Anda di halaman 1dari 25

TAHAPAN-TAHAPAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

(PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia konstruksi merupakan salah satu sektor


perekonomian yang sangat penting dalam suatu negara.
Industri konstruksi merupakan aktivitas – aktivitas
dan penghasilan produk yang terikat dengan pembangunan
properti. Dunia kontruksi merupakan aktivitas
berkesinambungan yang melibatkan
perencanaan pembangunan, pengawasan, pembangunan,
manajemen konstruksi, konstruksi bangunan dan infrastruktur
untuk berbagai fungsi seperti perumahan,
perdagangan, perindustrian dan transportasi. Berbagai jenis
data dan informasi merupakan elemen terpenting dalam suatu
proyek konstruksi.

Peran dari surveyor sangat diperlukan dalam dunia


konstruksi dari proses awal hingga akhir untuk memperoleh
hasil konstruksi dengan tingkat efisiensi optimal, hemat,
dan berkualitas serta berwawasan pembangunan
yang berkelanjutan. Pekerjaan konstruksi tidak boleh
sembarangan dan perlu perencanaan yang matang, secara
garis besar tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi
empat yaitu tahap perencanaan (  Planning ), tahap
perancangan ( Design), tahap pengadaan/pelelangan, dan
tahap pelaksanaan (construction). Makalah ini akan
menjelaskan berbagai tahapan – tahapan pelaksanaan
konstruksi.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan makalah tahapan


konstruksi ini sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan – tahapan
pelaksanaan konstruksi
2. Mahasiswa dapat mengetahui peran surveyor dalam
pelaksanaan konstruksi
3. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai dunia konstruksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Unsur – Unsur Pelaksanaan Proyek Konstruksi


Diagram Alir
Dalam pekerjaan konstruksi sering sekali kita menemukan
istilah-istilah terkait pekerjaan konstruksi yang perlu dipahami dan
diterapkan oleh pengguna jasa dalam hal ini Pihak Pengguna
Anggaran (PA) atau Pengguna Barang/Jasa dan PPK selaku pihak
yang melakukan perikatan kontrak dan mengendalikan kontrak,
ambil contoh dalam mewujudkan suatu pekerjaan Bangunan Gedung
negara tahapan-tahapan saja yang harus dilakukan oleh Pengguna
Jasa. Mari kita ulas secara satu persatu dengan panduan beberapa
dasar hukum tertulis yang mengaturnya secara terpisah-terpisah,
karena dalam hal ini peaturan yang mengatur jasa konstruksi cukup
banyak, antara lain sbb:

1. UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi


2. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi
3. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
4. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
5. PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 28/2000
Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
6. PP No. 59/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 29/2000
Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
7. PP No. 92/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No.
28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Proyek

Konstruksi

Owner/ Pemilik
Konsultan Kontraktor
Proyek

Konsultan Konsultan
Perencana Pengawas

Keterangan :
: Garis pembagi

: Garis koordinasi

Berikut ini penjelasan dari diagram alir diatas sebagai


berikut :
1. Pemilik Proyek/ Owner 
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau
pengguna jasa adalah orang badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh
memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa
yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Penggunaan
jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi
pemerintah maupun swasta.

Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:

a) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan konyraktor)


b) Meminta laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penyedia jasa.  
c) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa
untuk kelancaran pekerjaan.
d) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan
pekerjaan.

e) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada


pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan
untuk mewujudkan sebuah bangunan.
f) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan denagn cara menempatkan atau
menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama pemilik.

g) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah


selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika
produknya telah sesuai denagn apa yang dikehendaki.

2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah orang/badan yang


membuat perencanan bangunan secara lengkap baik
bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang melekat erat
membentuk sebuah system bangunan. Konsultan
perencana dapat berupa perseorangan berbadan
hukum /badan hukum yang bergerak dalam bidang
perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsulyan perencana adalah :
a) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri
dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-
syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
b) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada
pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang
pelaksanaan pekerjaan.

c) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada


kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas
dalamgambar rencana kerja dan syarat- syarat.
d) Memberikan gambar revisi bila terjadi perubahan
perencanaan.

e) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah oaring/badan yang


ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam
pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai
awal hingga berakhir pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah :

a) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu


yang telah ditetapkan.
b) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara
periodik dalam pelaksanaan pekerjaan.

c) Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.


d) Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan
konstruksi serta aliran informasi antara berbagai
bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer.

e) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi disini


mungkin serta menghindaari pembengkakan biaya.
f) Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul
dilapangan agar dicapai hasil akhir sesuai
kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan.
g) Menerima atau menolak material/peralatan yang
didatangkan kontraktor.
h) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan
dari peraturan yang berlaku.
i) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian,
mingguan, bulanan).

j) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan


pekerjaan tambah/kurang.

4.  Kontraktor

Kontraktor adalah orang/badan yang


menerimapekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan
pekerjaan sesuai biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan
serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat
berupa perusahaan perseorangan berbadan hokum atau
sebuah badan hokum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan.

Hak dan kewajiban kontraktor adalah :


a) Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana,
peraturan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan
dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan
oleh pengguna jasa.
b) Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan
oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna
jasa.

c) Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang


diwajibkan dalam

d) peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan


masyarakat.

e) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan


harian, mingguan dan bulanan.

f) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang


telah diselesaikannya sesuai ketetapan yang berlaku.

2.2 Hubungan Unsur Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek,


konsultan, dan kontraktor diatur sebagai berikut:
1. Hubungan kerja pemilik proyek dengan konsultan
perencana
Pemilik proyek berhak menunjuk konsultan perencana untuk
melakukan tugas diantaranya merencanakan dan mendesain
bangunan sesuai dengan keinginan pemilik. Selain itu
konsultan perencana berhak memberikan saran dan
pertimbangan akan hal yang berhubungan dengan
keadaan dan perkembangan proyek, namun tetap
keputusan akhir ada di pemilik. Pertemuan antara pemilik
proyek dan konsultan perencana harus selalu diadakan
baik dalam rapat mingguan ataupun evaluasi kinerja proyek
dalam kurun waktu selambat-lambatnya 2 minggu sekali
untuk mencapai hasil yang dikehendaki oleh pemilik proyek.

2. Hubungan kerja pemilik proyek dengan konsultan


pengawas.
Pemilik proyek berhak menunjuk konsultan pengawas untuk
melakukan tugas yang diantaranya melaksanakan
pekerjaan pengawasan, controlling, dan mengendalikan
jalannya proyek agar mencapai hasil kerja optimal sesuai
dengan perencanaan. Konsultan pengawas merupakan
wakil dari pemilik proyek di lapangan dan jembatan antara
pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana. Konsultan
pengawas harus memberikan laporan secara periodik
berupa laporan mingguan dan laporan harian pelaksanaan
di lapangan, serta seluruh hal yang berkaitan dalam proses
pelaksanaan di lapangan.

3. Hubungan kerja pemilik proyek dengan kontraktor


pelaksana
Pemilik proyek berhak menunjuk kontraktor pelaksana
dengan berbagai metode penunjukkan yang ada untuk
melakukan tugas yang diantaranya melaksanakan
pekerjaan di dalam proyek sesuai dengan biaya yang telah
disepakati bersama berdasarkan gambar rencana,
peraturan yang berlaku di dalam proyek serta syarat-
syarat lain yang telah ditetapkan. Kontraktor pelaksana
berhak meminta segala sesuatu untuk keperluan proyek
kepada pemilik proyek dengan alasan yang jelas, logis
dan dapat dipertanggung jawabkan.
4. Hubungan kerja konsultan pengawas dengan konsultan
perencana.
Pihak konsultan pengawas merupakan jembatan pemilik
proyek, konsultan perencana, maupun kontraktor
pelaksana. Dalam hal ini hubungan antara konsultan
pengawas dengan konsultan perencana hanya sebatas
menanyakan kepastian gambar rencana jika dalam
proses pengawasan pelaksanaan di dalam proyek masih
terdapat kekurangan maupun kekeliruan. Konsultan
perencana harus mengerjakan revisi yang diminta dari
konsultan pengawas jika terdapat kekurangan maupun
kekurangan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

5. Hubungan kerja konsultan pengawas dengan kontraktor


pelaksana
Pihak konsultan pengawas bertugas mengawasi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana. Berbagai jenis masalah di dalam
proyek harus dikonsultasikan oleh pihak kontraktor
pelaksana kepada konsultan pengawas, dan konsultan
pengawas berhak memberikan solusi atau mengambil
keputusan dari permasalahan yang timbul dalam proyek.
Jika terjadi penyimpangan maupun kekeliruan dalam
proses pelaksanaan, pihak konsultan pengawas wajib
memberikan peringatan kepada kontraktor pelaksana. Jika
dalam peringatan lebih dari 3x masih dihiraukan oleh pihak
kontraktor pelaksana, maka konsultan pengawas berhak
melapor kepada pemilik proyek.

6. Hubungan kerja kontraktor pelaksana dengan


konsultan perencana.
Pihak kontraktor pelaksana dan pihak konsultan pengawas
sebenarnya tidak terdapat hubungan kontrak yang saling
mengikat, namun dalam pelaksanaan di lapangan keduanya
tidak bisa dipisahkan. Konsultan perencana wajib
memberikan desain gambar rencana dan memberikan
penjelasan kepada pihak pelaksana. Pihak pelaksana
harus melaksanakan pembangunan proyek sesuai
dengan desain rencana dari konsultan perencana. Hal
yang berkaitan dengan perubahan desain rencana dalam
lapangan harus selalu dikonsultasikan oleh pihak
kontraktor pelaksana kepada konsultan perencana.
7. Hubungan kerja kontraktor dengan sub kontraktor.

Pihak kontraktor dalam hal ini langsung berhubungan


dengan sub kontraktor baik untuk mengawasi, memberikan
arahan, melakukan warning hingga menegur sub kontraktor
jika dalam pelaksanaan masih terdapat kesalahan. Pihak
sub kontraktor juga bertanggung jawab kepada kontraktor
terhadap hasil kerja yang sudah dijalankan, hingga
menanyakan jika dalam pelaksanaan terdapat suatu
permasalahan yang harus diatasi oleh konsultan
pengawas.

2.3 Tahapan –  Tahapan Pelaksanaan Konstruksi

Berikut ini penjelasan dari tahapan-tahapan konstruksi :

1. Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek
bahwa proyek konstruksi yang diusulkannya layak
untukdilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan
sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan


ini adalah :

a) Menyusun rancangan proyek secara kasar dan


mengestimasi biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
b) Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek
tersebut dilaksanakan, baik manfaat langsung
(manfaat ekonomis) maupun manfaat tidak langsung
(fungsi sosial).
c) Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara
ekonomis maupun finansial.

d) Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin


terjadi apabila proyek tersebut dilaksanakan.

2. Tahap Penjelasan ( Briefing )

Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk


memungkinkan pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek
dan biaya yang diijinkan, sehingga Konsultan Perencana
dapat secara tepat menafsirkan keinginan Pemilik proyek
dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Menyusun rencana kerja dan menunjuk para


perencana dan tenaga ahli.

b) Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan


lokasi dan lapangan, merencanakan rancangan,
taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
c) Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu,
taksiran biaya dan implikasinya, serta rencana
pelaksanaan.
d) Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang
menggambarkan denah dan batas-batas proyek.

3. Survei Konstruksi
Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah
pemetaan, menetapkan rencana pemasangan
Benchmark, dan rencana pengukuran, digunakan Peta
Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar
Bakosurtanal. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat
pengukuran koordinat (x,y) dan pengukuran tinggi (z)
menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

4. Tahapan Pengukuran

Tahapan pengukuran dengan berbagai metode yaitu


pengukuran UAV, pengukuran Lidar, pengukuran
terestris dan metode lainnya Metode- metode tersebut
digunakan untuk pemetaan skala besar dalam proses
tahapan konstruksi. Selanjutnya dilakukan pengolahan
data pengukuran sehingga memperoleh peta topografi.

5. Tahap Desain / Perancangan (Design)

Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu tahap


Pra-Desain (Preliminary Design) dan tahap
Pengembangan Desain (Development Design /Detail
Desain (Detail Design). Tujuan dari tahap ini adalah :
a) Untuk melengkapi penjelasan proyek dan
menentukan tata letak, rancangan, metoda
konstruksi dan taksiran biaya agar
mendapatkan persetujuan dari Pemilik proyek dan
pihak berwenang yang terlibat.

b) Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang


diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi
serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap


perancangan (design) ini adalah :

a) Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi


penyelesaian akhir.
b) Memeriksa masalah teknis.
c) Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari Pemilik
proyek.

d) Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain)


termasuk taksiran biayanya, rancangan terinci
(detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal,
daftar volume, taksiran biaya akhir, dan program
pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu.

6. Tahap Perancangan terdiri dari :

a) Prelimenery Design (Pra Rancangan) yang mencakup


kriteria desain, skematik desain, proses diagram blok
plan, rencana tapak, potongan,denah, gambar
situasi/site plan tata ruang, estimasi cost (kerja
global).
b) Design Development (Pengembangan Rancangan)
merupakan tahap pengembangan dari pra rancangan
yang sudah dibuat dan perhitungan-perhitungan yang
lebih detail, mencakup:
1) Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun
non struktural) secara terperinci.

2) Gambar-gambar detail (gambar arsitektur,


elektrikal, struktur, mekanikal, dsb.)
3) Outline specification (garis besar)

4) Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci.

c) Disain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan


( final design & construction document)  . merupakan
tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untk
tahap pelelangan, mencakup:

1) Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian


pekerjaan

2) Detail spesifikasi
3) Bill of quantity (daftar volume)

4) Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)

5) Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan


umum (dokumen lelang)

7. Tahap Pengadaan / Pelelangan (Procurement/Tender)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor


sebagai pelaksana atau sejumlah Kontraktor sebagai sub-
Kontraktor yang melaksanakan konstruksi di lapangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
a) Prakualifikasi

b) Dokumen Kontrak

Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa


prosedur agar Kontraktor yang berpengalaman dan
berkompeten saja yang diperbolehkan ikut serta dalam
pelelangan. Prosedur ini dikenal sebagai babak
prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber daya
keuangan, manajerial dan fisik Kontraktor yang
potensial, dan pengalamannya pada proyek serupa,
serta integritas perusahaan. Untuk proyek-proyek milik
pemerintah, Kontraktor yang memenuhi persyaratan
biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM).

Dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai dokumen


legal yang menguraikan tugas dan tanggung jawab pihak-
pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan
ada setelah terjadi ikatan kerja sama antara dua pihak
atau lebih. Sebelum hal itu terjadi terdapat proses
pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan
Dokumen Lelang atau Dokumen Tender.

8. Tahapan pelaksanaan konstruksi

Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan


bangunan yang dibutuhkan oleh Pemilik proyek dan
sudah dirancang oleh Konsultan Perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta
dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua
operasional di lapangan. Perencanaan dan pengendalian
proyek secara umum meliputi :

a) Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu


pelaksanaan.

b) Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.

c) Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.


d) Perencanaan dan pengendalian peralatan dan
material.

Sedangkan koordinasi seluruh operasi di lapangan meliputi


:
a) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pembangunan, baik untuk bangunan sementara
maupun bangunan permanen, serta
semuavfasilitas dan perlengkapan yang terpasang.

b) Mengkoordinasikan para Sub-Kontraktor.

c) Penyeliaan umum.

Macam – macam pelaksanaan konstruksi sebagai berikut :

1. Pengukuran Stake Out


Pengukuran dan pematokan ( setting out/stake out )
adalah pekerjaan tahap awal dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, sebelum malaksanakan
pengukuran dan pematokan juru ukur perlu
menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana,
gambar denah ruang dan gambar denah pondasi).
2. Garis Sempadan ( Rooi) 
Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis
sempadan (Rooi) bangunan dan titk tetap
(benchmark)  harus sesuai persyaratan yang
ditentukan dan bekerjasamadengan instansi yang
terkait, pada awal pekerjaan pengukuran dan
pematokan.

3. Datum Utama Dan Sekunder  

a. Sebagai ketinggian (level)  referensi, patok


tetap yang ada di lapangan digunakan sebagai
referensi atau pedoman. Patok permanen dibuat
dari beton dengan ukuran panjang, lebar dan
tinggi sesuai dengan persyaratan, di tempatkan
pada daerah aman serta di ikat dan di tandai
dengan teliti, Patok tetap referensi harus dijaga
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan
pembangunan.Patok tetap referensi ini
merupakan referensi semua pengukuran dan
pematokan gedung (jarak dan sudut datar serta
koordinat).

b. Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan


secara teliti menggunakan alat sipat datar
(Waterpass) dan theodolite  yang telah
dikalibrasi.
c. Kontraktor harus memberitahu pengawas secara
tertulis setiap ketidaksesuaian antara gambar
dan kondisi site dan jika menemui keraguan atas
data patok tetap referensi. 
d. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil
pengukuran. Pengawasan oleh pengawas resmi
tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor. 

4. Papan Referensi Elevasi 

a. Papan referensi bangunan dibuat dari kayu


dan dipasang dengan kokoh dan akurat pada
posisinya. 

b. Tanda referensi bangunan dibuat dari kayu


dengan ukuran lebar minimum 150 mm dan tebal
20 mm

c. Referensi elevasi bangunan sama dengan datum


utama, kecuali ditentukan lain

d. Setelah selesai pemasangan referensi


bangunan, kontraktor harus melaporkan kepada
pengawas untuk inspeksi dan persetujuan
e. Semua tanda yang menunjukan as dan elevasi
harus dibuat dari cat terangdan tahan cuaca,
menggunakan simbol standard yang disetujui
pengawas
5.   Pengukuran Site 

a. Kontraktor harus memulai pekerjaan


berpedoman pada as utama dan as referensi
seperti yang terlihat pada rencana tapak dan
bertanggung jawab penuh atas hasil
pengukuran. 

b. Kontraktor harus menyediakan material, alat dan


tenaga kerja, termasuk juruukur yang
berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus
siap mengadakan pengukuran ulang
c. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
melindungi dan

d. memelihara patok tetap utama selama pekerjaan


pembangunan. Kontraktor bertanggung jawab
untuk memelihara patok sekunder di Lapangan
dengan jumlah dan posisi sesuai
pengarahan  pengawas.

9. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan 

Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan


(maintenance and star- up) ini bertujuan menjamin
kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan
dokumen kontrak dan kinerja fasilitas sebagaimana
mestinya. Selain itu, pada tahapan ini juga dibuat suatu
catatan mengenai kostruksi berikut petunjuk operasinya
dan melatih staf dalam menggunakan fasilititas yang
tersedia. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berupa


data-data selama pelaksaan maupun gambar
pelaksanaan (as built drawing ).

b. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki


kerusakan- kerusakan yang terjadi.
c. Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan
serta pedoman pemeliharaannya
d.   Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.
Mutual check nol (MC 0%) ini sebuah bentuk laporan
dari semua jenis pekerjaan antara kontrak kerja dan
kajian atau Perhitungan teknis yang direncanakan dan
akan dilaksanakan dilapangan. Jadi dengan kita membuat
mutual check nol kita bisa mengetahuai setiap
perbandingan dengan volume kontrak kerja dengan kajian
atau perhitungan teknis yang akan dilaksanakan. 
Persentase pekerjaan tambah kurang (additional
work)  setiap pekerjaan itu dapat di ketahui ,
perbandingan antara volume kontrak dengan kajian
tekniks biasanya tidak mengalami perbedaan yang
signifikan dan hasil antara volume kontrak dengan volume
kajian teknik sama –  sama 100 % tepat.  Tugas surveyor
dalam MC 0  adalah pengukuran yang dilakukan surveyor
adalah pengukuran situasi yang ada dalam scope
kerjanya. Data yang diambil adalah semua detail-detail
yang ada berupa koordinat X,Y elevasi beserta
keterangan.Tentunya berbeda -beda pengambilan data
MC 0 untuk setiap proyeknya.Untuk lebih detailnya
surveyor bisa bertanya kepada bagian engineer ,staff
teknik ataupun project manager mengenai detail-detail
data yang diperlukan untuk MC 0. 

Langkah – langkah pengawasan pada tiap pekerjaan


sebagai berikut :
1) ”Staking Out” ( uitset ) utama
Hal – hal yang perlu diperiksa :

a. Alat yang dipakai sudah disesuaikan.

b. Bidik belakang diambil dari titik tetap duga yang


betul.

c. ”Level run” telah menutup dan mengecek kembali titik


tetap pulang pergi dalam jarak nilai yang dapat
diterima.

d.  jarak nilai yang dapat diterima   Pengukuran jarak


dilakukan dengan prosedur yang betul, meliputi
pemakaian kawat tancap atau ”marking pins”, unting
–  unting, mistar  jarak. Pita dipegang mendatar
dengan penarikan yang perlu. Jarak diukur kembali
sampai tempat permulaan dan salah tutup adalah
dalam.

e. Semua titik bantu yang akan dipakai untuk staking


out yang lebih terperinci sudah ditanam di tanah
dengan beton, komplit dengan paku atau jarum
besi ditandai titik yang tepat.
f. Piket yang dipakai untuk pembangunan sudah
dikasih kode warna.
2) Pekerjaan tanah

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

a) Penampang penggalian, profil dan kemiringan


penggalian betul dan lurus

b) Bahan yang digali ditaruh supaya tidak perlu


dipindah lagi.

c) Bila penimbunan perlu untuk mutu lereng, bahan


timbunan ditempatkan di lapisan atas dengan
ketebalan yang telah disetujui.

d) Semua akar, tunggul dan barang yang tidak


terpakai harus dipindahkan agar tidak
mengganggu

3) Pekerjaan beton

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

a.   Periksa cetakan yang digunakan, tebal minimum


papan 20 mm dan multiplex 12 mm.

b. Penempatan garis horisontal dan vertikal harus


tepat

c. Cetakan punya strut ( tiang penyangga ) agar tidak


bergerak

d. tidak ada lubang pada cetakan.

e. Tulangan bersih dan tidak terdapat kotoran


apapun.

f. Diameter tulangan sesuai dengan spesifikasi.

g. Tebal selimut beton harus sesuai.

h. Jenis dan dimensi batuan harus sesuai dengan


spesifikasi.

i. Menggunakan alat getar untuk memadatkan

j. Komposisi material yang dipakai harus sesuai


dengan spesifikasi.

k. Lakukan uji kekentalan campuran ”slump test” dari


campuran pertama setiap hari untuk menetapkan
banyaknya air yang perlu.

l. Pengujian dilaksanakan dan hasilnya dicatat


setiap kali kubus uji diambil

m. Pembongkaran cetakan harus melalui masa umur


beton.

4) Pekerjaan pasangan

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


a) Semen, kapur dan semen merah yang telah
ditumbuk halus, pasir danbatu harus memiliki
spesifikasi yang sesuai dengan ketentuan

b) Tidak ada sampah dalam bentuk apapun yang


dicampur dalam material.

c) Komposisi dalam adukan harus sesuai.

Selama proses pengawasan berlangsung, pengawas


harus selalu mencatat semua kejadian yang berlangsung di
lapangan pada lembar Laporan Harian. Setelah itu dilanjutkan
dengan mengisi Laporan Mingguan. Laporan harus selalu
dibuat untuk mengetahui dengan pasti volume yang telah
dicapai, sehingga dapat dipantau perkembangan dari dari
pekerjaan tersebut. Apapun yang terjadi di lapangan yang
berhubungan dengan pekerjaan, wajib dikoordinasikan
dengan anggota direksi yang lain termasuk dengan ketua
direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen yang
membidanginya.

Anda mungkin juga menyukai