Anda di halaman 1dari 110

DEPARTEMEN PE

BADAN PEMBINAAN KONSTRU


PUSAT PEMBINAAN KOMPETEN
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
SEKTOR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN
GEDUNG
MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR

KODE UNIT KOMPETENSI:


F.4xxxx 05.02

BUKU INFORMASI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


B AD AN PEMB IN AAN K O N ST RUK SI
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Jalan Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat - Jakarta Selatan
2013

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

KATA PENGANTAR
Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan dengan bidang kerjanya. Berbagai
upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat
pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga
kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat kerja.
Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk
melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja
yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja tersebut
dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar kompetensi kerja yang
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang bertugas
sesuai jabatan kerjanya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1999,
tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya.
Penyusunan Modul Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja
Pelaksana Lapangan Bangunan Gedung mengacu kepada SKKNI Ahli Geodesi untuk Bangunan
Gedung, yang dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan
Berbasis Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengindentifikasi Unit-unit
Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum
dan silabus pelatihan.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai upaya
memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas, sehingga
dimungkinkan adanya tambahan materi-materi lainnya untuk lebih meningkatkan kompetensi dari
standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja
Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discusion serta
Workshop yang melibatkan para nara sumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder.
Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses penyusunan modul ini, dan seiring
dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi kedepan, maka tetap diupayakan
penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan dilaksanakannya pelatihan
dengan menggunakan modul ini dilapangan melalui respon peserta pelatihan, instruktur , asesor
serta semua pihak.
Pada kesempatan ini disampaikan banyak terimakasih kepada tim penyusun yang telah
mencurahkan segala kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan modul ini, serta semua pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan modul pelatihan ini.

Jakarta,

Nopember 2013

PUSAT PEMBINAAN
KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: ii dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

DAFTAR ISI
Kata pengantar

.ii

Daftar Isi ................................................................................................................................ 1

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
1.1

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ............................... 2

1.2

Penjelasan Materi Pelatihan ........................................................................ 2

1.3

Pengakuan Kompetensi Terkini ................................................................. 3

1.4

Pengertian-pengertian / Istilah .................................................................... 4

STANDAR KOMPETENSI ..................................................................................... 6


2.1

Peta Paket Pelatihan .................................................................................. 6

2.2

Pengertian Unit Standar Kompetensi .......................................................... 6

2.3

Unit Kompetensi yang Dipelajari ................................................................ 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ............................................................... 12


3.1

Strategi Pelatihan ....................................................................................... 12

3.2

Metode Pelatihan ........................................................................................ 13

3.3

Rancang Bangun Materi Pelatihan ............................................................. 18

BAB IV MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR ...................................................... 25

BAB V

4.1

Umum .......................................................................................................... 26

4.2

Pelaksanaan pekerjaan struktur beton ...................................................... 26

4.3

Pelaksanaan pekerjaan struktur kayu ......................................................... 57

4.4

Pelaksanaan pekerjaan struktur baja .......................................................... 94

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI ....................................................................................................... 110
5.1

Sumber Daya Manusia ............................................................................... 110

5.2

Sumber-sumber Perpustakaan .................................................................. 111

5.3

Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ............................................................ 112

LAMPIRAN

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 1 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

BAB I
PENGANTAR
1.1

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan

berbasis

kompetensi

adalah

pelatihan

kerja

yang

menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup


pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2

Kompeten ditempat kerja.


Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap
kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja,
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2

Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan
Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
a. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh
seorang instruktur.
b. Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan
oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber
yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi Pelatihan


a. Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur
maupun peserta pelatihan.
b. Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam
Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 2 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

1) Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan


untuk mempelajari dan memahami informasi.
2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor
pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
3) Kegiatan

penilaian

untuk

menilai

kemampuan

peserta

pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.


c. Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan
sebagai pernyataan keterampilan.
2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada
Buku Kerja.
5) Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan


a. Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta
pelatihan.
3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.
b.

Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta


pelatihan adalah:
1) Menggunakan

Buku

Informasi

sebagai

sumber

utama

pelatihan.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 3 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku


Kerja.
3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh
instruktur.

1.3

Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1 Pengakuan

Kompetensi

Terkini

(Recognition

of

Current

Competency-RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang
berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.
1.3.2. Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus
sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang
diperoleh melalui:
a. Bekerja

dalam

suatu

pekerjaan

yang

memerlukan

suatu

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau


b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang
sama atau
c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan yang sama.
1.4

Pengertian-pengertian / Istilah
1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan

serta

keterampilan/keahlian

kerja

tertentu

yang

diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja


atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh
suatu pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi

adalah

proses

merumuskan,

menetapkan

serta

menerapkan suatu standar tertentu.


Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 4 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

1.4.3

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Penilaian / Uji Kompetensi


Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti
melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review)
penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah
tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan
terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan
fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada
pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk
kerja yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor.
1.4.7

Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai
dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)


SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 5 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi


tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi, baik LSP maupun Badan Sertifikasi
Kompetensi.
1.4.10

Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan terprogram serta dilaksanakan secara obyektif melalui
uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional
dan/ atau internasional.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 6 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1

Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit
kompetensi pekerjaan struktur, Kode Unit F45 005 02, sehingga untuk
kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan
mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
Menerapkan keselamatan dan kesehaan kerja dan lingkungan (K3-L) di
tempat kerja
Melakukan Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja
Melaksanakan Pekerjaan Persiapan
Melaksanakan Pekerjaan Pondasi
Melaksanakan Pekerjaan Struktur
Melaksanakan Pekerjaan Arsitektur
Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan

2.2

Pengertian Unit Standar Kompetensi


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan
yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit
komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu
jabatan kerja tertentu.
2.2.2

Unit kompetensi yang akan dipelajari


Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan
ini adalah Melaksanakan Pekerjaan struktur.

2.2.3

Durasi / waktu pelatihan


Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, terfokus pada pencapaian
kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Setiap peserta pelatihan
membutuhkan waktu yang berbeda untuk menjadi kompeten dalam
melakukan tugas tertentu.

2.2.4

Kesempatan untuk menjadi kompeten

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 7 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan


pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta
latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan
kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai
dengan level yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)
kali.

2.3

Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari


Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan
bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
a. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
b. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
c. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
d. Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk
kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul Unit

Melaksanakan pekerjaan struktur

2.3.2

Kode Unit

F.4xxxx.005.02

2.3.3

Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan pondasi.

2.3.4. Kemampuan Awal


Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal SOP
menerapkan

K3L

ditempat kerja, melakukan

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

komunikasi dan

Halaman: 8 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

kerjasama di tempat kerja, melaksanakan Pekerjaan Persiapan,


melaksanakan Pekerjaan Pondasi
2.3.5

Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI
1. Melaksanakan pekerjaan
struktur beton

KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Perancah dipasang sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1.2 Acuan/cetakan beton dibuat dan dirakit
sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi
teknis, dan metode kerja
1.3 Tulangan beton dirakit dan dipasang
1.4 Pengecoran beton struktur dilaksanakan
sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi
teknis, dan metode kerja

2. Melaksanakan pekerjaan
struktur kayu

2.1 Konstruksi sambungan kayu dibuat sesuai


dengan gambar kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja
2.2 Konstruksi sambungan kayu dirakit sesuai
dengan gambar kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja
2.1 Konstruksi sambungan kayu dipasang
sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi
teknis, dan metode kerja

3. Melaksanakan pekerjaan
struktur baja

3.1 Komponen struktur baja difabrikasi sesuai


dengan gambar kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja
3.2 Komponen struktur baja dirakit sesuai
dengan gambar kerja spesifikasi teknis,
dan metode kerja
3.3 Komponen struktur baja dipasang sesuai
dengan gambar kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

2.3.6

Batasan Variabel
a. Konteks variabel

1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja


individu atau kelompok, serta menjadi dasar penentuan
kemampuan, pada lingkup pekerjaan sektor kontruksi
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 9 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

utamanya

pada

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

pekerjaan

pelaksanaan

pekerjaan

gedung.
2) Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan komunikasi
dan kerjasama terhadap tugas yang dilaksanakan di
tempat kerja
3) Unit kompetensi ini juga untuk menyiapkan, menerapkan
dan menegakkan tanggung jawab dalam berkomunikasi
dan kerjasama dengan orang lain di tempat kerja
b. Perlengkapan yang dibutuhkan

1) Peralatan
a) Alat pertukangan kayu
b) Alat pertukangan batu dan beton
c) Alat fabrikasi dan ereksi baja
2) Perlengkapan
a)

Alat pelindung diri

b)

Alat pengaman kerja

c)

Kotak PPPK lengkap dengan isinya

c. Peraturan-peraturan yang diperlukan

1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa


Konstruksi
2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang dan Jasa
d. Norma dan standar

1) Tata Cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi


Beton1989 (SK.BI-1.453.1989)
2) Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982
3) Standard Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986
2.3.7 PANDUAN PENILAIAN

a. Konteks penilaian
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 10 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada


seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi
pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar
tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat
kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji
untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang diperlukan sesuai dengan tuntutan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Metode uji yang digunakan antara lain:
1) Test tertulis;
2) Test lisan (wawancara);
3) Praktek/simulasi.
4) Porto folio

b. Persyaratan kompetensi
Penguasaan unit kompetensi sebelumnya meliputi:
1) F.4xxxx.001.02 : Melaksanakan Ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan (K3L) di
Tempat Kerja
2) F.4xxxx.003.02 : Melakukan Komunikasi di
Tempat Kerja
3) F.4xxxx.004.02 : Melaksanakan Pekerjaan
Persiapan
4) F.4xxxx.005.02 : Melaksanakan Pekerjaan
Pondasi

c. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


1) Pengetahuan
a) Struktur beton
b) Struktur kayu
c) Struktur baja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 11 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

2) Keterampilan

a) Melaksanakan pekerjaan struktur beton


b) Melaksanakan pekerjaan struktur kayu
c) Melaksanakan pekerjaan struktur baja
d. Sikap kerja yang diperlukan
1) Teliti

dalam

mengindentifikasi

kondisi

lahan

dan

berkoordinasi dengan pihak yang terkait


2) Teliti dalam menggunakan alat dan melaksanakan
pekerjaan pondasi

e. Aspek kritis
1) Ketelitian dalam melaksanakan pengukuran
2) Ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan sambungan

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 12 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1

Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan
pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini
peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara
sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses
belajar

dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun

sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan


a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap
tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum
mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.
b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
c. Memikirkan

bagaimana

pengetahuan

baru

yang

diperoleh

berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah


dimiliki.
d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek
yang terdapat pada tahap belajar.
b. Mereview

dan

meninjau

materi

belajar

agar

dapat

menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.


3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
a. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh
instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
b. Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang
ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 13 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan


praktek.
c. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta
pelatihan dengan menerapkan metode :
a. Penilaian tertulis
b. Penilaian lisan/wawancara
c. Penilaian observasi/Praktek/simulasi
3.2

Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1

Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar
secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masingmasing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta
pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok


Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang
bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan
kecepatan

belajar

masing-masing,

sesi

kelompok

memberikan

interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.


3.2.3 Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang
dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini
umumnya mencakup topik tertentu.

3.2.4 Rancang Bangun Pembelajaran Materi pelatihan


Rancang banngun pembelajaran ini memberikan informasi tentang
indikator kompetensi yang jabarkan ke dalam tujuan pencapaian
materi pembelajaran, metode pelatihan yang dibutuhkan disetiap

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 14 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

indikator dan tahapan prosess pembelajaran, serta sumber materi


yang dibutuhkan dengan alokasi waktunya.

R
R
A
N
C
A
N
G
B
A
N
G
U
N
M
A
T
E
R
P
E
A
T
H
A
N
RA
AN
NC
CA
AN
NG
GB
BA
AN
NG
GU
UN
NM
MA
AT
TE
ER
RIII P
PE
ELLLA
AT
TIIIH
HA
AN
N
Unit Kompetensi
Elemen Kompetensi

No

Kriteria Unjuk Kerja /


Indikator Unjuk Kerja

1.1 Perancah
dipasang sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
1)

Dapat
menjelaskan
jenis dan fungsi
perancah

: Melaksanakan Pekerjaan struktur


1.

Melaksanakan pekerjaan struktur beton

Tujuan pembelajaran

Selesai mengikuti materi


ini peserta mampu
memasang perancah
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Metode
pelatihan

Ceramah
Diskusi
Demonstrasi /
peragaan
Tugas

2) Dapat
menjelaskan
cara
mengerjakan
perancah sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
3) Mampu
mengerjakan
perancah sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
4) Harus mampu
bersikap teliti
dalam
memasang
perancah sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

1.2 Acuan/cetakan
beton dibuat
dan dirakit
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
1)
Dapat
menjelaskan

Tahapan
pembelajaran

Referensi
yang
disaranka
n

1. Menjelaskan
jenis
dan
fungsi
perancah

Jam
pelajar
an
indikati
f (mnt)
30

2. Menjelaskan
cara
mengerjakan
perancah
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
3. Memperagaka
n
cara
mengerjakan
perancah
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
4. Mengamati
ketelitian
peserta dalam
memasang
perancah
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

Selesai mengikuti
materi pelatihan ini
peserta mampu
membuat dan merakit
acuan/cetakan beton
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

1. Menjelaskan
fungsi
dan
persyaratan
acuan/cetaka
n
balok,
kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton

Petunjuk
Praktek
Bangunan
gedung

30

Halaman: 15 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

2)

3)

4)

4)

1.3

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

fungsi
dan
persyaratan
acuan/cetakan
balok,
kolom,
tangga, dan pelat
lantai beton
Dapat
menjelaskan alat
dan bahan untuk
pengerjaan
acuan/cetakan
beton
Dapat
menjelaskan
cara
mengerjakan
acuan/cetakan
balok,
kolom,
tangga, dan pelat
lantai
beton
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
daan
metode
kerja
Mampu
mengerjakan
acuan/cetakan
balok,
kolom,
tangga, dan pelat
lantai
beton
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja
Harus
mampu
bersikap
teliti
dalam membuat
dan
merakit
acuan/cetakan
balok,
kolom,
tangga, dan pelat
lantai
beton
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Tulangan beton
dirakit dan
dipasang sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
1) Dapat
menjelaskan jenis
tulangan
balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
2) Dapat
menjelaskan cara
merakit tulangan
balok,
kolom,
tangga, dan pelat
lantai beton

2. Menjelasakan
alat
dan
bahan untuk
pengerjaan
acuan/cetaka
n beton
3. Menjelaskan
cara
mengerjakan
acuan/cetaka
n
balok,
kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, daan
metode kerja
4. Mempraktekk
an
cara
mengerjakan
acuan/cetaka
n
balok,
kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
5. Mengamati
ketelitian
peserta dalam
membuat dan
merakit
acuan/cetaka
n
balok,
kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
Selesai mengikuti materi
pelatihan ini peserta
mampu merakit dan
memasang Tulangan
beton sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan
metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

1. Menjelasan
jenis
tulangan
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton

40
Konstruksi
bangunan
gedung
bertingkat
rendah

2. Menjelaskan
cara merakit
tulangan
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton
3. Menjelaskan
cara
mengerjakan

Halaman: 16 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02
tulangan
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton

3) Dapat
menjelaskan cara
mengerjakan
tulangan
balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
4) Mampu
mengerjakan
tulangan
balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
5) Harus
mampu
bersikap
teliti
dalam
merakit
dan
memasang
tulangan
balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

1.4. Pengecoran
beton
struktur
dilaksanakan
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja

4. Mempraktekk
an
cara
mengerjakan
tulangan
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
5. Mempraktekk
an
cara
mengerjakan
tulangan
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
Selesai mengikuti materi
pelatihan ini peserta
mampu melaksanakan
pengecoran beton
struktur sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan
metode kerja

1) Dapat
menjelaskan alat
dan bahan untuk
pengecoran balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
2) Dapat
menjelaskan
persyaratan
pelaksanaan
pengecoran balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
3) Dapat
menjelaskan cara
mengerjakan
pengecoran balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
4) Mampu
mengerjakan
pengecoran balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
sesuai
spesifikasi teknis,

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

1.

Menjelasan
alat
dan
bahan untuk
pengecoran
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton

Petunjuk
praktek
bangunan
gedung

30

2. Menjelaskan
alat
dan
bahan untuk
pengecoran
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton
3. Menjelaskan
cara
mengerjakan
pengecoran
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton
4. Mempraktekk
an
cara
mengerjakan
pengecoran
balok, kolom,
tangga, dan
pelat
lantai
beton sesuai
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

Halaman: 17 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

dan metode kerja


5) Harus
mampu
bersikap
teliti
dalam
melaksanakan
pengecoran balok,
kolom,
tangga,
dan pelat lantai
beton
sesuai
spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Elemen Kompetensi

No

Kriteria Unjuk Kerja /


Indikator Unjuk Kerja

2.1

1)

2)

3)

4)

Konstruksi
sambungan kayu
dibuat
sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
Dapat
menjelaskan jenis
dan fungsi
sambungan kayu
Dapat
menjelaskan cara
mengerjakan
sambungan kayu
Mampu
mengerjakan
sambungan kayu
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja
Harus mampu
bersikap teliti
dalam membuat
sambungan
konstruksi kayu
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode

2.2 Konstruksi
sambungan kayu
dirakit
sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

5.

2.

Mengamati
ketelitian
peserta dalam
melaksanaka
n pengecoran
balok, kolom,
tangga, dan
pelat lantai
beton sesuai
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

Melaksanakan pekerjaan struktur kayu

Tujuan pembelajaran

Selesai mengikuti
materi pelatihan ini
peserta mampu
membuat Konstruksi
sambungan kayu
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Tahapan
pembelajaran

Referensi
yang
disaranka
n

1. Menjelaskan
jenis
dan
fungsi
sambungan
kayu

Konstruk
si
banguna
n
gedung

Metode
pelatihan

Ceramah
Diskusi
Demonstrasi /
peragaan
Tugas

Jam
pelajar
an
indikati
f (mnt)
50

2. Menjelaskan
cara
mengerjakan
sambungan
kayu
3. Praktek cara
mengerjakan
sambungan
kayu sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
4. Mengamatai
ketelitian
peserta dalam
dalam
membuat
sambungan
konstruksi
kayu sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

Selesai mengikuti materi


pelatihan ini peserta
mampu
merakit
Konstruksi sambungan
kayu
sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi
teknis, dan metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi

1.

Menjelaskan
maksud dan
tujuan
mengerjakan
perakitan
konstruksi
sambungan
kayu

Konstruksi
bangunan
gedung

20

Halaman: 18 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
1) Dapat
menjelaskan maksud
dan tujuan
mengerjakan
perakitan konstruksi
sambungan kayu
2) Dapat
menjelaskan cara
mengerjakan
perakitan konstruksi
sambungan kayu
3) Mampu
membentuk
konstruksi
sambungan kayu
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan
metode kerja
4) Harus
mampu
bersikap teliti dalam
merakit
konstruksi
sambungan
kayu
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis, dan
metode kerja

2.3. Konstruksi
sambungan kayu
dipasang sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
1)

Dapat
menjelaskan
sistem perkuatan
konstruksi
sambungan kayu
2) Dapat
menjelaskan
tahapan
pemasangan
konstruksi
sambungan kayu
3) Mampu
melaksanakan
pemasangan
konstruksi
sambungan kayu
sesuai dengan
gambar
kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
4) Harus
mampu
bersikap
teliti
dalam
memasang
konstruksi
sambungan kayu
sesuai dengan
gambar
kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja

Kode Modul
F.4xxxx.005.02
Tugas

Selesai mengikuti materi


pelatihan ini peserta
mampu melaksanakan
pekerjaan
timbunan
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

2.

Menjelaskan
cara
mengerjakan
perakitan
konstruksi
sambungan
kayu

3.

Mempraktekk
an cara
membentuk
konstruksi
sambungan
kayu sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

4. Mengamatai
ketelitian
peserta dalam
merakit
konstruksi
sambungan
kayu sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
1. Menjelaskan
sistem
perkuatan
konstruksi
sambungan
kayu

20

2. Menjelaskan
tahapan
pemasangan
konstruksi
sambungan
kayu
3. Mempraktekk
an cara
melaksanaka
n
pemasangan
konstruksi
sambungan
kayu sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
4. Mengamati
ketelitian
peserta dalam
memasang
konstruksi
sambungan
kayu sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan

Halaman: 19 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02
metode kerja

Elemen Kompetensi

No

Kriteria Unjuk Kerja /


Indikator Unjuk Kerja
3.1

3.

Melaksanakan pekerjaan struktur baja

Tujuan pembelajaran

Komponen
struktur baja
difabrikasi
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
Dapat
menjelaskan
komponen
sambungan
struktur baja
Dapat
menjelaskan
cara
melaksanakan
fabrikasi
komponen
struktur baja
Mampu
melaksanakan
fabrikasi
komponen
struktur
baja
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja
Harus mampu
bersikap teliti
dalam
melaksanakan
fabrikasi
komponen
struktur baja
sesuai dengan
gambar kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Selesai mengikuti
materi pelatihan ini
peserta mampu
menjelaskan fabrikasi
komponen struktur baja
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

3.2. Komponen
struktur
baja
dirakit
sesuai
dengan gambar
kerja spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
1) Dapat
menjelaskan cara
pemotongan
komponen struktur

Selesai mengikuti
materi pelatihan ini
peserta mampu merakit
Komponen struktur baja
sesuai dengan gambar
kerja spesifikasi teknis,
dan metode kerja

1)

2)

3)

4)

Metode
pelatihan

Tahapan
pembelajaran

Ceramah
Diskusi
Demonstrasi /
peragaan
Tugas

1. Menjelaskan
komponen
sambungan
struktur baja

Referensi
yang
disaranka
n

Konstruk
si baja

Jam
pelajar
an
indikati
f (mnt)
50

2. Menjelaskan
cara
melaksanakan
fabrikasi
komponen
struktur baja
3. Mempraktekk
an cara
melaksanaka
n fabrikasi
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
4. Mengamati
ketelitian
peserta dalam
melaksanakan
fabrikasi
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

1. Menjelaskan
cara
pemotongan
komponen
struktur baja

Konstruksi
baja

20

2. Menjelaskan
klasifikasi
sambungan
komponen
struktur baja

Halaman: 20 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

baja
2) Dapat
menjelaskan
klasifikasi
sambungan
komponen struktur
baja
3) Dapat
menjelaskan cara
pembentukan
komponen struktur
baja
4) Mampu
membentuk
komponen struktur
baja sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan metode
kerja

3. Menjelasan
cara
pembentukan
komponen
struktur baja
4. Mempraktekk
an cara
membentuk
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
5. Mengamati
ketelitian
peserta dalam
merakit
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

5) Harus
mampu
bersikap
teliti
dalam
merakit
komponen
struktur
baja
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi teknis,
dan metode kerja

3.3 Komponen
struktur baja
dipasang sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan
metode kerja
1) Dapat
menjelaskan
tahapan
pemasangan
komponen struktur
baja
2) Mampu
melaksanakan
pemasangan
komponen struktur
baja sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan metode
kerja
3) Harus mampu
bersikap teliti
dalam memasang
komponen struktur
baja sesuai
dengan gambar
kerja, spesifikasi
teknis, dan metode
kerja

Selesai mengikuti materi


pelatihan ini peserta
mampu memasang
komponen struktur baja
sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Ceramah
Diskusi
Tugas kelompok
Peragaan/
Demosntrasi
Tugas

1. Menjelaskan
tahapan
pemasangan
komponen
struktur baja

Konstruksi
banguan
gedung

20

2. Memprakteka
n
cara
melaksanaka
n
pemasangan
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar kerja,
spesifikasi
teknis,
dan
metode kerja
3.

Mengamati
ketelitian
peserta
dalam
merakit
komponen
struktur baja
sesuai
dengan
gambar
kerja,
spesifikasi
teknis, dan
metode kerja

Halaman: 21 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah

selesai

kemampuan

mengikuti

untuk

pelatihan

ini

diharapkan

melaksanakan pekerjaan

peserta

struktur,

dalam

memiliki
rangka

menunjang pelaksana lapangan pekerjaan gedung.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah selesai mempelajari materi pelatihan ini peserta akan mampu :
1) Melaksanakan pekerjaan struktur beton
2) Melaksanakan pekerjaan struktur kayu
3) Melaksanakan pekerjaan struktur baja

4.1

Pendahuluan
Dalam sebuah pelaksanaan pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana
pembangunan agar

dapat diselesaikan dengan baik, tugas pelaksana

pembangunan adalah Memahami gambar, design dan spesifikasi teknis, metode


kerja sebagai sebagai pedoman dan dalam melksanakan pekerjaan di lapangan
Pelaksan bangunan perlu mempunyai keahlian dalam bidang bangunan agar
mengetahui bagaiman mengatur jalannya setiap item pekerjaan, sehingga
menghasilkan kualitas bangunan yang bagus dalam waktu yang cepat, pada
pelaksanaan

skala

besar

seperti

gedung

bangunan

bertingkat

tinggi,

keberadaan pelaksana dikelompokkan lebih rinci lagi sehingga terdapat


pelaksana spesialis yang ahli dalam bidangnya masing-masing, diantaranya
adalah : pelaksana besi, pelaksana beton cor, pelaksana bekisting, pelaksana
finishing,

pelaksana

mekanikal

elektronik,

dan

setiap

bagian

tersebut

mempunyai tanggung jawab dalam spesifikasinya masing-masing , misalnya


pelaksana

bekisting

acuan/cetakan

beton

perlu

mempelajari

bagaimana

membuat

sebuah

yang

tidak mengalami kebocoran, serta mampu

menghasilkan hasil pengecoran beton yang halus tanpa keropos

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 22 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

4.2

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Melaksanakan pekerjaan struktur beton

Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah
bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton
teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton
sebagai material bangunan
Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur
masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan
semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton

Unsur terurai
Semen
+
Air

Matrik komposit

Pasta
semen/
grout

Mortar

Beton

Agregat halus, misalnya pasir


+
Agregat kasar, misalnya kerikil
Ketiga sistem tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit dengan 2
fase, yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kata beton masih ditambah lagi
dengan bahan kimia pembantu (admixture) untuk mengubah sifat-sifatnya ketika
masih berupa beton segar (fresh concrete) atau beton keras
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tarik kecil. Oleh karena itu
untuk struktur bangunan , beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk
memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi
beton bertulang ( reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang
akan menjadi beton pratekan (prestressed concrete)

Lingkup pekerjaan pekerjaan pembuatan struktur beton bertulang meliputi ;


4.2.1. Melakukan pemasangan perancah
4.2.2. Pembuatan dan perakitan Acuan/cetakan
4.2.3. Melakukan perakitan dan pemasangan tulangan beton
4.2.4. Pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 23 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

4.2.1

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Melakukan pemasangan perancah


a. Jenis dan fungsi perancah
1) Jenis perancah
Perancah biasanya berbentuk suatu sistem modular , mempunyai 2
jenis :
a) Perancah terbuat dari pipa atau tabung logam
b) Perancah terbuat dari bambu, dolken, dan kayu(kaso 5/7)

Gambar 4.1 Perancah terbuat dari bambu dan dari pipa


2) Fungsi perancah
a) Perancah ( scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam
konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar
lainnya
b) Sebagai konstruksi penyanggah atau pendukung cetakan/acuan
terdiri dari tiang-tiang penyanggah dan balok-balok silang
c) Sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi tukang / pekerja
sehingga keselamatan kerja terjamin.
d) Sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti pekerja di
bawah harus terlindung dari jatuhnya bahan atau alat.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 24 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b. Pelaksanaan Cara mengerjakan perancah

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 25 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.2 tahapan pelaksanaan perancah


1) Memasang perancah hingga peil pada U Head
a) Tempat perletakan perancah ( scaffolding) dipersiapkan, tempat
harus rata dan cukup kuat menyanggah perancah
b) Perancah dan perlengkapannya dipasang menurut urutan
rencana dan sesuai dengan kode, standar, peraturan dan
persyaratan yang relevan dari pabrik pembuat

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 26 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

c) Pemasangan perancah dari tingkat pertama ini bisa diterapkan


untuk

tingkatan

selanjutnya

yang

ada

di

atasnya.

Bila

pemasangan lebih tinggi lagi, disarankan cara pemasangan


scaffolding ini tidak dilakukan sendiri.
d) Pemasangan frame (scaffolding) beberapa tingkat ke atas
sebaiknya dilakukan oleh 2-3 orang dengan menggunakan tali
tambang sebagai pembantu menaikkan frame (scaffolding) ke
tingkat atas. Utamakan keselamatan pada saat pemasangan
scaffolding.
e) Pemasangan

scaffolding

yang

benar

untuk

beberapa

tingkatan ke atas adalah dengan menggunakan pipa


penunjang scaffolding itu sendiri. Dan menggunakan pipa
penunjang juga untuk mengikat scaffolding ke bangunan itu
sendiri
2) Menentukan peil U Head ( ketinggian perancah), dengan cara :
Peil lantai tebal pelat plywood balok kayu memanjang balok
kayu melintang
3) Crossing brace dipasang dengan menghubungkan batang main
frame dan mengencangkan baut pada ujung batang
4) Berikut beberapa panduan dalam penggunaan perancah di
tempat kerja ;
Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan, yang tidak bisa
dijamin keamanannya, bila dikerjakan secara aman pada suatu
ketinggian dan / atau setiap ketinggian pekerjaan yang melebihi 2
meter harus menggunakan perancah yang memenuhi standar.
a) Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.
b) Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.
c) Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
d) Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus
disimpan dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya.
e) Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor)
sebesar 4 kali beban maksimal.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 27 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

f)

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan


dan lain-lain fasilitas yang aman.

g) Perancah harus cukup diberi penguat (Brace).


h) Semua

kerangka

berdirinya

perancah

bangunan

harus

berdasarkan standard konstruksi; mempunyai pondasi yang kuat


dan cukup tertanam dan diberi penguat untuk kesetabilan.
i)

Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan
bahan-bahan lain yang tidak semestinya dipakai untuk penahan
perancah, tidak boleh dipakai.

j)

Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan


kemudian dibengkokkan.

l)

Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.

m) Tali baja yang digunakan untuk perancah, tidak boleh terkena


asam atau bahan kimia, yang memudahkan keadaan korosi
(karat) dan bahan ini tidak boleh digunakan, untuk tali perancah
kayu yang terbuat dari serat tidak dapat digunakan atau yang
dapat mengundang bahaya.
n) Bila terpaksa menggunakan perancah kayu karena ketiadaan
perancah yang terbuat dari besi/pipa, maka pemilihan bahan
harus berurat lurus, padat, tidak ada mata kayu yang besarbesar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat dan lainlainya yakni tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan
runtuhnya susunan perancah.
o) Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas gelagar
memanjang dan melintang yang dihubungkan dengan kuat pada
tiang penyanggah, ke atas atau ke samping, bergantung pada
pemakaiannya untuk menjamin kesetabilan sampai perancah
dapat dilepas.
p) Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.
q) Setiap

bentuk

dan

komposisi

perancah

harus

diperiksa

sebelumnya oleh petugas K3L untuk meyakinkan:

dalam kondisi yang stabil

bahan yang dipakai tidak rusak

cukup baik untuk digunakan, dan

sudah diberi pengaman.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 28 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

r) Pemeriksaan perancah harus dilaksanakan oleh petugas K3L


dan didokumentasikan:

Sedkitnya seminggu sekali

sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa


pembangunan yang agak lama

s) Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga


tidak ada yang rusak atau membahayakan waktu dipakai.
t)

Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka,


kecuali kalau hal itu tetap menjamin keselamatan.

u) Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan


sistem jepit (rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.
v) Perancah yang tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang
tertinggi,

karena

dapat

membahayakan

kesetabilan

dan

kekuatannya.
w) Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada
perancah:

Bagian-bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat


dan kalau perlu diperkuat.

Setiap penggeseran dan penyanggah ( putlog ) harus


dicegah.

Tiang penyanggah harus dihubungkan erat pada bagian


bangunan yang kuat, di tempat alat pengangkat dipasang.

x) Dalam

melakukan

kegiatan

pemasangan

perancah

dan

pembongkaran perancah hanya boleh dilakukan oleh petugas


yang telah memiliki keahlian dalam pekerjaan perancah dan
wewenang dalam melakukan kegiatan tersebut.
y) Setiap tahapan pekerjaan perancah harus mengikuti urutan
sesuai ketentuan teknis yang telah ditentukan oleh petugas yang
mempunyai wewenang
z) Tahapan atau urutan yang dibuat oleh tenaga teknis berkeahlian
pekerjaan

perancah

harus

di

dokumentasikan.

Tenaga ahli perancah yang mempunyai sertifikat perancah dan /


atau Petugas K3L khusus perancah/petugas K3L konstruksi

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 29 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

c. Prosedure Cara memasang perancah


1) Pemasangan main frame dilakukan dengan cermat dan teliti
2) Pemasangan U Head harus dilakukan dengan cermat dan teliti
3) Pemasangan crossing brace harus dilakukan dengan cermat

4.2.2

Pembuatan dan perakitan Acuan/cetakan

Gambar 4.3 cetakan/acuan balok

a. Fungsi dan persyaratan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat


lantai beton
1) Fungsi
Sebagai konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak/membuat beton yang akan di cor, sesuai dengan
ukuran yang diharapkan.
2) Persyaratan
a) Kualitas : acuan/cetakan harus memiliki kekuatan, kestabilan, dan
kestabilan, tidak mengalami deformasi, kedap air, tahan terhadap
getaran vibrator, memiliki keakurasian bentuk, ukuran dan posisi.
b) Keselamatan : keselamatan pekerja harus terjamin, bekisting
harus didirikan dengan kekuatan yang cukup sehingga bisa
menahan beban hidup dan beban mati tanpa mengalami
keruntuhan.
c) Praktis, mudah dipasang

dan

dibongkar tanpa

terganggu

ukurannya, dan dapat digunakan berkali-kali

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 30 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b. Alat dan bahan untuk pengerjaan acuan/cetakan beton


1) Alat
a) Palu
b) Obeng
c) Paku, baut dan klem besi
d) Cat meni, paselin, dan stempet agar cetakan/acuan tidak melekat
2) Bahan
a) Kayu ( papan, triplex, multiplex )
b) Besi
c) Fiber glass ( terutama untuk bentuk-bentuk khusus )

c. Pelaksanaan mengerjakan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat


lantai beton
1) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk balok dan pelat lantai

a) Harus ada shop drawing sebelum pekerjaan bekisting balok/pelat


lantai dimulai.

b) Material panel-panel bekisting yang telah difabrikasi diperiksa


dan dipasang sesuai dengan kode-kode yang ada di dalam shop
drawing.

c) Material dari bekisting balok/pelat harus dilapisi oli bekas (nonexpose) atau mold-oil & form-oil (expose). Untuk bekisting bekas
harus telah di treatment (dirawat) secara memadai hingga layak
dipakai kembali.

d) Jarak scaffolding, jarak horibeam, stood-stood harus sesuai


dengan shop drawing.

e) Periksa jarak formties dan bracing pada balok yang cukup tinggi
(tergantung dimensi).

f) Periksa posisi sparing kebutuhan M&E sesuai dengan shop


drawing.

g) Pastikan ukuran dimensi bekisting balok dengan meteran.


h) Periksa elevasi pelat lantai dan balok dengan alat ukur, apakah
telah sesuai dengan gambar kerja dan apakah ada perbedaan
elevasi antara pelat satu dengan lainnya.

i) Periksa ketegakan sisinya dengan siku logam/unting-unting.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 31 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

j) Periksa kelurusan bekisting dengan tarikan benang pada


balok, terutama pada balok tepi, sisi bekisting harus sejajar
tarikan benang.
k) Pada

balok

dan

pelat,

periksa

kerapatan

sambungan/pertemuan ditutup dengan sealtape/busa atau


sejenisnya.

Gambar 4.4 cetakan/acuan balok dan pelat


2) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk struktur kolom;
a) Pada

kolom,

pekerjaan

cetakan/acuan

pekerjaan penulangan selesai.


dipotong

sesuai

membentuk

ukurannya

persegi panjang

dilakukan

setelah

Papan plywood yang telah


disatukan

dengan

dengan ukuran

kayu

5/7

sesuai yang

ditentukan.
b) Kemudian dijepit dengan sabuk kolom dan dipasang pipa support
dengan cara menopang pada sabuk cetakan/acuan di keempat
sisi cetakan/acuan yang sekaligus berfungsi untuk mengatur
posisi cetakan/acuan
c) Setelah itu dipasang batas kolom sebagai batas stop pengecoran
d) Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu pengecekan oleh
pengawas, mengenai baut skrup yang terpasang pada kekuatan
struktur perancah dan kerapatan dari cetakan/acuan.
e) Setelah dicek , sudah tidak ada kekurangan atau kesalahan, maka
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 32 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

pekerjaan penulangan dapat dimulai

CETAKAN DENGAN SABUK BAJA

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 33 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

CETAKAN KOLOM DENGAN BAND PENGIKAT

CETAKAN DENGAN NCINCIN PENGAPIT

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 34 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

BEKISTING KOLOM BULAT

Gambar 4.5 jenis-jenis cetakan/acuan kolom

3) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk struktur tangga


Sebelum tangga dicor, perlu dibuat acuan, biasanya acuan terdiri
dari papan yang dirangkai atau lapisan tipis yang dipres dan dibentuk
sesuai dengan rencana. Contoh di bawah ini ditunjukkan acuan
tangga beton dengan bentuk sederhana

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 35 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

CETAKAN TANGGA

Gambar 4.6 cetakan/acuan tangga


d. Prosedur membuat dan merakit acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan
pelat lantai beton
1) Pekerjaan perancah dilakukan dengan cermat dan teliti
2) Pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakuakan dengan cermat dan
teliti
3) Pengecekkan pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakukan dengan
cermat dan teliti

4.2.3

Melakukan perakitan dan pemasangan tulangan beton


a. Jenis tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
Ada dua jenis tulangan yaitu Besi dengan bentuk yang polos dan Besi
Ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip dengan
permukaan yang licin serta bundar sementara Besi ulir memiliki bentuk
bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada
proses pembuatannya. Besi beton pada umumnya dipakai bermutu U24. (SI.1). ukuran dan diameter besi beton yang terpasang harus sesuai
dengan gambar kerja dan syarat-syarat (RKS).

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 36 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b. Cara merakit tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
1) Penganyaman tulangan atas
2) Penganyaman tulangan bawah
3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat
baja lunak
c. Pelaksanaan mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat
lantai beton
Dilakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu. Jarak-jarak ini ditandai
dengan kapur/pensil pada permukaan bekisting.
1) Untuk pembesian pelat lantai dan tangga
a) Pembesian pelat lantai terlebih dahulu pengayaman dilakukan
pada bagian bawah yang posisinya saling bersilangan sesuai
dengan jarak yang ditentukan
b) Persilangan besi tersebut diikat kuat dengan menggunakan kawat
baja lunak.
c) Setelah penganyaman tulangan pada bagian bawah selesai
maka dilanjutkan dengan penganyaman besi tulangan bagian
atas, pelaksanaannya sama dengan penganyaman pada bagian
bawah
d) Pada penulangan/pembasian pelat dibutuhkan pengganjal atau
yang lebih dikenal dengan cakar ayam
e) Cakar ayam berfungsi untuk menempatkan tulangan atas pada
pelat sehingga tebal selimut beton tercapai. Cakar ayam
ditempatkan secara menyebar dengan ketentuan tiap 1 m2 = 3
buah

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 37 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.7 Pembesian pelat


2) Untuk pembesian pada balok
a) Pengerjaan dilakukan pada tulangan bawah terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan tulangan atas, keduanya diikatkan
pada tulangan sengakang dengan kawat baja lunak agar tidak
bergeser pada saat pengecoran
b) Tulangan balok masuk ke dalam kolom sekitar -- arah panjang
agar tumpuan balok cukup kuat, dan diikat kuat dengan kawat
baja lunak

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 38 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.8 Pembesian balok

3) Untuk pembesian pada kolom


a) Penganyaman tulangan dilakukan dari bawah (ditempat yang
disediakan), kemudian dibawa ke atas dengan tower crane
untuk proses penyambungan stek kolom
b) Penyambungan dengan stek kolom dilakukan dengan cara
sengkang

pada

tulangan

beton

yang

akan

dipasang

dimasukkan ke dalam stek kolom yang sudah tersedia


c) Pada saat penyambungan, stek kolom dilonggarkan terlebih
dahulu dengan menurunkan sengkang yang ada pada stek
kolom
d) Tulangan utama pada kolom yang baru, diikatkan dengan
sengkang yang sudah dimasukkan sebelumnya menggunakan
kawat baja lunak agar tidak terjadi pergeseran
e) Tulangan sengkang yang tadi dilonggarkan dikencangkan
kembali

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 39 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.9 Pembesian balok dan kolom


4) Pada

penulangan

pelat,

balok,

kolom

dibutuhkan

beton

decking/tahu beton, fungsinya untuk membentuk selimut beton.


Pemasangan

beton

decking

ditempatkan

menyebar

dengan

ketentuan 1m2 = 3 buah

d. Prosedur mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai


beton
1) Penganyaman tulangan atas dengan cermat dan teliti
2) Penganyaman tulangan bawah dengan cermat dan teliti
3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat
baja lunak dengan cermat dan teliti
4) Rakitan tulangan diganjal dengan tulangan decking/tahu beton
dengan cermat

4.2.4

Pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton


a. Alat dan bahan yang digunakan
1) Alat
a) Concrete pump
b) Kompressor

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 40 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

2) Bahan
a) Beton basah (ready mix)
Cara manual ( Pembuatan adukan beton di tempat )
(1) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu
dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai
ukuran perbandingan
(2) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran
yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran
tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm
dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3
mm x 60 cm x 100 cm.
(3) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk
pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga
peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
(4) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer)
dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen
berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta
air secukupnya.
(5) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan
urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke
tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru
kemudian ditambahkan air secukupnya
(6) Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang
lebih selama 4-10 menit, maka material tersebut berubah
dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tabung mollen
(mixer) dibalikan dan tuangkan kedalam kotak spesi
Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik (
Readymix )
(1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat,
air, semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat
khusus maka kendali proporsi material beton harus
direncanakan.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 41 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-28342000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton
bukanlah hal yang mudah,

diperlukan laboratorium

untuk menganalisa material yang akan digunakan dan


juga

diperlukan

laboraturium

untuk

menguji hasil

perencanaan campuran beton


(3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat
benda uji, dengan komposisi material beton yang
direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara
bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang
dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur
dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume
juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada
konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.
Tabel 1 komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang dibutuhkan
untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton

Semen (kg)

Pasir (kg)

Kerikil (kg)

Air (liter)

w/c ratio

7.4 MPa (K 100)

247

869

999

215

0.87

9.8 MPa (K 125)

276

828

1012

215

0.78

12.2 MPa (K 150)

299

799

1017

215

0.72

14.5 MPa (K 175)

326

760

1029

215

0.66

16.9 MPa (K 200)

352

731

1031

215

0.61

19.3 MPa (K 225)

371

698

1047

215

0.58

21.7 MPa (K 250)

384

692

1039

215

0.56

24.0 MPa (K 275)

406

684

1026

215

0.53

26.4 MPa (K 300)

413

681

1021

215

0.52

28.8 MPa (K 325)

439

670

1006

215

0.49

31.2 MPa (K 350)

448

667

1000

215

0.48

Referensi tabel :
SNI DT 91- 0008 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Dept Pekerjaan Umum.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 42 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching
plant adalah sebagai berikut:

Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat


beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat
halus, semen, fly ash (additive) bila diperlukan, air, dan
bahan admixture.

Pengambilan
agregat

dan

kasar

pengangkutan
dan

agregat

material
halus

untuk
dengan

menggunakan wheel loader. Material yang berupa


pasir

dan

kerikil

yang

berada

pada

tempat

penumpukan material diambil dengan bucket dan


diangkut

dengan

menggunakan

wheel

loader,

kemudian dimasukan ke bin.

Penimbangan material pada Batching Plant dibagi


menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen
dan fly ash bila diperlukan, dan timbangan untuk
air. Jumlah masing-masing material yang ditimbang
sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai kapasitas
concrete mixer truck. Dan ditambahkan bahan
admixture sesuai takaran.
Mengalirkan material pada mobil ready mix, setelah
semua material sudah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash
dan bahan admixture dimasukan satu-persatu ke
dalam

concrete mixer truck. Kemudian

air

ditambahkan ke dalam concrete mixer truck sesuai


dengan jumlah yang dibutuhkan.
Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir,
semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam
drum concrete mixer truck, tahap selanjutnya
adalah pencampuran (mixing) yang dilakukan di
dalam drum concrete mixer truck. Faktor yang
menentukan untuk mendapatkan adukan beton

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 43 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

yang baik adalah prosedur pengisian, ukuran batch,


cara penambahan air, kecepatan mixer dan jumlah
putaran
b) Tulangan besi
Ada dua jenis tulangan besi yaitu besi dengan bentuk yang polos
dan besi ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip
dengan permukaan yang licin serta bundar sementara besi ulir
memiliki bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai
dengan pilihan pada proses pembuatannya

b. Persyaratan pelaksanaan pengecoran


1) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya
2) Semua pekerjaan konstruksi beton pada bangunan dikerjakan dengan
mutu beton K -175. Semua pekerjaan konstruksi beton harus
memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2834-2000
3) Adukan

beton

harus

benar-benar

rata

dan

matang

dengan

menggunakan Ready Mix .


4) Untuk beton konstruksi bermutu K-175 dapat dilakukan dengan cara
manual.
5) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan
pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan
tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga
c. Pelaksanaan mengerjakan pengecoran
Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan (
slump test ) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat
tekan beton
1) Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar,
agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk
memeriksa kualitasnya.
2) Harus memenuh angka slum test yang telah ditentukan sehingga
tercapai mutu beton yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis
3) Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui
workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk pelat,
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 44 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

balok dan kolom tidak boleh terlalu rendah , nilai slumpnya sekitar 12
cm 2cm
a) Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan
beberapa peralatan sebagai berikut ;
(1) Cetakan yang berbentuk

kerucut dengan diameter atas

bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah 20cm


dan tinggi 30 cm
(2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60
cm dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan karat
(3) Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas
cetakan kerucut
(4) Sendok semen dan meteran kecil
(5) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ;
(6) Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil,
dan sendok aduk dekat dengan truck mixer
(7) Ambil adukan beton dari mesin pengaduk ( beton molen)
dalam lori ( gerobak besi ) secukupnya
(8) Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap
(9) Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian
lalu tumbuk pelan-pelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak
didalamnya
(10) Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3
bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap diaduk
dengan sendok dan tumbuk 25 kali
(11) Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan
permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar benarbenar rata lubang kerucut
(12) Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat
pelan-pelan
(13) Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan
terbalik dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut atas
hingga lewat sedikit dari beton
(14) Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak
merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari kerucut
itulah yang disebut slump

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 45 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.10 Slump test


b) Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test
biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan.
c) Untuk mendapatkan uji kekuatan tekan beton
Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan
beton karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan
persyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji.
Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m3 beton, beton ready mix
yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji
(1) Pertama-tama

siapkan

cetakan

silinder

baja

yang

berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton dari


truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan tempatkan
dalam ember
(2) Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke
dalam

cetakan

silinder

dan

ditusuk

25

kali

dengan

menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan sebanyak


tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif.
(3) Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan
diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14
hari dan 28 hari
(4) Setelah

beton mengeras

sekurang-kurangnya

24 jam,

lepaskan beton dari cetakannya, kemudian kita rawat dengan


cara meredamnya dalam air selama 7 hari
(5) Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh
hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji pertama
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 46 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 7 hari


untuk

dilakukan

pengujian

dengan

menggunakan

compression testing machine


(6) Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium
setelah berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa setelah
berumur

28

hari

untuk

dilakukan

pengujian

dengan

menggunakan compression testing machine


(7) Pengujian
machine

dengan

menggunakan

compression

testing

dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan

mesin dimatikan , dan hasilnya kemudian dibaca pada


manometer
Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

No

Tanggal

Umur

Hasil test

Konversi

silinder 15

ke kubus

X 30 cm3

15X15X15

( kg/cm2 )

cm3
2

( kg/cm )
Cor

Test

Hari

Pekerjaan Bore pile ( K- ------)

( kg/cm2)

( kg/cm2)

b-bm

(b-bm)2

1
2
3
4
b

bm = b
n

S = (b-bm)2
n

bk = bm 1,64 S

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 47 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Keterangan :
b

Hasil kuat tekan setelah konversi

bm

Kuat tekan rata-rata

Banyak benda uji

Standar deviasi

bk

Kuat tekan beton karakteristik

( kg/cm2)

( kg/cm2)

( kg/cm2 )

4) Adukan beton yang dicorkan harus dapat mengisi semua ruang


cetakan dengan padat dan dapat membungkus semua baja
tulangan
5) Pelaksanaan pengecoran
a) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air bersih
dan sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air + semen PC
) agar siar-siar sambungan papan cetakan dapat rapat
b) Sejak pekerjaan pengecoran dimulai harus dilanjutkan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah
ditetapkan
c) Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarangsarang krikil maka adukan beton harus dipadatkan selama
pekerjaan pengecoran
d) Pemadatan

ini

dapat

dilakukan

dengan

menusuk-nusuk

(menumbuk memukul mukul dinding cetakan dengan palu kayu,


tetapi

dianjurkan

untuk

senantiasa

menggunakan

alat-alat

pemadat mekanis (alat penggetar)


e) Dengan digunakannya alat penggetar, maka angka slum test dari
adukan beton harus menyesuaikan dan pada umumnya angka
slum test tidak boleh melebihi dari 12,5 cm

f)

Pemadatan baik dengan cara penumbukan atau dengan cara


mekanis(

alat

penggetar)

harus

dihentikan

apabila

pada

permukaan adukan beton yang telah dipadatkan kelihatan adanya


air
g) Apabila dalam pengecoran timbul buih-buih supaya dihilangkan
sebelum beton menjadi kaku (mengeras), sebab buih-buih dapat
menyebabkan terjadinya lubang-lubang kecil dalam beton yang
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 48 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

telah menjadi keras hingga mutu beton akan menjadi berkurang


h) Alat pemadat yang paling baik adalah alat penggetar makanis
(vibrator) tetapi pemadatan dengan alat ini harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut ;
(1) Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan beton
kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan yang khusus boleh
miring sampai 450
(2) Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan horizontal,
karena hal ini dapat menyebabkan pemisahan bahan-bahan
beton
(3) Selama penggetaran, jarum tidak boleh menyentuh baja
tulangan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Jika
tulangan tersentuh oleh jarum maka ikatan antara tulangan
dengan beton dapat lepas, demikian pula getaran-getaran
pada tulangan dapat merambat kebagian-bagian lain dimana
betonnya sudah mengeras
(4) Tebal lapisan adukan beton yang dipadatkan tidak boleh lebih
dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih dari
tebal 30 50 cm. Berhubung dengan itu maka pekerjaan
pengecoran pada bagian konstruksi yang sangat tebal, harus
dilakukanngan baik
(5) Jarum penggetar harus ditarik ke atas apabila permukaan
adukan beton disekitar jarum kelihatan ada airnya, ini
menunjukkan bahwa air semen mulai memisahkan diri dai
bahan tambahan pasir atau kerikil
(6) Pencabutan jarum ke atas tidak boleh dilakukan terlalu cepat
agar rongga-rongga bekas jarum dapat terisi penuh kembali
dengan adukan beton

6) Perawatan pekerjaan beton


a) Selama beton dalam proses pengikatan dan pengerasan maka
beton tidak boleh diganggu dan harus mendapat perawatan yang
baik, agar mutu beton dapat mencapai tingkat mutu yang
maksimal sesuai yang diharapkan
b) Selama 24 jam sesudah pekerjaan pengecoran selesai, beton

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 49 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, pengaliran air,


getaran-getaran dan sebagainya yang dapat mengganggu proses
pengikatan bahan-bahan beton ( ditutup dengan papan-papan
atau seng atau kertas zak semen atau plastik/geotekstile)
c) Selama 2 minggu sesudah dicor, beton harus dilindungi terhadap
pengaruh

sinar

matahari

secara

langsung

dengan

jalan

membasahi secara terus menerus misalnya dengan menutupi


karung-karung basah pada permukaan beton
d) Apabila karung telah menjadi kering maka harus dibasahi lagi
dengan disiram air, demikianlah seterusnya pekerjaan ini diulangulang sampai selama 2 minggu
e) Pada pelat-pelat beton, cara membasahi terus menerus dapat
dilakukan dengan menggenangi air
7) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan
a) Cetakan/acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi
yang dicor telah mencapai kekuatan yang cukup kokoh untuk
memikul beras sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang
bekerja padanya
b) Apabila

dalam

menentukan

saat-saat

pembongkaran

cetakan/acuan tanpa dibuat benda-benda uji, maka jika tidak


ditentukan lain, cetakan/acuan boleh dibongkar setelah berumur 3
minggu
c) Apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan/acuan dibongkar,
beban yang bekerja pada bagian struktur itu tidak akan melampaui
50%

dari

jumlah

beban

rencana,

maka

pembongkaran

cetakan/acuan dapat dilakukan setelah beton berumur 2 minggu


d) Jika tidak ditentukan lain, cetakan/acuan samping dari balok,
kolom ( tiang ) dan dinding boleh dibongkar setelah beton berumur
3 hari
e) Cetakan balok lantai boleh dibongkar jika semua kolom sebagai
pendukungnya telah dibongkar, cetakan hasil pembetonannya
harus baik, tidak berongga dan tidak terjadi sarang-sarang kerikil,
f)

Pada bagian konstruksi yang telah dibongkar cetakannya dan


ternyata terdapat rongga-rongga atau sarang-sarang kerikil, maka
cacat-cacat tersebut harus diperbaiki hingga beton yang utuh

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 50 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

dengan mutu yang tidak berubah sedikitpun


g) Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalan system
beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan
kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahanbahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama
semakin mahal dan langka.
h) Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu
menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya
system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di
permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi )
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan
system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan
missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi
dengan kualitas produk yang baik.

d. Prosedur melaksanakan pengecoran


1) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air bersih dan
sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air + semen PC )
dengan cermat dan hati-hati agar siar-siar sambungan papan
cetakan dapat rapat
2)

Pekerjaan pengecoran harus dilanjutkan dengan cermat dan teliti


tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah
ditetapkan.

3) Selama pekerjaan pengecoran, adukan beton

harus dipadatkan

dengan cermat dan teliti, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga


kosong dan sarang-sarang krikil
4) Perawatan peerjaan beton dilakukan dengan cermat dan teliti
5) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan dilakukan dengan cermat
dan teliti

4.3
4.3.1

Melaksanakan pekerjaan struktur kayu


Konstruksi sambungan kayu
a. Jenis dan fungsi konstruksi sambungan kayu
1) Jenis sambungan kayu dibagi dalam 3 kelompok ialah:

a) Sambungan kayu arah memanjang


Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 51 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b) Sambungan kayu yang arah seratnya berlainan (menyudut)


c) Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan)

2) Fungsi konstruksi sambungan kayu


a) Sambungan memanjang digunakan untuk menyambung
balok, tembok, gording dan sebagainya.
b) Hubungan kayu banyak digunakan pada hubungan-hubungan
pintu, jendela, kuda-kuda dan sebagainya.
c) Sedangkan sambungan melebar digunakan untuk bibir lantai,
dinding atau atap
b. Pelaksanaan mengerjakan konstruksi sambungan kayu
Sambungan

Kayu

Arah

Memanjang

Mendatar.

Sambungan

memanjang ini terdiri dari sambungan mendatar dan tegak lurus;


1) Sambungan bibir lurus
2) Sambungan bibir lurus berkait
3) Sambungan bibir miring
4) Sambungan bibir miring berkait
5) Sambungan memanjang balok kunci
6) Sambungan memanjang kunci jepit

7) Sambungan tegak lurus.


8) Sambungan kayu yang arah seratnya berlainan (menyudut)
Berikut ini digambarkan sambungan-sambungan sebagai berikut :

1. Sambungan Bibir Lurus


Sambungan ini digunakan bila seluruh batang dipikul, misalnya
balok tembok. Pada sambungan ini kayunya banyak diperlemah
karena masing-masing bagian ditakik separuh kayu.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 52 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.11 Sambungan bibir lurus

Gambar 4.12 Sambungan Bibir Lurus

2. Sambungan Bibir Lurus Berkait


Sambungan kait lurus ini digunakan bila akan ada gaya tarik yang
timbul. Gaya tarik diterima oleh bidang kait tegak sebesar: L x 1/5
t x Tk
Tk = tegangan tekan yang diizinkan pada kayu/serat kayu dan
oleh bidang geser mendatar sebesar 1/5 t x 1 t x gs
gs = tegangan geser yang diizinkan pada kayu
L
= lebar kayu balok

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 53 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.13 Sambungan Bibir Lurus Berkait

3. Sambungan Bibir Miring


Sambungan bibir miring digunakan untuk menyambung gording
pada jarak 2.5 - 3.50 m dipikul oleh kuda-kuda. Sambungan ini
tidak boleh disambung tepat di atas kuda-kuda karena gording
sudah diperlemah oleh takikan pada kuda-kuda dan tepat di atas
kaki kuda-kuda gording menerima momen negatif yang dapat
merusak sambungan. Jadi sambungan harus ditempatkan pada
peralihan momen positif ke momen negatif sebesar = Q. Maka
penempatan sambungan pada jarak 1/7 1/9 dari kuda-kuda.

Gambar 4.14 Sambungan Bibir Miring

4. Sambungan Bibir Miring Berkait


Sambungan ini seperti pada sambungan bibir miring yang

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 54 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

diterapkan pada gording yang terletak 5 10 cm dari kaki kudakuda berjarak antara 2.50 3.50 m. Gaya tarik yang mungkin
timbul, diterima oleh bidang geser saja sebesar:
a x b x gs
gs = tegangan geser yang diizinkan pada kayu
a

= bidang kait

= panjang bidang geser

Gambar 4.15 Sambungan Bibir Miring Berkait

5. Sambungan Memanjang Balok Kunci


Sambungan balok kunci ini digunakan pada konstruksi kuda-kuda
untuk menyambung kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Ke dua
ujung balok yang disambung harus saling mendesak rata. Dalam
perhitungan kekokohan bantuan baut tidak diperhitungkan.
Ketahanan tarik dihitung sebagai berikut:
a. Daya tahan tarik pada penampang bagian batang yang ditakik
yaitu:
b. ( T a ) x L x tr
tr = tegangan tarik yang diizinkan pada kayu
Untuk kayu jati tr = 100 kg/cm2
c.

Daya tahan tekan dari kait sebesar : a x L x tk


Untuk kayu jati tk = 100 kg/cm2

d.

Daya tahan geser dari kait sebesar : h x L x gs


Untuk kayu jati gs = 20 kg/cm2

Dari ke tiga hasil daya tahan tersebut di atas yang diambil yang
terkecil ialah daya tahan batang tarik.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 55 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Pengaruh baut-baut tidak dihitung, hanya untuk menjepit. Pada


umumnya panjang kunci 100 cm dan panjang takikan 25 cm,
dalam takikan 2 cm.
Jika tepat pada ke dua ujung batang dihubungkan dengan
sebuah tiang kuda-kuda

(makelar), memerlukan lubang untuk

pen yang berguna untuk penjaga-an menyimpangnya batang.


Bila terdapat lubang untuk pen maka disitulah bagian tarik
terlemah.

Gambar 4.16 Sambungan Memanjang Balok Kunci

6. Sambungan Memanjang Balok Kunci Jepit


Dengan adanya gaya-gaya, momen yang terjadi akibat adanya
sambungan kunci hanya satu sisi tersebut, maka kita perlu untuk
menetralkan momen-momen sekunder tersebut dengan membuat
sambungan kunci rangkap yaitu dikanan dan kiri balok yang akan
disambung. Hal ini dinamakan sambungan balok jepit.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 56 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.17 Sambungan Memanjang Balok Kunci Jepit

7. Sambungan Kayu Arah Memanjang Tegak


Sambungan ini biasa digunakan untuk menyambung tiang-tiang
yang tinggi dimana dalam perdagangan sukar didapatkan
persediaan kayu-kayu dengan ukuran yang diinginkan. Untuk itu
perlu membuat sambungan-sambungan tiang, hal ini yang disebut
sambungan tegak lurus.

Gambar 4.18 Sambungan Memanjang Tegak Lurus


Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 57 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

8. Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan)


Untuk papan-papan yang akan dipergunakan sebagai lantai atau
dinding bangunan, disambung terlebih dahulu agar lantai maupun
dinding kayu dapat rapat dan kelihatan bersih. Akan tetapi sebelum
membuat sambungan hendaknya perlu diperhatikan dahulu sisi
mana yang akan disambung.

Adapun teknik penyambungannya bermacam-macam ada dengan


perekat, paku, alur dan lidah dengan profil. Dengan paku
sambungan akan lebih rapat walaupun terjadi susut pada papan
tersebut. Bila dengan sambungan bentuk lain khawatir ada
penyusutan sehingga dinding akan kelihatan jelek, maka dibuat lat
atau profil untuk mengelabui, di samping untuk factor keindahan
dalam pemasangan.

Gambar 4.19 Macam-macam Sambungan Papan Melebar


c. Prosedur membuat konstruksi sambungan kayu
Penyambungan kayu harus dilakukan dengan cermat dan teliti agar
pada sambungan dapat pas dan tepat ( persisi)

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 58 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

4.3.2

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Memasang konstruksi sambungan kayu


a. Maksud dan tujuan mengerjakan perakitan konstruksi sambungan
kayu
Yang dimaksud dengan sambungan kayu adalah dua batang kayu
atau lebih yang disambung-sambung sehingga menjadi satu batang
kayu panjang atau mendatar maupun tegak lurus dalam satu bidang
datar atau bidang dua dimensi. Sedangkan

yang

disebut

dengan

hubungan kayu yaitu dua batang kayu atau lebih yang dihubunghubungkan menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi dalam
satu bidang (dua dimensi) maupun dalam satu ruang berdimensi tiga.
Dalam menyusun suatu konstruksi kayu pada umumnya terdiri dari
dua batang atau lebih masing-masing dihubungkan menjadi satu
bagian hingga kokoh. Untuk memenuhi syarat kekokohan ini maka
sambungan dan hubungan-hubungan kayu harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut:

1) Sambungan harus sederhana dan kuat. Harus dihindari takikan


besar dan dalam, karena dapat mengakibatkan kelemahan kayu
dan diperlukan batang-batang kayu berukuran besar, sehingga
dapat merupakan pemborosan.
2) Harus memperhatikan sifat-sifat kayu, terutama sifat menyusut,
mengembang dan tarikan.
3) Bentuk sambungan dari hubungan konstruksi kayu harus tahan
terhadap gaya-gaya yang bekerja.
b. Prosedur merakitan konstruksi sambungan kayu
1) Pada tiap titik buhul ( titik simpul, titik sambung ), garis sumbu
batang dan garis kerja batang-batang harus bertemu pada satu
titik
2) Beban-beban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada
titik buhul
3) Batang yang dipakai harus utuh dan lurus, agar garis sumbunya
juga lurus
4) Rangkaian batang harus selalu membentuk segitiga-segitiga
supaya struktur stabil
c. Pelaksanaan perakitan/membentuk konstruksi sambungan kayu

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 59 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Merakit atau merakit/membentuk konstruksi sambungan kayu


disebut hubungan Kayu, terdiri dari :
Hubungan kayu siku-siku
Hubungan kayu merupakan dua buah kayu yang saling bertemu
secara siku-siku, sudut pertemuan atau persilangan. Hubungan
kedua kayu tersebut selain dapat dilakukan dengan takikan kayu
dapat pula menggunakan hubungan pen dan lubang. Pen dibuat 1/3
tebal kayu dan lubang pen lebarnya dibuat tebal kayu yang
disambungkan. Untuk memperkuat hubungan kayu tersebut biasanya
menggunakan penguat paku atan pen dari kayu.

Gambar 4.20 Hubungan Kayu Menyudut

Hubungan pen dan lubang terbuka, karena lubangnya dibatasi


dengan 3 bidang. Apabila pada sambungan di atas bekerja gaya
(gaya menekan balok B), maka pada prinsipnya gaya itu ditahan
oleh lebarnya pen supaya pennya kuat, maka bagian pen itu
diperlebar masuk ke balok A dan kayu A di cowak 1/8 - 1/6 lebar
balok B. Hubungan ini disebut hubungan pen dan lubang pakai gigi.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 60 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.21 Hubungan Kayu Menyudut Dengan Lubang dan Gigi

Pada hubungan sudut ada yang memakai istilah ekor burung


terbenam. Pemakaian hubungan ini bila tidak terpaksa karena ada
gaya yang bekerja untuk melepaskan hubungan, untuk itu jangan
digunakan selain dalam pengerjaannya lebih sulit.

Gambar 4.22 Hubungan Ekor Burung terbenam

Hubungan pada pertemuan dapat dibuat dengan menakik setengah


tebal kayu atau dapat juga dibuat hubungan pen dan lubang yang
tembus maupun tidak tembus. Bilamana pada balok tersebut menerima
gaya tarik maka dapat dibuat dengan hubungan ekor burung layang.
Pada bagian yang menerima gaya tarik ditakik sebelah kanan dan
kiri sebesar 1/8 - 1/6 lebar balok.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 61 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.23 Hubungan Ekor Burung Layang

Bilamana hubungan ekor burung agar tidak kelihatan penampangnya


dengan maksud agar kelihatan rapi maka
hubungannya dibuat tidak tembus dengan jalan memotong ekor
burungnya sebesar 2 cm. Dan untuk takikan ukurannya sama
dengan hubungan ekor burung layang.

Gambar 4.24 Hubungan Ekor Burung Layang (tidak tembus)

Sedangkan bila pada hubungan pertemuan terjadi gaya ungkit yang


bekerja maka dapat dibuat hubungannya dengan ekor burung sorong.
Untuk itu bibir ekor burung ditakik tebal kayu dan pada samping
kanan dan kiri dibuat takikan selebar 1/8 - 1/6 lebar
balok
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 62 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.25 Hubungan Ekor Burung Sorong

Apabila pada hubungan pertemuan, dapat dibongkar pasang maka


hubungan dibuat pen dan lubang tersebut tembus dan dadanya dibuat
takikan untuk tempat penguatan dengan pen.

Gambar 4.26 Hubungan Kayu Menyudut Dengan Lubang dan Pen

Pada hubungan persilangan antara 2 balok biasanya digunakan pada


hubungan balok gording dengan kaki kuda-kuda, hubungan balok induk

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 63 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

dengan balok anak. Umumnya hubungan itu disebut loef, voorloef,


dan loef voorloef.
Hubungan loef artinya pada kedua balok saling bersilangan ditakik
sedalam 1.5

cm dari lebarnya. Salah satu takikan ini yang

dinamakan dengan loef.

Gambar 4.27
4.3.3

Hubungan Loef

Memasang konstruksi sambungan kayu


a. Sistem perkuatan konstruksi sambungan kayu
1) Alat Penyambung dalam Konstruksi Kayu :

Baut

Paku

Pasak

Perekat

2) Sambungan dengan baut.


Baut sebagai alat penyambung yang dibebani banyak dipakai
meskipun sebetulnya tidak begitu baik karena:

Efisiensi rendah

Deformasi besar

3) Syarat-syarat

dan

cara-cara

itu

untuk

Indonesia

telah

ditetapkan dalam PPKI Pasal 14 sebagai berikut :

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 64 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

a) Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari
besi yang mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37.
b) Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran
tidak boleh lebih dari 1,5 mm.
c) Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8),
sedangkan untuk

sambungan,

baik bertampang satu

maupun bertampang dua, dengaan tebal kayu lebih besar


dari 8 cm, harus dipakai baut dengan garis tengah paling
kecil 12,7 mm (1/2).
d) Baut harus disertai pelar ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d
dan maksimum 5 mm dengan garis tengah 3 d, atau jika
mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3 d, di mana d =
garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap,
maka tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan
maksimum 4 mm.
e) Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut
kekuatan kayu, yaitu golongan-golongan I, II dan III. Agar
sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang sebaikbaiknya (uitgenut), hendaknya

diambil dari angka-angka

yang tertera di bawah ini (gambar 2).


Golongan I :
Sambungan bertampang satu :
b = 4,8
S= 50 db1 (1 0,6 sin ) atau
S = 240 d2 (1 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua
b = 3,8
S= 125 db3 (1 0,6 sin ) atau
S= 250 db1 (1 0,6 sin ) atau
S= 480 d2 (1 0.35 sin )

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 65 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

b1

d1

S
b2

b2

b1 b 3 b1

b1<b2
1S
2
1S
2

Gambar 4.28 Sambungan baut

Golongan II :
Sambungan bertampang satu :
b = 5,4
S = 40 db1 (1 0,6 sin ) atau
S = 215 d2 (1 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :
b = 4,3
S = 100 db3 (1 0,6 sin ) atau
S = 200 db1 (1 0,6 sin ) atau
S = 430 d2 (1 0,35 sin )
Golongan III :
Sambungan bertampang satu :
b = 6,8
S = 25 db1 (1 0,6 sin ) atau
S = 170 d2 (1 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :
b = 5,7
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 66 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

S = 60 db3 (1 0,6 sin ) atau


S = 120 db1 (1 0,6 sin ) atau
S = 340 d2 (1 0,35 sin )
Dimana :
S = kekuatan sambungan dalam kg
= sudut antara gaya dan arah serat kayu
b1 = tebal kayu tepi dalam cm
b3 = tebal kayu tengah dalam cm
d = garis tengah baut dalam cm

Penempatan baut-baut harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut ;
1. Arah gaya sejajar demgam arah serat kayu.
Jarak minimum:
antara sumbu baut dan ujung
dibebani .........7 d dan

kayu (kayu muka) yang

10 cm

antara sumbu baut dalam arah gaya.......................... 6 d


antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya .. 3 d

antara sumbu baut dengan tepi kayu......................... 2 d

2. Arah gaya tegak lurus arah serat


Jarak minimum :
antara sumbu baut dengan tepi kayu yang dibebani.. 5 d

2d

3d

2d

6d

6d

d dan > 10 cm untuk tarik


2.5 d untuk tekan

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 67 dari 110

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

5d 5d

10 cm
7d

2d 5d

5d

2d

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

3d

2d

6d
5-

2d

10

2d

5-

6d

cm
7d
56

2d

d5
6d

3d

3d
3d

Gambar 4.29 Jarak baut pada sambungan

antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya


... 5 d
antara

sumbu

baut

dengan

tepi

kayu

yang

tidak

dibeban....... 2 d
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 68 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya ......... 5 d


3. Arah gaya membentuk sudut

(0o <

90o) dengan arah gaya

serat kayu, jarak minimum adalah :


antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani alam arah
gaya, ditentukan dengan menginterpolasi lurus di antara
harga ....................... 5 d dan 6 d tetapi harus juga dipenuhi
jarak minimum antara sumbu baut dan

tepi

kayu

yang

dibebani 2 d
antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya ditentukan

dengan

nilai

interpolasi

lurus

di

antara

harga

.. 5 d dan 6 d
antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani
2 d
antara baris baut dan baris baut dalam arah gaya 3d

Sambungan dengan paku.


Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan
paku :

Mempunyai efesiensi yang lebih besar

Memberi pelemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%, yang


sering kali diabaikan saja.

Kekuatan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat-cacat


kayu juga kurang adalah lebih kaku beban-beban pada
penampang lebih merata

untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu yang harus
disambung tidak terlalu tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga
dapat dikerjakan oleh setengah tukang.

Peraturan sambungan paku menurut PKK I adalah sebagai berikut :


a. Sambungan bertampang satu :

1
bd
2

3,5 d 2

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

kd

kd

7d

7d
b

Halaman: 69 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

paku

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

paku

paku

paku

tam pang
satu
1> 25b1

tam pang
satu

1>25b1
b2
b1

tam pang
satu
1> 25b1
1>b1+b2+3d
b1
b2

1>b1+b2+3d
b2
b1

b1=b2
A

b1<b2
C

b2<15b1
B

tam pang
Satu

paku tampang dua

paku tampang satu

b1

b2
b3
b1<b2-b3
F

1>2,5b2
1>b 1+b2+31

b1+b2>1>2,5b1

paku
b2

tampang dua

b2>15b1
D

b1 b2 b2
b1=b2< b3
E

b1

> b1

> b1
1>2b1+b2
d
1>b1+b2
1>2,5b1

paku tampang
satu
1>2,5b1

> b1

> b1

paku
tampang dua

paku
tampang dua

paku
tampang dua

!>2b 1+b2

!>2b 1+b3

!>2b 1+b2

b1 b2 b3

b 1 b2 b3

b1 b2 b3

b1<b2<b3
G

b1<b2<b3
H

b1<b2<b3
I

Gambar 4.30 sambungan menggunakan paku

b. Sambungan bertampang dua:

1
bd
2

3,5 d 2

b 7d

kd

kd

7d

S = gaya yang diperkenankan per paku


b1 = tebal kayu
d = diameter paku (Daftar Va.)
kd

= kokoh desak kayu

c. Ujung

paku

yang

keluar

dari

dibengkokkan tegak lurus arah serat,

sambungan
asal

sebaiknya

pembengkokan

tersebut tidak akan merusakkan kayu.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 70 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

d. Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku,


maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih
dari 20 batang harus dikurangi dengan 20%.
e. Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4
batang paku.
f.

Jarak paku minimum harus memenuhi

syarat-syarat

seperti

ditunjukkan dalam gambar :


1. Dalam arah gaya
12 d untuk tepi kayu yang dibebani
d untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10 d jarak antara paku dalam satu barisan
2. Dalam arah tegak lurus arah gaya
d untuk jarak sampai tepi kayu

12
ya d
n un
5d g d tu
ib k t
10 eb ep
10
d an i k
d
i ay
10 1
u
d 2d

d untuk jarak barisan paku

5d
5d 5d
5d 5d
5d

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 71 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.31 sambungan dengan pak

Sambungan Gigi

SAMBUNGAN
h

h
v

V=89xd
< 60 *

>60*

d=h/4
d = h/6

h>h

Gambar 4.32 Syarat sambungan gigi

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 72 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Sambungan gigi tunggal

GAYA PADA KAKI KUDA-KUDA

Gambar 4.33 Sambungan gigi tunggal

Gambar 4.34. sambungan gigi rangkap

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 73 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Apabila sambungan gigi tunggal tidak memenuhi syarat ( kurang kuat ), maka
untuk mengatasi antara lain dapat dibuat sambungan gigi rangkap
Sambungan gigi rangkap biasanya gigi bagian muka dibuat gigi membagi sudut
luar sama besar, sedang gigi bagian belakang dibuat gigi tegak lurus batang
diagonal

SAMBUNGAN GIGI YANG DIPERKUAT

-BAUT TEGAK LURUS BIDANG L


-DIAMT. LUBANG ~ DIAMT. BAUT ( 5/8
-RING BERGUNA UNTUK MENGURANGI
RUSAKNYA KAYU

Gambar 4.35 Sambungan gigi yang diperkuat

b. Tahapan langkah pemasangan konstruksi sambungan kayu


1) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan hingga siap pakai (tajam

dan tidak dalam kondisi rusak)


2)

Menyiapkan bahan yang diperlukan.

3) Membuat

sketsa-sketsa

pemasangan

konstruksi

sambungan kayu
4) Membuat Balok Pengunci
5) Pasangkan setiap sambungan secara terpisah, periksa
ketepatan

menyatunya

bahu-bahu,

kesikuan

dan

menyatunya garis antara tiang dan ambang


6) Sambungan-sambungan harus disatukan dengan erat
menggunakan alat penyambung

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 74 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

7) Membenahi

kekurangan-kekurangan

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

yang

ada

sehingga

sambungannya benar-benar rata (tidak baling) dan rapat


8) Meratakan sambungan menggunakan ketam halus

c. Tahapan pemasangan konstruksi sambungan kayu ;


1) Pemasangan konstruksi atap
2) Pemasangan talang
3) Pemasangan kusen
4) Pemasangan plafon
5) Pemasangan lantai
6) Pemasangan tangga

Gambar 4.35 Sambungan kaki dengan balok kuda-kuda

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 75 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.36 Sambungan talang

Gambar 4. 37 Sambungan talang di tembok


Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 76 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

d.

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Pelaksanaan pemasangan konstruksi sambungan kayu

1.ATAP

Gambar 4.38 Rencana atap

Gambar 4.39 Hubungan pelat tarik dengan sekup dan kaki kuda-kuda

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 77 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.40 Bumbungan

Gambar 4.41 Detail A

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 78 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.42 Detail B

Gambar 4.43 Detail C

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 79 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

2. PEMASANGAN KUSEN

Gambar 4.44 kusen

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 80 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

3. PEMASANGAN PLAFON

Gambar 4.45 Pemasangan plafon

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 81 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

4. PEMASANGAN LANTAI

Gambar 4.46 lantai kayu

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 82 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.47 Detail

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 83 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.48 Detail B

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 84 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.49 Detail C

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 85 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

5. PEMASANGAN LANTAI

Gambar 4.50 Denah dan tampang tangga

Gambar 4.51 Nama dan bagian tangga

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 86 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.52 Langkah naik pertama dengan ubin

Gambar 4.53 Hubungan ibu tangga tangga dengan tiang sandaran

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 87 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

e. Prosedur memasangan konstruksi sambungan kayu


1) Membuat sketsa konstruksi sambungan kayu
2) Siapkan kayu dengan ukuran-ukurannya
3) Tandai setiap potong dengan jelas dalam huruf cetak
4) Pasangkan

setiap

sambungan,

periksa

ketepatan

menyatunya bahu-bahu, kesikuan dan menyatunya


garis antara tiang dan ambang
5) Sambungan-sambungan harus disatukan dengan erat,
dengan cermat dan teliti

4.4
4.4.1

Melaksanakan pekerjaan struktur baja


Fabrikasi komponen struktur baja
a. Komponen sambungan struktur baja;
1) Baja profil
2) Baja pelat atau baja pilah
b.

Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja


1)

Penandaan atau pengukuran ( marking ) material baja

2) Pemotongan material baja


3) Pembuatan lubang
4) Perakitan ( fit-up )
5) Pengelasan
6) Pengecatan

c. Pelaksanaan fabrikasi komponen struktur baja


1) Tahapan-tahapan fabrikasi tersebut juga apabila fabrikasi dilakukan
di lapangan. Fabrikasi di workshop mempunyai banyak kelebihan
dikarenakan fasilitas di workshop umumnya lebih lengkap bila
dibandingkan dilaksanakan dilapangan
2) Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal
fabrikasi struktur baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan
sesuai dengan shopdrawingyang sudah disetujui oleh pihak yang
berwenang. Penandaan bukan hanya untuk menandai ukuran
potongan baja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan
untuk menghindari kesalahan dalam indentifikasi untuk perakitan
ataupun untuk ereksi nantinya
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 88 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

3) Proses pemotongan merupakan tahap berikutnya, Banyak cara


dalam proses pemotongan diantaranya dengan menggunakan api (
flame cutting) yaitu pemotongan dengan menggunakan oxygen yang
dicampur dengan gas metan (LPG). Pemotongan dengan metode ini
paling banyak digunakan mengingat cepatnya proses pemotongan
dan dapat dilakukan untuk berbagai ukuran, ketebalan dan bentuk
potongan, sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaannya
4) Pembuatan lubang untuk baut merupakan tahap berkelanjutan.
Lubang untuk baut pada struktur baja umumnya dilakukan dengan
menggunakan mesin punching, membuat lubang dengan metode ini
sangat terbatas ketebalannya, AISC sendiri mensyaratkan tebal
material yang dilubangi adalah diameter lubang ditambah 1/8 inc.
Metode lain ialah menggunakan mesin bor, proses pembuatan
lubang dengan metode ini akan lebih lama dibandingkan dengan
mesin punching, Untuk menjaga keakuratan jarak antar lubang
banyak workshop yang sudah menggunakan mesin CNC ( Computer
numerically controlled )
5) Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian
dilakukan perakitan dengan cara dilas cantum ( tack weld ) atau
dikenal dengan proses fit-up atau assembly. Proses perakitan harus
dilaksanakan lebih hati-hati harus sesuai dengan shopdrawing baik
itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri, dikarenakan
apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai
dilas maka proses perbaikannya akan lebih sulit lagi
6) Proses

pengelasan

merupakan

tahapan

berikutnya,

setelah

perakitan. Proses pengelasan terdiri dari berbagai proses, umumnya


proses pengelasan untuk struktur baja dengan proses SMAW (
Shielded

Metal

Arch

Welding

),

tetapi

banyak

juga

yang

menggunakan proses GMAW ( Gas Weld Arch Welding ), FCAW (


Flux Cored Arch Welding ) ataupun SAW ( Sub merged Arch Welding
). Proses pengelasan SMAW yang paling banyak digunakan
merupakan proses pengelasan manual dengan menggunakan
elektroda, busur elektroda terbentuk di antara ujung-ujung elektroda
logam berlapis dan komponen baja yang akan dilas

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 89 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

7) Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu


diperhatikan dalam proses pengecatan ialah material cat yang
dipakai dalam proses pengecatan itu sendiri. Tujuan dari pengecatan
adalah untuk melindungi baja dari bahaya kropos disamping juga
estetika

d. Prosedur melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja


1) Memahaman gambar kerja dengan cermat dan teliti
2) Melaksanaan pekerjaan pengukuran dan penandaan dengan cermat
dan teliti pada material baja
3) Melaksanakan pekerjaan pemotongan dengan teliti
4) Melaksanakan pembuatan lubang dengan cermat dan teliti untuk
kebutuhan perakitan
5) Melaksanakan perakitan dengan cermat dan teliti sesuai nomor urut
yang telah ditentukan
6) Melaksanaan pekerjaan pengelasan dengan cermat dan teliti

4.4.2

Perakitan komponen struktur baja


(1) Pemotongan komponen struktur baja
Pemotongan hanya boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji
besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan.
Semua bekas pemotongan komponen baja harus rapih dan rata.
(2) Klasifikasi sambungan komponen struktur baja
1) Sistem sambungan dan bentuk rangka baja terdiri dari :
a) Tipe penyambungan antara kolom dan beam
b) Tipe pengikat (bracket), las di tempat, dengan plat gusset
c) Tipe sambungan antar kolom
d) Tipe splice, pengelasan & dasar kolom

2) Metode penyambungan:
a) Sambungan paku keling dan baut
b)

Sambungan baut tegangan tinggi dan

c)

Sambungan las.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 90 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

a) Sambungan dengan Paku keling dan baut mur


(1) Garis tengah lubang dari pelat yang akan dikeling selalu dibuat
1mm lebih lebar dari pada diameter paku
(2) Batang paku mempunyai kepala pada ujung yang satu, dan pada
ujung yang lain lurus
(3) Setelah batang paku dibakar hingga berwarna merah membara,
kemudian paku dimasukkan ke dalam lobang pelat yang akan
dikeling
(4) Pada kepala paku ditahan dengan penahan yang berbentuk
seperti kepala pakunya, dan ujung yang lain dipukul dengan alat
pistol yang digerakkan oleh kompresor
(5) Terakhir bagian yang dipukul dibentuk kepala dengan ujung pistol
hingga batang paku mempunyai kepala kembar, hingga
sambungan yang dikeling terikat rapat
(6) Sedapat mungkin dihindari pengelingan di tempat pekerjaan yang
telah didirikan di lapangan ( karena pelaksanaannya sulit), kondisi
tersebut penyelesaiannya dari bagian-bagiannya menggunakan
baut mur
b) Sambungan dengan las
(1) Kawat las yang biasa dipakai ada 3 jenis :
Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0
mm untuk plat baja yang lebih tebal
Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai
adalah type RD 460.
(2) Energi /daya yang digunakan untuk pengelasan yang sempurna :
Untuk kawat diameter 2,6 mm -----> 3.000 Watt - 8.000 Watt
Untuk kawat diamater 3,2 dan 4,0 mm ----------> 5.000 Watt 12000 Watt
(3) Dihindarkan

adanya

pengelasan

pokok

setelah

kap

baja

terpasang terhadap bahaya keruntuhan. Yang sangat penting


hasil dari cara melas adalah keserbasamaan (keseragaman) dan
rupa las, serta kematangan pengelasan.
(4) Setelah pengelasan biasanya akan timbul kerak-kerak las ini
harus dibersihkan dengan cara diketok-ketok dengan palu

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 91 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(hammer).

(3) Pembentukan komponen struktur baja


1) Menghilangkan lapisan karat pada pelat atau profil
2) Merubah bentuk dalam keadaan dingin atau dalam keadaan panas,
seperti mendatarkan pelat-pelat, melempangkan, melengkungkan,
dan menekuk batang-batang dengan menekannya diantara rol-rol
atau memukulnya keras-keras
3) Menggunting atau memotong menurut ukuran
4) Mengetam dan mempres
5) Membentuk profil
6) Menggerek atau meluaskan lubang-lubang untuk paku-paku atau
baut-baut dengan sebuah mesin bor
7) Mengeling paku-paku keeling
8) Mengelas otogin dan mengelas listrik

(4) Pelaksanaan membentuk komponen struktur baja


a. Atap baja

Gambar 4.50 Rencana Atap

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 92 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.51 Detail B

Gambar 4.52 Detail C

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 93 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.53 Detail E

b. Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan .


Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya
(kolom atau ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar
rangka atap baja ringan terpasang sesuai dengan persyaratannya.
Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah:
1)

Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur


(dynabolt)

2)

pada kedua tumpuannya.

3)

Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ringbalk.

4)

Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda


rata.

5)

Sisi miring atap rata (tidak bergelombang).

6)

Tidak ada kerusakan lapisan pelindung.

7)

Tidak terjadi deformasi (perubahan bentuk) akibat kesalahan


pelaksanaan pekerjaan.

4.4.3

Pemasangan komponen struktur baja


1) Tahapan langkah pemasangan komponen struktur baja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 94 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

a) Periksa peralatan bantu ereksi (tower crane/ mobile crane/ tripod,


katrol/ chain block/ takel, dan kunci momen yang sudah dikalibrasi)
dan gambar kerja yang telah disetujui.
b) Pengangkutan material ke tempat ereksi tidak boleh menyebabkan
material cacat.
c) Material (baja profil, baut, mur, angkur dan kawat las) dan jumlahnya
yang akan dirakit harus diperiksa.
d) Periksa sambungan las baja profil.
e) Periksa angkur kolom pada struktur beton harus sudah terpasang
dengan tepat
f)

Ereksi dimulai dari pemasangan kolom-kolom yang mana angkur


kolomnya sudah terpasang dengan tepat

g) Kolom-kolom yang telah terpasang diikat segera dengan tie beam/


gelagar/ ring balok.
h) Rafter yang telah dipasangkan harus segera diikat dengan gording/
purlin secukupnya, semua baut harus segera dipasangkan.
i)

Pemasangan struktur baja tambahan lain dilakukan setelah


pemasangan kolom dan rafter selesai.

j)

Pelaksanaan lot rangka baja dilakukan sebelum pekerjaan grouting.


Bila terdapat ketidakcocokan lot dan posisi as, sebainya perakitan
ditunda sampai posisi as dan lot sesuai, supaya tidak terjadi puntiran
material baja yang telah terpasang.

k) Pengencangan angkur dan baut dilakukan setelah pengelotan.

2) Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan .


Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya
(kolom atau ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar
rangka atap baja ringan terpasang sesuai dengan persyaratannya.
Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah:
a) Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur
(dynabolt)
b) pada kedua tumpuannya.
c) Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ring balk.
d) Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda
rata.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 95 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

e) Sisi miring atap rata (tidak bergelombang).


f)

Tidak ada kerusakan lapisan pelindung.

g) Tidak terjadi deformasi (perubahan bentuk) akibat kesalahan


pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 4.54 contoh sistem tumpuan Wall-Plate, Kuda-kuda ditumpukan pada


boxed C75.100 , diikat dengan grip segitiga
b. Pelaksanaan pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter)

a) Tiang Kolom menggunakan WF 300.150.6,5.9.


b) Span / Rafter memakai bahan Baja WF ukuran 250.125.6.9
dilengkapi monitor pada bagian atas memakai bahan Baja
WF 100.50.5.7, dibantu alat berat Crane.
2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan

1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter)


(1) Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting

dari proses ereksi. Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar


menggunakan baut jangkar ditempatkan di beton sesuai gambar
ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai
dengan pola lubang baut di base plate.

(2) Span sudah mulai diangkat Crane


Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 96 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(3) Pada bagian ujung Span di ikat tambang untuk mengarahkan


posisi

(4) Terlihat sebelah kanan sudah tepat pada posisi yang diinginkan,

(5) Sebelah kiri terlihat posisi mulai mendekat dan tukang mulai
menarinya.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 97 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(6) Hasil akhir Erection terlihat sudah terpasang kuda-kudanya

(7) Hasil akhir Erection Konstruksi Baja

2) Pemasangan kuda-kuda harus mengikuti beberapa langkah kerja


sebagai berikut:
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur
Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 98 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan


a) Persiapan kerja
(1) Menyiapkan gambar rencana atap dan perletakkan kuda-kuda, dan
tidak diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai panduan.
(2) Menyiapkan

semua

peralatan

perlengkapan

keselamatan

dan

kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk tentang persyaratan


melakukan pekerjaan di atas ketinggian (lihat bagian keselamatan
kerja).
(3) Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda,
antara lain: bor dan hexagonal socket, meteran, selang air
(waterpass), alat penyiku, mesin pemotong, gergaji besi, palu, dan
sebagainya.
b) Leveling dan marking
(1) Memastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan rata
dan siku, dengan menggunakan selang air (waterpass) dan penyiku
sebagai alat bantu.

Gambar 4.55. Kontrol siku dan leveling ring balok

(2) Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat semua


bagian bangunan dan tersambung secara benar (monolith) dengan
kolom yang ada di bawahnya.
(3) Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda (truss), sesuai dengan
gambar rencana atap.
(4) Mengukur jarak antar kuda-kuda.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 99 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.56. Pemberian tanda posisi perletakan kuda-kuda dan pengukuran jarak
antar kuda- kuda
c) Pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda
(1) Mengangkat kuda-kuda secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan
kerusakan pada rangkaian kuda-kuda yang telah selesai dirakit.

Gambar 4.57. Pengangkat kuda-kuda secara manual


(2) Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas ring balok
atau wall-plate, berdasarkan gambar kerja.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 100 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.58. Pemasangan kuda-kuda di atas ring balok


(3) Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak terbalik. Sisi
kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan acuan posisi saat
pekerja melihat kuda-kuda, dengan mulut web dapat dilihat oleh
pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut sisi kiri, sedangkan
yang berada di sebelah kanannya adalah sisi kanan.
(4) Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak lurus dengan ring
balok menggunakan benang dan lot (unting - unting) .

Gambar 4.59. Kontrol posisi kuda-kuda tegak lurus terhadap ring balok
d) Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket), dengan
menggunakan 4 buah screw 12 14 x 20 HEX.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 101 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Gambar 4.60. Pengecangan kuda-kuda di atas ring balok

(1) Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt,


dan menambahkan balok penopang sementara, agar posisi kudakuda tidak berubah.
(2) Mengulangi langkah ke-1 sampai ke-6 untuk mendirikan semua
kudakuda,
(3) sesuai dengan posisinya dalam gambar kerja.
(4) Memeriksa ulang jarak antar kuda-kuda dari as ke as (maksimum 1,2
meter).
(5) Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda (Apex),
dan memastikan garis nok memiliki ketinggian yang sama (datar).

Gambar 4.61. Kontrol ketinggian kuda-kuda (Apex)


e) Memasang balok nok.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 102 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

(1) Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika bekerja beban


angin. Bracing dipasang di atas top-chord dan di bawah reng.
(2) Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih
dahulu di atas truss, jurai dan rafter.

Gambar 4.62. Pemasangan screw pada reng (Roof Battens)

f)

Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup


atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat
memakai screw ukuran 10-16x16 sebanyak 2 (dua) buah

Gambar 4.63. Pemasangan screw pada reng (Roof Battens)

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 103 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

g) Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang


menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang
sebagai overhang dengan panjang maksimal 120 cm dari kuda-kuda
terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger harus diletakkan dan
di-screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.

Gambar 4.64. Pemasangan outrigger overhang pada kudakuda pelana terakhir

c. Prosedur memasang komponen struktur baja sesuai dengan


gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Memasangan

urutan

komponen-komponen

struktur

pada

bangunan bertingkat seperti kolom, balok, braching, sangat


tergantung dari perakitan yang digunakan dan tipe dari
strukturnya sendiri
2) Apabila penyambungan dengan menggunakan las, bukan baut,
maka prosedurnya akan berbeda dengan penyambungan yang
menggunakan dengan baut. Dengan menggunakan las harus
diperhitungkan efek akibat proses pemanasan pada saat
pengelasan, proses penyusutan dipastikan akan terjadi setelah
proses pengelasan, untuk menghindari penyusutan tersebut

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 104 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

dengan member tambahan panjang pada komponen yang akan


dilas
3) Akhir pekerjaan, pengecekkan dimensi, termasuk vertical
kolom, kelurusan balok. Toleransi dari penyimpangan yang
diijinkan diatur oleh standar seperti AISC

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI

5.1.

Sumber Daya Manusia

5.1.1. Instruktur
Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur
adalah untuk :
a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
b. Membimbing

peserta

melalui

tugas-tugas

pelatihan

yang

dijelaskan dalam tahap belajar.


c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan
untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 105 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber


tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f.

Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu


jika diperlukan.

5.1.2. Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
a. Melaksanakan

penilaian

apabila

peserta

telah

siap

dan

merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan


peserta.
b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya
dengan peserta.
c. Mencatat pencapaian / perolehan peserta.

5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan


Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.
5.2.

Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )


5.2.1.Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung
proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan
materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
Buku referensi (text book)/ buku manual servis
Lembar kerja

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 106 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Diagram-diagram, gambar
Contoh tugas kerja
Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini
untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang
tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong
kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam
suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika
ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman
belajar ini tidak tersedia/tidak ada.

5.2.2. Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:


Judul

: Teknologi Beton

Pengarang

: Paul Nugraha , Antoni

Penerbit

: LPPM dan Penerbit ANDI

Tahun terbit

: Juli 2007

Judul

: Konstruksi Bangunan Gedung

Pengarang/Peng-

: Ir. Imam Subarkah

himpun
Penerbit

Idea Dharma Bandung

Tahun terbit

: Januari 1980

Judul

Konstruksi Baja

Pengarang

Ir.A.P.Potma, Ir. J.E. De Vries

Penerbit

PT. Pradnya Paramita

Tahun terbit

September 1994

Judul

Konstruksi Bangunan Gedung

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 107 dari 110

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung

Kode Modul
F.4xxxx.005.02

Pengarang

ITB Bandung

Penerbit

ITB Bandung

Tahun terbit

20012

Judul

: Petunjuk Praktek Bangunan Gedung

Pengarang

: Drs. Suratman, Pr. Sudibyo

Penerbit

: Departemen Pendidikan Menengah Kejuruan

Tahun terbit

: Januari 1983

Judul

Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah

Pengarang

Ir. Ign. Benny Puspantoro, Msc

Penerbit

Universitas Atmajaya, Jogyakarta

Tahun terbit

Februari 1996

5.2.3 Daftar peralatan/ mesin dan bahan


Alat ;
Kompresor
Alat pengelas
Palu
Scaffolding

Vibrator

Bahan : Beton
Besi tulangan
Perancah ( Scaffolding )
Kayu, triplek
Baja
Baut
Paku

Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur


Buku Informasi
Edisi: 2-2013

Halaman: 108 dari 110

Anda mungkin juga menyukai