Jakarta, 2022
TIM TEKNIS
Ir……
NARASUMBER/PENULIS
Dr. Ir. Khalawi Abdul Hamid, M.Sc., M.M., IPU
Diterbitkan Oleh:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jakarta, 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................V
DAFTAR GAMBAR....................................................................................VII
DAFTAR TABEL.........................................................................................VII
DAFTAR KOTAK ILUSTRASI...................................................................VIII
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................3
B. Deskripsi Pendekatan Kaidah Manajemen Proyek.........................6
C. Peta Kedudukan Modul.................................................................11
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar................................11
E. Waktu...........................................................................................11
F. Petunjuk Penggunaan Modul........................................................11
BAB 2 PERFORMA PROYEK.................................................................13
A. Indikator Keberhasilan..................................................................14
B. Umum...........................................................................................14
C. Waktu...........................................................................................16
D. Biaya.............................................................................................17
E. Kualitas.........................................................................................17
F. Keselamatan / Safety....................................................................18
BAB 3 MANAJEMEN WAKTU DAN BIAYA............................................19
A. Indikator Keberhasilan..................................................................20
B. Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Waktu........................20
C. Dokumen-Dokumen dalam Manajemen Waktu.............................22
D. Pengontrolan Waktu Proyek.........................................................29
E. Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Biaya.........................33
F. Dokumen-Dokumen dalam Manajemen Biaya..............................34
G. Pengontrolan Biaya Proyek...........................................................36
BAB 4 MANAJEMEN KUALITAS PROYEK............................................39
A. Indikator Keberhasilan..................................................................40
B. Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Kualitas......................40
C. Dokumen-Dokumen dalam Manajemen Kualitas..........................41
D. Pengontrolan Kualitas Proyek.......................................................43
BAB 5 MANAJEMEN SUMBER DAYA, KOMUNIKASI DAN
STAKEHOLDER...........................................................................46
A. Indikator Keberhasilan..................................................................47
B. Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Sumber Daya,
Komunikasi dan Stakeholder........................................................47
C. Dokumen-Dokumen dalam Manajemen Sumber Daya, Komunikasi
dan Stakeholder...........................................................................50
D. Pengontrolan Sumber Daya, Komunikasi dan Stakeholder...........57
BAB 6 PENERAPAN MANAJEMEN PROYEK MELALUI EFEKTIVITAS
ORGANISASI & INTEGRASI AUDIT TEKNIS DAN FINANSIAL. 62
A. Indikator Keberhasilan..................................................................63
B. Efektivitas Organisasi...................................................................63
C. Peran Penguatan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi........66
D. Integrasi Audit Teknis dan Finansial.............................................68
BAB 7 PENUTUP.....................................................................................72
A. Simpulan.......................................................................................73
B. Saran dan Tindak Lanjut...............................................................74
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................75
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
12
infrastruktur di Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Bappenas juga
mengeluarkan kebutuhan infrastruktur berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Indonesia membutuhkan
pendanaan infrastruktur pada kerangka RPJMN 2020-2024 sebesar Rp
6.445 triliun. Angka ini meningkat sekitar 34% dari periode RPJMN
sebelumnya (2015-2019) yang memiliki nilai sebesar Rp 4.796 triliun.
13
karenanya, beberapa multiplier effect dapat muncul dan mengganggu
penyelenggaraan infrastruktur lainnya akibat kualitas yang tidak maksimal
pada sebuah proyek.
14
Penggabungan aspek pemahaman penyelenggara infrastruktur terhadap
manajemen proyek dengan efektivitas organisasi proyek sebagai bentuk
koordinasi yang intensif dapat memastikan penjagaan mutu infrastruktur,
baik dari tahap perencanaan hingga penyelesaian konstruksi. Istilah
Efektivitas Organisasi Manajemen Proyek (EOMP) sebagai gabungan
kedua aspek tersebut secara akademis telah terbukti sebagai salah satu
faktor dominan untuk meningkatkan performa proyek3. Oleh karenanya
modul dan laporan ini memiliki tujuan dalam melakukan eloborasi lanjutan
terhadap pendekatan manajemen proyek dalam menjaga mutu infrastruktur
bidang PUPR yang dilengkapi dengan contoh-contoh penerapannya.
3
Hamid, K.A. (2017). Model Organizational Effectiveness Manajemen Proyek Pembangunan Infrastruktur Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Jakarta: Universitas Tarumanagara.
15
terselenggaranya proyek melalui pengembangan Work Breakdown
Structure (WBS)
16
8. Project Risk Management. Pengaturan paling umum dan banyak
digunakan dalam kaidah manajemen proyek. Berisikan identifikasi
risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko, alokasi risiko, rencana
implementasi mitigasi dan pengontrolan risiko
17
3. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 24/SE/M/2020 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengawasan
Intern Berbasis Risiko di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
B. Penahapan Proyek
Tahap awal dari sebuah proyek adalah initiating atau project initiation.
Setelah itu, proses perencanaan (planning) dan eksekusi proyek (execution)
merupakan tahapan iterasi yang dapat terjadi sepanjang pelaksanaan
proyek. Sebagai contoh, kondisi tanah pada pembangunan rumah susun
yang berubah akibat cuaca hujan ekstrem menyebabkan butuhnya
perencanaan ulang, karena hal ini berada pada tahap eksekusi proyek oleh
karenanya tahapan perencanaan dan eksekusi merupakan iterasi atau
pengulangan sepanjang proyek. Proses pengawasan dan pengendalian
(monitoring & controlling) bukan merupakan tahapan lanjutan dari proses
eksekusi, melainkan tahapan independen dari sebuahu pelaksanaan
proyek. Penekanan pada pengawasan dan pengendalian berada pada
proses perencanaan dan eksekusi proyek meskipun tahap inisiasi dan
penutupan proyek juga membutuhkannya. Terakhir, penutupan proyek
(closing) merupakan tahapan terakhir dari sebuah project life cycle.
18
Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan Proyek Berdasarkan PMBOK
1. Penandatanganan kontrak
2. Penyerahan lokasi kerja
3. Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja / SPMK (maks 14 hari setelah
penandatanganan kontrak)
4. Penetapan Tanggal Mulai Kerja (maks 7 hari setelah SPMK)
19
3. Pekerjaan Selesai 100% (MC-100)
4. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan / Provisional Hand Over (PHO)
Ditentukan kemudian
Ditentukan kemudian
E. Waktu
Ditentukan kemudian
20
F. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Persyaratan
Ditentukan kemudian
B. Metode
Ditentukan kemudian
C. Alat Bantu/Media
21
BAB 2
PERFORMA PROYEK
22
Performa Proyek
A. Indikator Keberhasilan
B. Umum
23
Dari sepuluh parameter dalam PMBOK, best practice menunjukkan bahwa
terdapat project management triangle yang merupakan hal terpenting yang
saling membatasi satu sama lain dari sebuah proyek. Konsep tersebut
menyebutkan bahwa terdapat 3 parameter terpenting dalam sebuah proyek,
yaitu: 1) waktu; 2) biaya; dan 3) kualitas. Seringkali salah satu parameter
tersebut perlu dikorbankan untuk memaksimalkan dua parameter lainnya.
Apabila sebuah proyek murah dan cepat, maka kualitas yang dihasilkan
berpotensi rendah. Apabila sebuah proyek cepat dan berkualitas bagus,
maka biaya yang dikeluarkan berpotensi mahal. Sedangkan apabila sebuah
proyek murah dan berkualitas bagus, maka proyek tersebut berpotensi
memiliki penyelesaian lama atau proyek non prioritas.
24
dalam menentukan baik atau tidaknya performa sebuah proyek infrastruktur
bidang PUPR.
Selain dari tiga parameter di atas, proyek infrastruktur bidang PUPR yang
seluruhnya merupakan pekerjaan fisik membutuhkan satu parameter proyek
tambahan sebagai penentu kesuksesan pengelolaan proyek. Melalui
beberapa regulasi terkait keselamatan konstruksi4, keselamatan / safety
merupakan parameter tambahan yang tidak kalah penting dari tiga
parameter lainnya. Oleh karenanya, sebuah proyek infrastruktur bidang
PUPR dapat menjadi sebuah proyek yang sukses selama proyek tersebut
telah memenuhi parameter sebagai berikut: 1) tepat waktu; 2) tepat biaya;
3) sesuai dengan spesifikasi; 4) zero accident.
C. Waktu
4
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Undang-Undang Nomor Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 50/2012 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 76/KPTS/M/2020 Tahun 2020 tentang Komite
Keselamatan Konstruksi
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 66 Tahun 2015 tentang Biaya Penyelenggaraan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
25
Sementara itu kata ’kapan’ merujuk kepada waktu berakhirnya keseluruhan
proyek sebagai penanda bahwa infrastruktur bidang PUPR yang dimaksud
telah siap untuk digunakan oleh pengguna atau masyarakat.
D. Biaya
E. Kualitas
26
parameter kualitas memiliki korelasi sangat erat dengan kepuasan
ekspektasi stakeholder / para pihak. Sebagai contoh dalam hal infrastruktur
bidang PUPR, tidak tercapainya kualitas yang diharapkan dapat berdampak
terhadap kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintah maupun
kepuasan pemeriksa karena berpotensi terjadinya kerugian negara.
F. Keselamatan / Safety
27
Keberhasilan proyek infrastruktur bidang PUPR berdasarkan parameter
keselamatan diukur dari tidak adanya kecelakaan atau insiden keselamatan
atau yang seringkali disebut sebagai zero accident.
28
BAB 3
MANAJEMEN WAKTU DAN BIAYA
29
Manajemen Waktu dan Biaya
A. Indikator Keberhasilan
30
pekerjaan apa yang dilakukan setelahnya. Seperti contoh, pekerjaan
pemadatan tanah baru bisa dilakukan setelah pelaksanaan land
clearing telah selesai
31
3. Master schedule berbentuk gantt chart
4. Kurva S
5. Identifikasi jalur kritis / Critical Path Method (CPM)
Berdasarkan best practice dan lesson learned, WBS pada proyek bidang
PUPR membutuhkan sekurangnya 3 tingkatan perincian pekerjaan untuk
mendapatkan detail yang cukup dalam pengendalian waktu proyek.
Tingkatan yang dimaksud dijelaskan pada tabel di bawah.
32
No. Tingkatan Rincian Pekerjaan
B.2 Tingkatan 2 Lantai 2
B.2.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Pemasangan HT
B.2.2 Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan
B.3 Tingkatan 2 Lantai Atap
B.3.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan
33
Durasi
Pekerjaan
No. Tingkatan Rincian Pekerjaan (Minggu
Sebelumnya
)
A.1.
Tingkatan 3 Pekerjaan Kolom 5 -
1
A.1.
Tingkatan 3 Pekerjaan Ring Balok 3 A.1.1
2
A.2 Tingkatan 2 Lantai 2 - -
A.2.
Tingkatan 3 Pekerjaan Kolom 5 A.1.1
1
A.2.
Tingkatan 3 Pekerjaan Ring Balok 3 A.1.2
2
A.3 Tingkatan 2 Lantai Atap -
A.3.
Tingkatan 3 Pekerjaan Dak Atap 6 A.2
1
B Tingkatan 1 Pekerjaan Arsitektur Standar -
B.1 Tingkatan 2 Lantai 1 -
B.1.
Tingkatan 3 Pekerjaan Pemasangan HT 7 A.1
1
B.1.
Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan 5 -
2
B.2 Tingkatan 2 Lantai 2 -
B.2.
Tingkatan 3 Pekerjaan Pemasangan HT 7 A.2
1
B.2.
Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan 5 -
2
B.3 Tingkatan 2 Lantai Atap -
B.3.
Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan 3 A.3.1
1
C. Master Schedule
34
hanya butuh dilakukan melalui plotting waktu terhadap masing-masing
pekerjaan berdassarkan durasi yang telah ditetapkan.
D. Kurva S
35
Tabel 3 Master Schedule
Durasi Pekerjaan Minggu
No. Rincian Pekerjaan
(Minggu) Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A Pekerjaan Struktur Standar 12 -
A.1 Lantai 1 6 -
A.1.1 Pekerjaan Kolom 5 -
A.1.2 Pekerjaan Ring Balok 3 A.1.1
A.2 Lantai 2 4 -
A.2.1 Pekerjaan Kolom 4 A.1.1
A.2.2 Pekerjaan Ring Balok 1 A.1.2
A.3 Lantai Atap 6
A.3.1 Pekerjaan Dak Atap 6 A.2
B Pekerjaan Arsitektur Standar 7
B.1 Lantai 1 3
B.1.1 Pekerjaan Pemasangan HT 3 A.1
B.1.2 Pekerjaan Pengecatan 1 -
B.2 Lantai 2 4
B.2.1 Pekerjaan Pemasangan HT 4 A.2
B.2.2 Pekerjaan Pengecatan 4 -
B.3 Lantai Atap 3
B.3.1 Pekerjaan Pengecatan 3 A.3.1
36
Tabel 4 Kurva S
Durasi Minggu
No. Rincian Pekerjaan Bobot
(Minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pekerjaan Struktur
A 12 62%
Standar
A.1 Lantai 1 6 26%
2,60
A.1.1 Pekerjaan Kolom 5 13% 2,60% 2,60%
%
2,60% 2,60%
Pekerjaan Arsitektur
B 7 38%
Standar
B.1 Lantai 1 3 13%
7,80
AKUMULASI RENCANA 2,60% 5,20%
%
14,73% 21,67% 29,00% 34,33% 39,67% 60,00% 69,25% 81,17% 93,08% 100,00%
37
E. Identifikasi Jalur Kritis
38
pekerjaan B.3.1 pada akhir jalur kritis ikut mengalami keterlambatan 1
minggu. Oleh karenanya, keseluruhan proyek akan mengalami
keterlambatan 1 minggu, hanya karena keterlambatan pada pekerjaan A.1.2
karena pekerjaan tersebut berada pada jalur kritis.
Pekerjaan yang tidak berada pada jalur kritis (kotak berwarna putih pada
Gambar 5) memiliki toleransi keterlambatan. Batas toleransi keterlambatan
adalah selisih antara waktu pelaksanaan proyek dengan waktu pekerjaan
pada runtutan pekerjaan terakhir. Sebagai contoh pada jalur A.1.1 dan
B.1.1, dimana jalur ini memiliki batas maksimal keterlambatan 5 minggu
(minggu ke-13 pada B.3.1 dikurangi dengan minggu ke-8 pada B.1.1).
Jumlah keterlambatan jalur A.1.1 dan B.1.1 yang melebihi 5 minggu tetap
akan menyebabkan keterlambatan proyek karena melebihi waktu jalur kritis.
39
pekerjaan. Dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR, monitoring
dan controlling seringkali disebut sebagai pengawasan dan pengendalian
(wasdal). Tujuan sederhana dari wasdal adalah untuk memastikan realisasi
pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
40
kali dalam seminggu atau per minggu atau per 2 minggu atau per bulan.
Sementara wasdal periodik seperti checklist pada WBS dapat dilakukan
periodik dan tidak rutin seperti pada saat progres 30%, 50% dan 100%
(hanya 3 kali sepanjang pelaksanaan proyek). Pengecekan rutin dengan
dokumen durasi dan urutan pekerjaan, master schedule dan kurva S adalah
angka persentase realisasi vs rencana.
41
Dengan begitu, pekerjaan yang teridentifikasi kritis tidak diperkenankan
untuk memiliki deviasi negatif pada setiap minggunya.
Kotak Ilustrasi 1
Rangkuman Penerapan Manajemen Waktu Proyek
42
poin 2, 3 dan 4.
43
penyiapan proyek. Metode atau alat yang paling umum digunakan
pada tahapan ini adalah Kurva-S seperti pada manajemen waktu.
44
No. Tingkatan Rincian Pekerjaan Satuan Harga Satuan
A.1.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Kolom m 3
Rp1.500.000
A.1.2 Tingkatan 3 Pekerjaan Ring Balok m3 Rp1.500.000
A.2 Tingkatan 2 Lantai 2
A.2.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Kolom m3 Rp1.500.000
A.2.2 Tingkatan 3 Pekerjaan Ring Balok m3 Rp1.500.000
A.3 Tingkatan 2 Lantai Atap
A.3.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Dak Atap m3 Rp1.500.000
Pekerjaan Arsitektur
B Tingkatan 1
Standar
B.1 Tingkatan 2 Lantai 1
B.1.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Pemasangan HT m2 Rp350.000
B.1.2 Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan m2 Rp50.000
B.2 Tingkatan 2 Lantai 2
B.2.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Pemasangan HT m2 Rp350.000
B.2.2 Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan m2 Rp50.000
B.3 Tingkatan 2 Lantai Atap
B.3.1 Tingkatan 3 Pekerjaan Pengecatan m2 Rp50.000
Contoh pada tabel di atas menunjukkan bahwa harga satuan berada pada
tingkatan terendah item pekerjaan. Apabila terdapat suatu turunan yang
memiliki rincian pekerjaan hingga tingkatan 4, maka harga satuan berada
pada item tersebut. Sementara itu apabila hanya terdapat turunan hingga
tingkatan 2, maka harga satuan juga hanya berada pada tingkatan tersebut.
45
Tabel 7 Contoh Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
No. Rincian Pekerjaan Satuan Biaya Satuan Volume Harga
A Pekerjaan Struktur Standar (A.1 + A.2 + A.3) Rp78.000.000
A.1 Lantai 1 (A.1.1 + A.1.2) Rp22.500.000
A.1.1 Pekerjaan Kolom m3 Rp1.500.000 10 Rp15.000.000
A.1.2 Pekerjaan Ring Balok m3 Rp1.500.000 5 Rp7.500.000
A.2 Lantai 2 (A.2.1 + A.2.2) Rp25.500.000
A.2.1 Pekerjaan Kolom m3 Rp1.500.000 12 Rp18.000.000
A.2.2 Pekerjaan Ring Balok m3 Rp1.500.000 5 Rp7.500.000
A.3 Lantai Atap (A.3.1) Rp30.000.000
A.3.1 Pekerjaan Dak Atap m3 Rp1.500.000 20 Rp30.000.000
B Pekerjaan Arsitektur Standar (B.1 + B.2 + B.3) Rp71.000.000
B.1 Lantai 1 (B.1.1 + B.1.2) Rp37.500.000
Pekerjaan Pemasangan
B.1.1 m2 Rp350.000 100 Rp35.000.000
HT
B.1.2 Pekerjaan Pengecatan m 2
Rp50.000 50 Rp2.500.000
B.2 Lantai 2 (B.2.1 + B.2.2) Rp31.000.000
Pekerjaan Pemasangan
B.2.1 m2 Rp350.000 80 Rp28.000.000
HT
B.2.2 Pekerjaan Pengecatan m 2
Rp50.000 60 Rp3.000.000
B.3 Lantai Atap (B.3.1) Rp2.500.000
B.3.1 Pekerjaan Pengecatan m2 Rp50.000 50 Rp2.500.000
Biaya Proyek (A+B) Rp149.000.000
46
berada pada keuangan yang sehat atau tidak. Persamaan dalam
menghitung CPI adalah sebagai berikut.
Earned Value( EV )
CPI=
Actual Cost ( AC )
Earned Value (EV) adalah total rupiah capaian pekerjaan dari kontraktor.
Angka ini dapat diperoleh dari capaian persentase pekerjaan berdasarkan
Kurva S dikalikan dengan biaya proyek. Apabila sebuah infrastruktur bidang
PUPR memiliki nilai proyek sebesar Rp 100 miliar dan progres pekerjaan
30%, maka rupiah nilai pekerjaan yang telah dicapai adalah Rp 30 miliar.
Sementara, Actual Cost (AC) adalah pembayaran yang telah dilakukan oleh
unsur PPK kepada pihak kontraktor. Mengacu kepada jenis kontrak yang
umum digunakan melalui lump sum berdasarkan termin pembayaran, maka
apabila pembayaran yang dilakukan oleh unsur PPK sebesar 20%, maka
AC yang dimasukkan dalam perhitungan adalah Rp 20 miliar. Berdasarkan
contoh angka tersebut, maka CPI dari proyek infrastruktur bidang PUPR ini
adalah sebagai berikut.
47
dibanding pemasukan dapat berdampak buruk apabila kontraktor
tidak dapat lagi untuk menanggung biaya modal yang dibutuhkan
sehingga angka CPI yang baik dapat berdampak pada performa
proyek lainnya, seperti kualitas dan waktu. Pada kondisi ini, unsur
PPK perlu memerhatikan dengan seksama kondisi cashflow
kontraktor untuk memastikan agar kontraktor tidak mengalami
kehabisan dana dalam melanjutkan pekerjaan, sementara termin
selanjutnya belum dapat dicairkan
4. Nilai CPI perlu dilakukan update dan dihitung ulang secara berkala
dan periodik berdasarkan peningkatan progres mingguan untuk
memastikan cashflow kontraktor tetap aman sepanjang pelaksanaan
proyek infrastruktur bidang PUPR
Kotak Ilustrasi 2
Rangkuman Penerapan Manajemen Biaya Proyek
48
Hal terpenting dalam penyusunan kedua dokumen di atas adalah:
menyusun AHS dan RAB berdasarkan dokumen WBS yang telah disusun
sebelumnya pada item pekerjaan terkecil. Setelah disusunnya AHS dan
RAB berdasarkan WBS, maka pengontrolan menggunakan metode CPI
menjadi langkah penting dalam pelaksanaan wasdal proyek.
BAB 4
MANAJEMEN KUALITAS PROYEK
49
Manajemen Kualitas Proyek
A. Indikator Keberhasilan
50
Berdasarkan seluruh tahapan manajemen kualitas di atas, maka
seatidaknya terdapat dua keluaran dokumen yang perlu disusun oleh pihak
pengelola proyek meliputi:
1. Spesifikasi teknis
2. Checklist kualitas
1. Spesifikasi Teknis
51
No. Tingkatan Rincian Pekerjaan Spesifikasi
B. Checklist Kualitas
52
Checklist Kualitas (Y/T)
No. Rincian Pekerjaan Spesifikasi
Tanggal 1 Tanggal 2 Tanggal n
Pekerjaan Struktur
A
Standar
A.1 Lantai 1
A.1.1 Pekerjaan Kolom Beton K-300
A.1.2 Pekerjaan Ring Balok Beton K-250
A.2 Lantai 2
A.2.1 Pekerjaan Kolom Beton K-300
A.2.2 Pekerjaan Ring Balok Beton K-250
A.3 Lantai Atap
A.3.1 Pekerjaan Dak Atap Beton K-300
Pekerjaan Arsitektur
B
Standar
B.1 Lantai 1
B.1.1 Pekerjaan Pemasangan HT Keramik Mate 50x50
B.1.2 Pekerjaan Pengecatan Waterproof
B.2 Lantai 2
B.2.1 Pekerjaan Pemasangan HT Keramik Mate 50x50
B.2.2 Pekerjaan Pengecatan Waterproof
B.3 Lantai Atap
B.3.1 Pekerjaan Pengecatan Waterproof
53
D. Pengontrolan Kualitas Proyek
54
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai Direksi Lapangan
menjadi sangat penting seperti yang juga diamanahkan dalam Permen
PUPR 10/2021.
55
Kotak Ilustrasi 3
Rangkuman Penerapan Manajemen Kualitas Proyek
56
BAB 5
MANAJEMEN SUMBER DAYA,
KOMUNIKASI DAN STAKEHOLDER
57
Manajemen Sumber Daya, Komunikasi dan
Stakeholder
A. Indikator Keberhasilan
58
3. Acquire Resources. Proses dalam mendapatkan SDM, fasilitas,
peralatan yang dibutuhkan, material, dan sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan proyek
1. Matriks RACI
2. Tugas-tugas dalam menyelesaikan proyek yang dihubungkan
dengan job description per SDM
59
dokumen yang akan dihasilkan dari proses penerapan manajemen
komunikasi di proyek
60
stakeholder. Metode yang paling umum digunakan pada tahapan ini
adalah stakeholder matrix.
1. Matriks RACI
Output utama pada Manajemen Sumber Daya adalah matriks RACI. Matriks
ini merupakan pembagian tugas dan tanggung jawab pada setiap
stakeholder. Matriks RACI merupakan singkatan dari Responsible,
Accountable, Consulted, dan Informed. Fungsi dan peran yang digunakan
pada matriks RACI dalam hal ini sebagai berikut:
Driver (D) adalah peran yang memiliki kewenangan besar terhadap
proyek, peran “Driver” berfungsi untuk memerintah stakeholder yang
berperan sebagai “Responsible”.
Responsible (R) merupakan peran yang bertanggung jawab atas setiap
proses proyek.
61
Accountable (A) adalah peran yang memberikan persetujuan kepada
“Responsible” dalam setiap proses proyek.
Support (S) merupakan peran yang membantu “Responsible” dalam
menyelesaikan proses-proses proyek dengan memberikan sumber
daya yang dibutuhkan oleh “Responsible”.
Consulted (C) merupakan peran stakeholder yang berfungsi sebagai
grup atau lembaga yang di konsultasikan oleh “Responsible”.
Informed (I) adalah grup atau lembaga yang diberikan informasi terkait
proses maupun perkembangan proyek oleh “Responsible”
Matriks RACI terdiri dari daftar tugas untuk mengatasi suatu isu (sumbu Y)
dan pihak yang berkaitan (sumbu X). Daftar tugas pada matriks RACI
seharusnya berasal dari dokumen WBS hingga pada pekerjaan dengan
level terkecil. Muara dari matriks RACI adalah penentuan job description
masing-masing stakeholder. Tabel di bawah menjelaskan contoh penerapan
matriks RACI pada masing-masing isu terkait.
62
Tabel 9 Contoh Matriks RACI Penanganan Isu Rumah Susun
Konsultan Pengawas
Manajer Proyek -
Konsultan MK
Satker / PPK
Unor Teknis
Kontraktor
Tugas Pembangunan Rumah Susun Berdasarkan WBS
1 Pekerjaan Struktur Standar
a Lantai 1 - Pekerjaan Kolom D C&A R S A
b Lantai 1 - Pekerjaan Ring Balok D C&A R S A
c Lantai 2 - Pekerjaan Kolom D C&A R S A
d Lantai 2 - Pekerjaan Ring Balok D C&A R S A
e Lantai Atap - Pekerjaan Dak Atap D C&A R S A
2 Pekerjaan Arsitektur Standar
a Lantai 1 - Pekerjaan Pemasangan HT D C&A R S A
b Lantai 1 - Pekerjaan Pengecatan D C&A R S A
c Lantai 2 - Pekerjaan Pemasangan HT D C&A R S A
d Lantai 2 - Pekerjaan Pengecatan D C&A R S A
e Lantai Atap - Pekerjaan Pengecatan D C&A R S A
63
2. Job Description per SDM / Stakeholder
Matriks RACI di atas menunjukkan tugas dan tanggung jawab pada masing-
masing pihak dalam memastikan setiap isu tertangani dengan baik. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa muara dari matriks ini adalah job description
setiap pihak. Tabel di bawah menjelaskan metode penyusunan job
description berdasarkan matriks di atas pada salah satu contoh
pembangunan rumah susun.
3. Model Komunikasi
Hasil dari pelaksanaan manajemen sumber daya menjadi input atau dasar
bagi manajemen komunikasi. Output utama dari manajemen komunikasi
adalah communication model. Model dan alur komunikasi disusun
berdasarkan masing-masing tugas yang telah diidentifikasi pada matriks
RACI. Setiap tugas terdiri dari keterlibatan stakeholder yang berbeda. Oleh
64
karenanya, perlu dianalisis encoder (pemberi pesan) dan decoder
(penerima pesan) pada setiap komunikasi yang terjadi pada setiap tugas.
Setiap alur komunikasi pada setiap tugas setidaknya terdapat poin-poin
sebagai berikut:
65
Fungsi Encoder Decoder Media Intensitas Output
spesifikasi
D Unor Teknis Kontraktor Formal Rendah Arahan pelaksanaan
/ Satker pekerjaan struktur standar
PPK
4. Stakeholder Matrix
66
Gambar 6 Contoh Stakeholder Matrix Pekerjaan Struktur Standar
1. Unor teknis memiliki power yang tinggi, namun interest yang dimiliki
tidak terlalu tinggi. Karena pimpinan unor teknis memiliki fokus ke
banyak proyek di seluruh wilayah, maka pemantauan berfokus
terhadap seluruh proyek di lingkungan Ditjen Perumahan. Namun,
arahan pada suatu proyek tertentu dapat menjadi dasar tindak lanjut
yang kuat untuk diikuti oleh para pihak karena pimpinan unor teknis
memiliki power yang besar. Oleh karenanya, strategi pihak lain
dalam menjaga ekspektasi Dirjen Perumahan adalah keep satisfied
67
atau dengan memastikan bahwa pimpinan puas dengan hasil
pekerjaan
68
eksternal lainnya dapat juga dibuat strategi penanggung jawabnya melalui
matriks RACI. Dengan begitu, apabila terdapat suatu pekerjaan yang tidak
terselesaikan, maka pengelola proyek dapat mengetahui siapa yang
seharusnya mengerjakan pekerjaan tersebut berdasarkan perencanaan
yang telah disusun sebelumnya.
Kotak Ilustrasi 4
Rangkuman Penerapan Manajemen Sumber Daya Proyek
69
Sebagai contoh, pelaksanaan rapat sebagai media komunikasi antar pihak
yang terlalu sering akan menghambat pelaksanaan proyek konstruksi
infrastruktur. Hal ini dapat menyebabkan melebarnya ekspektasi para pihak
sehingga dapat memperlebar tujuan proyek. Sementara itu, proses
komunikasi yang terlalu jarang akan menghasilkan isu-isu proyek yang
terlewat yang dapat mengganggu performa proyek. Sebagai contoh lain,
proses komunikasi yang tidak sesuai medianya juga dapat menghambat
pelaksanaan proyek, seperti permasalahan sosial yang diselesaikan melalui
komunikasi informal akan menghasilkan penyelesaian yang tidak solid
sehingga dapat menghambat performa proyek apabila permasalahan yang
sama berulang.
Kotak Ilustrasi 5
Rangkuman Penerapan Manajemen Komunikasi Proyek
70
sumber daya proyek. Penerapan kaidah komunikasi bertujuan untuk
memastikan segala komunikasi yang terjadi antar pihak di dalam sebuah
proyek dilakukan sesuai dengan intensitas dan media yang dibutuhkan.
Apabila dibutuhkan intensitas komunikasi yang tinggi, sementara
realisasinya rendah, maka perhatian perlu diberikan pada tugas tersebut
sebelum permasalahan yang dapat menghambat proyek terjadi. Untuk
dapat menerapkan manajemen komunikasi secara praktis, dokumen
yang dibutuhkan adalah model komunikasi pada masing-masing tugas
atau beberapa tugas tertentu.
71
agar setiap pelaporan yang dikirim kepada pimpinan unor teknis perlu
memuaskan ekspektasinya.
Kotak Ilustrasi 6
Rangkuman Penerapan Manajemen Stakeholder Proyek
72
BAB 6
PENERAPAN MANAJEMEN PROYEK
MELALUI EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN
INTEGRASI AUDIT TEKNIS DAN
FINANSIAL
73
Penerapan Manajemen Proyek Melalui
Efektivitas Organisasi dan Integrasi Audit
Teknis dan Finansial
A. Indikator Keberhasilan
B. Efektivitas Organisasi
74
2. Tujuan organisasi dan proyek yang jelas. Sebelum menjalankan
suatu proyek infrastruktur bidang PUPR, pimpinan organisasi
proyek perlu melakukan sosialisasi dan penyamaan tujuan di awal
pelaksanaan terkait tujuan proyek. Tujuan yang perlu disampaikan
dan disamakan pandangannya kepada seluruh anggota tim adalah
parameter performa proyek inti. Sebagai contoh, di awal
pelaksanaan proyek seorang kepala satker / PPK perlu
menyampaikan bahwa proyek infrastruktur tersebut harus selesai
tepat waktu dan berkualitas baik, walaupun dikemudian hari
membutuhkan addendum nilai proyek. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa performa proyek waktu dan kualitas menjadi tujuan proyek
yang perlu dipenuhi secara mutlak, sementara performa biaya
masih terdapat toleransi
3. Dukungan pimpinan. Skala penyelenggaraan infrastruktur bidang
PUPR yang besar turut meningkatkan kompleksitas dari proyek
tersebut. Dukungan pimpinan kepada tim dalam organisasi proyek
menjadi faktor penting untuk memastikan setiap tahapan terlaksana
sesuai dengan rencana
4. Audit teknis dan finansial yang terintegrasi sepanjang proyek.
Progres fisik dan progres keuangan merupakan dua parameter
yang seringkali menjadi acuan dalam memastikan progres
keseluruhan unit. Secara ideal, dua aspek tersebut perlu berjalan
secara beriringan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Namun
demikian, ketidakselarasan antara kedua aspek tersebut seringkali
terjadi yang menyebabkan kepada menurunnya kualitas
infrastruktur yang menyebabkan kerugian negara. Hal yang
kemudian menjadi permasalahan adalah apabila kerugian negara
telah dikembalikan, namun kualitas infrastruktur tidak dibenarkan
yang menyebabkan pengguna infrastruktur akan mendapatkan
kualitas yang tidak sesuai dengan rencana. Oleh karenanya,
sebuah organisasi yang efektif perlu memastikan keselarasan dua
75
aspek tersebut melalui audit yang terintegrasi sepanjang
pelaksanaan proyek
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Sejalan
dengan kondisi dimana kompleksitas penyelenggaraan infrastruktur
PUPR yang besar, bahwa pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas oleh para pemimpin dapat menjadi kunci efektivitas
organisasi dalam menerapkan manajemen proyek
6. Inovasi dan kreativitas. Manajemen proyek dapat menjadi
penerapan kaidah yang baru dalam penyelenggaraan infrastruktur
bidang PUPR. Kaidah manajemen proyek yang sudah seringkali
digunakan meliputi manajemen waktu, biaya, kualitas dan risiko.
Meskipun demikian, tidak semua proyek infrastruktur bidang PUPR
menggunakan kaidah tersebut dan penerapannya belum
menyeluruh. Oleh karenanya, rasa ingin tahu dan penasaran yang
tinggi melalui inovasi dan kreativitas tim dalam organisasi proyek
sangat dibutuhkan untuk memastikan penerapan kaidah
manajemen proyek berjalan dengan efektif
7. Proses penyelesaian pekerjaan dan permasalahan yang rapih.
Permasalahan proyek tidak akan lepas dari penyelenggaraan
proyek infrastruktur bidang PUPR. Kompleksitas dan keterlibatan
stakeholder yang banyak membuat permasalahan teknis dan non
teknis pasti akan menghampiri. Oleh karenanya, proses
penyelesaian pekerjaan dan permasalahan yang rapih melalui
kepemimpinan yang jelas dapat menjadi penentu diterapkannya
kaidah manajemen proyek melalui efektivitas organisasi. Apabila
terdapat permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dan dibiarkan
berlarut-larut, maka penerapan kaidah manajemen proyek pasti
akan menjadi prioritas terakhir dan urung untuk dilaksanakan
8. Hubungan antar dan intra organisasi. Serupa dengan faktor
sebelumnya, bahwa hubungan inter dan intra organisasi seringkali
menjadi sumber permasalahan non teknis dalam penyelenggaraan
76
proyek. Hubungan yang tidak harmonis antar stakeholder dapat
mengganggu fokus penyelenggara proyek dalam menerapkan
kaidah manajemen proyek. Oleh karenanya, hubungan yang baik
perlu diterapkan untuk menghindari permasalahan yang dapat
dilakukan menggunakan faktor selanjutnya, yaitu komunikasi yang
baik
9. Komunikasi yang baik. Faktor terakhir ini seringkali menjadi
penentu dalam mendapatkan hubungan yang baik antar dan intra
organisasi proyek. Kemampuan berkomunikasi dari seluruh tim
proyek kepada seluruh stakeholder dapat menentukan efektivitas
organisasi melalui penyelesaian permasalahan yang
mengedepankan pengertian dan profesinoalisme. Komunikasi ini
didefinisikan tidak hanya sebagai cara berinteraksi, namun juga
melalui dokumen-dokumen resmi sebagai media komunikasi
kepada stakeholder yang membutuhkannya
Penguatan SDM dalam sebuah tim proyek terbukti menjadi faktor paling
signifikan dalam meningkatkan efektivitas organisasi untuk menerapkan
5
Hamid, K.A. (2017). Model Organizational Effectiveness Manajemen Proyek Pembangunan Infrastruktur
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta: Universitas Tarumanagara
77
kaidah manajemen proyek. Mengacu kepada hasil penelitian sebelumnya
bahwa setiap pemimpin perlu memastikan dua hal terpenting kepada setiap
individu dalam sebuah organisasi proyek: 1) kreativitas dan inovasi; dan 2)
kemampuan komunikasi yang baik.
78
berdasarkan penerapan kaidah manajemen waktu proyek perlu
dikomunikasikan dengan baik kepada para stakeholder. Komunikasi yan
gburuk dalam menyampaikan fakta lemahnya kinerja kontraktor dapat
berdampak pada pelaporan kontraktor kepada MK dan satker yang dibuat-
dibuat dan tidak transparan. Oleh karenanya, kemampuan komunikasi
secara verbal dan non-verbal sangat penting untuk dimiliki dalam
penerapan kaidah manajemen proyek.
79
secara utuh. Infrastruktur bidang PUPR yang tidak memiliki spesifikasi
sesuai dengan yang direncanakan akan mengalami penurunan kualitas. Hal
ini berdampak pada pengurangan umur rencana infrastruktur yang
dimaksud. Selain itu, biaya perawatan akibat kurangnya kualitas dapat
meningkatkan belanja negara dikemudian hari. Pelayanan kepada
masyarakat melalui infrastruktur tersebut juga menjadi kerugian yang dapat
diterima. Oleh karenanya, kondisi ini tidak mencerminkan suatu proyek
infrastruktur bidang PUPR yang tepat waktu, tepat biaya, tepat kualitas,
tepat keselamatan, dan tepat pelaksanaan lainnya sesuai dengan kaidah
manajemen proyek.
80
PMBOK menyatakan bahwa pelaksanaan monitoring dan controlling
merupakan proses iterasi sepanjang pelaksanaan proyek. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjaga compliance atau kesesuaian semua dokumen
perencanaan dengan realisasi di lapangan. Oleh karenanya, seluruh
tahapan kaidah manajemen proyek dimulai dari penyusunan dokumen
perencanaan. Prinsip ini sejalan dengan pelaksanaan audit yang dilakukan
kepada seluruh proyek infrastruktur bidang PUPR, yaitu kesesuaian
realisasi lapangan dengan perencanaan yang dibuat, baik itu yang tertuan
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), spesifikasi teknis, maupun dokumen
lainnya termasuk dokumen lelang. Oleh karenanya, prinsip pelaksanaan
audit dan monitoring controlling berdasarkan PMBOK memiliki kemiripan.
Penerapan monitoring controlling yang menyeluruh melalui dokumen-
dokumen yang dibutuhkan sangat krusial untuk menghindari kerugian
negara dikemudian hari.
81
terendah. Melalui pendalaman pada level terendah, pekerjaan pada level
yang lebih tinggi dalam WBS akan secara otomatis terselesaikan
permasalahannya. Dengan begitu, audit yang dilaksanakan di akhir masa
proyek dapat lebih efektif dan efisien apabila terdapat audit dan
pengontrolan manajemen proyek yang lebih mendalam sepanjang
pelaksanaan proyek.
Hal yang lebih lanjut menjadi pembahasan adalah pihak atau stakeholder
yang melaksanakan audit dan pengontrolan manajemen proyek sepanjang
pelaksanaan proyek. Keadilan dan kesamarataan hak dan kewajiban antar
pihak (terutama pengguna dan penyedia jasa) mesti dijaga dalam
melaksanakan audit dan pengontrolan manajemen proyek saat proyek
berlangsung. Pihak independen merupakan posisi paling ideal dalam
memastikan kondisi tersebut.
82
Gambar 8 Integrasi Audit Teknis dan Finansial Sepanjang Proyek oleh
Konsultan Independen
83
BAB 7 PENUTUP
84
Penutup
A. Simpulan
85
Penerapan enam kaidah manajemen proyek secara menyeluruh melalui
dokumen-dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan secara baik dan
benar melalui efektivitas organisasi sebuah tim proyek. Efektivitas
organisasi dapat mengukur kapasitas dan kapabilitas sebuah tim proyek,
dalam hal ini adalah satuan kerja dan tim PPK, dalam menerapkan kaidah-
kaidah manajemen proyek. Terdapat tiga dari sembilan faktor yang memiliki
signifikansi tertinggi dalam memastikan efektivitas organisasi, yaitu: 1)
kreativitas dan inovasi; 2) kemampuan komunikasi; dan 3) integrasi audit
teknis dan finansial. Dua faktor pertama merupakan faktor yang
berhubungan dengan pengembangan SDM dan sisanya adalah sistemik.
Saran dan tindak lanjut yang perlu menjadi perhatian seluruh peserta
pelatihan modul manajemen proyek ini adalah sebagai berikut:
86
3. Mengevaluasi hasil pelatihan manajemen proyek secara berkala dan
melakukan refreshment dokumen-dokumen yang dibutuhkan setiap
awal tahun anggaran
DAFTAR PUSTAKA
Farid, F., Sharkawy, A.R., & Austin, L.K. (1993). Managing for
Creativity and Innovation in A/E/C Organizations. Journal of Management in
Engineering, 9, 399-409.
87
Project Management Institute. (2017). A guide to the Project
Management Body of Knowledge (PMBOK guide) (6th ed.). Project
Management Institute.
88