BAB I
PENDAHULUAN
1.3.5 Penilaian
Nilai akhir Tugas Manajemen Konstruksi dilakukan dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut:
NA = 10% K + 20% UTS + 20% UAS + 50% TB
dengan:
NA : Nilai Akhir
K : Kehadiran
UTS : Ujian Tengah Semester
UAS : Ujian Akhir Semester
TB : Tugas Besar (Laporan dan Presentasi)
1.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan pertanyaan berikut ini:
1) Apakah yang dimaksud dengan Rencana Pelaksanaan Proyek?
2) Apakah maksud dan tujuan disusunnya Rencana Pelaksanaan Proyek?
3) Sebutkan ruang lingkup penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek?
4) Kapan penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek dilakukan?
1.5 Tugas
Tugas mencari data proyek yang akan dijadikan sebagai objek Tugas
Manajemen Proyek Konstruksi.
6
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.4 Pertaanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan Deskripsi Proyek?
2) Hal-hal apa yang perlu ada dalam Deskripsi Proyek?
3) Apa maksud dan tujuan disusunnya Deskripsi Proyek dalam Laporan
Rencana Pelaksanaan Proyek?
2.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek proyek, maka susun
deskripsi proyek tersebut yang antara lain terdiri dari lokasi proyek, data kontrak,
kondisi geoteknik, kondisi cuaca dan kondisi sumber daya.
10
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR
OWNER
PELAKSANA
MANDOR
TUKANG /
OPERATOR
b) Proyek sedang
Pada proyek-proyek yang kegiatannya mulai mengembang maka pemilik
perusahaan atau manajemen perusahaan telah mulai menunjuk seorang
pemimpin proyek dengan lingkungan staf dibawahnya yang masih sederhana.
OWNER
PROJECT MANAGER
SITE MANAGER
SITE ENGINEER
ESTIMATOR ENGINEER
DST
PELAKSANA
MANDOR
TUKANG /
OPERATOR
CONSTRUCTION
MANAGER
QUALITY ASSURANCE
PLANNING
AHL I
QUANTITY
EQUIPMENT
SURVEYOR
CONTROL
GENERAL AFFAIR
SURVEYOR
SAFETY
mulai dari manajemen puncak sampai pelaksana yang paling bawah. Tugas pokok
atau job description dari setiap jabatan kerja harus melalui proses analisis yang
tepat, untuk menghindarkan beban kerja yang tidak tepat atau overlapping dengan
jabatan lainnya
Dalam tugas pokok dan fungsi ini, setiap jabatan setidaknya diuraikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Tugas pekerjaannya/job description
b. Rincian tugas/fungsi
c. Lingkup kewenangan jabatan
d. Tanggung jawab jabatan
e. Rincian pejabat dibawahnya yang menyangkut jabatan tugas pokok dan fungsi
3.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan struktur organisasi kontraktor di lapangan?
2) Faktor-faktor apakah yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
organisasi kontraktor di lapangan?
3.5 Tugas
Berdasarkan objek proyek yang dipilih, susunlah struktur organisasi
kontraktor di lapangan yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab
masing-masing personil!
15
BAB IV
PERENCANAAN SITE LAYOUT
1) Kantor
Bangunan pembantu untuk kantor dipergunakan tempat bekerja petugas
administrasi baik administrasi umum maupun administrasi teknis.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk kantor disesuaikan dengan kebutuhan.
Ada dua macam bangunan pembantu untuk kantor, yaitu kantor
Pengawas/Direksi dan untuk kantor Pelaksana/Kontraktor.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup besar dapat pula dibuat bangunan
pembantu tersendiri untuk bangunan kantor kontraktor Pembantu/Sub
Kontraktor.
Letak dari bangunan pembantu dapat terpisah atau jadi satu, tergantung dari
besar kecilnya pekerjaan. Yang penting adalah hubungan kerja antar Direksi
dan Kontraktor dapat berjalan lancar. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup
besar dan dalam jangka waktu yang cukup lama, bangunan pembantu untuk
kantor perlu dilengkapi fasilitas-fasilitas menurut kebutuhan yang berupa
antara lain: kamar mandi, WC, tempat cuci muka dan instalasi listrik, air
telepon, serta bila perlu instalasi AC.
2) Gudang
Bangunan pembantu untuk gudang dipergunakan untuk menyimpan barang-
barang dan bahan-bahan bangunan berharga dan yang harus dilindungi
terhadap pengaruh cuaca (hujan dan panas) serta keamanan. Bentuk, ukuran,
jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan
bangunan pembantu untuk gudang disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang tidak perlu dilindungi
terhadap pengaruh cuaca cukup ditampung di tempat penyimpan terbuka
dengan diberi batas pengaman seperlunya.
Letak dari bangunan-bangunan pembantu ini diusahakan agar mudah dicapai
dan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.
3) Bengkel kerja
Yang dimaksud dengan bangunan pembantu untuk bengkel kerja ialah tempat
kerja perbengkelan yang tidak mungkin dikerjakan di luar tempat
22
pekerjaan/proyek antara lain meliputi bengkel kerja untuk kayu, besi, listrik,
mesin-mesin dan lain-lain.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk bengkel kerja disesuaikan dengan
kebutuhan. Yang penting agar orang/tenaga kerja yang bekerja di dalam
bengkel dapat bekerja dengan aman, tidak terganggu dan mengganggu
kegiatan pekerjaan yang lain. Dalam hal ini perlu pula diperhatikan
persyaratan yang tercantum dalam peraturan Pemerintah mengenai
keselamatan kerja.
Letak dari bangunan untuk dari bangunan pembantu dapat terpisah untuk
masing-masing bengkel kerja, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan besar,
dapat pula dijadikan satu denga pembatas atau penyekat seperlunya untuk
pekerjaan kecil/sedang.
Untuk pekerjaan yang cukup besar dan menggunakan mesin-mesin atau alat
peralatan bangunan/alat besar, diperlukan bengkel kerja khusus untuk
merawat/memelihara dan memperbaiki mesin-mesin dan alat-alat besar
tersebut.
4) Laboratorium Lapangan
Yang dimaksud dengan bangunan pembantu untuk laboratorium lapangan
ialah tempat untuk mengadakan penelitian, pengujian dan percobaan di
lapangan yang berhubungan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan, dan untuk
mengadakan percobaan beberapa jenis bagian konstruksi.
Laboratorium lapangan dapat berupa laboratorium biasa atau laboratorium
model untuk uji coba.
Bentuk, ukuran, bahan-bahan bangunan dan kelengkapan peralatan
laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya laboratorium
lapangan dibuat untuk menunjang kelancaran pekerjaan untuk
pekerjaan/proyek yang cukup besar dengan jangka waktu yang cukup lama.
5) Pos Keamanan
Bangunan pembantu untuk pos keamanan dibuat untuk keperluan para
petugas keamanan dari pekerjaan/proyek.
23
4.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan site intallation?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyusunan rencana site
installation?
4.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang diambil sebagai objek tugas, maka susunlah site
intallation proyek tersebut!
25
BAB V
METODE PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 5.8 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (1/5)
Gambar 5.9 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (2/5)
31
Gambar 5.10 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (3/5)
Gambar 5.12 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (5/5)
Gambar 5.17 Zoning Pekerjaan Struktur Lantai Dasar, Lantai 1 dan Lantai 2
35
5.4 Pertanyaan
40
5.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek tugas, susun metode
pelaksanaan proyek tersebut!
41
BAB VI
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
1) Tahap input
a. Input item pekerjaan berdasarkan WBS yang telah disusun
b. Pengaturan sequence item pekerjaan (urutan pelaksanaan pekerjaan)
Menyusun urutan dari satu dengan yang lain dalam proses membuat
jaringan kerja, didasarkan atas logika ketergantungan, misalnya kegiatan
pengaspalan di lakukan setelah selesai pekerjaan lapis pondasi dan lain-
lain, karena memang demikianlah adanya urutan teknis yang harus
ditempuh. Hal ini merupakan salah satu aturan dasar dalam menyusun
jaringan kerja, yang mendorong kontraktor melakukan pendekatan
sistematis dan berfikir secara sistematis.
Ketergantungan ini dikelompokan menjadi 2 golongan :
Ketergantungan alamiah
Sebagaian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu
sendiri, misalnya pada contoh diatas, kegiatan pengaspalan belum
dapat dilakukan sebelum pekerjaan lapis pondasi telah diselesaikan.
Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena
seandainya telah tersedia cukup tenaga ataupun sumber daya yang lain,
tetapi bila pekerjaan pondasi belum sempurna maka pelaksanaan
pekerjaan pengaspalan belum bisa dimulai.
Ketergantungan sumber daya
Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya.
Sebagai contoh untuk pengaspalan dengan bahan Aspal Concrete (AC)
atau Hot Rol Sheet (HRS) kemampuan hampar satu hari dapat
dilakukan sebanyak 600 ton, namun karena kapasitas AMP hanya 300
ton, bahan material dan aspal yang tersedia hanya mampu untuk 200
ton maka hamparan yang dapat dilakukan setiap harinya hanya 200
ton, ini karena ketergantungan pada material dan alat.
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika
ketergantungan akan dipermudah dengan mencoba menjawab
pertanyaan berikut :
Kegiatan apa yang akan dimulai terlebih dahulu
Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjakan.
44
6.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan jadwal pelaksanaan?
2) Sebutkan jenis jadwal pelaksanaan yang perlu disusun?
3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyusunan jadwal pelaksanaan?
6.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek tugas, susunlah rencana
penjadwalan yang meliputi Network Diagram (MS. Project), Kurva S,
penjadwalan sumber daya utama dan visualisasi rencana progres pekerjaan.
55
BAB VII
RENCANA MUTU
Disamping SOP dalam bentuk flow chart, maka perlu juga ditentukan
quality target yang hendak dicapai. Contoh-contoh quality target dapat dilihat
pada Gambar 7.9 sampai dengan Gambar 7.11.
7.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas maka jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan kebijakan mutu?
2) Apa yang dimaksud dengan flow chart dan quality target?
7.5 Tugas
Berdasarkan objek proyek yang dipilih susun kebijakan mutu, struktur
organisasi mutu, SOP dalam bentuk flow chart dan quality target.
63
BAB VIII
RENCANA K-3
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian (Yusra, Dhoni:2005).
Landasan hukum pelaksanaan K-3 diatur dalam peraturan-peraturan
sebagai berkut:
1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 , tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja .
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980, tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.
3) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.98/KPTS/1979, tentang penggunaan
surat ijin mengemudi peralatan, poster, dan buku keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
4) Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 yang memuat ketentuan
umum tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi
kecelakaan maupun bahaya lainnya.
5) Undang-undang No.14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai
Tenaga Kerja dalam mencegah, mengenal obat, perawatan, mempertinggi
derajat kesehatan mengatur hygiene, dan kesehatan kerja.
Sedangkan regulasi internasional yang mengatur K-3 antara lain:
1) OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment
Series
Guidelines for the implementation of OHSAS 18001:1999 adalah sistem
manajemen K-3 yang dirumuskan oleh 13 organisasi internasional dengan
menggunakan 10 standar K-3 di beberapa negara. Sistem ini terdiri dari 4
klausul besar yang terurai kedalam 9 sub klausul.
Sistem OHSAS 18001:1999 dikembangkan kompatibel dengan standar sistem
ISO 9001:1994 (Quality) dan standar sistem ISO 14001:1996
(Environmental), dengan tujuan sebagai fasilitas integrasi antara quality,
environmental dan occupational health and safety management system.
2) COHSMS, Construction Industry Occupational Health Management
Systems
Sistem manajemen K-3 yang dirumuskan oleh Japan Construction Safety and
Health Association (JCSHA), yaitu suatu asosiasi perusahaan jasa konstruksi
65
Mulai
N Identifikasi Resiko
Kriteria Penilaian
Resiko
Y
Penilaian Tingkat Resiko
Safety Plan
Selesai
Berdasarkan Tabel 8.1 dan Tabel 8.2 dapat dihitung nilai tingkat resiko
(TR) dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Keterangan:
A,B,C,D,E = merupakan nilai dari peluang terjadinya kecelakaan
1,2,3,4,5 = merupakan nilai dari akibat yang ditimbulkan
Akibat
Peluang
1 2 3 4 5
69
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H
Keterangan:
E = Extreme Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan
mengalami kerugian materi cukup besar, besar,serta sangat besar
dan berakibat korban mengalami cacat ataupun kematian
H = High Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan mengalami
kerugian materi besar dan berakibat korban mengalami cedera
ringan hingga cacat
M = Moderate Risk meliputi peluang kejadian cenderung untuk terjadi,
mungkin terjadi, kecil kemungkinan hingga jarang terjadi dan
berakibat tidak ada cedera,cedera ringan dan kehilangan hari kerja
serta kerugian materi kecil
L = Low Risk meliputi peluang kejadian mungkin dapat terjadi, kecil
kemungkinan hingga jarang terjadi dan berakibat tidak ada cedera
dan cedera ringan serta kerugian materi kecil.
SAFETY DPT
PROJECT MANAGER
MK
P T. ADH I K AR Y A (P er ser o) T bk
ANTISIPASI KEBAKARAN
Upaya Pencegahan
8.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan RAM dan Safety Plan?
2) Hal- hal apa saja yang perlu ada pada RAM dan Safety Plan?
3) Faktor-faktor apakah yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RAM
dan Safety Plan?
8.5 Tugas
Susun rencana K-3 sesuai proyek yang diambil sebagi objek! Rencana K-3
antara lain terdiri dari Kebijakan K-3, Struktur organisasi K-3, Risk Assessment
Matrix (RAM), Rencana pemasangan rambu-rambu K-3 dan Rencana Penanganan
Kecelakaan.
75
DAFTAR PUSTAKA
Adihartanto, Andreas dan Cahyono, David Iwan. 2006. Studi Tentang Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Site Layout Proyek Konstruksi
di Surabaya. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Surabaya: Universitas Petra.
Petunjuk Pelaksanaan Hotel Sutan Raja Minahasa Utara Sulawesi Utara. 2008.
PT. Pembangunan Perumahan (Persero).
Safety Program Ciputra World Surabaya Project. 2008. PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk, Divisi Konstruksi I dan IV.