Anda di halaman 1dari 95

BUKU INFORMASI

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH


BANGUNAN GEDUNG SESUAI DENGAN GAMBAR RENCANA
F.410140.013.01

KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI
Jl. Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat, Jakarta Selatan

KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI


Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Tujuan Umum ......................................................................................4
B. Tujuan Khusus......................................................................................4
BAB II ..............MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT DALAM
PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG...........7
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan
Gedung ................................................................................................7
1. Penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait ..........................7
2. Persiapan bahan rapat koordinasi dengan pihak terkait .....................8
3. Pelaksanaan koordinasi dengna pihak terkait ....................................9
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan
Gedung...............................................................................................10
C. Sikap Kerja dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung....................10
BAB III MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI………......12
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi...............................................................................12
1. Persiapan gambar kerja .................................................................12
2. Koordinasi kesiapan tenaga kerja dan peralatan ..............................14
3. Pemeriksaan material yang digunakan untuk pondasi ......................17
4. Koordinasi pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level
pondasi bangunan gedung .............................................................17
5. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pondasi .................................34

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 2 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6. Koordinasi pelaksanaan pengujian material dan daya dukung pondasi


(loading test) ................................................................................39
7. Evaluasi hasil pekerjaan pondasi ....................................................46
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi...............................................................................47
C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi.........48
BAB IV MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PILE CAP................49
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Pile Cap...............................................................................49
1. Persiapan gambar kerja .................................................................49
2. Koordinasi persiapan tenaga kerja dan peralatan ............................50
3. Persiapan material yang digunakan untuk pile cap ..........................52
4. Pelaksanaan pengujian material pile cap .........................................56
5. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan bekisting pile cap ...................57
6. Pengendalian pelaksanaan penulangan pile cap ..............................60
7. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap ...............62
8. Evaluasi hasil pekerjaan pile cap ....................................................64
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Pile Cap...............................................................................66
C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap.........67
BAB V MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LANTAI BASEMENT..
67
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Lantai Basement...................................................................67
1. Persiapan gambar kerja .................................................................67
2. Koordinasi kesiapan peralatan dan personel ....................................68
3. Persiapan material yang digunakan untuk lantai basement ..............68
4. Pelaksanaan pengujian material basement ......................................69
5. Pengendalian pekerjaan bekisting lantai basement ..........................70
6. Pengendalian pelaksanaan penulangan lantai basement ..................70

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 3 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

7. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran lantai basement ...71


8. Evaluasi hasil pekerjaan lantai basement ........................................72
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Lantai Basement..................................................................73
C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Lantai
Basement............................................................................................73
BAB VI MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING
BASEMENT...................................................................................................74
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Dinding Basement................................................................74
1. Persiapan gambar kerja ................................................................74
2. Koordinasi kesiapan peralatan dan personel ...................................77
3. Persiapan material yang digunakan untuk dinding basement ..........77
4. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan bekisting dinding basement ...79
5. Pengendalian pelaksanaan penulangan dinding basement ..............80
6. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran dinding basement
....................................................................................................81
7. Evaluasi hasil pekerjaan dinding basement ....................................82
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Dinding Basement................................................................83
C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Dinding
Basement............................................................................................84
BAB VII MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN..............................................85
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan......85
1. Persiapan data untuk membuat laporan ........................................85
2. Pelaporan kualitas material yang digunakan pada struktur bawah
bangunan gedung ........................................................................86
3. Dokumentasi proses pelaksanaan pekerjaan struktur bawah ...........87
4. Pembuatan dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur
bawah .........................................................................................88

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 4 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

5. Pembuatan laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah ............89


B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan.....93
C. Sikap Kerja dalam Membuat Laporan Pelaksanaan.................................93
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................94
A. Dasar Perundang-undangan ................................................................94
B. Buku Referensi....................................................................................94
C. Referensi Lainnya................................................................................94
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN...................................................95
A. Daftar Peralatan/Mesin........................................................................95
B. Daftar Bahan.......................................................................................95

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 5 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Mengendalikan
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan
Gambar Rencana.

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Struktur Bawah Bangunan Gedung
2. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
3. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
4. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Basement
5. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Basement
6. Membuat Laporan Pelaksanaan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 6 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB II
MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT DALAM PELAKSANAAN
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan


Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung
1. Penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak
terkait
Tujuan menyusun jadwal koordinasi adalah untuk dapat merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Perencanaan struktur bawah mutlak
diperlukan sangat hati-hati mengingat pentingnya bagian tersebut. Jika
struktur bawah tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka struktur
atas tidak akan berfungsi dengan baik. Dalam pelaksanaan pekerjaan
struktur bawah diperlukan adanya koordinasi. Fungsi koordinasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Menciptakan keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing
pihak yang terkait
 Mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja
sama untuk tujuan bersama

1.2 Pengertian pekerjaan struktur bawah


Perencanaan struktur bawah mutlak diperlukan sangat hati-hati
mengingat pentingnya bagian tersebut. Jika struktur bawah runtuh
makan bangunan yang kokoh diatasnya juga akan runtuh (sia-sia).
Prosedur pelaksanaan koordinasi yang terkait dengan pekerjaan
struktur bawah adalah sebagai berikut:
 Menentukan jenis dan kompleksitas pekerjaan struktur bawah
 Menentukan kualifikasi struktur bawah

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 7 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Menentukan personil pihak-pihak terkait yang berkepentingan dalam


struktur bawah
 Membuat surat tugas
 Menentukan waktu struktur bawah
Secara umum pekerjaan dalam struktur bawah bangunan gedung terdiri
dari:
 Pondasi (pancang, bore pile, telapak, dll)
 Galian tanah
 Pile cap dan sloof
 Lantai basement
 Raft Fondation (jika ada)
 Dinding penahan tanah / retaining wall
 Waterproofing (umumnya waterproofing membrane atau integral)
 Urug tanah kembali dan pemadatan tanah

1.3 Langkah penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait


Jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat dibuat berdasarkan volume
pekerjaan, metode konstruksi, dan jumlah tenaga kerja.

2. Persiapan bahan rapat koordinasi dengan pihak terkait


2.1 Tujuan menyiapkan bahan rapat koordinasi
Rapat koordinasi merupakan untuk membentuk satu tujuan dan misi agar
dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan tersebut, juga sebagai
wadah penghubung aspirasi. Tujuan menyiapkan bahan dalam rapat
koordinasi adalah agar rapat koordinasi yang dilakukan dapat fokus pada
bahasan yang telah ditentukan dalam materi yang telah disiapkan dan
telah dikoordinasikan dengan semua pihak. Sedangkan yang perlu
diperhatikan dalam menyiapkan bahan rapat adalah penyiapan bahan
yang disesuaikan dengan tahapan pekerjaan. Rapat perlu
diselenggarakan antara lain karena :

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 8 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Untuk memecahkan masalah.


 Untuk menyampaikan informasi.
 Membuat peserta rapat berpartisipasi pada masalah yang
dikemukakan.
 Sebagai alat koordinasi yang baik antara peserta dan perusahaan.

2.2 Rincian bahan/materi yang akan digunakan dalam setiap rapat


koordinasi dengan pihak terkait
Sebelum melakukan rapat, perlu dilakukan persiapan. Persiapan rapat
harus dirancang dan dilaksanakan oleh panitia penyelenggara rapat.
Secara garis besar persiapan yang harus dilaksanakan, yaitu :
 Penentuan tujuan rapat dan acara rapat.
 Penentuan waktu, tanggal, hari, tahun.
 Penentuan tempat.
 Akomodasi.
 Konsumsi.
 Media/peralatan
Sedangkan beberapa bahan yang digunakan dalam rapat koordinasi
antara lain:
 Gambar rencana detail
 Spesifikasi teknis
 Agenda rapat
 Notulen

3. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait


3.1 Rencana kerja terkait pelaksanaan pekerjaan
Dalam melakukan koordinasi pihak-pihak yang tekait seperti pemilik
proyek (owner), konsultan, kontraktor, pemasok, institusi keuangan,
lembaga internal, badan pemerintahan, lembaga pelayanan, tenaga
kerja, manajer lapangan (site manager), dan masyarakat harus

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 9 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

mengetahui adanya proyek konstruksi. Beberapa diwajbkan untuk


memahami tugas, fungsi, hingga tahapan dalam pekerjaan proyek
konstruksi, khususnya konstruksi bangunan gedung pekerjaan struktur
bawah bangunan gedung.
pihak-pihak yang terkait dalam proyek konstruksi, antara lain:
 Pemilik proyek (owner)
 Konsultan , terdiri dari konsultan perencana dan pengawas
 Kontraktor
 Pemasok (supplier)
 Institusi keuangan
 Lembaga internal
 Badan pemerintahan
 Lembaga pelayanan
 Tenaga kerja
 Masyarakat
 Manager lapangan (site manager)

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan


Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung
1. Menyusun jadwal koordinasi dengan pihak terkait berdasarkan kebutuhan
untuk melakukan pekerjaan struktur bawah

2. Menyiapkan bahan rapat koordinasi berdasarkan materi koordinasi

3. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait

C. Sikap Kerja dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait dalam


Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
1. Menyusun jadwal koordinasi dengan pihak terkait berdasarkan kebutuhan
untuk melakukan pekerjaan struktur bawah secara cermat

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 10 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

2. Menyiapkan bahan rapat koordinasi berdasarkan materi koordinasi secara


cermat dan teliti
3. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait secara cermat

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 11 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB III
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Pondasi
1. Persiapan gambar kerja
1.1 Tujuan menyiapkan gambar kerja
Gambar kerja atau shop drawing adalah gambar yang diajukan oleh
kontraktor yang disetujui Pengawas sebagai syarat pelaksanaan
pekerjaan. Gambar shop drawing ini dibuat oleh kontraktor berdasarkan
acuan dari gambar For Contruction sehingga tidak boleh berbeda jauh
dalam hal prinsip perencanaan. Biasanya gambar For Con kurang detail
sehingga pada gambar shop drawing didetailkan lagi. Pembuatan
gambar shop drawing dilakukan secara parsial tergantung dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Syarat pelaksanaan item pekerjaan adalah
mengajukan shop drawing kepada Pengawas atau Manajemen Kontruksi.
Setelah di Acc dan diterima, maka pelaksanaan pekerjaan bisa dimulai.
Tujuan menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pondasi adalah
untuk memastikan pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak. Selain
itu juga untuk mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan pondasi seperti
meminimalkan kesalahan pelaksanaan, maupun efisien dalam
menyiapkan peralatan; material; dan juga tenaga kerja yang dibutuhkan.
Gambar kerja bersifat detail mulai dari gambar, penjelasan gambar, kop
gambar, sampai keterangan dan notasi gambar. Gambar kerja juga
menjadi pedoman pelaksana atau pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan suatu proyek. Oleh sebab itu, pembuatan gambar kerja harus
lengkap dan jelas sehingga bangunan yang akan dibangun tidak berbeda
dengan apa yang sudah direncanakan oleh arsitek atau perencana,
gambar kerja juga harus memudahkan mandor dan QC (Quality Control)
dalam memahami gambar.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 12 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

1.2 Isi gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pondasi


Gambar kerja harus dilengkapi dengan keterangan nama proyek, nama
klien, nama arsitek, dan keterangan gambar lainnya. Secara umum
Gambar Kerja berisi :
 Block Plan
 Site Plan
 Denah, Tampak, Potongan, dan Potongan Struktural
 Rencana Pondasi, Sloof, dan Detail
 Rencana Balok lantai dan Detail
 Rencana Atap, Plafong, dan Detail
 Rencana Pola Lantai dan Detail Pemasangan
 Perletakan Pintu dan Jendela beserta Detail
 Rencana Air Bersih, Sanitasi, dan Detail
 Rencana Furniture dan Detail
 Rencana Elektrikal dan Titik Lampu
 Gambar-gambar rencana lainnya beserta detail yang diperlukan
untuk menjelaskan bentuk, dimensi, dan detail konstruksinya.
Gambar kerja dibuat untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan
konstruksi, supaya konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud
dalam ‘Pengembangan Desain’ dapat diwujudkan secara fisik dengan
mutu yang baik. Dari gambar kerja juga harus bisa diperoleh kejelasan
kuantitatif, agar biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat
dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan. Gambar
kerja juga diperlukan untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang
administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan
yuridis yang terkandung dalam dokumen pelelangan dan dokumen
perjanjian/kontrak kerja konstruksi.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 13 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Gambar kerja detail pondasi

2. Koordinasi kesiapan tenaga kerja dan peralatan


2.1 Tujuan koordinasi kesiapan tenaga kerja dan peralatan
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi, termasuk pondasi,
memerlukan tenaga kerja dan peralatan. Tenaga kerja merupakan
subjek atau sebagai aktor yang melakukan pekerjaan konstruksi.
Sedangkan peralatan merupakan pendukung bagi kelancaran pekerjaan
konstruksi. Tenaga kerja dan peralatan tersebut perlu disiapkan secara
terstruktur/terkoordinir agar pekerjaan dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Sehingga meminimalisir kesalahan maupun keterlambatan dalam
proses pekerjaan konstruksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengkoordinir kesiapan tenaga kerja dan peralatan antara lain :
 Jenis peralatan yang dibutuhkan
 Profesi/keahlian dari tenaga kerja yang disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan
 Jumlah tenaga kerja dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan
 Spesifikasi tenaga kerja dan peralatan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 14 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

2.2 Tenaga kerja dan peralatan yang disiapkan


Tenaga kerja dan peralatan yang disiapkan dalam pekerjaan pondasi
berbeda-beda berdasarkan tahapan maupun jenis pondasi yang
dikerjakan. Secara umum, jenis pondasi yang dikenal dalam konstruksi
bangunan gedung antara lain :
 Pondasi batu kali
 Pondasi pelat jalur
 Pondasi bored pile
 Pondasi tiang pancang
Namun secara umum, tenaga kerja yang disiapkan diantaranya adalah:
 Pekerja bidang pengukuran dan pematokan
 Pekerja bidang tanah
 Pekerja bidang penulangan/pembesian
 Operator alat-alat berat
Sedangkan peralatan yang perlu disiapkan dalam pekerjaan pondasi
antara lain:
a. Alat-alat berat, meliputi :
1) Alat gusur dan penggali tanah ; bulldozer, loader, backhoe loader,
backhoe shovel (excavator)
2) Alat pondasi dalam; alat pemancang pondasi, alat bor pondasi
3) Alat pemadat permukaan tanah; Three Wheel Roller, tandem
roller, vibrator compactor
4) Alat pengangkat ; truck crane, mobik crane, crane on track,
monotower derrick, derricking jib crane
5) Alat pengangkut ; dump truck, flat bed, trailer
6) Alat pencampur dan penuang adukan beton ; truk pencampur
adukan beton (truck mixer), truk pompa adukan beton (mobile
concrete pump)
b. Pompa air , kompresor dan genset

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 15 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

c. Alat-alat tangan yang digerakkan dengan tenaga motor listrik, diesel


atau bensin (hand power tools), meliputi :
1) Ramer
2) Concrete Vibrator
3) Picks and breaker
4) Bor (Rotary drill)
Untuk bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi
meliputi :
 Batu kali, batu kosong
 Beton; semen, agregat, campuran tambahan kimia (admixture)
 Baja tulangan
 Casing
 Tiang pancang pre cast
 Angkur

Gambar salah satu contoh peralatan untuk pekerjaan pondasi bored pile

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 16 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

3. Pemeriksaan material yang digunakan untuk pondasi


3.1 Maksud dan tujuan pemeriksaan kesesuaian material
Pondasi merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting,
karena fungsinya adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses
pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama sebagai berikut:
 Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
 Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah
gerak)
 Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
 Tahan terhadap pengaruh bahan kimia
Konstruksi dari pondasi langsung dapat berupa pondasibatu belah/ kali,
pondasi batu bata, pondasi beton bertulang,pondasi pias, pondasi plat
kaki, dan pondasi balok sloof.
3.2 Prosedur pemeriksaan kesesuaian material
Prosedur pemeriksaan pondasi berdasarkan spesifikasi teknis:
Lebar dasar pondasi dibuat lebih besar dari tebal dinding tembok di
atasnya, hal tersebut dimaksudkan untuk memperkecil beban persatuan
luas pada tanah dasar, karena daya dukung tanah dasar pondasi pada
umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan pada pondasi. Untuk
pondasi langsung yang menggunakan bahan batu kali, batu bata, dan
beton tumbuk, tampang badan pondasi membentuk bangun trapesium,
hal tersebut dilakukan selain berguna bagi kestabilan kedudukan pondasi
juga untuk efisiensi.

4. Koordinasi pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level


pondasi bangunan gedung
4.1 Tujuan melakukan koordinasi
Tujuan melakukan koordinasi terkait pelaksanaan pengukuran penetapan
posisi dan level pondasi bangunan gedung berdasarkan gambar kerja

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 17 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

adalah untuk memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar


kerja.

4.2 Prosedur pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level


pondasi bangunan gedung
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation),
tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman
dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah
kerasnya terletak dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi
dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan
tanah. Berdasarkan elevasi kedalamannya, maka pondasi
dibedakanmenjadi pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi
dalam (deep foundation):
a. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini digunakan
apabila lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu mendukung
beban yang dilimpahkan terletak tidak dalam (berada relatif dekat
dengan permukaan tanah). Pondasi dangkal adalah pondasi yang
mendukung beban secara langsung :
 Pondasi telapak
Pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom atau pondasi
yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah bilamana
terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas baik yang
mampu mendukung bangunan itu pada permukaan tanah atau
sedikit dibawah permukaan tanah.
 Pondasi memanjang

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 18 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang


berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak sisinya akan
terhimpit satu sama lainnya.
 Pondasi rakit (raft foundation)
Pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak
pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom
jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya, sehingga bila
menggunakan pondasi telapak, sisi-sisinya berhimpit satu sama
lainnya.

Gambar Pondasi Dangkal

b. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
 Pondasi sumuran (pier foundation)
Pondasi sumuran merupakan pondasi peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi
sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebar (B) lebih kecil atau sama
dengan 4, sedangkan pondasi dangkal Df/B ≤ 1.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 19 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Pondasi tiang (pile foundation)


Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang
normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya
terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibanding
dengan pondasi sumuran.

Gambar Pondasi Dalam


Jenis pondasi lainnya yang biasa digunakan pada pekerjaan konstruksi
bangunan gedung antara lain:
a. Pondasi Batu Kali
Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah
aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm.
Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku
untuk pondasi ini adalah :
 Batu belah (batu kali/guning)
 Pasir pasang
 Semen PC (abu-abu).
Kelebihan :
 Pelaksanaan pondasi mudah
 Waktu pengerjaan pondasi cepat
 Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
Kekurangan :

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 20 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Batu belah di daerah tertentu sulit dicari


 Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi
pertama)
 Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah
bertingkat.

Gambar Pondasi Batu Kali

b. Pondasi Tapak (Foot Plate)


Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau
bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton
bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya
sampai pada tanah keras.
Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu
belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof
beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan
dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah
sempit yang akan dikembangkan ke atas.
Kebutuhan Bahannya adalah:
 Batu pecah / split (2/3)

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 21 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Pasir beton
 Semen PC
 Besi beton
 Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)
Kelebihan :
 Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
 Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
 Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih
handal daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
 Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan
lebih lama).
 Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
 Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
 Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
 Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.

Gambar Pondasi Tapak

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 22 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

c. Pondasi Pelat Beton Lajur


Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang
menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas
penampang tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak
terlalu melebar. Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi
dangkal lainnya. Ini disebabkan seluruhnya terbuat dari beton bertulang.
Harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk
bangunan rumah bertingkat. Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama
dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini disebabkan
fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi batu belah bila
batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana pengembangan
rumah ke atas.
Kelebihan :
 Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
 Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang
terdapat kolom strukturnya.
 Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding
pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun
gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan dan lain-lain
Kekurangan :
 Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan
lebih lama).
 Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
 Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
 Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
 Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 23 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Gambar Pondasi Pelat Beton Lajur

d. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Disebut pondasi sumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali
tanah berdiameter 60 - 80 cm seperti menggali sumur. Kedalaman
pondasi ini dapat mencapai 8 meter. Pada bagian atas pondasi yang
mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof. Pondasi jenis ini
digunakan bila lokasi pembangunannya jauh sehingga tidak
memungkinkan dilakukan transportasi untuk mengangkut tiang pancang.
Walaupun lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang
digunakan. Selain boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit
dilakukan pengontrolan hasil cor beton di tempat yang dalam.
Kelebihan :
 Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak
dan bila tidak dimungkinkan pengangkutan tiang pancang.
 Tidak diperlukan alat berat.
 Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.
Kekurangan :

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 24 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Bagian dalam dari hasil pasangan pondasi tidak dapat di kontrol


(Karena batu dan adukan dilempar/ dituang dari atas)
 Pemakaian bahan boros.
 Tidak tahan terhadap gaya horizontal (karena tidak ada tulangan).
 Untuk tanah lumpur, pondasi ini sangat sulit digunakan karena
susah dalam menggalinya.

Gambar Pondasi Sumuran

e. Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap
lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang
monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di
bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer.
Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat
menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 25 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri


pada lingkungan sekitar.

Pondasi Tiang Pancang

Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi


pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane.
Crane berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah
ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan
berat 3 – 7 ton. Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan
dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir,
tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm.
1. Ukuran Tiang Pancang
Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua,
yaitu :
MINIPILE dan MAXIPILE.
a. Minipile (Ukuran Kecil)
Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan
bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang
ditawarkan adalah:

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 26 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32.


Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.
 Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 mampu
menopang beban 25 – 30 ton
 Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 mampu
menopang beban 35 – 40 ton.
 Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20x20 mampu
menopang tekanan 30 – 35 ton
 Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu
menopang tekanan 40 – 50 ton.
b. Maxipile (Ukuran Besar)
Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile).
Tiang pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada
bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50x50 dapat menopang
beban sampai 500 ton.
2. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
 Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
 Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
 Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada
sekeliling tiang.
 Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang
ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.
 Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran.
Kekurangan :
 Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena
factor angkutan.
 Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
 Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh
lebih mahal.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 27 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.


3. Keuntungan dan Kerugian menurut teknik pemasangan
a. Pondasi tiang pancang pabrikan.
Keuntungan:
 Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat,
hasilnya lebih dapat diandalkan.
 Pelaksanaan pemancangan relative cepat, terutama untuk tiang baja.
Walaupun lapisan antara cukup keras, lapisan tersebut masih dapat
ditembus sehingga pemancangan ke lapisan tanah keras masih dapat
dilakukan.
 Persediaannya culup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh,
kecuali jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus.
 Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah.
 Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang
sehingga pekerjaankonstruksinya mudah diawasi.
 Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung
beban vertical.
Kerugian :
 Karena pekerjaan pemasangannya menimbulkan getaran dan
kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat akan
menimbulkan masalah di sekitarnya.
 Untuk tiang yang panjang, diperlukan persiapan penyambungan
dengan menggunakan pengelasan (untuk tiang pancang beton yang
bagian atas atau bawahnya berkepala baja). Bila pekerjaan
penyambungan tidak baik, akibatnya sangat merugikan.
 Bila pekerjaan pemancangan tidak dilaksanakan dengan baik, kepala
tiang cepat hancur. Sebaiknya pada saat dipukul dengan palu besi,
kepala tiang dilapisi denga kayu.
 Bila pemancangan tidak dapat dihentikan pada kedalaman yang telah
ditentukan, diperlukan perbaikan khusus.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 28 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Karena tempat penampungan di lapangan dalam banyak hal mutlak


diperlukan maka harus disediakan tempat yang cukup luas.
 Tiang-tiang beton berdiameter besar sangat berat, sehingga sulit
diangkut atau dipasang. Karena itu diperlukan mesin pemancang
yang besar.
 Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi.
b. Pondasi Tiang yang Dicor di Tempat
Keuntungan:
 Karena pada saat melaksanakan pekerjaan hanya terjadi getaran dan
keriuhan yang sangat kecil maka pondasi ini cocok untuk pekerjaan
pada daerah yang padat penduduknya.
 Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan
diameter besar dan lebih panjang.
 Diameter tiang ini biasanya lebih besar daripada tiang pracetak atau
pabrikan.
 Daya dukung sstiap tiang lebih besar sehingga beton tumpuan (Pile
cap) dapat dibuat lebih kecil.
 Selain cara pemboran di dalam arah berlawanan dengan putaran
jam, tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah
pada lapisan antara atau pada tanah pendukung pondasi dapat
langsung diketahui.
 Pengaruh jelek terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.
Kerugian :
 Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dn
kualitas tiang yang sudah selesai lebih rendah dari tiang-tiang
pracetak atau pabrikan. Disamping itu, pemeriksaan kualitas hanya
dapat dilakukan secara tidak langsung.
 Ketika beton dituangkan, dikawatirkan adukan beton akan bercampur
dengan reruntuhan tanah. Oleh karena itu, beton harus segera
dituangkan dengan seksama setelah penggalian tanah dilakukan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 29 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap


telah terpenuhi, terkadang tiang pendukung kurang sempurna karena
ada lumpur yang tertimbun di dasar.
 Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton,
maka untuk pekerjaan yang kecil dapat mengakibatkan biaya tinggi.
 Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah
jarum jam menggunakan air maka lapangan akan menjadi kotor.
Untuk setiap cara perlu dipikirkan cara menangani tanah yang telah
dibor atau digali.

f. Pondasi Pondasi Strauss Pile atau Bored Pile


Pondasi strauss pile ini termasuk kategori pondasi dangkal. Pondasi jenis
ini biasanya digunakan pada bangunan yang bebannya tidak terlalu berat,
misalnya untuk rumah tinggal atau bangunan lain yang memiliki bentang
antar kolom tidak panjang.
Cara kerja pemasangan pondasi ini adalah dengan mengebor tanah
berdiameter sesuai perhitungan struktur diameter pondasi. Setelah itu
digunakan cassing dari pipa PVC yang di cor sambil diangkat cassing-nya.
Cassing digunakan pada tanah lembek dan berair. Jika tanah keras dan
tidak berair, pondasi dapat langsung di cor tanpa cassing. Kedalaman
pondasi ini dapat mencapai 5 meter dengan mengunakan besi tulangan
sepanjang dalamnya pondasi. Biasanya ukuran pondasi yang sering
dipakai adalah diameter 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sesuai dengan
tersedianya mata bor. Seperti layaknya pondasi tiang, maka pondasi
strauss ini ditumpu pada dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan beton
adalah mengikatkan tulangan pondasi pada kolom dan sloof. Selain itu
fungsinya adalah untuk transfer tekanan beban di atasnya.
Untuk pondasi bored pile, system kerjanya hampir sama dengan pondasi
strauss pile. Perbedaannya hanya terletak pada peralatan bor, peralatan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 30 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

cor, dan system cassing yang menggunakan teknologi lebih modern.


Pondasi ini digunakan untuk jenis pondasi dalam dan di atas 2 lantai.
Kelebihan :
 Volume betonnya sedikit
 Biayanya relative murah
 Ujung pondasi bisa bertumpu pada tanah keras
Kekurangan :
 Diperlukan peralatan bor
 Pelaksanaan pemasangannya relative agak susah.
 Pelaksanaan yang kurang bagus dapat menyebabkan pondasi
keropos, karena unsur semen larut oleh air tanah.

Gambar Pondasi Bore Pile

Pemilihan jenis pondasi yang tepat, perlu diperhatikan apakah pondasi


tersebut sesuai dengan berbagai keadaan tanah :
 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau
2-3 meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini
menggunakan pondasi telapak.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 31 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10


meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini menggunakan
pondasi tiang apung.
 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 20 meter
dibawah permukaan tanah, maka pada kondisi ini apabila
penurunannya diizinkan dapat menggunakan tiang geser dan
apabila tidak boleh terjadi penurunannya, biasanya menggunakan
tiang pancang. Tetapi bila terdapat batu besar pada lapisan antara
pemakaian kaison lebih menguntungkan.
 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30
meter dibawah permukaan tanah dapat menggunakan kaison
terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor di tempat. Tetapi apabila
tekanan atmosfir yang bekerja ternyata kurang dari 3 kg/cm2 maka
digunakan kaison tekanan.
 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 40
meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini maka
menggunakan tiang baja dan tiang beton yang dicor ditempat.
(Bowles J.E, 1993)
Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut:
 Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban
hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang
diakibatkan gaya-gaya eksternal.
 Jenis tanah dan daya dukung tanah.
 Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
 Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
 Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
 Waktu dan biaya pekerjaan.
Secara umum, pengukuran dalam pekerjaan pondasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu pengukuran jaringan poligon sesuai dengan
prosedur dan pengukuran beda tinggi. Setelah pengukuran selesai

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 32 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

dilakukan tahap selanjutnya adalah melakukan pematokan level pondasi


bangunan. Berikut tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pengukuran penetapan posisi dan level pondasi bangunan gedung
berdasarkan gambar kerja secara umum :
1) Melihat pada gambar rencana berapa elevasi lantai yang
direncanakan
2) Elevasi lantai pada gamabr rencana diukur dari jalan yang
mempunyai elevasi 0 meter
3) Mendirikan alat waterpass atau theodolit di sembarang tempat untuk
meneropong jalan dan titik patok secara keseluruhan
4) Menyetting terlebih dahulu nivo kotak dan tabung apabila
menggunakan theodolit
5) Mengatur sudut vertikal diatur pada 90 derajat PAS dan dikunci
6) Setelah peralatan sudah siap, saatnya menembak pada titik patok
7) Memberi tanda saat sudut elevasi sudah sesuai dengan gambar
rencana.

Gambar Ilustrasi pengukuran dan pematokan pondasi sistem koordinat

4.3 Jenis dan fungsi peralatan yang digunakan dalam pekerjaan


pondasi bangunan gedung
Jenis dan fungsi peralatan yang digunakan bervariasi, tergantung
tahapan dan jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pekerjaan pondasi

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 33 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

bangunan gedung. Namun secara umum, peralatan yang digunakan


terdiri dari dua jenis yaitu alat berat dan non alat berat. Alat berat yang
dimaksud adalah seperti crane, excavator, dan pipa bor yang salah satu
fungsinya untuk melakukan pekerjaan pemancangan atau pembuatan
lubang pondasi bored pile. Untuk peralatan non alat berat yang
dimaksud adalah seperti gerobak, ayakan, atau cetok yang digunakan
dalam pekerjaan pondasi batu kali yaitu memiliki fungsi:
 Gerobak : digunakan sebagai alat pengangkut bahan-bahan
 Ayakan : digunakan sebagai alat untuk mengayak pasir
 Cetok : digunakan sebagai alat untuk membantu mengayak pasir

Gambar Contoh Pondasi Batu Kali

5. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pondasi


5.1 Tujuan pengendalian pelaksanaan pekerjaan pondasi
Pondasi dapat didefinisikan sebagai bangunan yang berada dalam tanah
yaitu bagian yang berdekatan dengan elemen bagian bawah tanah serta
bangunan. Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya,
terowongan, menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai
pondasi. Pondasi digunakan dalam teknik sipil sebagai suatu konstruksi

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 34 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

banguna yang berfungsi sebagai penompang bangunan dan meneruskan


beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang
cukup kuat daya dukungnya.
Sehingga yang dimaksud dengan pondasi adalah bangunan yang dapat
menahan berbagai macam beban, baik horizontal maupun vertikal dalam
kondisi stabil. Adapun tujuannya yaitu untuk menahan beban-beban
yang terjadi sehingga menghasilkan kestabilan konstruksi. Kriteria
kekuatan bangunan secara umum adalah memiliki kekuatan (strenght),
kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana
bangunan (durability). Tujuan dari pengendalian pelaksanaan pekerjaan
pondasi adalah untuk memastikan bahwa kriteria kekuatan bangunan
dapat bekerja secara optimal.
5.2 Isi gambar kerja yang terkait pondasi
Gambar kerja pondasi biasanya dilengkapi dengan detail pondasi untuk
melihat ukuran pondasi yang digunakan. Lebih lengkap lagi gambar
rencana pondasi harus juga dilengkapi dengan perhitungan struktur
untuk pondasi. Perhitungan struktur dilakukan oleh ahli struktur atau ahli
sipil yang berpengalaman. Sedangkan arsitek kadang tidak memberikan
perhitungan struktur untuk pondasi.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 35 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Gambar Detail Pondasi Bored Pile

5.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan pondasi


Syarat pekerjaan pondasi:
 dasar pondasi harus cukup lebar dan diletakkan pada lapisan tanah
keras;
 tidak boleh dipasang sebagian pada tanah keras dan sebagian lagi
pada tanah lemek;
 dipasang menerus di bawah dinding dan di bawah kolom-kolom;
 pondasi setempat harus dirangkaikan dengan balok pengikat (sloof);
 pondasi harus dibuat dari bahan yang dan kuat.
 seluruh panjang pondasi harus tetap diletakkan pada kedalaman
yang sama.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 36 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Secara umum, pelaksanaan pekerjaan pondasi terdiri dari beberapa


kegiatan, diantaranya :
a. Mempersiapkan bahan serta bowplank untuk posisi penempatan.
Bowplank yang digunakan adalah terbuat dari papan kayu.
b. Menggali tanah sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dibuat.
Penggalian tanah ini dikerjakan dengan tenaga manusia karena tidak
terlalu dalam hanya sedalam 60cm. Penggalian tanah pada umumnya
sedalam 1 meter dengan volume 105,73m.
c. Pemasangan Anstamping/pasangan batu kosong. Pemasangan ini
setinggi 20cm setelah itu diurug dengan tanah padas dan disiram air
hingga padat.
d. Pasangan batu belah dan tulangan kolom. Pada saat pemasangan
batu belah sudah mencapai ± 40cm sebaiknya tulangan segera
dipasang agar lebih kuat. Dan besar dari tulangannya besarnya
10mm (diameter). Namun dalam pembangunan proyek ini tulangan
kolom dipasang bersamaan dengan tulangan sloof.
e. Menutup lubang yang tersisa dan dipadatkan. Karena tanah yang
digunakan sudah baik maka tidak perlu mengganti tanah urugnya
lagi. Cukup ditutup dengan tanah galian tadi dan sisanya disisihkan
terlebih dahulu jikalau nantinya mungkin terpakai.
f. Pemasangan tulangan Kolom dan Sloof. Tulangan ini dipasang
setelah pondasi selesai. Dan pemasangannya tidak sampai
menyentuh pondasi/mengambang agar adukan bisa masuk. Ukuran
dari tulangan kolom dan sloof sama yaitu 10 cm X 10 cm.
g. Pengecoran Sloof. Untuk pengecoran Sloof ini pihak yang
bersangkutan menggunakan adukan dengan racikan 1:2:3 dengan
menggunakan koral ukuran 1-2. Sebelum dicor pada bagian pinggir-
pinggir kolom dipasang Bekisting (papan kayu).
h. Pekerjaan sloof
1) Pemasangan Tulangan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 37 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Pada pekerjaan pembesiaan sloof mula-mula dipasang tulangan


pokok sesuai dengan gambar rencana, dimana tulangan sloof
dikaitkan dengan tulangan kolom yang tertanam di pondasi. proses
merangkai tulangannya dikerjakan pada tempat perletakan
sloofnya.
2) Proses Bekesting
Setelah penulangan selesai,maka dilanjutkan dengan pekerjaan
bekesting. Sebelum bekesting yang sudah dibuat dipasang,
terlebih dahulu tulangan kolom didirikan atau dibuat. Tulangan
sloof pada tulangan,agar tulangan sloof terselimuti oleh beton
pada saat proses pengecoran.dan bekesting ini disesuaikan
dengan bentuk sloof yang ada dengan menggunakan kayu
multiplek.
3) Pengecoran Sloof
Setelah pekerjaan bekesting selesai ,maka bisa dilanjutkan dengan
pekerjaan pengecoran sloof yang sebelumnya dilakukan
pengecekan ulang pada bekesting dan penulangan serta tidak lupa
memberi beton decking yang sering disebut “beton tahu”
,sehingga pada saat pengecoran tidak terjadi pengeseran dan
antara bekesting dengan tulangan tidak menempel. Serta jangan
lupa menegakkan tulangan kolom sesuai rencana untuk
mempermudah pekerjaan berikutnya, sebelum terlanjur dilakukan
pengecoran pada sloof.
4) Pembongkaran Bekesting
Pembongkaran bekesting pada sloof lebih cepat dan mudah
dibandingkan dengan pembongkaran pada pekerjaan kolom,balok.
Pembongkaran pada sloof dilakukan setelah beton itu mengering
pada umur 3 hari. Setelah dilakukan pembongkaran lakukan
penyemprotan serta menimbun atau mengurug kembali dengan
tanah pada lubang di antara perletakan sloof.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 38 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6. Koordinasi pelaksanaan pengujian material dan daya dukung


pondasi (loading test)
6.1 Tujuan koordinasi terkait pengujian material dan daya dukung
pondasi
Dalam mendesain pondasi harus mempertimbangkan penurunan dan
daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap,
defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam pertimbangan. Ketika
berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan
total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan
diferensial (sebagian pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat
menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan
tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya,
nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana
ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya
amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi
beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan
desainnya. Tujuan melakukan uji daya dukung pondasi adalah untuk
membuktikan akurasi perhitungan desain kapasitas daya dukung pondasi
di lapangan.
Selain itu juga podasi harus mampu menahan beban :
 Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan
tanah, perpindahan beban akibat gaya angin pada dinding.
 Beban hidup, seperti berat sendiri bangunan.
 beban hidup, beban orang, air hujan dan salju.
 gaya gempa
 gaya angkat air
 Momen dan Torsi

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 39 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6.2 Standar yang digunakan dalam pengujian material dan daya


dukung pondasi
Pengujian untuk menentukan daya dukung tanah di lapangan, terutama
dilakukan pada tanah yang mudah terganggu pada waktu pengambilan
contohnya, seperti tanah jenisnon kohesif. Jenis-jenis pengujian di
lapangan :
 SPT (Standard Penetration Test)
 Pengujian kerucut statis / CPT (Cone PenetrationTest)
 Pengujian beban pelat (Plate load test)
6.3 Prosedur pelaksanaan pengujian material dan daya dukung
pondasi
a. Pengujian SPT
Pada saat dilakukan pengoboran pada lapisan tanah yang diuji, mata
bor dilepas dan diganti dengan suatu alat yang disebut dengan
Standard Split Barrel Sampler. Kemudian pipa bor diturunkan kembali
sampai alat tersebut menumpu lapisan tanah yang diuji. Di atas
ujung pipa bor di pasang sebuat pemberat seberat 63,5 kg yang
digantungkan dengan sebuah kerekan. Pemberat ini ditarik naik-
turun dengan tinggi jatuh 76 cm. Sesudah suatu pemukulan awal
sedalam 15 cm, jumlah pukulan untuk setiap penurunan split barrel
sampler sebesar 30,5 cm dihitung. Nilai N didefinisikan sebagai
jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk memasukkan silinder split
barrel sampler sedalam 30,5 cm pada setiap pengujian. Jumlah
pukulan selanjutnya dihubungkan secara empiris kerapatan relatif
dari tanah pasir, pengujian sebaiknya dilakukan pada interval
kedalaman yang diperkirakan penting. Untuk tanah granuler, seperti
pasir, faktor-faktor daya dukung Nq, Nγ adalah fungsi dari , karena
itu sangat tergantung dari besarnya kerapatan relatif (D r). Untuk
pondasi dangkal, jika pasir pada dasar pondasi jenuh air dan
kedalaman pondasinya kecil dibandingkan dengan bebannya.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 40 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

b. Pengujian kerucur statis


Pengujian kerucut statis atau pengujian sondir termasuk alat
penetrometer statis. Alat pengujian berupa kerucut dengan diameter
3,57 cm atau luas penampang 1000 mm2. Kerucut dihubungkan
dengan batang besi di dalam pipa penekan. Pipa dan mata sondir
ditekan secara terpisah dengan penekan hidrolis atau gerakan gigi
dari hasil putaran dengan tangan. Pembacaan tahanan konus
dilakukan dengan membaca arloji pengukurnya. Beban dibagi luas
tampang konus merupakan tahanan kerucut statisnya (q c).
Dari data diagram tahanan konus yang dihasilkan dari pengujian
kerucut statis atau sondir, daya dukung tanah secara empisis dapat
ditentukan. Meyerhof memberikan persamaan sederhana untuk
penentuan nilai daya dukung diijinkan ( qa ) untuk tanah tak
berkohesi sebagai berikut :
a) Untuk pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan
lebar B ≤ 1,20 m.

b) Untuk pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan


lebar B > 1,20 m.

c) Daya dukung diijinkan secara pendekatan untuk seluruh pondasi


dengan mengabaikan lebarnya :

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 41 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Untuk tanah kohesif, kuat geser undrained (Su = Cu) dapat didekati
dengan persamaan dengan persamaan Begemann (1974).
Keterangan:
qa = daya dukung diijinkan untuk penurunan 1’’
qc = tahanan konus (kg/cm2)
B = lebar pondasi ( m )
p o’ = tekanan overburden efektif pada kedalaman mata konus
Ne’ = konstanta tergantung macam tanah dan OCR (umumnya
diambil antara 9 sampai 15).
Tahanan konus (qc) diambil rata-rata pada kedalaman 0 sampai B
dari dasar pondasi.
c. Pengujian beban pelat
Plate Load Test cocok digunakan pada bahan timbunan atau tanah
yang mengandung kerikil atau batuan, dimana pengujian lapangan
yang lain sulit dilaksanakan. Pelat besi berbentuk lingkaran (atau
bujur sangkar) dengan diameter (atau lebar) 30,5 cm diletakkan di
dasar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan.
Pengamatan terhadap besarnya beban dan penurunan yang terjadi
dilakukan sampai mencapai keruntuhan dalam tanahnya, atau
pengujian dihentikan bila tahanan telah mencapai mendekati 2 kali
nilai daya dukung pondasi yang dirancang. Penambahan beban yang
diterapkan kira-kira 1/10 kali nilai estimasi daya dukung tanahnya.
Dengan menggunakan data hasil pengujian beban pelat, daya
dukung ultimit pondasi yang akan digunakan dapat dihitung dengan :
qB = qb  untuk lempung

 Untuk tanah pasir

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 42 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Untuk intensitas beban q tertentu, penurunan pondasi dengan skala


penuh diberikan oleh persamaan empiris :

Keterangan :
qB = daya dukung ultimit pondasi skala penuh.
qb = daya dukung ultimit dari pengujian beban pelat.
SB = penurunan pada pondasi dengan lebar B.
Sb = penurunan pada pelat uji dengan lebar b.
b = lebar atau diameter pelat pengujian.
B = lebar pondasi.

6.4 Pengujian material dan daya dukung pondasi


Pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban–beban yang bekerja, gaya –
gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain. Sehingga
dalam membuat pondasi mesti disesuaikan dengan kondisi tanah di
lokasi pembangunan dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
ada dalam perencanaan yang berlaku. Dalam sebuah pelaksanaan
pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana pembangunan agar
dapat diselesaikan dengan baik, tugas pelaksana pembangunan adalah
memahami gambar, design dan spesifikasi teknis sebagai sebagai
pedoman dan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pondasi :
 Jenis Struktur di Atasnya (Beban-Beban yang Bekerja). (Struktur
ringan dan lapisan permukaan tanah baik, memilih jenis pondasi
dangkal telah cukup memadai).

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 43 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Jenis Tanah (Daya Dukung Tanah). Yaitu daya dukung yang


mampu memikul beban sehingga pondasi mengalami penurunan
yang masih berada dalam batas toleransi.
Pelaksana bangunan perlu mempunyai keahlian dalam bidang bangunan
agar mengetahui bagaiman mengatur jalannya setiap item pekerjaan,
sehingga menghasilkan kualitas bangunan yang bagus dalam waktu
yang cepat.
Pelaksana bangunan perlu mempunyai keahlian dalam bidang bangunan
agar mengetahui bagaiman mengatur jalannya setiap item pekerjaan,
sehingga menghasilkan kualitas bangunan yang bagus dalam waktu
yang cepat.
Jenis pengujian antara lain:
a. Uji tanah di lapangan
 Uji Pemboran inti / core drilling / boring (50%)
 Uji Conus/Sondir
 Standart Penetrasi Test
b. Uji tanah di laboratorium
 HMP SON
Dilakukan dengan memberikan pukulan pada tanah yang
terekam per 10 cm dan dapat tersimpan dalam perangkat dan
tersedia untuk analisa lebih lanjut, data dapat ditransferke
PC/laptop untuk analisa lebih lanjut. Dalam waktu singkat
Anda membuat sebagai laporan pengukuran dan grafik sesuai
dengan DIN EN ISO 22476-2. Sebuah laporan singkat bahkan
dapat dicetak pada thermal printer secara langsung di lokasi.
Hasil pengukuran seperti pengukuran Standart Penetrasi Test
(SPT)
 HMP LFG

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 44 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Dapat menentukan daya dukung tanah dengan cepat dengan


cara yang tidak rumit, alat yang mudah dibawa aleh 1 orang
sangat tepat untuk pengawasan pekerjaan sipil antara lain :
1. Timbunan dan pemadatan untuk lapisan perkerasan jalan
2. Timbunan dan perkerasan untuk lapisan pondasi gedung
3. Timbunan dan perkerasan untuk lantai kerja
Modul lendutan dinamis juga ditampilkan untuk
menyederhanakan analisis, Nilai pengukuran dapat dicetak
dan dianalisis bahkan di lokasi konstruksi.

6.5 Jenis dan fungsi alat yang digunakan untuk pengujian


Pengujian pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan beberapa alat,
diantaranya adalah:
a. Sondir
Uji sondir merupakan alat yang sederhana, praktis, dengan
kelebihan yaitu : cepat, murah, menghasilkan data yang akurat
dan detail. Sondir sangat cocok untuk tanah di Indonesia karena
kondisi tanah di Indonesia sebagian besar berupa lempunga
lanauan. Sedangkan kekurangannya adalah : tidak dapat
diperoleh sampel, untuk uji laboratorium maupun untuk klasifikasi
visual, dan tidak dapat menembus lapisan batuan. Untuk daerah-
daerah tertentu dimana lapisan tanah berupa pasir maka alat ini
kurang representatif dan tidak dapat menembus lensa
gravel/pasir yang cukup tebal dan padat, sehingga bila dibawah
lensa pasir terdapat tanah lunak maka sulit untuk terdeteksi. Pada
tanah pasir pengaruh tekanan air pori selama penetrasi pada
kecepatan penetrasi yang normal sangat kecil dan diabaikan,
sehingga hasil sondir dalam keadaan fully drained, sedangkan
pada tanah lempung plastis hasil uji sondir lebih kearah fully
undrained dan bila jenis tanah diantara kedua jenis diatas dapat

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 45 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

memberikan hasil untuk keadaan fully drained dan fully


undrained.
b. Mesin bor
Uji bor merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan
akurat untuk segala jenis tanah dan diperlukan untuk test-test
yang lain, sedangkan kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu
alat angkut yang memadahi), waktu pelaksanaan lama dan
kurang cocok untuk bangunan sederhana. Setiap pelaksanaan test
boring selalu diikuti dengan uji penetrasi baku (SPT), yang perlu
diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga N-
SPT yaitu :
 Jumlah energi yang mencapai sampler, ditentukan oleh : jenis
hammer,
 jenis dan panjang rod, variasi tinggi jatuh palu, jumlah lilitan
tali dan
 umur tali.
 Kondisi tegangan tanah dasar lubang bor bor, ditentukan oleh
 kelalaian menjaga tekanan hidrostatis, tinggi air diluar dan
didalam
 harus sama;metode pengeboran dan stabilisasi dinding, serta
diameter
 dinding.
 Faktor-faktor lain, seperti : pembersihan dasar lubang bor,
kelalaian menghitung jumlah tumbukan dan pemakaian
sampler yang sudah rusak

7. Evaluasi hasil pekerjaan pondasi


7.1 Maksud dan tujuan evaluasi kesesuaian
Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk melihat kesesuaian hasil
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan gambar kerja,

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 46 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

standar/prosedur, dan juga spesifikasi teknis. Hal ini dilakukan untuk


meminimalisir kerusakan pada konstruksi bangunan gedung.
Perbandingan hasil pengujian dan pengukuran di lapangan dengan
menggunakan analisis Daya Dukung Axial Tekan Pondasi dan Daya
Dukung Axial Tarik Pondasi.
7.2 Langkah-langkah evaluasi hasil pekerjaan pondasi
Cara evaluasi hasil material yang digunakan untuk pondasi adalah
dengan menghitung ketersediaan sesuai dengan spesifikasi teknis.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Pondasi
1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pondasi berdasarkan
dokumen kontrak

2. Mengkoordinasi kesiapan tenaga dan peralatan berdasarkan kebutuhan

3. Memeriksa material yang digunakan untuk pondasi berdasarkan spesifikasi


teknis

4. Melakukan koordinasi pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level


pondasi bangunan gedung berdasarkan gambar kerja
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pondasi sesuai dengan gambar kerja
6. Melakukan koordinasi pelaksanaan pengujian material dan daya dukung
pondasi (loading test)
7. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan pondasi berdasarkan gambar
rencana dan spesifikasi teknis

C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi


1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pondasi berdasarkan
dokumen kontrak secara cermat
2. Mengkoordinasi kesiapan tenaga dan peralatan berdasarkan kebutuhan
secara cermat dan teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 47 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

3. Memeriksa material yang digunakan untuk pondasi berdasarkan spesifikasi


teknis secara cermat
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level
pondasi bangunan gedung berdasarkan gambar kerja secara cermat dan
teliti
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pondasi sesuai dengan gambar kerja
secara cermat dan teliti
6. Melakukan koordinasi pelaksanaan pengujian material dan daya dukung
pondasi (loading test) secara cermat
7. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan pondasi berdasarkan gambar
rencana dan spesifikasi teknis secara cermat dan teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 48 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB IV
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PILE CAP

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Pile Cap
1. Persiapan gambar kerja
Gambar kerja atau shop drawing adalah gambar yang diajukan oleh
kontraktor yang disetujui Pengawas sebagai syarat pelaksanaan pekerjaan.
Gambar shop drawing ini dibuat oleh kontraktor berdasarkan acuan dari
gambar For Contruction sehingga tidak boleh berbeda jauh dalam hal
prinsip perencanaan. Biasanya gambar For Con kurang detail sehingga pada
gambar shop drawing didetailkan lagi. Pembuatan gambar shop drawing
dilakukan secara parsial tergantung dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Syarat pelaksanaan item pekerjaan adalah mengajukan shop drawing
kepada Pengawas atau Manajemen Kontruksi. Setelah di Acc dan diterima,
maka pelaksanaan pekerjaan bisa dimulai.
Tujuan menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pile cap adalah
untuk memastikan pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak. Selain itu
juga untuk mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan pile cap seperti
meminimalkan kesalahan pelaksanaan, maupun efisien dalam menyiapkan
peralatan; material; dan juga tenaga kerja yang dibutuhkan.
Gambar kerja bersifat detail mulai dari gambar, penjelasan gambar, kop
gambar, sampai keterangan dan notasi gambar. Gambar kerja juga menjadi
pedoman pelaksana atau pemborong dalam melaksanakan pekerjaan suatu
proyek. Oleh sebab itu, pembuatan gambar kerja harus lengkap dan jelas
sehingga bangunan yang akan dibangun tidak berbeda dengan apa yang
sudah direncanakan oleh arsitek atau perencana, gambar kerja juga harus
memudahkan mandor dan QC (Quality Control) dalam memahami gambar.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 49 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

2. Koordinasi persiapan tenaga kerja dan peralatan


2.1 Tujuan koordinasi kesiapan tenaga kerja
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi, memerlukan tenaga
kerja dan peralatan. Tenaga kerja merupakan subjek atau sebagai
aktor yang melakukan pekerjaan konstruksi. Sedangkan peralatan
merupakan pendukung bagi kelancaran pekerjaan konstruksi. Tenaga
kerja dan peralatan tersebut perlu disiapkan secara
terstruktur/terkoordinir agar pekerjaan dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Sehingga meminimalisir kesalahan maupun keterlambatan
dalam proses pekerjaan konstruksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam mengkoordinir kesiapan tenaga kerja dan peralatan antara lain :
 Jenis peralatan yang dibutuhkan
 Profesi/keahlian dari tenaga kerja yang disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan
 Jumlah tenaga kerja dan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan
 Spesifikasi tenaga kerja dan peralatan

2.2 Tenaga kerja dan peralatan yang disiapkan


Persiapan dalam pekerjaan pile cap diantaranya adalah menyiapkan
tenaga kerja dan peralatan yang akan digunakan. Pada pekerjaan pile
cap alat dan tenaga kerja disesuaikan dengan tahap pekerjaan:
a. Peralatan pembesian pile cap
 Alat Pembengkok Tulangan
Pembengkok tulangan digunakan untuk membentuk baja
tulangan seperti yang diinginkan, misalnya digunakan untuk
membuat sengkang looping maupun senkang kait, dan untuk
membengkokan tulangan utama yang digunakan untuk
sambungan
 Alat Pemotong Tulangan (Bar Cutter)

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 50 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Bar cutter digunakan untuk memotong besi tulangan sesuai


dengan panjang yang diinginkan.
 Catut
Alat ini berfungsi untuk memotong kawat bendrat yang digunakan
untuk merangkai tulangan
b. Peralatan pekerjaan beton pile cap
Pekerjaan beton pada proyek meliputi pekerjaan bekisting dan
pengecoran beton. Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan beton
antara lain sebagai berikut ini.
 Truck Mixer
Alat ini digunakan untuk mengangkut beton segar yang akan
digunakan pada pengecoran struktur. Beton segar ini diangkut
dari batching plant untuk kemudian dikirim menuju lokasi
pengecoran. Kapasitas truk mixer dalam mengangkut beton
lebih besar 3 kali lipat dibandingkan dengan alat mixer biasa,
yaitu sebesar 5 m3.
 Pencampur Beton ( Concrete Mixer )
Pencampur beton digunakan untuk mengaduk campuran beton
untuk pengecoran dengan volume kecil.
 Alat Penggetar (Vibrator)
Alat ini digunakan untuk memadatkan adukan beton pada saat
dimasukkan dalam cetakan / bekisting. Dengan demikian
diharapkan seluruh bagian yang dicor dapat terisi beton dengan
baik dan rapat, sehingga tidak terjadi celah - celah kosong yang
dapat menyebabkan beton keropos. Vibrator tidak boleh
dibiarkan terlalu lama pada satu tempat dalam adukan beton
karena hal ini dapat menyebabkan segregasi (pemisahan).
Vibrator biasanya dioperasikan dengan mesin bensin, udara dari
kompresor atau listrik dan mesin - mesin yang sesuai untuk
penggunaan di lapangan ada tiga jenis utama, yaitu disebut :

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 51 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

1. Mesin getar yang digunakan secara intern,


2. Mesin getar yang ditempelkan pada acuan ( bekisting ),
3. Mesin getar permukaan.
 Kompresor
Alat ini digunakan untuk proses pembersihan (cleaning) area
pile cap agar bersih dari lumpur
 Pompa dan Selang Air
Pompa air digunakan untuk membuang air hujan yang masuk
kedalam pile cap sebelum dilakukan pengecoran beton dan juga
untuk keperluan penyiraman pada beton yang masih dalam
masa perawatan.
3. Persiapan material yang digunakan untuk pile cap
3.1 Maksud dan tujuan menyiapkan kesesuaian material
pekerjaan pile cap
Pekerjaan pile cap terbagi atas pekerjaan galian tanah, urugan pasir,
lantai kerja, beton, bekisting dan pembesian. Untuk dapat melakukan
pekerjaan-pekerjaan tersebut diperlukan persiapan, terutama material
yang akan digunakan. Material yang umumnya dipakai dalam
pekerjaan pile cap antara lain:
 Baja tulangan
 Kawat bendrat
 Semen  adonan Beton
 Mud oil
Material-material ini harus disiapkan sebelum memulai pekerjaan pile
cap dengan tujuan untuk memudahkan proses pekerjaan pile cap.
Kesesuaian material juga perlu diperhatikan, karena tidak semua
pekerjaan pile cap memiliki spesifikasi material yang sama. Oleh sebab
itu, dalam mencapai tujuan pekerjaan pile cap secara efektif dan
efisien perlu dilakukan penyiapan kesesuaian material.
3.2 Prosedur menyiapkan kesesuaian material pekerjaan pile cap

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 52 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Untuk dapat menyiapkan kesesuaian material yang akan digunakan


dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:
a. Memahami gambar kerja
b. Memahami spesifikasi teknis terkait pekerjaan yang akan disiapkan
materialnya
c. Mengidentifikasi tahapan pekerjaan
d. Memperhitungkan alternatif tindakan jika terjadi hal-hal yang tidak
ada dalam rencana, contoh: kecelakaan kerja, kekurangan tenaga
kerja/material/peralatan, dan/atau keterlambatan pengiriman
material
e. Mendata material yang akan digunakan
Pekerjaan pile cap tidak terlepas dari perhitungan kebutuhan material.
Perhitungan kebutuhan material pile cap diantaranya adalah
perhitungan bekisting, lantai kerja, tulangan, sampai beton untuuk
proses pengecorannya.
a. Perhitungan Kebutuhan Bekisting Pile Cap
Bekisting yang digunakan adalah multipleks, dengan penggunaan
hanya sebagai tembereng. Sedangkan untuk bodeman digunakan
lantai kerja, sehingga dibedakan perhitungannya. Bekisting yang
digunakan sebagai tembereng pile cap yaitu multipleks 15 mm,
berukuran 1,220 m ×2,440 m. Kebutuhan bekisting untuk
tembereng pile cap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

b. Perhitungan Kebutuhan Lantai Kerja


Lantai kerja digunakan sebagai bodeman pile cap untuk meratakan
permukaan yang akan dicor. Lantai kerja merupakan mortar yang
dibuat langsung di lapangan. Mortar adalah campuran semen,
pasir dan air yang memiliki persentase yang berbeda.
Perbandingan semen, pasir dan air yang sesuai untuk mortar yang

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 53 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

memenuhi syarat adalah 1,000 : 2,750 : 0,500. Kebutuhan lantai


kerja untuk bodeman pile cap dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

c. Perhitungan Kebutuhan Beton Ready Mix


Kebutuhan beton ready mix untuk pengecoran pile cap dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

d. Perhitungan Kebutuhan Besi Tulangan


Diameter besi tulangan yang dipasang untuk pile cap adalah D19
untuk tulangan samping atau peminggang, D25 untk tulangan
atas, dan D32 untuk tulangan bawah. Kebutuhan besi tulangan
untuk pile cap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

3.3 Material pile cap


Material yang digunakan antara lain sebagai berikut ini.
a. Batako
b. Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan salah satu bahan beton bertulang yang
direncanakan dapat menahan tarik yang terjadi setelah beton
bertulang tersebut menerima beban kerja. Terdiri dari baja
tulangan polos dan baja tulangan ulir (deform).
c. Semen Portland (Portland Cement)
Semen portland merupakan bahan pengikat dalam pembuatan
campuran beton yang besifat hidrolis, artinya apabila semen
tersebut dicampur dengan air akan mengalami proses pengerasan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 54 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak


digunakan dalam pembanguan fisik. Ada beberapa macam tipe
semen dan setiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi
tertentu sesuai dengan sifat yang khusus.
d. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus memiliki persyaratan sebagai berikut :
 Agregat halus harus berupa pasir silika alam yang terdiri dari
partikel yang keras, bersih, kuat, tahan lama.
 Agregat halus tidak boleh mengandung air kurang dari 3%
atau lebih dari 6%.
 Agregat halus harus bergradasi dari halus sampai dengan
kasar dan harus berada dalam batas seperti berikut ini :
 Lolos saringan 9.5 mm : 100%
 Lolos saringan 4.76 mm : 95% - 100%
 Lolos saringan 2.68 mm : 80% - 100%
 Lolos saringan 1.18 mm : 50% - 85%
 Lolos saringan 0.6 mm : 25% - 60%
 Lolos saringan 0.3 mm : 10% - 30%
 Lolos saringan 0.15 mm : 2% - 10%
e. Agregat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar yang digunakan berupa batu-batuan yang diperoleh
dari pemecahan batu (split). Bahan ini terdiri dari butir-butir yang
keras dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang pipih
melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Selain itu, agregat
kasar ini tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % terhadap
berat keringnya, serta bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
f. Air
Persyaratan teknis air yang dipergunakan adalah air yang bersih
tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 55 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

organis, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. Apabila
terdapat keraguan mengenai kualitas air, harus dilakukan test
laboratorium untuk mendapatkan kepastian tentang kelayakan air.

4. Pelaksanaan pengujian material pile cap


4.1 Maksud dan tujuan pengujian material pile cap
Tujuan melaksanakan pengujian material pile cap berdasarkan standar
adalah untuk memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan pile cap diuji sebagai dasar
untuk membuat tahap selanjutnya yaitu membuat laporan hasil
pelaksanaan. Pengujian material pile cap dapat dilakukan dengan
banyak cara, salah satunya adalah uji pembebanan tiang. Uji
pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang
digunakan dalam Pemeriksaan terhadap sejumlah beban yang dapat
didukung oleh suatu struktur dalam hal ini adalah pondasi. Pile loading
test diperlukan untuk membuktikan akurasi perhitungan desain
kapasitas daya dukung tiang di lapangan. Dengan didukung instrument
monitoring system yang memadai maka pile loading test bisa berjalan
dengan baik. Ada 2 jenis metode loading test pile :
 Static load test : compression, tension dan lateral
 Dynamic load test : Pile Driving Analysis

4.2 Standar yang digunakan untuk pengujian


Standar yang digunakan dalam pengujian berbeda-beda. Salah satu
yang sering digunakan adalah American Society for Testing and
Material (ASTM). Untuk pekerjaan pile cap, standar ASTM yang
umumnya digunakan antara lain:
 Standard Test Method for Pile Fabric Abrasion  Active Standard
ASTM D4685 / D4685M

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 56 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial


Compressive Load  Active Standard ASTM D1143 / D1143M
Selain ASTM, standar lain yang dapat digunakan dalam pengujian pile
cap adalah Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2847-2002 tentang Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SNI ini
dapat digunakan untuk perhitungan kuat geser satu arah pile cap, kuat
geser dua arah pile cap, serta perhitungan dan pengujian lain terkait
dengan pekerjaan pile cap.

4.3 Prosedur pengujian material pile cap


Prosedur pengujian dilakukan dengan cara berbeda, tergantung uji apa
yang akan dilakukan. Selain itu juga ditentukan oleh standar apa yang
akan digunakan. Secara umum, tahapan pengujian material pile cap
adalah:
a. Membuat daftar simak pekerjaan pile cap
b. Menyesuaikan dengan spesifikasi teknis
c. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam pengujian
d. Melakukan identifikasi jenis uji dan standar yang akan digunakan
e. Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk pengujian
f. Melakukan pengujian

5. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan bekisting pile cap


5.1 Tujuan melakukan pengendalian pekerjaan bekisting
Bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan
fungsi utama untuk memberikan bentuk kepada sebuah konstruksi
beton. Disamping itu bekisting juga berfungsi untuk memperoleh
struktur permukaan yang diharapkan, serta memikul beban hingga
konstruksi tersebut cukup kuat untuk memikul berat sendiri, peralatan
dan tenaga kerja. Dalam melakukan pekerjaan bnekisting perlu adanya
pengendalian yang bertujuan untuk memastikan pekerjaan berjalan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 57 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang telah


ditentukan.
5.2 Isi gambar kerja yang terkait bekisting
Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun
dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari
pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang
diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan atau
menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami
keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya
dalam proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan
owner (pemilik).
Berdasarkan kriteria tersebut maka dalam pembuatan gambar kerja
dapat mengakomodir kriteria-kriteria tersebut. isi dari gambar kerja
pekerjaan bekisting diantaranya adalah:
 Ukuran dan dimensi
 Skala
 Panel bekisting
 Material-material yang dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting
 Detail-detail bagian dari bekisting

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 58 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Contoh gambar kerja bekisting knock down pada pile cap

5.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan bekisting pile cap


Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
bekisting untuk pile cap adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting
yang akan dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan
ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang menahannya.
b. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing,
dimana digunakan kayu multipleks.
c. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi
kesulitan-kesulitan pada waktu pembongkaran bekisting.
d. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi
tanda kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci
dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan
pada waktu. pengecoran dilaksanakan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 59 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Gambar bekisting pile cap

6. Pengendalian pelaksanaan penulangan pile cap


6.1 Tujuan pengendalian pelaksanaan penulangan pile cap
Penulangan berfungsi sebagai penahan gaya tarik dan gaya tekan dari
proses pekerjaan konstruksi. Tujuan dari pengendalian penulangan
adalah memastikan bahwa pekerjaan penulangan telah sesuai dengan
gambar kerja dan spesifikasi teknis. Selain itu juga untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan atau kegagalan dalam proses pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan penulangan antara lain:
a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan
sebelum baja tulangan dipasang
b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan
lentur maupun tulangan geser diatur sesuai gambar
c. Sengkang dipasang secara manual, penyambungan dapat
menggunakan kawat bendrat
d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang panjang
penyaluran sambungan lewatan dan panjang penjangkaran
e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking
sebagai acuan selimut beton yang akan dicor

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 60 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6.2 Isi gambar kerja terkait penulangan pile cap


Pemasangan besi tulangan yang langsung dirangkai di atas lantai kerja
sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah direncanakan. Diameter
besi tulangan yang dipasang untuk pile cap adalah D19, D25, dan D32.
Pekerjaan pembesian ini juga meliputi tulangan utama atas dan
bawah, tulangan samping, tulangan stek pondasi, pemasangan kaki
ayam, pemasangan beton decking, dan pemasangan stek pile cap
sebagai penghubung menuju kolom.

Gambar Detail Penulangan Pile Cap Dan Hubungan Tiang Pancang Yang Masuk Ke Dalam
Pile Cap

6.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan penulangan pile cap


Langkah-langkah dalam pekerjaan penulangan pile cap adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan
besi D 22 mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk
semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi
pile cap sesuai dengan gambar rencana.
b. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai
dengan daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan
gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar
tulangan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 61 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

c. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang
pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.
d. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang
pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan
kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat
dan kokoh.

Gambar pekerjaan penulangan pile cap

7. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap


7.1 Tujuan pengendalian pelaksanaan pengecoran pile cap
Pengecoran berfungsi suntuk merekatkan struktur yang telah dipasang
sebelumnya seperti tulangan. Tujuan pengendalian pelaksanaan
pengecran adalah untuk memastikan kesesuaian pekerjaan di lapangan
dengan gambar kerja dam spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
Dalam pekerjaan pengecoran pile cap haruslah memperhatikan:
a. Sebelum pengecoran, sebaiknya bekisting pile cap yang biasanya
dari batako atau precast disiram air sampai jenuh (bila kondisinya
kering) untuk mengurangi resapan air semen ke dalam batako atau
precast.
b. Penuangan beton dilakukan berurutan/tidak acak/berpindah-pindah
untuk menghindari cold joint.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 62 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

c. Untuk menjaga kerataan lantai, walaupun sudah memakai relaad,


setelah beton dijidar sebaiknya juga dilakukan pemantauan
kerataan dengan memeriksa titik-titik tertentu/titik-titik pantau
setiap 1 m x 1 m luas pengecoran dengan menggunakan water
pass.

7.2 Isi gambar kerja terkait pengecoran pile cap


Pekerjaan pengecoran terkadang memerlukan uji tersendiri, biasanya
berupa slump test. Namun dalam gambar kerja pada umumny slump
test tersebut tidak tergambarkan. Secara umum, isi dari gambar kerja
pengecoran antara lain:
 Ukuran dan dimensi
 Titik pekerjaan pile cap (bekisting, penulangan, pengecoran)
 Batas pengecoran

7.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap


Langkah-langkah dalam melaksanakan pekerjaan pengecoran pile cap
adalah:
a. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan pompa air.
b. Membuat tanda/marking pada bekisting yang menunjukan batas
berhentinya pengecoran
c. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan
metode pelaksanaan.
d. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap
maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan
dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
e. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan
pengecoran.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 63 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

f. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan


permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual/
plester.

Gambar Pengecoran Pile Cap

8. Evaluasi hasil pekerjaan pile cap


8.1 Tujuan evaluasi hasil pekerjaan pile cap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum
didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi
kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak
menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan
pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga
berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada.
Fungsi dari pelaksanaan pile cap adalah untuk menerima beban dari
kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang. Tujuan
dari pelaksanaan pile cap adalah agar lokasi kolom benar-benar berada
di titik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang
dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Tujuan
evaluasihasil pekerjaan pile capsesuai dengan gambar rencana dan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 64 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

spesifikasi teknis adalah untuk memastikan hasil pekerjaan sesuai


dengan spesifikasi. Hasil pekerjaan pile cap dievaluasi sebagai dasar
untuk membuat tahap selanjutnya yaitu membuat laporan hasil
pelaksanaan.

8.2 Isi evaluasi hasil pekerjaan pile cap


Pekerjaan pile cap terbagi atas pekerjaan galian tanah, urugan pasir,
lantai kerja, beton, bekisting dan pembesian. Sedangkan material yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pile cap secara umum diantaranya adalah
kayu multipleks, baja tulangan, kawat bendrat, adonan beton, dan
mud oil. Isi evaluasi hasil pekerjaan pile cap meliputi pengecekan
terhadap: Tebal, lebar, panjang pile cap, panjang penyaluran, diameter
tulangan, panjang total per batang, jumlah batang tulangan.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Pile Cap
1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pile cap berdasarkan
dokumen kontrak
2. Mengkoordinasi kesiapan tenaga dan peralatan berdasarkan kebutuhan
3. Menyiapkan material yang digunakan untuk pile cap berdasarkan kesesuaian
dengan spesifikasi teknis
4. Melaksanakan pengujian material pile cap berdasarkan standar
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting pile cap
6. Mengendalikan pelaksanaan penulangan pile cap berdasarkan gambar kerja
7. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap sesuai dengan
gambar kerja
8. Mengevaluasi hasil pekerjaan pile cap sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi teknis

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 65 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap


1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan pile cap berdasarkan
dokumen kontrak secara teliti
2. Mengkoordinasi kesiapan tenaga dan peralatan berdasarkan kebutuhan
secara cermat
3. Menyiapkan material yang digunakan untuk pile cap berdasarkan kesesuaian
dengan spesifikasi teknis secara cermat dan teliti
4. Melaksanakan pengujian material pile cap berdasarkan standar secara
cermat
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting pile cap secara cermat dan
teliti
6. Mengendalikan pelaksanaan penulangan pile cap berdasarkan gambar kerja
secara cermat dan teliti
7. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pengecoran pile cap sesuai dengan
gambar kerja secara cermat dan teliti
8. Mengevaluasi hasil pekerjaan pile cap sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi teknis secara teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 66 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB V
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LANTAI BASEMENT

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Lantai Basement
1. Persiapan gambar kerja
1.1 Tujuan menyiapkan gambar kerja pekerjaan lantai
basement
Tujuan menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan lantai
basement berdasarkan dokumen kontrak adalah untuk memastikan
ketepatan dan kesesuaian gambar pelaksanaan lantai basement
dengan dokumen kontrak.
1.2 Isi dari gambar kerja
Gambar kerja atau shop drawing adalah gambar yang diajukan oleh
kontraktor yang disetujui Pengawas sebagai syarat pelaksanaan
pekerjaan. Gambar shop drawing ini dibuat oleh kontraktor
berdasarkan acuan dari gambar For Contruction sehingga tidak
boleh berbeda jauh dalam hal prinsip perencanaan. Biasanya
gambar For Con kurang detail sehingga pada gambar shop drawing
didetailkan lagi. Pembuatan gambar shop drawing dilakukan secara
parsial tergantung dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Syarat
pelaksanaan item pekerjaan adalah mengajukan shop drawing
kepada Pengawas atau Manajemen Kontruksi. Setelah di Acc dan
diterima, maka pelaksanaan pekerjaan bisa dimulai.
Gambar kerja bersifat detail mulai dari gambar, penjelasan gambar,
kop gambar, sampai keterangan dan notasi gambar. Gambar kerja
juga menjadi pedoman pelaksana atau pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan suatu proyek. Oleh sebab itu, pembuatan
gambar kerja harus lengkap dan jelas sehingga bangunan yang akan
dibangun tidak berbeda dengan apa yang sudah direncanakan oleh

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 67 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

arsitek atau perencana, gambar kerja juga harus memudahkan


mandor dan QC (Quality Control) dalam memahami gambar.
2. Koordinasi kesiapan peralatan dan personel
2.1 Tujuan koordinasi kesiapan peralatan dan personel
Tujuan koordinasi kesiapan peralatan dan personil berdasarkan
kebutuhan adalah untuk mengetahui ketersediaan jenis dan jumlah
sesuai dengan kebutuhan.
2.2 Peralatan dan personel yang disiapkan
Cara menyiapkan peralatan dan personel adalah dengan
menyiapkan daftar peralatan dan personel dan membandingkan
jumlah dan jenis peralatan dan personel sesuai dengan kebutuhan.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan lantai basement
adalah
 Meteran
 Waterpass
 Theodolite
 Pompa dewatering
 Lampu penerangan
 Vibrator
 Concrete pump

3. Persiapan material yang digunakan untuk lantai basement


3.1 Maksud dan tujuan menyiapkan kesesuaian material
Tujuan menyiapkan kesesuaian material yang digunakan untuk
lantai basement berdasarkan spesifikasi teknis adalah untuk
mengetahui kualitas dan jumlah material sesuai dengan spesifikasi
teknis.
3.2 Prosedur menyiapkan kesesuaian material
Cara menyiapkan material yang digunakan untuk lantai basement
adalah:

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 68 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

- Menyiapkan daftar material yang digunakan


- Membandingkan material dengan spesifikasi teknis
3.3 Material lantai basement
Material yang diperlukan dalam pekerjaan lantai basement
diantaranya baja tulangan, beton, dan kawat bendrat. Peralatan dan
material ini harus diidentifikasi dan disiapkan sesuai dengan
kebutuhan dan spesifikasi teknis pada pelaksanaan pekerjaan lantai
basement.

4. Pelaksanaan pengujian material basement


4.1 Maksud dan tujuan pengujian material lantai basement
Tujuan menyiapkan kesesuaian material yang digunakan untuk
lantai basement berdasarkan spesifikasi teknis adalah untuk
mengetahui kualitas dan jumlah material sesuai dengan spesifikasi
teknis.
4.2 Standar untuk pengujian material lantai basement
Standar yang digunakan dalam pengujian berbeda-beda. Salah satu
yang sering digunakan adalah American Society for Testing and
Material (ASTM). Selain ASTM, standar lain yang dapat digunakan
dalam pengujian pile cap adalah Standar Nasional Indonesia/SNI 03-
2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
4.3 Prosedur pengujian material lantai basement
Prosedur pengujian material lantai basement meliputi:
a. Mengidentifikasi tujuan pengujian kualitas material yang
digunakan
b. Menyiapkan form pengujian kualitas material
c. Mengidentifikasi prosedur mengendalikan pengujian kesesuaian
kualitas material

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 69 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

d. Menyiapkan material yang akan digunakan dalam pengujian


kualitas
e. Melaksanakan prosedur untuk mengendalikan pengujian
kesesuaian kualitas material yang digunakan untuk lantai
basement berdasarkan spesifikasi teknis

5. Pengendalian pekerjaan bekisting lantai basement


5.1 Tujuan melakukan pengendalian pekerjaan bekisting
Tujuan melakukan pengendalian pelaksanaan pekerjaan bekisting
lantai basement berdasarkan gambar kerja adalah untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan gambar
kerja.
5.2 Prosedur pelaksanaan pekerjaan bekisting
Prosedur dalam melaksanakan pekerjaan bekisting lantai basement
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk pekerjaan bekisting lantai
basement
b. Melakukan penyusunan scaffolding
c. Melakukan pemasangan tie rod
d. Melakukan pemasangan doble canal
e. Memasang pasak kayu dan papan dasar
f. Melakukan pengecekan kelurusannya

6. Pengendalian pelaksanaan penulangan lantai basement


6.1 Tujuan pengendalian pekerjaan penulangan
Tujuan pengendalian pelaksanaan penulangan lantai basement
berdasarkan gambar kerja adalah untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan pekerjaan dengan gambar kerja.
6.2 Prosedur pekerjaan penulangan lantai basement

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 70 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Langkah dalam pelaksanaan pekerjaan penulangan lantai basement


adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk penulangan
b. Melakukan pemotongan baja tulangan untuk sengkang atau
ring kolom berdasarkan dimensi yang telah ditentukan sesuai
dengan gambar kerja
c. Melakukan pengangkutan baja tulangan ke area kerja
d. Melakukan perakitan ulangan utama dan sengkang
e. Melakukan pengaturan jarak sengkang sesai dengan gambar
kerja
f. Memasang panel dinding
g. Melakukan penguncian atas dan bawah

7. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran lantai


basement
7.1 Tujuan pengendalian pekerjaan pengecoran
Tujuan pengendalian pelaksanaan pengecoran lantai basement
berdasarkan gambar kerja adalah untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan pekerjaan dengan gambar kerja.
7.2 Prosedur pekerjaan pengecoran lantai basement
Tahapan pengecoran lantai basement meliputi:
a. Memastikan semua tulangan dan bekisting telah dicek
b. Melakukan pengujian test slump
c. Memasukkan beton segar ke dalam bucket
d. Melakukan penuangan beton segar ke dalam area kerja
e. Memadatkan beton yang telah dituang menggunakan mesin
vibrator

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 71 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

8. Evaluasi hasil pekerjaan lantai basement


8.1 Maksud dan tujuan evaluasi kesesuaian hasil pekerjaan
lantai basement
Tujuan evaluasi kesesuaian hasil pekerjaan lantai basement
berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisadalah untuk
memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi. Hasil
pekerjaan lantai basement dievaluasi sebagai dasar untuk membuat
tahap selanjutnya yaitu membuat laporan hasil pengawasan
8.2 Langkah-langkah evaluasi hasil pekerjaan lantai basement
Langkah dalam evaluasi hasil pekerjaan adalah:
a. Mengumpulkan daftar catatan selama pelaksanaan pekerjaan
b. Mengidentifikasi langkah-langkah mengevaluasi hasil pekerjaan
lantai basement
c. Mengevaluasi hasil pekerjaan lantai basement
d. Membandingkan kesesuaian hasil pekerjaan lantai
basementberdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis
e. Merumuskan rekomendasi atas evaluasi hasil pekerjaan lantai
basement berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Lantai Basement
1. Membuat uraian gambar kerja pelaksanaan pekerjaan lantai basement
berdasarkan dokumen kontrak

2. Mengkoordinasi kesiapan peralatan dan personil berdasarkan kebutuhan

3. Menyiapkan material yang digunakan untuk lantai basement sesuai dengan


spesifikasi teknis
4. Melakukan pengujian material basement berdasarkan standar
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting lantai basement

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 72 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6. Mengendalikan pelaksanaan penulangan lantai basement berdasarkan


gambar kerja
7. Mengendalikan pelaksanaan pengecoran lantai basement berdasarkan
gambar kerja
8. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan lantai basement berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknis

C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Lantai


Basement
1. Membuat uraian gambar kerja pelaksanaan pekerjaan lantai basement
berdasarkan dokumen kontrak secara teliti
2. Mengkoordinasi kesiapan peralatan dan personil berdasarkan kebutuhan
secara cermat
3. Menyiapkan material yang digunakan untuk lantai basement sesuai dengan
spesifikasi teknis secara cermat dan teliti
4. Melakukan pengujian material basement berdasarkan standar secara
cermat dan teliti
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting lantai basement secara
cermat dan teliti
6. Mengendalikan pelaksanaan penulangan lantai basement berdasarkan
gambar kerja secara cermat dan teliti
7. Mengendalikan pelaksanaan pengecoran lantai basement berdasarkan
gambar kerja secara cermat dan teliti
8. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan lantai basement berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknis secara teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 73 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB VI
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING BASEMENT

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Dinding Basement
1. Persiapan gambar kerja
1.1 Tujuan menyiapkan gambar kerja
Dinding basement terletak di bawah tanah yang berfungsi
menanggung beban tanah. Pembuatan dinding basement ini pada
dasarnya adalah juga merupakan diniding penahan tanah, yang
sekaligus dapat berfungsi untuk dewatering dan penahan gaya
horizontal untuk pelat lantai basement.
Konstruksi dinding penahan merupakan salah satu jenis konstruksi
sipil yang berfungsi untuk menahan gaya tekanan aktif lateral suatu
tanah maupun air. Oleh karena itu suatu konstruksi dinding penahan
haruslah direncanakan dan dirancang agar aman terhadap gaya-gaya
yang berpotensi menyebabkan kegagalan struktur. Pada prinsipnya
dinding penahan menerima gaya-gaya berupa momen guling, gaya
berat sendiri, gaya lateral tanah/air aktif -pasif, gaya gelincir/sliding
dan gaya angkat (uplift). Dengan demikian kestabilan suatu
konstruksi dinding penahan harus dirancang agar dapat menahan
gaya-gaya tersebut.
Pembuatan dinding basement ini pada dasarnya adalah juga
merupakan dinding penahan tanah, yang sekaligus dapat berfungsi
untuk dewatering dan penahan gaya horizontal untuk pelat lantai
basement. Pembuatan dinding basement dengan bored-pile dari
beton yang diselingi dengan bored-pile dari bentonite, yang disebut
contiguous-pile atau ada yang menyebut soldier-pile, atau dapat juga
dengan cara seperti pelaksanaan diaphragm-wall. Tujuan
menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan dinding basement

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 74 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

berdasarkan dokumen kontrak adalah untuk memastikan ketepatan


dan kesesuaian gambar pelaksanaan dinding basement dengan
dokumen kontrak.
1.2 Isi dari gambar kerja
Gambar kerja atau shop drawing adalah gambar yang diajukan oleh
kontraktor yang disetujui Pengawas sebagai syarat pelaksanaan
pekerjaan. Gambar shop drawing ini dibuat oleh kontraktor
berdasarkan acuan dari gambar For Contruction sehingga tidak boleh
berbeda jauh dalam hal prinsip perencanaan. Biasanya gambar For
Con kurang detail sehingga pada gambar shop drawing didetailkan
lagi. Pembuatan gambar shop drawing dilakukan secara parsial
tergantung dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Syarat
pelaksanaan item pekerjaan adalah mengajukan shop drawing
kepada Pengawas atau Manajemen Kontruksi. Setelah di Acc dan
diterima, maka pelaksanaan pekerjaan bisa dimulai.
Gambar kerja bersifat detail mulai dari gambar, penjelasan gambar,
kop gambar, sampai keterangan dan notasi gambar. Gambar kerja
juga menjadi pedoman pelaksana atau pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan suatu proyek. Oleh sebab itu, pembuatan
gambar kerja harus lengkap dan jelas sehingga bangunan yang akan
dibangun tidak berbeda dengan apa yang sudah direncanakan oleh
arsitek atau perencana, gambar kerja juga harus memudahkan
mandor dan QC (Quality Control) dalam memahami gambar.
Adapun beberapa jenis retaining wall yang dikenal antara lain:
gravity retaining wall, semigravity retaining wall, cantilever retaining
wall, dan contenfort retaining wall.
a. Gravity retaining wall
Yaitu jenis retaining wall yeng dibuat dengan sederhana seperti
dari pasangan batu dan dipengaruhi oleh berat itu sendiri. Dan
volume tanah yang menahan dinding sendiri.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 75 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Untuk mendapatkan total tekanan tanah yang bekerja,


perhitungan dilaksanakan dengan grafis, apabila digunakan
cara Coulomb.
 Pada umumnya dihitung dengan cara Rankine, apabila tinggi
dinding penahan tanah H > 6,00 M.
b. Semigravity retaining wall
Yaitu retaining wall yang dibuat denagn perkuatan tulangan,
penggunaan tulangan ini membantu mereduksi ukuran dinding.
c. Cantilever retaining wall
Yaitu retaining wall yang diperkuat dengan tulangan baja batang
tipis dan disertai tulangan yang kuat. Perhitungan mencari
tekanan tanah dilakukan dengan cara Rankine.
d. Contenfort retaining wall
Yaitu retaining wall yang mirip dengan cantilever retaining wall
hanya saja pada suatu interval tertentu dipasang pengikat antar
diding dan landasan dasar berupa potongantipis beton yang
dipasang vertical (counterfort) untuk mengurangi geser dan
momen lentur. Perhitungan mencari tekanan tanah dilakukan
dengan cara Rankine.

Gambar tipe dinding basement

2. Koordinasi kesiapan peralatan dan personel


Pertimbangan dan pemilihan jenis dinding didorong oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor ini termasuk: biaya, elevasi tempat, kemudahan dan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 76 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

kecepatan konstruksi, serta kondisi air tanah dan karakteristik tanah.


Faktor-faktor lain dapat mencakup tenaga kerja terampil dan ketersediaan
bahan, bangunan, aksesibilitas situs, estetika, bangunan lokal praktek, dan
lain-lain. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembuatan
dinding basement adalah dengan bored-pile beton dan bentonite, dengan
cara selang-seling. Bored-pile diisi dengan bentonite, sebelum bentonite nya
terlalu keras, di antaranya harus segera dibor untuk diselingi dengan bored-
pile yang diisi dengan beton.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan dinding basement adalah:
 Meteran
 Waterpass
 Theodolite
 Pompa dewatering
 Lampu penerangan
 Vibrator
 Concrete pump

3. Persiapan material yang digunakan untuk dinding basement


3.1 Maksud dan tujuan menyiapkan kesesuaian material dinding
basement
Dalam pekerjaan dinding basement/retaining wall/dinding penahan
tanah terdapat dua teori yang biasa digunakan dalam
perhitungannya yaitu teori Coulomb dan Teori Rankine
a. Teori Coulomb
Teori Coulomb berasumsi bahwa:
 Friksi dan adhesi antara tanah dan dinding dapat
diperhitungkan
 Tekanan lateral tidak terbatas hanya untuk dinding vertikal
 Kelongsoran (pada urugan) terjadi sepanjang kelongsoran
yang diasumsikan berbentuk planar

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 77 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Tekanan lateral bervariasi linier terhadap kedalaman dan


resultan tekanan yang berada pada sepertiga tinggi
dinding, diukur dari dasar dinding
b. Teori Rankine
Teori Rankine berasumsi bahwa:
 Tidak ada adhesi atau friksi antara dinding dengan tanah
(friksi sangat kecil sehingga diabaikan).
 Tekanan lateral terbatas hanya untuk dinding vertikal 90°.
 Kelongsoran (pada urugan) terjadi sebagai akibat dari
pergeseran tanah yang ditentukan oleh sudut geser tanah
(ϕ´).
 Tekanan lateral bervariasi linier terhadap kedalaman dan
resultan tekanan yang berada pada sepertiga tinggi
dinding, diukur dari dasar dinding.
 Resultan gaya bersifat pararel terhadap permukaan
urugan.
Tujuan menyiapkan kesesuaian material yang digunakan untuk
dinding basement berdasarkan spesifikasi teknis adalah untuk
mengetahui kualitas dan jumlah material sesuai dengan spesifikasi
teknis. Dalam merencanakan konstruksi Retaining Wall hal yang perlu
diketahui adalah gaya-gaya horizontal, yaitu tekanan tanah lateral
yang bekerja antara konstruksi dan massa tanah yang digunakan.
Kestabilan Retaining Wall diperoleh terutama dari berat sendiiri
struktur dan berat tanah. Besar dan distribusi tekanan tanah pada
Retaining Wall sangat bergantung pada arah lateral tanah relatif
terhadap dinding. Apabila lapisan tanah tersebut keras, maka daya
dukung tanah tersebut cukup kuat untuk menahan beban yang ada,
tetapi bila kondisi tanah lunak, maka perlu penanganan khusus agar
mempunyai daya dukung yang baik. Hal ini memerlukan studi yang
lebih terperinci terhadap sifat dan kondisi tanah dasar.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 78 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

3.2 Prosedur menyiapkan kesesuaian material


Prosedur menyiapkan kesesuaian material meliputi:
1) Mengidentifikasi spesifikasi teknis dalam pekerjaan dinding
basement
2) Mengidentifikasi material sesuai spesifikasi teknis dalam dokumen
kontrak
3) Menyiapkan material untuk pekerjaan dinding basement
4) Mengendalikan persiapan kesesuaian material yang digunakan
untuk pekerjaan dinding basement berdasarkan spesifikasi teknis
3.3 Material dinding basement
Material yang biasa digunakan pada pekerjaan dinding basement
antara lain:
• Baja tulangan
• Beton readymix
• Kawat bendrat
• Air

4. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan bekisting dinding basement


4.1 Tujuan pengendalian pekerjaan bekisting dinding basement
Fungsi dari pekerjaan bekisting adalah untuk cetakan sementara
yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan
dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
4.2 Isi gambar kerja terkait pekerjaan bekisting dinding
basement
Gambar kerja harus dilengkapi dengan keterangan nama proyek,
nama klien, nama arsitek, dan keterangan gambar lainnya. Pada
umumnya gambar kerja berisi gambar detail yang memuat ukuran,
dimensi, bagian-bagian yang perlu pendetailan, potongan gambar
tampak atas/kanan/kiri, serta keterangan yang dibutuhkan terkait
pekerjaan yang dilakukan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 79 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

4.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan bekisting dinding basement


Pelaksanaan bekisting dinding basement meliputi:
a. Bekisting difabrikasi sesuai kebutuhan
b. Memasang bekisting pada support yang disebut push-pull
c. Menyambungkan bekisting yang sudah berdiri tegak dan di-
support dengan benar
d. Melakukan pengecekan kemiringan bekisting

5. Pengendalian pelaksanaan penulangan dinding basement


5.1 Tujuan pengendalian pekerjaan penulangan dinding
basement
Tujuan pengendalian pelaksanaan pekerjaan penulangan dinding
basement adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
pekerjaan dengan gambar kerja.
5.2 Isi gambar kerja terkait penulangan
Gambar kerja harus dilengkapi dengan keterangan nama proyek,
nama klien, nama arsitek, dan keterangan gambar lainnya. Pada
umumnya gambar kerja berisi gambar detail yang memuat ukuran,
dimensi, bagian-bagian yang perlu pendetailan, potongan gambar
tampak atas/kanan/kiri, serta keterangan yang dibutuhkan terkait
pekerjaan yang dilakukan.
5.3 Prosedur pelaksanaan penulangan dinding basement
Prosedur penulangan/pembesian dinding basement adalah sebagai
berikut:
a. Dimulai dengan merapikan permukaan sepatu dinding yang tidak
ratadi area pengecoran dinding yang terbentuk oleh pengecoran
pelat lantai sebelumnya maupun oleh karena dinding CBP yang
tidak rata.
b. Menyambungkan tulangan stek yang sudah ada dengan tulangan
dinding yang akan dipasang

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 80 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

c. Penyelesaian tulangan besi vertikal, yang dilanjutkan dengan


pemasangan tulangan besi arah horizontal
d. Beton decking dikaitkan disepanjang tulangan yang telah
terpasang
e. Pemasangan stopcor dalam kegiatan pengecoran dinding
f. Melakukan kegiatan checklist untuk memenuhi laporan
pelaksanaan pekerjaan pembesian

6. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pengecoran dinding


basement
6.1 Tujuan pengendalian pekerjaan pengecoran dinding
basement
Tujuan pengendalian pekerjaan pengecoran adalah untuk
memastikan pekerjaan berjalan sesuai dengan gambar kerja dan
spesifikasi teknis. Selain itu juga untuk meminimalisir kesalahan
seperti kebocoran pada saat pengecoran. Hal ini disebabkan lingkup
pekerjaan dinding basement yang terdiri dari beberapa lingkup,
yaitu:
- Pekerjaan persiapan mutu beton
- Pekerjaan test beton
- Pekerjaan pengecoran
- Pekerjaan perawatan beton (curing beton)
6.2 Isi Rencana Kerja dan Syarat gambar kerja terkait
pengecoran
Gambar kerja harus dilengkapi dengan keterangan nama proyek,
nama klien, nama arsitek, dan keterangan gambar lainnya. Pada
umumnya gambar kerja berisi gambar detail yang memuat ukuran,
dimensi, bagian-bagian yang perlu pendetailan, potongan gambar
tampak atas/kanan/kiri, serta keterangan yang dibutuhkan terkait
pekerjaan yang dilakukan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 81 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

6.3 Prosedur pelaksanaan pekerjaan pengecoran lantai


basement
Langkah dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran dinding basement
adalah:
a. Membersihkan area pengecoran dengan menggunakan air
compressor
b. Mempersiapkan alat dan material
c. Melakukan uji slump test pada beton ready mix
d. Melaksanakan pengecoran
e. Beton yang sudah dituangkan di area pengecoran kemudian
digetarkan dengan alat vibrator
f. Setelah beton mengeras, bekisting dinding beton dibongkar

7. Evaluasi hasil pekerjaan dinding basement


7.1 Maksud dan tujuan evaluasi kesesuaian hasil pekerjaan
lantai basement
Tujuan evaluasi kesesuaian hasil pekerjaan lantai basement
berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisadalah untuk
memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi. Hasil
pekerjaan lantai basement dievaluasi sebagai dasar untuk membuat
tahap selanjutnya yaitu membuat laporan hasil pengawasan
7.2 Langkah-langkah mengevaluasi hasil pekerjaan lantai
basement
Dalam melakukan evaluasi hasil pekerjaan lantai basement dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan daftar catatan selama pelaksanaan pekerjaan
b. Mengidentifikasi langkah-langkah mengevaluasi hasil pekerjaan
lantai basement
c. Mengevaluasi hasil pekerjaan lantai basement

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 82 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

d. Membandingkan kesesuaian hasil pekerjaan lantai


basementberdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis
e. Merumuskan rekomendasi atas evaluasi hasil pekerjaan lantai
basement berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan


Pekerjaan Dinding Basement
1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan dinding basement
berdasarkan dokumen kontrak
2. Mengkoordinasi kesiapan peralatan dan personil berdasarkan kebutuhan
3. Menyiapkan material yang digunakan untuk dinding basement berdasarkan
spesifikasi teknis
4. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting dinding basement
5. Mengendalikan pelaksanaan penulangan dinding basement berdasarkan
gambar kerja
6. Mengendalikan pelaksanaan pengecoran dinding basement berdasarkan
gambar kerja berdasarkan rencana kerja dan syarat-syarat (rks)dan gambar
kerja
7. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan dinding basement berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknis

C. Sikap Kerja dalam Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Dindaing


Basement
1. Menyiapkan gambar kerja pelaksanaan pekerjaan dinding basement
berdasarkan dokumen kontrak secara teliti
2. Mengkoordinasi kesiapan peralatan dan personil berdasarkan kebutuhan
secara cermat
3. Menyiapkan material yang digunakan untuk dinding basement berdasarkan
spesifikasi teknis secara teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 83 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

4. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bekisting dinding basement secara


teliti dan cermat
5. Mengendalikan pelaksanaan penulangan dinding basement berdasarkan
gambar kerja secara teliti dan cermat
6. Mengendalikan pelaksanaan pengecoran dinding basement berdasarkan
secara teliti dan cermat gambar kerja berdasarkan rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) dan gambar kerja secara teliti dan cermat
7. Mengevaluasi kesesuaian hasil pekerjaan dinding basement berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknis secara cermat

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 84 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

BAB VII
MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan


Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
1. Persiapan data untuk membuat laporan
1.1 Tujuan menyiapkan data untuk membuat laporan
Laporan pelaksanaan pekerjaan proyek adalah laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan, untuk laporan penyerahan pekerjaan
selesai menjadi tugasnya Manajer Lapangan, dalam hal pelaporan
pekerjaan selesai seorang Pelaksana Lapangan mempunyai tugas
untuk menyiapkan materi laporannya. Tujuan menyiapkan data untuk
membuat dokumen rekaman pelaksanaan dalah untuk mempermudah
dalam pelaksanaan pekerjaan. Selain itu data yang disiapkan harus
sesuai dengan laporan pekerjaan. Cara mengindentifikasi kesesuaian
data /bahan laporan
 Data/bahan laporan harian
 Data/bahan laporan mingguan
 Data/bahan laporan bulanan
 Data/bahan laporan penyerahaan pekerjaan selesai

1.2 Data-data untuk membuat laporan


Data yang perlu disiapkan adalah data hasil pelaksanaan yang telah
dilakukan sebelumnya. Data yang disiapkan sebelumnya dikumpulkan
untuk kemudian dipilah agar sesuai dan tepat dengan pekerjaan yang
dilakukan. Cara menyiapkan data untuk membuat dokumen rekaman
pelaksanaan adalah:
 Mengumpulkan data-data sesuai kebutuhan
 Mengelompokkan data-data sesuai kebutuhan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 85 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Bahan yang perlu dikumpulkan untuk pembuatan laporan terdiri atas:


a. Bahan Pembuatan Laporan Harian
 Gambar kerja;
 Metode kerja;
 Jenis dan Jumlah tenaga kerja;
 Jenis dan Jumlah material;
 Data volume pekerjaan terpasang;
 Kondisi cuaca.
b. Bahan Pembuatan Laporan Mingguan
 Gambar kerja;
 Metode kerja;
 Data hasil pemeriksaan;
 Data laporan harian;
 Data progress pekerjaan;
 Time schedule
c. Bahan Pembuatan Laporan Bulanan
 Gambar Kerja;
 Program Kerja/ Rencana Kerja;
 Metode Kerja;
 Data laporan harian dan mingguan;
 Data hasil pemeriksaan pekerjaan selesai;

2. Pelaporan kualitas material yang digunakan pada struktur bawah


bangunan gedung
2.1 Tujuan melaporkan kualitas material
Tujuan melaporkan kualitas material yang digunakan pada struktur
bawah bangunan gedung berdasarkan pelaksanaan di lapangan.
adalah untuk mengetahui kendala yang dihadapi dan untuk
mengantisipasi perbaikan yang dapat dilakukan.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 86 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

2.2 Rincian kualitas material yang digunakan pada struktur bawah


bangunan gedung
Secara umum material untuk struktur bawah bangunan gedung adalah
berupa kayu, beton, dan baja. Sedangkan kualitas material yang harus
terpenuhi adalah material yang sesuai dengan standar berlaku. Seperti
beton pada pile cap maka materialnya memiliki kesesuaian dengan
ASTM dan/maupun SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Untuk pekerjaan pile cap,
standar ASTM yang umumnya digunakan antara lain:
 Standard Test Method for Pile Fabric Abrasion  Active Standard
ASTM D4685 / D4685M
 Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial
Compressive Load  Active Standard ASTM D1143 / D1143M

3. Dokumentasi proses pelaksanaan pekerjaan struktur bawah


3.1 Tujuan dan maksud mendokumentasikan proses pelaksanaan
pekerjaan struktur bawah
Tujuan mendokumentasikan proses pelaksaaan pekerjaan struktur
bawah adalah untuk mendapatkan dokumentasi dan mengetahui
proses pelaksanaan sesuai dengan kondisi lapangan.

Gambar alat bantu dokumentasi


3.2 Cara mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan
struktur bawah

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 87 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Hal yang perlu didokumentasikan dalam proses pelaksanaan pekerjaan


antara lain: proses pelaksanaan, dokumen pelaksanaan, dan jadwal
pelaksanaan. Cara mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan
struktur bawah adalah:
 Menyiapkan peralatan dokumentasi
 Mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan.

4. Pembuatan dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur


bawah
4.1 Tujuan dan maksud membuat dokumen rekaman pelaksanaan
pekerjaan struktur bawah
Dokumen rekaman merupakan hal yang penting dalam penyelesaian
suatu pekerjaan konstruksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses
pelaksanaan pekerjaan secara lebih detail. Sehingga jika timbul
permasalahan dapat dianalisis dan diberikan solusi secepatnya. Selain
itu juga untuk mengetahui kesesuaian pekerjaan yang dilakukan di
lapangan dengan gambar kerja maupun spesifikasi teknis.
4.2 Tahapan membuat dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan
struktur bawah
Tahapan dalam membuat dokumen rekaman adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi prosedur pembuatan dokumentasi rekaman
pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
b. Membuat dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
c. Memilah rekaman yang akan dibuat dokumen rekaman pelaksanaan
pekerjaan struktur bawah

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 88 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

5. Pembuatan laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah


5.1 Maksud dan tujuan membuat Laporan pelaksanaan pekerjaan
struktur bawah bangunan gedung
Setelah melakukan serangkaian tahapan pelaksanaan struktur bawah
bangunan gedung, tahap terakhir adalah membuat laporan. Tujuan
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah adalah untuk
memberikan keterangan yang lengkap tentang pekerjaan struktur
bawah sesuai dengan kondisi yang ada. Cara membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan struktur bawah adalah dengan membandingkan
pekerjaan pekerjaan persiapan struktur dengan kondisi yang ada.
Fungsi dari membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
dibuat dengan baik antara lain adalah:
 Dapat memberikan informasi dan masukan serta rekomendasi bagi
atasan dan pihak-pihak terkait
 Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan
sebagai bahan untuk mengantisipasi segala kemungkingan yang
mungkin terjadi
 Untuk memudahkan pihak-pihak terkait pengambil keputusan dan
pihak terkait untuk menindak lanjuti
Sedangkan untuk Format laporan pelaksanaan pekerjaan struktur
bawah adalah:
1. Nama dan lokasi pekerjaan
2. Tanggal/ waktu dibuat
3. Uraian pekerjaan yang di awasi
4. Kendala pekerjaan yang dihadapi
Beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam membuat laoran
pelaksanaan pekerjaan struktur bawah, yaitu:
1. Menyiapkan data untuk membuat laporan
2. Melaporkan kualitas material yang digunakan pada struktur bawah
bangunan gedung yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 89 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

3. Mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan struktur bawah


bangunan gedung pada saat proses konstruksi yang sesuai kondisi
di lapangan
4. Membuat dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
bangunan gedung yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan

5.2 Prosedur/format penyusunan laporan pelaksanaan pekerjaan


struktur bawah bangunan gedung
Laporan pelaksanaan pekerjaan proyek adalah laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan, untuk laporan penyerahan pekerjaan
selesai menjadi tugasnya Manajer Lapangan, dalam hal pelaporan
pekerjaan selesai seorang Pelaksana Lapangan mempunyai tugas
untuk menyiapkan materi laporannya. Secara umum prosedur dalam
membuat laporan adalah:
a. Membuat outline laporan
b. Membuat isi laporan
c. Membuat data lampiran
Ada beberapa jenis laporan proyek yang umum digunakan antara lain
Laporan harian, Laporan mingguan dan laporan bulanan. Berikut
pembahasan satu per satu:
a. Laporan harian
Laporan harian adalah laporan yang dibuat oleh pelaksana
lapangan yang kemudian diolah oleh bagian teknik. Laporan ini
memuat beberapa informasi penting yang harus ditulis antara lain:
 Pekerjaan yang sedang dikerjakan termasuk lokasi pekerjaan.
 Cuaca pada hari tersebut, Berapa jam hujan dan berapa jam
cerah.
 Alat-alat yang digunakan termasuk jumlah alat (alat berat, alat
pendukung, dan alat bantu)
 Bahan-bahan material yang digunakan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 90 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Tanda tangan dari pelaksana dan konsultan pengawas.

Gambar Contoh Laporan Harian


b. Laporan mingguan
Laporan mingguan berbeda dengan laporan harian karena isi yang
dilaporkan tentu lebih lengkap. Laporan mingguan ini dibuat oleh
teknik berdasarkan kondisi lapangan. Pada proyek dengan sistem
kontraktor yang dilaporkan hanya progress saja kepada owner.
Format laporan mingguan ini biasanya mengikuti format RAB untuk
item-item pekerjaan. Isi dari laporan ini antara lain:
 Volume RAB dan bobot dimasing-masing pekerjaan
 Volume yang sudah dikerjakan (Minggu lalu, minggu ini dan
total)
 Bobot dalam persen di masing-masing item pekerjaan (Minggu
lalu, minggu ini dan total)
 Nilai kumulatif progress pada minggu ini (dalam persen)

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 91 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

Gambar Contoh Laporan Mingguan

c. Laporan bulanan
Jenis laporan proyek yang paling lengkap adalah laporan bulanan
karena terdiri dari beberapa informasi penting yang dirangkum
dalam satu buku. Berikut isi dari laporan bulanan:
 Data proyek, meliputi nama proyek, nama paket, lokasi proyek,
nomor kontrak, tanggal kontrak, tanggal SPMK, waktu
pelaksanaan, Waktu serah terima pekerjaan, nama kontraktor,
nama konsultan pengawas dan sebagainya.
 Lokasi proyek, berisi peta lokasi dan sket lokasi proyek
 Laporan progres akhir bulan
 Daftar staf di proyek tersebut
 Daftar alat yang digunakan dan jumlah alat.

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 92 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

 Foto dokumentasi pekerjaan

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan


Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
1. Menyiapkan data untuk membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur
bawah bangunan gedung berdasarkan kebutuhan

2. Melaporkan kualitas material yang digunakan pada struktur bawah


bangunan gedung berdasarkan pelaksanaan di lapangan
3. Mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan struktur bawah sesuai
dengan kondisi lapangan pada saat proses konstruksi
4. Membuat dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.
5. Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah bangunan
gedung yang disesuaikan dengan pelaksanaan di lapangan.

C. Sikap Kerja dalam Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung
1. Menyiapkan data untuk membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur
bawah bangunan gedung berdasarkan kebutuhan secara cermat
2. Melaporkan kualitas material yang digunakan pada struktur bawah
bangunan gedung berdasarkan pelaksanaan di lapangan secara teliti
3. Mendokumentasikan proses pelaksanaan pekerjaan struktur bawah sesuai
dengan kondisi lapangan pada saat proses konstruksi secara cermat
4. Membuat dokumen rekaman pelaksanaan pekerjaan struktur bawah sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan secara cermat dan teliti
5. Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah bangunan
gedung yang disesuaikan dengan pelaksanaan di lapangan secara cermat
dan teliti

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 93 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 25/Prt/M/2007 Tanggal 9
Agustus 2007 Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Tim Ahli Bangunan Gedung
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

B. Buku Referensi
SKKNI Ahli Teknik Bangunan Gedung

C. Referensi lainnya
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1729-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
3. American Standard Testing Material (ASTM) tentang pengujian beton dan
baja

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 94 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan F.410140.013.01
Kerja Ahli Teknik Bangunan Gedung

DAFTAR PERALATAN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin
No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan

1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori

2. Printer

B. Laporan Daftar Bahan


1. Buku pedoman pelaksanaan pekerjaan struktur bawah bangunan gedung
2. Standard Operating Prosedure (SOP)
3. Surat Perintah Kerja
4. Surat edaran, laporan
5. Struktur organisasi plant/perusahaan
6. Form Laporan

Judul Modul Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar Rencana
Halaman 95 dari 95
Buku Informasi Versi: 2017

Anda mungkin juga menyukai