Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil
Oleh :
FERDIANSYAH
F1A114010
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat merampungkan Tugas Akhir dengan judul “REDESAIN
STRUKTUR GEDUNG CORE HOTEL SENGGIGI DENGAN SISTEM FLAT
PLATE DAN SHEAR WALL”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat
menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu
pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Mataram.
Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh pihak yang
telah mencurahkan segenap perhatian serta dukungan moril maupun materil. Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia dan di
akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
12. Sahabat, rekan kerja sekaligus rekan panel Tugas Akhir ( Mas ADHI )
yang telah sama-sama berjuang dalam penyelasaian Tugas Akhir, semoga
beliau dan keluarga selalu dijaga oleh Allah S.W.T.
13. TERIMAKASIH yang SEBESAR-BESARNYA kepada MAWARDIN,
WAH JANTUNG MAMA, SUPRIADIN, DAN RAKA ARDI DHARMA,
yang telah banyak membantu, banyak meluangkan waktu, bahkan
meninggalkan pekerjaan masing-masing demi terselesainya Tugas Akhir
ini, Semoga kalian S.T BERIKUTNYA, Aamiin...
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2.7. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Plat Datar …… 13
2.2.8. Dinding Geser (Shear Wall) ……………………… 14
2.2.9. Kolom …………………………………………….. 21
2.2.10. Pondasi …………………………………………… 23
ix
4.4. Beban Gempa Dinamik Respon Spektrum ………………. 45
4.4.1. Respon Spektrum Gempa Rencana ……………….. 45
4.4.2. Koefisien Modifikasi dan Faktor Pembesaran
Defleksi …………………………………………… 49
4.4.3. Periode Fundamental Pendekatan ………………… 50
4.4.4. Kontrol dan Analisis …………………………........ 50
4.5. Analisa Struktur ................................................................ 55
4.5.1. Perhitungan Tangga ............................................... 55
4.5.1.1. Desain Tangga ………………………….. 55
4.5.1.2. Balok Bordes 30 x 50 …………………… 57
4.5.2. Balok 50 x 80 ....................................................... 67
4.5.3. Desain Pelat .......................................................... 77
4.5.4. Kolom ................................................................... 100
4.5.5. Shear Wall ............................................................. 115
4.5.6. Sloof …………………………………………….. 120
4.5.7. Pondasi ................................................................. 123
4.6. Perhitungan Volume Pekerjaan Struktur ……………….. 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 128
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 128
5.2 Saran ................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 130
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 132
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gaya-gaya Dalam Pada Berbagai Jenis Elemen Pelat …………………… 6
Gambar 2.2 Pelat Satu Arah dan Dua Arah ……………………………………………. 6
Gambar 2.3. Jenis-jenis Pelat Dua Arah ……………………………………………….. 8
Gambar 2.4 Konstruksi Lantai Cendawan dan Pelat Datar ……………………………. 8
Gambar 2.5 Jenis Dinding Geser Berdasarkan Letak dan Fungsinya ………………….. 15
Gambar 2.6 Tipe Dinding Geser ……………..………………………………………… 15
Gambar 2.7 Dinding Geser Kantilever ……..………………………………………….. 16
Gambar 2.8 Dinding Geser dengan Bukaan……..……………………………………… 17
Gambar 2.9 Dinding Geser Berangkai …………..………………………………………18
Gambar 2.10 Sistem Terbuka ………...…………..……………………………………… 18
Gambar 2.11 Sistem Tertutup ………...…………..……………………………………… 19
Gambar 2.12 Contoh Salah Dinding Geser ……..……………………………………… 20
Gambar 2.13 Contoh Benar Dinding Geser ……..……………………………………… 20
Gambar 2.14 Gaya Geser Pons Pada Pile Cap ………………………………………….. 26
Gambar 3.1 Lokasi Core Hotel ………………………………………………………… 27
Gambar 3.2 Denah Gedung Core Hotel ………………………………………………... 28
Gambar 3.3 Tampak Gedung Core Hotel ……………………………………………… 29
Gambar 3.4 Denah Eksisting …………...……………………………………………… 36
Gambar 3.5 Denah Rencana …………………………………………………………… 36
Gambar 3.6 Tipe Dinding Geser ……………………………………………...……….. 37
Gambar 3.7 Denah Dinding Geser …………………………………………………….. 37
Gambar 3.8 3D Dinding Geser Tipe L, T dan Tube ……………………….………….. 37
Gambar 3.9 Langkah ETABS 2016 …………………..………………………………. 38
Gambar 3.9 Nilai Pusat Massa dan Rotasi ..…………..………………………………. 38
Gambar 4.1 Desain spectra Indonesia …………………………………………………. 45
Gambar 4.2 Tampilan koordinasi lokasi daerah ………………………………………. 46
Gambar 4.3 Parameter percepatan gempa Core Hotel ………………………………… 46
Gambar 4.4 Grafik respon spektrum …………………………………………………… 49
Gambar 4.5 Desain Tangga …………………………………………………………….. 56
Gambar 4.6 Pelat ……………………………………………………………………….. 77
Gambar 4.7 Portal kaku ekivalen ………………………………………………………. 80
Gambar 4.8 Balok tepi panjang atau pendek …………………………………………... 83
Gambar 4.9 Pembagian jalur tengah dan jalur kolom ………………………………….. 84
Gambar 4.10 Diagram interaksi shearwall ………………………………………………. 117
Gambar 4.11 Hasil RESPONSE 2000 …………………………………………………… 118
Gambar 4.12 Uji Sondir pada kedalaman 0-5 m ……………………………………….... 123
Gambar 4.13 Uji Boring sampai kedalaman 20 m ………………………………………. 124
Gambar 4.14 Denah pondasi tiang pancang ……………………………………………... 126
Gambar 4.15 Langkah ke Material List ………………………………………………….. 127
xii
DAFTAL LAMBANG DAN SINGKATAN
Av :Bentang geser, mm
bw :Lebar badan (web), tebal dinding, atau diameter penampang lingkaran,
mm
: Sudut yang menentukan orientasi tulangan
Ash :Luas penampang total tulangan transversal (termasuk kait silang) dalam
spasi s dan tegak lurus terhadap dimensi bc, mm2
Cm :Faktor yang menghubungkan diagram momen aktual ke diagram momen
seragam ekivalen
Ec :Modulus elastisitas beton, Mpa
Es :Modulus elastisitas tulangan dan baja struktural, Mpa
Ic :Momen penampang inersia penampang retak yang ditransformasi ke
beton, mm4
Mnb :Kekuatan lentur nominal balok termasuk pelat bilamana tertarik, yang
merangka kedalam joint, Nmm
Mnc :Kekuatan lentur nominal kolom yang merangka ke dalam joint, yang
dihitung untuk gaya aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya lateral
yang ditinjau yang menghasilkan kuat lentur yang terendah, Nmm
ab :Luas setiap batang atau kawat individu, mm2
bc :Dimensi penampang inti komponen struktur yang diukur ke tepi luar
tulangan transversal yang membentuk luas Ash, mm
eb :Nilai eksentrisitas, mm
f’s :Tegangan dalam tulangan tekan yang terkena beban terfaktor, MPa
fs :Tegangan tarik yang dihitung dalam tulangan saat bebab layan, Mpa
δ :Faktor pembesaran momen untuk rangka yang tidak di-breising (braced)
terhadap simpangan, untuk mencerminkan drift lateral yang dihasilkan dari
beban lateral dan grafitasi
ρs :Rasio volume tulangan spiral terhadap volume total inti yang dikekang
oleh spiral
A’s :Luas tulangan tekan, mm2
xiii
Ach :Luas inti kolom yang dikelilingi tulangan spiral, diukur hingga ke
diameter terluar tulangan spiral, mm2
Ag :Luas bruto penampang beton, mm2
Ag :Luas penampang bruto dari kolom, mm2
As :Luas tulangan tarik longitudinal non-prategang, mm2
C :Jarak dari serat tekan terjauh kesumbu netral, mm
Cc :Selimut bersih (clear cover) tulangan, mm
dt :Jarak dari serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar, mm
e :Eksentrisitas, mm
E :Modulus elastisitas bahan
f’c :Kekuatan tekan beton yang disyaratkan, MPa
fy :Kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan, MPa
fyt :Kuat luluh tulangan transversal, MPa
h :Tebal ata tinggi keseluruhan komponen struktur, mm
H :Beban akibat tekanan lateral tanah, air dalam tanah, atau bahan lainnya,
atau momen dan gaya dalam yang terkait, N
Hx :Spasi horizontal kait silang atau kaki sengkang tertutup (hoop) pusat ke
pusat maksimum pada semua muka kolom, mm
I :Momen inersia penampang terhadap sumbu pusat, mm4
Ise :Momen inersia tulangan terhadap sumbu pusat penampang komponen
struktur, mm4
k :Faktor panjan efektif untuk komponen struktur tekan
lb :Panjang komponen struktur tekan dalam rangka yang diukur dari pusat ke
pusat joint, mm
luc :Panjang bebas kolom tanpa penopang lateral, mm
Mc :Momen terfaktor yang diperbesar untuk kurvatur komponen struktur yang
digunakan untuk desain komponen struktur tekan, N mm
Me :Momen yang terjadi pada ujung kolom
Mm :Momen terfaktor yang dimodifikasi untuk memperhitungkan pengaruh
tekan aksial, Nmm
Mn :Kekuatan lentur nominal pada penampang, N.mm
xiv
Mpr :Kekuatan lentur mungkin komponen struktur dengan atau tanpa beban
aksial, Nmm
Mu :Momen terfaktor pada penampang, N.mm
Nu :Gaya aksial terfaktor tegak lurus terhadap penampang yang terjadi
serentak dengan Vu atau Tu; diambil sebagai positif untuk tekan dan
negatif untuk tarik, N
P0 :Beban tekan aksial murni, N
Pb :Kekuatan aksial nominal pada kondisi regangan seimbang, N
Pn :Beban tekan nominal kolom pada saat lentur dua arah terjadi, N
Pn :Kekuatan aksial nominal penampang, N
Pnx,ny :Beban tekan nominal yang bekerja dengan eksentrisitas, N
Po :Kekuatan aksial nominal pada eksentrisitas nol, N
Pu :Beban aksial terfaktor, N
s :Jarak antara tulangan transversal
T :Pengaruh kumulatif suhu, rangkak, susut perbedaan penurunan, dan beton
yang dapat mengimbangi susut (shrinkage compensating concrete)
Vc :Kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton, N
Ve :Gaya geser rencana, N
Δ :Panjang defleksi akibat kolom tertekuk, mm
ψ :Rasio jumlah kekakuan komponen-komponen struktur tekan terhadap
jumlah kekakuan komponen – komponen struktur lentur yang bertemu
pada salah satu ujung komponen struktur tekan dan dihitung dalam bidang
rangka
Ԑ’s :Regangan pada tulangan tekan, MPa
Ԑcu :Regangan pada saat ultimit, MPa
Ԑs :Regangan pada tulangan tarik,MPa
Ф :Faktor reduksi kekuatan
EI :Kekakuan lentur komponen strutur tekan, Nmm
Q :Indeks stabilitas untuk suatu tingkat
a :Tinggi blok tegangan persegi ekivalen, mm
b :Lebar muka tekan komponen struktur, mm
d :Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal, mm
xv
β :Rasio dimensi panjang terhadap pendek: bentang bersih untuk pelat dua
arah
δ :Faktor pembesaran momen untuk mencerminkan pengaruh kurvatur
komponen struktur antara ujung-ujung komponen struktur tekan
εt :Baja tarik terjauh
λ :Faktor modifikasi yang merefleksikan properti mekanis tereduksi dari
beton ringan, semuanya relatif terhadap beton normal dengan kuat tekan
yang sama
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
Core Hotel dengan ketinggian total 25,57 m yang terdiri dari 7 lantai yang berada di
Senggigi Kabupaten Lombok Barat yang merupakan daerah dengan zona gempa kuat. Sistem
struktural yang digunakan hotel ini adalah dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SPMRK). Agar pekerjaan struktur lebih cepat dan efisien seehingga perlu dilakukan
modifikasi yaitu dengan menggunakan sistem struktur flat plate dan tambahan dinding geser
untuk peredam beban lateral akibat gempa. Keunggulan dari flat plate jika dibandingkan
dengan SRPMK dengan balok dalam adalah proses pengerjaan yang lebih mudah karena
item-item pekerjaan lebih sedikit.
Perencaaan ini menggunakan software ETABS 2016 V16.0.2. Langkah analisis
struktur dibagi menjadi tiga tahap yaitu permodelan struktur, pembebanan struktur dan
Analisa struktur. Tahap pemodelan struktur adalah proses memasukkan data perencanaan
struktur seperti geometri, material dan elemen struktur. Pada tahap pembebanan struktur,
beban-beban yang bekerja dikelompokkan menjadi beban statis dan dinamis. Beban statis
terdiri dari beban mati dan beban hidup sedangkan beban dinamis adalah beban gempa yang
dianalisis dengan metode respon spektrum dan time history. Data hasil dari analisis struktur
digunakan sebagai data dalam modifikasi perencanaan elemen struktur Gedung Core Hotel
sesusai dengan ketentuan SNI 03-2847-2013.
Gaya dalam yang dihasilkan struktur, maka akan didesain komponen struktur yaitu
pelat datar, kolom, dinding geser, balok, sloof, dan pondasi. Pelat datar menggunakan
tulangan dua arah 12-100. Kolom memiliki tulangan bervariasi pada setiap lantainya
dimensi terbesar K 80/80 cm dengan tulangan 16D22, tulangan geser 10-200 serta tulangan
transversal 6 12, kolom 70/70 cm dengan tulangan 16D22, tulangan geser 10-250 serta
tulangan transversal 5 12, kolom 60/60 dengan tulangan 16D22, tulangan geser 10-250
serta tulangan transversal 5 P12. Balok 50/80 cm dengan tulangan utama tumpuan 4D22 dan
lapangan 4D22 serta tulangan geser P10-100, sedangkan balok 30/50 cm dengan tulangan
utama pada tumpuan 3 D13 dan lapangan 3 D13 serta tulangan Sengkang 10-200 mm.
Dinding geser dengan tulangan D19-200 untuk arah horizontal dan vertikal. Sloof 50/80 cm
dengan tulangan utama 4D22, tulangan Sengkang 10-300, serta tulangan badan 4 12.
Pondasi menggunakan tiang pancang diameter 0,8 m sebanyak 2 buah tiang setiap kolom
dipancang sampai kedalaman 20 m.
xv
ABSTRACT
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai rangka pemikul momen menengah dan tata cara perencanaan ketahanan
gempa mengacu pada SNI 1726:2012
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Jenis-jenis Plat lantai
Pelat secara umum berdasarkan aksi strukturalnya, dibedakan menjadi
empat kategori utama (Szilard, 1974), diantaranya yaitu :
1. Pelat kaku
Merupakan pelat tipis yang memiliki ketegangan lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan
momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser tranversal, yang umumnya
sama dengan balok, lihat Gambar 2.1.(a). Pelat yang dimaksud dalam bidang
teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
2. Membran
Merupakan pelat tipis tanpa tegangan lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat, lihat Gambar 2.1.(b).
Aksi pemikul beban seperti ini bisa didekati dengan jaringan kabel yang
tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya
dapat diabaikan.
3. Pelat fleksibel
Merupakan gabungan dari pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser tranversal dan
gaya geser pusat, serta gaya aksial, lihat Gambar 2.1.(c). Pelat seperti sering
dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan
bebannya menguntungkan.
4. Pelat tebal
Merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi
kontinu tiga dimensi, lihat Gambar 2.1.(d).
5
Gambar 2.1 Gaya-gaya Dalam Pada Berbagai Jenis Elemen Pelat
(a) (b)
Gambar 2.2 Pelat Satu Arah dan Dua Arah
6
2.2.1.2. Sistem Plat Dua Arah
Sistem pelat dua arah dapat juga terjadi pada pelat bentang tunggal
maupun bentang menerus asal persyaratannya terpenuhi. Persyaratan jenis pelat
lantai dua arah jika perbandingan dari bentang panjang (L) terhadap bentang
pendek (S) kurang dari pada dua, lihat Gambar 2.2.(b). Beban pelat lantai pada
jenis pelat ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok pendukung,
akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan
lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda. Jenis sistem pelat dua arah secara
umum ada tiga macam yaitu:
a) Pelat lantai dengan balok-balok ( two way slab )
Merupakan pelat lantai dua arah dengan adanya balok-balok sepanjang garis
kolom dalam maupun kolom luar, seperti Gambar 2.3.(a)
b) Pelat lantai cendawan ( flat/waffle slab )
Merupakan pelat lantai yang mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan
adanya salah satu atau kedua hal tersebut :
1. Drop panel (penambahan tebal pelat di daerah kolom) ; atau
2. Kepala kolom ( colom panel ) yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom
atas, lihat Gambar 2.3.(b) dan Gambar 2.4.(a).
3. Pelat lantai datar ( flat plate )
Merupakan pelat lantai tanpa adanya balok-balok pada sepanjang garis kolom
dalam namun balok-balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak ada, lihat Gambar
2.3.(c) dan Gambar 2.4.(b).
Pada skripsi kali ini perencanaan ulang Core Hotel menggunakan pelat
datar ( flat plate ).
(a) (b)
7
(c)
8
2.2.3. Ketentuan Perencanaan Pembebanan
Dalam studi ini untuk perencanaan pembebanan digunakan beberapa
acuan standar sebagai berikut:
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847-2013)
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
SNI 03-1726-2012);
3. Sumber-sumber lainnya yang sekiranya masih relevan
2.2.4. Pembebanan
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, struktur sebuah gedung harus
direncanakan kekuatannya terhadap kombinasi dari beban-beban berikut:
1. Beban Mati (DL)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin,
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Berat jenis beton = 2400 kg/m3
b. Dinding 1 2 bata = 250 kg/m2
c. Beban lantai (spesi + kramik) = 90 kg/m2
d. Mekanikal dan elektrikal = 25 kg/m2
9
3. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban ekivalen yang bekerja pada gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut.
Dalam tulisan ini, untuk beban gempa direncanalan sesuai dengan
peraturan terbaru perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, yaitu SNI
1726-2012.
1) Kombinasi 1. 1,4 D
2) Kombinasi 2. 1,2D + 1,6L + 0,5 Lr
3) Kombinasi 3. 1,2 D + 1,6 Lr + 1,0 L
4) Kombinasi 4. 1,2 D + 1,0 L + 0,5 Lr
5) Kombinasi 5.a 1,2 D + 0,5 L + 1,0 EQX + 0,3 EQY
6) Kombinasi 5.b 1,2 D + 0,5 L - 1,0 EQX + 0,3 EQY
7) Kombinasi 5.c 1,2 D + 0,5 L + 1,0 EQX - 0,3 EQY
8) Kombinasi 5.d 1,2 D + 0,5 L - 1,0 EQX - 0,3 EQY
9) Kombinasi 6.a 1,2 D + 0,5 L + 1,0 EQY + 0,3 EQX
10) Kombinasi 6.b 1,2 D + 0,5 L - 1,0 EQY + 0,3 EQX
11) Kombinasi 6.c 1,2 D + 0,5 L + 1,0 EQY - 0,3 EQX
12) Kombinasi 6.d 1,2 D + 0,5 L - 1,0 EQY - 0,3 EQX
13) Kombinasi 7. 0,9 D
14) Kombinasi 8.a 0,9 D + 0,5 EQX + 0,3 EQY
15) Kombinasi 8.b 0,9 D - 0,5 EQX + 0,3 EQY
16) Kombinasi 8.c 0,9 D + 0,5 EQX - 0,3 EQY
17) Kombinasi 8.d 0,9 D - 0,5 EQX - 0,3 EQY
18) Kombinasi 9.a 0,9 D + 0,5 EQY + 0,3 EQX
19) Kombinasi 9.b 0,9 D - 0,5 EQY + 0,3 EQX
10
20) Kombinasi 9.c 0,9 D + 0,5 EQY - 0,3 EQX
21) Kombinasi 9.d 0,9 D - 0,5 EQY - 0,3 EQX
22) Kombinasi 10.a 1,2 D + 1,0 L + 1,0 RSX + 0,3 RSY
23) Kombinasi 10.b 1,2 D + 1,0 L + 1,0 RSY + 0,3 RSX
24) Kombinasi 11.a 0,9 D + 1,0 RSX + 0,3 RSY
25) Kombinasi 11.b 0,9 D + 1,0 RSY + 0,3 RSX
Keterangan :
D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen
L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung
Lr = beban hidup yang diakibatkan oleh pembebanan atap
E = beban gempa
11
tidak lebih dari 2 harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada Tabel 2.1
berikut serta tidak boleh kurang dari :
a. Tanpa panel drop (drop panels) : 125 mm
b. Dengan panel drop (drop panels) : 100 mm
420 n / 30 n / 33 n / 33 n / 33 n / 36 n / 36
520 n / 28 n / 31 n / 31 n / 31 n / 34 n / 34
Dengan :
h = tebal pelat
Ln = jarak antar kolom dihitung dari sumbu
12
Konstruksi atap atau lantai yang
menumpu atau disatukan dengan Bagian dari lendutan total yang
komponen nonstruktural yang terjadi setelah pemasangan /480
mungkin akan rusak oleh lendutan komponen
yang besar nonstruktural (jumlah dari
lendutan jangka panjang, akibat
Konstruksi atap atau lantai yang semua beban tetap yang bekerja,
menumpu atau disatukan dengan dan lendutan seketika akibat
komponen nonstruktural yang penambahan beban hidup) /240
mungkin tidak akan rusak oleh
lendutan yang besar.
Sumber : SNI – 2847 – 2013 Pasal 9.5.3.1
13
2.2.8. Dinding Geser (Shear Wall)
Dinding geser merupakan suatu dinding struktur yang sangat berguna
dalam gedung tingkat tinggi. Dimana dinding geser merupakan pengaku vertical
yang dirancang untuk menahan gaya lateral atau gempa yang bekerja pada
bangunan (Schueller, 2001). Secara umum fungsi dari dinding geser adalah
sebagai berikut :
1. Memperkokoh Gedung
Dengan struktur dinding beton bertulang, maka dinding geser bukan hanya
sebagai penyekat ruangan tetapi juga sebagai struktur bangunan yang
memikul gaya beban yang bekerja pada bangunan.
2. Meredam goncangan akibat gempa
Gaya gempa yang terjadi akan direduksi sehingga mampu mengurangi akibat
yang terjadi pada bentuk banguna yang ada.
3. Mengurangi biaya perawatan Gedung
Dengan semakin kokohnya Gedung yang menggunakan dinding geser, maka
kerusakan-kerusakan yang timbul dapat di minimalisir sehingga akan
mengurangi biaya perawatan pada Gedung
4. Daya pikul beban di sekitar mampu ditingkatkan
Dengan dinding geser kemampuan lantai beton diatasnya untuk menerima
beban semakin naik, besarnya kekuatan lantai akan berbanding lurus dengan
ketebalan dinding geser itu sendiri.
Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geser dapat dibagi dalam 3 jenis
yaitu :
1. Bearing walls
Bearing wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai
penahan beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi
antar apartemen yang berdekan.
2. Frame walls
Frame walls adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral,
geser dan pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara dua
kolom struktur.
14
3. Core walls
Core walls adalah dinding geser yang terletak dalam wilayah inti pusat dalam
Gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding geser yang terletak
dikawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan paling
ekonomis.
1 2 3
Gambar 2.5 Jenis Dinding Geser Berdasarkan Letak dan Fungsinya
Beberapa letak pemasangan dinding geser adalah sebagai berikut :
(Free Standing Shear Wall) Menurut Kiyoshi Muto “Aseismic design analysis of
building” 1963:27 yaitu :
Karektiristik daya tahan dinding untuk tujuan perancangan adalah :
1. Dinding geser sebaiknya menerus keatas
16
2. Untuk memperoleh dinding geser yang kuat, balok keliling dan balok pondasi
sebaiknya diperkuat
3. Bila dinding atas dan bawah tidak menerus (berseling) gaya gempa yang
ditahan oleh dinding harus disalurkan melalui lantai.
17
Gambar 2.9 Dinding geser berangkai
18
Gambar 2.11 Sistem tertutup
19
Gambar 2.12 Dinding geser tidak memenuhi syarat
Dalam sebuah bangunan paling sedikit terdapat tiga buah dinding geser
sebagai penahan gaya lateral. Adapun penulangan longitudinal dan transversal
dinding geser sesuai dengan ketentuan SNI 2847:2013 pasal 14.3, disyaratkan :
1. Rasio minimum untuk luas tulangan vertikal terhadap luas bruto beton
haruslah :
- 0,0012 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh yang
disyaratkan > 420 Mpa.
- 0,0015 untuk batang ulir lainnya.
- 0,0012 untuk tulangan kawat las < 16 atau D16.
20
2. Rasio minimum untuk luas tulangan horisontal terhadap luas bruto beton
haruslah :
- 0,0020 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh yang
disyaratkan > 420 Mpa.
- 0,0025 untuk batang ulir lainnya.
- 0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) < 16 atau D16.
2.2.9. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok (jika ada). Kolom meneruskan beban-beban dari
elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah
melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan
pada satu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse
(runtuhnya) lantai yang bersangkutan, dan juga runtuh total seluruh strukturnya.
Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom perlu diwaspadai, yaitu dengan
memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan
pada balok dan elemen struktural horizontal lainnya, terlebih lagi karna
keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas (Nawy
1985).
Menurut Sudarmoko (1994), luas tulangan komponen struktur tekan
dibatasi oleh ketentuan berikut.
1. Luas tulangan longitudinal Ast komponen struktur tekan non komposit tidak
boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas bruto penampang Ag.
2. Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen struktur tekan
adalah 4 untuk batang tulangan di salam sengkang ikat segiempat dan
lingkaran, 3 untuk batang tulangan di dalam sengkang ikat segitiga, dan 6
untuk batang tulangan yang dikelilingi oleh spiral.
dengan :
Nilai r boleh diambil 0,3 h untuk kolom persegi.
Apabila nilai perbandingan kelangsingan untuk kolom pendek tidak terpenuhi
maka komponen struktur tekan dikatakan kolom panjang. Sehingga diperlukan
suatu faktor pembesaran momen agar dapat menambah kekuatan nominal dari
kolom panjang tersebut.
22
tarik yang diawali dengan lelehnya tulangan tarik. Beban aksial nominal pada
kondisi
ini dapat dihitung sesuai dengan Persamaan 2.4.
2.2.10. Pondasi
Sardjono (1991) menyatakan bahwa, pondasi bore pile dipergunakan
23
apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau tanah kerasnya
terdapat sangat dalam. Pada umumnya bore pile dibor tegak lurus ke dalam
tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka
bore pile akan dibor secara miring.
dengan,
24
Qu : Daya dukung ultimit (kN)
Qb : Tahanan ujung bawah ultimit (kN)
Qs : Tahanan ujung gesek (kN)
SF : Safety Factor (2,5-3,0)
W : Berat bore pile (kN)
Daya dukung kelompok bore pile dapat dihitung dengan Persamaan 2.12.
Berdasarkan point bearing piles
Qp = n x Qs (2.12)
Dengan :
Qpg : daya dukung kelompok tiang
n : jumlah bore pile
Qs : daya dukung bore pile tunggal
Berdasarkan cleef friction piles, dihitung dengan Persamaan
. . .( ). .
Q = = (2.13)
dengan,
Qpg = daya dukung yang diijinkan pada kelompok bore pile.
Qt = daya dukung keseimbangan pada kelompok tiang.
3 = factor keamanan.
c = kekuatan geser tanah.
Nc = factor daya dukung yang didapat dari grafik Skempton.
A = luas kelompok bore pile, b × y.
b = lebar kelompok bore pile.
y = panjang kelompok bore pile.
𝑉 = 1+ (2.14)
𝑉 = 0.083 ( + 2) (2.15)
𝑉 = 4 𝑓′𝑐𝑏 𝑑 (2.16)
Dipilih nilai terkecil diantaranya dan harus memenuhi syarat Vc > Pu
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Umum
Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui keandalan pelat datar (flat
plate). Struktur yang dianalisis merupakan struktur gedung eksisting yang
dimodifikasi sesuai dengan ketetapan pada SNI 2847-2013.
27
3.3.2. Data Teknis
Adapun data-data teknis yang digunakan dalam analisis adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi Bangunan : Senggigi Lombok Barat, NTB
2. Jenis Bangunan : Perhotelan
3. Konstruksi Bangunan : Struktur Beton Bertulang
4. Sistem Struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK)
5. Lokasi Gempa : 8° 29’ 55” LS, 116 ° 02’ 53” BT
6. Jumlah Lantai :7
7. Ketinggian tiap lantai :
- Lantai Basement : 2.85 m
- Lantai Dasar/satu : 5.12 m
- Lantai 2-6 : 3.47 m
- Lantai Atap : 3.00 m
8. Tinggi Gedung : + 25.57 m
28
Gambar 3.3 Tampak Gedung Core Hotel
29
Berikut penjelasan tahapan dalam proses mengoperasikan Etabs 2016 v 16.0.2 :
1. Pemodelan Struktur
Proses pemodelan struktur dilakukan dengan memasukkan data-data
sekunder untuk mengoperasikan Etabs 2016 v 16.0.2, langkah-langkahnya antara
lain:
a. Pembuatan grid lines (geometri struktur)
Grid Lines berfungsi dalam pembuatan geometri struktur yang
akan dimodelkan sesuai dengan bentang dan tinggi dari struktur rencana. Ini
merupakan tahap awal dalam pengoperasian program Etabs 2016 v 16.0.2. Tidak
lupa juga untuk memberikan reinstrain jepit pada ujung-ujung kolom yang
dianggap sebagai pondasi dengan perletakan jepit pada pemodelan strukturnya.
b. Pendefinisian material struktur
Pada perencanaan ini digunakan penampang beton bertulang yang
sebelumnya telah ditentukan material penyusunnya sesuai dengan perencanaan.
Material baja tulangan dan beton pada define materials tidak menyatu
tetapi dibuat pendefinisian secara tersendiri misalnya pada beton dibuat nama
material- BETON sedangkan untuk baja tulangan dibuat dengan nama
TULANGAN, sehingga pada saat frame property nantinya tinggal didefinisikan
material beton dan baja tulangan menggunakan MPa. Setelah material
dimasukkan, kemudian data masukannya adalah dimensi struktur (kolom, Shear
Wall dan pelat).
2. Pembebanan struktur
Sebelum melakukan pembebanan pada struktur, terlebih dahulu
definisikan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, yang telah dihitung
terlebih dahulu. Untuk analisis struktur diperlukan dua macam load case
(pembebanan) statis dan dua pembebanan dinamis.
a. Pembebanan statis (beban mati dan hidup)
Penentuan beban mati dan hidup merupakan pendefinisian awal
untuk meng-input tipe beban yang akan dikenakan pada struktur.
b. Pembebanan dinamik Respon Spektrum Analysis.
30
Berdasarkan peraturan Standar Nasional Indonesia SNI-1726-2012,
dijelaskan bahwa khusus untuk beban gempa mensimulasikan arah pengaruh
beban gempa yang sembarang perlu memodelkan arah pembebanan
gempa orthogonal. Dari geometri struktur bisa ditetapkan arah Y adalah arah
yang memberikan pengaruh terbesar. Sehingga arah pembebanan dapat
dimodelkan sebagai:
Beban gempa dinamis Response Spektrum Analysis (Y): 100% untuk arah Y
(B-T) dan 30% untuk arah X (U-S).
Selain arah pembebanan, dalam analisis beban gempa dimasukan juga data
jenis tanah, zona wilayah gempa, faktor keutamaan struktur (I), faktor reduksi
gempa (R), masa titik, titik berat dan titik kekakuan.
Tabel 3.1 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori resiko I, II, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan - Pusat perbelanjaan/ mall
- Rumah toko dan rumah kantor - Bangunan industri
II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Gedung perkantoran - pabrik
- Fasilitas manufaktur - Pasar
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
31
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori resiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi
yang besar dan/ atau gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk : III
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunisasi
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori resiko
IV, (termasuk tapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat opearsi, dan fasilitas
IV
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas pubrik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, struktur stasiun listrik, tangki air
pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung
air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
32
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang termasuk dala kategori resiko
IV .
Tabel 3.3 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
33
3. Mencari Nilai Fv
Tabel 3.5 Koefisien situs Fv
Tabel 3.6 Kategori desain seismic berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode pendek
Tabel 3.7 Kategori desain seismic berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode 1 detik
34
6. Membuat kurva respon spektrum desain
- To = 0,2
- Ts =
- Untuk periode T To
Sa = Sds x ( 0,4 + 0,6 )
Sa =
3. Analisis struktur
Tahap analisis struktur merupakan tahap akhir dari proses mengoperasikan
program, artinya semua data yang telah didefinisikan bisa langsung dianalisis.
Hasil analisisnya adalah displacement, gaya geser dasar dan gaya dalam
dari struktur yang dimodelkan.
35
3.3.4.2. Output data dari struktur yang dianalisis
Proses output yaitu membuat rekapan dari hasil analisis struktur yang
dilakukan pada struktur bangunan. Data hasil analisis struktur akan digunakan
dalam merancang Core Hotel dengan sistem balok grid yang aman sesuai
standar yang telah ditetapkan.
Sebelum merencanakan elemen struktur, sebelumnya harus memenuhi
hasil dari analisis struktur yang akan ditabulasi. Jika belum memenuhi
persyaratan yang sudah ditentukan dalam ketentuan yang berlaku, maka akan
dilakukan analisis ulang kembali.
Dinding geser yang digunakan yaitu frame walls dan core walls serta tipe L,
T, dan Tube. Dinding geser tipe tersebut digunakan karena mempertimbangkan
37
bentuk Gedung Core Hotel sebelumnya, agar tidak mengurangi fungsi atau nilai
bangunan tersebut.
c. Pendimensian dinding geser
Dalam pendimensian struktur dinding gser digunakan standar nasional
Indonesia (SNI) 2847-2013 pasal 14.5.3.1, yang menyebutkan bahwa ketebalan
dinding pendukung tidak boleh kurang dari 1/25 tinggi atau Panjang bagian
dinding ditopang secara lateral, diambil yang terkecil dan tidak boleh kurang dari
100 .
d. Titik pusat massa dan titik pusat rotasi
Titik pusat massaa dan titik pusat rotasi dapat dilihat melalui program
bantu ETABS 2016 dengan cara Display-Show Tables-Analysis-Results-Structure
Result-Center of Mass and Rigidity
.
Gambar 3.9 Langkah ETABS 2016
38
Gambar 3.10 Nilai pusat massa dan rotasi
Tabel 3.10 Perhitungan Eksentrisitas Rencana
Pusat Massa Pusat rotasi Eksentrisitas (e) ed = 1,5e + 0,05b ed = e-0,05b
Lantai
X (m) Y (m) X (m) Y (m) X (m) Y (m) X (m) Y (m) X Y
Lantai Atap 31,95 12,98 31,95 12,98 0,00 0,00 1,28 1,28 -1,28 -1,28
Laintai 6 33,77 11,73 33,50 11,91 0,28 0,19 1,69 1,56 -1,00 -1,09
Laintai 5 33,76 11,51 33,64 11,70 0,12 0,19 1,46 1,56 -1,15 -1,09
Laintai 4 33,83 11,49 33,70 11,63 0,12 0,14 1,46 1,48 -1,15 -1,14
Laintai 3 33,86 11,48 33,75 11,59 0,12 0,11 1,46 1,44 -1,16 -1,17
Laintai 2 33,91 11,47 33,78 11,56 0,13 0,10 1,47 1,42 -1,15 -1,18
Laintai 1 34,25 11,33 33,87 11,52 0,38 0,19 1,85 1,56 -0,90 -1,09
Laintai Base 35,54 10,59 34,13 11,37 1,41 0,79 3,39 2,46 0,13 -0,49
39
3.3.5.2. Perencanaan Plat
Langkah-langkah perencanaan plat adalah :
a. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan, dan panjang bentang
b. Menentukan tebal pelat
c. Menghitung pembebanan
d. Menghitung penulangan
40
3.4 Bagan Alir Analisis
Untuk memudahkan dalam menganalisis dan lebih terarahnya pembahasan
maka dibuat bagan alir analisis studi (flowchart) sebagai berikut :
Mulai
Pengumpulan data:
-Gambar arsitektur Studi pustaka
-Data teknis tanah
tidak
Analisis struktur
terpenuhi ?
Ya
Desain elementer struktur :
1. Balok
2. Flat plate
3. Kolom
4. Shear Wall
5. Desain pondasi
Selesai
41
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Umum
Pada bagian ini akan ditampilkan data masukan dan hasil analisis struktur
dari output Etabs v.16.0.2. Hasilnya berupa gaya geser dasar maksimum,
displacement maksimum dan gaya dalam struktur. Selanjutnya hasil analisis
digunakan sebagai data dalam modifikasi perencanaan Struktur Gedung Core
Hotel dengan Metode Flat Plate.
X = 33 + x (30-33) = 30,429
hpelat =
,
= = 264,472 270 mm > hmin = 125 mm
,
( , ( / )) ( , ( / ))
hmax = = = 222,252=220 mm
42
4.2.2. Desain Dimensi Kolom
Dalam desain kolom, digunakan dimensi kolom 80x80 cm pada lantai
dasar dan lantai 1, 70x70 cm pada lantai 2 dan lantai 3, serta 60x60 cm pada
lantai 4,lantai 5, dan lantai 6.
1. Rasio antara tinggi dan lebar dinding geser tidak boleh kurang dari 2 dan lebar
tersebut tidak boleh kurang dari 1,5 m
Untuk tinggi gedung lantai Core Hotel yaitu 5,12 m dengan lebar ruangan
8 m, direncakan tebal dinding geser yaitu 0,3 m
Jadi diperoleh dimensi dinding geser yaitu lebar 1,5 m dengan tebal 0,25 m.
H= = = 666,667 800 mm
43
4.3. Pembebanan Struktur
4.3.1. Pembebanan Plat Lantai
a. Beban Mati
Beban Mati merupakan berat sendiri bangunan yang memiliki fungsi
struktural untuk menahan beban.
b. Bebam Mati Tambah ( Superdead )
Spesi (t= 2 cm) = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2
Keramik (t= 1 cm ) = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m2
ME = 0,25 kN/m2 +
Beban Mati Tambah total = 0,91 kN/m2
b. Beban Hidup
Pada perencanaan beban hidup, digunakan sesuai dengan fungsi Gedung itu
sendiri, yaitu perhotetelan. Sehingga beban hidup yang bekerja sebesar 2,5
kN/m2 .
1. Beban Hidup
Berdasarkan SNI 1727-2013 beban hidup pada atap sebesar 100 kg/m2 atau
1,00 kN/m2.
44
4.4.3. Pembebanan Balok
Beban Mati Tambah
Perencanaan beban mati pada balok terdiri atas :
Beban Dinding : -Lantai 2 = 5,12 x 2,5
= 12,8 kN/m
-Lantai 3-6 = 3,47 x 2,5
= 8,675 kN/m
-Lantai atap = 3 x 2,5
= 7,5 kN/m
45
Gambar 4.2 Tampilan koordinasi lokasi daerah
Pada wilayah Core Hotel termasuk kelas situs SE, data yang diperoleh adalah :
Ss : 0,652g
S1 : 0,257g
46
Berdasarkan nilai S1 = 0,652g diperoleh nilai Fv dengan cara interpolasi liniear
sebagai berikut :
, ,
- Fv = 3,2 + x (2,8-3,2) = 2,972
, ,
- Sms = Ss x Fa
= 0,652 x 1,396
= 0,910
- Sm1 = S1 x Fv
= 0,257 x 2,972
= 0,764
- Sds = x Sms
= x 0,91
= 0,607
- Sd1 = x Sm1
= x 0,764
= 0,509
Nilai Sds = 0,607 ( 0,5 Sds ) dan kategori II masuk dalam kategori E
Nilai Sd1 = 0,509 ( 0,2 Sd1 ) dan kategori resiko II masuk dalam kategori E
47
3. Kurva spektrum respons desain
,
- To = 0,2 = 0,2 ,
= 0,168
,
- Ts = = ,
= 0,836
-
Untuk periode T To
Sa = Sds
Untuk perode T Ts
Sa =
1 0,607 1 0,447
2 0,304 2 0,238
3 0,202 3 0,162
4 0,152 4 0,127
48
Gambar 4.4 Grafik respons spektrum
49
= 30% x 1226,25 = 367,875
𝐓𝐚 = 𝐂𝒕 𝒉𝒙𝒏
Dengan :
50
Tabel 4.2 Perhitungan selisih periode waktu CQC
51
6 0,214 2,336
7 0,209 34,450
8 0,137 20,438
9 0,109 2,752
10 0,106 38,679
11 0,065 12,308
12 0,057 100,000
2. Partisipasi Massa
Pada SNI Gempa 1726-2012 pada pasal 7.9.1 disebutan bahwa analisis harus
menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan pertisipasi massa
ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Nilai partisipasi massa dapat diperoleh dari program ETABS. Nilai yang akan
muncul pada tabel dapat dilihat pada kolom SUM X dan SUM Y seperti pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai Partisipasi Massa Setiap Mode
52
Berdasarkan hasil analisa pada ETABS diperoleh nilai partisipasi massa yang
melebihi dari 90%, sehingga telah sesuai dengan SNI Gempa 1726-2012 Pasal
7.9.1.
Nilai simpangan tiap lantai diperoleh dari program ETABS yang kemudian
akan dilakukan analisa untuk memperoleh simpangan antar lantai.
53
1) Simpangan antar Lantai dalam Arah X.
Tabel 4.6 Simpangan antar lantai arah x
ijin =
STORY/ Hsx UX KONTROL
Da
LANTAI
Mm Mm mm mm AMAN
STORY 8 3000 3,946 0,597 75 OK
STORY 7 3470 3,349 0,552 86,75 OK
STORY 6 3470 2,797 0,542 86,75 OK
STORY 5 3470 2,255 0,602 86,75 OK
STORY 4 3470 1,653 0,614 86,75 OK
STORY 3 3470 1,039 0,553 86,75 OK
STORY 2 5120 0,486 0,301 128 OK
STORY 1 2850 0,185 0,185 71,25 OK
BASE 0 0 0 0 OK
54
4.5. Analisa Struktur
4.5.1. Perhitungan Tangga
4.5.1.1 Desain Tangga
Tangga akan didesain dengan meletakan pelat bordes pada setengah tinggi antar
lantai dengan data desain sebagai berikut :
Dengan acuan diatas, untuk jumlah tanjakan, injakan, sudut kemiringan tangga,
tebal pelat rata-rata, dan tebal rata-rata pelat tangga dihitung berdasarkan setengah
tinggi dari tinggi antar lantai :
,
Jumlah tanjakan : nt = = 10,2 ≈ 11 Buah
Jumlah injakan : ni = nt -1 = 10 Buah
Sudut kemiringan (α) : tan -1 ( 17 / 30) = 29,539°
Pembebanan Tangga
Beban Mati (DL)
Tegel : 0,01 x 24 = 0,24 kN/m2
SDL
Spesi (2 cm) : 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2
Sandaran : = 0,5 kN/m2
= 1,16 kN/m2
Beban Hidup (LL)
Beban Hidup Tangga (LL) : 4,79 kN/m2
55
Berdasarkan Etabs 2016 V6.0.2 tangga di desain sebagai berikut :
Diketahui :
Mu = 5,498 kNm
Digunakan tulangan polos 10-200
-Luas tulangan terpakai
As = 1 4 x x 𝑑 x b/S
= 1 4 x x 10 x 1000/200
= 392,699 mm2
a =
,
,
=
,
= 6,16 mm
-Momen nominal
Mn = As x fy x (d - ) x 10
,
= 392,669 x 400 x ( 95 - ) x 10
= 14,438 kNm
56
Syarat : Mn Mu
0,9 x 14,438 5,498
12,994 5,498 OK, pelat mampu menahan beban.
57
Tinggi efektif tulangan utama :
d = h - p - sengkang - tul. Utama 0,5 jarak tulangan
= 500 - 40 - 10 - 22 - 0,5 x 50
= 403 mm
1. Tulangan Tumpuan
Perhitungan tulangan Tarik
Terlebih dahulu dihitung penulangan dengan anggapan hanya tulangan tarik
- Momen nominal :
,
Mn = = = 37,5788 kNm
,
, √
= atau =
( )
= 0,0035 = 0,00342
min = 0,0035
1 = 0,85 - 0,05 x (f’c - 28) / 7
= 0,85 - 0,05 x (30 - 28) / 7
= 0,836
,
max =
( )
, ,
=
( )
= 0,02397
- Rasio tulangan tunggal akibat momen lentur dengan dimensi yang ada :
,
Perlu = x 1− 1− ,
, ,
= x 1− 1− , ,
58
= 0,002
min > Perlu < max
0,0035 > 0,002 < 0,0240 , maka pakai yaitu = 0,0035
- Luas tulangan tarik yang diperlukan :
As,u =xbxd
= 0,0035 x 500 x 403
= 423,15 𝑚𝑚
= 0,00943
’ = As’ / b x d
= 0,00943
,
- ’ x x
59
, , ( )
0,00943 – 0,00943 x x
√
c=
dengan :
A = 1 x b x 0,85 x f’c
= 6393,21 mm
B = A’s x 0,003 x Es - As x fy
= 228080 mm
C = - A’s x 0,003 x Es x d
= -41738572 mm
Maka,
c = 64,907 mm
Cs = x 0,003Es x A’s
,
= x 600 x 1140,40
,
= 41191,8
60
- Sehingga, tegangan tekan baja aktual :
,
f’s = = = 36,1205 Mpa
,
a=
,
, , ,
=
,
= 54,244 mm
= 155977121,045+ 14087587,97
= 170064709,019 Nmm
Mr = Mn x
= 170,065 x 0,9
=153,058 kNm
- Momen nominal
,
Mn = = = 0,81844 kNm
,
61
Lebar efektif balok T dalam menahan tekan :
b = 3200 mm
b = bw + 8 x tp
= 300 + 8 x 220
= 2060 mm
Cc = 0,85 x f’c x b x tp
= 4488000 N
Mnc = Cc x (d-tp/2)
= 1314984000 Nmm
= 1314,98 kNm
Mnc > Mn
,
min = min =
62
, √
= atau =
( )
= 0,0035 = 0,003423
min = 0,0035
= 0,836
, 600
max = 0,75 x 1 x 600+𝑓𝑦
, 600
= 0,75 x 1 x 600+𝑓𝑦
= 0,024
- Rasio tulangan tunggal akibat momen lentur dengan dimensi yang ada :
, 2 𝑥 𝑀𝑢
perlu = x 1– 1 −
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑏 𝑑2
, 2 𝑥 0,81844 𝑥 106
= x 1– 1 −
0,9 . 0,85 . 30 . 300 . 4032
= 0,00005
As,u = x b x d
= 423,15 𝑚𝑚
63
- Jumlah tulangan tarik dengan D22 = 380,133 𝑚𝑚
, ,
n = = = 1,11 3 batang
,
As = 3 x 380,133 = 1140,4 𝑚𝑚
a =
,
,
=
,
= 59,629 mm
= As / b x d
= 0,00943
t = As / bw x d
= 0,00943
< max
0,00943 < 0,0258 OK
t > min
0,00943 > 0,0035 OK
Mn = 0,85 x f’c x b x a ( d – a / 2 )
= 170232096,4 Nmm
= 170,23 kNm
64
Mr= Mn x
= 170,23 x 0,9
= 153,209 kNm
Direncanakan penulangan dengan data bahan dan ukuran balok sebagai berikut :
65
Vs = Vn = 58,7 kN
S =
,
=
,
= 258,777 250 mm
Berdasarkan SNI 2874 – 2013 Pasal 11.4.5, Nilai Vs tidak boleh lebih dari :
0,33 x 𝑓′𝑐 x bw x d > Vs
0,33 x √30 x 300 x 403 > 58,7 kN
218525 N > 58,7 kN
218,525 kN > 58,7 kN OK
Maka, jarak sengkang vertikal maksimum adalah nilai terkecil dari :
S d / 2 = 403 / 2 = 200 mm
S 16 D = 16 x 22 = 352 mm
S 16 = 48 x 10 = 480 mm
S 600 mm
Maka dipasang sengkang 10 – 200 mm untuk daerah tumpan dan 10 – 200
mm untuk daerah lapangan.
66
C. Desain Tulangan Badan
Dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm) membuat resiko
retak pada bagian badan semakin besar. Maka harus diberi tulangan pinggang
dengan jarak antar tulangan maksimal d/6 atau 300 mm.
s d/6
s 403 / 6 atau s 300 mm
s 67,2 mm
s pakai = 250
Karena tinggi balok 500 jadi digunakan 2 buah tulangan.
4.5.2. Balok 50 x 80
A. Penulangan akibat momen lentur
Untuk contoh perhitungan, digunakan balok B3 Berdasarkan hasil perhitungan
statika ETABS 2016 Vs 16.0.2 diperoleh data sebagai berikut:
Mmax (+) (lapangan) = 103,248 kNm
Mmax (-) (Tumpuan) = 268,0733 kNm
Direncanakan penulangan dengan data bahan dan ukuran balok sebagai berikut :
Lebar balok (b) : 500 mm
Tinggi balok (h) : 800 mm
Diameter tulangan utama : 22 mm
Diameter sengakang : 10 mm
Tebal selimut beton : 40 mm
Jarak antar tulangan : 50 mm
Mutu tulangan utama : 400 Mpa
Mutu tulangan sengkang : 240 Mpa
Mutu beton : 30 Mpa
Tinggi efektif tulangan utama :
d = h - p - sengkang - tul. Utama 0,5 jarak tulangan
= 800 - 40 - 12 - 22 - 0,5 x 50
= 703 mm
67
1. Tulangan Tumpuan
Perhitungan tulangan Tarik
Terlebih dahulu dihitung penulangan dengan anggapan hanya tulangan tarik
- Momen nominal :
,
Mn = = = 297,8592 kNm
,
, √
= atau =
( )
= 0,0035 = 0,00342
min = 0,0035
1 = 0,85 - 0,05 x (f’c - 28) / 7
= 0,85 - 0,05 x (30 - 28) / 7
= 0,836
,
max =
( )
, ,
=
( )
= 0,02397
- Rasio tulangan tunggal akibat momen lentur dengan dimensi yang ada :
,
Perlu = x 1− 1− ,
, ,
= x 1− 1− , ,
= 0,0031
min > Perlu < max
0,0035 > 0,0031 < 0,0240 , maka pakai yaitu = 0,0035
68
- Luas tulangan tarik yang diperlukan :
As,u =xbxd
= 0,0035 x 500 x 703
= 1230,25 𝑚𝑚
= 0,00433
’ = As’ / b x d
= 0,00324
,
- ’ x x
, , ( )
0,004326 – 0,003244 x x
69
Tegangan tekan baja aktual, dihitung menggunakan kontrol keseimbangan
gaya.Dalam perhitungan, dihitung nilai c yang merupakan tinggi garis netral
regangan, menggunakan persamaan kuadrat :
√
c=
dengan :
A = 1 x b x 0,85 x f’c
= 10655,36 mm
B = A’s x 0,003 x Es - As x fy
= 76026,54 mm
C = - A’s x 0,003 x Es x d
= -41738572 mm
Maka,
c = 59,121 mm
Cs = x 0,003Es x A’s
,
= x 600 x 1140,40
,
= 21744,75
,
f’s = = = 19,06768 Mpa
,
70
- tinggi balok tekan beton :
a=
,
, , ,
=
,
= 45,997 mm
= 398798706,901+ 13960127,74
= 412758834,642 Nmm
Mr = Mn x
= 412,7588 x 0,9
=371,483 kNm
- Momen nominal
,
Mn = = = 114,7194 kNm
,
71
b = L/4 = 8000/4 = 2000 mm
b = 8000 mm
b = mm
b = bw + 8 x hf
= 500 + 8 x 220
= 2260 mm
Cc = 0,85 x f’c x b x hf
= 11220000 N
Mnc = Cc x (d-hf/2)
= 6653460000 Nmm
= 6653,46 kNm
Mnc > Mn
,
min = min =
72
, √
= atau =
( )
= 0,0035 = 0,003423
min = 0,0035
= 0,836
, 600
max = 0,75 x 1 x 600+𝑓𝑦
, 600
= 0,75 x 1 x 600+𝑓𝑦
= 0,024
- Rasio tulangan tunggal akibat momen lentur dengan dimensi yang ada :
, 2 𝑥 𝑀𝑢
perlu = x 1– 1 −
0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑏 𝑑2
, 2 𝑥 114,7194 𝑥 106
= x 1– 1 −
0,9 . 0,85 . 30 . 500 . 7032
= 0,0013
As,u = x b x d
= 1230,25 𝑚𝑚
73
- Jumlah tulangan tarik dengan 22 = 380,133 𝑚𝑚
, ,
n = = = 3,246 4 batang
,
As = 4 x 380,133 = 1520,531 𝑚𝑚
a =
,
,
=
,
= 47,703 mm
= As / b x d
= 0,004326
t = As / bw x d
= 0,004326
< max
0,00433 < 0,0172 OK
t < min
0,004326 < 0,0035 OK
Mn = 0,85 x f’c x b x a ( d – a / 2 )
= 413066518,6 Nmm
74
= 413,07 kNm
Mr= Mn x
= 413,07 x 0,9
= 371,7599 kNm
Direncanakan penulangan dengan data bahan dan ukuran balok sebagai berikut :
75
- Gaya geser yang harus ditahan sengkang
Vs = Vn = 229,2 kN
S =
,
=
,
= 115,4622 110 mm
Berdasarkan SNI 2874 – 2013 Pasal 11.4.5, Nilai Vs tidak boleh lebih dari :
0,33 x 𝑓′𝑐 x bw x d > Vs
0,33 x √30 x 500 x 703 > 229,5kN
635331 N > 229,5 kN
635,331 kN > 229,5 kN OK
Maka, jarak sengkang vertikal maksimum adalah nilai terkecil dari :
S d / 2 = 703 / 2 = 350,5 mm
S 16 D = 16 x 22 = 352 mm
S 16 = 48 x 10 = 480 mm
S 600 mm
Maka dipasang sengkang 10 – 150 mm untuk daerah tumpan dan 10 – 150
mm untuk daerah lapangan.
76
C. Desain Tulangan Badan
Dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm) membuat resiko
retak pada bagian badan semakin besar. Maka harus diberi tulangan pinggang
dengan jarak antar tulangan maksimal d/6 atau 300 mm.
s d/6
s 703 / 6 atau s 300 mm
s 117,2 mm
s pakai = 300
Karena tinggi balok 800 jadi digunakan 4 buah tulangan.
Digunakan pelat lantai pada lantai satu, karena merupakan pelat dengan
ukuran terluas .
Data perencanaan :
77
ts = 20 mm = 194 mm
bE = bw + ( h – t )
= 1080 mm
bE = bE + 4t
= 500 + 4 (220)
= 1380 mm
bE / bw = 2,16 , tp / h = 0,28
(( / ) )( / )[ ( / ) ( / ) (( / ) )( / ) ]
k =
(( / ) )( / )
( , )( , )[ ( , ) ( , ) ( , )( / ) ]
=
( , )( , )
= 1,42
78
Karena tidak ada balok dalam maka a = 0
s panel 1 = = 0,5
( )
( )
s panel 1 = = 0,78
( )
= 0,22 x 24
= 5,28 kN/m2
Wl = 2,5 kN/m2
Wu = 1,2 x Wd + 1,6 x Wl
= 13,628 kN/m2
= 689,032 kN
Vc = x bo x d
79
= 0,75 x 2(994 + 994) x 194
Portal A, Mo = (1/8) x Wu x l2 x ln
= 279,101 kNm
Portal B, Mo = (1/8) x Wu x l2 x ln
=306,63 kNm
Portal C, Mo = (1/8) x Wu x l2 x ln
=613,26 kNm
80
( / )
Ks Portal B = = = 1419733,3 E
( / )
Ks Portal C = = = 2839466.7 E
( / )
Kcb = = = 47906432,7 E
( / )
Kb Portal B = = = 10666666,7 E
81
Portal A
,
c luar = =
( , , )
,
c dalam = =
( , , )
Portal B
,
c luar = =
( , , )
,
c dalam = =
( , , )
Portal C
,
c luar = =
( , )
,
c dalam = =
( , )
82
Tabel 4.9 Distribusi momen arag memanjang
PORTAL A B C
Mo 279,101 306,630 613,260
Mneg tumpuan eks (0,3 Mo) 83,730 91,989 183,978
Mpos bentang eks (0,5 Mo) 139,551 153,315 306,630
Mneg tumpuan int pertama (0,7 Mo) 195,371 214,641 429,282
Mneg tumpuan int (0,65 Mo) 181,416 199,310 398,619
Mpos bentang int (0,35 Mo) 97,686 107,321 214,641
, ( ) ( ) ( ) , ( ) ( ) ( )
C = 1− + 1−
, ( ) ( ) ( ) , ( ) ( ) ( )
C = 1− + 1−
83
8. Mendistribusikan momen longitudinal kea rah transversal
84
Tabel 4.12 Presentase distribusi transversal dari momen longitudinal Portal B
Lebar total :3200 mm, lebar jalur kolom: 1600 mm, ½ lebar jalur tengah : 1600 mm
Bentang luar Bentang dalam
luar negatif positif dalam negatif Negatif Positif
91,989 153,315 214,641 199,310 107,321
Mtotal
70,372 117,286 164,200 152,472 82,100
Mbalok
12,419 20,698 28,977 26,907 14,488
Mpelat jalur kolom
9,199 15,332 21,464 19,931 10,732
Mpelat jalur tengah
85
Tabel 4.14 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur kolom portal A
Tabel 4.15 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur tengah portal A
Bentang luar Bentang dalam
86
Tabel 4.16 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur kolom portal B
Bentang luar Bentang dalam
Tabel 4.17 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur tengah portal B
Bentang luar Bentang dalam
87
Tabel 4.18 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur kolom portal C
Bentang luar Bentang dalam
Tabel 4.19 Perencanaan penulangan dan cek kapasitas pada jalur tengah portal C
Bentang luar Bentang dalam
88
Pemindahan momen dan geser pada pertemuan pelat dan kolom.
= 0,07[(7,13 + 0,5(4,0))(4)(6,4-0,8)2]
= 80,151 kNm
= 17,562 kNm
Mu = = 0,07[(7,13 + 0,5(4,0))(6,4)(8-0,8)2]
= 211,99 kNm
= 46,449 kNm
,
Mb = = = 44,057 kNm
/
89
Mb bekerja melalui pelat selebar (c2+1,5h) = 800 + 1,5(220) = 730 mm. Dari
tabel 4.10, lebar jalur kolom 2000 mm. Momen dalam jalur kolom = 80 %
(82.903) = 66.322 kNm, jika tulangan pelat ditempatkan dengan spasi sama di
dalam jalur kolom, maka diperlukan tulangan tambahan di dalam lebar 730 mm
untuk momen sebesar :
Mb-66,984 = 27,919kNm
Vu = (Wd+Wl)(8)(6,4/2)
= (7,13 + 4,0)(8)(6,4/2)
= 284.88 kN
( ) ( )( , )
X2 = = ( )
= 336,9384
Jc =d − (2𝑎 + 𝑏)(X ) +
( ) ( )
= 194 − (2(897) + 594)(336,94) +
= 41841737824 mm4
V1 = -
, ( , )
= -
, ( ) , ( )
= 0,175734582 N/mm2
90
V2 = +
, ( , )
= +
, ( ) , ( )
= 1.46406119 N/mm2
,
Mu = = = 9,0393 kNm
Mb bekerja melalui pelat selebar (c2+1,5h) = 400 + 1,5(220) = 730 mm. Dari
tabel 4.10, lebar jalur kolom 2000 mm. Momen dalam jalur kolom = 67,5 %
(207.26) = 139.9 kNm. Oleh karena momen jalur kolom di dalam lebar 730 mm
sebesar 139.9 x = 51,063 kNm lebih besar dari Mb 9,0393 kNm, maka
Vu = (Wd+Wl)(8)(6,4)
= (7,13 + 4,0)(8)(6,4)
= 569.75 kN
Jc =d + +
91
( ) ( ) ( )
= 194 + +
=89893072547 mm4
V1 = -
, , ( )
= -
, ( ) , ( )
= 1.47399752 N/mm2
V2 = +
, , ( )
= -
, ( ) , ( )
= 1.559180097 N/mm2
,
Mu = = = 116,53 kNm
/ /
Mb bekerja melalui pelat selebar (c2+1,5h) = 400 + 1,5(220) = 730 mm. Dari
tabel 4.10, lebar jalur kolom 3200 mm. Momen dalam jalur kolom = 75 %
(69.632) = 52.224 kNm, jika tulangan pelat ditempatkan dengan spasi sama di
dalam jalur kolom, maka diperlukan tulangan tambahan di dalam lebar 730 mm
untuk momen sebesar :
Vu = (Wd+Wl)(8)(6,4/2)
= (7,13 + 4,0)(8)(6,4/2)
92
= 284,88 kN
( ) ( )( , )
X2 = = = 336,938
( )
Jc =d − (2𝑎 + 𝑏)(X ) +
( ) ( )
= 194 − (2(897) + 594)(336,938) +
= 41841737824 mm4
V1 = -
, ( , )
= -
, (463272) , ( )
= -0,88384832 N/mm2
V2 = +
, ( , )
= +
, ( ) , ( )
= 2.949580647 N/mm2
,
Mu = = = 24,94 kNm
93
Mb bekerja melalui pelat selebar (c2+1,5h) = 400 + 1,5(220) = 730 mm. Dari
tabel 4.10, lebar jalur kolom 3200 mm. Momen dalam jalur kolom = 75 %
(174.08) = 130.56 kNm. Oleh karena momen jalur kolom di dalam lebar 730 mm
sebesar 130.56 x = 31,769 lebih besar dari Mb 24,938 kNm, maka tidak
Vu = (Wd+Wl)(8)(6,4/2)
= (7,13 + 4,0)(8)(6,4)
= 569,75 kN
Jc =d + +
( ) ( ) ( )
= 194 + +
= 89893072547 mm4
V1 = -
, ( , )
= -
, ( ) , ( )
= 1.409097873 N/mm2
V2 = +
, ( , )
= +
, ( ) , ( )
94
= 1,62934702 N/mm2
Cek geser beban vertical dan akibat momen yang tidak seimbang sebagai geser
eksentris :
= 960679,4614 N = 960,679 kN
Persyaratan :
Vn = (√f’c/2) bo x d
95
Vn : kekuatan geser nominal
= 1687,38 kN
Direncanakan kuat geser didukung oleh tulangan (Vs) sekitar 1500 kN, jarak
antar Sengkang 50 mm
( )
Av = = = 966,49 mm2
.
Av perlu adalah luas tulangan total dari perkuatan geser untuk 4 sisi :
966,49 / 4 = 241,62 mm
. . , ,
Vs ada = = = 660,055 kN
96
(2236,361 - 4)/ 2 a
Gaya geser yang masih harus ditahan oleh profil penahan geser
= 342,275 kN
Vu profil Vn
bo 2147,442 mm
bo = 42 + 𝐼𝑣 −
2148 = 42 + 𝐼𝑣 −
Perkiraan kuat momen plastis perlu =4 lengan, hv = 125 mm dan lv = 450
97
Es = 200.000 MPa
x = 34 mm
( )
Is komposit = + n (Ix profil) + 671,789 (220 - 34)2
( )
= + 10 (8470000) + 617,789 (220 - 34)2
= 106416360,2 mm4
v = , Ec = 20000 Mpa
( )
=
( , )
98
=[ x {125 + 0,796 ( 450– 800/2}] / 0,9
( )
= 7834294,444 Nmm
Sumbangan dari kepala geser untuk memikul momen negative dalam pelat .
Mv = ( Iv – c1/2)
, ( , )
= x ( 450 – 800/2)
Sumbangan kapasitas momen cukup cekil, maka tidak perlu merevisi tulangan
pelat untuk dikurangi.
a. Panjang penyaluran
= 124,23 mm
= 0,06 x 19 x 400
= 456 mm
Ld = 1,4 Idb , untuk tulangan atas dan tidak boleh kurang dari 3000 mm
Maka Ld = 1,4 (920) = 1288 mm, dipakai Ld = 1300 mm untuk tulangan atas dan
Ld = 920 mm untuk tulangan bawah.
99
4.5.4. Kolom
A. Data yang dibutuhkan untuk K-1 (80 x 80 ), Lantai 2
Diambil kolom C1 sebagai contoh perhitungan :
Kolom tekan beton, f’c = 30 Mpa
Tegangan leleh baja, fy = 400 Mpa
Lebar kolom, b = 800 mm
Tinggi kolom, h = 800 mm
Tebal selimut beton, ds = 40 mm
Diameter tulang. Utama, D = 22 mm
Diameter sengkang, = 10 mm
Gaya aksial Pu = 1885,996 kN
∑Pu = 50376,789 kN
Momen lentur terkecil sumbu x, M1 bux = 57,552 kNm
Momen lentur terkecil sumbu y, M1 buy = 97,428 kNm
Momen lentur terbesar sumbu x, M2 bux = 63,585 kNm
Momen lentur terbesar sumbu y, M2 buy = 128,512 kNm
Momen goyangan sumbu x, M2 sux = 58,195 kNm
Momen goyangan sumbu y, M2 suy = 111,639 kNm
Gaya geser, Vu = 77,802 kN
Faktor distribusi tegangan, 1 = 0,836
Panjang bentang bersih balok sumbu x, lnx = 5600 mm (kiri)
= 2950 mm(kanan)
Panjang bentang bersih balok sumbu y, lny = 7200 mm (kiri)
=0 mm(kanan)
Balok arah x, = 500 x 800 (kiri) : 500 x 800 (kanan)
Balok arah y, = 500 x 800
Panjang bentang bersih kolom atas, 1ua = 4295 mm
Panjang kolom, lu = 5120 mm
Panjang kolom bawah, lub = 3985 mm
100
B. Perhitungan Tulangan Pokok
,
d = = = 0,9 < 1
,
# kekakuan arah x
Ig = b3 h
= x 8003 x 800
= 3,4,E + 10 m4
Ely =
, ( )
,
=
, ( , )
= 1.845E + 14 Mpa
Dihitung momen inersia penampang retak balok dengan anggapan momen inersia
penampang retak balok setengah momen inersia penampang bruto, maka :
Ic = = x bh3
= x x 500 x 8003
= 10666666667 mm4
Ic = = bh3
101
= x x 500 x 8003
= 10666666667 mm4
/
A(Ujung atas kolom) =
/
, ,
= , , , ,
= 0,56
/
B(Ujung bawah kolom) =
/
, ,
= , , , ,
= 0,58
Berdasarkan pada monogram pada lampiran 2.3 untuk A = 0,60 dan B = 0,63
diperoleh nilai k = 2,38 maka
,
= = 50,77 22 (Merupakan kolom panjang)
,
, ,
PcL = = = 12250097,94 N
( ) ( , )
102
Faktor kekangan ujung pada kolom luar juga dihitung untuk mendapatkan
nilai faktor pembesaran momen s. Dimensi kolom luar dengan kolom dalam
maka;
Pc = n ( Pc )
= 26 x ( 12250097,936 ) = 318502546,3 N
Pu = 50376,789 kN
= 50376788,7 N
b =
( / )
b = ,
( , ,
)
s =
(∑ / ∑ )
= ,
( , ,
)
= 1.267 > 1 OK
Mu = Mc = b M2b + s M2s
Eksentrisitas :
103
= 161 mm
e > e min OK !
Igx = bh3
= x 800 x 8003
= 341333333333 Mpa
Elx = , ( )
,
= = 1,84491E+ 14 Mpa
, ( , )
Dihitung momen inersia penampang retak balok dengan anggapan momen inersia
penampang retak setengah momen inersia penampang bruto, maka :
Ic= = bh3
= x 500 x 8003
= 106666666667 mm4
Ic = = bh3
= x 500 x 8003
104
= 106666666667 mm4
, ,
= , , ,
= 2,07
/ …
B(Ujung bawah kolom)=
/ …
, ,
= , 106666666667 , 106666666667
= 2,16
Berdasarkan pada monogram pada lampiran II, untuk A = 2,07 dan A = 2,16
diperoleh nilai k = 1,6
,
= = 34,13 22 (Merupakan kolom panjang)
,
, 1,84491E+ 14
PcL = = = 43368409,22 N
( ) ( , )
Faktor kekangan ujung pada kolom luar juga dihitung untuk mendapatkan
nilai faktor pembesaran momen s. Dimensi kolom luar sama dengan kolom
dalam, maka :
Pc = 26 Pc
105
= 26 ( 12250097.936 )
= 318502546.3 N
Pu = 50376.789 kN
= 50376788.7 N
b =
( )
1
b = 1885995,900
, 12250097,94
b = 1,258 > 1 OK !
sx =
( )
sx = ,
, .
Mux = sxM2sux
= 1,164 x 89,126
= 103,760 kNm
106
= 153.7556 kNm
Eksentrisitas minimum :
e min = 15 + 0,03 x h = 15 + 0,03 x 800 = 39 mm
.
𝑒 = = ,
= 0,082 mm > 𝑒 = 39 mm OK !
Mny > Mnx, maka perhitungan momen lentur da eksentris ekuivalen sumbu Y
karena memiliki momen biaksial yang lebih besar.
Jika faktor kontur interaksi β : 0.65 sesuai dengan yang disarankan untuk
perencanaan, maka momen unaksial yang diperlukan dapat dihitung sebagai
berikut.
= 205.0075144 kNm
,
K1 = = = 0.70
ᶲ . . . √
Sumbu Horizontal
107
Dari kedua besaran tak berdimensi tersebut dipilih grafik yang sesuai ( lampiran )
sehingga didapat :
= 443.4 mm
= 517.456 Mpa
= 7559336,571 N = 7559.337 kN
= 567.5359116 mm
Dihitung momen tahanan nominal aktual M0yn untuk lentur uniaksial ekuivalen
terhadap sumbu Y, dengan M0x = 0
b : 800 mm h : 800 mm
109
d’ : 61 mm d : 800 – 61 = 739 mm
Sumbu Vertikal
,
K1 = = = 0.70
ᶲ . . . √
Sumbu Horizontal
Dari kedua besaran tak berdimensi tersebut dipilih grafik yang sesuai ( lampiran ),
sehingga didapat :
= 123.2677 mm
110
= 2606151 N = 2606.151 kN ≥ Pn perlu OK
Untuk mencari Mny maka digunakan lampiran 2.4 dengan cara memplot data
berikut.
,
= = 0.217 : β = 0.65
,
Pu = 1885.526 kN
Vu = 77,802 kN
f’c = 30 kN
fy = 400 kN
Vc = 2 ( 1+ ) ( ) bw x d
=2 ( 1+ .
.
)( ) 0.8 x 0.739
= 3181.866 kN
111
-Tahanan geser beton
ᶲ x Vc = 0.75 x 3181.866
s ≤ 16D = 16 x 20 = 352 mm
s ≤ 48P = 48 x 10 = 480 mm
s ≤ 600 mm
lo ≥ h = 800 mm
lo ≥ ( 1 / 6 ) ln = ( 1 / 6 ) x 5120 = 853 mm
So = 6 x D = 6 x 22 = 132 mm
Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 21.6.4.4.(b), nilai Ash tidak boleh kurang dari :
As = 0.3 {( –1
112
As = 0.3
( )
{( –1
= 210 mm2
As = 0.09
( )
= 0.09
= 583.2 mm2
Dengan perhitungan yang sama seperti pada kolom 80 x 80 maka untuk kolom 70
x 70 cm, dan 60 x 60 cm selanjutnya ditabelkan.
113
0 mm(ka)
21 Panjang bentang bersih kolom atas, lua 3470 mm
22 Panjang bentang besih kolom, lu 3470 mm
23 Panjang bentang bersih kolom bawah, lub 3470 mm
24 Balok arah x, 500 x 800 (ki); 500 x 800 (ka)
25 Balok arah y, 500 x 800
B. Tulangan pokok
Diperoleh
5 D 22 arah X
5 D 22 arah Y
Digunakan 16 D 22
C. Tulangan geser
P10-250 mm
D. Tulangan Transversal
5D 12
114
0 mm(ka)
21 Panjang bentang bersih kolom atas, lua 3470 mm
22 Panjang bentang besih kolom, lu 3470 mm
23 Panjang bentang bersih kolom bawah, lub 3470 mm
24 Balok arah x, 500 x 800 (ki); 500 x 800 (ka)
25 Balok arah y, 500 x 800
B. Tulangan pokok
Diperoleh
5 D 22 arah X
5 D 22 arah Y
Digunakan 16 D 22
C. Tulangan geser
P10-250 mm
D. Tulangan Transversal
5D 12
115
Kuat geser maksimum
Acv 𝑓𝑐 = x 0.79 x √30 x 103 = 3594 kN
Gaya geser yang bekerja masih dibawah batas atas kuat geser shearwall.
.
𝜌n = = 0.0112 > 0.0025 OK
116
Gambar 4.10 Diagram interaksi shearwell
Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa shearwall cukup kuat menerima
kombinasi beban aksial dan lentur.
+
> 0,2 fc
, ,
+ > 0,2 X 30
, ,
117
Gambar 4.11 Hasil RESPONSE 2000
C : (Iw – c) = 4 : 24,1
28,1 c = 4 .(3,15 – c )
C = 0,4484 m
118
s < 6 x 22 = 132 mm
s < 100 +
,
s < 100 + < 200,44
7. Cek Torsi
=260763000 m3
18,6783 < 85,6954 kNm, karena nilai torsi (Tu) lebih kecil, maka torsi
dapat diabaikan.
Dengan :
Untuk perhitungan shear wall tipe T dan L, dilakukan dengan cara yang sama
119
Tabel 4.22 Shear wall tipe T dan L
- Dimensi sloof : 50 x 80 cm
- Tulangan Pokok : D22
- Diameter sengkang :10 mm
- Tebal selimut beton :40 mm
- Mutu tulangan pokok : 400 Mpa
- Mutu tulangan sengkang : 240 Mpa
- Mutu beton : 30 Mpa
- d : 703 mm
1. Pembanan sloof
- Akibat beban mati
Berat sendiri sloof = 0,5 x 0,8 x 24 = 9.6 kN/m
Berat dinding = 8 m x 2,5 = 20 kN/m
Berat plesteran = 5,12 x 8 x 0,21 = 8,602 kN/m +
Total = 38,020
120
Beban terfaktor = 1,4 Wd
= 1,4 x 38,020
= 53,228 kN
Mu = x q x L2 = x 53,228 x 82
= 283,883 kNm
, √
= atau =
( )
= 0,0035 = 0,003423
min = 0,0035
As min = min x b x d
= 1400 mm2
Dicoba 4 D22
As =4x x x D2
,
=
,
= 47,703 mm
Mn = 0,9 x As x fy x (d - ) x 10-6
,
= 0,9 x 1520,531 x 400 x ( 703 - ) x 10-6
= 371,706 kNm
121
Syarat Mn > Mu
S d / 2 = 703 / 2 = 350,5 mm
S 16 D = 16 x 22 = 352 mm
S 16 P = 48 x 10 = 480 mm
S 600 mm
122
4.5.7. Pondasi
Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Uraian data tanah
dan perhitungan daya dukung pondasi dijelaskan berikut.
1. Data tanah
Hasil uji sondir menunjukan bahwa kedalaman 0 m – 5 m adalah tanah
sedang. Data pada kedalaman dengan qc > 150 kg/cm2.
123
Gambar 4.13 Uji boring sampai kedalaman 20 m
Daya dukung pondasi tiang terdiri dari daya dukung ujung dasar tiang dan daya
dukung gesekan permukaan keliling tiang, dikurangi berat sendiri tiang dengan
rumus :
Qu = Qd + Qs - W
Qijin = –W
Dimana :
124
Qd : daya dukung batas dasar tiang
Daya dukung ujung tiang untuk beberapa kondisi adalah sebagai berikut :
i) Menurut Mayerhoff
Qg = O x ∑ (Ni/2 x Li)
Keterangan :
125
Tabel 4.23 Kuat dukung pondasi Tiang dengan berbagai diameter
D Ap W Nb N' Qd Qg Qijin
2
m m ton ton ton ton
0.6 0.283 9.5 40 27.5 311.02 75.398 119.31
0.8 0.503 16.88 40 27.5 552.92 100.53 200.94
1 0.785 26.38 40 27.5 863.94 125.66 303.49
Dari hasil analisis ETABS 2016 v16.0.2, diperoleh nilai beban titik
pondasi antara 300 ton. Jika digunakan pondasi bore pile diameter 80 cm, maka
daya dukung pondasi adalah : 200,94
= 1,59 2 tiang
,
126
Gambar 4.15 Langkah ke Material List
Sedangkan volume pekerjaan beton untuk bangunan Core Hotel dengan sistem
pelat datar sebesar :
127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi yang telah dilakuksn pada gedung dengan
menggunakan program ETABS 2016 v6.0.2. Untuk menganalisa gaya dalamnya,
maka kesimpulan yang dapat diambil dari redesain gedung Core Hotel Mataram
dengan menggunakan sistem pelat datar ini antara lain sebagai berikut:
128
utama 16 D22, tulanga sengkang 10-250, dan tulangan transversal
5P12. Untuk kolom K3 diperoleh tulangan utama 16 D22, tulanga
sengkang 10-250, dan tulangan transversal 5 12.
e. Dimensi sloof digunakan 500 x 800 dengan tulangan utama 4D22,
tulangan Sengkang 10-100, dan tulangan badan 4 12.
f. Pondasi yang menggunakan pile cap berdimensi 2 x 4 x 0,5 m, dengan
Tiang Pancang berdiameter 0,8 m berjumlah maksimum 2 tiang per
kolom, dan tanah keras maksimum pada kedalaman 20 m.
g. Dari perhitungan volume pekerjaan beton untuk sistem pelat datar
mengalami peningkatan sebesar 789,888 m3, yang artinya bahwa sistem
pelat datar lebih boros daripada struktur Core Hotel semula.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis struktur gedung yang telah diredesain, maka
saran yang bisa dilakukan untuk perencana berikutnya adalah :
1. Untuk perencanaan flate plate selanjutnya bisa dicoba dengan tanpa
menggunakan balok utama untuk keseluruhan Gedung, dengan bentang yang
lebih kecil sebesar 4 – 6 m.
2. Perencanaan dengan sistem pelat datar tidak sesuai apabila digunakan pada
daerah gempa tingkat tinggi, selanjutnya disarankan perencanaan ulang Core
Hotel menggunakan sistem yang berbeda.
3. Perencanaan selanjutnya bisa menggunakan metode yang berbeda dengan
mencari nilai ekonomis dalam volume pekerjaan beton.
129
DAFTAR PUSTAKA
Granendia, IGAA. 2017. Tugas akhir perbandingan respon struktur dengan variasi
sudut dalam akibat gempa menggunakan analisis static dan dinamis
[skripsi]. Mataram: universitas mataram.
130
Miftakhur, Muhammad. R. Aplikasi Perencanaan struktur Gedung dengan
ETABS: ARS GROUP.
Nawi, Edward. G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT.
Befika Aditama .
Rahmadi, Z. 2017. Analisis Perilaku Struktur Gedung Dengan Variasi Bentuk dan
Posisi Dinding Geser Pada Kondominium Hotel Amarsvati Lombok
[Skripsi]. Mataram: Universitas Mataram.
Tavio, dkk. 2009. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding Struktur
Beton BertulangTahan Gempa. Surabaya: ITS Press.
Tavio, dkk. 2018. Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
131
LAMPIRAN I
(Hasil Gambar Rencana)
132
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
K2 K2 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K2
B1 B1 B2
B2 B1
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
K2 B2
K2 B2
B1 K2 K2 K2
K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2
B2 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 K2
B1 B1 B1
B1
K2 K2 B2 K2
B1 B2
B1 B1
K2 K2
DENAH BALOK EKSISTING
SKALA 1 :50
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
K K K K K K K K K K K K
B1 K B2 K B1
B2 B2
K K K K K K K K K K K K
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 K
B1 B1 B1
B1
K K K B1 K B1K
B1 DENAH BALOK RENCANA
B1 B1
SKALA 1 :50 B1 B1
K K K K
B1 B1 B1
4 D13 P10-150 2 P10
3 D13
UKURAN 30 x 50
ATAS 3 D13 3 D13
BADAN 2 P10 2 P10
BAWAH 3 D13 3 D13
SENGKANG P10-200 P10-200
Detail Balok 30 x 50
Skala 1:100
346
50
2 ∅ 10 - 100 mm
30
30
17
2 ∅ 10 - 100 mm
30
2 ∅ 10 - 200 mm
20
400
POT A-A
SkAlA 1:50
60
60
A A
280
384
400
DENAH TANGGA
SkAlA 1:50
4 D22 P10-100 4 P12
4 D22
UKURAN 50 x 80
ATAS 4 D22 3 D22
BADAN 4 P12 4 P12
BAWAH 3 D22 4 D22
SENGKANG P10-100 P10-100
Detail Balok 50 x 80
Skala 1:100
B1 B1 B1 B1
K K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
VOID ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
800
B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
1280
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K
K
K K
B1 B1 B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
480
B1
K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
Detail pembesian pelat lt. 1 pt. 1
B1 skala 1:100
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
320 530 575 616,45
B1 B1 B1 B1
K K K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K B2 K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
VOID ∅ 12 - 100 mm
B2
B2
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K K K K
K K
B1 B1 B1 B1 B1
Detail pembesian pelat lt. 1 pt. 2
skala 1:100
640 640 750
B1 B1 B1
K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
800
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K K K
K
1580
K
B1 B1
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
B1
480
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
Detail pembesian pelat lt. 1 pt. 3 K
B1
skala 1:100 K B1 K
∅ 12 - 100 mm
B1 VOID B1
B1
300
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
K
K K
K
B1 B1 B1
434,26 315,74 107,5
857,5
600 470 640
B1 B1 B1 B1
K K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
800
B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
1280
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K
K
K K
B1 B1 B1
∅ 12 - 100 mm
B1 ∅ 12 - 100 mm
480
∅ 12 - 100 mm
B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
Detail pembesian pelat lt. 2-6 pt. 1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
K K
skala 1:100
B1 B1
600
320 530 575 616,45
B1 B1 B1 B1
K K K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K B2 K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
VOID ∅ 12 - 100 mm
B2
B2
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K K K K
K K
B1 B1 B1 B1 B1
Detail pembesian pelat lt. 2-6 pt. 2
skala 1:100
640 640 750
B1 B1 B1
K K K
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
B1
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
800
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
K K K
K
1580
K
B1 B1
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
B1
480
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
Detail pembesian pelat lt. 2-6 pt. 3 K
B1
skala 1:100 K B1 K
∅ 12 - 100 mm
B1 VOID B1
B1
300
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
K
K K
K
B1 B1 B1
434,26 315,74 107,5
1130
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
800
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm ∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
∅ 12 - 100 mm
Detail pembesian pelat atap
skala 1:100
B
22
800
80 80
DETAIL SAMBUNGAN PELAT - KOLOM (B)
SKALA 1:50
aÖ2
K 80/80
220 180
800
800 1600
P12-100
20
12
194
20
WF 125 x 125
c2 + d = 400 + 194 = 594 mm
UKURAN 80 x 80 cm UKURAN 70 x 70 cm
Tul. Utama 16 D22 Tul. Utama 16 D 22
Tul. Sengkang P 10-200 Tul. Sengkang P 10-250
Tul. Transversal 6 P12 Tul. Transversal 5 P 12
TIPE
KOLOM K3
KOLOM
UP
LIFT
LIFT
UP
DENAH RENCANA DINDING GESER DWN
SKALA 1 :50
16 D22
D19-200 D19-200
250
D19-200
D19-200
3150
D19-200
D16-200
D19-200
1500
4 D22
UKURAN 50 x 80
ATAS 4 D22 3 D22
BADAN 4 P12 4 P12
BAWAH 3 D22 4 D22
SENGKANG P10-100 P10-100
Detail Sloof 50 x 80
Skala 1:100
Denah Pondasi
Skala 1:50
4m
2m
Tampak Atas Pondasi
Skala 1:100
0,5
0,5
0,8
Detail Pondasi
Skala 1:100
LAMPIRAN II
(Tabel dan Grafik Perhitungan)
133
Lampiran 2.1 Tabel sudarmoko
134
Lampiran 2.2 Grafik Gideon H. Kusuma nilai r
135
Lampiran 2.3 Grafik Nilai Kekakuan Kolom
136
Lampiran 2.4 Grafik Plot Mn/Mo Kolom
137
LAMPIRAN III
(Hasil ETABS 2016 V.16.0.2)
138
Lampiran 3.1 Hasil ETABS beban Pu dan Vu untuk kolom 80/80
139
Lampiran 3.3 Hasil ETABS beban Pu dan Vu untuk kolom 60/60
140
Lampiran 3.4 Hasil Etabs Pada Balok 50/80 Mu dan Vu
141
Lampiran 3.4 Hasil Etabs Pada Balok 30/50 Mu dan Vu
142