Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PELATIHAN
AHLI STRUKTUR BAJA BANGUNAN GEDUNG
(STEEL STRUCTURE ENGINEER OF BUILDINGS)
2007
KATA PENGANTAR
Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal
untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM
paling tidak setara dengan negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.
Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
- UU. No 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya,
mengamanatkan bahwa per orang tenaga : perencana, pelaksana dan pengawas
harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau
ketrampilan, dan perlunya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan kualifikasi
dalam setiap klasifikasi dibidang Jasa Konstruksi
- UU. No 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (pasal 10 ayat
2). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu
pada standar kompetensi kerja
- UU. No 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
- PP. No 31 Tahun 2006, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Modul pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat pnting karena menyentuh
langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai
tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarsisasi jabatan kerja yang
kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI dan SLK yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/Tenaga Profesional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualiatas tenaga kerja konstruksi agar menjadi lebih berkompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.
Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya dibidang jasa konstruksi dapat terwujud.
PRAKATA
Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian,
dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesediaan tenaga ahli / terampil dan
penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan
teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan produk sesuai kualitas standar tersebut SDM, standar mutu,
metode kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menggeluti
pekerjaan konstruksi baik itu desain pekerjaan jalan dan jembatan, desain hidro mekanik
pekerjaan sumber daya air maupun untuk desain pekerjaan di bidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja di bidang Cipta Karya telah menghasilkan
sekitar 9 (sembilan) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli Struktur Baja Bangunan
Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) merupakan salah satu jabatan kerja
yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat
mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam Ahli Struktur Baja
Bangunan Gedung gambar arsitektur bidang cipta karya.
Materi pelatihan pada jabatan kerja Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel
Structure Engineer Of Buildings) ini terdiri dari 1 (satu) modul kompetensi umum 5
(lima) modul kompetensi inti, yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan
dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung
(Steel Structure Engineer Of Buildings).
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Jakarta, November 2007
Tim Penyusun
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) iii
MODUL SSEB-05
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
PRAKATA ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
SPESIFIKASI PELATIHAN ...................................................................... vi
PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................. vii
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Perbandingan Reduksi Ketebalan Terhadap Waktu Akibat
Resistansi-Korosi....................................................................... III-3
Gambar 4.1 Informasi Yang Diperlukan Untuk Menjamin Kualitas Pengelasan .. IV-9
Gambar 4.2 Standar-Standar Yang Menjamin Kualitas Pengelasan Dapat
Diterima .................................................................................... IV-10
Gambar 5.1 Electronic Theodolite ....................................................................... V-2
Gambar 5.2 Column Bass Section....................................................................... V-3
Gambar 5.3 Straining Screw................................................................................ V-4
Gambar 5.4 Plumb Bob ....................................................................................... V-4
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Negara .............................. II-7
Tabel 2.2 Tipe Rumah Dinas ........................................................................... II-8
Tabel 2.3 Spesifikasi Teknis Perumahan Dinas ............................................... II-9
Tabel 2.4 Momen Torsi Yang Sebelumnya Sudah Dikalibrasi ......................... II-23
Tabel 3.1 Spesifikasi Sifat Mekanik Baja Konstruksi ........................................ III-4
Tabel 3.2 Pengelompokkan Profil W Berdasarkan Ukuran .............................. III-4
Tabel 3.3 Urutan Kerja Pada Proses Fabrikasi Di Workshop ........................... III-8
Tabel 4.1 Standardisasi Berbagai Jenis APD .................................................. IV-2
Tabel 4.2 Pasangan Baut, Mur Dan Ring (Standar BS 59590-2:2001) ............ IV-6
SPESIFIKASI PELATIHAN
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul, peserta mampu Melakukan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan struktur.
Kriteria Penilaian
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Memeriksa dokumen kontrak.
2. Melakukan pengawasan pekerjaan pra pabrikasi.
3. Melakukan pengawasan ‘erection’ dan sambungan.
4. Melakukan pengawasan atas keseluruhan bangunan.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) vii
MODUL SSEB-05
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
PANDUAN PEMBELAJARAN
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SSEB – 01 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3)
Menentukan Konsep Dan Sistem Struktur
2 SSEB – 02 Berdasarkan Peraturan-Peraturan Nasional dan
Internasional Tentang Perenc. Struktur Baja
3 SSEB – 03 Melakukan Analisis Dan Desain Struktur
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) viii
MODUL SSEB-05
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
C. PROSES PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan
Mengikuti penjelasan TIU
Menjelaskan tujuan dan TIK dengan tekun dan OHT
instruksional umum(TIU) dan aktif LCD
Tujuan instruksional khusus Mengikuti penjelasan
(TIK) maksud dan tujuan
Menjelaskan maksud dan melakukan pengawasan
tujuan melakukan pelaksanaan pekerjaan
pengawasan pelaksanaan strukutur.
pekerjaan strukutur. Mengikuti penjelasan
Menjelaskan pengertian pengertian melakukan
melakukan pengawasan pengawasan pelaksanaan
pelaksanaan pekerjaan pekerjaan strukutur.
strukutur. Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
Waktu : 5 menit jelas.
Waktu : 60 menit
Waktu : 50 Menit
Waktu : 60 Menit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Modul SSEB-05: Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur mempresentasikan
salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Struktur Baja Bangunan
Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings)
Adapun unit-unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
perencanaan Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of
Buildings) adalah :
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-1
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
a. Judul unit :
Sebuah unit mengacu kepada kebutuhan kompetensi yang apabila digunakan
dalam suatu situasi kerja secara logika dapat berdiri sendiri, judul / title unit
dapat diungkapkan dalam istilah hasil yang harus dicapai (biasanya
menggunakan kata kerja operasional)
b. Deskripsi unit :
Merupakan informasi tambahan terhadap judul unit yang menjelaskan atau
mendeskripsikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku kerja yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai standar kompetensi seperti yang
diungkapkan dalam judul unit.
c. Elemen kompetensi :
Mengidentifikasikan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai
kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen
pendukung unit kompetensi.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-2
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-3
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
Sewaktu menulis dan menguraikan isi modul secara detail betul-betul konsisten
mengacu tuntutan elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk
kerja) yang sudah dianalisis indikator kinerja / keberhasilan (IUK)
Berangkat dari IUK (Indikator Unjuk kerja/keberhasilan) yang pada dasarnya
sebagai tolok ukur alat penilaian, diharapkan uraian detail setiap modul pelatihan
berbasis kompetensi betul-betul menguraikan pengetahuan keterampilan dan
sikap kerja yang mendukung terwujudnya IUK sehingga, dapat dipergunakan
untuk melatih tenaga kerja yang hasilnya jelas, lugas dan terukur.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-4
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-5
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-6
MODUL SSEB-05 BAB I
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pendahuluan
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) I-7
MODUL SSEB-05 BAB II
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pemeriksaan Dokumen Kontrak
BAB II
PEMERIKSAAN DOKUMEN KONTRAK
2.1. UMUM
Seorang tenaga ahli struktur baja bangunan yang bekerja sebagai pengawas
bangunan, sebelum bekerja di lapangan wajib mempelajari dokumen kontrak yang
akan menjadi acuan kerjanya. Dokumen yang diperlukan antara lain:
a. Gambar Tender, Gambar Pelaksanaan dan Gambar Kerja.
b. Spesifikasi Teknik.
c. Daftar Usulan Material yang dibuat oleh penyedia jasa.
d. Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
c. Biaya ditambah jasa pasti (Cost Plus Fixed Fee); hampir sama dengan
bentuk kontrak biaya ditambah jasa (Cost Plus Fee), bedanya pada bentuk
kontrak cost plus fee, imbalan /jasa imbalan bagi penyedia jasa bervariasi
tergantung besarnya biaya, sedangkan pada bentuk kontrak cost plus fixed
fee, besarnya imbalan/jasa bagi Penyedia Jasa sejak awal sudah ditetapkan
dengan pasti dan tetap walaupun biaya berubah.
Pada prinsipnya, gambar tender, gambar pelaksanaan dan gambar kerja merupakan
gambar teknik yang digunakan pada setiap pekerjaan proyek. Yang membedakan
adalah Gambar Tender dibuat oleh konsultan perencana yang digunakan sebagai
salah satu dokumen tender. Sedangkan Gambar Pelaksanaan merupakan gambar
bangunan yang digunakan sebagai acuan awal pada saat melaksanakan pekerjaan
proyek. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk
membuat Gambar Kerja, gambar yang mencerminkan bagian-bagian tertentu dari
bangunan yang akan dikerjakan. Gambar Kerja harus mendapat persetujuan dari
owner atau konsultan perencana.
Beberapa hal perlu diperhatikan pada saat memeriksa gambar teknik, antara lain:
1. Semua gambar teknik memiliki kotak informasi, biasa disebut dengan istilah
legend, seperti contoh dibawah ini.
NAMA PERUSAHAAN, PT …
Informasi yang tercantum pada legend pada umumnya:
Masih ada beberapa informasi lain yang dicantumkan pada legend, hal ini
sangat tergantung pada jenis, kebutuhan dan kebiasaan masing-masing proyek
ataupun kebiasaan penyedia jasa maupun pengguna jasa di tempat-tempat
tertentu.
2. Hubungan antar berbagai pandangan yang terdapat dalam gambar, banyaknya
elemen-elemen struktur dan satuan ukuran pada gambar serta ukuran-ukuran
dari bentuk utama elemen struktur/benda kerja yang digambarkan dapat
diidentifikasi dengan jelas.
3. Instruksi yang terdapat pada gambar dapat diidentifikasi serta tindakan yang
akan diambil dalam merespon instruksi-instruksi tersebut dapat ditunjukkan
dengan jelas.
4. Material yang digunakan untuk membuat elemen-elemen struktur dapat
diidentifikasi dari gambar, serta simbol-simbol yang digunakan pada gambar
dapat diartikan dengan benar.
5. Gambar diperiksa terhadap persyaratan kerja/peralatan yang berhubungan
sesuai dengan prosedur operasi standar.
6. Prosedur untuk memeriksa dan mengesahkan gambar, terhadap persyaratan
kerja dan/atau perlengkapan yang sesuai dapat ditunjukkan.
7. Alasan pengesahan gambar, terhadap persyaratan kerja dan/atau perlengkapan
yang sesuai dapat dijelaskan.
8. Status gambar yang terkini dikonfirmasikan sesuai dengan prosedur operasi
standar, dan sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar benar-
benar dapat diidentifikasi.
9. Apabila diperlukan, status gambar terkini diperoleh sesuai dengan prosedur
operasi standar dan prosedur perubahan gambar yang terakhir dapat diberikan
termasuk alasan pengesahan status gambar terakhir yang digunakan jika
diperlukan.
Setelah semua gambar lengkap, maka harus dipelajari dan dipahami gambar untuk
pelaksanaan dan gambar kerja. Hal-hal yang harus dilihat meliputi :
a. Denah ( lantai dasar, lantai tipikal, konstruksi atap).
b. Tampak ( depan, belakang, samping kiri/kanan).
c. Potongan (memanjang, melintang).
d. Elemen-elemen struktur (kolom, balok, rafter).
e. Detail ( base plate, hounch, apex, trekstang, dll).
Informasi yang tersedia pada gambar kerja selain bentuk, ukuran serta detail
potongan bangunan, juga terdapat informasi mengenai mutu material, meliputi :
a. Mutu profil kolom, balok, rafter.
b. Mutu gording, ikatan angin, trekstang.
c. Mutu pelat penyambung.
d. Mutu baut, mutu las.
Bersambung
(7) Fabrikasi
a) Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi Baja harus
dilaksanakan oleh tukang-tukang yang kompeten dan
berpengalaman, serta diawasi oleh mandor-mandor yang
ahli dalam Konstruksi Baja.
b) Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan
ukuran-ukuran dan atau bentuk yang diinginkan tanpa
menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-kerusakan
lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk handling
sambungan-sambungan di lapangan, las-las di lapangan
dan sebagainya.
c) Semua konstruksi Baja yang telah selesai difabrikasi harus
dibedakan dan diberi kode dengan jelas sesuai bagian
masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah. Kode-
kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak mudah terhapus.
d) Pelat-pelat sambungan dan lain-lain bagian elemen yang
diperlukan untuk sambungan-sambungan dilapangan, harus
dibuat/diikat sementara dulu pada masing-masing elemen
dengan tetap diberi tanda-tanda.
(8) Pengelasan
a) Secara prinsip semua yang berhubungan dengan Pekerjaan
pengelasan antara lain cara pelaksanaan, teknik
pengelasan, kualifikasi tukang las, operator las (track
welder), inspection/testing, toleransi, perbaikan las dan lain-
lain harus memenuhi AWS D1.1-90 serta ketentuan-
ketentuan dibawah ini.
b) ASW D1.1-9C tersebut harus selalu ada baik di Workshop
Penyedia Jasa maupun di lapangan.
i. Kawat Las
(a) Sebelum pemesanan kawat las, pemborong
diharuskan untuk memberikan contoh kawat las
berikut brosur teknisnya untuk disetujui secara
tertulis oleh Direksi/Pengawas. Kawat las harus
dikirim ke Workshop dalam bungkusan yang
tertutup/tersegel dengan baik.
vi. Test
Semua pengelasan, tanpa kecuali , harus mengalami
”visul inspection” yang dilakukan oleh welding-inspector
dari Direksi/Pengawas. Visual inspection tersebut harus
dilakukan pada seluruh proses pengelasan, tidak hanya
pada tahap akhir pengelasan saja.
Visual inspection minimum harus antara lain :
(a) Persiapan permukaan yang akan dilas (kebersihan,
root face, root opening, groove angle, groove radius
dan lain-lain).
(b) Assembling bagian-bagian yang akan dilas.
(12) Pengecatan
a) Persiapan Pengecatan.
Semua permukaan konstruksi Baja sebelum dicat harus
bebas dari :
Lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang
berasal dari Rolling Mill.
Karet.
Minyak Oli.
Dan lain-lain kotoran yang akan mengganggu
melekatnya cat pada permukaan Baja.
b) Pengecatan Primer/Dasar
Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut
diatas, maka setelah difabrikasi, elemen Konstruksi Baja
dicat dasar I dilakukan sebagai berikut :
Type Cat : XXXXXXXXXXX
Merek : XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Ketebalan : 35 Micron
Cat dasar I tersebut harus dilakukan di
Workshop/Pabrik, minimal 1 lapis atau sampai
memperoleh hasil pengecatan yang rata sama tebalnya.
Cat dasar II dilakukan setelah erection dengan
ketentuan sebagai berikut :
Type Cat : XXXXXXXXXXXXXX
Merk : XXXXXXXXXXXXXX
Ketebalan : 35 Micron
Cat dasar II baru boleh dilakukan setelah Cat dasar I
betul-betul kering dan diamplas, minimal I lapis atau
sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata sama
tebalnya. Apabila Cat Dasar II dilakukan sebelum Cat
Dasar mengering dengan baik sehingga timbul bentolan-
bentolan pada permukaan cat, maka Direksi/Pengawas
akan memerintahkan Pengawas agar Cat dasar II
tersebut diamplas dan dilakukan lagi pengecatan cat
dasar II atas beban pemborong.
c) Cat Finish
Cat Finish dilakukan 2 ( dua) kali dengna ketentuan
sebagai berikut :
Cat Finish I :
Jenis Cat : XXXXXXX
Produk : XXXXXXX
Ketebalan : 30 Micron
Cat Finish II :
Jenis Cat : XXXXXXXXX
Produk : XXXXXXXX
Ketebalan : 30 Micron
Sama seperti cat dasar I dan II, maka Cat Finish I
maupun Cat Finish II baru boleh dilaksanakan setelah
lapisan cat-cat sebelumnya betul-betul kering dan
diamplas.
Direksi/Pengawas akan memerintahkan pengecatan
ulang pada setiap lapisan cat yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut atas biaya Pemborong.
d) Untuk memeriksa ketebalan-ketebalan pengecatan
maka Pemborong diharuskan menyediakan alat ukur
khusus guna keperluan tersebut.
e) Khusus untuk bagian permukaan Baja yang akan
dibungkus beton (kalau ada), maka bagian permukaan
tersebut tidak perlu dicat dasar maupun finish.
f) Pengecatan primer maupun finish harus dilakukan
dengan cara spray, bukan dengan cara kuas.
RANGKUMAN
Secara umum, bentuk kontrak pekerjaan konstruksi terdiri dari 4 aspek, yaitu:
1. Aspek perhitungan biaya (Fixed Lump Sum Price dan Unit Price ).
2. Aspek perhitungan jasa (Cost Without Fee, Cost Plus Fee dan Cost Plus Fixed
Fee).
3. Aspek cara pembayaran (Monthly Payment, Stage Payment dan Contractor’s Full
Pre-Financed).
4. Aspek pembagian tugas (Konvensional, Spesialis, Design and Build, Engineering,
Procurement & Construction –EPC, Build Operate and Transfer - BOT) dan Build
Lease and Transfer – BLT, Force Account).
Beberapa hal perlu diperhatikan pada saat memeriksa gambar teknik, antara lain:
1. Semua gambar teknik memiliki kotak informasi, biasa disebut dengan istilah
legend.
2. Hubungan antar berbagai pandangan dalam gambar, elemen struktur, satuan
serta ukuran-ukuran bentuk utama elemen struktur diidentifikasi dengan jelas.
3. Instruksi pada gambar serta tindakan yang akan diambil dalam merespon instruksi
tersebut dapat diidentifikasi dan ditunjukkan dengan jelas.
4. Material yang digunakan dapat diidentifikasi, dan simbol-simbol yang digunakan
dapat diartikan dengan benar.
5. Gambar diperiksa terhadap persyaratan kerja/peralatan yang berhubungan sesuai
dengan prosedur operasi standar.
6. Prosedur untuk memeriksa dan mengesahkan gambar, terhadap persyaratan kerja
dan/atau perlengkapan yang sesuai dapat ditunjukkan.
7. Alasan pengesahan gambar, terhadap persyaratan kerja dan/atau perlengkapan
yang sesuai dapat dijelaskan.
8. Status gambar terkini dikonfirmasikan sesuai prosedur operasi standar, juga
diperhatikan sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar benar-
benar dapat diidentifikasi.
BAB III
PENGAWASAN PEKERJAAN PRA PABRIKASI
3.1 UMUM
Pekerjaan pra pabrikasi merupakan pekerjaan yang dapat dilakukan di workshop
ataupun di lapangan. Situasi, kondisi serta tingkat efisiensi pelaksanaan merupakan
unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan pra pabrikasi.
Namun demikian, dimanapun pekerjaan pra pabrikasi dilakukan, hal terpenting
adalah memastikan jenis dan mutu bahan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah pada saat pelaksaanaan
produksi dengan membentuk elemen-elemen struktur sesuai dengan gambar kerja
yang ada. Dan jika pada pekerjaan pra-pabrikasi perlu dilakukan perakitan beberapa
elemen struktur, maka hal tersebut juga menjadi bagian pekerjaan seorang
pengawas.
Setiap baja struktur diproduksi berdasarkan spesifikasi minimum dan memiliki sifat
mekanik yang diatur secara khusus pada ASTM. Pada umumnya, baja struktur
memiliki yield points berkisar antara 30 sampai dengan 100 ksi. Sedangkan tingkat
kekuatan baja struktur diperoleh dari variasi komposisi kimia dan teknik
pemanasannya. Faktor lain yang mempengaruhi sifat mekanik baja struktur antara
lain ketebalan produk, temperatur pengerjaan akhir, tingkta pendinginan dan
elemen-elemen sisa (residual elements).
Berikut ini beberapa definisi yang umum digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat
baja:
a. Yield point (Fy) adalah besarnya tegangan dalam ksi, dimana kurva tegangan-
regangan menunjukkan peningkatan regangan tidak diikuti dengan peningkatan
tegangan. Berbagai macam aturan desain, banyak didasarkan pada yield point.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 1
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
b. Kekuatan tarik (Tensile strength), atau biasa disebut batas maksimum kuat
tarik, adalah gaya tarik terbesar dalam satuan unit ksi, dimana material dapat
menahan tarik maksimum pada percobaan tarik.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 2
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Spesifikasi sifat mekanik baja struktur pada umumnya dapat dilihat pada tabel 3.2.1
Baja struktur dapat dikategorikan berdasarakan komposisi bahan kimia dan proses
pemanasannya seperti di indikasikan dibawah. Berdasarkan sifat kuat tarik serta
bentuk profil W, maka baja strukur dapat dikelompokan seperti pada tabel 3.2.2.
Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, seorang tenaga ahli pengawas bangunan
konstruksi baja dapat melakukan pengawasan mutu bahan yang akan digunakan,
selain dari pada jumlah dan jenis material baja yang digunakan.
Baja karbon adalah baja yang memiliki:
a. Kandungan maksimum yang diperbolehkan masing-masing elemen/bahan tidak
boleh melebihi prosentase sebagai berikut; 1.65% manggan, 0.60% silikon, dan
0.60% tembaga.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 3
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
* Sifat mekanik baja struktur pada tabel mencerminkan nilai minimum, kecuali ditulis range nilai
maksimum dan minimumnya.
Nilai-nilai yang terdapat pada tabel mempunyai sifat-sifat baja struktur sebagi berikut: modulus
elastisitas = 29.000 ksi; modulus geser = 11.000 ksi; rasio Poison = 0,30; tegangan geser =
0,57 kali kuat tekan; tegangan geser maksimum = 2/3 – ¾ kali tegangan tarik; ekspansi
koefisien thermal = 6,5 x 10-6 in/in/0F, pada range temperatur -50 s/d +1500F
Baja karbon pada tabel 3.1-A36, merupakan baja konstrukti yang dapat disambung
dengan las pada bentuk plat, batang dan profil material baja. Sedangkan A992 pada
tabel yang sama, hanya dapat diaplikasikan pada baja konstruksi profil W atau biasa
disebut juga dengan bentuk rol flens lebar (rolled wide flange shapes), yang
diperkenalkan pada tahun 1998 dan secara cepat menjadi baja konstruksi pilihan
utama pada konstruksi bangunan. Keunikan profil W ini memiliki rasio maksimum
pada kekuatan tarik terhadap yield sebesar 0,85. Baja profil ini juga memiliki
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 4
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Baja karbon lain pada tabel 3.1 hanya dapat diaplikasikan pada bentuk plat.
Meskipun setiap baja konstruksi dapat dibuat dalam 3 atau lebih tingkat kekuatan,
hanya satu tingkat kekuatan yang dimasukkan dalam tabel untuk plat A283 dan
A285.
Plat baja A283 diperuntukkan bagi baja struktur berkualitas dengan 4 tingkat
kekuatan, Grade A, B, C dan D, serta memiliki yield point minimum berturut-turut 24,
27, 30 dan 33 ksi. Plat baja ini pada umumnya digunakan pada pembuatan tanki
minyak maupun tanki air. Sedangkan plat A573, yang diproduksi dalam 3 tingkat
kekuatan, merupakan plat baja struktur yang digunakan pada temperatur kamar
dimana kuat takik menjadi perhatian utama.
Beberapa jenis plat baja lainnya seperti A285, A515 dan A516, merupakan plat baja
yang hanya digunakan pada pembuatan tanki bertekanan serta digunakan untuk
konstruksi baja yang mengutamakan pengelasan menjadi salah satu faktor kritis,
seperti tanki bertekanan tinggi. A516 dibuat dalam 4 tingkat kekuatan, Grade 55, 60,
65 dan 70 (angka ini menunjukkan kuat tekan masing-masing tingkat), memiliki
spesifikasi minimum yield point berturut-turut 30, 32, 35 dan 38 ksi. Sedangkan
A515 memiliki Grade yang sama dengan A516, kecuali Grade 55. A515 digunakan
untuk pemakaian konstruksi yang menahan temperatur menengah hingga tinggi,
sedangkan A516 untuk konstruksi yang menahan temperatur pada tingkat
menengah hingga rendah.
Baja karbon berbentuk pipa yang digunakan pada baja struktur biasanya Grade B
A53, yang memiliki spesifikasi yield point minimum sebesar 35 ksi. Pipa baja karbon
struktural dengan proses pembuatan hot-formed, baik bentuk bulat maupun segi
empat, dimasukkan dalam kode A501 dengan nilai yield point sebesar 36 ksi.
Sedangkan pipa baja karbon yang dibuat berdasarkan proses cold-formed memiliki
beberapa tingkat kekuatan dengan range nilai yield point antara 33 sampai dengan
50 ksi.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 5
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Spesifikasi bahan baja pembuatan baut dinyatakan dalam kode A307, A325 dan
A490. A307 mengandung baja karbon untuk penggunaan secara umum, seperti
baut bertegangan rendah dan sebagai pelengkap. Sedangkan A325, dibuat sebagai
baut berkekuatan tinggi, digunakan untuk menghubungkan elemen-elemen struktur
baja lainnya. Tipe 1 terbuat dari bahan karbon medium, boraks karbon (carbon-
boron), atau karbon medium baja campuran. Sedangkan Tipe 3, terbuat dari bahan
baja yang memiliki resistansi yang tinggi terhadap korosi udara, sama dengan baja
A588. Adapun tipe 2 sejak tahun 1991 tidak diproduksi lagi. Sedangkan spesifikasi
A490 juga terbuat dari bahan baja dengan kekuatan tinggi, digunakan untuk
mengikat baja struktur bangunan, yang terdiri dari 3 tipe. Tipe 1 terbuat dari logam
baja campuran, Baut tipe 2 dibuat dari baja dengan kandungan karbon rendah, dan
baut tipe 3 memiliki resistensi yang tinggi terhadap korosi dan cuaca,
perbandingannya dengan A588, A242 dan A709 (baja konstruksi profil W).
Sebagian besar baja struktur yang digunakan pada konstruksi bangunan diproduksi
dalam bentuk rol. Pada jembatan, lebih banyak menggunakan plat, karena balok
penopang berjarak lebih dari 90 feet seringkali dibuat dalam beberapa bagian
(sections). Berbagai macam bentuk rol yang terdapat di pasaran, seperti profil W
(wide-flange shapes), profil M dalam berbagai bentuk, profil S (I), profil siku, profil
kanal dan profil dalam bentuk batang.
Profil W memiliki ukuran mulai dari W4_13 hingga W36_920. Untuk ukuran kolom
jumbo, ukurannya bisa mencapai W14_873. Pada umumnya, profil flens lebar
berbentuk W merupakan profil baja yang paling efisien jika digunakan sebagai
balok. Profil ini memiliki proporsi yang tinggi pada area potongan melintang pada
flens, dan juga memiliki rasio modulus elastisitas terhadap berat sendiri yang cukup
besar. Profil W ukuran flens 14 inch juga digunakan untuk kolom.
Karena flens dan web pada balok flens lebar tidak memiliki tebal yang sama, maka
yield point memiliki nilai yang sedikit berbeda pula. Sesuai dengan peraturan desain
struktur baja berdasarkan perhitungan yield point, maka perlu dilakukan peninjauan
pada ‘desain perhitungan yield point’ pada setiap elemen. Dalam perhitungan
praktis, seluruh balok A36 memiliki nilai yield point sebesar 36 ksi. Baja profil W, plat
dan bentuk batang yang memiliki kekuatan lebih tinggi, memiliki nilai minimum untuk
yield point dan kuat tarik seperti terdapat pada tabel 3.2.1. Sedangkan pada baja
berlubang (hollow) dengan bentuk segi empat, kubus, dan bentuk lingkaran memiliki
kekuatan yang berbeda-beda pula. Bentuk hollow cocok digunakan sebagai kolom,
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 6
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
karena bentuk simetrikal yang dimilikinya. Baja struktur seperti ini khususnya
digunakan pada bangunan tingkat rendah dan dapat pula berfungsi sebagai elemen
arsitektur.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 7
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 8
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkodean elemen struktur antara
lain:
1. Sistem pengkodean direncanakan sedemikian rupa, sehingga mulai dari proses
pemotongan elemen-elemen struktur, proses perakitan sampai proses
pemasangan dapat ditrasir (traceability) dengan mudah.
2. Pengkodean tidak hanya dilakukan pada elemen-elemen struktur utama, tapi
juga dilakukan pada elemen-elemen pendukung seperti baut, mur, ring (washer),
dan lain-lain. Namun bukan berarti setiap unit dari komponen tersebut diberi
kode, melainkan dikelompokkan sesuai jenis dan ukurannya kemudian diberi
label pada pembungkusnya.
3. Kode material pada elemen struktur tidak boleh mudah terhapus. Saat ini
pengkodean pada elemen struktur sudah banyak dilakukan dengan
menempelkan label yang cukup kuat, sehingga kode yang tercantum pada
elemen tersebut tidak mudah hilang. Bahkan kode material juga sudah dapat
dicetak berdasarkan gambar yang dibuat dengan aplikasi komputer seperti
Autocad, X-Steel, Strucad, BOCAD dan lain-lain.
4. Khusus untuk baut, mur dan ring biasanya dikelompokkan sesuai dengan jenis
dan ukurannya, kemudian dibungkus dengan bahan pembungkus yang tidak
mudah sobek. Kemudian pada pembungkus tersebut bisa dituliskan kode
material ataupun ditempel dengan label yang bertuliskan kode dan jumlah
material.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 9
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
RANGKUMAN
Baja karbon adalah baja yang memiliki kandungan maksimum yang diperbolehkan
masing-masing elemen/bahan tidak boleh melebihi prosentase sebagai berikut; 1.65%
manggan, 0.60% silikon, dan 0.60% tembaga.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkodean elemen struktur antara lain:
1. Sistem pengkodean yang dapat ditrasir (traceability) dengan mudah.
2. Pengkodean tidak hanya dilakukan pada elemen-elemen struktur utama, tapi juga
dilakukan pada elemen-elemen pendukung.
3. Saat ini pengkodean pada elemen struktur sudah banyak dilakukan dengan
menempelkan label. Kode material dapat dicetak dari gambar yang dibuat dengan
aplikasi komputer.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 11
MODUL SSEB-05 BAB III
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Pekerjaan Pra Pabrikasi
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) III - 12
MODUL SSEB-05 BAB IV
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Erection Dan Sambungan
BAB IV
PENGAWASAN ERECTION DAN SAMBUNGAN
4.1 UMUM
Pekerjaan pengawasan pada saat erection harus selalu memperhatikan kelaikan
alat-alat pengaman. Karena pada pekerjaan ini tingkat kecelakaan kerja cukup
tinggi, dimana paling banyak terjadi karena kelalaian manusia (human error).
Seluruh tahapan mulai dari pembuatan penopang sementara, pemasangan, hingga
sambungan-sambungan yang dibuat menjadi perhatian pengawas, sehingga dapat
dipastikan bahwa struktur baja bangunan yang terpasang memenuhi segala aspek,
baik aspek teknis maupun non-teknis.
Seorang pengawas ahli struktur baja bangunan diharapkan menguasai hal-hal yang
dapat menyebabkan bahaya baik pada saat pemasangan maupun setelah
bangunan struktur selesai dipasang.
e. Tali pengaman : merupakan alat pelindung diri dari jatuh dari ketinggian , akibat
terpeleset pada waktu bekerja diketinggian . Biasanya tali ini diikatkan pada ikat
pinggang pengaman yang dipakai pekerja yang bekerja diketinggian dan ujung
yang lain dikaitkan pada besi pagar pengaman .
f. Disamping alat pelindung diri diatas pekerja harus berpakaian yang komplit
sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus
dilengkapi jaket/ rompi kulit tetapi minimum harus memakai kaos dan celana
panjang.
Alat Pelindung diri yang digunakan harus berpedoman kepada standar industri yang
berlaku. Pastikan hanya barang yang telah mencantumkan kode SNI (Standar
Nasional Indonesia) atau JIS untuk barang buatan Jepang, ANSI dan lain-lain
dinyatakan laik untuk pekerjaan yang dimaksud.
Tabel 4.1 dibawah ini beberapa contoh standar alat pelindung diri dan SNI dan
standar internasional laninnya.
Masih banyak lagi standard yang diberlakukan di negara-negara lain, tetapi yang
terpenting ujil ketahanan terhadap suatu beban yang akan diberikan kepada APD
dengan toleransi keamanan minimum 50%. Perlu juga dipertimbangkan daya
tahan dan kualitas APD yang dipakai bisa digunakan pada beberapa proyek atau
pada jangka waktu atau periode tertentu.
Hal lain yang menjadi perhatian seorang pengawas ahli struktur baja bangunan
adalah kondisi lingkungan dan area kerja pada saat pemasangan elemen-elemen
struktur. Area kerja harus bersih dari kotoran, dan memiliki ruang yang cukup
untuk melakukan pekerjaan erection tersebut, serta tanda-tanda (signage) berupa
spanduk, plank, tanda panah dan lain-lain disekitarnya cukup informatif untuk
memberikan kesadaran bagi pekerja disekitarnya akan keamanan dan
keselamatan kerja.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) IV - 2
MODUL SSEB-05 BAB IV
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Erection Dan Sambungan
1. Pemilihan alat bantu dilakukan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Peralatan bantu digunakan untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan yang ditentukan, dapat berupa pekerjaan akhir (finishing),
kekuatan akhir produk, ukuran atau bentuk yang akan dihasilkan dapat
diidentifikasi.
3. Keamanan dalam penggunaan alat sebelum, selama dan setelah digunakan
dapat dipastikan.
4. Peralatan bantu yang cacad atau tidak layak pakai diidentifikasi dan dilakukan
perbaikan sesuai prosedur, sebelum, selama dan setelah digunakan.
5. Perawatan rutin, termasuk penajaman/pengasahan (jika diperlukan) dilakukan
sesuai dengan prosedur, prinsip dan teknik-teknik yang telah ditentukan.
6. Peralatan bantu disimpan dengan aman pada tempat yang sesuai dengan
standar prosedur dan rekomendasi pabrikan.
Perhatian terhadap metode konstruksi saat ini merupakan bagaian terpenting pada
tahap desain. Oleh karenanya, kewajiban untuk mentaati Peraturan Desain
Konstruksi dan Manajemen (Construction Design and Management-CDM),
peraturan yang diterbitkan oleh Health Management and Safety Officer pada tahun
1995 di Inggris, merupakan hal utama yang dimaksudkan untuk menjunjung tinggi
keselamatan pekerja konstruksi dan pengguna bangunan.
Pengawas ahli struktur baja bangunan harus juga memperhatikan jalan masuk di
lokasi proyek, penanganan terhadap material, urut-urutan tahap konstruksi, dan
kendala yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi. Salah satu faktor kunci untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas, adalah dengan melibatkan kontraktor
spesialis untuk menangani pekerjaan-pekerjaan khusus. Dengan melibatkan
keahlian kontraktor spesialis sejak tahap awal akan memaksimalkan kecepatan
konstruksi, mengurangi konflik serta meningkatkan peluang nilai tambah bangunan
tersebut.
a. BS 4933 saat ini sudah tidak dipakai, namun masih digunakan untuk kepala dan
bungkus kepala baut yang digunakan didalam air (90o countersunk).
b. Baut Grade 8.8 dan 10.9 tingkat kekuatan mengacu pada standar BS EN ISO
4014 atau BS EN ISO 4017, tetapi dengan ukuran dan toleransi sesuai standar
BS EN ISO 4016 atau BS EN ISO 4018 yang juga dapat digunakan, dengan
pasangan mur dengan kekuatan yang mengacu pada BS ISO 4032 namun
dimensi dan toleransi mengacu pada BS EN ISO 4034.
c. Mur dengan kelas yang lebih tinggi dapat digunakan.
d. Mur Class 5 untuk ukuran M 16 atau lebih kecil.
e. Mur galvanis atau sheradized Class 10 pasangan baut grade 8.8.
f. Mur galvanis atau sheradized Class 10 – BS 4190, pasangan baut grade 8.8.
g. Mur galvanis atau sheradized Calss 12 – BS EN ISO 4033, pasangan baut grade
10.9.
h. Mur galvanis atau sheradized Grade 12 – BS 4190, pasangan baut grade 10.9.
i. Ring baja hitam, mengacu pada standar BS 4320:1968 section 2, memiliki
diameter normal.
j. Ring baja hitam, mengacu pada standar BS 4320:1968 section 2, memiliki
diameter besar.
k. Indikator tegangan langsung mengacu pada BS 7644, dapat juga digunakan
dengan baut HSFG bertegangan awal.
Baut ini disebut dengan istilah baut biasa dan memiliki spesifikasi standard BS
4190. Standard baut lainnya dapat dilihat pada tabel 4.6.1, yang menampilkan
standar dari BS 59590-2. Sedangkan baut dengan presisi tinggi diproduksi
dengan standar BS 3692, yang digunakan dengan tingkat toleransi yang tinggi
tidak digunakan secara luas.
Tingkat kekuatan baut pada sistem desain mengikuti standar BS EN ISO 898-1,
terdiri dari 2 nilai/angka (figure), yaitu:
a. Pertama, kekuatan baut sama dengan nilai 1/100 kali kuat tarik minimum
dalam satuan N/mm2.
b. Kedua, kekuatan baut sama dengan nilai 1/100 kali rasio kekuatan batas
minimum (minimum yield stress) dan nilai kuat tarik minimum, dalam satuan
presentase.
dapat digunakan pada struktur yang menahan beban sedang. Pada situasi
tertentu, misalnya sambungan kolom menahan tegangan balik yang sangat
besar, atau pada pertemuan kolom dengan dinding dan diperkirakan akan
menyebabkan terjadinya pergeseran pada sambungan (yang mana hal ini
seharusnya tidak diperbolehkan), maka dapat digunakan baut yang memiliki
tahanan geser yang tinggi. Baut Preloaded high-strength friction-grip (HSFG)
dapat digunakan sebagai baut dengan pembebanan geser yang tinggi, dimana
pemasangannya sama dengan baut biasa.
memberikan akibat yang cukup berarti pada tipikal sambungan. Pada kasus
yang lebih spesifik, ketika pertambahan deformasi menjadi perhatian, hal ini
merupakan kejadian normal dan direkomendasikan menggunakan baut
dengan pembebanan awal (HSFG bolts). Sebagai contoh pada penggunaan
baut pada sambungan yang menahan tegangan tarik dan tekan, dimana baut
dalam keadaan menerima tegangan/beban tarik atau terjadi pada
sambungan kolom, dimana salah satu ujung kolom tidak menerima beban.
Fabrikasi
Manajemen kualitas
Pelaksanaan pengelasan
Prosedur pengelasan Engineer
Bahan las habis pakai
Persetujuan Tukang Las
Validasi peralatan
Pemeriksaan
Prosedur sertifikasi dan tukang las Klien
Metode pemeriksaan
Kriteria penerimaan
Perbaikan
Tanda tangan (persetujuan) Informasi
Persetujuan
Seperti yang terlihat pada Gambar 4.3, informasi proses pengelasan (diambil
dari BS EN 1011-2:2001) dan penggunaannya termasuk dalam Spesifikasi
Prosedur Pengelasan (Welding Procedure Specification – WPS), yang cocok
digunakan oleh tukang las, akan menghasilkan sambungan las sesuai
dengan kulitas yang diinginkan.
Prosedur persetujuan
pengelasan
Ikatan angin pada umumnya digunakan pada seluruh tipe struktur baja bangunan,
yang berguna untuk menahan gaya lateral yang berasal dari angin, temperatur serta
pergerakan cranes dan peralatan lain pada saat melaksanakan pekerjaan di lokasi
pembangunan gedung. Pada saat crane beroperasi, terjadi getaran dan beban pada
struktur bangunan. Beban dan getaran ini harus diperhitungkan, dan kemampuan
struktur yang sedang dipasang harus mampu menahan getaran dan beban tersebut.
Oleh karena itu tidak jarang dipasang ikatan angin temporer sebagai penahan
sementara pada beberapa tahapan kerja pada saat ereksi. Pembongkaran ikatan
angin yang dipasang secara temporer jika dilakukan terlalu dini atau dibongkar oleh
orang yang tidak memiliki otorisasi untuk melakukannya, seringkali menjadi
penyebab utama keruntuhan komponen rangka struktur.
Telah banyak terjadi keruntuhan elemen rangka struktur baja bangunan terjadi pada
saat memindahkan tali pengangkat sebelum ikatan angin dikencangkan atau
sebelum sambungan dasar kolom betul-betul fix dan diisi bahan pemadat. Apa yang
diperlukan untuk mengatasi hal-hal seperti ini pada prinsipnya alur komunikasi yang
jelas dari pengawas kepada pelaksana/mandor yang kemudian diteruskan kepada
tukang, tentang urut-urutan kerja yang harus dipatuhi. Jika hanya mengandalkan
supervisi dari pelaksana sendiri, tidak akan cukup. Satu-satunya cara memastikan
seluruh tahapan pekerjaan pemasangan dilakukan dengan benar dan aman adalah
memberikan instruksi/perintah yang jelas, berikut penjelasan kenapa instruksi ini
harus dilaksanakan!. Hal lain yang juga dapat membantu adalah mempekerjaan
tukang yang telah berpengalaman dan mengerti betul atas apa yang dilakukannya.
RANGKUMAN
1. Pada tahap pekerjaan pemasangan (erection), hal-hal yang harus diawasi antara lain:
a. Peralatan pengamanan harus laik pakai.
b. Struktur penopang yang dipasang harus stabil.
c. Peralatan Bantu sesuai dengan fungsinya.
d. Mutu sambungan, termasuk jumlah baut (jika menggunakan baut) atau hasil
pengelasan (jika menggunakan las).
e. Tebal plat pengaku maupun plat kopel serta ikatan angin, termasuk posisi
penempatannya.
2. Pengawasan yang dilakukan seorang ahli struktur baja bangunan gedung wajib
mempelajari metode pelaksanaan yang ditetapkan sejak tahap perencanaan.
Konsistensi kontraktor didalam melaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan
merupakan hal penting yang harus dicermati.
3. Beberapa jenis baut yang digunakan pada konstruksi bangunan baja, berdasarkan
pembebanan yang diterima, adalah:
a. Baut tanpa pembebanan awal.
b. Baut dengan pembebanan geser yang tinggi.
c. Baut dengan pembebanan penuh.
4. Ikatan angin (bracing) digunakan pada seluruh tipe konstruksi baja bangunan, yang
berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang berasal dari angin, temperatur serta
pergerakan cranes dan peralatan lain pada saat perakitan dan pemasangan.
BAB V
PENGAWASAN ATAS KESELURUHAN BANGUNAN
5.1 UMUM
Setelah seluruh elemen-elemen struktur selesai dipasang, masih ada satu
pemeriksaan lagi yang wajib dilakukan oleh seorang ahli pengawas struktur baja
bangunan gedung. Pemeriksaan dilakukan terhadap keseluruhan bangunan baik
dari segi titik-titik koordinat telah sesuai dengan gambar, kedataran dan vertikality
bangunan tersebut.
Hal ini merupakan pekerjaan pengawasan akhir yang dapat menggambarkan hasil
pekerjaan akhir dari pemasangan struktur baja bangunan gedung.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-1
MODUL SSEB-05 BAB V
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Atas Keseluruhan Bangunan
Akurasi penyetelan dan grouting plat pembungkus, dudukan kolom, merupakan hal
kedua terpenting pada pelaksanaan pekerjaan ini, seperti misalnya identifikasi
terhadap posisi beton dudukan plat terlampau tinggi dan posisi angkut yang
terlampu rendah dapat segera diketahui.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-2
MODUL SSEB-05 BAB V
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Atas Keseluruhan Bangunan
Meskipun pelaksanaan leveling awal sudah dilakukan dengan baik dan posisi
bagian dasar kolom sudah di set sesuai dengan titik-titik koordinat diatas pondasi,
strukrur bangunan secara keseluruhan masih perlu di sesuaikan (adjustment)
selama proses pekerjaan lining, leveling dan ketegakan (plumbing), karena masih
mungkin terdapat kesalahan. Hal pertama yang harus diawasi adalah tidak ada
kesalahan pada urutan kerja ereksi. Jika elemen-elemen struktur tidak ada yang
salah penempatannya, kemudian gambar kerja dan data fabrikasi perlu diperiksa
kembali, untuk memastikan seluruh pekerjaan telah sesuai dilaksanakan. Jika
ditemukan ketidaksesuaian, perlu dibuat catatan-catatan yang jelas dari seluruh
kejadian tersebut, dan berikan alternatif solusi sesegera mungkin.
Jika pekerjaan ereksi telah dilakukan dan ditemukan ada posisi perletakan rangka
struktur baja kurang tepat pada tempatnya, perlu disiapkan beberapa peralatan dan
tukang untuk melakukan lining, leveling dan plumbing kembali. Peralatan yang
digunakan antara lain dongkrak, mesin derek dengan kabel, penguat kabel (straining
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-3
MODUL SSEB-05 BAB V
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Atas Keseluruhan Bangunan
Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan lining dan leveling sebelum seluruh
baut dikencangkan. Membuka kembali sambungan baut setelah dikencangkan
merupakan pekerjaan yang tidak efisien. Tidak ada cara lain yang dapat dilakukan
didalam melanjutkan pekerjaan ereksi hingga seluruh komponen penguat
dikencangkan, dan hal ini tidak dapat diselesaikan jika elemen-elemen struktur
belum pada posisi level dan tegak.
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-4
MODUL SSEB-05 BAB V
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Atas Keseluruhan Bangunan
RANGKUMAN
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-5
MODUL SSEB-05 BAB V
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pengawasan Atas Keseluruhan Bangunan
Ahli Struktur Baja Bangunan Gedung (Steel Structure Engineer Of Buildings) V-6
MODUL SSEB-05 BAB II
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pemeriksaan Dokumen Kontrak
kaki secukupnya.
4. Pasang Theodolith pada dudukan atau tribrach dan kencangkan
sekrupnya.
5. Secara simultan tepatkan penanda ketepatan posisi as vertical Total
Station pada titik yang dikehendaki (centering).
6. Atur sumbu I sumbu Vertikal dan Sumbu II Horizontal dengan
menggunakan sekrup penyeimbang nivo kotak, yang biasanya disebut
sekrup A, B, C.
7. Pengaturan dilakukan pertama-tama dengan posisi nivo sejajar dengan
posisi kita berdiri, tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran
yang ada.
8. Putar Theodolith terhadap sumbu I sebesar 90o terhadap posisi kita,
cek apakah posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika
tidak gunakan sekrup C untuk menepatkan nivo kembali ketengah
lingkaran.
9. Cek kembali posisi penanda ketepatan as sumbu vertical apakah masih
berada pada posisi titik yang dimaksud.
10. Jika bergeser maka kendorkan sekrup pengunci Total Station pada
tribrach dan geser perlahan-lahan sehingga posisi penanda arah
vertical tepat berada dititik yang dikehendaki lalu kuatkan sekrup
pengikat.
11. Cek kembali posisi gelembung apakah masih berada di pusat
lingkaran, jika tidak gunakan sekrup A, B, C kembali secara lebih
perlahan untuk menempatkan posisi gelembung nivo pada lingkaran
yang ada.
12. Jika centering dan posisi gelembung pada masing-masing nivo sudah
berada pada tengah-tengah bidang nivo, maka alat sudah siap untuk
dioperasikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. The Steel Construction Institure, Steel Designers Manual, 6th ed., Ascot:2003
2. M. Myint Lwin, Building Engineering, Standard Handbook for Civil Engineers, The
McGraw-Hill Companies, 2004.