Anda di halaman 1dari 93

UNIVERSITAS TADULAKO

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

TUGAS REVIEW JURNAL

MATA KULIAH : MANAJEMEN KONSTRUKSI


SEMESTER :I

KELOMPOK I

1. FAUSAN S. JUSUP (F11217037)


2. ABDI DERMAWAN (F11217047)
3. ISMAIL R. EFENDI (F11217039)
DAFTAR ISI

NO JUDUL JURNAL HALAMAN

1 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Proyek 1


Konstruksi Di Kabupaten Badung

2 Identifikasi Dan Analisis Manajemen Resiko Pada Proyek 15


Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat

3 Metode Penanganan Konflik Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung 32


Di Surakarta

4 Kajian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Dan 44


Kesehatan Kerja Pada Perusahan Jasa Konstruksi Di Kota Kupang

5 Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 Dalam


Manajemen Konstruksi di Indonesia Pada Studi Kasus PT. CIPUTRA 62
SURYA, Tbk.
ANALISIS ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PADA PROYEK
KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG
A.A Diah Parami Dewi1, I Gusti Ketut Sudipta1, Dewi Suci Setyowati2,
1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar
2 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar
e-mail: diahparami@civil.unud.ac.id

Abstrak

Sumber daya manusia sangat penting dalam suatu perusahaan, karena sukses tidaknya suatu
perusahaan tergantung dari sumber daya manusia atau tenaga kerjanya. Jika sumber daya
manusianya bagus maka perusahaan jasa konstruksi itu juga semakin maju dan dari proyek itu bisa
menguntungkan atau mendapatkan profit oriented yang bagus juga. Banyak aspek yang harus
dimiliki oleh setiap tenaga kerja dan harus dibudayakan agar dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Aspek-aspek sumber daya manusia meliputi aspek kompetensi, motivasi, loyalitas dan
disiplin kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aspek sumber daya
manusia terhadap kinerja pada proyek konstruksi di Kabupaten Badung.Metode yang digunakan
untuk teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan total sampel 30
responden. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis
korelasi berganda, analisis determinasi,uji f, dan uji t dengan bantuan program SPSS
23.Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa kompetensi, motivasi, loyalitas dan disiplin kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dari hasil perhitungan uji t, dimana diperoleh nilai
thitung kompetensi sebesar 1,859, nilai thitung motivasi sebesar 3,092, nilai thitung loyalitas
sebesar 2,667, nilai thitung disiplin kerja sebesar 2,998. Keempat nilai tersebut lebih besar dari
ttabel yaitu 1,708. Untuk nilai Adjusted R square sebesar 0,462 atau 46,2% dapat dijelaskan oleh
keempat variabel independen, sisanya 53,8% disebabkan oleh faktor lain. Dengan demikian sumber
daya manusia perusahaan jasa konstruksi dapat mengkombinasikan keempat faktor penting yaitu
kompetensi, motivasi, loyalitas dan disiplin kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Kata kunci : Sumber Daya Manusia (Kompetensi, Motivasi, Loyalitas, Disiplin Kerja) Dan
Kinerja
ANALYSIS ON THE ASPECTS OF HUMAN RESOURCES TOWARD THE
PERFORMANCE ON THE CONSTRUCTION PROJECT IN THE REGENCY OF
BADUNG

1
Abstract

Human resources is very important in a company, because the success or failure of a company
depends on the human resources or the manpower. If human resources are good, then the
construction company is also progressing and the project is profitable or it gets a great profit as
well. Many aspects must be owned by all workers and must be promoted in order to support the
achievement of organizational goals. These aspects of human resources covering the aspects of
competence, motivation, loyalty and discipline. The purpose of this study was to determine the
effect of human resource aspects on the performance of the construction project in the Badung
Regency . The method used for the sampling technique was purposive sampling method with a total
of 30 respondents. Technical analysis of the data used was multiple linear regression analysis,
multiple correlation analysis, analysis of determination, f test, t test with the program of SPSS 23.
Based on the analysis, it was found that the competence, motivation, loyalty and discipline had
positive influence on the employee performance from the calculation of the t test, which obtained
the value of tcount of competence at1.859, tcount value of motivation at 3.092, tcount value of
loyalty at 2.667, tcount value of work discipline at 2.998 , The four values were greater than ttable
namely 1.708. For the value of Adjusted R square of 0.462 or 46.2% could be explained by the four
independent variables, the remaining 53.8% were caused by other factors. Thus the human
resources of the construction company can combine the four important factors namely competence,
motivation, loyalty and work discipline to improve the employee performance.
Keywords: Human Resources (Competence, Motivation, Loyalty, Work Discipline) and
Performance

2
PENDAHULUAN
Bali mempunyai ikon pariwisata nasional dan sebagai daerah utama tujuan wisata berskala
internasional. Hal ini disebabkan karena Bali memiliki keindahan alam yang menjadi daya
tarik wisatawan. Keindahan pulau Bali perlu didukung oleh adanya fasilitas-fasilitas
penunjang seperti gedung-gedung hotel, villa, pusat perbelanjaan dan infrastruktur lainnya.
Bertambah pesatnya perkembangan pariwisata di Bali mengakibatkan banyaknya proyek-
proyek konstruksi mulai dari yang berskala kecil sampai yang berskala besar. Ini
menyebabkan persaingan antar perusahaan konstruksi semakin ketat terutama di Kabupaten
Badung yang merupakan salah satu kabupaten dimana tingkat pembangunan sangat tinggi,
sehingga kawasan ini harus terus diperhatikan pengembangannya.
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proyek kontruksi adalah terjaminnya
berbagai sumber daya penunjang dan salah satunya adalah sumber daya manusia atau tenaga
kerja. Jika sumber daya manusianya bagus maka perusahaan jasa konstruksi itu juga
semakin maju dan dari proyek itu bisa menguntungkan atau mendapatkan profit oriented
yang bagus juga. Banyak aspek yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja dan harus
dibudayakan agar dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Aspek-aspek tersebut
meliputi aspek kompetensi, motivasi, loyalitas dan disiplin kerja. Jika aspek sumber daya
manusia tersebut dapat dipenuhi diharapkan kinerja pekerja meningkat sehingga
produktivitas juga meningkat.
Kinerja dinilai dari apa yang telah dicapai dan dihasilkan oleh individu dalam melaksanakan
tugas dan kinerjanya yang dalam hal ini adalah kontraktor. Kinerja pekerja yang bagus akan
menghasilkan proyek yang bagus pula. Ini merupakan salah satu solusi yang tepat untuk
dapat menunjang keberhasilan proyek. Akan tetapi dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
kontraktor terkadang kurang memperhatikan hal tersebut, karena kontraktor ingin
memperoleh keuntungan lebih dengan menekan biaya operasional seminimal mungkin.
Dengan memperdayakan sumber daya manusia yang berkualitas baik, diharapkan segala
aktivitas dan kinerja dalam manajemen kegiatan konstruksi optimal dan mencapai target
serta selesai tepat pada waktunya. Penelitian terkait aspek sumber daya manusia pada
pekerja jasa konstruksi sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
sumber daya manusia terhadap kinerja pekerja. Dari penjelasan diatas, dilakukan penelitian

3
untuk mengetahui bagaimana pengaruh aspek sumber daya manusia terhadap kinerja pada
proyek konstruksi.
MATERI DAN METODE
Pengertian Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu
bangunan atau infrastruktur, yang mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang
teknik sipil dan arsitektur. Pekerjaan konstruksi memeberikan tantangan yang bersifat
khusus karena hampir tiap konstruksi bangunan, apapun macamnya selalu direncanakan
atau dilaksanakan dengan menggunakan sistem rekayasa tertentu khusus diperuntukkan bagi
bangunana tersebut.
Aspek Sumber Daya Manusia
1. Kompetensi
Kompetensi adalah Kompetensi hanya merupakan aspek – aspek pribadi yang dapat diukur
dan esensial untuk pencapaian kinerja yang berhasil.
Adapun indikator - indikator yang mempengaruhi kompetensi seperti :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (Knowledge) adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu
dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
b. Keterampilan (skill)
Keterampilan (skills) adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai
bidang tertentu yang bersifat kekaryaan
c. Prilaku (attitude)
Prilaku Attitude adalah hal ini erat hubungannya dengan kebiasaan dan prilaku. Jika
kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dengan hubungan dengan
prilaku pekerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya jika kebiasaan pegawai
adalah baik, seperti tepat waktu, displin, simple, maka prilaku kerja juga baik.
2. Motivasi
Motivasi yaitu energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri pegawai yang
berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku, tenaga dan waktunya
berdasarkan lingkungan kerja..
Adapun indikator – indikator yang mempengaruhi motivasi seperti :

4
a. Pemberian penghargaan:
Pemberian reward atau penghargaan merupakan salah satu metode dalam memotivasi
seseorang untuk terus melakukan yang terbaik demi kemajuan perusahaan, dalam konsep
manajemen secara umum, metode ini bisa mengarahkan perbuatan pegawai ke arah perasaan
yang senang sehingga pegawai akan melakukan perbuatan yang baik secara berulang-ulang
dan membuat sorang pegawai lebih giat dalam memperbaiki atau meningkatkan prestasi
yang telah diterimanya.
b. Situasi pekerjaan:
Situasi pekerjaan disini yang dimaksud adalah kondisi hubungan pekerja dalam manajemen
baik secara hirarki horizontal, maupun vertikal, sehingga mampu menciptakan iklim tau
situasi kerja yang baik.
c. Pekerjaan yang dikerjakan:
Yang ditekankan pada bagian ini adalah sejauh mana seorang pekerja memiki pemahaman
dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Seorang pekerja dengan
kualitas SDM yang baik tentunya akan memiliki pemahaman dan tanggung jawab yang baik
dengan tugasnya.

d. kebijakan organisasi
Kebijakan organisasi yang dimaksud adalah bagaimana sebuah perusahaan mendukung
untuk kemajuan dan pencapaian prestasi tenaga kerja dalam berkarier, dengan saling
berkoordinasi agar sebuah tugas dapat diselesaikan tepat waktu.
3. Loyalitas
Loyalitas, yaitu sikap dan perbuatan mencurahkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
melaksanakan tugas dengan tanggung jawab, disiplin serta jujur dalam bekerja, menciptakan
hubungan yang baik dengan atasan, rekan kerja serta bawahan dalam menyelesaikan tugas,
menjaga citra perusahaan dan bersedia bekerja dengan jangka waktu yang panjang.
Adapun indikator – indikator yang mempengaruhi loyalitas seperti :
a. Ketaatan dan kepatuhan:

5
Ketaatan yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan yang berlaku
dan mentaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak
melanggar larangan yang ditentukan.
b. Tanggung jawab:
Tanggung jawab dalam hal ini adalah dimana seorang pegawai seharusnya dapat
menyelesaikan tugas dan kewenanganya dengan baik, mempu bekerja secara optimal,
efektif, dan efesien, profesional dan mampu memprioritaskan kepentingn perusahaan
dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
c. Pengabdian:
Pengabdian disini diartikan sebagai sikap pegawai untuk senantiasa loyal atau memberikan
sepenuhnya waktu, tenaga, dan pikiran sesuai dengan tanggung jawab dan hak yang pantas
diterima oleh seorang pegawai kepada perusahaanya.
d. Kejujuran:
Kejujuran lebih pada prihal terkait etika dan moral dari seorang pegawai, dimana seorang
pegawai bekerja sesuai keadaan dan tanggung jawab yang sebenarnya.
4. Disiplin Krja
Disiplin Kerja, yaitu suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Adapun indikator – indikator yang mempengaruhi displin kerja seperti :
a. Ketaatan terhadap peraturan
Pada bagian ini, setiap pekerja hendaknya dapat bersikap dan bertindak secara profesional,
hal ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan dan posisi pada manajemen.
b. Ketaatan terhadap jam kerja
Ketaatan pada jam kerja menyangkut aspek kedisplinan waktu pekerja, antarai lain apakah
para pekerja datang tepat pada watunya, apakah para pekerja juga pulang sesuai dengan
waktu yang telah di tentukan.
c. Bekerja sesuai prosedur
Pada umumnya setiap pekerja dalam melakukan seluruh rangkaian aktivitasnya telah
memiliki klarifikasi kerja dengan batasan prosedural yang jelas.
d. Kepatuhan dalam penggunakan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan.

6
Sarana dan perasarana merupakan aspek utama dalam rangkaian suatu pekerjaan, hasil dari
kinerja sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana penunjangnya.
Kinerja
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan
demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia atau pekerja
dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Setiap pekerja
mempunyai kemampuan berdasar pada pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang
sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasan kerja. Namun, pekerja juga
mempunyai kepribadian, sikap, dan prilaku yang dapat mempengaruhi kinerja suatu
organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia di dalamnya, tetapi juga oleh
sumber daya lainnya seperti dana, bahan peralatan, teknologi dan mekanisme kerja yang
berlangsung dalam organisasi.
Metode
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung Variabel independen yang diteliti adalah
kompetensi, motivasi, loyalitas, dan disiplin kerja sedangkan variable dependennya adalah
kinerja. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan
orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman di bidang konstruksi dan hasil kuisioner di
Kabupaten Badung. Hasil kuisioner didapat dari penyebaran kuisioner yang menggunakan
teknik purposive sampling yaitu hanya mereka yang memenuhi kriteria tertentu yang patut
memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Pertimbangan
tersebut memakai “expert judgment” yaitu staff pegawai yang ada di perusahaan yang
memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun dan pendidikan minimal SMA/SMK/STM.
Pengujian penelitian ini (uji validitas dan reliabilitas) diambil pada 10 responden dari 30
responden total pada perusahaan jasa konstruksi di Kabupaten Badung dari skala kecil
hingga skala besar.

7
Setelah pengumpulan data selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda, korelasi berganda, determinasi dan uji t yang dioperasikan
dengan program SPSS versi 23.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Validitas dan Realibilitas
Pengujian validitas ini digunakan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan atau valid
tidaknya sebuah kuisioner. Dasar pengambilan keputusan valid jika nilai rhitung lebih besar
dari rtabel.
Pada penelitian ini rtabel yang dipakai adalah 0,632. Dan Uji reliabilitas dimaksudkan untuk
mengetahui bahwa pengukuran pada kuisioner tersebut konsisten di dalam mengukur gejala
yang sama. Variable dikatakan reliable apabila memiliki Cronbach’s Alpha diatas 0,7
(Nunnally, 1969). Hasil dari uji validitas dan uji reliabilitas dapat dilihaat pada Tabel 1
hingga 5 berikut:
Tabel. 1 Hasil Uji Validasi Pada Aspek Kompetensi
Item soal Nilai Skor r Tabel Valid/tidak valid
1 0,794 0,632 Valid
2 0,665 0,632 Valid
3 0,858 0,632 Valid
4 0,840 0,632 Valid

Tabel. 2 Hasil Uji Validasi Pada Aspek Motivasi


Item soal Nilai Skor r Tabel Valid/tidak valid
1 0,734 0,632 Valid
2 0,854 0,632 Valid
3 0,696 0,632 Valid
4 0,825 0,632 Valid
5 0,830 0,632 Valid

8
Tabel. 3 Hasil Uji Validasi Pada Aspek Loyalitas
Item soal Nilai Skor r Tabel Valid/tidak valid
1 0,641 0,632 Valid
2 0,834 0,632 Valid
3 0,717 0,632 Valid
4 0,836 0,632 Valid
5 0,886 0,632 Valid

Tabel. 4 Hasil Uji Validasi Pada Aspek Disiplin Kerja


Item soal Nilai Skor r Tabel Valid/tidak valid
1 0,798 0,632 Valid
2 0,943 0,632 Valid
3 0,781 0,632 Valid
4 0,864 0,632 Valid
5 0,931 0,632 Valid

Tabel. 5 Hasil Uji Reliabilitas


Tingkat Reliabilitas Tingkat Reliabilitas Reliable/tidak
Aspek ditentukan (0,7) reliabel
Aspek Kompetensi 0,797 0,7 Reliabel
Aspek Motivasi 0,839 0,7 Reliabel
Aspek Loyalitas 0,819 0,7 Reliabel
Aspek disiplin kerja 0,905 0,7 Reliabel
Kinerja 0,716 0,7 Reliabel

Analisis Regresi LinieraBerganda


Analisis ini untuk mengetahui besarnya pengaruh antara aspek kompetensi, aspek motivasi,
aspek loyalitas dan aspek disiplin kerja secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja
karyawan
Hasil output SPPS versi 23 analisa ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

9
Tabel 6. Hasil Regresi linear Berganda

Sumber Hasil analisis


Berdasarkan pada perhitungan dan Tabel 6 dapat diketahui persamaan regresi linier
berganda
Y = 0,261X1 + 0,435X2 + 0,364X3 + 0,415X4
Analisis Korelasi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya hubungan antara aspek
kompetensi, aspek motivasi, aspek loyalitas dan aspek disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan. Hasil analisis korelasi berganda ini dapat dilihat pada tabeh dibawah ini:
Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi Berganda

Sumber hasil analisis


Diperoleh angka R sebesar 0,732 Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan korelasi
yang kuat dan positif antara aspek kompetensi, aspek motivasi, aspek loyalitas dan aspek
disiplin kerja terhadap kinerja.
Analisis Determinasi
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara Kompetensi, motivasi,
loyalitas dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan yang dinyatakan dalam bentuk
persentase. Hasil analisis determinasi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

10
Tabel 8. Hasil Analisis Determinasi

Sumber: Hasil Analisis


Nilai Adjusted R square sebesar 0,462. Ini memberi arti bahwa 46,2% kinerja dapat
dijelaskan oleh keempat variabel independen antara Kompetensi, motivasi, loyalitas dan
disiplin kerja sedangkan sisanya sebesar 53,8% disebabkan oleh faktor lain.
Uji t
Uji ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel sehingga diketahui secara
individual pengaruh antara kompetensi, motivasi, loyalitas dan disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan adalah signifikan atau diperoleh kebetulan dengan menggunakan langkah-
langkah pengujian sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
Ho : βi = 0, dimana i = (1, 2, 3,4)
Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara individual/parsial dari masing-masing
variabel independen: kompetensi (X1), motivasi (X2), loyalitas (X3) dan disiplin kerja (X3)
terhadap variabel dependen: kinerja karyawan pada proyek konstruksi di Kabupaten
Badung(Y). Hi : βi ≠ 0
Berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara individual/parsial dari masing-masing
variable independen: kompetensi (X1), motivasi (X2), loyalitas (X3) dan disiplin kerja (X3)
terhadap variabel dependen: kinerja karyawan pada proyek konstruksi di Kabupaten
Badung(Y)
2. Menentukan taraf nyata/tingkat signifikansi (α)
Taraf nyata sebesar 10% (α=0,10), derajat kebebasan (df) = n-(k+l) = 30-(4+1) = 25 dengan
uji satu sisi pada sisi kanan maka diperoleh nilai ttabel = 1, 708.
3. Memilih statistik uji dan daerah kritis
Daerah kritis untuk pengujian ini adalah t(0,10 ; 25).
df = v = [30-(4+l)] = 25

11
4. Menghitung statistic uji, didapat hasil seperti berikut:
Tabel 9. Hasil uji t

Sumber : Hasil Analisis


5. Menarik simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t1=1,859, t2=3,092, t3=2,667 dan t4=2,998
lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel=1,708 maka keputusan yang diambil adalah
Hi diterima dengan uraian terdapat pengaruh yang signifikan secara individual/parsial
dari masing- masing variabel independen terhadap variable dependen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (kompetensi, motivasi, loyalitas, disiplin kerja) secara parsial
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada perusahaan jasa konstruksi di
Kabupaten Badung, dilihat dari hasil perhitungan uji t dimana diperoleh nilai thitung
Kompetensi sebesar 1,859, nilai thitung Motivasi sebesar 3,092, nilai thitung Loyalitas
sebesar 2,667, dan nilai thitung Disiplin Kerja sebesar 2,998 . Keempat nilai tersebut
lebih besar dari ttabel yaitu 1,708. Sehingga memang benar Sumber Daya Manusia
(kompetensi, motivasi, loyalitas, disiplin kerja) secara parsial ada pengaruh positif dan
nyata terhadap kinerja karyawan.
2. Hasil perhitungan analisis kolerasi berganda sebesar 0,732 dan di rumuskan pada
perhitungan analisis determinasi didapat nilai Adjusted R square sebesar 0,462 atau
46,2% maka hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan korelasi yang kuat dan positif
antara aspek kompetensi, aspek motivasi, aspek loyalitas dan aspek disiplin kerja
terhadap kinerja. sisanya 53,8% disebabkan oleh faktor lain. Hasil dari perhitungan

12
analisis regresi linier berganda didapat Y = 0,261X1 + 0,435X2 + 0,364X3 + 0,415X4 Ini
memberikan
arti bahwa kinerja karyawan dipengaruhi serempak oleh aspek sumber daya manusia
(kompetensi, motivasi, loyalitas, disipilin kerja), dimana pengaruh X2 (Motivasi) paling
dominan yaitu sebesar 0,435 dibandingkan pengaruh X1 (kompetensi) yaitu sebesar
0,261, X3 (loyalitas) sebesar 0,364 dan X4 (disiplin kerja) sebesar 0,415.

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan diatas dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Kinerja karyawan pada perusahaan jasa konstruksi di Kabupaten Badung dipengaruhi
oleh faktor sumber daya manusia (kompetensi, motivasi, loyalitas, dan disiplin kerja)
secara simultan dan secara parsial memberikan pengaruh pada kinerja. Aspek motivasi
merupakan aspek yang paling dominan bepengaruh dalam proyek konstruksi, sebaiknya
penyedia jasa konstrusi lebih memperhatikan aspek tersebut demi menciptakan kinerja
yang efektif dan efisien.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan identifikasi variabel lain yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan, karena aspek kompetensi, motivasi, loyalitas, dan
disiplin kerja baru mencapai pengaruh sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% disebabkan oleh
faktor lain.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan Kompetitif, BPFE,
Yogyakarta.
Amstrong, Michael & Baron, A. 1998. Performance Management: The new Realities,
Institute of Personnel and Development, New York.
Catano, V.M. 1998. Competencies: A Review of the Literature and Bibiliography.
Craclin, MC., J. & Carrol, A. 1998. The Competent Use of Competency-Based strategies for
Selection and Development Performance Improvement Quarterly. Volume II, Number 3.
Dharma, S. 2002. Paradigma Baru: Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Amara Books.

13
Djarwanto. 2007. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Liberty, Yogyakarta.
Hasibuan, S.P Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta
Mangkunegara, AA., Prabu, A. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan Ketujuh .
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Maslow, A.H,. 1994 motivasi dan kepribadian, pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Moekijat. 2005. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. CV Mandar Maju. Bandung.
Murwansyah. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Alfabeta, Bandung.
Nawai, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.UGM Press. Yogyakarta
Nunnally, J.C. 1969. Psychometric Theory. McGraw.
Poerwopoespito, FX Oerip S. 2004. Mengatasi Krisis Manusia Di Perusahaan: Solusi
Melalui Pengembangan Sikap Mental. Jakarta: Grasindo.
Purnomo. H, 2004, Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Riduwan. 2008. Dasar – dasar statistika. Cv alfabeta. Bandung.
Sastrohadiwiryo, S Dr. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Edisi 2. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Saydam. 2006. Pengembangan Sumber Daya Manusia.PT Rineka Cipta. Jakarta.
Siagian, P. 1986. Penelitian Operasional Teori dan Praktek. UIP, Jakarta.
Singodimedjo, M, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Surabaya: SMMAS.
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta:
Erlangga.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
R&D. ALFABETA, Bandung.
Sutrisno, E .2009. manajemen sumber daya manusia edisi pertama. kharisma putra utama.
Jakarta
Tohardi. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung :
Universitas Tanjung Pura, Mandar Maju.

14
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
Nurlela1
Heri Suprapto2
1,2 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma
1,2 Jalan Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat
1nurlela@student.gunadarma.ac.id
Abstrak
Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi
dikaitkan dengan sejauh mana sasaran proyek (tepat waktu, mutu dan biaya) dapat
terpenuhi. Dengan melakukan manajemen risiko diharapkan sasaran proyek yang tepat
biaya, tepat waktu, dan tepat mutu dalam pembangunan infrastruktur bangunan gedung
bisa terwujud. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi risiko dan agen penyebab risiko
yang ada pada Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat dan
memberikan usulan penanganan pada agen risiko yang paling berpengaruh dengan
menggunakan metode House of Risk (HOR). Terdapat 18 kejadian risiko dan 12
agen/penyebab risiko yang diidentifikasi. Dari hasil perhitungan, agen risiko yang paling
berpengaruh adalah Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal ulang.
Aksi mitigasi yang yang berada pada urutan teratas dari risk response adalah pembuatan
jadwal yang realistis dan membuat system pengawasan dan sanksi.
Kata kunci: Manajemen risiko, Sasaran Proyek, penyimpangan biaya, House Of Risk
(HOR)
IDENTIFICATION AND RISK MANAGEMENT ANALYSIS ON
INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT STOREY BUILDING PROJECT
Abstract
The successful implementation of a project undertaken by the construction company
associated with the extent to which the project objectives (on time, quality and cost) can be
met. By doing risk management is expected to target the right project cost, timely, and
appropriate quality in the construction of the building infrastructure can be realized. The
purpose of this study was the identification of the causative agent of risk and risk of the
Infrastructure Development Project Storey Building and propose an agent handling the

15
most influential risk using the House of Risk (HOR). There are 18 events and the risk of 12
agents / causes of the identified risks. From the calculation, the most influential risk agents
are resource procurement process is stopped and has not been rescheduled. Mitigation
actions that are at the top of the risk response is the manufacture of a realistic schedule and
create a system of monitoring and sanctions.
Keywords: Risk management, Project Objectives, deviation costs, House Of Risk (HOR)

PENDAHULUAN
Pelaksanaan Proyek pada bidang jasa konstruksi dihadapkan dalam tiga kendala yaitu biaya,
waktu dan mutu. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran proyek, yang
didefinisikan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu. Keberhasilan pelak-sanaan
suatu proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi dikaitkan dengan sejauh
mana ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi.
Permasalahan yang dihadapi perusa-haan jasa kosntruksi apabila tidak segera diselesaikan,
maka keberhasilan pelaksanaan suatu proyek akan terganggu. terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan jasa konstruksi, salah satunya ialah dalam hal
manajemen produksi dan operasional. Permasalahan manajemen pro-duksi dan operasional
terutama adalah dalam hal ketidakmampuan melakukan manaje-men proyek dan
pengelolaan risiko-risiko proyek.
Manajemen Proyek adalah proses pengelolaan proyek yaitu melalui pengelo-laan,
pengalokasian, dan penjadwalan sum-berdaya dalam proyek untuk mencapai sa-saran.
Sebagai bagian dari proses Mana-jemen Proyek, perencanaan dan pengen-dalian yang baik
belum menjamin terwu-judnya sasaran proyek. Selalu terdapat kemungkinan tidak
tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang
diambil, untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengolah dan mempelajari risiko yang ada.
Manajemen risiko merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah
di-ketahui, untuk meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi Selanjutnya dapat di-ketahui
akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikem-
bangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut. Oleh
karena itu, analisis manajemen risiko dalam pembangunan bangunan gedung menjadi
penting untuk dilakukan. Dengan melakukan manajemen risiko diharapkan pembangunan

16
infra-struktur gedung terwujud sasaran proyek yang tepat biaya, tepat waktu, dan tepat
mutu.
Tujuan dari penelitian ini adalah meng-identifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dan
identifikasi agen/penyebab risiko dalam kegiatan konstruksi bangunan gedung bertingkat,
memberikan peringkat agen risi-ko apa saja yang paling berpengaruh kemu-dian
memberikan usulan penanganan (aksi mitigasi).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, kerangka berpikir (penelitian) seba-
gaimana diagram alur pada Gambar 1.
Metode HOR (House Of Risk)
Metode Huse of Risk (HOR) adalah me-tode untuk memanage risiko secara proaktif, dimana
risk agent yang teridentifikasi sebagai penyebab risk event dapat dikelola dengan cara
memberikan urutan berdasarkan besarnya dampak yang mungkin ditimbul-kan. Berdasarka
urutan tersebut dapat ditentukan pula langkah proaktif yang efektif untuk dapat mengurangi
kemungki-nan terjadinya risiko.
Model dalam metode HOR terbagi menjadi dua tahapan, yaitu:
1. HOR 1
Model HOR 1 untuk menetukan prioritas risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko guna
pengambilan langkah pence-gahan.
Langkah-langkah dalam HOR 1:
a. Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya
(severity, Sj)
b. Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringannya (Oj) untuk
kemungkinan terjadi
c. Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk
d. Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan terjadinya
dampak dari risk event yang ditimbulkan
ARPⱼ=OⱼƩSⱼRᵢⱼ
e. Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat
2. HOR 2

17
Model HOR2 memberikan prioritas langkah proaktif yang efektif mengurangi terjadinya
risiko didasarkan kemampuan keuangan dan resources lainnya. Langkah-langkah dalam
HOR 2:
a. Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko
yang akan diprioritaskan untuk ditangani
b. Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk
agent
c. Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk)
d. Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action
. TEk = ƩARPⱼEⱼk
e. Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA
f. Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan
ETDk = TEk
Dk

g. Memberikan rangking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi
kerjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan

18
Mulai

Menentukan Topik (Infrastruktur bangunan


Gedung)

Studi literatur
 Pengkajian jurnal penelitian terdahulu
 Pengkajian teori
 Pengumpulan data sekunder (dari internet)

Menentukan judul penelitian


(identifikasi Menejemen Resiko Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan
Gedung)

Survey lapangan

Pengumpulan data dari lapangan

Pengolahan Resiko dengan Metode House of Risk

Pembahasan Hasil Penelitian

Kesimpulan Dan Rekomendasi

Selesai

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Kejadian Risiko
Proyek adalah kegiatan yang melibat-kan sumberdaya berupa tenaga kerja, peralatan
konstruksi, material, uang, dan metode. Sasaran proyek adalah diselesai-kannya konstruksi
fisik bangunan dengan tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu. Pada proses tersebut dapat
terjadi hal-hal yang tidak diharapkan yang disebut sebagai risiko. Jika risiko-risiko tersebut
terjadi maka proyek tidak dapat mewu-judkan sasarannya yaitu tepat biaya atau tepat waktu
atau tepat. Risiko yang poten-sial adalah risiko yang memiliki frekuensi terjadi yang tinggi
dan memiliki pengaruh besar bagi pencapaian sasaran proyek
Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki risiko tinggi menunjukkan bahwa
bagian tersebut kurang ditangani dengan baik karena kurangnya kapabilitas sumberdaya,
baik dari manajer proyeknya maupun organisasi proyek. Disamping itu, juga dapat
disebabkan oleh tingginya ting-kat kesulitan aspek teknis proyek yang disusun pada tahap
desain atau pengem-bangan.
Pada statistik nonparametrik, usaha mendeskripsikan data dilakukan untuk lebih memahami
pola data tersebut. Data yang di-gunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal, sehingga
digunakan median sebagai pusat pengukuran datanya.
Terdapat 18 item risiko yang diiden-tifikasi, 18 item risiko dan hasil penilaian responden
dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Identifikasi Risiko dan Hasil Penilaian Dampak Risiko
Kode Resiko Skor
E1 Masalah dalam penyediaan sumberdaya (material; tenaga kerja; alat) 4,00
E2 Kondisi owner yang kurang mendukung 4,00
E3 Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik 3,00
E4 Kondisi keuangan proyek yang buruk 3,00
E5 Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk 3,00
E6 Kondisi SDM proyek yang kurang baik 4,00
E7 Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran 3,00
E8 Kerusakan alat; properti; fisik proyek 3,00
E9 Tidak dipenuhinya spesifikasi teknis 4,00
E10 Hal-hal teknis proyek yang mengalami perubahan dari owner 3,00

20
E11 Masalah teknologi/metode konstruksi 3,00
E12 Masalah kondisi fisik aktual yang ditemui di lapangan 2,00
E13 Keterlambatan dari jadwal 3,00
E14 Kualitas pekerjaan yang buruk 3,00
E15 Perubahan Jadwal Pelaksanaan 3,00
E16 Masalah pada koordinasi pelaksanaan 3,00
E17 Pemogokan tenaga kerja 3,00
E18 Kualitas material yang buruk 2,00

Dari Tabel 1 diketahui sebanyak 4 kejadian risiko yang mempunyai nilai 4 yang artinya
berdampak besar, 12 kejadian risiko dengan nilai 3 ini berarti berdampak sedang dan 2
kejadian risiko dengan nilai 2 yang berdampak sedang. Nilai dampak ini akan digunakan
dalam perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP), yaitu untuk menentukan agen/penyebab
risiko yang paling berpengaruh berdasrkan perhitung-an.
Identifikasi Agen/Penyebab Risiko
Setelah mengidentifikasi kejadian risiko, kemudian menilai tingkat keparahan terhadap
dampak yang ditimbulkannya, langkah selanjutnya adalah identifikasi agen/penyebab risiko
dan menilai seberapa sering kemungkinan terjadi pada agen/ penyebab risiko. Penilaian
responden terhadap kemungkinan terjadinya risiko dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Responden TerhadapProbabilitas Agen Risiko
Kode Agen/Penyebab Resiko Skor
A1 Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal 4,00
ulang
A2 Koordinasi dengan owner yang kurang baik 3,00
A3 Pengawasan dan sanksi terhadap pemenuhan personil belum 2,00
ketat
A4 Pada saat pengadaan tidak dilakukan pengecekan terhadap 2,00
peralatan yang akan dimobilisasi
A5 Tambahan lingkup kerja 3,00
A6 Perselisihan terhadap pasal-pasal kontrak 2,00
A7 Survei yang dilakukan pada saat desain tidak akurat 2,00
A8 Kelangkaan produksi material 3,00

21
A9 Pendanaan proyek tidak lancar 3,00
A10 Komunikasi kurang efektif 2,00
A11 Waktu pelaksanaan yang kurang memadai 2,00
A12 Kurang matangnya manajemen proyek 2,00

Nilai probabilitas ini juga akan digunakan dalam perhitungan Aggregate Risk Potential
(ARP), yaitu untuk menentukan agen/penyebab risiko yang paling berpengaruh berdasrkan
perhitungan.
Penghitungan Aggregate Risk Potential (ARP)
Nilai ARP ini diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian tingkat severity dengan
tingkat occurrence.
ARPj =OjƩSjRij
Terdapat 18 kejadian risiko yang telah diidentifikasi. agen/penyebab risiko yang telah
diidentifikasi pada tahap sebelumnya terdapat 12. Satu agen risiko dapat memunculkan
satu atau lebih kejadian risiko dan sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh
satu atau lebih agen risiko. Urutan peringkat agen risiko dari yang paling tinggi bisa dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Peringkat Agen Risiko
Kode Agen/Penyebab Resiko ARP
A1 Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal 100.256
ulang
A2 Koordinasi dengan owner yang kurang baik 70.068
A5 Tambahan lingkup kerja 62.694
A9 Pendanaan proyek tidak lancar 59.49
A3 Pengawasan dan sanksi terhadap pemenuhan personil belum 52.84
ketat
A10 Komunikasi kurang efektif 49.166
A8 Kelangkaan produksi material 48.378
A6 Perselisihan terhadap pasal-pasal kontrak 48.2
A7 Survei yang dilakukan pada saat desain tidak akurat 38.152
A12 Kurang matangnya manajemen proyek 36.578
A11 Waktu pelaksanaan yang kurang memadai 35.028

22
A4 Pada saat pengadaan tidak dilakukan pengecekan terhadap 34.678
peralatan yang akan dimobilisasi

Berdasarkan Tabel 3, 3 peringkat agen


risiko teratas adalah :
1. Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal ulang (A1), dengan nilai ARP
sebesar 101.256. Jika proses pengadaan sumberdaya, baik peralatan, material maupun
tenaga kerja berhenti, Risko yang mungkin terjadi adalah :
a. Perubahan jadwal pelaksanaan, dampak yang ditimbulkannya adalah keterlambatan
proses konstruksi, biaya proyek bertambah.
b. Kualitas pekerjaan yang buruk, ketika dilapangan sangat membutuhkan alat konstruksi,
tetapi karena pengadaan alat terhenti, akibatnya akan berpengaruh pada bagaimana hasil dari
pekerjaan, sehingga kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
c. Masalah dalam penyediaan sumberdaya (material; tenaga kerja; alat), sehingga dampak
yang terjadi adalah terlambatnya pelaksanaan konstruksi dan biaya proyek jadi bertambah.

23
Agen/Penyebab Resiko Resiko Yang Mungkin Dampak
Terjadi

Perubahan Jadwal Keterlambatan


Pelaksanaan (E15) konstruksi

Pengadaan Sumber Daya


(Material,Alat,Tenaga) Kualitas Pekerjaan Buruk Biaya Proyek
Berhenti belum dijadwal (E14) bertambah
ulang (A1)

Masalah Dalam Mutu hasil proyek


Penyediaan Sumber Daya tidak sesuai dengan
(Material,Tenaga Kerja, rencana
Alat) (E1)
Gambar 2 : Akibat dari A1

24
Agen/Penyebab Resiko Yang Mungkin Dampak
Resiko Terjadi

Kondisi Keungan Keterlambatan


Proyek yang buruk (E7) konstruksi

Koordinasi dengan
owner kurang baik Masalah pada Biaya Proyek
(A2) koordinasi pelaksanaan bertambah
(E16)

Kondisi owner yang Mutu hasil proyek


kurang mendukung tidak sesuai dengan
(E2) rencana

Gambar 3: Akibat dari A2

2. Koordinasi dengan owner yang kurang baik (A2), nilai ARP 70.068. Risiko yang
mungkin terjadi jika koordinasi dengan owner kurang baik adalah:
a. Kondisi keuangan proyek yang buruk, dampak yang akan ditimbulkannya adalah
keterlambatan konstruksi, biaya proyek bertambah
b. Masalah pada koordinasi pelaksanaan, akan berdampak pada keterlambatan konstruksi,
mutu pekerjaan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
c. Kondisi owner yang kurang mendukung, karena kurang koordinasi, maka akan terjadi
kesalahfahaman informasi mengenai spesifikasi pekerjaan, sehingga mutu hasil pekerjaan
tidak sesuai dan keterlambatan pelaksanaan konstruksi.

25
Agen/Penyebab Resiko Yang Mungkin Dampak
Resiko Terjadi

Perubahan Jadwal Keterlambatan


Pelaksanaan (E15) konstruksi

Tambahan lingkup
pekerjaan (A5) Keterlambatan dari Biaya Proyek
jadwal (16) bertambah

Masalah Mutu hasil proyek


teknologi/metode tidak sesuai dengan
konstruksi (E7) rencana

Gambar 4: Akibat A5

3. Tambahan lingkup kerja, dengan nilai ARP 62.69. Tambahan lingkup kerja akan
berakibat pada terganggunya jadwal pelaksanaan pekerjaan. Selain itu akan berdampak pula
pada masalah teknologi atau metode konstruksi, karena pekerjaan tersebut tidak ada dalam
perencanaan.
Tabel 4. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi
Kode Aksi Mitigasi Nilai
PA1 Membuat Sitim Pengawasan Dan Sanksi 3
PA2 Membuat Prosedur Pengawasan dan Sanksi 3
PA3 Membuat Jadwal Yang Realitis 3
PA4 Membuat Chek List Yang Komprehensif 4

26
PA5 Melakukan Komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner 4
PA6 Pemenuhan persyaratan pendanaan 3
PA7 Membuat prosedur pembuatan dan perubahan desain 3
PA8 Melakukan pengawasan terhadap penjadwalan 3

Aksi Mitigasi Untuk Penanganan Risiko


Proses perancangan strategi dilakukan menggunakan matriks House of Risk (HOR) fase
kedua untuk menyusun aksi-aksi mitigasi dalam menangani risiko yang berpotensi timbul
pada rantai pasok. Pe-nilaian aksi mitigasi dilakukan berdasar-kan tingkat kesulitan dalam
melakukan masing-masing aksi mitigasi tersebut. Seperti halnya pada penilaian dampak
mitigasi dan probabilitas agen risiko, untuk mengkuanti-fikasikan penilaian, maka
digunakan skala ordinal.
Perhitungan Rasio Total Efektifitas Dengan Tingkat Kesulitan
Tabel 5 menunjukan rangking (pering-kat) aksi mitigasi yang harus diprioritaskan, yaitu
Tabel 5. Peringkat Aksi Mitigasi
Kode Aksi Mitigasi ETD
PA3 Membuat Jadwal Yang Realitis 34.618
PA1 Membuat Sitim Pengawasan Dan Sanksi 19.749
PA5 Melakukan Komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner 38.266
PA2 Membuat Prosedur Pengawasan dan Sanksi 6.294
PA6 Pemenuhan persyaratan pendanaan 20.338
PA7 Membuat prosedur pembuatan dan perubahan desain 17.542
PA4 Membuat Chek List Yang Komprehensif 10.243
PA8 Melakukan pengawasan terhadap penjadwalan 4.259

Berdasarkan Tabel 5, 3 peringkat aksi mitigasi teratas adalah :


1. Membuat jadwal yang realistis, maksud-nya adalah membuat jadwal yang disesuaikan
dengan kondisi dan situasi di lapangan, sehingga progress aktual sesuai dengan progress
rencana.
2. Membuat sistem pengawasan dan sanksi, membuat system bagaimana pengawasan dan
sanksi diberikan apabila terjadi pencurian, kelalaian dsb.

27
3. Melakukan komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner, komunikasi dan
koordinasi dengan owner diperbaiki, sehingga pekerjaan konstruksi bisa berjalan kembali
dengan baik. Berdasarkan Gambar 5. Aksi Mitigasi Untuk Tercapainya Sasaran Proyek,
dapat diketahui aksi mitigasi untuk masing-masing agen risiko, yaitu:
1. Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal ulang, dapat diselesaikan
dengan membuat jadwal yang realistis dan membuat system pengawasan dan sanksi.
Apabila masalah seperti pengadaan sumber daya terhenti bisa diprediksi sedini mungkin,
karena pembuatan jadwal, dibuat dengan berdasarkan kondisi lapangan dan adanya
system pengawasan dan sanksi apabila masalah ini terjadi karena kecurangan pihak yang
tidak bertanggungjawab.
2. Koordinasi dengan owner yang kurang baik, dapat diselesaikan dengan melakukan
kembali komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner, sehingga masalah yang ada
bisa terselesaikan dengan baik dan ketiga sasran proyek bisa tercapai.
3. Tambahan lingkup kerja. Apabila komunikasi dan koordinasi dengan owner dilakukan
dengan baik, maka ketika ada penambahan lingkup pekerjaan bisa dikerjakan dengan
baik, karena telah dikomunikasikan dengan baik.

Agen/Penyebab Aksi Mitigasi Tercapainya Sasaran


Resiko Proyek

Proses pengadaan
sumberdaya berhenti Membuat jadwal yang Biaya
dan belum dijadwal realities (PA3)
ulang (A1)

Membuat sistim
Koordinasi dengan Waktu
pengawasan dan
owner kurang baik
sanksi (PA1)
(A2)

Tambahan lingkup Melakukan komunikasi


Mutu
pekerjaan (A5) dan koordinasi yang baik
dengan owner (PA5)
Gambar 5. Aksi Mitigasi Untuk Tercapainya Sasaran Proyek

28
SIMPULAN
1. Terdapat 18 risiko yang diidentifikasi penulis dalam proyek pembangunan gedung
bertingkat.
2. Terdapat 12 agen/penyebab risiko yang telah diidentifikasi. Dari analisis data pada risiko-
risiko tersebut maka dapat diperoleh hasil bahwa peringkat dari agen risiko yang paling
besar dan aksi mitigasi untuk masing-masing agen risiko adalah :
a. Proses pengadaan sumberdaya berhenti dan belum dijadwal ulang, dapat diselesaikan
dengan membuat jadwal yang realistis dan membuat system pengawasan dan sanksi.
Apabila masalah seperti pengadaan sumberdaya terhenti bisa diprediksi sedini
mungkin, karena pembuatan jadwal, dibuat dengan berdasarkan kondisi lapangan dan
adanya system pengawasan dan sanksi apabila masalah ini terjadi karena kecurangan
pihak yang tidak bertanggungjawab.
b. Koordinasi dengan owner yang ku-rang baik, dapat diselesaikan dengan melakukan
kembali komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner, sehingga masalah yang
ada bisa terselesaikan dengan baik dan ketiga sasran proyek bisa tercapai.
c. Tambahan lingkup kerja. Apabila ko-munikasi dan koordinasi dengan owner dilakukan
dengan baik, maka ketika ada penambahan lingkup pe-kerjaan bisa dikerjakan dengan
baik, karena telah dikomunikasikan deng-an baik.

29
DAFTAR PUSTAKA
Geraldine, Laudine Henriette et all. 2007. “Manajemen Risiko dan Akdi Mitigasi untuk
Mneciptakan Rantai Pasok yang Robust”. Jurnal Teknologi dan Reka-yasa Teknik Sipil, Vol
1. No 53.
Mastura, Labambang. 2011. “Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi”, Jurnal
SMARTek, Vol. 9 No 1. P. 39-46.
Ningrum, Ratna. 2008. Analisa Risiko Investasi Proyek Jalan Tol Depok – Antasari. Tesis
Program Magister Administrasi Bisnis, Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung.
Prihandono, Endy. 2010. Analisis Risiko Kegiatan Operasional Bongkar Muat Petikemas di
Dermaga Nilam Timur Multipurpose Pelabuhan Tanjung Pe-rak Surabaya. Tesis Program
Pasca-sarjana Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Pusat Litbang Prasarana Transportasi. 2003. Pengembangan Metode Analisis Risiko
Investasi Jalan Tol, Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Litbang Prasarana Transportasi
Departemen Pekerjaan Umum.
Purwandono, Dewi Kurniasari. 2010. Aplikasi Model House Of Risk (HOR) untuk Mitigasi
Risiko Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pasuruan. Tesis Program Pascasarjana
Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Santoso, Indriani. 1999. “Analisa Overruns Biaya pada Beberapa Tipe Proyek Konstruksi”,
Jurnal Dimensi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, Vol. 1 No. 1. p. 40 – 48.
Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Sari, Diana Puspita et all. 2010. “Pemenuhan Kualitas Menggunakan Pendekatan Quality
Risk Management”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 15 No 2.
Sriyantono, Henky Eko. 2003. Pengaruh kualitas identifikasi resiko terhadap kinerja waktu
pelaksanaan pem-bangunan/peningkatan jalan tol di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia (UI) Depok.
Suharjo. 2011. Analisa Perencanaan Dan Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan
Bts Telkomsel Di Jawa Timur. Tesis Program Pascasarjana Manajemen Industri, Institut
Tekno-logi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Uyanto, Stanislaus. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta.

30
Winarsa, Dwi. 2005. Manajemen resiko pada kontrak kerja konstruksi dengan sistem
Contractor Full Pre Financing: Kasus proyek pembangunan jalan tol Cikampek -
Purwakarta - Padalarang Tahap II. Tesis Program Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Indonesia (UI) Depok.
Wikipedia, Desember 2010. “Failure Mode and Effect Analysis”, [Online] Diunduh melalui:
http://en.wikipedia.org/wiki/FMEA [Diakses pada 10 Agustus 2012].
Wikipedia, Desember 2010. “Manajemen Risiko”, [Online] Diunduh melalui:
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_Risiko.htm, [Diakses pada 10 Agustus 2012].

31
METODE PENANGANAN KONFLIK DALAM PELAKSANAAN PROYEK
KONSTRUKSI GEDUNG DI SURAKARTA
Herman Susila
Abstrak

Kota Surakarta merupakan kota yang sedang berkembang, salah satu strategi dan prioritas
pembangunan yang dilaksanakan pemerintahan kota Surakarta dalam upaya meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat luas adalah peningkatan infrastruktur kota, rehabilitasi
bangunan pasar tradisional dan pemberdayaan pedagang pasar, serta gedung-gedung
pemerintah fasilitas pelayanan publik. Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut banyak
permasalahan yang terjadi, terbukti sebanyak 30 proyek Pemkot yang dibiayai dana alokasi
khusus (DAK) dan APBD 2007 tidak memenuhi target waktu (Pemkot Surakarta,2009). Hal
ini menunjukkan bahwa dalam tahap pelaksanaan proyek di Surakarta banyak terjadi
konflik yang salah satu akibat dari konflik tersebut adalah penyelesaian pekerjaan yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan .
Dalam tahap pelaksanaan proyek konstruksi melibatkan banyak pihak yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tujuan, pandangan, pendapat
dari masing-masing pihak akan dapat menimbulkan konflik. Konflik tersebut harus segera
diselesaikan dengan cara yang tepat untuk meminimalkan pengaruh buruk terhadap
keberhasilan proyek. Oleh karena itu,metode penanganan konflik yang tepat menjadi sangat
penting untuk dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaiman
metode penanganan konflik yang sering digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi
gedung di Surakarta. Data diperoleh melalui survey kuesioner dengan responden yang
diteliti adalah kontraktor, konsultan pengawas dan owner pada tingkat manajemen
menengah yang pernah terlibat dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi gedung.
Analisis dilakukan dengan mencari frekuensi dari hasil jawaban responden. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pada tahap pelaksanaan konstruksi, metode yang sering digunakan
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pada sumber konflik akibat kontrak dan
spesifikasi, sumber daya manusia, manajemen dan organisasi unsur - unsur proyek,

32
keadaan proyek, biaya dan perbedaan kultur adalah sama yaitu dengan menggunakan
pendekatan problem solving.
Kata kunci : konflik, proyek konstruksi, problem solving

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang umumnya berjangka
waktu pendek, dinamis, intensitas kegiatan berbeda-beda dan dana yang terbatas. Dalam
rangkaian kegiatan tersebut terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut melibatkan pihakpihak yang terkait baik secaralangsung maupun tidak
langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi
terjadinya konflik sangat besar.
Permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan proyek akan muncul apabila tujuan proyek
tersebut tidak tercapai. Permasalahan ini apabila tidak dikelola dengan baik maka akan
menjadi konflik atau perselisihan antara unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut. Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai,baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja (Thomas , 1978). Banyak faktor yang dapat
menimbulkan konflik, Marzouk et.al (2007) dalam penelitiannya menyatakan ada empat
sumber konflik dalam proyek konstruksi yaitu kontrak dan spesifikasi, masalah budaya,
manajemen dan organisasi unsur-unsur proyek dan kondisi proyek. Selain itu Thamhain dan
Wilemon dalam Santosa (2009) memasukkan sumber daya manusia dan biaya juga sebagai
sumber konflik.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana metode yang sering digunakan
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi gedung di Surakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode atau cara

33
penyelesaian yang sering digunakan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pada
pelaksanaan konstruksi gedung di Surakarta.
1.4 Batasan Penelitian
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan dapat memberi arah
dalam pelaksanaan penelitian sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka perlu dilakukan
pembatasan terhadap penelitian yang dikerjakan. Batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan – perusahaan kontraktor, konsultan pengawas
dan pemilik (owner) pada level manajemen menengah baik dari instansi pemerintah
maupun swasta yang pernah menangani proyek konstruksi gedung berskala menengah
kebawah dalam kontrak tradisional.
2. Konflik yang diteliti adalah konflik internal proyek pada tahap pelaksanaan konstruksi.
3. Konflik yang diteliti sebatas konflik yang tidak sampai tahap persengketaan (tidak
melibatkan pengadilan) antar organisasi unsur-unsur proyek yaitu pemilik,konsultan
pengawas dan kontraktor.
4. Obyek penelitian di wilayah Surakarta.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konflik
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan
orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja (Thomas, 1978). Konflik didefinisikan dalam kamus bahasa inggris adalah
ketidaksetujuan tentang sesuatu yang penting, atau ketidakcocokan antara orang-orang atau
sekelompok orang atas ide-ide, minat, keyakinan, perilaku perasaan, atau tujuan. Handy
(1983) mendefinisikan konflik sebagai dimulainya proses bila satu pihak merasa bahwa
pihak lain akan menggagalkan tujuannya. Fenn et.al.(1997) berpendapat bahwa konflik
timbul karena ada ketidakcocokan kepentingan. Soeharto (2001) konflik didefinisikan
sebagai tumbukan diantara unsur-unsur atau pemikiran yang berlawanan. Atas dasar
bermacam-macam definisi konflik dari peneliti-peneliti sebelumnya, maka dalam penelitian
ini konflik dianggap sebagai tindakan atau keadaan yang dihasilkan dari perbedaan pendapat

34
atau ketidakcocokan antara unsur-unsur proyek (stakeholders) dalam memenuhi kewajiban
kontrak mereka,dimana konflik tersebut belum menjadi persengketaan.
2.2 Sumber Konflik Dalam Proyek Konstruksi
Dalam setiap proyek konstruksi,di satu sisi perhatian utama kontraktor adalah
menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan berusaha untuk dapat
memperoleh keuntungan finansial, sementara di sisi lain owner membutuhkan fasilitas
yang baik dengan harga seekonomis mungkin. Tujuan dari masing-masing pihak tersebut
tampaknya bertentangan dan upaya-upaya dari masing-masing pihak tersebut dalam
mencapai tujuan mereka, mungkin akan mengakibatkan konflik. Selain itu, dalam organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan proyek pembangunan terdiri dari berbagai disiplin ilmu,
beragam norma, perilaku dan budaya. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa didalam
melaksanakan proyek berada pada lingkungan yang kompetitif yang dapat menimbulkan
ketegangan-ketegangan. Banyak penulis yang telah melakukan penelitian untuk mengetahui
penyebab konflik dalam proyek konstruksi. Menurut Hellard (1997), faktor utama yang
menyebabkan konflik dalam konstruksi adalah :
1. Kondisi kontrak
- Kurangnya kesempurnaan dalam dokumen kontrak
- Kegagalan dalam pembayaran
- Kondisi psikologi orang dalam proyek konstruksi
2. Gambar desain yang tidak lengkap
- Masalah bawah permukaan tanah
- Risiko-risiko
- Perencanaan yang kurang lengkap
- Metode kerja dan spesifikasi
3. Proses konstruksi
4. Konsumen
- Kepemilikan publik
- Jaminan
5. Waktu
Menurut Filley (1975) penyebab utama timbulnya konflik yang sering terjadi di lingkungan

35
proyek adalah batas wewenang dan tanggung jawab kurang jelas, adanya konflik
kepentingan, adanya hambatan komunikasi, adanya pertentangan lama yang belum
terselesaikan, tidak adanya pengertian bersama (consensus). Thamhain dan Wilemon dalam
penelitiannya mengidentifikasi sumber konflik dalam proyek konstruksi antara lain konflik
masalah jadwal, prioritas,tenaga kerja, masalah teknis,administrasi, personalitas dan biaya (
Soeharto, 2001). Penelitian yang dilakukan Marzouk et.al (2007) mengidentifikasi ada
empat sumber konflik yaitu masalah kontrak, masalah budaya, manajemen dan organisasi
unsur-unsur proyek dan kondisi proyek.
2.3 Metode Penanganan Konflik
Ditinjau dari sudut manajerial,metode - metode penaanganan konflik antara lain (Soeharto,
2001) :
1. Memaksakan kehendak (Forcing)
2. Mencari upaya pemecahan masalah (problem solving)
3. Berdamai atau koompromi (compromise)
4. Mendinginkan suasana (smoothing)
5. Menarik diri (withdrawal)
a. Memasakakan Kehendak (Forcing)
Forcing berarti memaksakan kehendak atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain
yang sedang terlibat konflik. Artinya, pada saat forcing, ada pihakyang menang dan
ada pihak yang kalah. Hal ini dapat terjadi bila pihak yang satu posisinya terlalu kuat
terhadap yang lain. Selain itu, biasanya pihak yang kalah memilika ketergantungan yang
bersifat prinsip terhadap pemenang.
b. Pemecahan masalah (problem solving)
Pemecahan masalah sering juga disebut konfrontasi, karena sifatnya adalah membicarakan
secara terbuka dan langsung berdialog antara pihakpihak yang terlibat. Jadi dalam hal ini,
terlebih dahulu didefinisikan apa yang menjadi konflik, mencari dan mengumpulkan
informasi, sebab-sebab terjadinya konflik, menganalisis berbagai alternative yang dipandang
palaing baik.
b. Berdamai atau kompromi
Kompromi berarti kedua belah pihak telah memikirkan berbagai alternative, member dan
menerima,dan mencari pemecahan yang sampai batas-batas tertentu dapat diterima oleh

36
kedua belah pihak.
c. Menarik diri (withdrawal)
Langkah ini dapat diartikan sebagai menghindari (tidak bersedia menghadapi) terjadinya
ketidakcocokan dalam saat tertentu. Hal ini bisa jadi disebabkan karena belum adanya
konsep yang jelas untuk mendinginkan suasana, sambil memikirkan pendekatan lain pada
waktu yang lebih baik.
d. Mendinginkan suasana (smoothing)
Mendinginkan suasana dilakukan dengan cara menekankan aspek yang positif (dari sudut
kepentingan bersama) dari bagian isu yang menjadi sumber konflik dan menomor duakan
atau mengesampingkan sementara perbedaan pendapat bagian isu yang lain. Jadi, disini
diusahakan menjaga agar suasana tetap bersahabat.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir
Keberhasilan proyek pemangunan tergantung dari beberapa variabel, salah satu variabel
kunci adalah bagaimana cara dari masing-masing unsur pembangunan itu menangani
konflik yang dihadapi (Diekman et al., 1994). Dari penelitian terdahulu, Studi yang
dilakukan Yates dan Hardcastel dalam Ntiyakunze (2011) menemukan bahwa konflik dan
sengketa menyebabkan naiknya biaya langsung maupun tidak langsung dalam proyek. Oleh
karena itu perlu adanya pengelolaan konflik yang baik,antara lain adalah mengetahui
bagaimana cara menanganinya jika terjadi konflik.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui metode penanganan
konflik yang sering digunakan. Analisis yang digunakan ialah dengan mencari nilai
frekuensi dari jawaban responden. Indikator untuk mengetahui metode atau cara penanganan
konflik yang sering digunakan adalah jika mempunyai nilai frekuensi terbasar.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan yang direncanakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Identifikasi masalah dan tujuan penelitian
Identifikasi masalah dan tujuan penelitian sebagaimana diuraikan pada bab pendahuluan.
Untuk dapat mengidentifikasi metode atau cara menangani konflik,maka dilakukan kajian
terhadap teori-teori dan literature.

37
b. Desain kuesioner
Kuesioner di buat sebagai alat untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar
untuk analisis dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuesioner bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang :
- Data responden
- Sumber-sumber konflik
- Cara penyelesaian konflik yang sering digunakan
c. Pengumpulan data
Alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang
dibagikan kepada responden yang pernah terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi
gedung di Surakarta. Responden terdiri dari pemilik proyek, konsultan pengawas dan
kontraktor.
d. Pengolahan data
Setelah memperoleh data di lapangan, kemudian dilakukan perhitungan dengan metode
yang sesuai tujuan penelitian.
e. Analisis dan Pembahasan
Hasil pengolahan data yang dihasilkan pada butir (d) kemudian dianalisis dan dikaji lebih
lanjut.
f. Kesimpulan dan Saran
3.3. Variabel Penelitian
Variabel - variabel sumber penyebab konflik, diambil dari penelitian - penelitian
sebelumnya seperti yang ada pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel-variabel penelitian.
No Variabel Kode Literatur
1 Kontrak dan Spesifikasi X1 Marzouk et.al(2007)
2 Sumber Daya Manusia X2 Thamhain dan
Willemon
3 Manajemen dan Organisasi unsure-unsur dalam X3 Marzouk et.al(2007)
proyek
4 Kondisi Proyek X4 Marzouk et.al(2007)
5 Biaya X5 Thamhain dan
Willemon
6 Perbedaan kultur X6 Marzouk et.al(2007)

38
3.4 Metode Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis distribusi frekuensi. Analisis distribusi
frekuensi digunakan untuk menunjukkan persentase jawaban yang diberikan responden
berdasarkan nilai pada masing-masing faktor. Pada analisis frekuensi dapat dihitung dengan
rumus :

𝑓𝑟𝑒𝑘.𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎


% 𝑓𝑟𝑒𝑘 = 𝑥 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘.𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛

4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Analisis terhadap variabel metode menangani konflik pada tahap pelaksanaan konstruksi
dilakukan dengan mencari frekuensi jawaban yang dipilih responden kemudian
dipersentasekan. Analisis menggunakan software SPSS 13.0 dan didapat hasil frekuensi
jawaban responden seperti pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap metode yang sering
dipilih untuk menangani konflik
No Faktor Penyebab konflik Metode Persentase
Penanganan
Forcing 7,1 %
Problem solving 81,0 %
1 Kontrak dan Spesifikasi Compromise 9,5 %
Smoothing -
Withdrawal 2,4 %
Forcing 2,4 %
Problem solving 69,0 %
2 Sumber Daya Manusia Compromise 21,4 %
Smoothing 4,8 %
Withdrawal 2,4 %
Forcing 2,4 %
Problem solving 26,2 %
3 Manajemen dan Organisasi unsure- Compromise 14,3 %
unsur proyek Smoothing 7,1 %
Withdrawal -

39
No Faktor Penyebab konflik Metode Persentase
Penanganan
Forcing 7,1 %
Problem solving 51,7 %
4 Kondisi Proyek Compromise 23,8 %
Smoothing 11,9 %
Withdrawal -
Forcing 11,9 %
Problem solving 52,4 %
5 Biaya Compromise 28,6 %
Smoothing 4,8 %
Withdrawal 2,4 %
Forcing -
Problem solving 35,7 %
6 Perbedaan Kultur Compromise 40,5 %
Smoothing 23,8%
Withdrawal -

Dari hasil distribusi frekuensi jawaban responden terhadap metode yang sering dipilih untuk
menangani konflik sebagaimana terlihat pada tabel 4.1 didapat bahwa metode yang sering
digunakan untuk menangani konflik pada tahap pelaksanaan konstruksi akibat faktor
kontrak dan spesifikasi adalah menggunakan metode problem solving dengan frekuensi
sebesar 81,0 %. Metode selanjutnya adalah metode compromise dengan frekuensi 9,5%,
metode forcing dengan frekuensi 7,1 %,metode withdrawal dengan frekuensi sebesar 2,4 %
dan tidak ada yang memilih metode smoothing. Pada factor sumber daya manusia metode
yang sering digunakan untuk menangani konflik pada pelaksanaan proyek konstruksi adalah
menggunakan metode problem solving dengan frekuensi sebesar 69,0 %, selanjutnya
metode compromise dengan frekuensi 21,4%, metode smoothing dengan frekuensi 4,8%,
kemudian metode forcing dan metode withdrawal besarnya frekuensi sama yaitu 2,4 %.
Pada faktor manajemen dan organisasi unsur-unsur proyek metode yang sering digunakan
untuk menangani konflik pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi adalah menggunakan
metode problem solving dengan frekuensi sebesar 76,2 %, selanjutnya metode compromise
dengan frekuensi sebesar 14,3 %, metode smoothing dengan frekuensi 7,1 %, metode
forcing dengan frekuensi sebesar 2,4 % dan tidak ada responden yang memilih metode

40
withdrawal. Pada faktor kondisi proyek metode yang sering digunakan untuk menangani
konflik pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi adalah menggunakan metode problem
solving dengan frekuensi sebesar 57,1 %, selanjutnya metode compromise dengan frekuensi
sebesar 23,8%, metode smoothing dengan frekuensi sebesar 11,9 %, metode forcing dengan
frekuensi sebesar 7, menggunakan metode problem solving dengan 1 % dan tidak ada
responden yang memilih metode withdrawal. Pada faktor biaya metode yang sering
digunakan untuk menangani konflik pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi adalah
frekuensi sebesar 52,4 %, selanjutnya metode compromise dengan frekuensi 28,6 %, metode
forcing dengan frekuensi sebesar 11,9%,metode smooting dengan frekuensi sebesar 4,8%
dan metode withdrawal dengan frekuensi sebesar 2,4 %. Pada faktor perbedaan kultur
metode yang sering digunakan untuk menangani konflik pada tahap pelaksanaan proyek
konstruksi adalah menggunakan metode compromise dengan frekuensi sebesar 40,5%,
selanjutnya metode problem solving dengan frekuensi sebesar 35,7 % dan metode
smoothing dengan frekuensi sebesar 23,8 %.Sedangkan metode forcing dan metode
withdrawal 0 % artinya tidak ada yang memilih metode tersebut. Hampir semua
pelaksanaan proyek akan memungkinkan terjadi konflik karena adanya interaksi antar
tenaga kerja, antar kelompok kerja, antar organisasi unsure -unsur proyek karena adanya
perbedaan persepsi, tujuan atau kepentingan. Dalam menghadapi atau menangani sebuah
konflik,tiap-tiap kelompok atau organisasi akan berbeda cara dalam menyikapinya. Dalam
penelitian ini secara umum metode dalam menangani konflik dalam pelaksanaan proyek
konstruksi pada keenam sumber konflik yaitu kontrak dan spesifikasi,sumber daya manusia,
manajemen dan organisasi unsur-unsur proyek, kondisi proyek, biaya dan perbedaan kultur
adalah menggunakan metode problem solving. Metode problem solving merupakan metode
untuk mencari jalan atau alternatif-alternatif pemecahan yang mempertimbangkan
keuntungan pihak-pihak yang berkonflik.
Metode ini bisa terlaksana dengan saling terbuka dan saling percaya. Hasil analisis ini sama
dengan hasil penelitian Ntiyakunze (2011), metode yang sering digunakan dalam
penanganan konflik pada pelaksanaan konstruksi untuk sumber konflik kontrak dan
spesifikasi, kondisi proyek, biaya dan perbedaan kultur adalah problem solving.

41
5. KESIMPULAN
Dari hasil studi literature dalam penelitian ini diperoleh enam sumber konflik pada tahap
pelaksanaan proyek konstruksi gedung, yaitu konflik akibat kontrak dan spesifikasi, sumber
daya manusia, manajemen dan organisasi unsur -unsur proyek, keadaan proyek, biaya dan
perbedaan kultur. Berdasar hasil analisis metode yang sering digunakan untuk
menyelesaikan konflik akibat dari keenam sumber konflik tersebut adalah sama yaitu
dengan menggunakan metode problem solving.
6. DAFTAR PUSTAKA
Diekmann, J.E., Girard, M.J., and Abdul-Hadi,N. (1994). Dispute Potential Index: A Study
into the Predictability of Contract Disputes. Construction Industry Institute, Boulder, Colo
Fenn, P., Lowe, D. and Speek C. (1997). “Conflict and dispute in construction”. Contract
Management Economics.
Journal of Management in Engineering,ASCE, Vol. 18No. 1:20.
Filley, A.C. (1975). “Interpersonal Conflict Resolution”. Glenview, Illinois:
Scott,Foresmen, 1975.
Handy, C.B. (1983): Understanding Organisations, London, Penguin Books,
Hamondsworkh.
Hellard, B.R. (1997). “Preventing and solving construction contract disputes”. Litton
educational publishing company.
Kissiedu, A. (2009), “The Development Of Appropriate Strategies For The Prevention Of
Construction Disputes In Ghana”. Master of theses Kwame
Nkrumah University Of Science And Technology, Kumasi, Ghana.
Malak, A.M., and Saadi, M.H., (2000). “Claim-Avoidance Administrative Procedures for
Construction Projects”, Procedings of the Congress,Construction Congress VI, Orlando,
Florida.
Marzouk, M.M., Mesteckawi, L.T., and Ibrahim, M.E. (2007). “Construction Disputes In
Egypt: Causes And Methodologies For Resolution”, Twelfth International Colloqium on
Structural and Geotechnical Engineering, Cairo-Egypt.
Motsa, C.D. (2006). “Managing Construction Disputes”, Theses Master of science
(Construction Management), Faculty of Engineering UTM, Malaysia.
Nazir, M. (1983). “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Jakarta.

42
Ntiyakunze, S.K. (2011). “Conflicts in Building Projects in Tanzania : Analysis of Couses
and Management Approaches”, Building and Real Estate Economics Departmentof Real
Estate and Construction Management Royal Instituteof Technology, Stockholm,Sweden.
Pemkot Surakarta, (2009).“30 Proyek Pemkot Tak Penuhi Target “, diunduh dari
http://www.surakarta.co.id
Poerdyatmono, B. (2007). “Alternatif Penyelesaian Sengketa Jasa Konstruksi”, Jurnal
Teknik Sipil Universitas Atma Jaya, Volume 8 No.1.
Santosa, B, (2009). “Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi”, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Soeharto, I. (2001). “Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 1”.
Erlangga,Jakarta, 1999
Sudarto, (2007),” Identifikasi Permasalahan Pada Faktor Internal Yang Mempengaruhi
Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Indonesia”, Jurnal Teknologi, Edisi No. 2.
Thomas, K. W. (1978). 'Conflict and the collaborative ethic: An introduction', California
Management Review, 21, 56-60.
Biodata penulis :
Herman Susila, Alumni S1 Teknik Sipil Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
(1998), Pascasarjana (S2) Magister Teknik Sipil program studi Manajemen Konstruksi
Universitas Diponegoro (2012), Dosen program studi Teknik sipil Fakultas Teknik
UTP Surakarta.

43
KAJIAN IMPLEMENTASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI KOTA KUPANG
Yunita A. Messah1)
Yohana Bolu Tena2)
I Made Udiana3)

ABSTRAK

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan.

Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Angka kecelakaan

kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus

kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi pada sektor konstruksi yang meliputi semua

jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan

sejenisnya (www.jamsostek,com). Dan jenis kecelakaan paling tinggi adalah tertimpa (PT

Jamsostek,2011). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, dimana karyawan sebagai asset

penting dalam perusahaan namun tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah

. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penerapan system manajemen K3

oleh kontraktor kelas menengah dan besar di Kota Kupang dan dampak yang

diakibatkannya. Adapun acuan penelitian ini adalah ketentuan yang ditetapkan dalam SMK3

berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No.PER.

05/MEN/1996. Analisis menggunakan rumus Normalisasi de Boer dengan konsep Traffic

Light System. Hasil penelitian menunjukan implementasi SMK3 perusahaan jasa konstruksi

di Kota Kupang termasuk dalam kategori kuning dengan prosentase 62,38 % dan tingkat

kecelakaan masuk dalam kategori hijau maka implementasi SMK3 berada pada level 2

(cukup aman). Ketentuan-ketentuan SMK3 sebagian besar telah dilakukan oleh perusahaan

jasa konstruksi. Sepuluh ketentuan yang paling banyak diterapkan adalah menetapkan

44
kebijakan K3, mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi, menyediakan dana untuk

pelaksanaan K3, menentukan pengendalian resiko kecelakaan, peraturan yang dibuat

berdasarkan perundang-undangan mengenai K3, menyediakan fasilitas P3K dalam jumlah

yang cukup, membuat tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, setiap pihak yang terlibat

dalam perusahaan jasa konstruksi harus berperan dalam menjaga dan mengendalikan

pelaksanaan K3, adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan implementasi

pengendalian untuk mengelola bahaya K3.

Kata Kunci : implementasi, SMK3, perusahaan jasa konstruksi

ABSTRACT

The complexity of the construction work, the risk of workplace accidents become higher, so

the Health and Safety Work Management System (SMK3) important to be implemented in

the construction company. Therefore, it is necessary to know how far the extent of

implementation SMK3 especially in construction services company in Kupang City. This

study used the questionnaire. The result of questionnaires data collection is processed using

the Normalization de Boer formula and analyzed with concept of Traffic Light System. The

survey results revealed that the percentage of SMK3 implementation in construction

services company in Kota Kupang is 62.38% (yellow category) and the accident rate is on

the green category. This explained that SMK3 implementations are at level 2 (safe enough).

Based on the type of company, BUMN enterprises have SMK3 implementation of 87.10%

and domestic private firms by 56.06%. SMK3 implementation for 5-10 year-old company at

47.85%, 10-20 years-old company at

54.18%, and the company aged > 20 years at 79.74%. The provisions of SMK3 largely have

been done by construction companies. The ten provisions have been done mostly are applied

45
of the K3 set policy, identify the hazards that will occur, to provide funds for the

implementation of K3, control determines the risk of accidents, regulations made under the

laws of K3, P3K facilities in sufficient quantity, create goals and objectives to be achieved,

all parties involved in construction services companies should play a role in maintaining and

controlling the implementation of the K3, the division of duties and responsibilities are clear

and the implementation of controls to manage risks K3.

Keywords: implementation, SMK3, construction companies

1. PENDAHULUAN

Perkembangan yang pesat dalam proyek konstruksi menyebabkan aspek keselamatan dan

kesehatan kerja menjadi penting. Hal ini disebabkan semakin kompleksnya pekerjaan

sehingga semakin tinggi resiko kecelakaan kerja. Data kecelakaan menunjukkan bahwa

untuk tahun 2010 terdapat 1525 korban kecelakaan kerja pada sektor jasa konstruksi di

Indonesia (Jamsostek, 2011). Data kecelakaan kerja untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur

pada Triwulan IV tahun 2011 terdapat 22 kasus kecelakaan kerja dan di Kota Kupang pada

tahun 2011 adalah 8 kasus. Pemerintah sebagai penyelenggara negara telah menetapkan

kebijakan agar kontraktor sebagai

pelaksana konstruksi melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

implementasi SMK3 pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Soemaryanto (2002) dalam Angkat (2008), ditinjau dari aspek yuridis, K3 adalah

upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat

kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar

46
sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien. Ditinjau dari efek teknis, K3

adalah ilmu pengetahuan dan penerapan untk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam system manajemen yang disebut SMK3.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996, SMK3 adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif. Sistem manajemen wajib diterapkan pada kontraktor

dengan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan/atau mengandung potensi

bahaya. UU Nomor 13 Tahun 2003 telah menjelaskan tentang pelaksanaan SMK3 yang

berupa paksaan diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “setiap perusahaan wajib

menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan

sistem manajemen perusahaan”.

Tahapan SMK3 menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (1996:7) adalah sebagai

berikut:

a. Tahapan komitmen dan kebijakan K3.

b. Tahapan perencanaan. c. Tahapan penerapan.

d. Tahapan pengukuran dan evaluasi.

e. Tahapan tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen.

47
Implementasi SMK3 dalam organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja K3 dengan

melaksanakan upaya K3 secara efisien dan efektif sehingga risiko kecelakaan dan penyakit

kerja dapat dicegah atau dikurangi (Ramli, 2010:55). Chamidah (2004) dalam Suwandi

(2008), menyatakan bahwa penilaian tingkat implementasi program K3 diperoleh dengan

membandingkan setiap pertanyaan dalam kuisioner dengan standar implementasi yang

igunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3. Menurut

Budiono (2005) dalam Rochmoeljati, pencapaian implementasi ini dinyatakan dalam 3

kategori yaitu kategori hijau, merah, dan kuning merujuk pada konsep Traffic Light System

Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996

(Permenaker Nomor: PER.05/MEN/1996).

Pembagian batasan untuk setiap kategori sebagai berikut:

a. Warna hijau

Indikator ini menyatakan bahwa implementasi yang dilakukan sudah baik. Kisaran nilai

untuk indikator ini adalah 85 % - 100 %.

b. Warna kuning

Indikator ini menyatakan bahwa implementasi yang dilakukan belum tercapai, meskipun

nilainya sudah mendekati target. Kisaran nilai indikator kinerja untuk indikator ini adalah

60 % - 84 %.

c. Warna merah

Indikator ini menyatakan bahwa implementasi yang dilakukan berada di bawah target

sehingga harus dilakukan perbaikan secepatnya. Kisaran nilai untuk indikator ini adalah 0

48
% - 59 %. Untuk penilaian terhadap pelaksanaan SMK3 didasarkan pada skala yang

diperlihatkan dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Pelaksanaan SMK3

Penilaian 1 2 3

Pelaksanaan Tidak sama sekali Dilaksanakan Dilaksanakan dengan


dilaksanakan jasa sebagian oleh jasa baik oleh jasa
perusahan konstruksi perusahan konstruksi perusahan konstruksi
Sumber : Wirahadikusumah, 2005.

Menurut Pratama (2008) dalam Rochmoeljati (2009), perhitungan implementasi ini

didasarkan pada rata-rata jawaban dari responden untuk tiap pertanyaan lalu menghitung

rata-rata untuk tiap kategori. Selanjutnya nilai rata-rata tersebut dinormalkan dengan rumus

normalisasi De Boer sebagai berikut:

Achievement kategori = (Nilai Aktual – Skala Manimum) X 100% ………………..(2.1)


(SkalaMaksimum - Skalaminimun)
Dimana:

a. Nilai aktual adalah nilai rata-rata dari tiap kategori

b. Skala minimum adala skala terkecil dari penilaian yang dilakukan. Skala minimum =

skala terkecil penilaian pelaksanaan SMK3 x jumlah responden

c. Skala maksimum adalah skala terbesar dari penilaian yang dilakukan Skala maksimum =

skala terbesar penilaian pelaksanaan SMK3 x jumlah responden

Nilai rata-rata dari semua kategori ini kemudian dirata-rata untuk memperoleh nilai akhir

yang menunjukkan tingkat dari implementasi program. Nilai ini akan dihubungkan dengan

data tingkat kehilangan/kerugian kerja yang dialami sehingga dapat diketahui level tingkat

implementasi program. Perhitungan kehilangan/kerugian kerja yang dialami ini didasarkan

pada tingkat keparahan kecelakaan.

49
Tabel 2.2 Kategori Keparahan Kecelakaan

Kategori Parameter Penilaian Keterangan


Hijau Terjadi Kecelakaan ringan Luka ringan atau sakit ringan
(injuries) (tidak kehilangan hari kerja)
Kuning Terjadi kecelakaan sedang Luka berat/parah atau sakit
(illnisses) dengan perawatan intensif
(kehilangan hari kerja)
Merah Terjadi kecelakaan berat Meninggal atau cacat seumur
(fatalities) hidup (tidak mampu bekerja)
Sumber : Rahman, 2006.

Berdasarkan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi untuk setiap responden lalu ditentukan

kategorinya. Untuk menentukan level implementasi program maka digunakan matriks

hubungan tingkat implementasi dan kecelakaan kerja seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 di

bawah ini.

Tabel 2.3 Tingkat Implementasi – Kecelakaan

Tingkat Implementasi

Hijau kuning Merah

Tingkat Hijau Level 1 (aman Level 2 (cukup Level 4 (Rawan)


Implementasi dan nyaman) aman)
Kuning Level 2 (cukup Level 3 (hati-hati) Level 5
aman) (berbahaya)
Merah Level 4 (rawan) Level 5 Level 6 (sangat
(berbahaya) berbahaya)

3. METODE PENELITIAN

Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Mengumpulkan data-data sekunder mengenai persyaratan atau ketentuan dalam SMK3

dan data jumlah perusahaan jasa konstruksi yang diperoleh dari LPJKD (Lembaga

50
Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah) Provinsi Nusa Tenggara Timur dan GAPENSI

(Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional) Kota Kupang.

b. Penyusunan kuisioner penelitian.

c. Penentuan jumlah sampel/responden berdasarkan data yang diperoleh.

d. Penyebaran kuisioner penelitian kepada responden.

e. Pengolahan data berupa kuisioner penelitian.

f. Pembahasan mengenai implementasi SMK3.

g. Merumuskan kesimpulan dan saran.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai data dari kuisioner implementasi system

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan mengacu pada Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 dan standar SMK3 lainnya. Kuisioner diberikan skala

penilaian tingkat pelaksanaan implementasi yaitu nilai 1-3 untuk tiap variable kemudian

menggunakan persamaan Normalisasi de Boer untuk mengetahui persentase implementasi.

Merujuk pada konsep Traffic Light System ditentukan kategori implementasi SMK3.

Tahapan implementasi SMK3 yang dinilai dalam kuisioner ini melitupi 5 yaitu:

a. Tahapan komitmen dan kebijakan

b. Tahapan perencanaan

c. Tahapan penerapan

d. Tahapan pengukuran dan evaluasi

e. Tahapan tinjauan ulang manajemen

51
Data kuisioner yang dikumpulkan merupakan data primer karena diperoleh langsung

melalui wawancara dengan responden. Responden dalam penelitian ini adalah perusahaan

jasa konstruksi skala besar dan menengah yang berada pada tingkat (grade) 5-7 y ang

berdomisili di Kota Kupang berdasarkan data LPJKD Provinsi NTT dan GAPENSI Kota

Kupang. Perusahaan jasa konstruksi yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah

19 yang terdiri dari 4 perusahaan dengan jenis perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dan 15 perusahaan dengan jenis perusahaan swasta nasional.

4.1 Penentuan Level Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) Kota Kupang

Tabel 4.1 Persentase Implementasi SMK3 Kota Kupang

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 67,98 %


Perencanaan 73,46 %
Penerapan 61,00 %
Pengukuran dan evaluasi 49,74 %
Tinjauan ulang manajemen 47,37 %
Rata-rata 62,38 %

Dari Tabel 4.1 diketahui rata-rata persentase implementasi SMK3 yaitu 62,38 %. Merujuk

pada konsep Traffic Light System diketahui bahwa implementasi SMK3 perusahaan jasa

konstruksi Kota Kupang berkategori kuning.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada pelaksanaan proyek pada tahun 2010

dan 2011 kecelakaan yang paling banyak terjadi merupakan luka ringan atau sakit ringan.

Data ini menunjukan bahwa kecelakaan yang terjadi berkategori hijau. Berdasarkan data

kategori implementasi SMK3 perusahaan jasa konstruksi Kota Kupang dan kategori

52
kecelakaan kerja maka level implementasi SMK3 perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pemetaan Tingkat Implementasi – Kecelakaan Kerja

Tingkat Implementasi

Hijau Kuning Merah TINGKAT


PENGONTRO
Hijau Level 1 (aman Level 2 Level 4 LAN DAN
Tingkat dan nyaman) (cukup aman) (Rawan)
KESESUAIAN
Kecelakaan Kuning Level 2 Level 3 (hati- Level 5
(cukup aman) hati) (berbahaya) PROSEDUR
Merah Level 4 Level 5 Level 6 (sangat (SUPERVISI)
(rawan) (berbahaya) berbahaya)

PERBAIKI PROGRAM IMPLEMENTASI (PROSES)

Dari Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa implementasi SMK3 Kota Kupang berada pada level

2 (cukup aman). Untuk itu perlu diperbaiki program implementasi agar berada pada kategori

hijau.

4.2 Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

berdasarkan Jenis Perusahaan dan Usia Perusahaan

4.2.1 Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) berdasarkan Jenis Perusahaan

a. Jenis perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

53
Tabel 4.3 Persentase Implementasi SMK3 Untuk Jenis Perusahaan BUMN

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 93,75 %


Perencanaan 90,63 %
Penerapan 81,99 %
Pengukuran dan evaluasi 91,25 %
Tinjauan ulang manajemen 93,75 %
Rata-rata 87,10 %

Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa tahapan komitmen dan kebijakan dan tinjauan ulang

manajemen memiliki persentase terbesar yaitu sebesar 93,75 %. Hal ini menunjukaan bahwa

perusahaan BUMN sudah mengerti akan pentingnya SMK3 dan perlu adanya peninjauan

ulang untuk meningkatkan kinerja SMK3 ke depannya. Dengan rata-rata implementasi

SMK3 sebesar 87,10 % yaitu berkategori hijau sesuai konsep Traffic Light System maka

diketahui bahwa implementasi SMK3 untuk jenis perusahaan BUMN sudah baik.

b. Jenis perusahaan swasta nasional

Tabel 4.4 Persentase Implementasi SMK3 Untuk Jenis Perusahaan Swasta Nasional

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 62,22 %


Perencanaan 69,17 %
Penerapan 55,67 %
Pengukuran dan evaluasi 38,67 %
Tinjauan ulang manajemen 35,00 %
Rata-rata 56,06 %

Dari Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa tahapan perencanaan memiliki persentase terbesar

yaitu sebesar 69,17 %. Hal ini menunjukaan bahwa perusahaan swasta nasional memiliki

perencanaan yang baik untuk melaksanakan program SMK3. Dengan rata-rata implementasi

SMK3 sebesar 56,06 % yaitu berkategori merah sesuai konsep Traffic Light System. Nilai

54
ini menunjukkan bahwa implementasi SMK3 berada di bawah target sehingga perlu

dilakukan perbaikan secepatnya. Sesuai jenis perusahaan, jenis perusahaan BUMN memiliki

persentase implementasi SMK3 lebih baik dari jenis perusahaan swasta nasional. Hal ini

disebabkan oleh kualifikasi perusahaan yaitu BUMN merupakan badan usaha milik negara

sehingga menjalankan persyaratan SMK3 yang lebih baik dari swasta nasional.

4.2.2 Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

berdasarkan Usia Perusahaan

a. Usia perusahaan 5-10 tahun

Tabel 4.5 Persentase Implementasi SMK3 Untuk Perusahaan Berusia 5-10 Tahun

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 50,00 %


Perencanaan 58,33 %
Penerapan 53,24 %
Pengukuran dan evaluasi 18,33 %
Tinjauan ulang manajemen 25,00 %
Rata-rata 47,85 %

Dari Tabel 4.5 di atas diketahui bahwa rata-rata implementasi SMK3 untuk usia perusahaan

5-10 tahun sebesar 47,85 % berada pada kategori merah sesuai konsep Traffic Light System.

Nilai ini menunjukkan bahwa implementasi SMK3 berada di bawah target sehingga perlu

dilakukan perbaikan secepatnya.

55
b. Usia perusahaan 10-20 tahun

Tabel 4.6 Persentase Implementasi SMK3 Untuk Perusahaan Berusia 10-20 Tahun

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 62,04 %


Perencanaan 68,52 %
Penerapan 51,50 %
Pengukuran dan evaluasi 42,78 %
Tinjauan ulang manajemen 30,56 %
Rata-rata 54,18 %

Dari Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa rata-rata implementasi SMK3 untuk usia perusahaan

10-20 tahun sebesar 54,18 % berada pada kategori merah sesuai konsep Traffic Light

System. Nilai ini menunjukkan bahwa implementasi SMK3 berada di bawah target sehingga

perlu dilakukan perbaikan secepatnya.

c. Usia perusahaan di atas 20 tahun

Tabel 4.7 Persentase Implementasi SMK3 Untuk Perusahaan Berusia di atas 20 Tahun

Tahapan Persentase (%)

Komitmen dan Kebijakan 85,71 %


Perencanaan 86,90 %
Penerapan 77,13 %
Pengukuran dan evaluasi 72,14 %
Tinjauan ulang manajemen 78,57 %
Rata-rata 79,74 %

Dari Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa rata-rata implementasi SMK3 untuk usia perusahaan

di atas 20 tahun sebesar 79,74 % berada pada kategori kuning sesuai konsep Traffic Light

System. Nilai ini menunjukkan bahwa implementasi SMK3 yang dilakukan belum tercapai

namun sudah mendekati target. Berdasarkan usia perusahaan, semakin tinggi usia

perusahaan, semakin baik

56
implementasi SMK3 yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan semakin tingginya usia

perusahaan maka pengalaman perusahaan menyangkut SMK3 lebih banyak. Dengan

semakin tingginya usia perusahaan, perusahaan sudah lebih banyak meninjau ulang SMK3

yang sudah dilakukan untuk proses perbaikan. Hal ini terlihat dalam persentase tinjauan

ulang manajemen dengan usia perusahaan yang semakin besar maka semakin baik pula.

4.3 Ketentuan-Ketentuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang Sudah Dilakukan Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Kupang

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa ketentuan SMK3 sebagian besar telah

dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi. Pada Tabel 4.8 di bawah ini

memperlihatkan 10 kententuan yang paling banyak dilakukan perusahaan jasa

konstruksi di Kota Kupang.

Tabel 4.8 Sepuluh Ketentuan SMK3 yang Paling Banyak Dilakukan oleh Perusahaan

Jasa Konstruksi No Ketentuan SMK3 Persentase Implementasi (%)

1 Menetapkan kebijakan K3 86,84

2 Mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi 84,21

3 Menyediakan dana untuk pelaksanaan K3 84,21

4 Menentukan pengendalian resiko kecelakaan 81,58

5 Peraturan yang dibuat berdasarkan perudang-undangan mengenai K3 81,58

6 Menyediakan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup 81,58

7 Membuat tujuan dan sasaran yang ingin dicapai 78,95

8 Setiap pihak yang terlibat dalam perusahaan jasa konstruksi harus berperan dalam

menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3 76,32

9 Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas 73,68

57
10 Implementasi pengendalian untuk mengelola bahaya K3 73,68

Dari Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa ketentuan SMK3 yang paling banyak

dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi adalah menetapkan kebijakan K3 dengan

besar persentase adalah 86,84 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan jasa

konstruksi di Kota Kupang sudah menyadari pentingnya SMK3 untuk dilaksanakan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Persentase implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang adalah sebesar 62,38 %. Dari persentase

ini implementasi SMK3 dikategorikan kuning sesuai konsep Traffic Light System.

Dengan tingkat kecelakaan yang berada pada kategori hijau maka dapat diketahui bahwa

tingkat implementasi SMK3 Kota Kupang berada pada level 2 yaitu cukup aman.

2. Berdasarkan penggolongan menurut kategori jenis perusahaan, jenis perusahaan BUMN

memiliki persentase implementasi SMK3 sebesar 87,10 % dan jenis perusahaan swasta

nasional memiliki persentase 56,06 %. Hal ini disebabkan oleh kualifikasi perusahaan

yaitu BUMN merupakan badan usaha milik Negara sehingga menjalankan persyaratan

SMK3 yang lebih baik dari swasta nasional. Berdasarkan penggolongan menurut kategori

usia perusahaan, perusahaan dengan usia 5-10 tahun memiliki persentase implementasi

SMK3 sebesar 47,85 %; perusahaan dengan usia 10–20 tahun memiliki persentase 54,18

%; dan perusahaan dengan usia di atas 20 tahun memiliki persentase 79,74 %. Hal ini

dapat membuktikan bahwa semakin tinggi usia perusahaan maka implementasi SMK3

semakin baik.

58
3. Ketentuan-kententuan SMK3 sebagian besar telah dilakukan oleh perusahaan jasa

konstruksi di Kota Kupang. 10 Ketentuan yang paling banyak diterapkan oleh perusahaan

jasa konstruksi adalah menetapkan kebijakan K3 (86,84 %), mengidentifikasi bahaya

yang akan terjadi (84,21%), menyediakan dana untuk pelaksanaan K3 (84,21%),

menentukan pengendalian resiko kecelakaan (81,58%), peraturan yang dibuat

berdasarkan perundang-undangan mengenai K3

(81,58%), menyediakan fasilitas P3K dalam jumlah yang cukup (81,58%), membuat

tujuan dan sasaran yang ingin dicapai (78,95%), setiap pihak yang terlibat dalam

perusahaan jasa konstruksi harus berperan dalam menjaga dan mengendalikan

pelaksanaan K3 (76,32%), adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas

(73,68%) dan implementasi pengendalian untuk mengelola bahaya K3 (73,68%).

59
DAFTAR PUSTAKA

Angkat S. 2008. Analisa Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan

Perusahaan X, Tesis, Progran Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anonimous. 1970. UURI Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Jakarta.

Anonimous. 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-

01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan,

Jakarta.

Anonimous. 1986. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri

Tenaga Kerja No. KEP.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang Pedoman Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, Jakarta.

Anonimous. 1992. UURI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta.

Anonimous. 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Jakarta.

Anonimous. 1999. UURI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Jakarta.

Anonimous, 2000. PP Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,

Jakarta.

Anonimous. 2003. UURI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Jakarta.

Anonimous. 2010. Pedoman K3 proyek Konstruksi, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Jakarta.

Cochran W. G. 1991. Teknik Penarikan Sampel, Universitas Indonesia, UI-Press), Jakarta.

Hasan I. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 1, PT Bumi Aksara, Jakarta.

60
Rahman A. dkk. 2006. Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan terhadap Bahaya

Tempat Kerja dan Penanganan Hazard (Studi Kasus Otsuka Indonesia), Jurnal Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Ramli S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dian Rakyat,

Jakarta.

Rocmoeljati. 2009. Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan

Perangkingan Hazard dengan Pendekatan Manajemen Resiko, Jurnal Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya.

Soeharto I. 1999. Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta.

Tarigan Z. 2008. Analisa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik

Kepala Sawit Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, Tesis, Sekolah Pasca sarjana,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

61
EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 DALAM
MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA PADA STUDI KASUS PT.
CIPUTRA SURYA, Tbk.
Siswoyo
Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustustus 1945 Surabaya
email: sipil@untag-sby.ac.id
Abstraks
Seiring dengan perkembangan jaman dan dibarengi dengan sikap kritis yang selektif dari
pelanggan dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, serta
adanya kompetisi antar perusahaan-perusahaan penyedia jasa konstruksi khusunya di bidang
perumahan yang semakin ketat, menjadikan perusahaan tersebut dituntut untuk selalu
menghasilkan produk – produk yang bermutu agar tidak ditinggalkan pelanggannya.Adanya
sistem manajemen mutu bagi setiap perusahaan menjadi hal yang penting, seiring dengan
tingkat persaingan yang semakin ketat serta dibarengi dengan tuntutan pasar akan produk –
produk yang berkualitas, oleh karenanya kehadiran ISO 9001 dapat membantu perusahaan
dalam menguatkan mutu kinerjanya untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan
secara seragam dan dapat memperbaiki kinerja. Dan pada akhirnya, dapat memberikan
jaminan mutu produk yang konsisten sesuai harapan pelanggan dan memperkuat daya saing.
Penelitian ini menganalisis seberapa besar korelasi antar variabel – variabel dalam
penerapan sistim manajemen mutu ISO 9001:2008 di proyek perumahan PT. Ciputra Surya,
Tbk., Surabaya, pada kualitas produksi rumah yang lebih baik. Untuk proses pembangunan
di kawasan CitraLand Surabaya oleh Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya,
Tbk.yang dikerjakan tahun berjalan saat penelitian.Berdasarkan hasil penelitian dalam
menganalisis data, Kualitas Perencanaan telah terpenuhi, secara kuantitas responden mampu
mengidentifikasi standar kualitas untuk pengawasan proyek perumahan secara benar,
menjalankan jaminan kualitasdinyatakan bahwa sebagian besar responden
mengimplementasikan rencana jaminan kualitas agar produk rumah yang dihasilkan
memenuhi semua Persyaratan yang dibutuhkandan Menjalankan kontrol kualitas.
Kata kunci :ISO 9001, Kualitas Perencanaan, Jaminan Kualitas, Kualitas Pengawasan.

62
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman dan dibarengi dengan sikap kritis yang selektif dari
pelanggan dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, serta
adanya kompetisi antar perusahaan-perusahaan penyedia jasa konstruksi khusunya di bidang
perumahan yang semakin ketat, mejadikan perusahaan tersebut dituntut untuk selalu
menghasilkan produk – produk yang bermutu agar tidak ditinggalkan pelanggannya.
Kondisi tersebut menyadarkan PT. Ciputra Surya, Tbk, sebagai pengembang untuk
mempertahankan kualitas produknya dengan kata lain mempertahankan mutu produksi
rumahnya secara konsisten dengan menggunakan standard ISO 9001-2008.
Dasar pemikiran penggunaan ISO 9001 sebagai Manajemen Mutu produk rumah/bangunan
di CitraLand guna penyeragaman kualitas produk yang sesuai dengan keinginan
pelanggan/konsumen, ini cukup mendasar bila Departemen Residensial Project harus
memproduksi rumah setiap tahunnya ± 300 unit, yang harus diserah–terimakan ke
Pelanggan/ Konsumen. Dengan kapasitas produksi yang seperti itu paling tidak melibatkan
lebih dari 30 kontraktor bangunan (rumah) setiap tahunnya, dikarenakan banyaknya
kontraktor yang terlibat di dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan, tentunya masing–
masing kontraktor akan mengerahkan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang
terlibat untuk memproduksi rumah tersebut, masing – masing kontraktor berbeda-beda.
Dengan banyaknya kontraktor yang terlibat dan tingkat kemampuan yang berbeda–beda ini
yang menyebabkan pihak pengembang mengambil langkah-langkah yang dapat
menyeragamkan produk–produknya memenuhi standard mutu yang dikehendaki oleh
pelanggan. Maka pihak pengembang PT. Ciputra Surya, Tbk, sejak tahun 2008 memakai
ISO 9001- 2008 untuk mengontrol proses penyediaan produknya. Memperhatikan Visi dan
Misi Perusahaan PT. Ciputra Surya,Tbk., maka tugas dari pelaksana pengawas
pembangunan tidaklah ringan, karena harus tetap menjaga kualitas serta waktu yang telah
dijanjikan. Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dengan judul “Evaluasi
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dalam Manajemen Proyek Konstruksi di
Indonesia pada Studi Kasus PT. Ciputra Surya,Tbk”. Penelitian ini hanya untuk proses

63
pembangunan rumah/bangunan di Departemen ResidencialProject PT. Ciputra Surya,Tbk,
yang mana prosedur pembanguan telah tertuang di dalam Dokumen ISO. Ada 2 (dua) hal
penting di dalam ISO 9001-2008, yaitu :
a. Untuk mengembangkan, disederhanakan standar yang akan berlaku, dalam skala kecil
maupun menengah dan besar.
b. Untuk jumlah dan detail dokumentasi diperlukan agar lebih relevan dengan hasil yang
diinginkan dari proses kegiatan organisasi (Recidensial Project Department, PT. Ciputra
Surya, Tbk).
Hal ini menekankan bahwa ISO 9001 memerlukan yang didokumentasikan sistem
manajemen mutu", dan bukan "sistem dokumen". Disamping itu kawasan CitraLand
Surabaya yang merupakan kawasan pengembangan PT. Ciputra Surya, Tbk.ini beberapa
kali merubah take line – nya, dari Citraland Surya, lalu Citraland City kemudian CitraRaya
“Kota Mandiri”, dan sekarang menggunakan “The Singapore of Surabaya”, serta
ditambahkan Green, Clean and Modern City. PT. Ciputra Surya, Tbk. bertekad
mengembangkan Surabaya Barat yang awalnya merupakan lahan kering tadah hujan lalu
dikembangkan menjadi kawasan hijau dan bersih sesuai dengan take linenya “The
Singapore of Surabaya”, serta menuju ke kota modern. Dalam perjalanannya pengembangan
kawasan CitraLand mengalami pasang surut seperti halnya perkembangan Property di
Indonesia, yang paling parah pada saat resesi ekonomi global tahun 1998.
Begitu pula perihal manajemen di dalam perjalanannya PT. Ciputra Surya,Tbk beberapa kali
mengalami perubahan peralatan manajemennya dengan mengadopsi dari sistem manajemen
yang sudah teruji dan memodifikasinya disesuaikan dengan kondisi Organisasi Perusahaan
PT. Ciputra Surya,Tbk guna tercapainya tujuan Perusahaan yang lebih baik. Kawasan
CitraLand sesuai ijin yang di dapat dari Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur, adalah
Pemukiman, Jasa dan Rekreasi ke Pariwisataan. Dari ijin yang dimiliki sangat
memungkinkan kawasan CitraLand menjadi Kota Mandiri yang Modern. Di dalam
pengembangan kawasan CitraLand oleh PT. Ciputra Surya, Tbk. Dipercayakan pada
Departemen Residencial Project, yang mana Departemen ini bertanggung jawab mengolah
lahan dari tanah mentah sampai dengan lingkungan yang siap untuk menjadi tempat tinggal.
Dalam perkembangannya Departemen Residencial Project juga mengalami pasang surut
untuk mengelola organisasinya. Oleh karena produk yang dihasilkan harus bermutu sama

64
sedangkan proses pembangunannya dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda, maka
diperlukan suatu sistem manajemen mutu untuk memenuhi standar baku yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Sehingga poses produksi tidak tergantung pada perubahan kontraktor
maupun personil pengawas. Dengan mempertimbangkan kemungkinan pengaruh positip
atau negatip, maka untuk proses pembangunan rumah di kawasan CitraLand Surabaya
memakai Sistim Manajemen Mutu ISO 9001 sejak tahun 2008.
1.2 Rumusan Masalah
a. Seberapa besar korelasi antar variabel– variabel dalam penerapan sistim manajemen
mutu ISO 9001:2008 di proyek perumahan PT. Ciputra Surya, Tbk., Surabaya, pada
kualitas produksi rumah yang lebih baik.
b. Berapa besar biaya pekerjaan ulang/ rework/ biaya purna jual yang ditentukan dalam
prosen terhadap Berita Acara Prestasi/ Pekerjaan Proyek.
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kinerja, motivasi Sumber Daya Manusia serta korelasinya terhadap
variabel–variabel di dalam penerapan sistim manajemen mutu ISO 9001:2008,
terhadap pelaksanaan proyek Perumahan PT. Ciputra Surya, Tbk. Surabaya
(khususnya mengenai kualitas bangunan rumah).
b. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase biaya rework/ pekerjaan ulang/biaya
purna jual terhadap Berita Acara ProgresProyek.

65
II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

A. Pengaruh Penerapan terhadap ISO 9001 PT, Pembangunan Perumahan cabang V


Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, menyarankan bahwa telah
ditemukan variabel penentu yang berpengaruh terhadap penyebab terjadinya rework,
yaitu frekuensi rework yang digunakan sebagai umpan balik (feedback) untuk
pengambilan tindakan pengendalian pada pekerjaan struktur dan keterbatasan atau
kekurangan tenaga pengawas dalam memonitor proses pelaksanaan konstruksi,(Lukman:
2010).
B. Kajian Penerapan ISO 9000 Terhadap Tingkat Kecacatan Produk Beton Pracetak
Pada PT. Wijaya Karya Beton Boyolali Jawa Tengah, dari identifikasi produk cacat
dapat diketahui bahwa kecacatan yang terjadi tidak pernah dalam satu kategori atau
penyebab kecacatan produk selalu berbeda dan setiap ditemukan produk cacat telah
dilakukan perbaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku.Hal ini telah membuktikan
bahwa metode pengawasan telah berfungsi dengan baik, dari aspek yang lebih luas
menunjukkan bahwa pelaksanaan ISO 9002 pada PT.WIKA BETON telah berjalan
cukup baik, (Setya Winarno& Gunawan Wibisono:2002)
C. Manajemen Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi, Saat ini kebutuhan manajemen
kinerja yang baik dirasakan semakin penting di berbagai Perusahaan Jasa Konstruksi
untuk mendorong inotivasi dan komitmen karyawan. Kinerja karyawan bisa dikelola
secara baik melalui suatu proses terintegrasi antara perencanaan kinerja, pembimbingan
kinerja, pendokumen-tasian kinerja dan review kinerja. Karyawan perusahaan jasa
konstruksi sebagai modal manusia merupakan aset terpenting bagi perusahaan jasa
konstruksi, karena melalui modal manusia (human capital) maka perusahaan
dikembangkan, pertum-buhan ekonomi ditingkatkan, dan inovasi diwujudkan. Sedangkan
inovasi yang terjadi menghasilkan ketidak-seimbangan yang mendorong individu dan
organisasi terus beradaptasi untuk bisa bertahan hidup. Budaya organisasi dalam
perusahaan jasa konstruksi secara parsial berpengaruh terhadap perilaku karyawan, cara
kerja dan motivasi para manajer serta bawahannya, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan orientasi etika yang terbesar adalah relativisme

66
paling dominan. Oleh karenanya, etika dilatarbelakangi oleh budaya dimana budaya
memiliki aturan yang berbeda-beda yang belum tentu dapat diterapkan
ditempat yang memiliki budaya kerja yang berbeda pula. Kekurang- berhasilan
penerapan kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat berdampak pada kredibilitas manajemen
perusahaan, karena dianggap tak mampu mendongkrak kinerja para pegawainya. Disamping
itu, juga mencitpakan persepsi bahwa manajemen perusahaan hanya buang-buang waktu,
tenaga, dan biaya tanpa hasil yang nyata. Dalam implementasi penilaian kinerja itu sendiri,
penetapan faktor-faktor penilaian, metode penilaian, dan siapa penilainya merupakan
tahapan-tahapan yang terpenting dari keseluruhan proses penilaian kinerja perusahaan jasa
konstruksi. (Gatot Nursetyo:2010.)
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu proses merencanakan, mengoganisir, memimpin, dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan
pendekatan system dan hirarki (arus kegiatan) vertical maupun horizontal (Iman
Soeharto,24).
Menurut Harold R Kerzner (2013:2) proyek manajemen dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan dan tugas yang antara lain :
a. Mempunyai tujuan khusus yang harus diselesaikan sesuai dengan spesifikasinya.
b. Mempunyai titik awal dan akhir yang telah ditentukan.
c. Memiliki keterbatasan sumber daya.
d. Mengkonsumsi sumber daya (misal : uang, Tenaga kerja dan peralatan/
perlengkapan)
e. Multi-fungsi.
2.3 Pengendalian Mutu
Ada difinisi yang sederhana dan mudah diterima adalah sebagai berikut: proyek merupakan
suatu pekerjaan sesaat yang mempunyai kurun waktu awal dan akhir yang ditentukan, dan
mempunyai tujuan yang jelas, dengan lingkup kerja serta anggaran tertentu.
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pemakai (customer), Imam Soeharto (1997:297)

67
Dari difinisi di atas, merupakan langkah pertama untuk mengetahui mutu suatu obyek
adalah mulai dari penyusunan program, perencanaan, pengawasan, pemeriksaan, dan
pengendalian mutu. Sesuai dengan uraian tersebut,maka disusunlah program penjamin mutu
(QA), antara lain :
a. Perencanaan sistematis yang merinci dan menjabarkan pada setiap tahap proyek
serta langkah–langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran mutu.
b. Penyusunan batasan dan kriteria spesifikasi dan standar mutu yang akan
digunakan dalam desain engineering, pembelian material, dan konstruksi.
c. Penyusunan organisasi dan pengisian personil untuk melaksanakan kegiatan
penjamin mutu.
d. Pembuatan pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, yang meliputi pemantauan,
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan pelaporan hasil-hasilnya.
e. Identifikasi peralatan yang akan digunakan.

Untuk studi kasus ini PT. Ciputra Surya, Tbk. Di dalam pengendalian mutu memakai
standard ISO 9001:2008, dimulai dari Management Representative(MR), Document Control
(DC), Petunjuk Kerja masing–masing bagian, Audit Internal, Audit External (Pemberi
Sertifikasi ISO), Management Review minimal setahun sekali.
Sedangkan hal–hal yang perlu diaudit mutu meliputi antara lain :
a. Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu.
b. Kriteria keandalan dan aman.
c. Mengikuti peraturan atau hukum dan prosedur.
d. Memenuhi spesifikasi.
e. Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan obyek tidak memenuhi
mutu.
f. Dokumen yang mencatat hasil implementasi program QA(Quality Assurance) atau
QC (Quality Control).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen mutu, adalah :
a. Inspeksi dan Pengetesan
b. Metode pengendalian mutu

68
Kualitas produk yang lebih tinggi menyebabkan Perusahaan dapat mengurangi tingkat
kesalahan, mengurangi ketidak-puasan pelanggan, dan memperbaiki kinerja penyampaian
produk atau jasa.
Hal yang menarik adalah usaha pemenuhan persyaratan serta harapan pelanggan menjadi
unsur utama dalam semua definisi mutu tersebut. Oleh karena itu kemampuan untuk
menerjemahkan dan memenuhi harapan pelanggan termasuk dalam bidang perencanaan,
kinerja, harga, waktu penyerahan, fungsi proyek, dan keselamatan akan menempatkan
Perusahaan diatas para pesaingnya.
Penerapan sistim mutu yang efektif akan menghemat biaya pelaksanaan proyek. Sebagai
tambahan dari biaya operasional dan keuntungan, terdapat satu elemen yang dibutuhkan
yaitu biaya mutu (quality cost). Biaya mutu adalah biaya yang harus dikeluarkan agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan, antara lain meliputi :
a. Biaya pencegahan,
b. Biaya appraisal,
c. Biaya kegagalan atau ketidaksesuaian (rework),
2.4 International Organization for Standardization (ISO)
Organisasi pengelola standard International ini adalah International Organization for
Standardization yang bermarkas di Geneva–Swiss, didirikan pada 23 Pebruari 1947, kini
beranggotakan lebih dari 147 negara yang manasetiap negara diwakili oleh badan
standardisasi nasional (Indonesia diwakili oleh KAN). ISO 9001 merupakan standard
international yang mengatur tentang sistem manajemen Mutu, oleh karena itu sering kali
disebut sebagai “ISO 9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka
ISO 9001:2008 adalah system manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Seiring
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin luasnya dunia usaha,
maka kebutuhan akan pengelolaan system manajemen mutu semakin dirasa perlu dan
mendesak untuk diterapkan pada berbagai scope industry yang semakin hari semakin
beragam. Versi 2008 ini adalah versi terbaru yang diterbitkan pada Desember 2008. Pada
tahun 1994, Komite Teknis ISO berhasil menyelesaikan tugasnya dan menerbitkan versi
terbaru dari ISO 9000 series yang kemudian dikenal sebagai ISO 9000 versi 1994.
Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.
a. Adanya satu set prosedur yang mencakup semua proses penting dalam bisnis;

69
b. Adanya pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan bahwa sistem
menghasilkan produk-produk berkualitas;
c. Tersimpannya data dan arsip penting dengan baik;
d. Adanya pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari unit-unit
yang rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang benar apabila dibutuhkan;
e. Secara teratur meninjau keefektifan tiap-tiap proses dan sistem kualitas itu sendiri.

Sertifikasi terhadap salah satu ISO 9000 standar tidak menjamin kualitas dari barang dan
jasa yang dihasilkan. hanya menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten
dilaksanakan di perusahaan atau organisasi tersebut.Walaupan standar-standar ini pada
mulanya untuk pabrik-pabrik, saat ini mereka telah diaplikasikan ke berbagai perusahaan
dan organisasi, termasuk perguruan tinggi dan universitas.
2.4.1. Plan Do Check Act
Langkah-langkah PDCA (5 langkah; GEMI, 1993) adalah:
1. Plan, mengidentifikasi pelanggan, kebutuhan konsumen, dan seberapa baik sistem anda
menyediakan hasil yang memenuhi kebutuhan mereka.
2. Do, mengikuti rencana anda. Menghindari memasukkan perubahan pada tahap ini.
3. Check, mengamati dan mengukur efek perubahan yang anda masukkan,
4. Action, mempelajari hasil. Merencanakan kembali sistem untuk merefleksikan
pembelajaran
5. Ulangi dari langkah 1 dengan akumulasi pengetahuan yang diperoleh. Lanjutkan siklus
tersebut, dengan mengirimkan kualitas yang lebih besar dari proses yang lebih meningkat.
Sistem yang stabil adalah yang kinerjanya dapat diprediksi. Sistem ini dapat dicapai dengan
menghilangkan, satu-persatu, penyebab khusus dari masalah, yang cara terbaik
pendeteksiannya adalah dengan sinyal statistik (Deming, 1982).
Dalam ISO 9001:2008, terdapat 8 (delapan) prinsip sistem manajemen mutu yang dijadikan
sebagai pedoman kerja yang membimbing organisasi menuju peningkatan kerja yaitu :
a. Fokus pelanggan
b. Organisasi (kepemimpinan)
c. Keterlibatan organisasi (personil/ SDM)
d. Pendekatan proses

70
e. Pendekatan sistem terhadap manajemen
f. Peningkatan berkesinambungan
g. Pendekatan factual dalam pengambilan keputusan
h. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
2.5 Indikator kualitas rumah
Kualitas adalah derajad dari beberapa karasteristik pemenuhan keperluan/ kebutuhan
(requirement), terdiri dari :
a. Quality Planing
b. Perform Quality Assurance
c. Perform Quality Control
Indikator–indikator diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pencapaian target kepuasan pelanggan dari standard yang telah ditetapkan.
b. Terpenuhinya standar mutu / kualitas.
c. Tercapainya efisiensi anggaran yang dikeluarkan untuk pekerjaan ulang/ rework.
2.6 Indikator kualitas rumah
Indikator diukur sesuai yang diuraikan sebelumnya, yaitu pencapaian target waktu
pelaksanaan proyek, kualitas rumah, serta biaya rework. Dalam penelitian difokuskan pada
proses pembangunan rumah, beserta variabel–variabelnya, antara lain :
Proses pembangunan rumah, mulai awal sampai dengan serah terima ke pelanggan,
sesuai dengan Bestek, standar mutu yang ditawarkan.
2.7 Jaminan kualitas rumah
Indikator diukur sesuai yang diuraikan sebelumnya, yaitu pencapaian target waktu
pelaksanaan proyek, kualitas rumah, serta biaya rework. Dalam penelitian difokuskan pada
proses pembangunan rumah, beserta variabel–variabelnya, antara lain :
Proses pembangunan rumah, mulai awal sampai dengan serah terima ke pelanggan, sesuai
dengan Bestek, standar mutu yang ditawarkan.
a. Adalah seluruh aktivitas yang dilakukan oleh organisasi proyek untuk
memberikan jaminan kebijakan kualitas, tujuan dan tanggungjawab dari pelaksanaan proyek
agar proyek perumahan dapat memenuhi standar mutu dan tepat waktu.
b. Kualitas yang dimaksudkan adalah sesuai dengan standar manajemen mutu ISO
9001.

71
c. Ekpektasi pelanggan adalah harapan pelanggan yang disetarakan dengan
standarisasi ISO 9001, harapan–harapan tersebut agar dapat dipenuhi oleh pelaksana proyek.

72
2.8 Pengukuran kualitas rumah
Pengukuran kualitas proyek merupakan hasil dari suatu penelitian yang sistematik
dan didasarkan pada kelompok indikator kualitas proyek, kegiatan yang berupa indikator–
indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Pengukuran kualitas rumah
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
2.9 Evaluasi kualitas rumah
Berdasarkan hasil–hasil perhitungan pengukuran kualitas rumah, dilakukan evaluasi terhadap
pencapaian setiap indikator kualitas rumah untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
hal–hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi
bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
rangka pencapaian standar mutu.
2.10 Hipotesis
Pengukuran kualitas proyek merupakan hasil dari suatu penelitian yang sistematik dan
didasarkan pada kelompok indikator kualitas proyek, kegiatan yang berupa indikator–
indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Pengukuran kualitas rumah
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil–hasil perhitungan pengukuran kualitas rumah, dilakukan evaluasi
terhadap pencapaian setiap indikator kualitas rumah untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut tentang hal–hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu
kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi kemajuan dan kendala yang
dijumpai dalam rangka pencapaian standar mutu.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya tetap
harus dapat dibuktikan secara empiris.
Hubungan variabel–variabel ini akan dilihat korelasinya sebagai berikut :
1. Hubungan kedua variabel tidak ada, apabila nilai 0.
2. Hubungan kedua variabel lemah, apabila nilai > 0 sampai dengan 0,25.
3. Hubungan kedua variabel cukup kuat, bila nilai > 0,25 sampai dengan 0,50.
4. Hubungan kedua variabel kuat, bila nilai > 0,50 sampai dengan 0,75.

73
5. Hubungan kedua variabel sangat kuat, bila nilai > 0,75 sampai dengan 0,99.
6. Bila nilainya 1, maka korelasi sempurna.
Perhitungan diatas didapat dari statistik deskriptif SPSS 16 (Statistical Program for Social
Science) versi 16, (Jonathan Sarwono, 2009).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Sumber Penelitian


Penelitian dilakukan pada PT. Ciputra Surya, Tbk. Sebagai pengembang proyek perumahan
yang berada di Surabaya Barat, data proyek diperoleh melalui Manajemen PT. Ciputra
Surya, Tbk. Departemen Residential Project, seperti Manager, Deputy Manager, Project
Manager (PM), Kepala Divisi Bangunan dan para Pengawas Bangunan, jumlah yang terlibat
ada 9 (sembilan) Orang.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian ini, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan data–data
diperoleh melalui proses kuisioner yang telah disiapkan, serta dengan wawancara bebas.
Melalui 2 (dua) metode pengumpulan data tersebut, diharapkan mendapatkan data yang
akurat terkait dengan pengaruh, serta keterlibatan personil dalam tahap pengawasan
pelaksanaan proyek, serta menghasilkan produk-produk yang berkualitas sesuai standard
mutu yang sudah ditetapkan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan, adalah dengan cara :
a. Studi kepustakaan
b. Questionnaire
c. Sedangkan data kualitatif, merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil
dokumen pengendalian, yang diambil secara random/acak dari konsumen saat
serah terima bangunan yang dilakukan oleh Departemen Residencial Project PT.
Ciputra Surya,Tbk yang merupakan hasil test rumah-rumah siap huni dan tahun
berjalan (saat dilakukan penelitian).
Penelitian dilakukan pada PT. Ciputra Surya, Tbk. Sebagai pengembang proyek perumahan
yang berada di Surabaya Barat, data proyek diperoleh melalui Manajemen PT. Ciputra
Surya, Tbk. Departemen Residential Project, seperti Manager, Deputy Manager, Project

74
Manager (PM), Kepala Divisi Bangunan dan para Pengawas Bangunan, jumlah yang
terlibat ada 9 (sembilan) Orang.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis.Analisa
data dipakai untuk menjelaskan hubungan antar variabel–variabel melalui pengujian
hipotesis. Sebuah penelitian pada umumnya dilakukan dalam suatu konteks atau hubungan,
oleh karena itu merupakan suatu hal penting guna mempertimbangkan hubungan faktor–
faktor yang dimaksud. Dari data–data yang diperoleh, suatu variabel–variabel tersebut akan
mempunyai pengaruh terhadap hasil penelitian.
Metode penelitian ini, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan data–data
diperoleh melalui proses kuisioner yang telah disiapkan, serta dengan wawancara bebas.
Melalui 2 (dua) metode pengumpulan data tersebut, diharapkan mendapatkan data yang
akurat terkait dengan pengaruh, serta keterlibatan personil dalam tahap pengawasan
pelaksanaan proyek, serta menghasilkan produk-produk yang berkualitas sesuai standard
mutu yang sudah ditetapkan.
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan, adalah dengan cara :
a. Studi kepustakaan
b. Questionnaire
c. Sedangkan data kualitatif, merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil

75
dokumen pengendalian, yang diambil secara random/acak dari konsumen saat serah
terima bangunan yang dilakukan oleh Departemen Residencial Project PT. Ciputra
Surya,Tbk yang merupakan hasil test rumah-rumah siap huni dan tahun berjalan (saat
dilakukan penelitian).
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Model Proses Pembangunan Rumah
Pada proses penelitian ini, akan dilakukan suatu pendekatan atas dasar teori yang
berlaku maupun fenomena yang terjadi, dengan cara mengidentifikasikan faktor-
faktor yang berpengaruh dalam proses pelaksanaan Pembangunan.
3.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian
Dari beberapa sumber memberikan masukan terkait hal–hal yang mempengaruhi
proses konstruksi mempunyai faktor–faktor kegiatan yang dapat dikaregorikan sebagai
variabel bebas. Dimana variabel bebas ini dirumuskan melalui hasil wawancara bebas
maupun studi kepustakaan dan disadur dari penelitian terdahulu (Luksman : 2010),
mengenai keadaan–keadaan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap proses
pelaksanaan proyek konstruksi.
3.4.3 Identifikasi Variabel Kinerja
Evaluasi Pengembangan Tim (Team Building Evaluation) : 1. Sarana bersama; 2.
Komitmen; 3. Peran; 4.Komunikasi; 5. Resolusi konflik; 6. Keterpaduan; 7.
Pemimpin/ fasilitator
3.4.4 Identifikasi Variabel Motivasi
Menurut Vinsent Gasperz, untuk mengukur motivasi ada 60 indikator.
3.5. Metode Analisis Data
Setelah data–data terkumpul kemudian dilakukan analisis data secara statistic dengan
menggunakan bantuan paket program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi
16 yang merupakan paket program aplikasi komputer analisis data–data statistik. Dengan
bantuan excel lalu dikelompokan menurut range yang telah ditentukan, sebagai berikut :
a. Hubungan kedua variabel tidak ada, apabila nilai 0.
b. Hubungan kedua variabel lemah, apabila nilai > 0 sampai dengan 0,25.
c. Hubungan kedua variabel cukup kuat, bila nilai > 0,25 sampai dengan 0,50.
d. Hubungan kedua variabel kuat, bila nilai > 0,50 sampai dengan 0,75.
76
e. Hubungan kedua variabel sangat kuat, bila nilai > 0,75 sampai dengan 0,99.
f. Bila nilainya 1, maka korelasi sempurna.

Perhitungan diatas di dapat dari statistik deskriptif SPSS 16 (Statistical Program for Social
Science) versi 16, (Jonathan Sarwono, 2009).
Lalu dibantu dengan diagram scatter didapat grafik. Sedangkan batasan grafik tersebut
diambil dari modul ajar Manajemen Kualitas (Diharjo, Sajiyo Sastro.
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan data
4.1.1. Proyek Pembangunan Perumahan di CitraLand Surabaya
Pengumpulan data diperoleh dengan cara penyebaran kuisioner pada perusahaan
Pengembang (Developer) PT. Ciputra Surya, Tbk., daerah pengembangan ada di Surabaya
Barat dan Gresik, dengan ijin lokasi ± 2500 Ha, dikembangkan mulai tahun 1994 dan
sampai dengan saat ini sudah mencapai hampir 50 % nya. Pengembang ini berkantor di
Office Park CitraLand Utama Rd, CitraLand, Surabaya–60219, sampai dengan
dilakukannya penelitian sudah mengembangkan 78 kluster dengan tema yang berbeda–beda.
Adapun saat dilakukan penelitian PT. Ciputra Surya, Tbk. Sedang mengembangkan kluster–
kluster Grand Eastwood, Somerset, Stamford Palace, Queen Town, Green Wood, Crystal
Golf dan Stone Gate Park. Penelitian dilakukan di salah satu Departemen bagian
Manajemen PT. Ciputra Surya, Tbk. Yaitu Departement Residencial Project (RP). Agar
didapat data yang baik, maka pengiriman kuisener ditujukan kepada responden (personel)
yang terlibat atau bertanggung-jawab langsung terhadap proses pembangunan rumah yang
akan dilakukan penelitian, yaitu Manajer RP, Deputy Manajer RP, Kepala Divisi Bangunan,
Para Proyek Manajer, dan Pengawas Bangunan.
Dari penyebaran kuesener yang dilakukan telah terkumpul sebanyak 9 (sembilan) dan
semuanya layak untuk dilakukan analitis sebanyak 9 (Sembilan) jumlah angket kuesener.
4.1.2. Deskripsi Umum Proyek
Dari sampel data yang terkumpul, dapat diidentifikasikan deskripsi umum proyek seperti
kepemilikan perusahaan, jenis proyek, lokasi proyek, dimulainya pelaksanaan proyek, nilai total
proyek, dan durasi proyek.

77
4.2 Karasteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah tenaga ahli di lapangan yang terlibat langsung dalam
pekerjaan pembangunan rumah pada proyek masing–masing mulai dari tingkat pengawas
sampai dengan Manajer.
Untuk responden mempunyai karasteristik hampir sama, yaitu Tenaga Ahli Manajemen
Proyek karena mereka bekerja pada Developer, hanya saja untuk Pengawas Bangunan yang
perlu strategi pelaksanaan dan pengawasan terhadap mutu proyek secara menyeluruh.
Sehingga diharapkan Responden cukup memahami semua pertanyaan–pertanyaan yang ada
pada kuisener.
4.3 Analisis Deskriptif dan Pembahasan
4.3.1. Analisis deskriptif berkaitan dengan alasan penerapan ISO 9001
Diagram yang menunjukkan hubungan antar variabel–variabel berkaitan dengan alasan
penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001, sebagai berikut :

Gambar 4.Grafik Penerapan ISO 9001


Dari diagram diatas terlihat bahwa hasil survey responden rata–rata mencapai 3,64 dari
skala penilaian 5, jadi untuk penerapan ISO baru mencapai 72,8 %, dengan indeks 0,73
dapat dikatagorikan Baik.
Selanjutnya dari data tersebut diolah dengan SPSS versi 16, dan setelah ditentukan range
seperti pada uraian landasan teori (7 kriteria), lalu dipakai diagram scatter dan hasilnya
sebagai berikut :

78
Gambar 5. Grafik Diagram scatter korelasi antar variabel penerapan ISO 9001.
Jadi hubungan antar variabel–variabel sangat kuat untuk mendukung penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001, di dalam pelaksanaan proyek perumahan CitraLand oleh
Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya,Tbk. Sedangkan nilai CL (Chart Level)
adalah 3,641 yaitu pada range > 0,5 s/d 1.
4.3.2. Analisis deskriptif berkaitan dengan informasi mengenai keadaan yang mungkin
mem-pengaruhi proses pembangunan rumah
Diagram yang menunjukkan hubungan antar variabel–variabel merupakan karekteristik
yang memiliki potensi untuk mempengaruhi proses produksi pada pekerjaan rumah, sebagai
berikut :

Gambar 6. Grafik berkaitan dengan informasi mengenai keadaan yang mungkin


mempengaruhi proses pembangunan rumah.

Dari grafik diatas terlihat bahwa hasil survey responden ada 5 orang yang masih dibawah
rata-rata, dan nilai rata–ratanya baru mencapai 4,529 atau 90,58 %,dengan indeks 0,905
dapat dikatagorikan Sangat Baik. Selanjutnya dari data tersebut diolah dengan SPSS versi
16, dan setelah ditentukan range seperti pada kajian pustaka (7 kriteria), lalu dipakai
diagram scatter dan hasilnya sebagai berikut :

79
Gambar 7. Grafik Diagram scatter hubungan antar variabel berkaitan dengan informasi
mengenai keadaan yang mungkin mempengaruhi proses pembangunan rumah.

Terlihat dari hasil tersebut hubungan antar variabel–variabel masih mendukung proses produksi,
walaupun perlu penyempurnaan dibeberapa karasteristik pada variabel tersebut. Sedangkan nilai
CL (Chart Level) adalah 4,529 yaitu pada range > 0,5 s/d 1.
4.3.8. Analitis deskriptif berkaitan dengan delapan prinsip manajemen mutu
Diagram yang menunjukkan hubungan antar variabel–variabel mengenai delapan prinsip
manajemen mutu terkait dengan harapan–harapan setelah penerapan ISO 9001, sebagai berikut :

Gambar 8. Grafik berkaitan dengan delapan prinsip manajemen mutu.


Dari grafik diatas terlihat bahwa hasil survey responden ada 4 orang yang masih dibawah
rata- rata, dan nilai rata–ratanya baru mencapai 3,791 atau 75,82 %, dengann indeks 0,758
dikatagorikan Baik.
Selanjutnya dari data tersebut diolah dengan SPSS versi 16, dan setelah ditentukan range
seperti bab landasan teori (7 kriteria), lalu dipakai diagram scatter dan hasilnya sebagai
berikut :

80
Gambar 9. Grafik Diagram scatter antar variabel berkaitan dengan delapan prinsip
manajemen mutu.
Terlihat dari diagram sketer diatas bahwa hubungan antar variabel sangat mendukung delapan
prinsip manajemen mutu, didalam penerapan ISO 9001. Sedangkan nilai CL (Chart Level)
adalah 3,792 yaitu pada range > 0,5 s/d 1.
4.3.9. Analisis deskriptif berkaitan dengan hambatan yang dihadapi dalam penerapan
ISO 9001
Diagram yang menunjukkan hubungan antar variabel–variabel merupakan karekteristik
yang memiliki potensi untuk mempengaruhi proses produksi pada pekerjaan rumah, sebagai
berikut :

Gambar 10. Grafik berkaitan dengan hambatan yang dihadapi dalam penerapan ISO 9001.

Dari grafik diatas terlihat bahwa hasil survey responden ada 4 orang yang masih dibawah
rata- rata, dan nilai rata–ratanya baru mencapai 3,169 atau 63,38 %, dengan indeks 0,633
dikatagorikan Sedang.
Selanjutnya dari data tersebut diolah dengan SPSS versi 16, dan setelah ditentukan range
seperti bab landasan teori (7 kriteria), lalu dipakai diagram scatter dan hasilnya sebagai
berikut :

81
Gambar 11. Grafik Diagram scatter berkaitan dengan hambatan yang dihadapi dalam
penerapan ISO 9001.
Terlihat dari grafik tersebut bahwa hubungan antar variabel hambatan penerapan ISO 9001
tidak begitu telihat. Sedangkan nilai CL (Chart Level) adalah 3,163 yaitu pada range > 0,5
s/d 1.
Berdasarkan hasil dari kuisioner yang terisi oleh responden serta hasil hasil tanya jawab
dengan responden dapat dianalitis sebagai berikut :
a. Kualitas perencanaan : dapat terpenuhi secara kuantitas responden
mengidentifikasi standar kualitas untuk pelaksanaan pembangunan perumahan.
b. Menjalankan jaminan kualitas : semua responden mengimplementasi-kan
rencana jaminan kualitas agar produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan
(requirment).
c. Menjalankan kontrol kualitas : dari wawancara responden sesuai dengan tugas
dan tanggungjawabnya, semua responden melaksanakan fungsi pengawasan untuk
mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan
4.4 Variabel Kinerja
Variabel ini diambil dari Total Quality Management untuk Praktisi Bisnis dan Industri
(Gaspersz, Vincent,2011), dipakai untuk mengukur kinerja tim pengawasan bangunan
Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya, Tbk.didalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 menurut Vincent Gaspersz. Hasil survey responden dan
ditampil dalam diagram balok sebagai berikut :

82
Gambar 12. Grafik variabel Kinerja
Dari grafik tersebut terlihat bahwa masih ada 6 orang yang dibawah rata – rata yang nilainya
adalah 3,222(cukup baik), dengan indeks 0,8056 dikatagorikan sangat baik.
Data diatas setelah kita olah dengan bantuan SPSS versi 16 untuk melihat korelasi antar
variabel, yang disajikan dalam bentuk pie tabel sebagai berikut :

Gambar 13. Grafik Pie hubungan antar variabel Kinerja


Terlihat dari tabel diatas bahwa hubungan antar varibel–variabel untuk mengukur kinerja sangat
kuat sebesar 59 %.
4.5 Variabel Motivasi
Variabel ini diambil dari Total Quality Management untuk Praktisi Bisnis dan Industri
(Gaspersz, Vincent,2011), dipakai untuk mengukur kinerja tim pengawasan bangunan
Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya, Tbk.didalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 menurut Vincent Gaspersz. Hasil survey responden dan ditampil
dalam diagram balok sebagai berikut :

83
Gambar14. Grafik variabel Motivasi
Dari grafik tersebut terlihat bahwa masih ada 6 orang yang dibawah rata–rata yang nilainya
adalah 0,685 (cukup baik), dengan indeks 0,685 dikatagorikan cukup baik (sedang ).
Data diatas setelah kita olah dengan bantuan SPSS versi 16 untuk melihat korelasi antar
variabel, yang disajikan dalam bentuk pie tabel sebagai berikut :

Gambar 15. Grafik Pie hubungan antar variabel Motivasi


Terlihat dari tabel diatas bahwa hubungan antar varibel–variabel untuk mengukur kinerja sangat
kuat sebesar 69,75 %.
4.6 Analisis DataSekunder
Data yang dipakai diambil dari hasil survey pelanggan saat serah terima rumah, diambil
secara acak (random sampling) dari 115 unit serah terima rumah diambil random sampling
26 unit, sebagai berikut:

84
Tabel 1. Hasil survey kepuasan pelanggan
Dari tabel hasil survey tersebut menunjukkan tingkat kepuasan yang hampir sempurna yaiitu
97,71 %.
Tabel 2. Hasil survey Finishing

Dari hasil survey tersebut diatas menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, yang paling
rendah pada cat dinding yaitu 95,6 %, sedangkan yang paling tinggi kualitas bangunan
sebesar 99,1 % nilai yang hampir sempurna.

Gambar 16. Grafik Prosentase Kepuasan Pelanggan

85
Dari grafik-grafik diatas menunjukkan bahwa produk rumah yang dihasilkan oleh
Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya, Tbk. adalah baik, hampir semua aspek
terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan system manajemen mutu ISO 9001 telah
dilakukan dengan baik, walaupun belum sempurna.
Dari kuiseoner tersebut setelah dilakukan rekapitulasi dan terdapat 34 unit rumah yang
komplain mengenai kualitas bangunan. Pada saat Serah terima bangunan di tahun 2013 yang
dilakukan Departement Residencial Projet PT. Ciputra Surya, Tbk.berjumlah 115 unit dari total
yang dibangun tahun 2012 yaitu 160 unit. Sedangkan biaya purna jual/ rework/ pekerjaan ulang
sebagai berikut :
Tabel 3. Data jumlah komplain da biaya purna jual

Tabel 4. Perbandingan biaya pekerjaan purna jual 2011 dengan 2012.

Terlihat dari kedua tabel diatas biaya pekerjaan ulang/ rework/ purna jual mengalami penurunan
di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011, walaupun jumlah yang kompalin sama yaitu 34
unit tetapi biaya penanganannya lebih kecil hal tersebut ditunjukkan pada tabel 4. Perihal
tersebut menandakan bahwa semakin konsisten menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya, Tbk.akan semakin meminimalkan biaya
purna jual / rework. Sedangkan biaya pekerjaan ulang saat dilakukan penelitian secara
prosentase adalah 6,5 ‰, dibawah 1 % terhadap biaya proyek tahun berjalan.

86
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Dari hasil analisa variabel menunjukkan korelasi antar variabel–variabel, dominan angka
0,5 sampai dengan 1, ini berarti variabel–variabel tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat dan sangat kuat bahkan menuju ke sempurna artinya apabila ditingkatkan kualitas
dari salah satu variabel tersebut akan berpengaruh pada variabel yang lain, begitu pula
akan terjadi kebalikannya. Dan bila diukur dalam indeks, untuk penerapan ISO 0,726 dan
imformasi yang mungkin menpengruhi pembangunan rumah 0,905 serta hambatan–
hambatan dalam penerapan manajemen mutu 0,633. Dengan indikator–indikator tersebut
dan tertuang didalam pembahasan, maka Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
dalam Manajemen Proyek Konstruksi di Indonesia Pada Studi Kasus PT. Ciputra
Surya,Tbk., dilakukan sesuai dengan prosedur–prosedur yang tertuang di dalam ISO
9001 dan dijalankan dengan baik.
b. Berdasarkan data sekunder terlihat biaya ulang/ rework/ purna jual, mempunyai
prosentase yang kecil terhadap biaya proyek tahun berjalan, yaitu 8,46‰ di tahun 2011
dan 6,47 ‰ tahun 2012. Terjadi penurunan biaya rework untuk periode tersebut.
5.2 Saran
Saran untuk perkembangan lebih lanjut dalam masa mendatang pada Evaluasi Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dalam Manajemen Proyek Konstruksi di Indonesia
pada Studi Kasus PT. Ciputra Surya, Tbk antara lain :
a. Bagi Departement Residencial Project PT. Ciputra Surya, Tbk. :
- Dari hasil kuesioner respoden, perlu dijelaskan pemahaman ISO 9001, kepada
pengawas bangunan perihal kelebihan dan kekurangannya, terutama perihal 8
(delapan) prinsip manajemen mutu.
- Perlu ditingkatkan perihal kontrol kualitas material yang dipakai sebagai bahan
bangunan agar hasilnya lebih baik lagi, hal ini terlihat dari hasil survey kepuasan
pelanggan (data sekunder).

87
- Perlu ditingkatkan perihal motivasi pengawas agar dapat meningkatkan kinerja yang
sangat baik , hal ini terlihat dari hasil survey respoden.
b. Bagi peneliti berikutnya :
- Penggunaan sistem manajemen mutu ISO 9001 untuk kontraktor – kontraktor
bangunan sipil di Indonesia yang diukur kinerja terhadap kualitas,biaya dan waktu.
- Tingkat kopentensi antara kontraktor – kontraktor tersertifikasi ISO 9001dengan
kontraktor–kontraktor yang belum bersertikat ISO 9001, ditinjau dari sisi kinerja
manajemen.
- Penyederhanaan prosedur–prosedur ISO 9001 dalam penerapan sistem manajemen
mutu (Quality Management System) pada bidang kontruksi di Indonesia.

88
DAFTAR PUSTAKA
ANSI/PMI 99-001-2008, A Guide to The Project Management Body of Knowledge
(PMBOK Guide)–Fourth Edition. Project Management Intitute, Inc. Pennsylvania.
Arikunto,Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Covey, Stephen R, 1997. 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, Cetakan pertama.
Penerbit, Binarupa Aksara, Jakarta.
Diharjo, Sajiyo Sastro, 2012. Manajemen Kualitas : Modul ajar Magister Teknik Sipil,
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Harialdi, 2005. Statistik, Prinsip–Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, Penerbit
,Erlangga.
Indranata, Iskandar, 2006. Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO
9001:2000. Penerbit, CV. Alfabeta, Bandung.
Kerzner, Harold, 2013. Project Management: A System Approch to Planning, Scheduling,
and Controlling. Eleventh Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Kuehn, Ursula, 2011. Project Management : Integrated Cost and Schedule Control . Second
Edition. Management Concepts, Inc. VA.
Kusdi, 2011. Budaya Organisasi : Teori, Penelitian dan Praktek, Penerbit, Salemba
Empat,Jakarta.
Larson & Gray, 2006. Manajemen Proyek, Proses Manajerial, Edisi ke-3, Penerbit, Andi,
Yogyakarta.
Moetriono, Harry, 2012. Statistik Terapan, Modul Ajar Magister Teknik Sipil, Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya.
Muslich, Muhammad, 2010. Metode Pengambilan Keputusan Kuantitatif, Cetakan
kedua.Penerbit, PT. Bumi Akasara, Jakarta.
Oetomo, Wateno, 2012. Manajemen Proyek : Diktat, Modul ajar Magister Teknik Sipil,
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Putra, Nusa, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Mnajemen, Cetakan ke-1, Penerbit, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.

89
Porter, Michael E, 1994. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja
Unggul, Cetakan Pertama, Penerbit, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sinambela, Lijan Poltak, 2012. Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implementasi.
Cetakan Pertama, Penerbit, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Torang, Syamsir, 2013. Organisasi & Manajemen, Perilaku, Struktur, Budaya &Perubahan
Organisasi. Penerbit ,CV. Alfabeta, Bandung.
Tunggal, Amin Widjaja, 2013. Pengantar Manajemen Mutu. Penerbit, Harvarindo.
Wibisono, Dermawan, 2011. Manajemen Kerja Korporasi & Organisasi: Extrapolasi Jurnal
Teknik Sipil Untag Surabaya Desember 2013, Vol. 06, No. 02, hal 81 - 95

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 95

90
Panduan Penyusunan Indikator. Penerbit, Erlangga, Jakarta.
Widiasantri & Lenggogeni, 2013: Manajemen Konstruksi. Cetakan Pertama, Penerbit, PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Winardi, J, 2012 . Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan ke-4. Penerbit, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.

91

Anda mungkin juga menyukai