk uji kuat tekan beton yang diambil sebanyak 3 benda uji
dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi yaitu 15 cm. Pengujian
slump di lakukan di tempat pekerjaan Pembangunan gedung
Tribun Prasarana Olahraga Dan Kewisausahaan Universitas
Cendrawasih Kota Jayapura Provinsi Papua.
7. Mutu beton dalam pekerjaan beton bertulang ini adalah K-300,
untuk nilai slump yang dipakai adalah Max 12 Min 10 cm.
8. Cara pengujian tes slump sebagai berikut:
Peralatan:
- Alat ukur
- Cetakan
- Sendok cekung
- Tongkat pemadat dengan diameter 10mm
- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap
air.
Bahan:
Untuk memulai tes slump beton dapat disiapkan contoh
beton segar sesuai dengan isi cetakan, diambil secara

79
acak dari adukan yang dibuat agar dapat mewakili beton
secara keseluruhan.
Prosedur percobaan:
- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
- Letakkan cetakan diatas pelat.
- Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh
dalam tiga lapis. Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat
pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian
bawah tiap-tiap lapisan. Pada bagian bawah atau
lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan
dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan
kemiringan dinding cetakan.
- Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan
benda uji dengan tongkat, tunggu selama ½ menit
dan dalam jangka waktu ini, semua lapisan
kelebihan beton segar disekitar cetakan harus
dibersihkan.
- Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus
keatas.
- Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda
uji.
- Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan
perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata
dari benda uji.
Hasil Nilai slump yang didapat dari pengujian yaitu 12
cm.

80
Gambar 4.23. Hasil Pengujian Slum Test
9. Proses pengecoran dilakukan secara bertahap, pada proyek
tersebut proses pengecorannya dilakukan dari belakang kedepan.
10. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan sebaik mungkin untuk
menghindari terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang koral yang dapat mengakibatkan kekutan beton
pelat lantai yang direncanakan menjadi berkurang.
11. Setelah selesai pengecoran pelat lantai beton diharapkan
terhindar dari getaran atau benturan selama proses pengerasan
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
4.5.4 Pembongkaran Bekisting Pelat Lantai
1. Pembongkaran bekisting pelat lantai dilakukan setelah beton
mencapai kekuatan maksimal yang seharusnya pada umur 28
hari. Sedangkan di lapangan pada hari ke 7 setelah pengecoran
di lakukan pembongkaran bekisting plat lantai. Karena beton
balok dan plat lantai yang digunakan langsung menerima beban
besar (momen akibat beban sendiri) dan tidak terjadi lendutan
yang besar pada balok dan plat lantai, maka pembongkaran
bekistingnya lebih lama dibandingkan pembongkaran bekisting
pada kolom.

81
2. Kemudian melepas balok penyangga dan bekisting pelat lantai
yang secara otomatis akan lepas dengan sendirinya dari
permukaan beton.
3. Kemudian bekisting pelat lantai tersebut diangkat dan
dipindahkan ke tempat yang telah disediakan.
4.5.5 Perawatan Pelat Lantai
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung
dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menyiram
pemukaan pelat lantai beton dengan air.
4.6 Pekerjaan Balok
4.6.1 Pekerjaan Pembesian Balok
1. Untuk balok B1 induk 50/30 digunakan besi ulir Ø16 , untuk
balok anak B3 digunakan 30/20 besi ulir Ø16 , untuk ring balok
anak 25/50 digunakan tulangan Ø16 sedangkan untuk tulangan
sengkang digunakan besi ulir Ø13 (balok induk) dan Ø10
(balok anak)
2. Jarak sengkang pada Balok induk yaitu 100 mm untuk daerah
tumpuan dan 150 mm untuk daerah lapangan.
3. Jarak sengkang pada Balok anak yaitu 150 mm untuk daerah
tumpuan dan 150 mm untuk daerah lapangan.

Gambar 4.24. Tulangan Pokok dan Tulangan Sengkang pada Balok

82
00
PONDASI BATU KALI

3
230

S1

0
60
8
170
0
6
7
30
0

Gamba 4.25. Rencana Balok

TYPE B1 B3
POSITION TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN

SECTION
300

300
500

500

40

40

200 200
40

40

300 300

UKURAN 500 x 300 300 x 200


TUL. ATAS 6 D16 3 D16 3 D13 2 D13
TUL. BAWAH 3 D16 6 D16 2 D13 3 D13
SENGKANG Ø10 - 100 Ø10 - 150 Ø8 - 150 Ø8 - 200
TUL. TORSI - - - -

Gambar 4.26. Detail Tulangan Balok

5. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang


dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring) menggunakan peralatan Bar Cutter (pemotong besi) dan
Bar Bending (pembengkok besi).

83
Gambar 4.27. Pemotongan dan Pembengkokan Besi
6. Perakitan tulangan dilakukan selama 3 hari dikerjakan oleh 4
tukang, 4 orang pekerja, 1 kepala tukang dan 1 mandor dengan
jam kerja normal yaitu 8 jam/hari.
7. Besi beton diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi beton
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
Pengikatannya menggunakan kawat pengikat besi beton yang
terbuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat
lebih besar atau sama dengan 0,40 mm
8. Besi yang dirakit diikat kuat agar besi beton menjadi lebih kuat
dan tidak berubah tempat pada saat proses pengecoran
dilaksanakan. Pengikatannya menggunakan kawat pengikat besi
beton yang diikat menggunakan alat pengikat (ganco).

84
4.6.2 Pekerjaan Bekisting dan Perancah
1. Bahan yang digunakan untuk membuat bekisting Balok yaitu
Tripleks 5mm yang sama setelah di gunakan untuk perancah di
lantai dasar, kayu matoa 5/10 cm untuk perancah, kayu matoa
5/5 sebagai rangka dan cincin bekisting

Gambar 4.28. Bekisting Balok dan Perancah


2. Peralatan yang digunakan untuk membuat bekisting adalah
peralatan standar seperti martelu, paku 7 cm, gergaji kayu , siku,
meteran dan lain sebagainya.

Gambar 4.29. Bekisting dan Peralatannya


3. Bekisting balok dibuat sesuai gambar rencana, yang dimulai
dengan pembuatan rangka bekisting lalu dilanjutkan dengan
menutupi rangka bekisting.

85
4. Untuk menahan bekisting balok digunakan perancah yang
dipasang vertikal dari permukaan lantai dengan Scaffolding
setinggi bidang bawah ring balok, setelah perancah dipasang,
ditaruh dibaringkannya balok 5/10 dengan panjang kira-kira 1m
di sepanjang kududukan bekisting sebagai kedudukan dari
bekisting, lalu bekisting balok mulai di pasang, pekerjaan
bekisting pada balok membutuhkan waktu yang lebih lama

daripada pekerjaan bekisting kolom karena setelah pekerjaan


bekisting balok diikuti dengan pekerjaan bekisting untuk plat
lantai.
Gambar 4.30. Pemasangan Bekisting pada Balok
5. Kayu yang digunakan sebagai bekisting harus bersih dan dibasahi
terlebih dahulu sebelum pengecoran. Disamping itu, harus ada
tindakan untuk menghindari terkumpulnya air tersebut dari sisi
bawah. Bekisting yang dibasahi dimaksud agar pada saat beton
telah mengeras, beton tersebut tidak lengket.
6. Pekerjaan bekisting dan pemasangan perancah memakan waktu 3
hari yang dikerjakan oleh 6 tukang, 4 orang pekerja, 1 kepala
tukang dan 1 mandor dengan jam kerja normal yaitu 8 jam/hari.
7. Bekisting yang baik adalah harus rapat (tidak ada celah) pada
sudut-sudutnya, permukaan licin, bebas dari kotoran hasil dari
pemotongan kayu dan multipleks, bebas tanah/lumpur dan

86
sebagainya. Sehingga kualitas serta mutu dari beton hasil
pengecoran dapat tercapai seperti yang direncanakan.
8. Syarat-syarat lain bekisting adalah bekesting harus rapat (tidak
bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran-kotoran (tahi gergaji),
potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya.
4.6.3 Pengecoran Balok
1. Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilakukan
penyiraman pada setiap kolom.
2. Proyek PEMBANGUNAN PRASARANA OLAHRAGA DAN
KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH ini
menggunakan Truk Mixer sebagai bahan pengecoran kolom.
Bahan-bahan yang digunakan:
• Semen yang digunakan adalah semen conch Manokwari.
• Pasir yang digunakan termasuk jenis pasir kasar berasal dari
quary doyo, Sentani.
• Kerikil yang digunakan diperoleh dari daerah Dosai.
• Air yang digunakan berasal dari Sumur Bor di sekitar lokasi
proyek.
3. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh 2 tenaga ahli yang bekerja
khusus untuk pekerjaan pengecoran, 5 tenaga tukang, 1 kepala
tukang dan 1 mandor. Pekerjaan pengecoran dilakukan selama 7
hari.

87
Gambar 4.31. Pengecoran Balok
4. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan
pengecekan campuran serta pengambilan sampel benda uji untuk
uji kuat tekan beton yang diambil sebanyak 2 benda uji dengan
ukuran panjang, lebar, dan tinggi yaitu 15 cm.
5. Mutu beton dalam pekerjaan beton bertulang ini adalah K-300,
untuk nilai slump yang dipakai adalah 12 cm. Cara pengujian tes
slump sebagai berikut:
Peralatan:
- Alat ukur
- Cetakan
- Sendok cekung
- Tongkat pemadat dengan diameter 10mm
- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
Bahan:
Untuk memulai tes slump beton dapat disiapkan contoh beton segar
sesuai dengan isi cetakan, diambil secara acak dari adukan yang
dibuat agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.

88
Prosedur percobaan:
- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
- Letakkan cetakan diatas pelat.
- Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis.
Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian
bawah tiap-tiap lapisan. Pada bagian bawah atau lapisan
pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat
dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan.
- Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama ½ menit dan dalam jangka waktu ini,
semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan harus
dibersihkan.
- Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
- Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.
- Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan tinggi
cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
Hasil
Nilai slump yang didapat dari pengujian yaitu 12 cm

Gambar 4.32. Hasil Pengujian Slum Test (12 cm)

89
6. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka pengecoran dapat
dilakukan.
7. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh 2 tenaga ahli yang bekerja
khusus untuk pekerjaan pengecoran, 5 tenaga tukang, 1 kepala
tukang dan 1 mandor. Pekerjaan pengecoran dilakukan selama 7
hari
8. Proses pengecoran Campuran beton dilakukan di gudang dan di
angkut oleh Truk Mixer ke Lokasi Proyek Kemudian di angkut
menggunakan pompa hidro ke lantai yang melakukan pengecoran .
Proses pemadatan campuran beton pada pelat lantai dilakukan
dengan menggunakan Vibrator.
9. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan sebaik mungkin untuk
menghindari terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang koral yang dapat mengakibatkan kekutan beton
kolom yang direncanakan menjadi berkurang.
10. Setelah selesai pengecoran balok beton diharapkan terhindar dari
getaran atau benturan selama proses pengerasan selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran
4.6.4. Pembongkaran Bekisting Balok
1. Pembongkaran bekisting balok dilakukan setelah 1 minggu.
Karena beton balok dan plat lantai yang digunakan langsung
menerima beban besar (momen akibat beban atap) dan tidak
terjadi lendutan yang besar pada balok dan plat lantai, maka
pembongkaran bekistingnya lebih lama dibandingkan
pembongkaran bekisting pada ring balok.
2. Kemudian melepas balok penyangga dan bekisting balok yang
secara otomatis akan lepas dengan sendirinya dari permukaan
beton.
3. Kemudian bekisting balok tersebut diangkat dan dipindahkan
ke tempat yang telah disediakan.
4.6.5 Perawatan Balok Beton

90
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung
dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menyiram
pemukaan balok beton dengan air secara berkala.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan telah mengikuti kerja praktek ini kami sebagai mahasiswa
dapat mengetahui secara langsung pekerjaan di lapangan dan
membandingkannya dengan yang telah kami terima di bangku kuliah
khususnya mengenai pekerjaan Kolom, Balok dan Plat Lantai yaitu :
Tabel 5.1. Tabel Rekapitulasi Standar Pekerjaan
REALISASI SNI
ITEM RKS
LAPANGAN ( keterangan )
Kolom K1 dengan ukuran 35cm K1 dengan ukuran 35cm
x 50 cm menggunakan x 50 cm menggunakan
SNI 2847 – 2019
besi D19 untuk besi D19 untuk
Persyaratan Beton
sengkang ø10 dengan sengkang ø10 dengan
Struktural Untuk
jarak tulangan tumpuan jarak tulangan tumpuan
Bangunan Gedung.
10 cm dan jarak 10 cm dan jarak
tulangan lapangan 15 tulangan lapangan 15
( Sesuai SNI )

cm. cm.
K2 dengan ukuran 35cm K2 dengan ukuran 35cm
x 70 cm menggunakan x 70 cm menggunakan
SNI 2847 – 2019
besi D25 untuk besi D25 untuk
Persyaratan Beton
sengkang ø10 dengan sengkang ø10 dengan
Struktural Untuk
jarak tulangan tumpuan jarak tulangan tumpuan
Bangunan Gedung.
10 cm dan jarak 10 cm dan jarak
tulangan lapangan 15 tulangan lapangan 15
( Sesuai SNI )

cm. cm.
K3 dengan ukuran 65cm K3 dengan ukuran 65cm SNI 2847 – 2019
x 250 m menggunakan x 250 m menggunakan Persyaratan Beton
besi D25 untuk besi D25 untuk Struktural Untuk
sengkang ø10 dengan sengkang ø10 dengan
Bangunan Gedung.
jarak tulangan tumpuan jarak tulangan tumpuan

91
10 cm dan jarak 10 cm dan jarak
tulangan lapangan 15 tulangan lapangan 15 ( Sesuai SNI )
cm. cm.
B1 dengan ukuran 40cm B1 dengan ukuran 40cm
x 25 m menggunakan x 25 m menggunakan SNI 2847 – 2019
besi D16 untuk besi D16 untuk Persyaratan Beton
sengkang ø10 sengkang ø10 Struktural
dengan jarak tulangan dengan jarak tulangan Untuk Bangunan
tumpuan 10 cm dan tumpuan 10 cm dan Gedung.( Sesuai
jarak tulangan lapangan jarak tulangan lapangan SNI )
15 cm. 15 cm.
B2 dengan ukuran 50cm B2 dengan ukuran 50cm
x 30 m menggunakan x 30 m menggunakan
SNI 2847 – 2019
besi D13 untuk besi D13 untuk
Persyaratan Beton
sengkang ø8 dengan sengkang ø8 dengan
Balok Struktural Untuk
jarak tulangan tumpuan jarak tulangan tumpuan
Bangunan Gedung.
10 cm dan jarak 10 cm dan jarak
tulangan lapangan 15 tulangan lapangan 15
( Sesuai SNI )

cm. cm.
B3 dengan ukuran 30cm B3 dengan ukuran 30cm
x 20 m menggunakan x 20 m menggunakan
SNI 2847 – 2019
besi D13 untuk besi D13 untuk
Persyaratan Beton
sengkang ø8 dengan sengkang ø8 dengan
Struktural Untuk
jarak tulangan tumpuan jarak tulangan tumpuan
Bangunan Gedung.
15 cm dan jarak 15 cm dan jarak
tulangan lapangan 20 tulangan lapangan 20
( Sesuai SNI )

cm. cm.

Plat lantai dengan Plat lantai dengan SNI 2847 – 2019


menggunakan besi D13. menggunakan besi D13. Persyaratan Beton
Plat
Memanjang D13-10 cm Memanjang D13-10 cm Struktural Untuk
Lantai
dan Melintang D13-15 dan Melintang D13-15 Bangunan Gedung.
cm. cm. ( Sesuai SNI )

92
5.2 SARAN
Berdasarkan kerja praktek yang sudah kami jalani dan laporan yang
telah kami buat, maka saran-saran yang mungkin dapat sedikit kami berikan
antara lain :
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek harus mengacu dengan
perencanaan dan spesifikasi yang ada.
2. Di dalam pelaksanaan pekerjaan terutama yang menyangkut struktur
bangunan sangat diperlukan ketelitian yang tinggi agar dapat
menghasilkan suatu mutu bangunan yang baik dan kokoh.
3. Sangat diperlukannya suatu pengawasan yang baik, baik itu dari pihak
konsultan maupun kontraktor pada setiap pekerjaan yang dilakukan agar
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang ada.

93
DAFTAR PUSTAKA
Istimewa dipohusodo, 1996, Managemen Proyek Dan Kontruksi Jilid 1 Dan Jilid
2, Kaisius Jakarta.
Wulfram L Ervianto, 2004, Teori Aplikasi Managemen Proyek Kotruksi, Adi
Yogyakarta

94

Anda mungkin juga menyukai