DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Tujuan Umum ......................................................................................4
B. Tujuan Khusus......................................................................................4
BAB II ..............MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT DALAM
PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG...........7
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan
Gedung ................................................................................................7
1. Penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait ..........................7
2. Persiapan bahan rapat koordinasi dengan pihak terkait .....................8
3. Pelaksanaan koordinasi dengna pihak terkait ....................................9
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak
Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan
Gedung...............................................................................................10
C. Sikap Kerja dalam Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung....................10
BAB III MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI………......12
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi...............................................................................12
1. Persiapan gambar kerja .................................................................12
2. Koordinasi kesiapan tenaga kerja dan peralatan ..............................14
3. Pemeriksaan material yang digunakan untuk pondasi ......................17
4. Koordinasi pelaksanaan pengukuran penetapan posisi dan level
pondasi bangunan gedung .............................................................17
5. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pondasi .................................34
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Mengendalikan
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan
Gambar Rencana.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan Koordinasi dengan Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Struktur Bawah Bangunan Gedung
2. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
3. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
4. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Basement
5. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Basement
6. Membuat Laporan Pelaksanaan
BAB II
MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT DALAM PELAKSANAAN
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG
BAB III
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
Gambar salah satu contoh peralatan untuk pekerjaan pondasi bored pile
b. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
Pondasi sumuran (pier foundation)
Pondasi sumuran merupakan pondasi peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi
sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebar (B) lebih kecil atau sama
dengan 4, sedangkan pondasi dangkal Df/B ≤ 1.
Pasir beton
Semen PC
Besi beton
Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)
Kelebihan :
Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih
handal daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan
lebih lama).
Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.
d. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Disebut pondasi sumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali
tanah berdiameter 60 - 80 cm seperti menggali sumur. Kedalaman
pondasi ini dapat mencapai 8 meter. Pada bagian atas pondasi yang
mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof. Pondasi jenis ini
digunakan bila lokasi pembangunannya jauh sehingga tidak
memungkinkan dilakukan transportasi untuk mengangkut tiang pancang.
Walaupun lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang
digunakan. Selain boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit
dilakukan pengontrolan hasil cor beton di tempat yang dalam.
Kelebihan :
Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak
dan bila tidak dimungkinkan pengangkutan tiang pancang.
Tidak diperlukan alat berat.
Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.
Kekurangan :
Untuk tanah kohesif, kuat geser undrained (Su = Cu) dapat didekati
dengan persamaan dengan persamaan Begemann (1974).
Keterangan:
qa = daya dukung diijinkan untuk penurunan 1’’
qc = tahanan konus (kg/cm2)
B = lebar pondasi ( m )
p o’ = tekanan overburden efektif pada kedalaman mata konus
Ne’ = konstanta tergantung macam tanah dan OCR (umumnya
diambil antara 9 sampai 15).
Tahanan konus (qc) diambil rata-rata pada kedalaman 0 sampai B
dari dasar pondasi.
c. Pengujian beban pelat
Plate Load Test cocok digunakan pada bahan timbunan atau tanah
yang mengandung kerikil atau batuan, dimana pengujian lapangan
yang lain sulit dilaksanakan. Pelat besi berbentuk lingkaran (atau
bujur sangkar) dengan diameter (atau lebar) 30,5 cm diletakkan di
dasar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan.
Pengamatan terhadap besarnya beban dan penurunan yang terjadi
dilakukan sampai mencapai keruntuhan dalam tanahnya, atau
pengujian dihentikan bila tahanan telah mencapai mendekati 2 kali
nilai daya dukung pondasi yang dirancang. Penambahan beban yang
diterapkan kira-kira 1/10 kali nilai estimasi daya dukung tanahnya.
Dengan menggunakan data hasil pengujian beban pelat, daya
dukung ultimit pondasi yang akan digunakan dapat dihitung dengan :
qB = qb untuk lempung
Keterangan :
qB = daya dukung ultimit pondasi skala penuh.
qb = daya dukung ultimit dari pengujian beban pelat.
SB = penurunan pada pondasi dengan lebar B.
Sb = penurunan pada pelat uji dengan lebar b.
b = lebar atau diameter pelat pengujian.
B = lebar pondasi.
BAB IV
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PILE CAP
organis, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. Apabila
terdapat keraguan mengenai kualitas air, harus dilakukan test
laboratorium untuk mendapatkan kepastian tentang kelayakan air.
Gambar Detail Penulangan Pile Cap Dan Hubungan Tiang Pancang Yang Masuk Ke Dalam
Pile Cap
c. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang
pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.
d. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang
pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan
kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat
dan kokoh.
BAB V
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LANTAI BASEMENT
BAB VI
MENGENDALIKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING BASEMENT
BAB VII
MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG
c. Laporan bulanan
Jenis laporan proyek yang paling lengkap adalah laporan bulanan
karena terdiri dari beberapa informasi penting yang dirangkum
dalam satu buku. Berikut isi dari laporan bulanan:
Data proyek, meliputi nama proyek, nama paket, lokasi proyek,
nomor kontrak, tanggal kontrak, tanggal SPMK, waktu
pelaksanaan, Waktu serah terima pekerjaan, nama kontraktor,
nama konsultan pengawas dan sebagainya.
Lokasi proyek, berisi peta lokasi dan sket lokasi proyek
Laporan progres akhir bulan
Daftar staf di proyek tersebut
Daftar alat yang digunakan dan jumlah alat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 25/Prt/M/2007 Tanggal 9
Agustus 2007 Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Tim Ahli Bangunan Gedung
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
B. Buku Referensi
SKKNI Ahli Teknik Bangunan Gedung
C. Referensi lainnya
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1729-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
3. American Standard Testing Material (ASTM) tentang pengujian beton dan
baja
A. Daftar Peralatan/Mesin
No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan
2. Printer