Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan di wilayah Kutai Timur, meningkatnya kebutuhan masyarakat akan


pelayanan terkait dengan penerbitan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) dan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan lain-lain menyebabkan gedung Samsat yang
saat ini tidak memadai lagi sehingga harus dibangun gedung Samsat yang baru. Dengan
adanya pembangunan gedung tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat.

Salah satu upaya yang di tempuh Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kualitas
lulusannya maka diwajibkan setiap mahasiswanya untuk mengikuti program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di suatu instansi, lembaga atau perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya.

Praktek Kerja Lapangan ialah tahapan dimana mahasiswa belajar langsung di dunia kerja.
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan secara langsung dan
mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek yang didapat di bangku kuliah dan
diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan
proyek tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan
serta profesionalisme kerja.

Oleh karena itu, hal-hal di atas melatarbelakangi diadakannya kegiatan Praktek Kerja
Lapangan pada proyek Pembangunan Gedung Samsat Sangatta dengan kontraktor
pelaksana CV Tajang Jaya. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat mempelajari tahapan
kerja dalam pelaksanaan pembangunan gedung khususnya Pembangunan Gedung Samsat
Sangatta.

1
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) antara lain :


1. Mengetahui tahapan pelaksanaan Pembangunan Gedung Samsat Sangatta
2. Sebagai bekal mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada laporan ini bertujuan agar pembahasan yang dipaparkan tepat
pada maksud dan tujuan penulisan. Adapun batasan masalah dalam penyusunan Laporan
Praktek Kerja Lapangan, yaitu:
1. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan hasil dari pengamatan selama 45 hari
terhitung mulai tanggal 4 Oktober 2021 sampai dengan 17 November 2021.
3. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini membahas mengenai metode pelaksanaan
pekerjaan pelat, balok dan kolom pada Proyek Pembangunan Gedung Samsat Sangatta

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada :


Proyek : Pembangunan Gedung Samsat Sangatta

Lokasi : Jl. A. Wahab Syahranie Kan. Kutai Timur – Kalimantan Timur

Waktu : 04 Oktober 2021 – 17 November 2021

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Dalam memudahkan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), maka penulis
membuat sistematika penulisan. Adapun urutan pokok penulisan laporan PKL adalah
sebagai berikut :

2
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan latar belakang dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan, tujuan
Praktek Kerja Lapangan, batasan masalah, waktu dan tempat dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Perusahaan


Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
dan bidang usaha yang dikerjakan oleh perusahaan tempat mahasiswa melakukan Praktek
Kerja Lapangan.

Bab III Tinjauan Pustaka


Pada bab tinjauan pustaka ini memuat penjelasan tentang konsep dan prinsip dasar yang
diperlukan untuk memecahkan masalah pekerjaan dan untuk merumuskan hipotesis apabila
memang diperlukan. Tinjauan pustaka dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis,
atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang dikerjakan.

Bab IV Pembahasan Kegiatan Proyek


Pada bab ini menguraikan tentang metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan analisa
dari perkerjaan yang telah dilakukan.

Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari tinjauan teori terhadap hasil pengamatan
dilapangan yang ditinjau langsung maupun yang ditunjang dengan literatur penunjang.

Daftar Pustaka
Berisi tentang semua sumber pustaka yang menjadi bahan untuk rujukan penulisan laporan
Praktek Kerja Lapangan.

Lampiran
Berisi lampiran-lampiran untuk menjelaskan data atau keterangan lain yang sifatnya
terperinci untuk dimuat di dalam pembahasan.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Deskripsi Perusahaan

CV. Tajang Jaya merupakan perusahaan General Contractor dan Supplier yang saat ini
dipercaya untuk terlibat dalam pembangunan gedung-gedung khusus seperti Proyek
Pembangunan Gedung Samsat saat ini selain itu, CV. Tajang Jaya adalah badan usaha
berpengalaman yang mengerjakan proyek nasional. CV Tajang Jaya dapat mengerjakan
proyek-proyek dengan sub klasifikasi :

1. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Hunian Tunggal dan Koppel


2. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Multi atau Banyak Hunian
3. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Pendidikan
4. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Kesehatan
5. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Gedung lainnya.
6. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, DAM, dan Prasarana SDA
lainnya
7. Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Jalan Raya (kecuali jalan layang), Jalan, Rel Kereta
Api, dan Landas Pacu Udara

Gambar 2.1 Logo CV. Tajang Jaya

Alamat Kantor : Jl. Yos Sudarso I No. 98 RT. 05 Dusun Singa Karti Sangatta Utara
Telepon : 081341413323
Email : tajangjaya@gmail.com

4
2.2 Struktur Organisasi Proyek

Bentuk organisasi pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan maksud untuk meningkatkan
kinerja serta menjamin kualitas / mutu dalam suatu proyek maka dibentuk suatu tim
organisasi agar proyek tersebut berjalan sesuai rencana, tepat waktu, serta dapat
dipertanggung jawabkan secara profesional.

Ada 4 (empat) komponen utama sesuai dengan masing – masing fungsinya, yaitu pemilik
proyek (owner), konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana.

Adapun struktur organisasi proyek pada Proyek Pembangunan Gedung Samsat Sangatta
dapat dilihat pada Gambar 2.2

PEMILIK PROYEK
(OWNER)
DINAS PENDAPATAN DAERAH

KONSULTAN
PERENCANA KONSULTAN PENGAWAS
CV. CV. PIRAMID GLOBAL KONSULTAN

KONTRAKTOR
CV. TAJANG JAYA

Kontraktual
Koordinasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek

5
2.2.1 Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek adalah orang perorangan atau badan usaha yang diberi kuasa secara hukum
untuk bertindak mewakili kepentingan pengguna jasa/pemilik proyek secara penuh atau
terbatas dalam hubungannya dengan penyedia jasa (konsultan perencana, pengawas, dan
pelaksana/kontraktor). Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
a. Menunjukan penyedia jasa (konsultan dan kontraktor)
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
c. Pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
d. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
e. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
f. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah
biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
g. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
h. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
i. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia
jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

2.2.2 Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain. Hak dan
kewajiban konsultan perencana adalah sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja
dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jsa dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan.
c. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada pelaksana tentang hal-hal yang kurang

6
jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
e. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.2.3 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi hingga
selesai dan diserahterimakan. Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas
sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.


b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.
d. Memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam
proyek pelaksanaan pekerjaan.
e. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai
pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh
kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan
kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.

2.2.4 Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain. Hak dan kewajiban kontraktor adalah :
a. Melaksanaan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat, risalah
penjelasan pekerjaan dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna
jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai

7
wakil dari pengguna jasa.
c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk
menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan.
Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai ketetapan
yang berlaku.

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Gambaran Umum

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan
dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu
proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa
bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan
pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kegiatan proyek juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan tegas. Banyak kegiatan dan
pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi menimbulkan banyak
permasalahan yang bersifat kompleks. Proyek konstruksi memiliki ciri-ciri pokok proyek
antara lain :
a. Memiliki tujuan yang khusus produk akhir atau hasil kerja akhir,
b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan,
c. Bersifat sementara, dalam artian umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal
dan akhir ditentukan dengan jelas,
d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek
berlangsung.

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di
dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Di samping itu, di dalam
kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Adapun
beberapa tahap kegiatan dalam proyek konstruksi yaitu :

a. Tahap Studi Kelayakan


Tahap ini bertujuan meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang

9
diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan,
aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya. Kegiatan
yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah:
- Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
- Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan, baik
manfaat langsung, manfaat ekonomis maupun manfaat tidak langsung.
- Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun finansial.
- Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek tersebut
dilaksanakan.
b. Tahap Penjelasan
Tujuan tahap penjelasan (briefing) ini adalah mendapatkan penjelasan dari pemilik
proyek mengenai fungsi proyek dan biaya yang diizinkan sehingga konsultan perencana
dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya
yang diperlukan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
- Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
- Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
- Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.
- Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah
dan batas-batas proyek.
c. Tahap Perancangan

Tahap perancangan (design) ini bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan


menentukan tata letak, rancangan, metoda konstruksi, dan taksiran biaya agar
mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat. Tahap
ini juga mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar
rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua dokumen tender.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:
1. Mengembangkan ikhtisar proyek penyelesaian akhir.
2. Memeriksa masalah teknis.

10
3. Meminta persetujuan akhis ikhtisar dari pemilik proyek.
4. Mempersiapkan:
- Rancangan skema (prarancangan) termasuk taksiran biaya
- Rancangan terinci
- Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal
- Daftar kuantitas
- Taksiran biaya akhir
- Program pelaksanaan pendahuluan, termasuk jadwal waktu.
d. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan (construction) ini bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang telah
disyaratkan.

Kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan, mengoordinasi, mengendalikan semua


operasional di lapangan. Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
1. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan
3. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
4. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi adalah metode yang dibuat dengan
cara teknis yang menggambarkan penguasaan penyelesaian pekerjaan yang sistematis
dari awal sampai akhir yang meliputi tahapan/urutan pekerjaan utama dan uraian cara
kerja dari masing-masing jenis kegiatan pekerjaan utama yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis, serta bagaimana tahapan dalam metode pelaksanaan pekerjaan
harus relevan antara metode pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal/jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan dan analisa teknis satuan pekerjaan. Dalam menyusun metode
pelaksanaan pekerjaan untuk proyek konstruksi sebaiknya sesuai dengan persyaratan
dalam dokumen dimana Metode pelaksanaan pekerjaan yang dibuat harus memenuhi
persyaratan substantif yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan dan menggambarkan
penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan seperti disebutkan diatas diantaranya :

11
a. Tahapan/urutan pekerjaan dari awal sampai akhir secara garis besar dan uraian/
cara kerja dari masing-masing jenis pekerjaan utama
b. Kesesuaian antara metode kerja dengan peralatan utama yang di tawarkan/
diperlukan
c. Kesesuaian antara metode kerja dengan spesifikasi/ volume pekerjaan yang
disyaratkan.

3.2 Pekerjaan Struktur Atas

Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi, sloof, dinding,
kolom, ring balok, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, struktur berfungsi untuk
mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen tampak, interior, dan
detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan
tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Kegunaan lain dari
struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas menuju
bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah.

Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka
tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan tangga, yang
masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

Struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus dapat
menjamin dari segi keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang
biasanya digunakan dalam bangunan mempunyai kriteria perancangan, antara lain:
1. Kuat.
2. Tahan api.
3. Awet untuk jangka waktu pemakaian yang lama.
4. Mudah didapat dan dibentuk
5. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).

3.2.1 Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
12
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peran penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur.

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusanangin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.

Fungsi kolom didalam konstruksi adalah meneruskan beban dari sistim lantai ke fondasi.
Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi diseluruh tinggi
kolom pada lkasi- lokasi tulangan sengkang. Saat keadaan batas keruntuhan, selimut beton
diluar sengkang atau spiral akan lepas sehingga tulangan arah memanjangnya akan terlihat.
Apabila bebanya terus bertambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk local tulangan
memenjang.

Pada umumnya kolom terbagi menjadi tiga jenis kolom beton bertulang antara lain :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral
adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum
proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

13
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.

Gambar 3.1 Tipe Kolom:(a) Kolom Persegi (b) Kolom Bulat (c) Kolom
Komposit

Terdapat dua jenis kolom pada bangunan, antara lain:


1. Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyangga beban utama yang
berada di atasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3,5 m,
agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila
jarak antara kolom dibuat lebih dari 3,5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8 D12 mm, dan begel Ø 8-10
cm (8 D12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12 mm 8 buah, 8 -10 cm
maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
2. Kolom Praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
tulangan beton 4 D10 mm begel Ø8-20 mm.

14
3.2.2 Balok

Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya
geser sepanjang bentangnya.

Balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari pelat lantai
ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya balok dicor secara monolit
dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan dibagian bawah atau dibagian
atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik, yang
antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral.

Gambar 3.2 Balok

Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen
lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada balok tersebut. Pada kejadian
momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan tarik akan
terjadi di bagian bawah penampang. Regangan tersebut akan mengakibatkan tegangan-
tegangan yang harus di tahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik
di bagian bawah.

Persyaratan balok menurut PBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut:


1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.

15
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk
balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan
pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan
khusus.
3. Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari penampang. Pada
balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus
dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan
4. Tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm
pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai
tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari
tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

3.2.3 Pelat Lantai

Pelat lantai adalah elemen horisontal utama yang menyalurkan beban hidup maupun beban
mati ke kerangka pendukung vertikal dari suatu sistem struktur. Elemen-elemen tersebut
dapat dibuat sehingga bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah. Pelat lantai
menerima beban yang tegak lurus terhadap permukaan pelat.

Pelat lantai merupakan panel - panel beton bertulang yang mungkin bertulang satu atau
dua arah saja, tergantung sistem strukturnya. Pelat dapat dianggap sebagai pelat satu arah
apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2, dengan lenturan
utama pada arah sisi yang lebih pendek. Struktur pelat satu arah dapat didefinisikan
sebagai pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan
timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah
dukungan tepi. Apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih dari 2,
pelat dianggap sebagai pelat dua arah.

16
Gambar 3.3 Pelat lantai

Dalam konstruksi bangunan gedung, pelat lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai pembatas antara tingkat yang satu dengan yang lain. Fungsi utama pelat
lantai yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai pemisah antara ruang bawah dan ruang atas.
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
3. Meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah.
4. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang memerlukan perencanaan


metode pelaksanaan yang detail. Sehingga diperlukan perencanaan konsep metode, zoning,
dan arah pekerjaan yang tepat. Pekerjaan struktur dapat dikelompokkan berdasarkan
material, elemen strukturnya maupun posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokan
pekerjaan struktur berdasarkan materialnya adalah sebagai berikut:

3.3.1 Pekerjaan Penulangan

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak. Oleh
karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu
dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain batang polos

17
berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan deformasian (BJTD), yaitu batang tulangan
baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola
tertentu, atau baja tulangan yang dipilin pada proses produksinya. Baja tulangan polos
hanya digunakan untuk pengikat tulangan sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada
ujungnya.

Sifat mekanik baja tulangan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Angka yang terdapat pada
kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP-24
dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD-40 adalah deform atau
dipuntir. Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma persyaratan
terhadap metode pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam-macam mutu baja beton.

Tabel 3.1 Sifat Mekanik Baja Tulangan

Tegangan Leleh Kekuatan Tarik


Perpanjangan
Simbol Mutu Minimum Minimum
Minimum (%)
(kN/cm2) (kN/cm2)

BJTP - 24 24 39 18
BJTP - 30 30 49 14
BJTD - 30 30 49 14
BJTD - 35 35 50 18
BJTD – 40 40 57 16

Sumber: Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, 2002

SNI menggunakan simbol BJTP (Baja Tulangan Polos) dan BJTD (Baja Tulangan Ulir).
Baja tulangan polos yang tersedia mulai dari mutu BJTP-24 hingga BJTP-30, dan baja
tulangan ulir umumnya dari BJTD-30 hingga BJTD-40. Angka yang mengikuti simbol ini
menyatakan tegangan leleh karakteristik materialnya. Sebagai contoh BJTP-24
menyatakan baja tulangan polos dengan tegangan leleh material 2400 kg/cm2 (240 MPa).
Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan mutu
tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja tulangan, tulangan polos
(plain bar) dan tulangan ulir (deformed bar).

1. Baja Tulangan Polos (BJTP)


Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa diameter seperti yang dapat dilihat pada Tabel

18
3.2, tetapi karena ketentuan SNI hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang
dan tulangan spiral, maka pemakaiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah
dijumpai adalah hingga diameter 16 mm, dengan panjang 12 m.

Tabel 3.2 Ukuran Tulangan Polos

Diameter Luas Penampang(cm²)


Berat (kg/m)
(mm)
6 0,222 0,28
8 0,395 0,50
10 0,617 0,79
12 0,888 1,13
16 1,578 2,01

Sumber: Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, 2002

2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tabel 3.3 Ukuran Tulangan Ulir

Diameter
Berat (kg/m) Keliling (cm) Luas Penampang(cm²)
(mm)
10 0,617 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,80
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,30 10,20
40 9,87 12,56 12,60

Sumber: Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, 2002

Berdasarkan SNI, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaiannya untuk batangtulangan
struktur beton. Hal ini dimaksudkan agar struktur beton bertulang tersebut memiliki
keandalan terhadap efek gempa, karena akan terdapat ikatan yang lebih baik antara beton
dan tulangannya.

Baja tulangan mendapatkan beberapa perilaku untuk mendapatkan ukuran dan bentuk
sesuai dengan keinginan, diantaranya adalah:
1. Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan
Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan pada

19
batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis tengah dalam paling sedikit 10
mm. Tulangan harus dibengkokkan dengan gerakan perlahan dan teratur. Gerakan yang
cepat mungkin menyebabkan pecah-pecah yang mungkin tidak diketahui ketika batang
tulangan dibengkokkan.
2. Ikatan dan Penjangkaran
Ikatan efektif antara beton dan tulangan mutlak perlu, karena penggunaan secara efisien
kombinasi baja dan beton tergantung pada pelimpahan tegangan beton pada baja. Batang
tulangan yang ditegangkan harus merentang pada jarak yang cukup dari tampang tegangan
yang ada agar dapat mengembangkan suatu ketahanan terhadap keruntuhan secara
memuaskan terhadap ikatan tulangan dan beton. Pada umumnya kait dan lengkungan
dipergunakan pada ujung batang tulangan untuk mengurangi panjang dan batang tulangan
lurus yang akan diperlukan sebagai penjangkar.
3. Pemasangan Tulangan
Penting agar tulangan dapat dipasang pada letak yang benar serta didukung dengan baik,
untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi pergeseran ketika beton dicor. Pemasangan
tulangan yang telah terlatih mutlak perlu, bilamana pekerjaan hendak dilakukan secara
efisien, terutama pada tulangan yang rumit dimana dibutuhkan banyak pekerjaan khusus.
Di dalam beberapa hal tulangan dibangun pada rangka pendukung dan kemudian diangkat
posisinya dalam acuan, perakitannya diselesaikan setelah itu ditempatkan pada posisinya.
Berbagai jenis dukungan tersedia untuk mencegah pergerakan selama pembetonan. Bahan
yang umumnya digunakan adalah beton (lebih disukai) dan blok atau gelang plastik untuk
mendapatkan suatu jarak tertentu.

3.3.2 Pekerjaan Bekisting

Gambar 3.4 Bekisting

20
Bekisting adalah alat bantu dan bukan material pokok dalam pembuatan konstruksi beton
bertulang seperti pelat lantai. Berbeda dengan besi dan beton yang tertinggal, setelah beton
mengeras maka bekisting yang digunakan akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain.
Bekisting merupakan cetakan sementara yang terbuat dari multipleks dengan fungsi
menahan beton selama campuran cor beton dituang untuk dibentuk sesuai dengan
perencanaan. Cetakan tersebut akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang
telah memcapai tingkat kekuatan yang cukup.

Bahan bekisting dikatakan baik apabila dapat memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

1. Tidak bocor dan menyerap air dalam campuran beton

2. Bekisting yang digunakan dalam cetakan beton dengan permukaan artistik, harus
memiliki tekstur seperti yang diinginkan, kekuatan bekisting harus diperhitungkan, dan
ukuran atau dimensi harus sesuai dengan perencanaan.
3. Bekisting harus dipastikan dalam keadaan bersih sebelum penuangan beton.

3.3.3 Pekerjaan Pengecoran

Beton yaitu suatu campuran yang berisi pasir, kerikil / batu pecah / agregat lain yang
dicampurkan menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air yang
membentuk suatu masa yang sangat mirip seperti batu. Bahan-bahan pembentuk beton
antara lain:

1. Agregat

Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus umumnya terdiri dan pasir
atau partikel-partikel yang lewat saringan diameter 4 atau 5 mm, sedangkan agregat kasar
tidak lewat saringan tersebut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton
diatur dalam peraturan untuk kepentingan komponen, namun pada dasarnya bertujuan agar
agregat dapat masuk atau lewat diantara sela-sela tulangan atau acuan.

Agregat yang digunakan harus memenuhi ketentuan SII 005 2-80 dan dalam hal-hal yang
tidak tercakup dalam standar tersebut juga harus memenuhi ketentuan ASTM (American
Society for Testing Materials) C33-86 untuk agregat normal, serta pada ASTM C33-80
21
untuk agregat ringan. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai
jumlah 70%-75% dan seluruh volume massa padat beton. Agregat halus dan kasar disebut
sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton.

Nilai kekuatan serta daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya
ialah nilai banding campuran dan mutu bahan, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya.

2. Semen

Semen berbentuk bubuk dan jika dicampur dengan air akan membentuk pasta. Pasta
semen ini berfungsi untuk melekatkan dan mengikat antaragregat satu sama lain.
Jenis-jenis semen yang ada di Indonesia antara lain:
a. Semen portland putih
b. Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
c. Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
d. Semen portland campur
e. Semen masonry
f. Semen portland komposit

Tiap jenis semen akan memberikan properti yang berbeda pada beton yang dihasilkannya.
Semen portland adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk membuat campuran
beton, yang berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun
beton.

3. Air

Air berfungsi untuk “melarutkan” semen sehingga menjadi pasta yang kemudian
mengikat semua aggregat dari yang paling besar sampai paling halus. Air harus bersih
bebas kotoran atau sampah, dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat mempengaruhi
beton. Air tanah (bor) paling banyak digunakan untuk mencampur adukan beton. Air laut
tidak disarankan, karena bisa menyebabkan karat pada besi tulanga. Bahan beton
mempunyai ciri kuat menahan tekan, tapi lemah dalam menahan tarik. Kekuatan
tariknya berkisar antara seperduabelas sampai sepersepuluh dari kekuatan tekannya.

22
Kelemahan menahan tarik ini kemudian ditanggulangi dengan pemakaian tulangan (dengan
bahan baja atau lainnya) yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada beton adalah:

1. Adukan Beton
Beton sebagai bahan yang berasal dan pengadukan bahan-bahan susun agregat kasar
dan halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat,
harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai mutu beton baik.
Pada umumnya pengadukan bahan beton dilakukan dengan menggunakan mesin, kecuali
jika hanya untuk mendapatkan mutu beton rendah pengadukan dapat dilakukan tanpa
menggunakan mesin pengaduk.

2. Nilai Slump
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk mengetahui
workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran.
Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan :

a. Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity).


b. Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness).
c. Kemampuan alir beton segar (flowability).
d. Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah dengan
alat angkut (mobility).
e. Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis (plasticity).

Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix
sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari Uji slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang
tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.

23
Gambar 3.5 Langkah Pengujian Nilai Slump

Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian beton segar pada elemen-elemen struktur untuk
mendapatkan workability yang diperlukan berdasarkan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rekomendasi Nilai Slump

Slump Slump
No. Elemen Struktur Maksimum Minimum
(cm) (cm)
1 Pelat fondasi, fondasi telapak bertulang 12,5 5,0

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan


2 9,0 2,5
konstruksi bawah tanah

3 Pelat (lantai), balok, kolom dan dinding 15,0 7,5


4 Jalan beton bertulang 7,5 5,0
5 Pembetonan missal 7,5 2,5

Sumber: Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2 , 1971

Nilai Slump dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.

Nilai Slump = Tinggi cetakan - tinggi ratarata benda uji ............................................... (3.1)

Nilai slump juga dipakai sebagai salah satu penentu kekuatan beton. Nilai slump yang
terlalu besar menghasilkan beton yang kurang baik, nilai slump yang terlalu kecil
menghasikan beton yang sukar dikerjakan. Maksud pemeriksaan nilai slump adalah untuk
mengukur konsistensi campuran adukan beton secara pendekatan (tidak tepat).

24
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Umum Proyek

Proyek : Pembangunan Gedung Samsat Sangatta


Nomor Kontrak : 027/428/Penda-I/2021
Tanggal Kontrak : 29 Juni 2021
Lokasi : Jl. A. Wahab Syahranie Kab. Kutai Timur
Sumber Dana : APBD Provinsi Kalimantan Timur
Nilai Kontrak : Rp. 6.979.778.190,00
Jangka Waktu Pelaksanaan : 165 hari kelender
Tahun Anggaran : 2021
Kontraktor Pelaksana : CV. Tajang Jaya
Konsultan Supervisi : CV. Piramid Global Konsultan

Gambar 4.1 Perspektif Gedung Samsat Sangatta

25
Gambar 4.2 Peta Lokasi Proyek

4.2 Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan pada proyek Pembangunan Gedung Samsat Sangatta ini
dilaksanakan di Jl. A. Wahab Syahranie Kab. Kutai Timur. Waktu Praktek Kerja Lapangan
dilaksanakan selama 45 hari pada 04 Oktober 2021 – 17 November 2021.

4.3 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan

Perencanaan yang telah disusun oleh konsultan perencana diwujudkan melalui pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan
membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik, sehingga dapat diperoleh
hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu
proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional
yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik, serta dapat mengambil keputusan-keputusan
mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

26
4.3.1 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan plat lantai yang diamati berada di lantai 2. Pekerjaannya meliputi
beberapa kegiatan antara lain fabrikasi bekisting balok dan plat lantai, penulangan balok,
pemasangan bekisting balok dan plat lantai, penulangan plat lantai, pengecoran balok dan
plat lantai, serta pembongkaran bekisting balok dan plat lantai. Mutu beton yang digunakan
adalah K-225.

4.3.1.1 Pemasangan Tulangan Balok

Pada tahap ini tulangan untuk plat dan balok sudah dipotong dan dibentuk terlebih dahulu
agar pada saat di lapangan hanya tinggal memasangnya sesuai dengan gambar kerja. Pada
proyek Pembangunan Gedung Samsat Sangatta ini menggunakan ukuran balok yang
bervariasi dapat dilihat pada Gambar 4.6. Dalam PBI 1971 untuk semua jenis baja
tulangan diameter batang tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm.

Gambar 4.3 Detail Balok

Tulangan utama menggunakan besi ulir dimaksudkan untuk memperoleh ikatan yang
lengket yang lebih baik antara beton dan batang tulangan dengan adanya rusuk pada ulir

27
maka beton yang berada di antara rusuk-rusuk mencengkram batang tulangan lebih kuat.
Sengkang/begel merupakan tulangan melingkar yang mengikat tulangan utama pada balok
maupun kolom. Fungsinya untuk memegang tulangan utama, dan sebagai tulangan geser
(menahan gaya geser). Daerah dengan gaya geser besar (pada daerah tumpuan) dipasang
begel dengan jarak yang rapat. Sedangkan daerah dengan gaya geser kecil (daerah
lapangan) dipasang begel dengan jarak yang renggang. Menurut PBI 1971, pada balok
harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 30 cm. Diameter
batang sengkang minimal 6 mm pada jenis baja lunak dan baja sedang, dan berdiameter
minimal 5 mm untuk jenis baja keras.

Pelaksanaan penulangan balok dilakukan sebagai berikut:

1. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode elevasi pada
kolom. Pengukuran kolom dari as ke as dilakukan dengan tujuan mencari as rencana
bangunan sebagai acuan penempatan balok lantai berikutnya.
2. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan kolom.
3. Sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu per satu dan diukur
jarak tiap sengkang. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak
sengkang pada tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Setiap
pertemuan sengkang dan tulangan utama diikat dengan kawat bendrat.
4. Setelah penulangan selesai kemudian pasang beton decking pada bagian bawah serta
samping untuk selimut beton.

Perhitungan jumlah sengkang antara daerah tumpuan dan lapangan balok berbeda. Daerah
tumpuan menahan gaya geser yang banyak sehingga jarak sengkang lebih rapat dibanding
daerah lapangan. Perhitungan jumlah sengkang berdasarkan panjang balok dan jarak antar
sengkang yang digunakan seperti contoh berikut :

Balok 1 (500/800) dengan panjang bentang 6 meter :


• Tumpuan :
Daerah tumpuan pada balok terdapat pada ¼ bentang balok di sisi kanan dan kiri.
Panjang tumpuan = ¼ x panjang bentang
=¼ x 6 m = 1.5 m (1500 mm)

28
Tulangan sengkang : ɸ10-100,
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
Jumlah sengkang =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
1500
= = 15 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
100

Jadi, di tumpuan samping kanan dan kiri membutuhkan masing-masing 15 sengkang.


• Lapangan :
Panjang tumpuan = ½ x panjang bentang
=1/2 x 6 m = 3 m (3000 mm)
Tulangan sengkang : ɸ10-200,
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 3000
Maka jumlah sengkang =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 = = 15 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
200

Sehingga pada daerah lapangan sengkang yang digunakan sebanyak 15 sengkang.

Gambar 4.4 Pemasangan Tulangan Balok

4.3.1.2 Pemasangan Bekisting

Pekerjaan bekisting balok dan plat dilakukan setelah penulangan balok selesai. Pada tahap
ini dilakukan penginstalan bekisting untuk plat dan balok sekaligus. Metode bekisting yang
digunakan adalah metode konvensional dimana materialnya masih menggunakan kayu dan
proses pengerjaannya di pasang dan di bongkar . Pekerjaan bekisting dibagi kedalam 2
kategori, diantaranya:
1. Acuan/bekisting, bekisting yang digunakan terbuat dari material menggunakan
plywood dengan ukuran dan ketebalan yaitu 9 mm serta balok kayu.

29
2. Perancah atau yang biasa disebut sebagai scaffolding merupakan bagian pendukung
yang berfungsi sebagai penopang bekisting balok dan plat lantai.

Dalam proses pekerjaan bekisting, proses pembuatan perancah atau scaffolding dilakukan
terlebih dahulu. Setelah perancah telah terpasang selanjutnya barulah proses pekerjaan
pabrikasi bekisting plat dan balok dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena perancah
merupakan bagian bekisting balok yang menahan keberadaan acuan. Sehingga pekerjaan
pemasangan perancah harus dilakukan terlebih dahulu kemudian pekerjaan pabrikasi
bekisting atau acuan.

Gambar 4.5 Pemasangan bekisting balok

Plat lantai merupakan acuan elevasi ketinggian untuk tiap lantai bangunan, sehingga
kerataan plat lantai perlu dijaga. Pada proyek ini digunakan pelat lantai dengan material
plywood. Tahapan pemasangan pelat lantai adalah sebagai berikut:
1. Scaffolding disusun sebagai penyangga lantai yang berada dibawahnya. Dibuat dasaran
(base) yang cukup rata dan kokoh. Scaffolding disusun secara sejajar dengan scaffolding
pemasangan balok. Posisi pelat lantai lebih tinggi dibandingkan balok, maka scaffolding
untuk pemasangan pelat dibuat lebih tinggi.
2. Setelah sejumlah scaffolding berdiri dilanjutkan dengan pemasangan kaso untuk
penyangga plywood.
3. Setelah semua penyangga terpasang dengan baik, dilanjutkan dengan pemasangan
plywood sebagai tahapan akhir bekisting. Plywood dipasang serapat mungkin dengan

30
memastikan arah strukturnya ke bagian batangan balok terpendek, sehingga tidak
terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran. Untuk
gambar kegiatan pemasangan bekisting plat lantai dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pemasangan bekisting plat lantai

4.3.1.3 Pemasangan Tulangan Pelat Lantai

Setelah melakukan bekisting balok maka selanjutnya adalah pembesian plat lantai dengan
cara sebagai berikut :
1. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah terpasang.
2. Tulangan untuk pelat lantai menggunakan tulangan besi polos berdiameter 10 mm
dengan jarak 15 cm.
3. Besi dianyam seperti gambar perencanaan lalu diikat dengan kawat bendrat. namun
sebelum pembesian tulangan bawah, di letakan beton decking di bawah tulangan agar
tulangan tidak rapat dengan bekisting plat lantai dan untuk menjaga jarak antara
tulangan atas dengan tulangan bawah, maka diberi tulangan cakar ayam diantaranya.

31
Gambar 4.7 Penulangan Plat Lantai

4.3.1.4 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan setelah pemasangan bekisting
dan tulangan selesai. Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan dengan menggunakan
concrete pump standard dengan beton K-225. Urutan pengecorannya adalah sebagai
berikut:

1. Sebelum pengecoran dilakukan, perlu dipastikan kebersihan area pelat dan balok. Sisa-
sisa kayu ataupun besi tidak boleh ada yang menempel di bekisting balok maupun plat
lantai. Untuk itu diperlukan pembersihan area dengan cara menyemprotkan air ke
bekisting yang berguna untuk menghilangkan sampah dan membasahi bekisting
sebelum dicor.
2. Sebelum beton segar dimasukkan ke dalam pipa dilakukan slump test dan sampel beton
silinder terlebih dahulu seperti pada Gambar 4.8

32
Gambar 4.8 Slump Test

3. Pengecoran dilakukan dengan bantuan concrete pump truck seperti terlihat pada
Gambar 4.9 dikarenakan lokasi pengecoran tidak dapat ditinjau oleh mixer truck.
Pengecoran balok dan pelat menggunakan beton mutu K225 yaitu beton memiliki kuat
tekan 225 kg/cm2. Concrete pump truck memiliki pipa panjang yang dapat bergerak
horizontal dan dapat dinaik turunkan sehingga dapat menjangkau bagian struktur atas
yang akan dilakukan pengecoran. Concrete pump truck sangat membantu dalam proses
pengecoran dikarenakan mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan pengecoran.

Gambar 4.9 Concrete Pump

33
4. Beton segar yang dituang harus segera diratakan ke seluruh bagian balok dan pelat oleh
pekerja untuk menghindari penumpukan beton di satu tempat. Apabila beton menumpuk
pada satu tempat, dikhawatirkan menyebabkan kerusakan bekisting karena scaffolding
tidak mampu menahan beban dari beton segar. Untuk itu beton yang dituang oleh
concrete pump harus segera diratakan.

Gambar 4.10 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

5. Setelah perataan beton selesai, beton dipadatkan dengan vibrator untuk mengeluarkan
gelembung udara yang terdapat pada beton segar sehingga tidak menimbulkan rongga
atau lubang nantinya.
6. Setelah proses vibrating selesai selanjutnya adalah perataan permukaan pelat dan balok
dengan menggunakan ruskam agar dihasilkan permukaan yang rata.
7. Setelah beton mengeras, dilakukan perawatan beton selama seminggu dengan cara
menyiram permukaan pelat dengan air bersih secara berkala agar menjaga beton tidak
terlalu cepat kehilangan air dan menjaga kelembaban dan suhu beton agar tidak terjadi
susut yang berlebihan dan menyebabkan retak.

4.3.1.5 Pelepasan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

Proses pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan lebih lama dari pada kolom.
Bekisting balok dan pelat dilepas kurang lebih 2 minggu setelah pengecoran dilakukan.
Berikut langkah-langkah pembongkaran bekisting balok dan pelat :

34
1. Cetakan dan tiang penyangga boleh dibongkar bila bagian konstruksi tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beban sendiri
2. Bekisting dibongkar dengan peralatan manual secara hati-hati agar tidak merusak
permukaan beton. Pembongkaran bekisting menggunakan benda tajam seperti linggis,
untuk itu dalam proses pembongkaran pelat dan balok, pekerja harus berhati-hati agar
alat yang digunakan tidak merusak permukaan beton.
3. Setelah pembongkaran bekisting, pada bagian bawah balok diberi scaffolding untuk
menumpu beban dari balok agar tidak terjadi momen lentur.
4. Setelah papan bekisting pada pelat dan balok dibongkar, scaffolding harus tetap
menopang struktur balok dan pelat sampai beton mencapai umur 28 hari.

4.3.2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

Pekerjaan kolom yang diamati adalah pekerjaan kolom lantai 2 sesuai dengan periode
Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada proyek ini. Pekerjaan kolom pada proyek
ini terdiri dari 3 tipe ukuran yaitu :
1. 60 x 60 cm
2. 40 x 60 cm
3. 30 x 30 cm

4.3.2.1 Pemasangan Tulangan Kolom

Besi yang digunakan adalah besi SNI dengan panjang setiap lonjornya adalah 12 meter.
Untuk itu lonjoran besi tersebut harus dipotong serta dibengkokkan agar sesuai dengan
besi yang diinginkan untuk diaplikasikan ke lapangan. Pembesian kolom berfungsi untuk
menahan gaya tarik yang terjadi pada beton.

35
Gambar 4.11 Detail Tulangan Balok

Adapun proses pekerjaan pembesian/penulangan kolom dalam proyek ini adalah sebagai
berikut :

1. Sebelum tulangan dipasang dilakukan pemotongan dan pembengkokkan tulangan.


Proses pemotongan besi menggunakan alat Bar Cutter sedangkan pembengkokkan besi
menggunakan alat Bar Bender.
2. Selanjutnya adalah perakitan tulangan utama dengan sengkang sesuai dengan
shopdrawing desain tulangan yang telah dibuat. Setiap pertemuan antara tulangan utama
dengan sengkang diikat dengan menggunakan kawat bendrat. Dalam perencanaan dan
pelaksanaannya di lapangan, sengkang kolom berjarak 100 mm.

Gambar 4.12 Pemasangan Tulangan Kolom

36
3. Setelah besi tulangan terpasang pada posisinya, selanjutnya dipasang beton decking.
Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai dengan selimut beton yang
telah direncanakan. Pada proyek ini menggunakan beton decking berbentuk silinder
berdiameter 10 cm dengan tebal 30 mm. Dalam SNI 03-2847-2002, tebal selimut beton
yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca pada balok dan kolom tebal
minimumnya adalah tidak kurang dari 15 mm dan tidak lebih dari 40 mm.

Gambar 4.13 Pemasangan Beton Decking

4.3.2.2 Pemasangan Bekisting

Pada proyek pembangunan gedung samsat Sangatta menggunakan kolom persegi. Kolom
persegi menggunakan bekisting dengan bagian-bagian sebagai berikut:
1. Plywood, merupakan lapis pemukaan dalam bekisting yang langsung bersentuhan
dengan beton. Kondisi permukaan plywood akan berpengaruh langsung terhadap
kualitas permukaan beton setelah pengecoran. Plywood tebal yang digunakan disebut
multiplek.
2. Balok kayu, posisinya berada tepat dibelakang plywood berfungsi untuk menerima
beban akibat pengecoran dari plywood.
3. Sabuk kolom, merupakan sabuk yang diletakkan pada sisi luar balok kayu yang
berfungsi untuk menerima beban dari balok kayu. Sabuk kolom terdiri dari balok kayu
yang akan menyatukan panel-panel bekisting kolom dan juga sebagai penahan gaya
horisontal yang timbul akibat tekanan beton yang masih basah.

37
4. Tie rod, adalah alat bantu berupa besi yang berfungsi untuk mengunci bekisting pada
kolom. Tierod ini biasanya menggunakan besi beton berdiameter 10 mm kemudian
disambung dengan as drat dan plat besi. Fungsi dari tierod ini agar saat pengecoran
kolom tidak terjadi perubahan bentuk beton atau istilah lapangannya bunting.
5. Support adalah penyangga bekisting yang berfungsi untuk mempertahankan posisi
bekisting kolom sehingga tidak dapat bergerak karena sesuatu hal yang tidak
diinginkan.
6. Setiap bagian bekisting disambungkan menggunakan paku.

Gambar 4.14 Pembuatan Bekisting Kolom

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting kolom adalah sebagaiberikut:
1. Menjaga kerapatan antarpanel sehingga tidak terjadi kebocoran pada pertemuan antar
panel.
2. Menjaga kebersihan permukaan plywood. Permukaan plywood sebelum digunakan
harus dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi dengan minyak pelumas agar
dihasilkan permukaan kolom yang halus dan tidak berlubang-lubang dan juga akan
mempermudah dalam pembongkaran bekisting.

Tahap-tahap pemasangan bekisting adalah sebagai berikut :


1. Persiapan bahan bekisting diantaranya papan bekisting, sabuk bekisting, besi holo,
paku, palu, dan scaffolding
2. Pembersihan bekisting sebelum dipasang. Adanya kotoran pada bekisting akan
menimbulkan hasil cor tidak rapi bahkan retak

38
3. Pemberian pelumas atau mould oil pada bekisting agar pada saat pengecoran beton
tidak menempel pada bekisting sehingga hasil cor rapi
4. Pemasangan sepatu kolom pada dasar kolom atau lantai dengan cara dipaku
5. Pemasangan papan bekisting
6. Pemasangan besi holo di belakang papan bekisting. Pemakaian besi holo pada sisi
papan bekisting dilakukan untuk membantu papan bekisting berdiri tegak. Besi holo
yang dipasang pada papan bekisting vertikal dengan papan dan tidak boleh miring
7. Pemasangan sabuk bekisting untuk mengunci papan bekisting
8. Pemasangan support yang berupa besi yang berguna untuk menegakkan dan
memperkuat bekisting. Support dipasang di sisi-sisi bekisting yang sudah berdiri agar
bekisting berdiri tegak dan saat pengecoran bekisting tidak roboh
9. Pengecekan ketegakan bekisting dengan alat unting-unting atau benang. Unting-unting
ditempatkan pada kedua sisi bekisting.

Gambar 4.15 Pemasangan Bekisting Kolom

4.3.2.3 Pengecoran Kolom

Pada tahap ini pengecoran dilakukan secara manual (tidak memakai concrete pump) karena
di sangatta sedang tidak ready. Maka dari itu agar proses pengecoran kolom dilakukan
segera mungkin maka dilakukan secara manual. Dimana para tukang dan pekerja

39
bergotong royong menyalin beton segar dari ready mix ke dalam ember lalu dimasukkan
ke dalam kolom. Sebelum dilakukan pengecoran di lakukan slump test dan sampel silinder
terlebih dahulu.

Gambar 4.16 Pengambilan Sampel Beton

4.3.2.4 Pelepasan Bekisting

Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran atau pelepasan bekisting.
Proses pembongkarannya dilakukan secara manual sebagai berikut:
1. Setelah beton berumur 24-48 jam maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar. Pada
proyek ini, setelah umur kolom 24 jam, bekisting kolom dilepas dan dilakukan
perawatan beton.
2. Papan bekisting dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada
papan bekisting dapat terlepas.
3. Push pull (penyangga bekisting) dikendorkan kemudian dilepas
4. Pelepasan papan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang pekerja dengan hati-hati agar tidak
merusak beton pada kolom.

40
4.4 Permasalahan yang Terjadi di Proyek

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi pasti ada permasalahan atau kendala yang dihadapi,
untuk itu perlu adanya pengendalian proyek agar proyek dapat berjalan dengan lancar.
Adapun permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Kedisiplinan pekerja dalam K3 dan tidak adanya ahli K3 di lapangan


Pada saat proses pekerjaan konstruksi berlangsung, banyak pekerja yang tidak
memperhatikan K3, seperti tidak menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri). Pekerja
tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sepatu melainkan menggunakan sandal,
dan tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan pekerjaan. Hal ini dapat
mengakibatkan cedera fatal bahkan resiko kematian jika pekerja mengalami kecelakaan
kerja. Untuk itu perlu adanya sosialisasi untuk memberi himbauan tentang K3 serta
adanya petugas K3 untuk mengawasi para pekerja.

2. Tidak tersedianya concrete pump pada saat pengecoran kolom


Hal ini menyebabkan, pekerjaan pengecoran berlangsung lebih lama dibanding apabila
menggunakan pump concrete.

41
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan dan berdasarkan
kondisi di lapangan yang diperoleh, disimpulkan beberapa hal yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang diamati pada saat PKL adalah pekerjaan struktur beton bertulang yang
meliputi pekerjaan pekerjaan penulangan kolom, balok dan plat lantai, pekerjaan
bekisting kolom, balok dan plat lantai, dan pekerjaan pengecoran kolom, balok dan
plat lantai.
2. Berbagai masalah atau kendala di lapangan seperti tidak ada penerapan K3, tidak
tersedianya alat yang diperlukan dan kurang memperhatikan manajemen waktu
3. Kesalahan yang dilakukan oleh pekerja seharusnya menjadi acuan untuk kontraktor,
konsultan, dan juga mahasiswa.

5.2 Saran

1. Pada saat pelaksanaan pekerjaan, manajemen waktu sangat diperlukan, dengan


demikian proyek yang dilaksanakan tidak mengalami keterlambatan dalam waktu
penyelesaian pembangunan.
2. Untuk menjaga keselamatan kerja selalu gunakan alat-alat yang mendukung
keselamatan kerja. Alat keselamatan seperti sepatu safety, helm safety dan sarung
tangan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN). Cara Uji Slump Test, SNI 1972:2008.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002.

Dipohusodo, Istimawan. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta : Gramedia Pustaka

Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2 1971.
Bandung : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung. Jakarta : Yayasan Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03. Bandung : Departemen PU.

Edward G Nawy. 1990. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung : Eresco.

Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta :


Andi.

43
LAMPIRAN

44

Anda mungkin juga menyukai