DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................5
A. Tujuan Umum ......................................................................................5
B. Tujuan Khusus......................................................................................5
BAB II ..............MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT UNTUK
MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BETON BERTULANG
BANGUNAN GEDUNG............................................................................................
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait untuk Melaksanakan Pekerjaan Struktur Atas Beton Bertulang
Bangunan Gedung ..................................................................................
1. Penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait ............................
2. Persiapan bahan rapat koordinasi ......................................................
3. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait ......................................
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait untuk Melaksanakan Pekerjaan Struktur Atas Beton Bertulang
Bangunan Gedung...................................................................................
C. Sikap Kerja dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait untuk
Melaksanakan Pekerjaan Struktur Atas Beton Bertulang Bangunan
Gedung..................................................................................................
BAB III .....MENGENDALIKAN PEMBUATAN GAMBAR KERJA STRUKTUR ATAS
BETON BERTULANG BANGUNAN GEDUNG..........................................................
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pembuatan Gambar
Kerja Struktur Atas Beton Bertulang Bangunan Gedung.............................
1. Identifikasi gambar rencana ..............................................................
2. Pengendalian pembuatan gambar kerja struktur atas bangunan
gedung ............................................................................................
3. Pemeriksaan gambar kerja struktur atas bangunan gedung .................
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Mengendalikan
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Beton Bertulang Bangunan Gedung
sesuai dengan Gambar Rencana.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait untuk Melaksanakan Pekerjaan
Struktur Atas Beton Bertulang Bangunan Gedung
2. Mengendalikan Pembuatan Gambar Kerja Struktur Atas Beton Bertulang
Bangunan Gedung
3. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Tie Beam
4. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Beton Bertulang
5. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Geser
6. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Balok Beton Bertulang
7. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai
8. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Atap Beton Bertulang
9. Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Beton Bertulang
BAB II
MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT UNTUK
MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BETON BERTULANG
BANGUNAN GEDUNG
Lembaga internal
Badan pemerintahan
Lembaga pelayanan
Tenaga kerja
Masyarakat
Manager lapangan (site manager)
BAB III
MENGENDALIKAN PEMBUATAN GAMBAR KERJA STRUKTUR ATAS BETON
BERTULANG BANGUNAN GEDUNG
BAB IV
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TIE BEAM
BAB V
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM BETON BERTULANG
tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk
berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang
mempunyai kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan
dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu
elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen
struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik
dengan kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang
menentukan besar beban tekuk adalah yang berhubungan dengan
karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan
ukuran penampang).
Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya
material dan distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang,
elemen struktur akan selalu menekuk pada arah seperti yang
diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk
berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran
distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada
umumnya dapat dinyatakan dengan momen inersia (I).
Kondisi Ujung Elemen
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut
mempunyai kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan
kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung
menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang
mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom
pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada
umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-
Persiapan material kerja, antara lain : semen PC, pasir, split, kaso,
multiplek, besi beton, kawat beton, paku, air, dll.
Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass,
meteran, bor listrik, gunting besi, pembengkok besi, gergaji,
unting-unting, benang, selang air, dll.
Kesiapan tenaga kerja
2. Pengukuran
Surveyor melakukan pengukuran dengan theodolith dan memberi
tanda (marking) untuk posisi titik perletakan kolom beton praktis
dan balok latei.
Fabrikasi besi tulangan
Fabrikasi besi beton untuk tulangan dengan mutu, ukuran dan
panjang dibuat sesuai gambar kerja yang telah disetujui.
Fabrikasi besi beton untuk tulangan kolom praktis dan balok latei.
Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan
penempatannya, supaya tidak membingungkan pada saat akan
dipasang.
Posisi besi beton untuk tulangan pada kolom praktis dan balok latei
yang belum ada besi stek existing, terlebih dahulu dibuatkan besi
stek dengan menggunakan alat bantu bor listrik.
3. Fabrikasi bekesting
Fabrikasi bekesting untuk kolom beton praktis praktis
menggunakan bahan dari multiplek atau bahan lainnya yang
memenuhi syarat dan perkuatan dengan menggunakan kaso.
Potong multiplek untuk bekesting kolom praktis dan balok lintel.
Pasang bekesting pada lokasi besi beton tulangan kolom praktis
dan balok lintel dengan dimensi dibuat sesuai ukuran gambar
kerja.
Pasang perkuatan/support pada bekesting.
Bekesting dipasang harus rapih, siku yang lurus dan kuat sehingga
hasil pengecoran dapat menghasilkan bidang yang flat/maksimal.
Gunakan waterpass/unting-unting untuk pengecekan.
Beton decking dipasang secara merata dan sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pengecoran
Sebelum pengecoran terlebih dahulu harus diperiksa kekuatan
acuan yang sudah dipasang / difabrikasi, semua ukuran sudah
sesuai rencana.
Pengecoran beton dilakukan menggunakan beton readymix K-175.
Setelah area siap, lakukan pengecoran. Tuang adukan beton ke
area pengecoran, adukan beton diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan vibrator. Sehingga beton tidak ada sarang
tawon/keropos.
BAB VI
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING GESER
Dengan dinding jenis kemampuan Shear wall beton lantai di atas kemudian
menerima beban tumbuh, besarnya kekuatan lantai akan berbanding lurus
dengan ketebalan shearwall itu sendiri.
Umur pakai bangunan menjadi lebih panjang.
Beban pada bangunan ditopang atau dipikul oleh kolom dan balok.
Dinding pada bangunan menggunakan system struktur ini berfungsi
hanya sebagai pembatas. Penambahan fungsi structural pada dinding
yang biasa kita gunakan hanya sebagai pembatas, memerlukan perlakuan
khusus yang harus dipenuhi jika kita ingin menggunakannya.
b. Frame walls
adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana beban
gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom.
c. Core walls
adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam
gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak
dikawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan
paling ekonomis.
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan
tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ,
O, atau core wall dua cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk ⊟.
Dari masing-masing bentuk core wall ini, mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan efektivitas pada
struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall,
dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk
pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan penghematan dan
efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.
Dari segi konstruksi pembuatannya, core wall tersebut dapat dibuat
berupa struktur konstruksi baja, konstruksi beton bertulang ataupun juga
komposit. Dari konstruksi bahan tersebut, struktur core wall dapat
bersifat massif. Namun terjadinya pelemahan struktur core wall itu juga
terkadang tak dapat dihindari dalam pelaksanaan konstruksi bangunan,
seperti pelubangan struktur core wall untuk ruang pintu, kisi udara, dan
lain-lain.
Secara umum, ada beberapa sistem dasar core wall yang dapat dijelaskan
untuk aplikasi struktur bangunan tinggi:
Core wall dan kolom, yang dapat disebut dengan sistem kolom.
Sistem rangka gedung yaitu sistem struktur yang memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, gaya lateral
akibat gempa yang terjadi dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing.
BAB VII
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BETON BERTULANG
1. Karakteristik Balok
a. Prinsip desain balok
Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah
elemen yang paling banyak digunakan dengan pola berulang.
Umumnya pola ini menggunakan susunan hirarki balok, dimana beban
pada permukaan mula-mula dipikul oleh elemen permukaan
diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya diteruskan
ke kolektor atau tumpuan. Semakin besar beban, yang disertai
dengan bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar
ukuran atau tinggi elemen struktur. Susunan hirarki bisa sangat
bervariasi, tetapi susunan yang umum digunakan adalah satu dan dua
BAB VIII
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAT LANTAI
sedangkan pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu keempat sisinya
sehingga terdapat aksi dari pelat dua arah.
a. Pelat satu arah
Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton
lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang
satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan
pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan. Karena momen lentur hanya bekerja
pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L, maka tulangan pokok juga
dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar
kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari
tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak
lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi.
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan
bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan
pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat
dengan kawat bendrat. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan
tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat
susut dan perbedaan suhu beton.
Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan
tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak
depan, maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas
(dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di
bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas, pada garis tersebut
hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit
dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel
di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan
simbol-simbol.
untuk pelat 2 arah, hanya ada tulangan pokok saja yang saling bersilangan,
di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.
balok penumpu. Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang
harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
• Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm, sedang
untuk plat atap sekurang-kurangnya 7 cm.
• Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja
lunak atau baja sedang.
• Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah.
• Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak
lebih dari 20 cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil.
• Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum
1cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.
• Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc : 2psr : 3kr + air,
bila untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc : 1,5psr : 2,5kr + air
secukupnya.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang
juga berfungsi menambah kekakuan pelat. Bentangan pelat yang besar juga
akan menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang
dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi
besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.
g. Perawatan pelat
Proses perawatan ini dilakukan dengan menggunakan air yaitu
membasahi beton dua kali sehari selama seminggu
BAB IX
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN ATAP BETON BERTULANG
BAB X
MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BETON
BERTULANG
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
2. Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 25/PRT/M/2007 Tanggal 9
Agustus 2007 Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
B. Buku Referensi
SKKNI Ahli Teknik Bangunan Gedung
C. Referensi lainnya
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
2. American Standard Testing Material (ASTM) Tentang Pengujian Beton Dan
Baja
A. Daftar Peralatan/Mesin
No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan
2. Printer