Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari definisi, tujuan dan ruang
lingkup penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek. Dalam pertemuan ini juga
disampaikan penjelasan proyek yang dapat digunakan sebagai objek tugas, waktu
penyelesaian tugas dan kriteria penilaian.

1.2 Sub Kompentensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
definisi, tujuan dan ruang lingkup penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek.

1.3 Materi Belajar


1.3.1 Pengantar
Mata kuliah Tugas Manajemen Konstruksi yang berupa penyusunan
Rencana Pelaksanaan Proyek (RPP) atau Project Planning diberikan pada
mahasiswa semester VI Program DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Penerapan di lapangan, Rencana
Pelaksanaan Proyek biasanya disusun oleh kontraktor (tim) setelah memenangkan
tender dan dipresentasikan pada saat Pre Construction Meeting untuk
mendapatkan persetujuan dari konsultan supervisi/MK dan owner. Rencana
2

Pelaksanaan Proyek merupakan acuan yang akan digunakan oleh kontraktor


dalam pelaksanaan proyek.
Dalam mata kuliah ini, mahasiswa mengerjakan Tugas Manajemen
Konstruksi secara kelompok dengan harapan agar dapat meningkatkan
kemampuan bekerja dalam tim (teamwork).
Diharapkan mahasiswa telah menempuh mata kuliah Penjadwalan Proyek,
Aplikasi Komputer (MS. Project dan MS. Office), Estimasi Biaya dan Metode
Pelaksanaan Konstruksi sebelum menempuh mata kuliah Tugas Manajemen
Konstruksi.

1.3.2 Maksud dan Tujuan


Setelah menempuh mata kuliah Tugas Manajemen Konstruksi ini
diharapkan mahasiswa mempunyai pengetahuan (Knowlege) dan ketrampilan
(Skill) dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Planning).
Disamping itu dengan mata kuliah ini diharapkan awareness mahasiswa akan
pentingnya perencanaan yang baik yang merupakan salah satu penentu
keberhasilan tujuan yang hendak dicapai mulai tumbuh.

1.3.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup tugas manajemen konstruksi berupa penyusunan Laporan
Rencana Pelaksanaan Proyek yang antara lain berisi:
1) Deskripsi Proyek
2) Struktur Organisasi Proyek
3) Site Installation
4) Metode Pelaksanaan
5) Rencana Jadwal Pelaksanaan
6) Rencana Anggaran Pelaksanaan
7) Rencana Mutu
8) Rencana K-3
Proyek yang digunakan sebagai objek laporan adalah proyek bangunan
gedung dan bangunan sipil lainnya (industri, transportasi atau keairan) yang relatif
kompleks.
3

Untuk penyusunan Laporan Rencana Pelaksanaan Proyek diperlukan


objek proyek dengan data-data proyek antara lain:
1) RKS
2) Gambar Teknis dan Perencanaan
3) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

1.3.4 Program Mingguan (Weekly Program)


Tugas Manajemen Konstruksi diberikan selama 19 minggu masing-masing
3 jam per minggu dapat dilihat pada Tabel 1.1.
4

Tabel 1.1 Program Mingguan


5

1.3.5 Penilaian
Nilai akhir Tugas Manajemen Konstruksi dilakukan dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut:
NA = 10% K + 20% UTS + 20% UAS + 50% TB
dengan:
NA : Nilai Akhir
K : Kehadiran
UTS : Ujian Tengah Semester
UAS : Ujian Akhir Semester
TB : Tugas Besar (Laporan dan Presentasi)

1.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan pertanyaan berikut ini:
1) Apakah yang dimaksud dengan Rencana Pelaksanaan Proyek?
2) Apakah maksud dan tujuan disusunnya Rencana Pelaksanaan Proyek?
3) Sebutkan ruang lingkup penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek?
4) Kapan penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek dilakukan?

1.5 Tugas
Tugas mencari data proyek yang akan dijadikan sebagai objek Tugas
Manajemen Proyek Konstruksi.
6

BAB II
DESKRIPSI PROYEK

2.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari deskripsi proyek dan hal-hal
yang perlu ada dalam deskripsi proyek.

2.2 Sub Kompentensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
deskripsi proyek sesuai objek proyek yang mereka pilih.

2.3 Materi Belajar


2.3.1 Deskripsi Proyek
Deskripsi Proyek dalam Laporan Rencana Pelaksanaan Proyek adalah
uraian proyek secara umum yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Lokasi proyek
2) Data kontrak
3) Kondisi geoteknik dan hidrologi di lokasi proyek
4) Kondisi cuaca
5) Kondisi sumber daya
7

2.3.2 Lokasi Proyek


Lokasi proyek perlu dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran letak
proyek. Berdasarkan lokasi proyek tersebut maka selanjutnya dapat ditentukan,
jalan akses ke proyek, traffic management di sekitar lokasi proyek, lokasi quarry
terdekat dan lain-lain.

Gambar 2.1 Contoh Lokasi Proyek

2.3.3 Data Kontrak

Dalam data kontrak dideskripsikan hal-hal sebagai berikut:


1) Nama Proyek
2) Pemilik Proyek
3) Konsultan Perencana
4) Konsultan Supervisi/MK
5) Nilai Proyek
6) Jangka waktu pelaksanaan
7) Lingkup pekerjaan
8

Gambar 2.2 Contoh Data Kontrak

2.3.4 Kondisi Geoteknik


Berdasarkan gambar teknis yang ada maka perlu dideskripsikan kondisi
geoteknik untuk selanjutnya dibandingkan dengan kondisi geoteknik aktual
apakah tidak jauh berbeda dengan yang ada pada gambar teknis.

2.3.5 Kondisi Cuaca


Kondisi cuaca perlu dideskripsikan agar dapat diperkirakan jumlah hari
efektif selama jangka waktu pelaksanaan, yaitu jumlah hari yang memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan di luar musim penghujan dan hari-hari libur.

2.3.6 Kondisi Sumber Daya


Ketersediaan sumber daya dari segi jumlah maupun kontinuitas
seyogyanya dapat diprediksi pada saat penyusunan Rencana Pelaksanaan Proyek,
khususnya pada saat penyusunan jadwal sumber daya. Hal-hal yang berkaitan
dengan ketersediaan sumber daya yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Suplai daya listrik
9

2) Suplai kebutuhan air


3) Kondisi transportasi dan manajemen lalu lintas di proyek
4) Komunikasi
5) Suplai material, alat dan tenaga kerja

2.4 Pertaanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan Deskripsi Proyek?
2) Hal-hal apa yang perlu ada dalam Deskripsi Proyek?
3) Apa maksud dan tujuan disusunnya Deskripsi Proyek dalam Laporan
Rencana Pelaksanaan Proyek?

2.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek proyek, maka susun
deskripsi proyek tersebut yang antara lain terdiri dari lokasi proyek, data kontrak,
kondisi geoteknik, kondisi cuaca dan kondisi sumber daya.
10

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR

3.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari struktur organisasi
kontraktor di lapangan.

3.2 Sub Kompentensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
struktur organisasi kontraktor di lapangan sesuai objek proyek yang dipilih

3.3 Materi Belajar


3.3.1 Definisi Pengorganisasian
Untuk mengelola proyek konstruksi akan melibatkan banyak orang dengan
disiplin ilmu serta keahlian yang berbeda tetapi saling menunjang, sehingga perlu
dilakukan pengorganisasian personil kontraktor di lapangan yang solid dan
handal.
Pada dasarnya organisasi kontraktor di lapangan dibentuk berdasarkan
kebutuhan proyek yang dapat mencakup seluruh kegiatan proyek dari kegiatan
pokok sampai kegiatan yang terkecil.
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokan dan pengaturan
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan, meliputi penugasan
kepada orang-orang dalam kegiatan serta menunjukkan hubungan kewenangan
11

yang dilimpahkan kepada setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan


kegiatan tersebut, yang dituangkan dalam bentuk struktur formal.
Sampai saat ini bentuk organisasi kontraktor di lapangan belum ada
standar bakunya, sehingga setiap perusahaan dapat mengembangkan sendiri
bentuk organisasi pelaksanaan disesuaikan dengan kepentingan atau tuntutan.

3.3.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi suatu proyek sangat tergantung pada besar kecilnya
kegiatan proyek tersebut. Setiap perusahaan biasanya telah memiliki bentuk
organisasi dari proyek-proyek yang ditanganinya, dan biasanya berdasarkan hasil
evaluasi pada proyek tersebut, selalu diadakan pengembangan untuk proyek
berikutnya guna mengantisipasi segala permasalahan atau tugas yang menjadi
beban proyek tersebut.
a) Proyek sederhana
Pada proyek sederhana ini, biasanya untuk kontraktor kecil, dimana pemimpin
proyek masih dipegang langsung oleh pemilik perusahaan.

PROTOTYPE ORGANISASI PROYEK KECIL

OWNER

PELAKSANA

MANDOR

TUKANG /
OPERATOR

Gambar 3.1 Prototype Organisasi Proyek kecil


12

b) Proyek sedang
Pada proyek-proyek yang kegiatannya mulai mengembang maka pemilik
perusahaan atau manajemen perusahaan telah mulai menunjuk seorang
pemimpin proyek dengan lingkungan staf dibawahnya yang masih sederhana.

PROTOTYPE ORGANISASI PROYEK SEDANG

OWNER

PROJECT MANAGER

SITE MANAGER
SITE ENGINEER

ESTIMATOR ENGINEER

DST

PELAKSANA

MANDOR

TUKANG /
OPERATOR

Gambar 3.2 Prototype Organisasi Proyek Sedang

c) Proyek yang besar dan rumit


Dalam kondisi proyek sudah sangat kompleks maka organisasi proyek
berkembang sesuai dengan tuntutan proyek, yang biasanya sangat ketat
terhadap kualitas produk.
13

PROTOTYPE ORGANISASI PROYEK BESAR

CONSTRUCTION
MANAGER

QUALITY ASSURANCE

SITE ENGINEER SITE MANAGER PROCUREMENT

PLANNING

AHL I
QUANTITY
EQUIPMENT
SURVEYOR

ESTIMATOR P.U. STRUKTUR P.U. STRUKTUR P.U. M / E

CONTROL
GENERAL AFFAIR

SURVEYOR

SAFETY

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PEMBANTU PELAK. PEMBANTU PELAK. PEMBANTU PELAK. TEKNI S


PRODUKSI

SUB KONTRAKTOR & MANDOR

Gambar 3.3 Prototype Organisasi Proyek Besar

3.3.3 Tugas pokok dan fungsi


Bilamana suatu organisasi telah terbentuk strukturnya, yang disusun
berdasarkan kebutuhan atau beban kerja organisasi, maka langkah selanjutnya
adalah menyusun tugas pokok dan fungsi dari setiap jabatan dalam organisasi,
14

mulai dari manajemen puncak sampai pelaksana yang paling bawah. Tugas pokok
atau job description dari setiap jabatan kerja harus melalui proses analisis yang
tepat, untuk menghindarkan beban kerja yang tidak tepat atau overlapping dengan
jabatan lainnya
Dalam tugas pokok dan fungsi ini, setiap jabatan setidaknya diuraikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Tugas pekerjaannya/job description
b. Rincian tugas/fungsi
c. Lingkup kewenangan jabatan
d. Tanggung jawab jabatan
e. Rincian pejabat dibawahnya yang menyangkut jabatan tugas pokok dan fungsi

3.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan struktur organisasi kontraktor di lapangan?
2) Faktor-faktor apakah yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
organisasi kontraktor di lapangan?

3.5 Tugas
Berdasarkan objek proyek yang dipilih, susunlah struktur organisasi
kontraktor di lapangan yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab
masing-masing personil!
15

BAB IV
PERENCANAAN SITE LAYOUT

4.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari pengertian perencanaan site
layout, faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan site layout dan sarana dan
prasarana yang seharusnya ada pada site layout.

4.2 Sub Kompentensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
rencana site installation sesuai proyek yang diambil sebagai objek tugas.

4.3 Materi Belajar


4.3.1 Pengertian Perencanaan Site Layout
Perencanaan site layout adalah proses pengalokasian ruang yang tersedia
untuk sumber daya-sumber daya yang ada, sehingga mereka dapat diakses
dengan mudah dan fungsional selama proses konstruksi berlangsung
(Zouein&Tommelein, 1999). Perencanaan site layout juga merupakan suatu tugas
penting yang meliputi identifikasi fasilitas-fasilitas sementara yang dibutuhkan
untuk mendukung kegiatan konstruksi, menentukan bentuk dan ukuran, dan
menempatkan fasilitas-fasilitas sementara tersebut secara tepat dalam batasan area
konstruksi yang tersedia (Elbetagi, Hegazy &Eldosouky, 2004). Menurut Sugeng
Djojowirono (2000), perencanaan site layout ialah suatu rencana perletakan
16

bangunan-bangunan pembantu/darurat yang diperlukan sebagai sarana pendukung


untuk pelaksanaan pekerjaan
Dalam merencanakan suatu site layout, terdapat beberapa faktor yang
harus diperhatikan agar didapatkan suatu hasil site layout yang optimal. Faktor-
faktor tersebut juga harus mempertimbangkan metode konstruksi yang digunakan
serta pelaksanaan program secara keseluruhan (Burgess&White, 1979). Menurut
Tam, Tong, Leung dan Chiu (2002), perencanaan site layout dapat mempengaruhi
produktifitas dan memegang peranan penting terhadap kesuksesan sebuah proyek.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Chudley (1977), yang menyatakan
bahwa perencanaan site layout memegang peranan penting dalam perencanaan
kegiatan konstruksi, yang secara signifikan akan mempengaruhi kinerja proyek
secara keseluruhan.
Perencanaan site layout merupakan salah satu masalah khas dalam
konstruksi yang memiliki banyak kriteria (multicriteria) sekaligus mempunyai
banyak tujuan (multiobjective). Walaupun perencanaan site layout merupakan
suatu hal yang rumit dan terdiri dari variasi faktor-faktor dalam jumlah banyak,
perencanaan tersebut sebenarnya sebagian besar bergantung pada pengalaman dan
logika.
Perencanaan site layout bukanlah sesuatu yang sederhana dan juga
bukanlah sesuatu yang harus dibuat rumit. Yang perlu dilakukan adalah
mengenali secara tepat berbagai bagian yang terlibat di dalam site layout dan
berbagai pertimbangan yang dapat mempengaruhi perencanaan pengaturan
bagian-bagian tersebut (Muther, 1955). Pengetahuan akan faktor-faktor yang
mempengaruhi perencanaan site layout proyek konstruksi dapat membantu para
praktisi yang terlibat di dalamnya dalam merencanakan suatu site layout yang
efisien dan efektif.

4.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Site Layout


Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan site layout menurut
Muther (1955), antara lain adalah faktor tunggu (waiting factor), faktor
pergerakan (movement factor) dan faktor pelayanan (service factor). Tiap-tiap
faktor tersebut dibagi dalam beberapa bagian dan pertimbangan. Tidak semua
17

bagian atau pertimbangan dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi


perencanaan suatu site layout, tetapi dengan memperhatikan daftar bagian-bagian
dan pertimbangan tersebut, setidaknya seorang perencana telah mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh dalam merencanakan suatu site layout yang dapat
menjadi bahan pertimbangan baginya (Muther, 1955). Menurut Burges dan White
(1979), terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi perencanaan site
layout, antara lain adalah faktor lingkungan (site environment factor) dan faktor
jalan akses (access and egress conditions factor).
Detail faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan site layout adalah
sebagai berikut:
1) Faktor tunggu (waiting factor)
a. Jumlah dan variasi material
 Material struktural
 Material non struktural
 Elemen struktur pracetak dan prafabrikasi
b. Jumlah dan variasi alat
 Alat perancah
 Formwork
c. Karakteristik bahan
 Berat, ukuran dan bentuk tiap bahan
 Sifat fisik dan kimiawi bahan
 Kerapuhan bahan
d. Keamanan tempat penyimpanan
 Keamanan material
 Keamanan peralatan
e. Administrasi dan Inventarisasi material
 Administrasi arus keluar-masuk material
 Inventarisasi material
2) Faktor pergerakan (movement factor)
a. Aliran kerja konstruksi
 Urutan pekerjaan
18

 Alur kerja konstruksi


 Aliran pergerakan material
b. Jumlah dan jenis alat berat yang digunakan
 Alat berat transportasi
 Alat berat pemindah tanah dan penggalian
 Alat berat pekerjaan pondasi
c. Jumlah dan jenis kendaraan pengangkut
 Jumlah dan jenis kendaraan supplier
 Jumlah dan jenis kendaraan kontraktor
d. Jarak antar elemen fasilitas lapangan
 Jarak-jarak yang menunjang koordinasi
 Jarak-jarak yang menunjang pengawasan
 Jarak-jarak yang menunjang distribusi
3) Faktor pelayanan (service factor)
a. Personnel Consideration-Benefits Recreations
 Pelayanan kesejahteraan pegawai dan pekerja
 Pelayanan kesehatan pegawai dan pekerja
b. Keselamatan Kerja
 Keselamatan kerja berhubungan dengan operasional alat berat
 Keselamatan kerja berhubungan dengan alat kerja
c. Waste Control
 Pembuangan material sisa
 Pembuangan limbah cair
4) Faktor lingkungan (site environment factor)
a. Keberadaan properti tetangga
 Kedekatan properti tetangga
 Jenis dan ukuran properti tetangga
b. Kondisi lahan proyek
 Keadaan tanah
 Topografi lahan
 Ketinggian M.A.T
19

c. Aspek gangguan terhadap publik


 Polusi debu
 Kerusakan dan kekotoran terhadap jalan publik
4.3.3 Perencanaan Site Layout (Site Installation)
Sebelum mulai suatu pekerjaan baik pekerjaan kecil maupun pekerjaan
besar, terlebih dahulu perlu diadakan peninjauan keadaaan lapangan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam
rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Salah satu kegiatan persiapan adalah penyusunan perencanaan site layout
yaitu suatu rencana perletakan bangunan-bangunan pembantu/darurat yang
diperlukan sebagai sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan (Djojowirono,
Sugeng, 2000). Bangunan ini bersifat sementara dan hanya digunakan selama
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan selanjutnya harus dibongkar apabila
pekerjaan pokok telah selesai secara keseluruhan.
Secara garis besar tujuan pokok dari penyusunan rencana site layout ialah
mengatur tata letak bangunan-bangunan pembantu sedemikian rupa sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien, lancar, aman dan dapat
diselesaikan sesuai Rencana Kerja yang telah disusun.
1) Efisien
Perletakan dari bangunan-bangunan pembantu perlu diatur menurut kebutuhan
sehingga diperoleh efisiensi kerja. Yang dimaksud dengan efisiensi kerja
adalah pencapaian perbandingan yang terbalik antara sumber tenaga/daya
dengan hasil pelaksanaan. Untuk itu letak bangunan pembantu satu dengan
yang lain, diusahakan jangan sampai saling mengganggu baik mengenai jarak
antara maupun ukuran dari masing-masing bangunan.
Demikian pula letak dari alat-alat/ alat besar dan penyediaan bahan-bahan
bangunan sangat berpengaruh terhadap efisiensi kerja.
2) Lancar
Yang dimaksud dengan lancar ialah selain kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
terutama diartikan dalam kelancaran transportasi/angkutan di tempat
pekerjaan. Pembuatan jalur-jalur jalan kerja untuk mendukung kelancaran
transportasi sangat erat hubungannya dengan perletakan dari bangunan-
20

bangunan pembantu. Apabila kelancaran transportasi terganggu dapat


mengakibatkan/menimbulkan hambatan pelaksanaan pekerjaan/sebagian
pekerjaan, dan selanjutnya jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dapat
menyimpang dari Rencana Kerja yang telah tersusun.
3) Aman
Pembuatan bangunan-bangunan pembantu antara lain bertujuan untuk
keperluan keamanan dan keselamatan.
Yang dimaksud dengan keamanan ialah untuk menghindarkan gangguan
pencurian, kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan serta alat
peralatan bangunan.
Dengan demikian walaupun bangunan pembantu ini bersifat sementara, perlu
dibuat cukup kuat dan dapat menjamin keamanan dari bahan-bahan bangunan
serta peralatan bangunan.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup besar, bangunan pembantu untuk pos
keamanan mutlak diperlukan yaitu tempat para petugas keamanan dapat
bekerja terus-menerus selama 24 jam.
Sedang yang dimaksud dengan keselamatan ialah dalam hubungannya dengan
keselamatan kerja dari para tenaga kerja. Terutama untuk bangunan pembantu
yang berupa bengkel-bengkel kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga
bentuk ukuran dan konstruksinya dapat menjamin keselamatan dan
ketentraman kerja bagi para pekerja yang bekerja di dalam bangunan tersebut.
Pada umumnya jenis/macam dari bangunan pembantu tergantung kepada
besar kecilnya pekerjaan atau panjang pendeknya jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan. Demikian pula jenis/macam dari pekerjaan/bangunan yang akan
dilaksanakan ikut menentukan jenis/macam dan ukuran bangunan pembantu,
termasuk jumlah dari bangunan pembantu.
Walaupun bangunan pembantu ini bersifat sementara dan harus dibongkar
apabila pekerjaan/bangunan pokok telah selesai, tetapi jangka waktu penggunaan
dari bangunan pembantu tersebut merupakan bahan pertimbangan pokok dalam
menentukan/memilih bahan bangunan dan jenis konstruksi agar dapat bertahan
minimum selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dari pekerjaan/bangunan
pokok. Bangunan-bangunan pembantu yang seharusnya ada antara lain:
21

1) Kantor
Bangunan pembantu untuk kantor dipergunakan tempat bekerja petugas
administrasi baik administrasi umum maupun administrasi teknis.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk kantor disesuaikan dengan kebutuhan.
Ada dua macam bangunan pembantu untuk kantor, yaitu kantor
Pengawas/Direksi dan untuk kantor Pelaksana/Kontraktor.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup besar dapat pula dibuat bangunan
pembantu tersendiri untuk bangunan kantor kontraktor Pembantu/Sub
Kontraktor.
Letak dari bangunan pembantu dapat terpisah atau jadi satu, tergantung dari
besar kecilnya pekerjaan. Yang penting adalah hubungan kerja antar Direksi
dan Kontraktor dapat berjalan lancar. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang cukup
besar dan dalam jangka waktu yang cukup lama, bangunan pembantu untuk
kantor perlu dilengkapi fasilitas-fasilitas menurut kebutuhan yang berupa
antara lain: kamar mandi, WC, tempat cuci muka dan instalasi listrik, air
telepon, serta bila perlu instalasi AC.
2) Gudang
Bangunan pembantu untuk gudang dipergunakan untuk menyimpan barang-
barang dan bahan-bahan bangunan berharga dan yang harus dilindungi
terhadap pengaruh cuaca (hujan dan panas) serta keamanan. Bentuk, ukuran,
jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan
bangunan pembantu untuk gudang disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang tidak perlu dilindungi
terhadap pengaruh cuaca cukup ditampung di tempat penyimpan terbuka
dengan diberi batas pengaman seperlunya.
Letak dari bangunan-bangunan pembantu ini diusahakan agar mudah dicapai
dan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.
3) Bengkel kerja
Yang dimaksud dengan bangunan pembantu untuk bengkel kerja ialah tempat
kerja perbengkelan yang tidak mungkin dikerjakan di luar tempat
22

pekerjaan/proyek antara lain meliputi bengkel kerja untuk kayu, besi, listrik,
mesin-mesin dan lain-lain.
Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan bangunan pembantu untuk bengkel kerja disesuaikan dengan
kebutuhan. Yang penting agar orang/tenaga kerja yang bekerja di dalam
bengkel dapat bekerja dengan aman, tidak terganggu dan mengganggu
kegiatan pekerjaan yang lain. Dalam hal ini perlu pula diperhatikan
persyaratan yang tercantum dalam peraturan Pemerintah mengenai
keselamatan kerja.
Letak dari bangunan untuk dari bangunan pembantu dapat terpisah untuk
masing-masing bengkel kerja, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan besar,
dapat pula dijadikan satu denga pembatas atau penyekat seperlunya untuk
pekerjaan kecil/sedang.
Untuk pekerjaan yang cukup besar dan menggunakan mesin-mesin atau alat
peralatan bangunan/alat besar, diperlukan bengkel kerja khusus untuk
merawat/memelihara dan memperbaiki mesin-mesin dan alat-alat besar
tersebut.
4) Laboratorium Lapangan
Yang dimaksud dengan bangunan pembantu untuk laboratorium lapangan
ialah tempat untuk mengadakan penelitian, pengujian dan percobaan di
lapangan yang berhubungan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan, dan untuk
mengadakan percobaan beberapa jenis bagian konstruksi.
Laboratorium lapangan dapat berupa laboratorium biasa atau laboratorium
model untuk uji coba.
Bentuk, ukuran, bahan-bahan bangunan dan kelengkapan peralatan
laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya laboratorium
lapangan dibuat untuk menunjang kelancaran pekerjaan untuk
pekerjaan/proyek yang cukup besar dengan jangka waktu yang cukup lama.
5) Pos Keamanan
Bangunan pembantu untuk pos keamanan dibuat untuk keperluan para
petugas keamanan dari pekerjaan/proyek.
23

Bentuk, ukuran, bahan-bahan yang digunakan dan jumlah serta letak


bangunan pos keamanan disesuaikan dengan situasi lapangan dan kebutuhan
pekerjaan.
6) Pagar Keliling
Bangunan pembantu untuk pagar keliling dimaksudkan selain untuk
membatasi daerah/lapangan kerja juga untuk keamanan seluruh pekerjaan.
Bentuk, ukuran dan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan tergantung
pada besar kecilnya pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Pada
umumnya pagar keliling dibuat untuk pekerjaan/proyek dengan batas tertentu
dan tidak luas.
Contoh perencanaan site plan pada proyek jembatan dan gedung dapat
dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Contoh Site Plan Proyek Jembatan


24

Gambar 4.2 Contoh Site Plan Proyek Gedung

4.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan site intallation?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyusunan rencana site
installation?

4.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang diambil sebagai objek tugas, maka susunlah site
intallation proyek tersebut!
25

BAB V
METODE PELAKSANAAN PROYEK

5.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari bagaimana menyusun
metode pelaksanaan proyek.

5.2 Sub Kompetensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
metode pelaksanaan proyek sesuai objek proyek yang mereka pilih.

5.3 Materi Belajar


5.3.1 Pengertian Metode Pelaksanaan Proyek
Bisnis kontraktor adalah bisnis metode pelaksanaan, karena yang
membedakan antara kontraktor satu dengan kontraktor lainnya adalah perbedaan
metode pelaksanaan. Penentuan metode pelaksanaan akan sangat mempengaruhi
biaya, waktu, mutu dan K-3 proyek.

Dalam kaitannya dengan manajemen proyek, metode pelaksanaan


konstruksi merupakan jawaban dari pertanyaan how to . Metode pelaksanaan
merupakan kombinasi art, knowledge dan pengalaman.
26

5.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Pelaksanaan


Untuk menentukan metode pelaksanaan suatu proyek maka faktor-faktor –
berikut perlu dipertimbangkan:
a) Biaya
b) Waktu
c) Teknologi yang tersedia
d) Lahan yang ada
e) Pengalaman proyek sejenis.

5.3.3 Proposal Metode Pelaksanaan


Pada saat PCM (Pre Construction Meeting) yang dihadiri oleh kontraktor,
konsultan dan owner, kontraktor antara lain akan mengusulkan proposal metode
pelaksanaan yang akan digunakan dalam proyek. Proposal metode pelaksanaan
biasanya disajikan dalam bentuk gambar yang disertai dengan uraian singkat
metode pelaksanaan.
Untuk memberikan gambaran proposal metode pelaksanaan, berikut
disajikan contoh metode pelaksanaan pembangunan proyek gedung Hotel Sultan
Raja Manado yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero).

Gambar 5.1 Perspektif 1 Bangunan


27

Gambar 5.2 Perspektif 2 Bangunan

Gambar 5.3 Potongan Memanjang


28

Gambar 5.4 Potongan Melintang

Gambar 5.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanah


29

Gambar 5.6 Alur Pekerjaan Pondasi Franki Pile

Gambar 5.7 Proses Pekerjaan Franki Pile


30

Gambar 5.8 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (1/5)

Gambar 5.9 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (2/5)
31

Gambar 5.10 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (3/5)

Gambar 5.11Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (4/5)


32

Gambar 5.12 Tahapan Pelaksanaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof (5/5)

Gambar 5.13 Pengecoran Plat Lantai Basement (1/2)


33

Gambar 5.14 Pengecoran Plat Lantai Basement (2/2)

Gambar 5.15 Detail Sambungan Plat dan Dinding (1/2)


34

Gambar 5.16 Detail Sambungan Plat dan Dinding (2/2)

Gambar 5.17 Zoning Pekerjaan Struktur Lantai Dasar, Lantai 1 dan Lantai 2
35

Gambar 5.18 Zoning Pekerjaan Struktur Lantai 3, 4, 5 dan Atap

Gambar 5.19 Zoning Pekerjaan Kolom


36

Gambar 5.20 Tahapan Pekerjaan Kolom (1/2)

Gambar 5.21 Tahapan Pekerjaan Kolom (2/2)


37

Gambar 5.22 Pekerjaan Plat Lantai

Gambar 5.23 Disain Perancah untuk Smartdeck & Balok


38

Gambar 5.24 Install Smartdeck setelah Bekisting Balok Terpasang

Gambar 5.25 Install Tulangan Wiremesh


39

Gambar 5.26 Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Gambar 5.27 Pekerjaan Atap Baja

5.4 Pertanyaan
40

Berdasarkan uraian di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai


berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan Metode Pelaksanaan Proyek?
2) Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Metode Pelaksanaan
Proyek?

5.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek tugas, susun metode
pelaksanaan proyek tersebut!
41

BAB VI
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

6.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek yang terdiri dari jadwal pelaksanaan pekerjaan dan jadwal
sumber daya.

6.2 Sub Kompetensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun jadwal
pelaksanaan proyek yang diambil sebagai objek tugas

6.3 Materi Belajar


6.3.1 Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap tender, kontraktor telah menyusun jadwal pelaksanaan berupa
Network Diagram (MS. Project ) dan atau S-Curve yang biasanya merupakan
salah satu aspek penilaian teknis penentuan pemenang tender.
Setelah ditentukan sebagai pemenang tender dan sebelum dilakukan PCM
(Pre Construction Meeting), selanjutnya kontraktor mereview jadwal pelaksanaan
proyek tersebut karena kadangkala jadwal pelaksanaan yang disusun ketika tender
masih bersifat global, karena keterbatasan waktu penyusunan ketika tender.
Penyusunan jadwal pelaksanaan mengacu pada total durasi dan finish date
yang ditentukan pada dokumen tender. Tahapan penyusunan jadwal pelaksanaan:
1) Penyusunan WBS (work breakdown structure)
2) Penyusunan jadwal pelaksanaan menggunakan MS. Project
3) Penyusunan S-Curve

6.3.2 Penyusunan WBS (Work Breakdown Structure)


42

Penyusunan WBS atau pemilahan pekerjaan dapat dilakukan mengacu


pada BoQ (Bill of Quantity) yaitu berdasarkan item pembayaran atau berdasarkan
tahapan pekerjaan atau lokasi pekerjaan. Apakah penyusunan WBS berdasarkan
BOQ atau tahapan pekerjaan sangat tergantung kesepakatan antara kontraktor,
konsultan supervisi dan owner. Pemilihannya dilakukan dengan
mempertimbangkan kemudahan proses pengendalian.
Jika akan dilakukan penyusunan WBS tidak berdasarkan BoQ, maka
pemilihan item pekerjaan dilakukan bertingkat sampai tingkat disagregasi yang
dikehendaki.
Untuk proyek besar, level paling rendah dari WBS disebut dengan Work
Package. Biasanya pemecahan dilakukan sampai unit yang cukup kecil untuk
melakukan pengontrolan secara objektif dan ditandai juga dengan waktu kelola
yang relatif singkat.
Umumnya pemilahan proyek dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Keahlian : proyek dipecah berdasarkan keahlian yang direncanakan,
dilaksanakan dan diawasi oleh suatu bidang keahlian yang sama
2) Lokasi (letak): proyek dipecah berdasarkan lokasi karena letak yang berbeda
akan menyulitkan pengendalian
3) Tahapan pekerjaan (waktu): proyek dipecah berdasarkan tahapan, untuk
memudahkan proses pengendalian

6.3.3 Penyusunan jadwal pelaksanaan menggunakan MS. Project


Saat ini dengan adanya program bantu seperti MS. Project dan Primavera
Project Planner (P3), maka pekerjaan penjadwalan semakin dipermudah. Konsep
yang dikembangkan pada MS. Projet dan P3 pada dasarnya hampir sama. MS.
Project merupakan program bantu yang dapat digunakan pada proyek secara
umum, khususnya untuk proyek dengan padat alat dan atau pada tenaga kerja.
Sedangkan P3 dikembangkan khususnya untuk proyek konstruksi. Tetapi secara
umum kedua program bantu tersebut dapat digunakan pada semua proyek (IT, Oil
and Gas, Konstruksi).
Tahapan penjadwalan menggunakan MS. Project, terdiri dari:
43

1) Tahap input
a. Input item pekerjaan berdasarkan WBS yang telah disusun
b. Pengaturan sequence item pekerjaan (urutan pelaksanaan pekerjaan)
Menyusun urutan dari satu dengan yang lain dalam proses membuat
jaringan kerja, didasarkan atas logika ketergantungan, misalnya kegiatan
pengaspalan di lakukan setelah selesai pekerjaan lapis pondasi dan lain-
lain, karena memang demikianlah adanya urutan teknis yang harus
ditempuh. Hal ini merupakan salah satu aturan dasar dalam menyusun
jaringan kerja, yang mendorong kontraktor melakukan pendekatan
sistematis dan berfikir secara sistematis.
Ketergantungan ini dikelompokan menjadi 2 golongan :
 Ketergantungan alamiah
Sebagaian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu
sendiri, misalnya pada contoh diatas, kegiatan pengaspalan belum
dapat dilakukan sebelum pekerjaan lapis pondasi telah diselesaikan.
Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena
seandainya telah tersedia cukup tenaga ataupun sumber daya yang lain,
tetapi bila pekerjaan pondasi belum sempurna maka pelaksanaan
pekerjaan pengaspalan belum bisa dimulai.
 Ketergantungan sumber daya
Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya.
Sebagai contoh untuk pengaspalan dengan bahan Aspal Concrete (AC)
atau Hot Rol Sheet (HRS) kemampuan hampar satu hari dapat
dilakukan sebanyak 600 ton, namun karena kapasitas AMP hanya 300
ton, bahan material dan aspal yang tersedia hanya mampu untuk 200
ton maka hamparan yang dapat dilakukan setiap harinya hanya 200
ton, ini karena ketergantungan pada material dan alat.
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika
ketergantungan akan dipermudah dengan mencoba menjawab
pertanyaan berikut :
Kegiatan apa yang akan dimulai terlebih dahulu
Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjakan.
44

Adakah kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung sejajar.


Perlukah mulainya kegiatan tertentu menunggu yang lain.
c. Input durasi item pekerjaan
Yang dimaksud kurun waktu kegiatan (durasi) dalam jaringan kerja adalah
lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai
akhir.
Durasi setiap kegiatan dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai
berikut:
Durasi = volume pekerjaan/produktifitas
Durasi dihitung dalam satuan waktu (contoh jam atau hari), volume
pekerjaan dalam satuan volume pekerjaan (contoh m3, m2 atau m) dan
produktifitas dihitung dalam satuan volume pekerjaan dibagi satuan waktu
(contoh m3/jam, m2/hari).
Produktifitas merupakan fungsi dari tenaga kerja, peralatan, metoda dan
efisiensi.
Biasanya kontraktor telah memiliki database produktifitas kegiatan. Jika
database tersebut belum dimiliki maka data produktifitas dapat didekati
menggunakan koefisien alat atau tenaga kerja yang ada pada Analisa
Harga Satuan, contoh Standar Analisa Harga Satuan Pekerjaan (SNI).
Ketepatan atau akurasi perkiraan durasi akan banyak tergantung dari siapa
yang membuat perkiraan tersebut. Misalnya, seorang pengawas pekerjaan
pengaspalan akan lebih akurat mengenai perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mengaspal dengan ukuran tertentu, dibanding dengan pengawas
pekerjaan lain. Menyadari akan pentingya faktor akurasi dalam perkiraan
durasi yang sangat tergantung pada individu, maka dalam praktek sering
diadakan rapat perencanaan diantara mereka yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan proyek. Mereka adalah pelaksana lapangan dan engineer
dibidang teknik, perencanaan dan pengendalian. Pada rapat ini para
pelaksana dan engineer saling memberikan masukan, sanggahan maupun
komentar perihal perencanaan lingkup kerja yang berkaitan dengan jadwal
maupun keperluaan sumber daya. Rapat semacam ini sering menghasilkan
angka perkiraan kurun waktu yang relistis dan lebih dari itu timbulnya
45

sikap terikat (commited) dari para pelaksana untuk memenuhi saran


yang telah dibuat dan disetujui bersama.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk penentuan durasi antara lain:
 Durasi dihasilkan dari asurnsi bahwa sumber daya tersedia dalam
jumlah yang normal.
 Dianggap tidak ada keterbatasan jumlah sumber daya, sehingga
memungkinkan kegiatan dilaksanakan dengan waktu bersamaan atau
pararel. Sehingga penyelesaian proyek lebih cepat dibanding bila
dilaksanakan secara berurutan atau berseri.
 Gunakan hari kerja normal, jangan dipakai asumsi kerja lembur,
kecuali hal tersebut telah direncanakan khusus untuk proyek yang
bersangkutan, sehingga diklarifikasi sebagai hari normal.
 Bebas dari pertimbangan mencapai target jadwal penyelesaian proyek,
karena dikhawatirkan mendorong untuk menentukan angka yang
disesuaikan dengan target tersebut. Tidak memasukan angka
kontigensi untuk hal-hal seperti adanya bencana alam ( gempa bumi,
banjir, badai, dan lain-lain), pemogokan dan kebakaran.
Pengaruh cuaca merupakan salah satu persoalan yang sulit untuk diduga,
dan oleh karenanya memerlukan perhatian khusus. Dikenal pendekatan
berikut dalam masalah ini.
 Tidak memasukan faktor cuaca kedalam durasi masing-masing
kegiatan, tetapi memperhitungkan kedalam kurun waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan. Misalnya satu proyek akan selesai dalam
waktu 150 hari, kemudian diperhitungkan pengaruh musim atau
cuaca pada waktu proyek berlangsung, seperti banjir atau hujan
menghambat pekerjaan di lapangan terbuka selama 20 hari. Maka
dalam hal ini penyelesaian proyek secara keseluruhan adalah 170 hari.
 Memasukan faktor cuaca kedalam masing-masing kegiatan. Di sini
kegiatan-kegiatan tersebut dikaji sejauh mana kepekaanya terhadap
pengaruh cuaca selama proyek berlangsung. Misalnya pekerjaan tanah
atau penyiapan lahan terhadap hujan atau lain-lain. Hanya khusus
untuk pekerjaan demikian diberi alokasi waktu tambahan, kemudian
46

dihitung penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pendekatan kedua


secara potensial akan memberikan angka akurasi yang lebih baik,
tetapi juga memerlukan usaha yang lebih besar.
d. Input sumberdaya pada masing-masing item pekerjaan
Input sumberdaya pada MS. Project dilakukan melalui tahapan:
 Input sumberdaya material. manusia dan alat yang digunakan pada
resource sheet
 Mengalokasikan sumberdaya ke masing-masing kegiatan
2) Tahap proses
Setelah tahap input dilakukan maka MS. Project secara otomatis akan
melakukan proses penjadwalan.
Pada tahapan proses, seringkali dilakukan penyesuaian durasi dan sequence
pekerjaan agar diperoleh durasi total dan finish date sesuai yang ditentukan
pada dokumen tender/dokumen kontrak.
3) Tahap output
Output yang dihasilkan oleh MS. Project antara lain adalah Gant Chart,
Network Diagram, Histogram Sumber Daya. Contoh output MS. Project dapat
dilihat pada Gambar 6.1.
47

Gambar 6.1 Output MS. Project berupa Gant Chart

6.3.4 Penyusunan S-Curve


Selama ini pada sebagian besar proyek, penjadwalan dan pengendalian
waktu dilakukan menggunakan Kurva S. Salah satu kelemahan MS. Project
adalah tidak adanya output MS. Project berupa kurva S.
Penyusunan S-Curve dilakukan secara manual menggunakan program
bantu MS. Excel. Dengan data input berdasarkan start date dan finish date
masing-masing item pekerjaan pada MS. Project, selanjutnya disusun S-Curve
menggunakan MS. Excel. Contoh kurva S dapat dilihat pada Gambar 6.2.
48

Gambar 6.2 Contoh Kurva S

6.3.5 Visualisasi Rencana Progres


Untuk keperluan manajemen dan presentasi biasanya jadwal pelaksanaan
dituangkan dalam bentuk visualisasi rencana progres pekerjaan. Contoh
visualisasi rencana progres pekerjaan struktur pada pembangunan proyek Hotel
Sultan Raja Manado yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero) dapat dilihat pada
Gambar 6.3 sampai dengan Gambar 6.13.
49

Gambar 6.3 Visualisasi Progress Minggu ke 6

Gambar 6.4 Visualisasi Progress Minggu ke 13


50

Gambar 6.5 Visualisasi Progress Minggu ke 20

Gambar 6.6 Visualisasi Progress Minggu ke 22


51

Gambar 6.7 Visualisasi Progress Minggu ke 24

Gambar 6.8 Visualisasi Progress Minggu ke 26


52

Gambar 6.9 Visualisasi Progress Minggu ke 28

Gambar 6.10 Visualisasi Progress Minggu ke 30


53

Gambar 6.11 Visualisasi Progress Minggu ke 32

Gambar 6.12 Visualisasi Progress Minggu ke 34


54

Gambar 6.13 Visualisasi Progress Minggu ke 37

6.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan jadwal pelaksanaan?
2) Sebutkan jenis jadwal pelaksanaan yang perlu disusun?
3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyusunan jadwal pelaksanaan?

6.5 Tugas
Berdasarkan proyek yang dijadikan sebagai objek tugas, susunlah rencana
penjadwalan yang meliputi Network Diagram (MS. Project), Kurva S,
penjadwalan sumber daya utama dan visualisasi rencana progres pekerjaan.
55

BAB VII
RENCANA MUTU

7.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari perencanaan mutu pada
proyek.

7.2 Sub Kompetensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun
rencana mutu pada objek proyek yang diambil.

7.3 Materi Belajar


7.3.1 Rencana Mutu
Rencana mutu (quality planning) yang terdapat Rencana Pelaksanaan
Proyek antara lain terdiri dari kebijakan mutu, standar operating procedure (SOP),
quality target dan struktur organisasi SMM.

7.3.2 Kebijakan Mutu (Quality Police)


Belum semua perusahaan kontraktor memiliki kebijakan perusahaan yang
terdiri dari kebijakan mutu dan K-3 yang dinyatakan secara formal. Biasanya
perusahaan-perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO, minimal telah
memiliki kebijakan perusahaan berupa kebijakan mutu. Pada perusahaan-
perusahaan tersebut, kebijakan proyek akan mengacu pada kebijakan perusahaan.
Untuk perusahaan-perusahaan yang belum memiliki kebijakan perusahaan
secara formal, maka hendaknya kebijakan perusahaan mulai dinyatakan secara
56

formal sehingga menjadi jelas kebijakan yang digunakan. Selanjutnya proyek-


proyek yang dimiliki akan mengacu pada kebijakan tersebut dalam
operasionalnya.
Contoh kebijakan mutu PT. PP (Persero) salah satu BUMN kontraktor
adalah sebagaimana Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Kebijakan Mutu dan Kebijakan K-3 PT PP (Persero)


57

7.3.3 Struktur Organisasi SMM dan K-3


Untuk pelaksanaan manajemen mutu dan K-3 maka perlu disusun struktur
organisasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan K-3. Untuk perusahaan-
perusahaan besar biasanya struktur organisasi SMM dan K-3 telah ditentukan.
Contoh struktur organisasi SMM dan K-3 dapat dihat pada Gambar 7.2.

Gambar 7.2 Struktur Organisasi SMM dan K-3

7.3.4 Standart Operating Procedure (SOP)


Sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan maka disusun Standart
Operating Procedure (SOP) item-item pekerjaan. SOP dituangkan dalam bentuk
flow chart. Contoh SOP dalam bentuk flow chart dapat dilihat pada Gambar 7.3
sampai dengan Gambar 7.8.
58

Gambar 7.3 Flow chart pekerjaan kolom

Gambar 7.4 Flow chart pekerjaan baja ringan


59

Gambar 7.5 Flow chart pekerjaan plesteran

Gambar 7.6 Flow chart pekerjaan keramik


60

Gambar 7.7 Flow chart pekerjaan plumbing

Gambar 7.8 Flow Chart Pekerjaan Hydrant dan Springkler


61

Disamping SOP dalam bentuk flow chart, maka perlu juga ditentukan
quality target yang hendak dicapai. Contoh-contoh quality target dapat dilihat
pada Gambar 7.9 sampai dengan Gambar 7.11.

Gambar 7.9 Quality target pekerjaan kolom

Gambar 7.10 Quality target struktur beton


62

Gambar 7.11 Quality target pekerjaan keramik

7.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas maka jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan kebijakan mutu?
2) Apa yang dimaksud dengan flow chart dan quality target?

7.5 Tugas
Berdasarkan objek proyek yang dipilih susun kebijakan mutu, struktur
organisasi mutu, SOP dalam bentuk flow chart dan quality target.
63

BAB VIII
RENCANA K-3

8.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari penyusunan Safety Plan
proyek.

8.2 Sub Kompetensi


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun Safety
Plan pada objek proyek yang diambil

8.3 Materi Belajar


8.3.1 Pengertian K-3
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan proyek tidak hanya untuk mencapai
proyek yang tepat biaya, mutu dan waktu saja tetapi berkembang dengan tuntutan
“zero accident”.
Untuk proyek-proyek yang relatif besar dengan kompleksitas tinggi,
owner mensyaratkan kontraktor untuk memiliki sertifikat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) seperti OHSAS. Dengan adanya sertifikat tersebut
diharapkan kesadaran kontraktor terhadap K-3 semakin tinggi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
64

kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian (Yusra, Dhoni:2005).
Landasan hukum pelaksanaan K-3 diatur dalam peraturan-peraturan
sebagai berkut:
1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 , tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja .
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980, tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.
3) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.98/KPTS/1979, tentang penggunaan
surat ijin mengemudi peralatan, poster, dan buku keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
4) Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 yang memuat ketentuan
umum tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi
kecelakaan maupun bahaya lainnya.
5) Undang-undang No.14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai
Tenaga Kerja dalam mencegah, mengenal obat, perawatan, mempertinggi
derajat kesehatan mengatur hygiene, dan kesehatan kerja.
Sedangkan regulasi internasional yang mengatur K-3 antara lain:
1) OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment
Series
Guidelines for the implementation of OHSAS 18001:1999 adalah sistem
manajemen K-3 yang dirumuskan oleh 13 organisasi internasional dengan
menggunakan 10 standar K-3 di beberapa negara. Sistem ini terdiri dari 4
klausul besar yang terurai kedalam 9 sub klausul.
Sistem OHSAS 18001:1999 dikembangkan kompatibel dengan standar sistem
ISO 9001:1994 (Quality) dan standar sistem ISO 14001:1996
(Environmental), dengan tujuan sebagai fasilitas integrasi antara quality,
environmental dan occupational health and safety management system.
2) COHSMS, Construction Industry Occupational Health Management
Systems
Sistem manajemen K-3 yang dirumuskan oleh Japan Construction Safety and
Health Association (JCSHA), yaitu suatu asosiasi perusahaan jasa konstruksi
65

di Jepang. COHSMS merupakan standar K-3 khusus ditujukan bagi


perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi.
Selanjutnya berkaitan dangan K-3, maka dalam Rencana Pelaksanaan
Proyek disusun Rencana K-3. Susunan rencana K-3 terdiri dari hal-hal berikut:
1) Kebijkan K-3
2) Struktur organisasi K-3
3) Risk Assessment Matrix
4) Skedul kegiatan K-3
5) Rencana rambu-rambu K-3
6) Rencana penanganan keadaan darurat

8.3.2 Kebijakan K-3


Sebagaimana mutu, maka untuk perusahaan-perusahaan besar biasanya
telah memiliki kebijakan K-3 yang menjadi acuan pada setiap proyeknya. Contoh
kebijakan K-3 pada PT. Pembangunan Perumahan dapat dilihat pada Gambar 8.1.

Gambar 8.1 Contoh Kebijakan K-3

8.3.3 Struktur Organisasi K-3


Untuk penerapan kebijakan K-3 di lapangan maka disusun struktur
organisasi K-3. Contoh struktur organisasi K-3 dapat dilhat pada Gambar 8.2.
66

Gambar 8.2 Contoh Struktur Organisasi K-3 pada tingkat proyek

8.3.4 Penyusunan Safety Plan


Data – data yang dibutuhkan untuk penyusunan safety plan, antara lain:
1) Gambar dan RKS
2) Dokumen Rencana Metode Pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor
3) Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat oleh kontraktor
Secara garis besar tahapan penyusunan safety plan dapat dilihat pada
Gambar 8.3 .
67

Mulai

Metode Pelaksanaan Gambar Detail

Work Breakdown Structure

N Identifikasi Resiko
Kriteria Penilaian
Resiko
Y
Penilaian Tingkat Resiko

Pengendalian Resiko dapat


Resiko Ditoleransi

Safety Plan

Selesai

Gambar 8.3 Flow Chart penyusunan Safety Plan

Data-data yang berupa gambar dan metode pelaksanaan diterjemahkan dan


dijabarkan dalam bentuk Work Breakdown Structure (WBS) dilengkapi dengan
kalimat yang mudah dimengerti sehingga dapat diketahui potensi resiko
kecelakaan yang mungkin terjadi.
Setelah itu dilakukan pendugaan mengenai apa saja resiko yang mungkin
terjadi. Resiko kecelakaan yang diutamakan tindakan pencegahannya merupakan
resiko-resiko kecelakaan yang dianggap mempunyai tingkatan menengah sampai
tinggi, yang mungkin mendatangkan dampak yang sangat berpengaruh pada
kelancaran proyek.
68

Setelah diketahui resiko-resiko yang akan dihadapi, maka dibuat suatu


kriteria penilaian terhadap resiko-resiko tersebut, berdasarkan tingkat
keparahannya. Dengan mempertimbangkan faktor peluang terjadinya kecelakaan
kerja serta akibat yang ditimbulkan dari suatu kecelakaan tersebut.
Penilaian resiko kecelakaan mengikuti kriteria sesuai Tabel 8.1 dan Tabel
8.2 di bawah ini:
Tabel 8.1 Peluang terjadinya kecelakaan kerja
No. Peluang (L) Nilai
1. Hampir pasti akan terjadi / almost certain A
2. Cenderung untuk terjadi B
3. Mungkin dapat terjadi C
4. Kecil kemungkinan terjadi D
5. Jarang terjadi / rare E

Tabel 8.2 Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaaan kerja


No. Akibat (R) Nilai
1. Tidak ada cedera, kerugian materi kecil 1
2. Cedera ringan/P3K, kerugian materi kecil 2
3. Hilang hari kerja, kerugian cukup besar 3
4. Cacat, kerugian materi besar 4
5. kematian, kerugian materi sangat besar 5

Berdasarkan Tabel 8.1 dan Tabel 8.2 dapat dihitung nilai tingkat resiko
(TR) dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

Keterangan:
A,B,C,D,E = merupakan nilai dari peluang terjadinya kecelakaan
1,2,3,4,5 = merupakan nilai dari akibat yang ditimbulkan

Kriteria penentuan tingkat resiko (TR) adalah sebagaimana kriteria pada


Tabel 8.3.
Tabel 8.3 Penilaian Tingkat Resiko

Akibat
Peluang
1 2 3 4 5
69

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Keterangan:
E = Extreme Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan
mengalami kerugian materi cukup besar, besar,serta sangat besar
dan berakibat korban mengalami cacat ataupun kematian
H = High Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan mengalami
kerugian materi besar dan berakibat korban mengalami cedera
ringan hingga cacat
M = Moderate Risk meliputi peluang kejadian cenderung untuk terjadi,
mungkin terjadi, kecil kemungkinan hingga jarang terjadi dan
berakibat tidak ada cedera,cedera ringan dan kehilangan hari kerja
serta kerugian materi kecil
L = Low Risk meliputi peluang kejadian mungkin dapat terjadi, kecil
kemungkinan hingga jarang terjadi dan berakibat tidak ada cedera
dan cedera ringan serta kerugian materi kecil.

Setelah diketahui seberapa besar TR suatu pekerjaan, maka direncanakan


usaha penanganannya. Dari resiko yang sudah dilakukan pencegahan, nilai TR
awal dari penilaian tersebut diharapkan menghasilkan nilai TR yang ringan
sampai dengan tidak berisiko.
Berdasarkan beberapa proses diatas, maka dapat dibuat rangkuman dalam
suatu bentuk tabel yang disebut Risk Assessment Matrix (RAM) atau Safety Plan.
Contoh Risk Assessment Matrix (RAM) dapat dilihat Tabel 8.4.
70

8.3.5 Rencana Kegiatan K-3


71

Berdasarkan Risk Assessment Matrix (RAM) selanjutnya disusun rencana


kegiatan K-3. Contoh rencana kegiatan K-3 dapat dilihat pada Gambar 8.4 dan
Gambar 8.5.

SAFETY HEALTH & ENVIRONMENTAL


PLANNING

PENDEKATAN SH&E PATROL/ SAFETY AUDIT


KECELAKAAN SAFETY TALK TRAINING ENVIRONMEN
SH & E INSPEKSI K3L MEETING SH & E
- LINGKUNGAN
TARGET : ZERO PEKERJA BARU SETIAP JUMAT SETIAP HARI SETIAP RABU 3 BULAN - DASAR-DASAR K3
KERJA BERSIH,
ACCIDENT - PERUSAHAAN DAN SETIAP SEKALI -P3K RAPI DAN SEHAT..
- SUBKON JUMAT - PEMADAMAN API - PEMBERSIHAN
- MANDOR MASSAL SETIAP
JUMAT (RUTIN).
Koord : Kepala Unit

SAFETY PATROL : PATROLI RUTIN YANG DILAKUKAN SETIAP


HARI DAN SETIAP WAKTU
KECELAKAAN : TARGET ZERO ACCIDENT
TUJUANNYA UNTUK MEMONITOR KEGIATAN
PEKERJAAN DILAPANGAN. (SS/SP+Security)
PENDEKATAN SH & E : PENDEKATAN K3 KEPADA PEKERJA BARU
TERMASUK KARYAWAN. SERTA PENGARAHAN
SAFETY MEETING : MEETING YANG DILAKSANAKAN HARI RABU,
TENTANG K3 DAN HOUSEKEEPING DAN
DAN JUM’AT JAM 14.00 – 16.00 WIB.
KETERTIBAN PROYEK. (SS/SP)
UNTUK MEMBAHAS MASALAH YG MUNGKIN
TERJADI DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA
SAFETY TALK : PENGARAHAN SINGKAT TENTANG K3 DAN
SERTA MELAPORKAN KECELAKAAN YANG
KONDISI PROYEK KEPADA SELURUH PEKERJA
TERJADI & LANGKAH2 PERBAIKANNYA.
SEBELUM PEKERJAAN DIMULAI, DILAKUKAN
SETIAP HARI JUMAT JAM 07.00 – 08.00 WIB.
AUDIT SH & E : AUDIT PELAKSANAAN DAN PENERAPAN K3.
INSPEKSI K3
TRAINING : TRAINING K3 KEPADA KARYAWAN, MANDOR,
INSPEKSI K3 : INSPEKSI YANG DILAKUKAN UNTUK MEMONI-
SUBKONTRAKTOR TENTANG DASAR-DASAR
TOR PELAKSANAAN K3 DAN UNTUK MENJAGA
K3, P3K DAN LAIN-LAIN. (SS/SP, Extern)
KONSISTENSI PENERAPAN K3 DIPROYEK.
INSPEKSI K3 DILAKUKAN SETIAP HARI JUMAT
LINGKUNGAN : TARGET LINGKUNGAN KERJA BERSIH, RAPI
JAM 08.00 – 08.30 WIB. (PM,SOM,SEM,SO PP &
DAN SEHAT . (HS, Semua Elemen Proyek)
Sub).

Gambar 8.4 Contoh Program K-3

Gambar 8.5 Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan K-3


72

Contoh kegiatan K-3 dalam rangka tindakan pencegahan terhadap


kecelakaaan adalah pemasangan rambu K-3 pada lingkungan proyek. Contoh
rencana rambu-rambu K-3 dapat dilihat pada Gambar 8.6.

Gambar 8.6 Contoh rencana rambu-rambu K-3

8.3.6 Rencana Penanganan Keadaan Darurat


Dalam rencana K-3 perlu disusun rencana penanganan keadaan darurat,
sehingga ketika terjadi keadaan darurat maka penangannya dapat dilakukan secara
cepat dan tepat. Contoh rencana penanganan keadaan darurat dapat dilihat pada
Gambar 8.7 dan 8.8.
73

PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN


ACCIDENT

SAFETY DPT
PROJECT MANAGER

FATAL MAJOR MINOR


Kendaraan piket (Avanza)
HOSPITAL
FIRST AID
RS. Dr. Soetomo HOSPITAL
Ruang P3K K3L
INSURANCE RS. Dr. Soetomo By
Safety officer
Jamsostek
Or
INSURANCE Safety supervisor
FAMILY
Jamsostek
Make report to owner

MK

P T. ADH I K AR Y A (P er ser o) T bk

Gambar 8.7 Contoh Prosedur Penanganan Kecelakaan

ANTISIPASI KEBAKARAN

FIRE / KEBAKARAN Telpon hubungi:


-Adhi Karya Dk I ( 021- 787050 )
-Adhi Karya Dk IV ( 031- )
-PLN (………………)
TINDAKAN
Matikan: -Klinik Pusura (.......................)
-Power PLN Pemadaman dengan -RS Dr Soetomo (.......................)
- Power Genset Alat pemadam api -Sudin Pemadam
Ringan atau Air Kebakaran Surabaya (…………….. )

FIRE CONDITION Dinas pemadam kebakaran


No Tlp 113

Membuat laporan dan


Penyelidikan Penyebab Membuat laporan Kepada :
Kepada : Owner
Owner MK
MK Asuransi
Asuransi Divisi I
Divisi I

Upaya Pencegahan

P T. ADH I K ARYA (P ersero) Tbk

Gambar 8.8 Contoh Prosedur Antispasi Kebakaran


74

8.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan RAM dan Safety Plan?
2) Hal- hal apa saja yang perlu ada pada RAM dan Safety Plan?
3) Faktor-faktor apakah yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RAM
dan Safety Plan?

8.5 Tugas
Susun rencana K-3 sesuai proyek yang diambil sebagi objek! Rencana K-3
antara lain terdiri dari Kebijakan K-3, Struktur organisasi K-3, Risk Assessment
Matrix (RAM), Rencana pemasangan rambu-rambu K-3 dan Rencana Penanganan
Kecelakaan.
75

DAFTAR PUSTAKA

Adihartanto, Andreas dan Cahyono, David Iwan. 2006. Studi Tentang Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Site Layout Proyek Konstruksi
di Surabaya. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Surabaya: Universitas Petra.

Djojowirono, Sugeng. 2000. Manajemen Konstruksi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:


Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Hijriahwan, Farid. 2006. Safety Plan Pembangunan Approach Bridge Pada


Jembatan Suramadu. Tugas Akhir DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil. Malang: Politeknik Negeri Malang.

Modul 2 Perencanaan dan Pengorganisasian Proyek, Bahan Bacaan dan


Referensi Manajemen Proyek. 2003. Jakarata : Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

Petunjuk Pelaksanaan Hotel Sutan Raja Minahasa Utara Sulawesi Utara. 2008.
PT. Pembangunan Perumahan (Persero).

Safety Program Ciputra World Surabaya Project. 2008. PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk, Divisi Konstruksi I dan IV.

Anda mungkin juga menyukai