Anda di halaman 1dari 67

TUGAS AKHIR

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN PONDASI TIANG PANCANG


DENGAN PONDASI SARANG LABA-LABA DILIHAT DARI SEGI TEKNIS DAN
EKONOMIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS SEMARANG

(Analyse The Comparison of Usage Piling Foundation With The Cobweb Foundation Seen From
Economic And Technical Facet At Project of Development Hotel Ibis Semarang)

Diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam menyelesaikan


Pendidikan Tingkat Sarjana ( S1 ) Jurusan Teknik Sipil Ekstensi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

ACHMAD ROMEL A. FIRMANDITA DONI S.


L2A 304 002 L2A 304 020

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN PONDASI TIANG PANCANG
DENGAN PONDASI SARANG LABA-LABA DILIHAT DARI SEGI TEKNIS DAN
EKONOMIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS SEMARANG

(Analyse The Comparison of Usage Piling Foundation With The Cobweb Foundation Seen From
Economic And Technical Facet At Project of Development Hotel Ibis Semarang)

Diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam menyelesaikan


Pendidikan Tingkat Sarjana ( S1 ) Jurusan Teknik Sipil Ekstensi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
ACHMAD ROMEL A. FIRMANDITA DONI S.
L2A 304 002 L2A 304 020

Diperiksa / Disetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Indrastono,DA,M.Ing. Ir. Parang Sabdono,M.Eng.


NIP. 131 773 820 NIP. 131 875 476
Mengetahui
Ketua Pelaksana Program S1 Ekstensi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Diponegoro
Semarang

Ir. Moga Narayudha, SP.1.


NIP. 130 810 731

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas akhir kami ini tanpa
mengalami hambatan dan gangguan yang berarti.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh
setiap mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam
menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada :
1. Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ir. Moga Narayuda, Sp1 selaku ketua Pelaksana Program Teknik Sipil ekstensi
3. Ir Slamet Hargono Dipl, HE selaku sekretaris jurusan Teknik Sipil ekstensi
4. Ir. Indrastono,DA,M.Ing selaku Dosen Pembimbing I Tugas akhir yang senantiasa
memberikan pengarahan.
5. Ir. Parang Sabdono,M.Eng selaku Dosen Pembimbing II Tugas akhir yang senantiasa
memberikan pengarahan.
6. Kedua orang tua yang tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan doa
kepada penyusun, terima kasih juga untuk tambahan uang sakunya.
7. Teman teman angkatan 2004 telah membantu dalam penyusunan sampai dengan
terselesainya laporan ini.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, tetapi bagaimanapun masih
banyak kekurangan dan kesalahan, karena keterbatasan pemahaman dari penyusun
sendiri. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
lebih lengkap dan sempurnanya laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap ketidaksempurnaan ini dapat menjadi
motivasi yang mendorong pembaca untuk melakukan penyusunan yang lebih baik.

iii
Akhirnya kami berharap, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2007

Penyusun

iv
BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. TINJAUAN UMUM


Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti aspek lingkungan, ekonomi
serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang
matang sehingga setiap hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan
datang dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi landasan
utama dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil.
Semua struktur bangunan yang ada diatas tanah didukung oleh
sistem pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari
suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya
sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya.
Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi
alternatif teknis dan ekonomis. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pondasi adalah selain kekuatan pondasi tersebut dalam
menahan beban diatasnya juga memperkecil biaya-biaya yang terjadi
seperti kebutuhan material dan tenaga kerja. Selain itu perlu juga
diperhatikan kemudahan dalam waktu pelaksanaan pembangunan struktur
ini tidak boleh merusak lingkungan sekitar. Laporan yang kami ambil
dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah Analisis Perbandingan
Perencanaan Pondasi Tiang Pancang dengan Pondasi Sarang Laba - Laba
ditinjau dari Segi Teknis dan Ekonomis pada Proyek Pembangunan Hotel
Ibis Semarang. Mengingat semakin meningkatnya tingkat perekonomian
di Indonesia khususnya di kota Semarang hal ini membuat banyak
investor melakukan berbagai macam jenis usaha salah satunya usaha
dalam bidang perhotelan. Kebutuhan akan penginapan ( hotel ) di kota
semarang masih sangat banyak, sedangkan saat ini hotel yang terdapat di
Semarang masih sedikit. Oleh karena itu pihak Owner berani melakukan

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB I PENDAHULUAN I-2

investasi untuk mendirikan sebuah hotel baru di Semarang. Dengan


dibukanya hotel Ibis ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan perhotelan. Untuk itu dengan dibangunnya
hotel Ibis di kawasan Simpang Lima Semarang dirasa sangatlah tepat.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan,
dimana gedung yang dibangun diharapkan terjamin keutuhan strukturnya
sesuai dengan perencanaan yang matang termasuk didalamnya penentuan
jenis pondasi yang digunakan.

I.2. LOKASI
Proyek Pembangunan Hotel Ibis ini berada di Jalan Gajah Mada
128 Semarang, Jawa Tengah. Dipilihnya lokasi ini karena letaknya yang
strategis yaitu dikawasan Simpang Lima, dekat dengan pusat kota tidak
terlalu jauh sehingga memudahkan para pengguna yang ingin beristirahat
ataupun melakukan kegiatan di kota Semarang. Juga ditunjang dengan
adanya sarana transportasi yang memadai.

I.3. LATAR BELAKANG


Kompleksnya sifat, perilaku dan parameter tanah membuat
insinyur sipil terus berusaha mencari solusi yang tepat untuk membuat
suatu sistem pondasi yang tepat untuk menggunakan suatu sistem pondasi
yang secara teknis mampu menahan struktur diatasnya dan secara
ekonomis efisien dan tidak memerlukan biaya yang banyak. Pada proyek
pembangunan hotel Ibis menggunakan pondasi Tiang Pancang dimana
pondasi ini merupakan pondasi dalam. Dalam hal ini penulis mencoba
menganalisa dengan pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba ( KSLL ).
Pondasi KSLL ini merupakan struktur kombinasi yang memungkinkan
adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan antara sistem
pondasi plat beton pipih menerus yang dibawahnya dilakukan oleh rib-rib
tegak pipih tetapi tinggi dengan sistem perbaikan tanah dibawah plat atau
diantara rib-rib.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB I PENDAHULUAN I-3

I.4. PEMBATASAN MASALAH


Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini permasalahan hanya
menitikberatkan pada struktur bawah khususnya pada analisa pondasi
tiang pancang dengan pondasi sarang Laba-Laba (KSLL) yang ditinjau
dari segi teknis dan ekonomis sesuai dengan disiplin ilmu Teknik Sipil.
Pada segi teknis berupa perencanaan struktur pondasi Tiang Pancang dan
pondasi Konstruksi Sarang Laba- Laba ( KSLL ) dan segi ekonomis
berupa perhitungan biaya pada pondasi tiang Pancang dan pondasi KSLL.
Penulis menyadari bahwa perhitungan yang ada masih sederhana dan
mungkin belum sempurna karena keterbatasan penulis dan sampai saat ini
untuk pondasi KSLL masih dilindungi oleh hak paten. Untuk perencanaan
gedung secara keseluruhan tidak akan dibahas secara keseluruhan hanya
diambil garis besarnya saja.

I.5. SASARAN
Laporan tugas Akhir berupa Analisa Perbandingan Pondasi Tiang
Pancang dan Konstruksi Sarang Laba-Laba ( KSLL ) pada Pembangunan
Hotel Ibis ini merupakan kurikulum tingkat sarjana yang harus ditempuh
mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas teknik Jurusan
Teknik Sipil. Sasaran yang hendak dicapai dalam penyelesaian tugas
Akhir ini antara lain :
1 Menerapkan keterkaitan bebera mata kuliah yamg telah diterima
selama pendidikan.
2 Melakukan perhitungan yang teliti dengan mengambil asumsi yang
tepat sehingga secara tidak langsung dapat mendukung perencanaan
suatu gedung yang aman, nyaman, efisien dan ekonomis.
3 Mengkaji dan membahas pengetahuan tentang konsep, filosofidasar,
dan cara dalammendesain pondasi tiang pancang dan pondasi sarang
laba-laba.
4 Tuagas Akhir ini dapat dijadikan latihan awal dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan selesai tepat
waktu sebelum terjun di masysrakat.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB I PENDAHULUAN I-4

I.6. SISTEMATIKA PENYUSUNAN


Tugas Akhir yang kami susun ini disajikan sesuai dengan format
Pedoman Pembuatan Laporan Tugas Akhir yang diterbitkan oleh jurusan
Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang. Tugas akhir ini disusun
dalam 6 ( enam ) bab, yang secara garis besar dapat ditulis sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Judul Tugas Akhir, Latar Belakang, Maksud
dan Tujuan, Lokasi Perencanaan, Metode Pengumpulan
Data, Pembatasan Masalah, dan Sistematika Penyusunan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan umum, dasar dasar perencanaan,
kriteria disain, spesifikasi bahan, metode perhitungan,
pembebanan dan analisis / perhitungan.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang metode pengumpulan data, metode analisis,
dan perumusan masalah.
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PONDASI
Membahas analisa perhitungan pondasi pancang dengan
pondasi KSLL, yang juga memperhitungkan mekanika
struktur dan pembebanan.
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA
Membahas analisa perbandingan perhitungan RAB pondasi
tiang pancang dengan pondasi KSLL.
BAB VI PENUTUP
Merupakan penutup dari Tugas Akhir ini yang berisi tentang
Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-1

BAB II
STUDI PUSTAKA

II.1. TINJAUAN UMUM


Dalam pembanguna suatu struktur perlu dilakukan suatu analisis
ataupun desain dengan dibatasi oleh berbagai kriteria yang digunakan
sebagai ukuran terhadap struktur yang akan didirikan.
Dalam proses perancangan strutural perlu dicari derajat kedekatan
antara sistem struktural dengan tujuan desain (tujuan yang dikaitkan
dengan masalah arsitektural, efisiensi, serviceability, kemudahan
pelaksanaan dan biaya).
Apek arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk struktur yang dipilih
dikaitkan dari segi arsitektur.
Aspek Fungsional
Berkaitan dengan kegunaan gedung yang akan dibangun.
Kekuatan dan Stabilitas Struktur
Berkaitan dengan kemampuan struktur untuk menerima beban-beban
yang bekerja baik beban lateral maupun beban vertikal, dan kestabilan
struktur.
Faktor Ekonomi dan Kemudahan Pelaksanaan
Biasanyan dalam perencanaan suatu struktur terdapat bebagai
alternatif pembangunan, maka salah satu faktor yang berperan
didalamnya adalah masalah biaya (yang dalam hal ini dikaitkan
dengan keadaan ekonomi pada saat pembangunan) dan kemudahan
pelaksanan pembangunan di lapangan.
Faktor Kemampuan Struktur menagakomodasi Sistem Layan Gedung
Pemilihan sistem struktur yang digunakan juga harus
mempertimbangkan kemampuan struktur dalam mengakomodasikan

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-2

sistem layan yang digunakan. Sistem layan ini menyangkut masalah


pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
Maraknya kasus kegagalan konstruksi karena eksploitasi tanah
yang melebihi daya dukungnya tentulah sangat disayangkan. Untuk
menghindari kasus yang serupa maka ada beberapa point yang harus
diperhatikan agar pelaksanaan suatu proyek dapat dikategorikan berhasil :
Input data dengan ketelitian tinggi.
Perencanaan yang mantap dan pelaksanaan konstruksi dengan metode
kerja yang tepat.
Pengawasan pada saat pelaksanaan yang ketat.

II.2 KLASIFIKASI PONDASI


Semua struktur bangunan yang ada diatas tanah di dukung oleh
sistem pondsi pada permukaaan atau dibawah permukaan tanah. Pemilihan
jenis pondasi yang cocok bagi struktur merupakan tanggung jawab ahli
Geoteknik dengan mempertimbangkan pula Faktor ekonomis. Hal-hal
yang dipertimbangkan tidak hanyan harga bahan-bahan dan tenaga kerja,
tetapi juga biaya-biaya yang berkaitan dengan hal-hal lain seperti
mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin
kerusakan pada bangunan didekatnya, dan waktu yang diperluikan untuk
pembangunan.
Secara garis besar, pondasi dapat digolongkan sebagai pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Jenis pondasi dangkal yang sangat umum
adalah pondasi telapak atau pondasi menerus. Pondasi dangkal digunakan
apabila D/B1 tetapi mungkin lebih. Pondasi ini digunakan untuk
menyebarkan beban kolom atau dinding yang sangat terpusat pada
lapisdan tanah dekat permukaaan. Untuk pondasi dalam meliputi pondasi
tiang dan pondasi sumuran, dimana pondasi jenis ini mentransfer beban
struktural ke lapisan pendukung beban yang lebih dalam. Kedalamannya
pada umumnya adalah D/B4, (B = lebar pondasi, D = tinggi
pondasi diukur dari alas pondasi sampai pemukaan tanah).

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-3

Perbedaan antara pondasi dangkal dan pondasi dalam merupakan


hal yang relatif. Suatu pondasi biasanya dangkal bila dapat terjadi
keruntuhan dukung rasional. Hal ini biasa terjadi apabila kedalaman dasar
pondasi kurang dari satu sampai dua kali lebar telapak. Telapak pondasi
hendaknya diletakkan setidaknya pada kedalaman yang cukup untuk
menghindari perubahan-perubahan volume tanah akibat perubahan
kelembaban atau pembekuan dan pencairan. Pada perancangan Pondasi
dangkal ada dua kemungkinan mekanisme keruntuhan yang harus
diperhitingkan yaitu keruntuhan geser pada tanah dan penurunan
berlebihan yang menyebabkan terjadinya penurunan diferensial
melampaui yang dapat di tolelir bagi struktur yang didukung. Untuk itu
diperlukan bebrapa parameter sehingga menghasilkan perancangan yang
baik, yaitu :
Penentuan maksud pembuatan bangunan, jenis perangkaan, profil
tanah, cara konstruksi dan biaya konstruksi.
Penentuan kebutuhan-kebutuhan pemilik.
Pembuatan rancangan dengan tanpa menurunkan mutu lingkungan
dan memakai angka keamanan yang menghasilkan tingkat resiko
seminimal mungkin bagi semua pihak.

II.3. ANALISA TANAH


Kegunaan dari adanya klasifikasi tanah adalah untuk memberikan
gambaran sepintas mengenai sifat-sifat tanah dalam menghadapi
perencanaan pelaksanaan. Klasifikasi tanah diperlukan untuk hal-hal
sebagai berikut :
Perkiraan hasil eksplorasi tanah
Perkiraan standar kemiringan lereng dari penggalian tanah
Perkeiraan presentasi muai dan susut
Perkiraan pemilihan bahan
Perkiraan jenis peralatan untuk konstruksi
Rencana Pekerjaan lereng dan dinding penahan tanah

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-4

Menurut Brdja M. Das, tanah pada umumnya tergantung ukuran


partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Tidak semua lokasi
memiliki jenis tanah yang baik, maka dari itu diperlukan suatu perbaikan
tanah yang baik. Perbaikan tanah perlu dipertimbangkan seiring dengan
pertimbangan modifikasi pada struktur dan pondasi. Evaluasi yang tepat
pada model dan besarnya kegagalan sangat diperlukan dalam memilih
langkah perbaikan yang tepat. Jika struktur dibangun di atas tanah yang
lunak maka ada faktor yang harus diperhatikan, misalnya karena tidak
cukupnya daya dukung atau deformasi tanah yang berlebihan. Metode
perbaikan tanah biasanya diklasifikasikan menjadi 5 tipe, yaitu :
1 Replacement (penggantian)
2 Dewatering dan atau preloading (peneringan dan atau
pembebanan awal)
3 Densification (pemadatan)
4 Solidification (penerasan)
5 Soil Reinforcement (penguatan tanah)

Berdasarkan syarat kedalamannya, metode penggantian tanah dan


penguatan tanah biasanya pada tanah dangkal beberapa meter dari atas,
sedangkan yang lain dapat dipakai untuk tanah dangkal maupun tanah
dalam. Tujuan perbaikan tanah pada pekerjaan konstruksi dapat
dikelompokkan menjadi :
Daya dukung dan atau reduksi penurunan
Stabilitas lereng
Reduksi tekanan tanah atau penahan tanah
Kontrol rembesan air

Tipe perbaikan tanah yang sering kita jumpai adalah pemadatan.


Pemadatan tanah merupakan cara yang paling jelas dan sederhana untuk
memperbaiki stabilitas dan kekuatan dukung tanah. Pemadatan
didefinikan

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-5

Sebagai proses menaikan berat unit tanah debgan memaksa


butiran-butiran tanh menjadi lebih rapat dan mengurangi pori-pori udara.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan beban statis atau dinamis pada
tanah. Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh yang mempunyai
sufat-sifat fisis yang sesuai bagi suatu pekerjaan tertentu.

II.4. PERANCANGAN STRUKTUR


II.4.1. Perancangan Struktur Atas
Struktur atas adalah struktur bangunan yang berdiri diats
tanah. Perancangan struktur atas pada laporan Tugas Akhir ini
tidak disajikan secara detail dan menyeluruh, hanya untuk
memperoleh berat bangunan terbesar yang digubakan dalam
perhitungan struktur bawah.

II.4.1.1.Analisa Pembebanan
Sebelum melakukan analisis dan desain struktur,
perlu adanya gambaran yang jelas mengenai prilaku dan
besar beban yang bekerja pada struktur beserta
karakteristiknya. Hal penting dan mendasar adalah
pemisahan antara beban-beban yang bersifat statik dan
dinamik.
1. Beban Statik
Beban Mati
Adalah beban yang bekerja secara vertikal kebawah
pada struktur dan mempunyai karakter yang pasti.
Berat sendiri struktur dan komponen bangunan yang
tidak biasa dipindahkan adalah beban mati. Berat
satuan ( unit weight ) adalah sesuai dengan perturan
pembebanan untuk gedung.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-6

Beban Hidup
Adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada
pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan.
Beban penggunaan ( ocupancy load ) adalah
merupakan beban hidup. Secara khas beban ini
vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang bisa bekerja
secara horisontal.
Beban Khusus
Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan
pondasi, tekanan tanah / Ttekanan air atau pengaruh
temperatur / suhu.
2. Beban Dinamik
Beban Bergetar
Yaitu beban yang diakibatkan getaran gempa / angin
dan juga getran mesin. Struktur yang berada pada
lintasan angin akan menyebabkan angin akan
berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya
energi kinetik angin akan berubah menjadi energi
potensial yang berupa tekanan atau isapan pada
struktur.
Beban Impak
Beban akibat ledakan atau benturan, getaran mesin
dan juga akibat pengereman kendaraan.

II.4.1.2.Gaya-Gaya Gempa
Pada saat bangunan bergetar akibat pengaruh dari
gelombang gempa, maka akan timbul gaya-gaya pada
struktur, karena adanya kecenderungan dari massa struktur
untuk mempertahankan posisinya dari pengaruh gerakan
tanah. Beban gempa yang terjadi pada struktur merupakan
gaya inersia.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-7

Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur


tergantung dari bebrapa faktor yaitu massa dan kekakuan
struktur, waktu getar alami, dan pengaruh redaman dari
struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana
struktur bamgunan tersebut didirikan. Massa dari struktur
merupakan faktor yang sangat penting, karena beban
gempa merupakan gaya inersia yang besarnya tergantung
dari besarnya massa struktur. Beberapa faktor lain yang
mempengruhi besarnya beban gempa yang dapat terjadi
pada struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan
tersebut terdistribusi dari kekakuan dari struktur,
mekanisme redaman dari struktur, jenis pondasi serta
kondisi tanah dasar, dan tentu saja prilaku serta besarnya
getaran gempa itu sendiri. Faktor yang terakhir ini sangat
sulit sekali ditentukan secara tepat karena sifatnya yang
acak.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan
gempa pada umumnya hanya memperhitungkan pengaruh
dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
utama dari struktur secara bersamaan. Besarnya Beban
Gempa Nominal Horisontal akibat gempa menurut
Standart Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Perencanaan Struktur Hotel Ibis ( SNI-Gempa 2002 )
dinyatakan sebagai berikut :

V = C.I.K.Z.Wt

Dimana : V = Beban gempa dasar nominal ( beban gempa


rencana )
Wt = Spektrum respon nominal gempa rencana,
yang besarnya tergantung dari jenis tanah
dasar dan waktu getar struktur T. Untuk

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-8

struktur gedung berbentuk portal tanpa unsur


pengaku yang membatasi simpangan

Tempiris = 0,085 H0,75 ( pengaku baja )


= 0,060 H0,75 ( pengaku beton )
Struktur gedung yang lain Tempiris =
I = Faktor Keutamaan Struktur
K = Faktor Jenis Struktur
Z = Faktor Wilayah, dimana Indonesia
dibagi menjadi 6 wilayah gempa
Koefisien Gempa Dasar (C) pada rumus diatas
digunakan untuk menjamin agar struktur bangunan
mampu untuk memikul beban gempa yang mampu
menyebabkan kerusakan pada sistem struktur.
Besarnyan koefisien C tergantung dari frekuensi
terjadinya gerakan tanah yang bersifat sangat
merusak, yang berbeda-beda untuk tiap wilayah
gempa, kondisi tanah dasar dan waktu getar alami
dari struktur.
Faktor Keutamaan Struktur (I) adalah suatu koefisien
yang diadakan untuk memperpanjang waktu ulang
dari kerusakan struktur yang relatif lebih penting.
Tabel Faktor Keutamaan Struktur dapat dilihat pada
tabel 2.1

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-9

Tabel 2.1. Faktor Keutamaan Struktur


Jenis Struktur Bangunan / Gedung I

1. Bangunan monumental untuk dilestarikan. 1.9


2. Bangunan penting yang harus tetap berfungsi setelah terjadi gempa, 1.4
seperti rumah sakit, instalasi air minum, pembangkit listrik.
3. Bangunan tempat untuk menyimpan gas, minyak, asam, dan bahan 1.6
beracun instalasi nuklir.
4. Bangunan rendah untuk penghunian, pertokoan dan perkantoran, 0.9
tinggi sampai dengan 10 tingkat.
5. Bangunan biasa untuk penghunian, pertokoan dan perkantoran, 1.0
dengan tinggi 10-30 tingkat.
6. Bangunan tinggi untuk penghunian, pertokoan dan perkantoran, 1.2
dengan tinggi lebih dari 30 tingkat.
Sumber : SNI Gempa 2002 I

Faktor Jenis Struktur ( K ) dimaksudkan agar


struktur mempunyai kekuatan yang cukup untuk
menjamin bahwa daktilitas () dari struktur yang
diperlukan tidak lebih besar dari daktilitas yang
tersedia padastruktur pada saat terjadi gempa kuat.

Tabel 2.2. Faktor Jenis Struktur


Jenis Struktur Bangunan K
Tanpa Daktilitas (elastik) : Struktur Umum 1.00 4.00
Daktilitas Tebatas : Cerobong 1.33 3.00
: Portal dengan diagonal 1.60 2.50
: Struktur umum <2 4/
Daktilitas Penuh : Struktur umum >2 (1+10/ )/3
: Portal beton pratekan 3.12 1.40
: Dinding geser kantilever 3.85 1.20
: Portal terbuka 5.06 1.00
Sumber : SNI Gempa 2002 I

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-10

Faktor Wilayah Gempa ( Z )


Tabel 2.3. Faktor Wilayah Gempa
Wilayah Gempa Percepatan Tanah Maksimum Z
Indonesia Pada Tanah Keras ( g )
1 0.26 2.6
2 0.18 1.8
3 0.14 1.4
4 0.10 1.0
5 0.06 0.6
6 0.00 0.0
Sumber : SNI Gempa 2002 I

Definisi Jenis Tanah

Tabel 2.4. Definisi Jenis Tanah


Kedalaman Nilai Rata-Rata Kekuatan Geser Tanah : s ( Kpa )
Lapisan Keras (m) Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak
5 s > 55 45 < s < 55 s < 45
10 s > 110 90 < s < 110 s < 90
15 s > 220 180 < s < 220 s < 180
> 20 s > 330 270 < s < 330 s < 270
Sumber : SNI Gempa 2002 I

Untuk mengetahui tegangan geser tanah tiap lapis


digunakan persamaan Coulumb-Hvorslev :
S = Ci + i . hi . i
Dimana :
S = Tegangan Geser
Ci = Kohesi tanah pada kedalaman i
= ( 2/3 x qc ) / 40
i = Berat volume tanah pada
kedalaman i

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-11

dimana : i = 1,60 t/m untuk qc < 10


kg/cm
i = 1,65 t/m untuk qc = 10 - 25
kg/cm
i = 1,70 t/m untuk qc = 25 -
100 kg/cm
i = 1,75 t/m untuk qc > 100
kg/cm
hi = Kedalaman tanah tiap lapisan
i = Sudut geser dalam kondisi tekanan
efektif pada kedalaman I
Dimana : i = qc x ( 1,00 1,50 )
untuk qc < 30 kg/cm

i = qc x ( 0,50 1,00 )
untuk qc < 70 kg/cm
i = qc x ( 0,25 0,50 )
untuk qc < 100 kg/cm
i = qc x ( 0,10 0,25 )
untuk qc > 100 kg/cm
II.4.2. Perancangan Struktur Bawah
II.4.2.1.Daya Dukung Tanah
Daya dukung (bearing capacity) adalah
kemampuan tanah untuk mendukung beban baik dari segi
struktur pondasi maupun bangunan diaatasnya tanpa
terjadi keruntuhan geser.
Daya dukung terbatas ( ultimate bearing capacity )
adalah gaya dukung terbesar dari tanah dan biasanya diberi
simbol qult. Daya dukung ini merupakan kemampuan tanah
untuk mendukung beban, dan diasumsikan tanah mulai
terjadi keruntuhan. Besarnya daya dukung yang diijinkan

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-12

sama dengan daya dukung batas dibagi angka keamanan,


qult
rumusnya adalah qu =
FK
Tanah harus mampu memikul beban dari setiap
konstrukrsi yang diletakkan pada tanah tersebut tanpa
kegagalan geser (shear failure) dan dengan penurunan
(settlement) yang dapat ditolelir untuk konstruksi tersebut.
Kegagalan geser dapat mengakibatkan distorsi bangunan
yang berlebihan dan bahkan keruntuhan. Penurunan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan struktural pada
kerangka bangunan, retak-retak pada plesteran, pemakaian
berlebihan atau kerusakan peralatan karena
ketidaksejajaran akibat penurunan pondasi. Kerusakan
konstruksi yang disebabkan oleh perencanaan pondasi
yang tidak memadai umumnya diakibatkan oleh penurunan
yang berlebihan. Sehingga perlu diadakan penyelidikan
terhadap tahan geser maupun penurunan. Dalam banyak
hal, kriteria penurunan akan menentukan daya dukung
yang diijinkan, akan tetapui pada beberapa kasus gaya
geser dasar membatasi daya dukung ijin.

II.4.2.2. Persamaan Daya Dukung


Dewasa ini tidak ada metode untuk mendapatkan
daya dukung puncak suatu pondasi selain dari hanya suatu
perkiraan. Ada beberapa teori persamaan daya dukung
yang sering dijumpai penggunaannya, seperti teori
persamaan daya dukung dari Terzaghi, Meyerhof.
Persamaan Daya Dukung Terzaghi
Persamaan-persamaan daya dukung Terzaghi
dimaksudkan untuk pondasi-pondasi dangkal dimana : D
Nilai

qult = C. Nc . Sc + q. Nq + 0.5.g.B.Ng.Sg

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-13

Nq = a/ {2 cos ( 45 + /2 )}

tan ( 0.75 - /2 )
a= e

Nc = tan { Kp / cos -1 }
2
Untuk : menerus bundar bujursangkar
Sc = 1,0 1,3 1,3
Sg = 1,0 0,6 0,8

Tabel 2.5. Faktor Daya Ddukung untuk Persamaan Terzaghi

deg Nc Nq Ng Kpg
0 5.7* 1.0 0.0 10.8/
5 7.3 1.6 0.5 12.2
10 9.6 2.7 1.2 14.7
15 12.9 4.4 2.5 18.6
20 17.7 7.4 5.0 25.0
25 25.1 12.7 9.7 35.0
30 37.2 22.5 19.7 52.0
34 52.6 36.5 36
35 57.8 41.4 42.4 82.0
40 95.7 81.3 100.4 141.0
45 172.3 173.3 297.5 298.0
48 258.3 287.9 780.1
50 347.5 415.1 1153.2 800.0

* = 1.5p +1
Sumber : Mekanika tanah 2, Hary Christady H.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-14

Persamaan Mayerhof
Meyerhof menyarankan suatu persamaan daya
dukung yang mirip dengan saran Terzaghi tetapi
memasukkan suatu faktor bentuk Sq untuk ketentuan
kedalaman Nq.

Beban vertikal : q ult = C. Nc.Sc.dc + q.Nq.Sq.dq +

0,5.B.Ng.Sg.dg

Beban horizontal : q ult = C.Nc.dc.ic + q.Nq.dq.iq +

0,5g.B.Ng.dg. ig
x tan tan {45 +/2}
Nq = e

Nc = ( Nq 1) cot
Ng = ( Nq 1) tan (1,4 )

Tabel 2.6. Faktor factor bentuk, kedalaman dan


kemiringan untuk persamaan daya dukung
Meyerhof :

Faktor Nilai Untuk


Bentuk Sc = 1+ 0.2 Kp B Semua
L

Sq = S = 1+ 0.1 Kp B > 10

L
Sq =Sg = 1 =0

Kedalaman dc = 1 + 0.2 Kp D Semua


B

dc = dg = 1+ 0.1 Kp D > 10
B
dq = dg = 1 =0

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-15

Kemiringan ic = iq = {1 - / 90 } Semua
ig = { 1 - / } > 10

Ig = 1 =0
Dimana Kp = tan ( 45 + /2 )

= sudut resultan diukur dari vertikal tanpa tanda


B, L, D = sudah ditentukan sebelumnya
Sumber : Mekanika tanah 2, Hary Christady H

II.5. PERHITUNGAN PONDASI TIANG PANCANG


Pondasi yang dipilih pada pelaksanaan proyek pembangunan Hotel
Ibis ini adalah pondasi tiang pancang, adapun yang menjadi dasar
pertimbangannya adalah karena lapisan tanah keras yang cukup dalam
yaitu pada kedalaman 30 meter. Daya dukung tiang pancang yang perlu
diperhitungkan meliputi daya dukung vertikal maupun daya dukung
horisontal.
Untuk menentukan daya dukung tiang pancang dapat
menggunakan berbagai cara/data hasil penyelidikan tanah, baik
menggunakan data sondir, data N-SPT, maupun Soil Properties.

II.5.1. DAYA DUKUNG TIANG VERTIKAL


o Berdasarkan Data Sondir
Jika perhitungan tiang pancang didasarkan terhadap tahanan ujung
(q) dan tahanan selimut (c), persamaan daya dukung yang diijinkan adalah
sebagai berikut :
Atiang .P O.L.C
qsafe = +
3 5
dimana :
qsafe = Daya dukung tiang pancang ( Kn)
Atiang = Luas penampang tiang pancang (m)
P = Nilai conus resistance (kN/m)

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-16

O = Keliling tiang pancang (m)


L = Panjang tiang tiap harga cleef rata-rata (m)
C = total friction (kN/m)
Apabila tiang pancang yang dihitung berdasarkan pada rahanan
ujung dan memindahkan beban yang diterima ke lapisan tanah keras
dibawahnya maka rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung
tanah terhadap tiang menjadi :
Atiang .P
qsafe =
3
Kemampuan terhadap kekuatan bahan :
Ptiang = bahan . ATIANG

Dimana :
Ptiang = kekuatan yang diijinkan pada tiang (kg)
tiang = tegangan tekan ijin bahan tiang (kg/cm)
Atiang = luas penampang tiang (cm)
Jika pemancangan tiang sampai tanah keras sulit dilaksanakan
karena letaknya sangat dalam, dapat digunakan tiang pancang yang daya
dukungnya berdasarkan peletakan antara tiang dengan tanah (cleef).
Persamaannya menjadi :
O.L.C
qsafe =
5

o Berdasarkan Data N-SPT


Standart Penetration Test (SPT) Menghasilkan suatu nilai N
(banyaknya pukulan) pada kedalaman tertentu. Daya dukung tiang pada
tanah pondasi umumnya diperoleh dari jumlah daya dukung terpusat dan
tahanan gesr pada dinding. Besarnya daya dukung yang diijikan Ra,
diperoleh dari pasangan berikut :
1 1
Ra = .Ru = .( R p + R f )
n n
Dimana :
n = faktor keamanan
Ru = daya dukung batas pada tanah pondasi (ton)
ACHMAD ROMEL A. L2A 304002
FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-17

Rp = daya dukung terousat tiang (ton)


Rp = gaya geser dinding tiang (ton)
RU = q d . A + U . I I . f i

Dimana
qd = daya dukung terousat tiang (ton)
A = luas ujung tiang (m)
U = panjang keliling tiang (m)
Ii = tebal lapisan tiang dengan memperhitungkan geseran
dinding tiang
fi = besarnya gaya geser maksimum dari lapisan tanah
dengan memperhitungkan geseran dinding tiang (ton/m)
Perkiraan satuan (unit) daya dukung terpusat qd diperoleh dari
hubungan antara L/D dan qd/N.L adalah panjang ekivalen penetrasi pada
lapisan pendukung. D adalah diameter tiang, N adalah harga rata-rata N
pada ujung tiang, yang didasrkan pada persamaan tiang berikut ini :
N1 + N 2
N=
2
Dimana :
N = harga rata-rata untuk perencanaan tanah pondasi pada
ujung tiang
N1 = harga N pada ujung tiang
N2 = harga rata-rata N pada jarak 4D dari ujung tiang

qd/N
Untuk tiang pipa baja yang
terbuka ujungnya
40
30
20 Untuk tiang pancang
biasa
10 tiang
tiang
0
5 10 15

Gambar 2.1. Grafik Perhitungan dari Intensitas Daya Dukung


Ultimate tanah pondasi pada Ujung Tiang

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-18

o Berdasarkan Data Soil Properties


Berdasarkan soil Properties dapat pula dihitung daya dukung tiang
dengan rumus sebagai berikut :
qu + W = ..ds.le.C + / 4.db 2 ( Nc.Cb + .D)
Dimana :
qu = beban ultimate
W = berat sendiri tiang
ds = diameter tiang
le = panjang efektif dinding tiang
= faktor kekuatan geser tanah pada dinding pile = 0,30-
0,50
C = kekuatan geser tanah didasar tiang
db = diameter dasar tiang
Cb = kekuatan tanah pada dasar tiang
Nc = bearing capacity factor
D = kedakaman/panjang tiang
Disamping itu perlu pula diperhitungkan adanya kondisi beban
eksentris (momen) yang akan menyebabkan timbulnya momen luar
disamping adanya beban terpusat vertikal.

PMAX =
V M y .. X max

M x .Ymax
n (n . X ) (
y
2
nx . Y 2 )
Dimana :
Xmax = absis maksimum dari tiang ke pusat berat kelompok
tiang
Ymax = ordinat maksimum tiang pancang ke pusat berat
kelompok tiang
Mx = momen yang bekerja pada kelompok tiang yang tegak
lurus sumbu Y
My = momen yang bekerja pada kelompok tiang yang tegak
lurus sumbu X
n = banyaknya tiang pancang (pile group)
ny = banyak tiang dalam satu baris dalam arah sumbu Y

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-19

nx = banyak tiang dalam satu baris dalam arah sumbu X


X = jumlah kuadrat absis jarak tiang-tiang kepusat kelompok
tiang
Y = jumlah kuadrat ordinat jarak tiang-tiang kepusat berat
kelompok tiang

II.5.2. PENULANGAN TIANG PANCANG


Atiang = Fb + n. Fe
P tiang = b. Atiang
Dimana : Atiang = Luas tiang pancang tunggal
Fb = Luas tiang pancang tunggal
N = Jumlah tiang pancang dalam 1 pile cap
Fe = Luas tulangan dalam 1 tiang pancang
Untuk mengetahui kemampuan tiang pancang terhadap
kemampuan bahan tiang dihitung dahulu penulangan tiang
pancang berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatannya.
Ada 2 cara pengangkatan tiang yaitu :

a L-2a a
L
M1 M1

+
M2

Gambar 2.2. Momen pada Tiang Akibat Pengangkatan


Mendatar

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-20

M1 = q.a q = berat tiang pancang per meter


M2 = 1/8.q. (L 2a) - q.a

L-2a L
M1
--

M2

Gambar 2.3. Momen pada Tiang Akibat Pengangkatan


Menyudut

M1 = q.a
1= [.q. (L a )] - [(.q.a/ (L a )]
MX = R1.x - q.x
Mmax Dmx / dx = 0
R1 q.x = 0

x=
[
R1 L2 (2a.L )
=
]
Q 2(L a )

M max = M 2 =
[ ]
R1 L2 (2.a L ) 1 / 2.q. L2 (2a.L )

[ ]
2( L a ) 2(L a )
2

=
[
1 / 2.q. L2 (2a.L ) ]
2.(L a )
2

M1 = M2

1 / 2.q.a 2 =
[
1 / 2.q. L2 (2.a.L ) ]
[2.(L a )]2

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-21

a =
[L2
(2a.L ) ]
2.(L a )
Untuk pengambilan momennya diambil yang terbesar dari
2 cara tersebut untuk menentukan penulangan tiang pancang. Cara
perhitungan penulangan tiang pancang :
Mu 8
Mn =

Mn
K=
b.d 2 .R1
F = 1 1 2K
R1
As = F .b.d .
fy
Checking :
Asterpasang
terpasang =
b.d
min max
Pondasi tiang kelompok (pile group)
Dalam pelaksanaan jarang sekali dijumpai pondasi yang
hanya terdiri dari satu tiang saja, tetapi terdiri dari kelompok tiang.
Daya dukung tiang dihitung berdasarkan nilai cleef. Persamaan-
persamaan yang digunakan berdasarkan efisiensi kelompok tiang.
qf = eff. Qs

eff = 1
{arctg (d / s ).[(n 1)m + (m 1)n] }
90.m.n
diman :
ff = efisiensi 1 tiang dalam kelompok
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam satu baris
s = jarak antar tiang pancang (as ke as)
s 2,5d (minimal 0,6m dan maksimal 2,0m)
d = diameter tiang pancang

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-22

d s

s s

Gambar 2.4. Tiang Pancang Group

II.5.3. DAYA DUKUNG TIANG HORISONTAL


Beban horisontal yang mungkin bekerja pada tiang adalah
beban sementara, terutama diakibatkan oleh beban gempa. Reaksi
tiang terhadap beban horisontal ditentukan sekali oleh panjang
tiang. Untuk tiang pendek (D/B < 20 ) kegagalan disebabkan oleh
runtuhnya tanah disekeliling tiang, sedangkan pada tiang panjang
(D/B > 20) kegagalan disebabkan oleh kerusakan struktural tiang.
Menurut Brom, daya dukung tiang pancang terhadap
horisontal :
Hu
Hsp =
SF
Dimana :
Hsp = daya dukung horisontal yang diijinkan (kN)
Hu = daya dukung batas horisontal (kN)
SF = faktor keamanan (digunakan 2)

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-23

Nilai Hu untuk tanah non kohesif tiang pancang didapat


dari gambar dibawah ini.

Hu
Kp.B 3 .

e
100
I Diperlambat
h e/d=0 Tanpa Kepala
10

0
1 10 100 1000 10000

M yield
B 4 . .Kp

Gambar 2.5. Grafik Beban Horisontal yang Diijinkan

Dimana :
= berat jenis tanah (kN/m)
Kp = koefisien tanah pasif
B = diameter tiang (m)
Myield = momen leleh (kNm)

Sedangkan menurut Standard Jepang (Mekanika Tanah


dan Teknik Pondasi, Ir. Suyono S.) daya dukung yang diijinkan
dirumuskan sebagai berikut :
Ha = (k .D.a ) /
Dimana :
Ha = daya dukung horisontal yang diijinkan (kg)
k = koefisien reaksi lapisan tanah (kg/cm)
a = besarnya pergeseran normal (cm)
k .D
= 4
4 .E .I

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-24

EI = kekakuan lentur tiang (kg/cm)


K = ko. y (1 / 2 )

Ko = 0,2 Eo.D (3 / 4 )
Y = besarnya pergeseran yang dicari (cm)
Eo = modulus deformasi tanah (28 N)

II.6. KONSTRUKSI SARANG LABALABA ( KSLL )


II.6.1. Tinjauan Umum
Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) ditemukan oleh
anak bangsa Indonesia. Ir Ryantori dan Ir. Sutjipto. Keduanya
lulusan Institut Sepuluh November Surabaya (ITS). Pada tahun
1976 kedua orang ini melihat banyaknya keluhan para kontraktor
ketika membangun gedung bertingkat tanggung (antara 2 sampai
10 lantai). Bangunan lainnya yang telah menggunakan KSLL ialah
Bandara Hang Nadim Batam 3 lantai seluas 18.700 m2, Pasaraya
Sri Ratu Semarang 8 lantai beban normal 900 ton, Hotel Country
Makassar 11 lantai. Gedung Yayasan Universitas '45 Makasar 10
lantai, dan gedung RS Polri Semarang 7 lantai.

Pada penyusunan tugas akhir ini penulis mencoba untuk


menganalisa perbandingan penggunaan pondasi tiang pancang
dengan konstruksi sarang laba laba (KSLL) ditinjau dari segi
teknis dan ekonomis, dalam konteks ini penulis akan
mengeanalisis pembangunan Hotel Ibis yang mennggunankan
pondasi tiang pancang yang akan kami analisis dengan
menggunakan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL)

Sistem Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) merupakan


kombinasi konstruksi bangunan bawah konvensional yang
merupakan perpaduan fondasi plat beton pipih menerus dan sistem
perbaikan tanah. Kombinasi ini kemudian menghasilkan kerja
sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-25

membentuk sebuah fondasi yang memiliki kekakuan (regidity)


jauh lebih tinggi dibandingkan sistem fondasi dangkal lainnya.

Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian flat fondasi


di daerah kolom selalu berbentuk sarang laba-laba. Juga bentuk
jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada
dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk
multi fungsi, untuk septic tank, bak reservoir, lantai, fondasi
tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga) KSLL
berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja
pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk
menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan puntir.

Pekerjaan fondasi memerlukan waktu yang singkat karena


memakai sistem ban berjalan dan padat karya yang sederhana dan
tidak menuntut keahlian yang tinggi. Pembesian rib dan plat cukup
dengan pembesian minimum, 120 kg - 150 kg/m3 volume beton
rata-rata 0,2 - 0.45 m3 beton/m2. Fondasi KSLL akan menjadi
suatu system struktur bangunan bawah sangat kaku dan kokoh
serta aman terhadap penurunan dan gempa. Fondasi KSLL
memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur
bangunan bawah dengan komposisi sekitar 85 persen tanah dan 15
persen beton. Sistem ini berhasil menjawab dilema yang timbul
pada fondasi untuk gedung-gedung yang bertingkat tanggung
(2 - 8 lantai) yang didirikan di atas tanah dengan daya dukung
rendah. Sedangkan untuk kondisi tanah dengan daya dukung
tinggi (baik) bisa digunakan lebih dari 8 lantai. Untuk gedung
yang menggunakan basement, biaya konstruksi basement dapat
dihemat karena fungsi fondasi sebagai lantai dan dinding
basement.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-26

Sesuai dengan definisinya, maka KSLL terdiri dari dua


bagian konstruksi, yaitu :
a. Konstruksi Beton
- Konstruksi betonnyan berupa pelat pipih menerus yang di
bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi
tinggi.

Gambar 2.6. Konstruksi Beton KSLL

- Ditinjau dari segi fungsinya rib-rib tersebut ada tiga macam


yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku.
- Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang
terbalik (menghadap ke bawah).
- Penempatan / susunan rib-ribtersebut sedemikian rupa
sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga
dengan hubungan yang kaku (rigid).

Gambar 2.7. Penempatan Susunan Rib-Rib

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-27

b. Perbaikan Tanah / Pasir


- Rongga yang ada di antara rib-rib (di bawah plat) diisi
dengan lapisan tanah/pasir yang memungkinkan untuk
dipadatkan dengan sempurna.
- Untuk memperoleh hasil yang optimal maka pemadatan
harus dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis
tidak lebih dari 20 cm sedangkan pada umumnya 2 atau 3
lapis teratas harus melampui batas 90 % atau 95 %
kepadatan maksimum (Standard proctor). Adanya
perbaikan tanah yang bisa didapatkan dengan baik tersebut
dapat membentuk lapisan tanah yang bisa dipadatkan
dengan baik tersebut membentuk lapisan tanah seperti
lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi
pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta KSLL akan
merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah
dipadatkan dengan baik.

II.6.2. Keistimewaan Sistem Konstruksi dan Bentuk Pondasi Sarang


Laba-Laba
Konstruksi Sarang Laba-Laba yang sederhana
mengandung keistimewaan yang pada akhirnya mampu
melahirkan berbagai kelebihan/keuntungan teknis maupun
ekonomis.
A. Pelat pipih menerus yang dibawahnya dilakukan oleh rib-rib
tegak, pipih tetapi tegak.
t tb te

Gambar 2.8. Konstruksi Sarang Laba-Laba

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-28

Dari bentuknya, maka dengan bahan yang relatif sedikit


(tb) akan diperoleh pelat yang memiliki kekakuan/tebal
(te) yang tinggi. Pada umumnya, te = (2,5-3,5)tb. Bentuk
ketebalan tersebut tidak merata melainkan bergelombang.
Kekakuan yang tinggi menyebabkan KSLL mampu
mereduksi differential settlement.
B. Penempatan pelat disisi atas rib dan system perbaikan tanah.
P

a
b

Gambar 2.9. Penyebaran Beban pada Pelat KSLL

Proses penyebaran beban dimulai dari bawah pelat yang


berada pada sisi atas perbaikan tanah.
Susunan KSLL akan menghasilkan penyebarkan beban
seperti pada gambar, dimana untuk mendapatkan luasan
pada lapisan tanah asli selebar b, hanya dibutuhkan pelat
efektif selebar a.
C. Susunan rib-rib yang membentuk titik-titik pertemuan dan
penempatan kolom/titik beban pada titik-titik pertemuan rib-
rib
Susunan rib-rib menyebabkan ketebalan ekivalen tidak
merata. Makin jauh dari titik pertemuan rib ketebalan
ekivalen semakin berkurang sehingga menghasilkan grafik
ketebalan ekivalen yang bergelombang.
Perencanaan diatur sedemikian rupa sehingga titik
pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja beban/kolom.
Dengan demikian akan diperoleh grafik penyebaran beban

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-29

yang identik dengan grafik ketebalan ekivalen yang akan


menghasilkan dimensi konstruksi yang ekonomis.

Gambar 2.10. Hubungan Kolom dengan Rib

Susunan rib-rib membentuk petak-petak segitiga dengan


hubungan kaku merupakan suatu hubungan yang stabil
terhadap pengaruh gerakan/gaya arah horizontal.

1
2

Gambar 2.11. Diagram Penyebaran Beban dan


Kekuatan Ekivalen
D. Rib-rib settlement yang cukup dalam
Penempatan rib settlemeny yang cukup dalam diatur
sedemikian rupa sehingga membagi luasan konstruksi
bangunan bawah dalam peteak-petak yang luasnyan tidak
lebih dari 200 m. Angka ini berdasarkan pengamatan empiris.
Keuntungan dari penempatan rib settlement :
Mereduksi total penurunan.
Mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan
terjadinya kemiringan.
Mampu melindungi perbaikan tanah terhadap
kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negative dari
lingkungan sekitar seperti kembang-susut tanah,
kemungkinan terjadinya degradasi akibat aliran tanah.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-30

Menambah kekakuan dari pondasi dalam tinjauannya


secara makro.
E. Kolom mencekram pertemuan rib-rib sampai ke dasar rib.
Hubungan antara konstruksi bagian aras dengan KSLL
menjadi kokoh.
F. Adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan.
Rib-rib beton disamping sebagai pengaku pelat dan sloof,
juga berfungsi sebagai penyekat dari perbaikan tanah,
sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan dengan tingkat
kepadatan yang tinggi. Setelah itu rib-rib dan pelat KSLL
akan menjadi pelindung bagi perbaikan tanah yang sedang
dipadatkan.
Adanya perbaikan tanah dapat membentuk lapisan tanah
yang seperti lapisan batu karabg, sehingga dapat
memperkecil dimensi pelat serta rib.

Dengan uraian tersebut maka kita dapat melihat


keuntungan penggunaan KSLL ditinjau dari berbagai segi, yaitu
A. Teknis Konstruksi
Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian
minimum.
Ketahanan terhadap diferential settlement yang tinggi
karena bekerjanya tegamgam akibat beban sudah merata
pada lapisan tanah pendukung.
Total settlement menjadi lebih kecil karena
meningkatnya kepadatan pada lapisan tanah pendukung
dibawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif
pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL serta
bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari
KSLL.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-31

.Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab


KSLL merupakan suatu konstruksi yang monolit dan
kaku.
Perbaikan tanah didal KSLL memiliki kestabilan yang
bersifat permanent karena adanya perlindungan dari rib-
rib KSLL.
B. Sistem Pelaksanaan
Karena bentuk dan system konstruksinya yang
sederhana, maka memungkinkan untuk dilaksanakan
dengan peralatan yang sederhana dan tidak menuntut
keahlian yang tinggi.
Memungkinkan dilaksanakan lebih cepat dibandingkan
dengan system pondasi lainnya.
C. Ekonomis
Dibanding system pondasi lain, KSLL dengan berbagai
fungsi keuntungan yang terkandung didalamnya, dapat menekan
biaya yang cukup besar. Pada umumnya diperoleh penghematan
sebesar :
30 % untuk bangunan 3 sampai dengan 8 lantai
20 % untuk bangunan 2 lantai
30 % untuk bangunan gudang-gudang kelas I

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-32

II.6.3. Perhitungan Konstruksi Sarang Laba-Laba


II.6.3.1. Ketebalan ekivalen pada KSLL
Didalam perhitungan tebal ekuivalen KSLL
pengaruh dari perbaikan tanah = 0

2R

Gambar 2.12. Luas Penyebaran Akibat beban terpusat pada kolom

Statis momen terhadap sisi atas :

Y = Rt + 4b ( hk - k )
2 Rt + 8b ( hk t )

Ix = 1 (2.. R) ( tc )
12

tc = 12Ix
2..R

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-33

dimana : R > 0,5 a1


a1 = lebar kolom
untuk R < 0,5 a1 te = hk

II.6.3.2.Perkiraan Daya Dukung Tanah


Untuk KSLL, perkiraan kapasitas daya dukung
tanah ditentukan berdasarkan perumusan :

qa ( KSLL ) = 1,5 qa ( pondasi rakit )

dimana :
qa pondasi rakit = q ult / n,
dimana n = angka keamanan =3

q ult = c.Nc.Sc.ic.dc + g.Df..Nq.Sq.iq.dq + 0,5

g.B.Ng.Sg.ig.dg

Untuk = 0 , maka :

q ult = 5,14 c ( 1 + Sc +dc+ic ) +q

B = jarak terkecil antar kolom


Df = kedalaman rib-rib settlement KSLL

qa ( KSLL ) diambil 1,5 qa ( pondasi rakit )


karena bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan pada
KSLL, dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut:
Untuk beban dan luasan sama KSLL memiliki
kekakuan lebih daripada pondasi rakit.
Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL
ikut memperbaiki dan menambah kepadatan /
meningkatnya daya dukung dari tanah pendukung.
Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terbuat
dari KSLL.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-34

Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang


terletak dibagian atas rib, menyababkan tegangan yang
timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah
pendukung.
KSLL memiliki kemampuan melindungi secara
permanent stabilitas dari perbaikan tanah didalamnya.

II.6.3.3.Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum yang timbul.

X x
Rumus qo = R (1 / A e x/Iy e y /Ix )
Dimana :
R = P = resultant gaya-gaya vertical dari beban beban
kolom dan beban-beban dinding diatas KSLL.
A = luasan KSLL
Ix,Iy = momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu
x dan y

Ix = LB/ 12 Iy = BL / 12

ex,ey = eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap

titik pusat luasan pondasi


x,y = koordinat dari titik, dimana tegangan tanah
ditinjau

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-35

II.6.3.4.Perehitungan rib konstruksi


a. Asumsi
1. Tebal ekuivalen maksimum yang diambil :
te ( maks ) = 0,7 hk
hk = tinggi rib konstruksi

Gambar 2.13. Diagram Penyebaran beban

2. Proses penyebaran beban = 45


3. Penyebaran beban dianggap sudah merata pada jarak
0,5 m dibawah rib konstruksi.
4. Diagram penyebaran membentuk limas terpancung.
5. Proses penyebaran beban dimulai dari ketinggian tc
diatas pelat.
b. Perhitungan rib konstrusi ( hk )
a,b = lebar kolom (m)
F = luas daerah penyebaran.
F = ( a + 3.4 hk + 1 ) ( b + 3.4 hk +1 )
Kesetimbangan beban
P = Fqo = qo ( a+ 3.4 hk +1 ) ( b + 3.4 hk +1 )

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-36

qo = tegangan yang bekerja pada lapisan tanah yang


ditinjau
qa = tegangan ijin yang diperkenankan
untuk qo =qa, maka :
P = F qa = qa ( a +3.4 hk + 1 ) ( b + 3.4hk + 1 )

Dari persamaan didapat nilai hki = tinggi rib


konstruksi ideal dimana beban terdistribusi habis. Untuk
memperoleh desain yang ekonomis ( dengan
memanfaatkan pembesian minimum ) , ditentukan :
hk = 0,8 hki maka,
qo = P atau
( a +3,4 hk + 1 ) ( b + 3,4 hk + 1 )

P 1 = qa ( a + 3,4 hk + 1 ) ( b + 3,4 hk + 1 )
Dimana P 1 = P - P 1
Ps = P sisa
a. Dimensi dan Penulangan rib konstruksi
Luas penyebaran F1= P
qs
P = qa ( a + 3,4 hk + 2c + 1 ) ( b + 3,4 hk + 2c + 1 )
Dari persamaan diatas didapat c
c = lebar beban yang dianggap memikul momen
P 1
M = . .c
n 2
n = jumlah rib ( pada umumnya = 8 )
Dengan momen tersebut, biasanya didapat pembesian
minimum.

II.6.3.5.Perhitungan pelat
Beban yan diperhitungkan qa
Lebar pelat yang ditinjau = c

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-37

Bentang pelat = jarak antar rib (seperti gambar


dibawah)
Dengan pembebanan lajur (selebar c), akan diperoleh
dimensi dan pembesian yang minimum.

Gambar 2.14. Lebar pelat yang ditinjau

II.6.3.6.Kontrol Pons
1. Asumsi
a. Dalam perhitungan control terhadap pons, yang
diperjitungkan hanya kekuatan konstruksi betonnya
saja.
b. Bidang geser ( pons ) berada pada jarak 0,7 hk dari sisi
luar kolom.
2. Perhitungan :
F geser (pons ) = n hk b + ( a+b+ 2,8 hk ) 2 t
t = tebal pelat.
kontrol : F < p

II.6.3.7.Perhitungan Rib Settlement.


Untuk estimasi perhitungan penurunan yang terjadi
pada sistem KSLL, bisa dipergunakan rumus-rumus
empiris perhitungan penurunan yang lazim dipergunakan
pada sistem-sistem pondasi dangkal yang lain dengan

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-38

cukup aman. Bahkan sebenarnya masih perlu dikalikan


dengan suatu factor reduksi , hal ini dikarenakan adanya
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh KSLL :
1. Sistem perbaikan tanah didalam KSLL,
memungkinkan dilaksanakannya pemadatan yang
efektif, sehingga dapat dicapai tingkat kepadatan yang
tinggi.Disampin itu, lapisan tanah asli dibawah lapisan
perbaikan tanah akan ikut terpadatkan akibatnya daya
dukung lapisan tanah tersebut akan mengalami
peningkatan. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya
pemampatan akibat beban yang ada diatasnya bisa
direduksi.
2. Bekerjanya cleef pada sisi luar lapisan luar rib
settlement, disamping meningkatnya daya dukung
KSLL juga mereduksi settlement.
3. Penyebaran beban pada lapisan tanah asli di bawah
KSLL sudah merata.
4. KSLL bekerja sebagai suatu kesatuan pondasi yang
cukup luas sehingga daya dukung pondasi bisa
meningkat dan kemungkinan terjadinya penurunan
diperkecil.
5. Adanya beban balance yang cukup tinggi disekeliling
KSLL.
6. Lapisan tanah pada sistem sistem lain yang
memberikan kontribusi terbesar pada total settlement,
pada pondasi KSLL menjadi nol.

Dengan menggunakan rumus empiris untuk


menghitung estimasi penurunan yang terjadi pada sistem-
sistem pondasi dangkal konvesional, kondisi lapisan tanah
teratas dibawah pelat pondasi akan memberikan pengaruh

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-39

yang paling besar terhadap settlement, dibandingkan


lapisan- lapisan dibawahnya.
Pada sistem KSLL, lapisan tanah teratas tersebut
sudah diperbaiki dengan proses pemadatan yang sempurna
atau dengan kata lain lapisan ini sudah tidak bisa
memampat lagi.
Rumus penurunan segera ( immediate settlement ) :
Cc.H Po'+ P
Si = log
1 + eo Po'

dimana :
Si = penurunan segera ( m ) dari lapisan setebal (m)
Po = tekanan overbudden efektif rata-rata, yaitu
tegangan efektif sebelum penerapan bebannya
P = tambahan tegangan vertikal ditengah-tengah
;apisan oleh tegangan akibat beban pondasi
Cc = angka indeks pemampatan
Untuk tanah konsolidasi normal, Tezaghi dan
Peck memberikan hubungan angka kompresi.
Cc = 0,009 ( LL 10 )
Dimana LL adalah Liquid Limit

II.7. Penurunan ( Settlement )

Penurunan ( Settlement ) akan terjadi jika suatu lapisan tanah


mengalami pembebanan. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari
penurunan segera ( Immediate Settlement ) dan penurunan konsolidasi (
Consolidation Settlement ).
1. Immediate Settlement
Yaitu penurunan yang terjadi dengan segera setelah adanya
pemberian beban tanpa terjadi perubahan kadar air. Penurunan ini
biasanya terjadi berkisar antara 0 7 hari dan terjadi pada tanah

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-40

lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai derajat kejenuhan ( Sr


% ) < 90%.

Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma hal 48

Gambar 2.15. Penurunan seketika


Rumus penurunan segera / Immediate Settlement
dikembangkan berdasarkan teori elastis dari Timoshenko dan
Goodier ( 1951 ), sebagai berikut :
1 2
q.B. .Iw
Si = Es
di mana q = besarnya tegangan kontak
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari
bentuk pondasi dari kekakuan pondasi
= angka poisson ratio
Es = sifat elastisitas tanah
qekstrim = R / A My / Wy Mx / Wx + .d
di mana :
qekstrim = besarnya tegangan
R = P = resultante beban vertikal
A=BxL = luas bidang pondasi
My = P.x = momen total sejajar respektif
terhadap sumbu y

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-41

Mx = P.y = momen total sejajar respektif terhadap


sumbu x
Wy = 1/6 B L3 = momen inersia respektif terhadap sumbu y
Wx = 1/6 L B3 = momen inersia respektif terhadap sumbu x
= berat isi beton
d = tebal plat pondasi
Dalam perhitungan penurunan segera / Immediate
Settlement diperlukan faktor pengaruh bentuk pondasi dan
kekakuan pondasi ( Iw ), angka poisson ratio ( ), dan sifat
elastisitas tanah ( Es ), yang dapat dilihat pada Tabel 2.7, Tabel
2.8, dan Tabel 2.9.

Tabel 2.7. Faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan
kekakuan pondasi ( Iw )
Flexible Rigid
Shape Center Average Iw Im

Circle 1.0 0.04 0.85 0.88 6.0


Square 1.12 0.56 0.95 0.82 3.7
Rectangle :
L/B = 0.2 - - - - 2.29
0.5 - - - - 3.33
1.5 1.36 0.68 1.15 1.06 4.12
2.0 1.53 0.77 1.30 1.20 4.38
5.0 2.10 1.05 1.83 1.70 4.82
10.0 2.54 1.27 2.25 2.10 4.93
100.0 4.01 2.00 3.69 3.40 5.00

Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-42

Tabel 2.8. Angka Poisson Ratio ( ) menurut jenis tanah


Type of soil
Clay saturated 4 0.5
Clay unsaturated 1 0.3
Sandy clay 2 0.3
Silt 3 0.35
Sand (dense) 2 0.4
Coarse (void ratio = 0.4 - 0.7 ) 15
Fined - grained ( void ratio = 0.4 0.7) 25
Rock 1 0.4
(depends somewhat on type of rock )
Loess 1 0.3
Ice 36
Conerate 15
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma

Tabel 2.9. Nilai Sifat Elastisitas Tanah ( Es ) menurut jenis tanah


Es
ksf MPa
Clay
Very soft 50 250 2 15
Soft 100 500 5 25
Medium 300 1000 15 50
Hard 1000 2000 50 100
Sandy 500 5000 25 250
Glacial till
Loose 200 3200 10 153
Dense 3000 15000 144 720
Very dense 10000 30000 478 1440
Loose 300 1200 14 57
Sand
Silty 150 450 7 21
Loose 200 500 10 24
Dense 1000 1700 48 81
Sand and Gravel
Loose 1000 3000 48 144
Dense 2000 4000 96 192

Shale 3000 3000000 144 14400


Silt 40 - 400 2 - 20
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-43

2. Consolidation Settlement
Yaitu penurunan yang terjadi akibat adanya perubahan kadar air di
mana air keluar dari pori-pori tanah dan disertai dengan
berkurangnya volume tanah yang diakibatkan beban yang bekerja
pada pondasi yang besarnya ditentukan oleh waktu pembebanan
dan terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100% ) atau yang mendekati
jenuh (Sr = 90 % 100 %) atau pada tanah berbutir halus, yang
mempunyai harga K 10-6 m/s.
Terzaghi ( 1925 ) memperkenalkan teori konsolidasi satu
arah ( one way ) yang pertama kali untuk tanah lempung jenuh air.
Teori ini menyajikan cara penentuan distribusi kelebihan tekanan
hidrostatis dalam lapisan yang sedang mengalami konsolidasi pada
sembarang waktu setelah bekerjanya beban. Beberapa asumsi dasar
dalam analisis konsolidasi satu arah antara lain : tanah bersifat
homogen, derajat kejenuhan tanah 100 % (jenuh sempurna),
partikel/butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak
termampatkan), arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya
dalam arah vertikal. Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan
adalah setebal lapisan tanah lempung jenuh air yang ditinjau.

Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma, hal 49

Gambar 2.16. Penurunan Konsolidasi

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-44

Penurunan konsolidasi dibagi menjadi Penurunan Konsolidasi


Primer dan Penurunan Konsolidasi Sekunder.
Penurunan Konsolidasi Primer
Yaitu penurunan yang terjadi karena aliran air yang meninggalkan
daerah yang terbebani sehingga terjadi pengurangan volume tanah
yang diikuti juga oleh pengurangan kelebihan tekanan air pori
(excess pore water pressure). Besarnya penurunan tergantung dari
waktu.
Penurunan konsolidasi primer terjadi ketika gradien tekanan pori
berlebihan akibat perubahan tegangan didalam stratum yang
ditinjau. Pada akhir konsolidasi primer kelebihan tekanan pori
mendekati nol dan perubahan tegangan telah beralih dari keadaan
total ke keadaan efektif. Penurunan tambahan ini disebut
penurunan sekunder yang terus berlanjut untuk suatu waktu
tertentu, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.23.

Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah ( Mekanika Tanah ) Edisi kedua, Joseph E. Bowles

Gambar 2.17. Grafik penyajian penurunan konsolidasi primer dan


sekunder

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-45

Penurunan konsolidasi primer dibedakan menjadi 2 ( dua ) jenis,


yaitu :
Tanah normal konsolidasi
Apabila lengkungan bertambah secara tajam ( patah ) mendekati
tekanan tanah efektif akibat beban yang berada diatasnya ( Po ),
maka dapat dianggap bahwa tanah tersebut terkonsolidasi normal.
Artinya struktur tanah terbentuk akibat akumulasi tekanan pada
saat deposit yang ada bertambah dalam. Tanah terkonsolidasi
normal adalah tanah yang tidak pernah menderita beban tegangan
efektif yang lebih besar dari tegangan yang ada sekarang
( Sumber : Dasar-Dasar Analisa Geoteknik, I.S. Dunn, L.R.
Anderson, F.W. Kiefer ).

Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah ( Mekanika Tanah ) Edisi kedua, Joseph E. Bowles

Gambar 2.18. Metode Casagrande untuk menentukan jenis


konsolidasi

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-46

Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam perhitungan


penurunan/ settlement pada kondisi tanah normal konsolidasi,
adalah sebagai berikut :
Pc Po

Scp = Cc . H ( log Po + P )
1 + eo Po

Cv
Tv = . t primer
H2

Tv = . .U2

dimana,
Scp = penurunan / Settlement ( cm )
Cc = indeks kompresi tanah
eo = angka pori
Tv =ttotal = waktu perencanaan
tprimer = waktu terjadinya penurunan konsolidasi
H = tebal lapisan tanah
Cv = koefisien konsolidasi ( cm2/detik )
U = derajat konsolidasi
P = tambahan tegangan
Po = effective overburden layer
Pc = preconsolidation pressure
Tanah over konsolidasi
Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang lebih
besar dari Po, maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami over
konsolidasi. Tanah over konsolidasi adalah tanah yang pernah
menderita beban tekanan efektif yang lebih besar daripada
tegangan yang sekarang ( Sumber : Dasar-Dasar Analisa
Geoteknik, I.S. Dunn, L.R. Anderson, F.W. Kiefer ). Adapun syarat
yang harus diperhatikan dalam perhitungan penurunan / settlement
pada kondisi tanah over konsolidasi, adalah sebagai berikut :

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-47

Pc > Po

Scp = Cr . H ( log Po + P )
1 + eo Po

Di mana,
P = tambahan tegangan
Po = effective overburden layer
Cr = compression index pada kondisi over konsolidasi
H = tinggi lapisan yang mengalami konsolidasi
Pc = preconsolidation pressure
Penurunan Konsolidasi Sekunder
Yaitu penurunan yang terjadi setelah konsolidasi primer selesai, di
mana tegangan efektif akibat pembebanan telah konstan.
Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi
pada saat terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang
ditinjau ( atau pada contoh di laboratorium ). Pada tanah yang
jenuh tidak akan mungkin terdapat pengurangan angka pori tanpa
terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih. Tingkat
penurunan sekunder biasanya sedemikian sangat rendah sehingga
tekanan pori yang berlebih tidak dapat diukur. Tekanan sekunder
merupakan penyesuaian kerangka tanah yang berlangsung untuk
beberapa saat lamanya sesudah tekanan pori yang berlebih
menghilang. Karena itu, penurunan sekunder tergantung pada
waktu dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama bahkan
sampai ratusan tahun.
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Scs = C . H ( log t total + t primer )
1 + eo t primer

dimana,
Scs = penurunan / Settlement ( cm )
eo = angka pori

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-48

H = tebal lapisan tanah


C = indeks pemampatan sekunder
Jadi penurunan total (St) yang terjadi adalah :

St = Si + Scp + Scs

dimana,
St = penurunan total
Si = penurunan seketika
Scp = penurunan konsolidasi primer
Scs = penurunan konsolidasi sekunder

2.8. PLAXIS V. 7.2


PLAXIS (Finite Element Code For Soil and Rock Analysis) adalah
program pemodelan dan postprocessing metode elemen hingga yang
mampu melakukan analisa masalah-masalah geoteknik dalam perencanaan
sipil. PLAXIS V 7.2 menyediakan berbagai analisis teknik tentang
displacement, tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah, dan lain-lain.
Program ini dirancang untuk dapat melakukan pembuatan geometri yang
akan dianalisa.
Parameter tanah yang digunakan dalam program PLAXIS diantaranya
yaitu :
a) Berat Volume Tanah Kering / dry soil weight ( dry)
b) Berat Volume Tanah Basah / wet soil weight ( wet)
c) Permeabilitas Arah Horizontal / horisontal permeability (kx)
d) Permeabilitas Arah Vertikal / vertical permeability (ky)
e) Modulus Young / Youngs Modulus (Eref),
f) Poissons Ratio (v)
g) Kohesi / Cohesion (c)
h) Sudut Geser / Friction Angle ()
i) Sudut Dilatasi / Dilatancy Angle ()
PLAXIS terdiri dari 4 program :
1. Input program

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-49

2. Calculation program
3. Output program
4. Curve program

Berikut disajikan beberapa tampilan layar dari program PLAXIS

Gambar 2.19. Input program

Gambar 2.20. Calculation program

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB II STUDI PUSTAKA II-50

Gambar 2.21. Output program

Gambar 2.22. Curve Program

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB III METODOLOGI III-1

BAB III
METODOLOGI

III.1. PENGUMPULAN DATA


Data-data yang digunakan dalam pembuatan dan penyusunan
Tugas Akhir secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis,
yaitu data primer dan data sekunder.

III.1.1. Data primer


Yaitu data yang didapat dari hasil peninjauan dan
pengamatan langsung di lapangan berupa letak, luas areal, kondisi
lokasi, kondisi bangunan disekitar lokasi, juga denah dan gambar
struktur rencana pada proyek pembangunan Hotel Ibis Semarang.

III.1.2. Data sekunder


Yaitu data pendukung yang dipakai dalam pembuatan dan
penyusunan Tugas Akhir baik dari lapangan maupun dari hasil test
laboratorium serta dari literatur-literatur yang ada. Data ini tidak
dapat digunakan secara langsung sebagai sumber tetapi harus
melalui proses pengolahan data untuk dapat digunakan. Data
sekunder yang digunakan dalam penyusunan laporan ini yaitu :
1. Data Tanah hasil penyelidikan dan pengujian dari
Laboratorium Mekanika Tanah UNDIP.
2. Data Pembebanan SNI 1727-1989-F dan SNI 1726-1989-F.
3. Data SNI Gempa 2002
Berdasarkan fungsinya, data dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Data Teknis
Adalah data yang berhubungan langsung dengan perencanaan
struktur pondasi pada Hotel Ibis Semarang yang meliputi :

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB III METODOLOGI III-2

Denah dan sistem struktur bangunan


Data pembebanan struktur
Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah
Wilayah gempa dan sebagainya.
b. Data Non Teknis
Adalah data penunjang dalam perencanaan, yang meliputi :
seperti kondisi / letak lokasi proyek dan metode analisa yang
digunakan.

III.2. METODE YANG DIGUNAKAN


Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang
diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan data. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan studi pustaka.

III.2.1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara peninjauan dan pengamatan langsung di lapangan.

III.2.2. Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan
cara penyelidikan, penelitian, tes atau uji laboratorium, pedoman,
bahan acuan maupun standar yang diperlukan dalam perencanaan
bangunan.

III.3. ANALISA PERHITUNGAN


A. Perhitungan Struktur Atas
B. Perhitungan desain Pondasi Tiang Pancang dan Pondasi Konstruksi
Sarang Laba-Laba ( KSLL ).
C. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB III METODOLOGI III-3

III.4. METODOLOGI

Bagan alir perencanaan pembangunan Hotel Ibis Semarang :

Start

Permasalahan Gedung 11 Lantai


Pondasi Tiang Pancang dan Pondasi KSLL

Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Studi Pustaka

Pembatasan Masalah
1. Struktur Atas
2. Struktur bawah ( Pondasi Tiang Pancang
dan Pondasi KSLL )

Analisis Struktur

Design Pondasi
1 Pondasi Tiang Pancang
2 Pondasi KSLL

AMAN
Perbandingan Pondasi Tiang
Pancang dan KSLL
1 Aspek Teknis
2 Aspek Ekonomis

Kesimpulan Dan Saran

Stop

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB III METODOLOGI III-4

III.5. PENYAJIAN LAPORAN

Tugas akhir ini disajikan sesuai dengan Pedoman Pembuatan


Laporan Tugas Akhir yang ditentukan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang termasuk juga didalamnya
penggunaan bahasa dan istilah-istilah Teknik Sipil.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB VI PENUTUP VI-1

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil Analisa perhitungan penggunaan pondasi Tiang Pancang dan
Konstruksi Sarang Laba-laba pada proyek pembangunan Hotel Ibis
Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari perhitungan diperoleh daya dukung tanah ( qu ) berdasarkan
nilai qc pada kedalaman 0,0 - 2,4 m = 362,392 t/m2 = 36,2392
kg/cm2 dan daya dukung pondasi KSLL sebesar 181,196 t/m =
18,1196 kg/cm2. Dapat disimpulkan bahwa tanah pada lokasi proyek
mampu mendukung beban pondasi, yang ditunjukkan dengan nilai
daya dukung tanah ( qu ) > daya dukung pondasi.
2. Untuk dimensi rib dihitung berdasarkan data tanah dan pembebanan,
dengan perhitungan secara manual maka diperoleh dimensi sebagai
berikut:
a. Ribkonstruksi;
hk :1m
tebal : 0,12 m
b. RibSettlement
hs :2m
tebal : 0,12 m
3. Dari hasil perhitungan manual diperoleh nilai momen yang kecil,
sedangkan dari hasil perhitungan dengan SAP 2000 diperoleh nilai
momen yang lebih besar. Untuk pertimbangan faktor keamanan
diambil Momen dari hasil perhitungan SAP 2000 untuk perhitungan
penulangan, dengan hasil penulangan sebagai berikut :
a. Ribkonstruksi;
Tulangan tekan : 3 25
Tulangan tarik : 3 25
Tulangan pelat rib : 16 - 50
Tulangan beugel : 10 - 150

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB VI PENUTUP VI-2

Gambar 5.1. Penulangan Rib Konstruksi

b. RibSettlement
Tulangan tekan : 3 25
Tulangan tarik : 3 25
Tulangan pelat rib : 16 - 50
Tulangan beugel : 10 150

Gambar 5.2. Penulangan Rib Settlement

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB VI PENUTUP VI-3

c. Pelat Pondasi
Tulangan pelat : 16 - 50
4. Dari hasil perhitungan dengan cara manual dan dengan
menggunakan Plaxis v 7.2 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Penurunan
Metode Analisis Penurunan / Settlement ( cm )
Manual 1,7
Plaxis 4,7

Berdasarkan literatur Pengantar Teknik Fondasi oleh Ir. Rudy


Gunawan, diketahui bahwa Maximum Allowable Settlement untuk
reinforced concrete structure adalah 3 in = 3 x 0,0254 m = 0,0762 m
= 7,62 cm. Maka dapat dikatakan bahwa penurunan yang terjadi
masih dalam toleransi nilai penurunan maksimum yang diijinkan
tersebut.
5. Dari hasil analisis pengaruh adanya rib settlement terhadap
penurunan struktur pondasi dengan menggunakan program Plaxis v
7.2 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Penurunan dengan dan tanpa rib settlement
Extreme Total Displacement ( cm )
Metode Analisis
Dengan Rib Settlement Tanpa Rib Settlement
Plaxis 4,7 5,0

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa rib


settlement memang berfungsi untuk mereduksi total penurunan
walaupun tidak signifikan.

6. Dari hasil perhitungan Rencana Anggaran Biaya penggunaan


pondasi Sarang Laba-laba ( KSLL ) lebih ekonomis dibandingkan
dengan pondasi Tiang Pancang.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
BAB VI PENUTUP VI-4

VI.2 Saran
Dalam proses perencanaan sebuah pondasi yang cukup baru bagi dunia
teknik sipil Indonesia, terdapat hambatan-hambatan berkaitan dengan
keterbatasan literatur panduan dan pemilihan asumsi yang benar-benar
akurat untuk dapat menggambarkan perilaku struktur pondasi KSLL
dengan tepat sesuai yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam merencanakan struktur pondasi KSLL diperlukan sikap kritis
dan kemauan untuk banyak mempelajari literatur-literatur yang
diperlukan agar dapat memahami pondasi KSLL secara lebih
mendalam.
2. Dalam analisis secara konvensional / manual diperlukan ketelitian dan
pemahaman dalam menentukan rumus pendekatan yang akan
digunakan.
3. Dalam analisis dengan menggunakan program Plaxis diperlukan data
yang lengkap, sehingga diperlukan penyelidikan data tanah yang lebih
banyak.
4. Dalam analisis pengaruh rib settlement terhadap struktur pondasi
didapatkan bahwa pengaruh rib settelement tidak terlalu signifikan.
Hal ini memerlukan verifikasi akan kebenaran pemodelan pondasi
beserta kajian yang lebih mendalam, misalnya dengan pembebanan
yang berbeda, kondisi tanah yang berbeda dan sebagainya.

ACHMAD ROMEL A. L2A 304002


FIRMANDITA DONI S. L2A 304020
DAFTAR PUSTAKA

Atmanto, Ir Indrastono. Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II. Jurusan Teknik Sipil
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002.
Bowles, Joseph E. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah ( Mekanika Tanah )
Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1986.
Bowles, Joseph E. Analisis dan Desain Pondasi Jilid-2. Erlangga, Jakarta, 1993.

Bowles, Joseph E. Analisis dan Desain Pondasi Jilid-1. Erlangga, Jakarta, 1993.

Hardiyanto, H. Christady. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta, 1992.
Indarto, Himawan. Diktat Aspek Rekayasa Gempa pada Desain Struktur Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang, 2001.
Ryantori, Ir. Sutjipto, Ir. Konstruksi Sarang Laba-laba, Surabaya.
Smith, M.J. Seri Pedoman Godwin ; Mekanika Tanah Edisi Keempat. Erlangga,
Jakarta, 1984.
Sosrodarsono, Ir Suyono. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 1983.
Terzaghi, Karl, Peck, B., Ralph. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid-
1. Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.

Wesley, L.D. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1977.
Haryanto Yoso Wigroho, Analisis dan Perancangan Struktur Frame
Menggunakan SAP 2000 Versi 7.42, Andi, Yogyakarta, 2001, Cetakan
pertama.
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Muatan Indonesia 1970, LPMB,
Bandung, 1980, Cetakan Keempat.
Sidharta S.K dkk, Prof. Ir. Rekayasa Fundasi II : Fundasi Dangkal dan Fundasi
Dalam. Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1997
http://adhithana.tripod.com
http://edisupriyanto.wordpress.com
www.konstruksi sarang laba-laba.com

Anda mungkin juga menyukai